Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang
Di daerah tropis, seperti Negara kita mempunyai curah hujan yang tinggi

sehingga erosi yang disebabkan oleh angina tidak begitu banyak terjadi. Erosi
menyebabkan hilangnya lapisan atas tanah yang subur dan baik untuk petumbuhan
tanaman serta berkurangnya kemampuan tanah untuk menyerap dan menahan air.
Tanah yang terangkut tersebut akan di endapkan di tempat lain: di dalam sungai,
waduk, danau, saluran irigasi dan lain sebagainya.
Berbicara tentang erosi, maka tidak lepas dari aliran permukaan. Dengan
adanya aliran diatas permukaan tanah, tanah dapat terkikis dan selanjutnya diangkut
ketempat yang lebih rendah. Dengan demikian terjadilah perpindahan lapisan
permukaan tanah, mineral dan bahan organic yang terdapat pada permukaan tanah
(Sjahrullah, 1987).
Erosi tanah merupakan suatu proses perpindahanya, hilangnya sebagaian atau
seluruh tanah dari lapisan permukaan. Penyebab utama terjadinya erosi adalah akibat
penggunaan lahan yang tidak sesuai dengan kemampuannya, pengolahan tanah yang
salah, dan tidak dipakainya tekhnik atau kaidah-kaidah pengawetan (konservasi)
tanah dan air secara memadai. Oleh sebab itu, untuk mencegah dan menguragi
terjadinya erosi diperlukan pengendalian serta upaya pencegahan dengan melakukan
konservasi tanah dan air (Arsyad, 1989).
Konservasi tanah adalah penempatan tiap bidang tanah pada cara penggunaan
yang sesuai dengan kemampuan tanah dan memperlakukannya sesuai dengan syaratsyarat yangdiperlukan agar tidak terjadi kerusakan tanah (Arsyad, 1989).

Secara umum, tujuan konservasi tanah adalah meningkatkan produktivitas


lahan secara maksimal, memperbaiki lahan yang rusak/kritis, dan melakukan upaya
pencegahan kerusakan tanah akibat erosi. Konservasi tanah dan air atau yang sering
disebut pengawetan tanah merupakan usaha-usaha yang dilakukan untuk menjaga dan
meningkatkan produktifitas tanah, kuantitas dan kualitas air. Apabila tingkat
produktifitas tanah menurun, terutama karena erosi maka kualitas air terutama air
sungai untuk irigasi dan keperluan manusia lain menjadi tercemar sehingga jumlah
air bersih semakin berkurang (Zainal, 2013).
1.2

Tujuan dan Kegunaan


Tujuan pratikum Konservasi Tanah dan Air adalah untuk mengetahui tingkat

erosi di suatu kawasan, jenis erosi yang terjadi, cara konservasi yang cocok untuk
diterapkan di kawasan tersebut, dan mengetahui kelas kesesuaian lahan.
Kegunaan pratikum Konservasi Tanah dan Air adalah untuk memberikan
tambahan ilmu bagi mahasiswa sehingga kedepannya dapat diaplikasikan dalam
suatu perkebunan atau kawasan.

2.1

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Erosi dan Jenis-Jenis Erosi
Erosi adalah peristiwa pengikisan padatan (sedimen, tanah, batuan, dan

partikel lainnya) akibat transportasi angin, air atau es, karakteristik hujan, creep pada
tanah dan material lain di bawah pengaruh gravitasi, atau oleh makhluk hidup semisal
hewan yang membuat liang, dalam hal ini disebut bio-erosi. Erosi tidak sama dengan

pelapukan akibat cuaca, yang mana merupakan proses penghancuran mineral batuan
dengan proses kimiawi maupun fisik, atau gabungan keduanya (Zainal, 2013).
Dampak dari erosi adalah menipisnya lapisan permukaan tanah bagian atas,
yang akan menyebabkan menurunnnya kemampuan lahan (degradasi lahan). Akibat
lain dari erosi adalah menurunnya kemampuan tanah untuk meresapkan air
(infiltrasi). Penurunan kemampuan lahan meresapkan air ke dalam lapisan tanah akan
meningkatkan limpasan air permukaan yang akan mengakibatkan banjir di sungai
(Zainal, 2013). Berdasarkan jenisnya, erosi dibedakan menjadi beberapa jenis, yaitu
sebagai berikut:
2.1.1

Erosi lembar (Sheet erosion)


Erosi lembar merupakan pengangkutan lapisan tanah yang merata tebalnya

dari suatu permukaan bidang tanah. Kekuatan jatuh butir-butir hujan di permukaan
tanah merupakan penyebab utama terjadi erosi ini. Erosi ini memecah partikel tanah
pada lapisan tanah yang hampir seragam, sehingga erosi ini menghasilkan
kenampakan yang seragam. Intensitas dan lamanya hujan melebihi kapasitas
infiltrasi. Oleh karena itu, laju erosi permukaan dipengaruhi oleh kecepatan dan
turbulensi aliran. Ini juga terjadi pada tanah yang sudah diolah tetapi masih gembur
(Zainal, 2013).
2.1.2

Erosi alur (Rill erosion)

Erosi alur terjadi jika air terkonsentrasi dan mengalir pada tempat-tempat
tertentu di permukaan tanah, sehingga proses penggerusan banyak terjadi pada tempat
tersebut yang kemudian membentuk alur-alur. Alur-alur tersebut akan hilang pada
saat dilakukan pengolahan tanah atau penyiangan. Erosi alur dapat terjadi akibat
penanaman tanaman berbaris menurut arah lereng atau bekas-bekas tempat penarikan
balok kayu Alur-alur yang terjadi akibat erosi alur masih tergolong kecil dan mudah
dihilangkan melalui pengolahan tanah (Zainal, 2013).
2.1.3

Erosi parit (Channel erosion)


Parit-parit yang besar sering masih terus mengalir lama setelah hujan berhenti.

Aliran air dalam parit ini dapat mengikis dasar parit atau dinding-dinding tebing parit
di bawah permukaan air, sehingga tebing diatasnya dapat runtuh ke dasar parit.
Adanya gejala meanderdari alirannya dapat meningkatkan pengikisan tebing di
tempat-tempat tertentu (Zainal, 2013).

2.1.4

Erosi tebing sungai (Riverbank erosion)


Erosi Tebing Sungai (Riverbank erosion) adalah pengikisan tanah pada

tebing-tebing sungai dan pengerusan dasar sungai oleh aliran air sungai. Erosi tebing
akan lebih hebat jika vegetasi penutup tebing telah habis atau jika dilakukan
pengolahan tanah terlalu dekat tebing (Supli, 2013).

2.1.5

Longsor
Tanah longsor terjadi karena gaya gravitasi. Biasanya karena tanah di bagian

bawah tanah terdapat lapisan yang licin dan kedap air (sukar ketembus air) seperti
batuan liat. Dalam musim hujan tanah diatasnya menjadi jenuh air sehingga berat,
dan bergeser ke bawah melalui lapisan yang licin tersebut sebagai tanah longsor
(Zainal, 2013).
2.2

Metode Universal Soil Loss Equation (USLE)


USLE adalah suatu model erosi yang dirancang untuk memprediksi erosi rata-

rata jangka panjang dari erosi lembar atau alur di bawah keadaan tertentu, tetapi tidak
dapat memprediksi pengendapan dan tidak memperhitungkan hasil sedimen dari erosi
parit, tebing sungai, dan dasar sungai (Arsyad dkk, 2008).
Perkiraan atau prediksi besarnya laju erosi yang mungkin terjadi di lapangan
dapat ditentukan antara lain dengan menggunakan metode Wischmeier dan Smith
(1978) yang dikenal dengan Persamaan Umum Kehilangan Tanah (PUKT) atau
dalam bahasa Inggris Universal Soil Loss Equation (USLE) , yaitu sebagai berikut :
A=R xKxLxS xCxP
Keterangan:
A adalah banyaknya tanah tererosi (ton/ha/tahun),
R adalah Faktor erosivitas hujan dihitung dengan menggunakan data curah hujan 10
tahun terakhir.
K adalah aerodibilitas tanah ditentukan berdasarkan analisis tekstur tanah,
permeabilitas, tanah, kandungan bahan organic dan struktur tanah.
L adalah panjang lereng.

S adalah kemiringan/kecuraman lereng.


C adalah vegetasi penutup tanah dan pengelolaan tanaman.
P adalah tindakan khusus konservasi tanah.

2.3

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Erosi

2.3.1

Iklim
Salah satu unsur iklim terpenting yang sangat berpengaruh pada erosi dan

sedimentasi adalah hujan. Hujan dengan intensitas tinggi dan durasi lama akan
menimbulkan gaya hunjam yang merupakan energi kinetik yang besar. Kemampuan
energi kinetik hujan yang menyebabkan erosi disebut erosivitas hujan (Kasmi, 2013).
2.3.2

Topograpi
Unsur-unsur topografi yang mempengaruhi erosi adalah panjang dan

kemiringan lereng. Semakin panjang lereng semakin besar volume air terakumulasi
dan melintas di permukaannya. Semakin miring lereng semakin besar kemampuan
mengangkut partikel tanah hasil erosi, tetapi semakin kecil kesempatan air meresap
ke dalam tanah, sehingga lebih banyak air yang mengalir di permukaannya. Dengan
demikian, tanah di bagian bawah lereng akan mengalami erosi lebih besar dari pada
di bagian atas lereng (Kasmi, 2013).
2.3.3

Vegetasi
Kasmi (2013) mengemukakan bahwa peranan vegatasi dalam memitigasi

erosi antara lain :

a.

Intersepsi dan absorbsi hujan oleh tajuk tanaman akan mengurangi energi
kinetik hujan yang jatuh, sehingga memperkecil erosi. Tetapi semakin tinggi
tajuk, setelah intersepsi mencapai titik jenuh, kemampuan absorbsi berkurang,
air hujan akan terakumulasi dalam volume yang lebih besar, ketika jatuh ke

b.

permukaan tanah erosivitasnya menjadi semakin besar.


Bahan organik dari seresah yang jatuh dan menutupi permukaan tanah akan
melindungi permukaan tanah dari energi kinetik hujan, limpasan aliran air
permukaan, menjadi salah satu sumber energi bagi fauna tanah yang akan

c.

membantu dalam perbaikan struktur tanah.


Penyebaran perakaran akan memantapkan butir-butir tanah dan memperkuat
struktur tanah, serta memperbesar porositas tanah.

2.3.4

Tanah
Arsyad (1989), menerangkan bahwa berbagai tipe tanah mempunyai kepekaan

terhadap erosi yang berbeda-beda. Sifat-sifat tanah yang mempengaruhi kepekaan


erosi adalah (1) sifat-sifat tanah yang mempengaruhi laju infiltrasi, permeabilitas
menahan air, dan (2) sifat-sifat tanah yang mempengaruhi ketahanan struktur tanah
terhadap dispersi dan pengikisan oleh butir-butir hujan yang jatuh dan aliran
permukaan. Sifat-sifat tanah yang mempengaruhi erosi adalah tekstur, struktur, bahan
organik, kedalaman, sifat lapisan tanah, dan tingkat kesuburan tanah.
2.3.5

Manusia

Manusia dapat mencegah dan mempercepat terjadinya erosi, tergantung


bagaimana manusia mengelolahnya. Manusialah yang menentukan apakah tanah
yang dihasilkannya akan merusak dan tidak produktif atau menjadi baik dan
produktif secara lestari. Banyak faktor yang menentukan apakah manusia akan
mempertahankan dan merawat serta mengusahakan tanahnya secara bijaksana
sehingga menjadi lebih baik dan dapat memberikan pendapatan yang cukup untuk
jangka waktu yang tidak terbatas (Arsyad, 1989).
2.4

Erosi yang Dapat Ditoleransi


Erosi yang masih diperbolehkan adalah laju erosi yang dinyatakan dalam

mm/tahun atau ton/ha/tahun yang terbesar yang masih dapat dibiarkan atau
ditoleransikan agar terpelihara suatu kedalaman tanah yang cukup bagi perumbuhan
tanaman/tumbuhan yang memungkinkan tercapainya produktivitas yang tinggi secara
lestari (Arsyad, 1989).

Menurut Kartasapoetra (2000), yang dimaksudkan dengan erosi yang masih


diperbolehkan (Soil Loss Tolerance) yaitu untuk mengetahui besarnya erosi yang
mungkin dapat diimbangi atau lebih diimbangi dengan tindakan atau perlakuan
manusia yang dapat membantu lajunya pembentukan tanah, sehingga besarnya erosi
selalu dibawah laju pembentukan tanah.
2.5

Penggunaan Lahan

Penggunaan lahan yang semakin tinggi menyebabkan lahan yang dikerjakan


penduduk semakin intensif. Penggunaan lahan yang semakin intensif dengan tidak
memperhatikan lingkungan dapat mengakibatkan terjadinya bencana alam seperti
erosi, sedimentasi dan tanah longsor (Arsyad dkk, 2008).
2.6

Pencegahan Erosi
Secara umum erosi dapat terjadi karena air dan angin, untuk Indonesia erosi

lebih sering terjadi karena pengikisan tanah oleh air. Erosi terjadi ketika tidak adanya
vegetasi yang tumbuh diatas tanah tersebut, padahal dengan adanya vegetasi
membuat air tertahan diakar sehingga tidak langsung turun terutama pada lahan
miring. Kerugian materil dan non materil yang ditimbulkan pun sangatlah besar, tak
heran dampaknya akan terasa hingga beberapa tahun kedepan. Anonim (2013)
mengemukakan berikut cara mencegah erosi tanah :
Pertama countur Farming, yakni dengan melakukan penanaman pada lahan
dengan berdasar pada garis kontur. Dengan demikian, sistem perakarannya bisa
amembantu menahan tanah.
Kedua terassering, yakni dengan melakukan penanaman berdasarkan sistem
teras demit eras. Tujuannya untuk mencegah terjadinya erosi pada tanah yang dipicu
oleh pengaruh kuat gravitasi.
Ketiga membuat tanggul pasangan merupakan langkah untuk menahan hasil
erosi.

Ke lima contour Plowing, yaitu dengan membajak tanah searah dengan garis
kontur. Dengan demikian akan muncul alur tanam yang horizontal.
Keenam contour Strip Cropping, yakni dengan melakukan kegiatan bercocok
tanam dan membagi bidang-bidang pada tanah tersebut dalam bentuk yang sempit
juga memanjang. Pemetaan ini harus ikut pada garis kontur dengan demikian
bentuknya akan berbelok-belok.
Ke tujuh crop Rotation, yakni usaha untuk mencegah erosi dengan cara
mengganti jenis tanaman yang menjadi komoditi pertanian agar tanah pada lahan tani
tidak terkuras unsur haranya karena diisap secara terus menerus oleh tanaman yang
itu-itu saja.
Ke delapan pemupukan. Cara mencegah erosi yang satu ini bertujuan untuk
mengembalikan vitalitas tanah sehingga ia tidak akan mudah tergerus oleh air, es
maupun angin.
Ke Sembilan reboisasi, langkah ini sangat signifikan. Dengan menanami
kembali lahan gundul maka potensi erosi bisa ditekan seminimal mungkin. Langkah
reboisasi ini juga harus bersinergi dengan pelarangan menebang pepohonan
sembarangan utamanya di daerah yang rawan erosi.
Ke sepuluh drainase, yakni dengan mengatur sirkulasi air demi untuk
memaksimalkan kesuburan tanah. Ingat, tanah yang subur lebih solid dan tidak
mudah terkikis.

Cara mencegah erosi lainnya adalah dengan membangun atau memasang


tembok batu rangka besi di pinggiran sungai. Langkah ini sangat efektif dalam
mengurangi resiko terjadinya bencana alam erosi sungai.

BAB III
METODE PRAKTEK
3.1

Tempat dan Waktu


Praktek Mata Kuliah Konservsi Tanah dan Air dilakukan dibelakang

Laboratorium Ilmu Sumber Daya Alam, dan dilanjutkan analisis sampel tanah di
Laboratorium Ilmu Sumber Daya Alam, Fakults Pertanian, Universitas Tadulako,

Universitas Tadulako. Pada hari Sabtu, 28 Oktober 2016 dan hari senin, 30 Oktober
2016. Pukul 08.00 WITA-selesai.
3.2

Alat dan Bahan


Alat yang digunakan pada praktek Konservasi Tanah dan Air yaitu

Cangkul/sekop, pisau, kantong plastic, label, spidol, karet gelang, ring sampel terbuat
dari baja/besi, tangkai penekan ring sampel, palu dari kayu, meteran, klinometer,
kalkulator, segitig kontur, kayu, tali, dan parang,
Bahan yang digunakan pada praktek Konservasi Tanah dan Air yaitu: Tanah
utuh, dan tanah tidak utuh atau tanah biasa.
3.3

Pelaksanaan

3.3.1

Faktor erosivitas hujan (R)


Faktor erosivitas hujan dihitung dengan menggunakan data curah hujan 10

tahun terakhir.
3.3.2

Faktor erodibilitas tanah (K)


Faktor erodibilitas tanah ditentukan berdasarkan analisis tekstur tanah,

permeabilitas tanah, kandungan bahan organik dan struktur tanah.


3.3.3

Faktor panjang dan kemiringan lereng (LS)


Faktor panjang dan kemiringan lereng dapat dicari dengan menggunakan

(Arsyad, 2010).

LS = (0,00138 2 + 0,00965 + 0,0138)


Dengan:
L = panjang lereng (m)
S = kemiringan lereng (%)
3.3.4

Faktor pengelolaan tanaman dan faktor konservasi tanah (CP)


Faktor pengelolaan Tanaman (CP) dapat dilihat pada table nilai faktor

pengelolaan tanaman yang dikemukakan arsyad (2010).


3.3.5

Erosi yang ditoleransi (TSL)


Erosi yang ditoleransi dapat ditentukan dengan Persamaan yang di

kemukakan oleh Hammer (1981) .


TSL = ((KT/RL) + LPT) x BD x 10
Dengan:
TSL = besarnya erosi yang diperbolehkan (ton ha-1 th-1)
KT = kedalaman tanah merupakan hasil pengurangan kedalaman efektif tanah
dengan nilai faktor kedalaman minimum (mm)
RL = umur guna tanah (th)
LPT = laju pembentukan tanah (mm th-1)
BD = Bobot isi tanah (g cm-3)
3.3.6

Indeks bahaya erosi (IBE)

Indeks bahaya erosi dapat ditentukan dengan menggunakan Persamaan:


IBE = A/TSL
Dimana:
= Besarnya tanah yang tererosi (ton ha-1 th-1)

TSL = Erosi yang dapat ditoleransi (ton ha-1 th-1).

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1

Rata-Rata Indeks Erosivitas Hujan (R)


Berdasarkan hasil analisis data untuk mengetahui nilai rata-rata indeks

erosivitas hujan (R), dapat menggunakan rumus seperti berikut :


R= 10,80 + 4,15 CH

Table 1. Nilai Rata-Rata Curah Hujan Bulanan Kota Palu Berdasarkan Data Curah
Hujan Stasiun BMKG Bandar Udara Sis-Aljufri dan Nilai Indeks Erosivitas
Hujan Bulanan.
Bulan
Rata-rata Curah Hujan (cm/th)
R
Januari
6.83
39.14
Februari
4.48
29.39
Maret
6.30
36.95
April
7.25
40.89
Mei
4.10
27.83
Juni
7.54
42.09
Juli
8.90
47.74
Agustus
7.81
43.21
September
5.97
35.58
Oktober
3.10
23.67
November
5.95
35.49
Desember
5.14
32.13
R total
434.10
Dari hasil yang diperoleh Rata-rata Indeks Erosivitas Hujan bulanan selama
10 tahun, berdasarkan data curah hujan stasiun BMKG Bandar Udara Sis-Aljufri Palu
dan perhitungan menggunakan persamaan diatas yaitu 434,10.

4.2

Erodibilitas Tanah (K)


Untuk mendapatkan nilai erodibilitas tanah, sebelumnya harus diketahui

terlebih dahulu nilai hasil analisis sampel tanah di Laboratorium, hasilnya yaitu
sebagai berikut:
Tabel 1. Hasil analisis sampel tanah
Permeabilitas
(Cm/jam)

Tekstur
kelompok
Pasir

Pasir halus

Debu

Liat

Bulk density
(Gram/cm3)

C. Organik
(%)

IV

9,4

12,7

57,5

20,4

0,48

1,31

1,63

100 K = 1,292 {2,1 M1,14(10-4)(12-a)+3,25(b-2)+2,5(c-3)}


Dengan:
K = erodibilitas tanah
M = Ukuran partikel (% debu + % pasir halus) (100 - % liat)
a = persen bahan organik
b = kelas struktur tanah
c = kelas permeabilitas tanah
% bahan organik (a)

= C-Organik x 1,724
= 1,63 x 1,724
= 2,81

Kelas struktur tanah (b)

= Glanuler sedang-kasar = 3

= (% debu + % pasir halus) (100 - % liat)


= (57,5+12,7)(100-20,4)
= 70,2 x 79,6
= 5587,92

Penyelesaian:
100 K = 1,292 {2,1 M1,14(10-4)(12-a)+3,25(b-2)+2,5(c-3)}
= 1,292 {2,1 x 5587,921,14(10-4)(12-2,81)+3,25(3-2)+2,5(6-3)}
= 1,292 {2,1 x 18701,02 (10-4)(9,19)+3,25+7,5}
= 1,292 {39272,14 x 10-4(9,19)+10,75}
= 1,292 {(3,927214 x 9,19)+10,75}
= 1,292 (36,0910967+10,75)
= 1,292 x 46,8410967
100 K = 60,5186969
K = 60,5186969
= 0,61
100
Berdasarkan hasil diatas diketahui bahwa, nilai erodibilitas tanah sebesar 0,61.
Nilai ini didapatkan tidak lepas dari hasil analisis sampel tanah yang dilakukan
dilaboratorium, dimana analisis ini kita dapat mengetahui tekstur tanah yang meliputi
pasir, pasir halus, debu, dan liat dengan nilai berturut-turut 9,4; 12,7; 57,5; 20,4. Nilai
permeabilitas tanah yaitu 0,48, bulk density yaitu 1,31; dan C organic yaitu 1,63.
Untuk mendapatkan nilai bahan organic maka nilai C organik x 1,724 = 2,81.

Sedangkan nilai ukuran partikel (M) didapatkan dari (% debu + % pasir halus) (100 % liat) = 5587,92. Dan untuk nilai struktur tanah didapatkan dari nilai kelas struktur
tanah yaitu 3. Serta nilai permeabilitas tanah didapatkan dari analisis sampel tanah
yaitu 0,48.
4.3

Panjang Lereng (L) dan Kemiringan Lereng (S)


Bedasarkan praktek yang dilakukan dilapangan, maka dapat diketahui bahwa:

panjang lereng (L) = 55,5 m


kemiringan lereng (S) = 0,10 %.
untuk mencari nilai faktor panjang dan kemiringan lereng, maka dapat
menggunakan rumus:
LS = (0,00138 2 + 0,00965 + 0,0138)
Dengan:
L = panjang lereng (m)
S = kemiringan lereng (%)

Penyelesaian:
LS = (0,00138 2 + 0,00965 + 0,0138)
= 55,5 (0,00138 x 0,12 + 0,00965 x 0,1 + 0,0138)
= 55,5 (0,0000138 + 0,000965 + 0,0138)
= 55,5 (0,0147788)
= 0,8202234
= 0,91
Bedasarkan hasil perhitungan diatas dapat diketahui bahwa nilai faktor
panjang dan kemiringan lereng yaitu 0,91. Hasil ini didapatkan bedasarkan rumus

faktor panjang dan kemiringan lereng. Untuk nilai panjang dan kemiringan lereng
didapatkan bedasarkan hasil praktek dilapangan dengan nilai secara berturut-turut
yaitu 55,5 m dan 0,1 m.
4.4

Pengelolaan Tanaman dan Tindakan Konservasi (CP)


Bedasarkan hasil praktek dilapangan dapat diketahui bahwa nilai dari:

CP = 0,75 x 0,300
= 0,23
Bedasarkan nilai di atas dapat diketahui bahwa nilai CP yaitu 0,23. Nilai ini
didapatkan dari hasil perkalian antara nilai faktor pengelolaan tanaman yaitu 0,300
dengan nilai faktor teknik konservasi tanah yaitu 0,75.
4.5

Prediksi Erosi

4.6

Erosi yang Ditoleransi (TSL) dan Intensitas Bahaya Erosi (IBE)


Bedasarkan hasil praktek maka didapatkan nilai untuk menentukan TSL dan

TBE dengan menggunakan persamaan masing-masing sebagai berikut:


TSL = ((KT/RL) + LPT) x BD x 10
Dimana:
TSL = besarnya erosi yang diperbolehkan (ton ha -1 th-1)
KT = kedalaman tanah merupakan hasil pengurangan kedalaman efektif tanah dengan
nilai faktor kedalaman minimum (mm)
RL = umur guna tanah (th)
LPT = laju pembentukan tanah (mm th-1)
BD = Bobot isi tanah (g cm-3)
IBE = A/TSL
Dimana:
A
= Besarnya tanah yang tererosi (ton ha-1 th-1)
TSL = Erosi yang dapat ditoleransi (ton ha-1 th-1)
Penentuan nilai TSL:

TSL = ((KT/RL) + LPT) x BD x 10


Diketahui:
KT
RL
LPT
BD

= 370-15 = 355 mm
= 200 tahun
= 2 mm th-1
= 1,31 gram cm3 -1

TSL = ((KT/RL) + LPT) x BD x 10


= ((355/200) + 2) x 1,31 x 10
= (1,775 + 2) x 13,1
= 3,775 x 13,1
= 49,45 ton ha-1 th-1
IBE = A/TSL

Anda mungkin juga menyukai