Anda di halaman 1dari 30

Mata Ajar

KONSERVASI TANAH DAN AIR


DIKLAT DASAR-DASAR PENGELOLAAN DAS

Oleh
Enggar Setiabudi, S.Hut.
Imran Ishak
Kasiran Hariyanto, S.P.

DEPARTEMEN KEHUTANAN
PUSAT DIKLAT KEHUTANAN

BOGOR, MEI 2007


Pelatihan Dasar-Dasar Pengelolaan DAS

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah membimbing kami sehingga
penyusunan bahan ajar KTA pada Diklat Dasar-Dasar Pengelolaan DAS ini
dapat kami selesaikan.

Bahan ajar ini dibuat sebagai bahan refrensi bagi peserta sehingga
memudahkan memahami materi KTA yang berguna dalam pelaksanaan
tugas sehari-hari di lapangan.

Ucapan terima kasih kami sampaikan rekan-rekan Widyaiswara lingkup


Pusdiklat Kehutanan yang telah banyak membantu dalam penyusunan bahan
ajar ini.

Kritik dan saran sangat kami perlukan guna penyempurnaan dikemudian


hari. Semoga bahan ajar ini bermanfaat.

Bogor, Mei 2007

Penyusun

”Konservasi Tanah dan Air i


Pelatihan Dasar-Dasar Pengelolaan DAS

DAFTAR ISI
Halaman

KATA PENGANTAR.............................................................. i
DAFTAR ISI........................................................................ ii
I. PENDAHULUAN............................................................ 1
A. Latar Belakang....................................................... 1
B. Maksud dan Tujuan.................................................. 2
C. Tujuan Pembelajaran............................................... 2
D. Relevansi.............................................................. 2
E. Pengertian............................................................ 2

II. PENGERTIAN DAN SASARAN KTA.................................... 4


A. Pengertian Konservasi Tanah...................................... 4
B. Faktor Penentu Erosi dan Macam Erosi........................... 6

III. MACAM-MACAM KEGIATAN KTA........................................ 7


A. Konservasi secara Agronomis/Biologis/Vegetatif............... 8

IV. KONSERVASI TANAH SECARA MEKANIS/SIPIL/TEKNIS.............. 16


A. Pengolahan Tanah................................................... 16
B. Teras.................................................................. 17
C. Saluran Pembuatan Air/SPA (Waterways) dan Bangunan
Terjunan Air.......................................................... 18
D. DAM Pengendali...................................................... 19
E. DAM Penahan......................................................... 19
E. Bangunan Pengendali Juran (Gully Plug/Gully Drop).......... 20
E. Embung Air........................................................... 21
E. Sumur Resapan....................................................... 22

DAFTAR PUSTAKA............................................................... 25

”Konservasi Tanah dan Air ii


Pelatihan Dasar-Dasar Pengelolaan DAS

I. PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Konservasi sumberdaya tanah dan air sangat penting artinya untuk menjaga

kelangsungan produksi lahan, guna memenuhi kebutuhan hidup manusia yang semakin

meningkat, disamping untuk mengamankan lingkungan. Konservasi tanah dapat diartikan

sebagai tindakan untuk menggunakan tanah berdasarkan kemampuannya dan

memperlakukannya sesuai syarat-syarat yang diperlukan agar tanah dapat tetap produktif

dan tidak rusak. Konservasi tanah ditujukan tidak hanya untuk mencegah kerusakan tanah

akibat erosi dan memperbaiki tanah yang rusak, tetapi untuk mengoptimalkan penggunaan

tanah dalam jangka waktu yang tidak terbatas. Konservasi air dapat diartikan sebagai

usaha-usaha untuk meningkatkan jumlah air tanah yang masuk kedalam tanah dan untuk

menciptakan penggunaan air yang efesien.

Dewasa ini terjadi degrasasi air yang cukup berat dibeberapa tempat di muka bumi,

distribusi air terhadap waktu makin timpang dan kualitasnya menurun. Konservasi air

penting jadinya, artinya bagi kelangsungan kehidupan suatu bangsa, khususnya untuk

daerah dimana terjadi defisit air tanah yaitu di daerah kering (arid) dan semi kering (sub

humid). Konservasi air ditujukan tidak hanya meningkatkan volume air tanah, tetapi juga

meningkatkan efesiensi penggunaannya, sekaligus memperbaiki kualitasnya sesuai

dengan peruntukannya. Konservasi air mempunyai efek berganda, diantaranya

mengurangi biaya kerugian akibat banjir, mengurangi biaya pengolahan air, dsb. Dengan

demikian, tidak meragukan lagi bahwa konservasi air mendapat perhatian yang besar.

Dalam kurun waktu dua dekade, konservasi air telah mejadi kunci untuk meningkatkan

suplai air bersamaan dengan peningkatan manajemen kebutuhan.

”Konservasi Tanah dan Air 1


Pelatihan Dasar-Dasar Pengelolaan DAS

B. MAKSUD DAN TUJUAN

Maksud penyusunan bahan ajar Konservasi Tanah adalah sebagai bahan acuan

bagi peserta diklat Teknik Agroforestry dalam mengikuti pelatihan. Sedang tujuan

penyusunan bahan ajar adalah agar para peserta diklat dapat menjelaskan teknik

konservasi tanah dengan metode vegetatif dan metode sipil teknis.

C. TUJUAN PEMBELAJARAN

Tujuan pembelajaran umum adalah setelah selesai mengikuti mata diklat ini

peserta diharapkan dapat memahami tentang Konservasi Tanah dan Air dalam

hubungannya dengan pengelolaan DAS.

Sedangkan tujuan pembelajaran khusus mata diklat KTA adalah :

1. Menjelaskan pengertian konservasi tanah dan air

2. Menjelaskan kegiatan dalam KTA

3. Menjelaskan tahapan pembuatan rancangan kegiatan KTA

D. RELEVANSI

Setelah mengikuti mata pelajaran ini peserta diharapkan dapat menjelaskan teknik

konservasi tanah dengan metode vegetatif dan metode sipil teknis dalam menyusun

rancangan kegiatan agroforestry.

E. PENGERTIAN

Konservasi adalah suatu upaya tindakan pencegahan, pengendalian dan

pemulihan/penyelamatan sumberdaya alam yang pengelolaannya berdasarkan

prinsip kelestarian

Air adalah semua air yang terdapat di dalam dan atau berasal dari sumber-sumber air,

baik yang terdapat di atas maupun di bawah permukaan tanah, tidak termasuk air

yang terdapat di laut

”Konservasi Tanah dan Air 2


Pelatihan Dasar-Dasar Pengelolaan DAS

Tanah adalah bagian dari kulit bumi yang terkonsolidasi, mengandung mineral bahan

organik yang berfungsi sebagai penyedia unsur-unsur hara bagi tumbuhan dan

juga berfungsi sebagai tempat pertumbuhan tanaman, dll.

Konservasi tanah berarti penempatan setiap bidang tanah pada cara penggunaan yang

sesuai dengan kemampuan tanah tersebut, dan memperlakukannya sesuai

dengan syarat-syarat yang diperlukan agar tanah tersebut tidak cepat rusak.

Konservasi air pada prinsipnya merupakan penggunaan air secara efisien sehingga

persediaan air masih tetap tersedia di musim kemarau dan tidak berlebih di

musim hujan.

”Konservasi Tanah dan Air 3


Pelatihan Dasar-Dasar Pengelolaan DAS

II. PENGERTIAN & SASARAN KTA

A. Pengertian Konservasi Tanah

Tanah dan air merupakan sumberdaya alam yang paling fundamental yang dimiliki

manusia. Tanah merupakan media utama di mana manusia bisa mendapatkan bahan

pangan, sandang, papan, tambang dan tempat dilaksanakannya berbagai aktivitas. Tanah

dapat diartikan berbeda-beda tergantung dari kepentingan orang terhadap tanah. Ahli

pertambangan menganggap tanah sebagai sesuatu yang tidak berguna karena menutupi

barang-barang tambang yang dicarinya, ahli jalan menganggap tanah adalah bagian

permukaan bumi yang lembek sehingga perlu dipasang batu-batu dipermukaannya agar

menjadi kuat, dalam kehidupan sehari-hari tanah diartikan sebagai wilayah darat di mana

di atasnya dapat digunakan untuk berbagai usaha misalnya pertanian, peternakan,

mendirikan bangunan dan lain-lain.

Dalam pertanian tanah diartikan lebih khusus yaitu sebagai media tumbuhnya

tanaman darat, berasal dari hasil pelapukan batuan bercampur dengan sisa-sisa bahan

organik dan organisme (vegetasi atau hewan) yang hidup di atasnya atau di dalamnya dan

juga terdapat udara dan air. Secara ilmiah tanah ( soil) didefinisikan sebagai kumpulan dari

benda alam di permukaan bumi yang tersusun dalam horison-horison, terdiri dari

campuran bahan mineral, bahan organik, air dan udara, dan merupakan media untuk

tumbuhnya tanaman (Hardjowigeno, 2002). Tanah ( soil) berbeda dengan lahan ( land)

karena lahan meliputi tanah beserta faktor-faktor fisik lingkungannya seperti lereng, air,

iklim, batuan, udara dan makluk hidup (tumbuhan dan hewan).

Konservasi (pengawetan) tanah usaha-usaha untuk menjaga agar tanah tetap

produktif, atau memperbaiki tanah yang rusak karena erosi agar menjadi lebih produktif,

sedangkan konservasi (pengawetan) air adalah usaha-usaha agar air dapat lebih banyak

”Konservasi Tanah dan Air 4


Pelatihan Dasar-Dasar Pengelolaan DAS

disimpan di dalam tanah sehingga dapat digunakan tanaman dan mengurangi terjadinya

banjir dan erosi. Salah satu usaha dasar dalam konservasi tanah dan air adalah

menggunakan tanah sesuai dengan kemampuannya.

Konservasi tanah dan air, bertujuan untuk tercapainya produktivitas tanah

yang tinggi dan terkendalinya erosi. Sasaran konservasi tanah dan air dapat mencakup

tiga unsur utama yaitu: (1) tanah harus digunakan untuk tujuan-tujuan yang sesuai dengan

kemampuannya, (2) konservasi tanah harus diarahkan agar tanah terlindungi dari

ancaman erosi dengan mempertahankan penutup tanah, dan (3) tindakan-tindakan seperti

terrasering atau perlakukan lainnya dapat dipersyaratkan untuk mendukung penggunaan

tanah.

Tolok ukur keberhasilan konservasi tanah di suatu daerah aliran sungai (DAS), sub

DAS dan sub-sub DAS adalah besarnya tanah yang hilang, misalnya ton per hektar per

tahun. Namun demikian tolok ukur ini harus diperkuat dengan dampak on-site dan off-site

yang lain. Dampak off-site sering jauh lebih serius, seperti pendangkalan waduk,

rendahnya kualitas air, rusaknya ekosistem perairan, ancaman banjir dan kekeringan.

Konservasi tanah diartikan sebagai tindakan untuk menggunakan tanah berdasarkan

kemampuannya, dan memperlakukannya sesuai syarat-syarat yang diperlukan agar tanah

dapat tetap produktif dan tidak rusak. Konservasi tanah ditujukan tidak hanya untuk

mencegah kerusakan tanah akibat erosi dan memperbaiki tanah yang rusak, tetapi juga

untuk mengoptimalkan penggunaan tanah dalam jangka waktu yang tidak terbatas.

Sasaran konservasi air menyangkut tiga aspek yaitu: aspek pemanfaatan, aspek

pelestarian dan aspek pengendalian. Dalam konservasi air, tiga aspek penting tersebut

harus menjadi suatu kesatuan, tidak dapat dipisahkan satu dengan lainnya. Salah satu

aspek saja terlupakan akan mengkibatkan tidak lestarinya pemanfaatan air dan bahkan

”Konservasi Tanah dan Air 5


Pelatihan Dasar-Dasar Pengelolaan DAS

akan membawa akibat buruk. Jika kita kurang benar dalam mengkonservasi air tidak

hanya saat ini kita akan menerima akibat, tetapi juga generasi mendatang.

B. Faktor Penentu Erosi dan Macam Erosi

 Faktor Penentu erosi

- Erosivitas hujan (lama dan intensitas hujan)

- Erodibilitas tanah ( daya tahan tanah terhadap erosi)

- Panjang dan kemiringan lereng

- Penutupan lahan oleh vegetasi

- Konservasi tanah yang digunakan

 Bentuk-bentuk Erosi

Bentuk erosi terdiri dari berbagai macam, meliputi :

- Erosi percikan : erosi yang ditimbulkan oleh pukulan bitir-butir air hujan

- Erosi limpahan permukaan : erosi dipermukaan lahan secara merata terjadi

karena limpaasan permukaan (Over leadflow)

- Erosi parit : erosi yang terjadi karena terkumpulnya limpasan permukaan

sehingga daya kikisnya bertambah besar. Alur parit ini masih dapat

ditanggulanggi pada saat pengolahan tanah.

- Erosi jurang (gully erosion) : erosi parit yang membesar sehingga tidak dapat

dihilangkan saat pengolahan tanah.

- Erosi tepi sungai : erosi yang terjadi di pinggir sungai

- Tanah longsor

”Konservasi Tanah dan Air 6


Pelatihan Dasar-Dasar Pengelolaan DAS

III. MACAM-MACAM KEGIATAN KTA

Strategi konservasi tanah meliputi: (1) melindungi tanah dari hantaman air hujan dengan

menutup permukaan tanah, (2) mengurangi aliran permukaan tanah dengan meningkatkan

kapasitas infiltrasi, (3) meningkatkan stabilitas agregat tanah, dan (4) mengurangi kecepatan

aliran permukaan dengan meningkatkan kekasaran permukaan tanah. Untuk itu diperlukan

metode konservasi tanah. Metode-metode konservasi tanah dapat dikelompokkan menjadi

tiga golongan utama yaitu : (a) daya tahan tanah secara agronomis (biologi) : memanfaatkan

vegetasi untuk membantu menurunkan erosi lahan (usaha untuk melindungi tanah), (b).

secara mekanis (fisik) : menyiapkan tanah supaya dapat ditumbuhi vegetasi yang lebat dan

memanipulasi topografi mikro untuk mengendalikan aliran air dan angin (usaha

mengendalikan energi aliran air permukaan yang erosif), dan (c). secara kimia: memperbaiki

struktur tanah sehingga lebih tahan terhadap erosi (usaha meningkatkan daya tahan tanah).

Sedangkan konservasi air dapat dilakukan dengan cara: (1) meningkatkan pemanfaatan

air permukaan dan air tanah, (2) meningkatkan efisiensi air irigasi, dan menjaga kualitas air

sesuai dengan peruntukkannya. Konservasi air permukaan dapat dilakukan dengan beberapa

cara antara lain: (1) pengendalian aliran permukaan, (2) pemanenan air hujan, dan (3)

meningkatkan kapasitas infiltrasi tanah. Air permukaan merupakan pengangkut utama partikel

dari permukaan tanah, sehingga merupakan pembatas erosi oleh air.

Dengan demikian untuk mengendalikan erosi, aliran permukaan harus dieliminasi atau

laju aliran permukaan dikurangi sampai pada tingkatan yang tidak mampu mengangkut

partikel sedimen yang terlepas, jika partikel lepas sudah tersedia. Karena kehilangan air

sebagai aliran permukaan tidak mempunyai pengaruh langsung pada produksi tanah dimana

aliran permukaan terjadi maka pengendalian aliran permukaan juga sangat besar artinya bagi

konservasi air. Konservasi air tanah adalah menjaga keseimbangan antara pengisian dan

”Konservasi Tanah dan Air 7


Pelatihan Dasar-Dasar Pengelolaan DAS

pengambilannya melalui pengisian air tanah secara buatan dan pengendalian pengambilan air

tanah.

Konservasi tanah dan air merupakan dua hal yang saling kait mengkait. Berbagai

macam tindakan konservasi tanah secara otomatis juga merupakan tindakan konservasi air.

Dengan demikian pendekatan dasar dalam konservasi tanah dan air adalah sebagai berikut :

a. Menyediakan penutup tanah dengan tanaman atau mulsa agar tanah terlindungi dari

pukulan hujan secara langsung.

b. Menyediakan dan menjaga kondisi tanah agar tanah tahan terhadap penghancuran,

serta meningkatkan kapasitas infiltrasi. Mengatur aliran permukaan sedemikian rupa

sehingga mengalir dengan energi yang tidak merusak, dengan cara: (1) mengurangi

aliran permukaan, (2) menahan aliran permukaan, dan (3) mengendalikan aliran

permukaan

c. Meningkatkan efisiensi penggunaan air

d. Menjaga kualitas air

e. Mendaur ulang air

A. Konservasi secara agronomis/biologis/vegetatif.

Konservasi tanah dan air secara agronomis/biologis/vegetatif adalah penggunaan

tanaman atau tumbuhan dan sisa tanaman dengan cara sedemikian rupa sehingga dapat

mengurangi laju erosi dengan cara mengurangi laju erosi dengan cara mengurangi daya

rusak hujan yang jatuh dan jumlah daya rusak aliran permukaan. Konservasi tanah dan

air secara vegetatif /biologis/agronomis menjalankan fungsinya melalui:

a. Pengurangan daya perusak butiran hujan yang jatuh akibat intersepsi butiran hujan

oleh dedaunan tanaman atau tajuk tanaman.

”Konservasi Tanah dan Air 8


Pelatihan Dasar-Dasar Pengelolaan DAS

b. Pengurangan volume aliran permukaan akibat meningkatnya kapasitas infiltrasi oleh

aktifitas perakaran tanaman dan penambahan bahan organik.

c. Peningkatan kehilangan air tanah akibat meningkatnya evapotranspirasi, sehingga

tanah cepat lapar air.

d. Memperlambat aliran permukaan akibat meningkatnya panjang lintasan aliran

permukaan oleh keberadan batang-batang tanaman.

e. Permukaan daya rusak aliran permukaan sebagai akibat pengurangan volume aliran

permukaan, dan kecepatan aliran permukaan akibat meningkatnya panjang lintasan

dan kekasaran permukaan (Suripin 2002).

Metoda konservasi tanah dan air secara agronomis/vegetatif/biologis dapat

dilakukan dengan berbagai cara yaitu: (a) pertanaman tanaman atau tumbuhan secara

terus menerus (permanent plant cover), (b) pertanaman dalam strip ( strip cropping), (c)

pertanaman berganda (multiple cropping), (d) pertanaman bergilir ( rotation cropping), (e)

pemanfaatan mulsa (residue management), dan (f) sistem pertanian hutan (agroforestry).

a) Tanaman Penutup Tanah (permanent plant cover). 

Tanaman penutup tanah adalah tanaman yang memang sengaja ditanam untuk

melindungi tanah dari erosi, menambah bahan organik tanah, dan sekaligus

meningkatkan produktivitas tanah. Tanaman penutup tanah dapat ditanam sendiri,

atau ditanam bersama-sama dengan tanaman pokok, atau bahkan sebagai pelindung

tanaman pokok, dan dapat digolongkan atas:

1. Tanaman penutup tanah rendah, jenis rumput-rumputan dan tumbuhan

merambat / menjalar:

 Dipergunakan pada pola pertanaman rapat

 Dipergunakan dalam barisan

”Konservasi Tanah dan Air 9


Pelatihan Dasar-Dasar Pengelolaan DAS

 Dipergunakan untuk keperluan khusus dalam perlindungan tebing, talud,

teras, dinding saluran irigasi maupun drainase

2. Tanaman penutup tanah sedang, berupa semak :

 Dipergunakan dalam pola pertanaman teratur di antara barisan tanaman

pokok

 Dipergunakan dalam baris pagar

 Ditanam di luar tanaman pokok dan merupakan sumber mulsa atau pupuk

hijau.

3. Tanaman penutup tanah tinggi

 Dipergunakan dalam pola pertanaman teratur diantara barisan tanaman

pokok

 Ditanam dalam barisan

 Dipergunakan khusus untuk melindungi tebing ngarai dan penghutanan

kembali (reboisasi)

4. Tumbuhan rendah alami (semak belukar)

5. Tumbuhan yang tidak disukai (rumput pengganggu)

b) Pertanaman dalam Strip (Strip Cropping)

Pertanaman dalam strip (strip cropping) adalah cara cocok tanam dengan

beberapa jenis tanaman ditanam berselang-seling dalam strip-strip pada sebidang

tanah dan disusun memotong lereng atau garis kontur. Tanaman yang ditanam

biasanya tanaman pangan atau tanaman semusim diselingi dengan strip-strip

tanaman penutup tanah yang cepat dan rapat untuk pupuk hijau, dapat

dikelompokkan kedalam tiga tipe, yaitu:

1. Pertanaman dalam strip menurut garis kontur ( contour strip cropping)

”Konservasi Tanah dan Air 10


Pelatihan Dasar-Dasar Pengelolaan DAS

2. Pertanaman dalam strip lapangan (field strip cropping)

3. Pertanaman dalam strip berpenyangga ( buffer strip cropping)

Pertanaman dalam strip menurut garis kontur susunan strip-strp harus tepat

sejajar dengan garis kontur dengan ukuran pergiliran yang tepat pula. Oleh karena itu

sistem ini hanya cocok untuk lahan yang lerengnya panjang dan rata atau

seragam.Pertanaman dalam strip lapangan terdiri dari strip-strip tanaman tidak perlu

persis sejajar, namun lebarnya seragam dan disusun melitang/memotong arah

lereng. Sistem ini dapat diterapkan pada lahan dengan kelerengan tidak teratur, akan

lebih baik jika dilengkapi dengan saluran penutup ( grassed waterways).

Pertanaman dalam strip berpenyangga terdiri dari strip-strip rumput atau

leguminosa (tanaman penyangga) yang dibuat di antara strip-strip tanaman pokok.

Strip-strip dapat seragam atau tidak seragam lebarnya, strip rumput ditempatkan

pada lereng kritis. Sistem ini dilakukan untuk mengatasi lahan yang mempunyai

kelerengan sangat tidak teratur.

Pertanaman dalam strip hanya efektif untuk konservasi tanah pada kemiringan

lereng kurang dari 8,5o. Namun pada daerah-daerah tertentu karena keadaan.

Pertanaman dalam strip juga dilakukan pada lahan dengan klasifikasi tanah Kelas II,

bahkan kadang-kadang pada tanah Kelas III dan Kelas IV dengan kemiringan 6 –

15%.

Lebar strip tergantung pada curah hujan, keadaan tanah, topografi dan jenis

tanaman yang akan ditanam. Makin sering terjadi hujan lebat, atau makin curam

lereng, atau makin peka tanah terhadap erosi, makin sempit strip yang digunakan.

Namun secara umum lebar strip berkisar antara 15 -45m, dan lebar strip penyangga 2

”Konservasi Tanah dan Air 11


Pelatihan Dasar-Dasar Pengelolaan DAS

– 4 m. Penentuan lebar strip dan rencana tata letak strip biasanya berdasarkan

pengalaman praktis.

c) Pertanaman Berganda (Multiple Cropping)

Pertanaman berganda (multiple cropping), berguna untuk meningkatkan

produktivitas lahan sambil menyediakan proteksi terhadap tanah dari erosi. Sistem ini

dapat dilakukan baik dengan cara pertanaman beruntun ( sequential cropping),

tumpang sari (inter cropping ), tumpang gilir ( relay cropping) dan pertanaman lorong

(alley cropping).

Pertanaman beruntun (sequential cropping). Sistem bercocok tanam dengan

menggunakan dua atau lebih jenis tanaman pada sebidang tanah, dimana tanaman

kedua dan berikutnya ditanam bersamaan dengan pemanenan tanaman pertama.

Sistem ini bertujuan untuk meningkatkan intensitas penggunaan lahan, dan

dibedakan menjadi tipe double cropping (menggunakan dua jenis tanaman), triple

cropping (menggunakan tiga jenis tanaman) dan quadriple cropping (menggunakan

empat jenis tanaman).

Tumpang sari (inter cropping), adalah sistem bercocok tanam dengan menggunakan

dua atau lebih jenis tanaman yang ditanam serentak (bersamaan) pada sebidang

tanah baik secara campuran (mixed intercropping) maupun secara terpisah-pisah

dalam baris-baris yang teratur (row intercropping).

Tumpang gilir (relay cropping) adalah sistem bercocok tanam dengan menggunakan

dua atu lebih jenis tanaman pada sebidang tanah, dimana tanaman kedua atau

berikutnya ditanam setelah tanaman pertama berbunga, sehingga pada waktu

tanaman pertama dipanen, tanaman kedua/berikutnya sudah mulai tumbuh. Sistem

”Konservasi Tanah dan Air 12


Pelatihan Dasar-Dasar Pengelolaan DAS

ini bertujuan untuk meningkatkan intensitas penggunaan lahan sekaligus

meningkatkan frekuensi tanam.

Pertanaman lorong (alley cropping) adalah suatu bentuk bercocok tanam dengan

menggunakan dua atau lebih jenis tanaman pada sebidang tanah, dimana salah satu

jenis tanaman yang ditanam adalah tanaman non pangan. Tanaman pokok (tanaman

pangan ditanam di lorong atau gang yang ada di antara tanaman non pangan sebagai

pagar). Fungsi tanaman pagar dalam sistem pertanaman lorong adalah sebagai

berikut :

 sumber pupuk hijau bagi tanaman

 pada tanah berlereng dan ditanam mengikuti garis kontur dapat mengurangi erosi

 jika digunakan tanaman leguminousa, hasil pangkasannya merupakan sumber

Nitrogen bagi tanaman pangan dan dapat memperbaiki struktur tanah

 sumber kayu bakar

 sumber makanan ternak

Untuk memperoleh hasil yang baik, tanaman pagar atau tanaman leguminosa yang

digunakan mempunyai persyaratan sebagai berikut :

 mudah diperbanyak, sebaiknya dengan biji

 sistem perakarannya cukup baik untuk mengikat tanah tapi tidak mengganggu

tanaman pokok

 dapat hidup pada tanah yang kurang subur

 tumbuh cepat dan banyak menghasilkan bahan organik

 mempunyai toleransi terhadap pemangkasan

 tahan hama dan penyakit serta kekeringan

”Konservasi Tanah dan Air 13


Pelatihan Dasar-Dasar Pengelolaan DAS

 mampu menahan pertumbuhan tanaman pengganggu

 tidak menyebabkan gangguan terhadap pelaksanaan pengerjaan tanah, misalnya

berduri

 mudah diberantas jika tidak digunakan lagi

Konservasi tanah dan air dengan sistem pertanaman berganda mempunyai

beberapa keuntungan dibandingkan dengan sistem pertanaman tunggal (monokultur),

yaitu:

a. Permukaan tanah akan selalu tertutup oleh vegetasi, sehingga tanah

terlindung dari energi air hujan

b. Pengolahan tanah dapat diminimalkan dengan tanpa mengurangi kondisi

tanah, bahkan menjadi lebih baik karena ketersediaan mulsa yang cukup

c. Mampu menekan populasi hama dan penyakit serta tumbuhan pengganggu

d. Meningkatkan intensitas penggunaan lahaan daan mengurangi penggunaan

sarana produksi (pupuk, insektisida) sehingga memperbaiki pendapatan petani

e. Dapat mengurangi pengangguran

d) Penggunaan Mulsa (Residue Agroforestry)

Mulsa adalah sisa-sisa tanaman (crop residues) yang ditebarkan diatas

permukaan tanah, sedangkan sisa-sisa tanaman tersebut ditanam dibawah

permukaan tanah dinamakan pupuk hijau dan sisa-sisa tanaman ditumpuk terlebih

dahulu di suatu tempat sehingga mengalami humifikasi dinamakan kompos.

Penggunaan mulsa mempunyai beberapa keuntungan yaitu:

a. Memberi pelindung terhadap permukaan tanah dari hantaman air hujan

sehingga mangurangi laju erosi

b. Mengurangi volume dan kecepatan aliran

”Konservasi Tanah dan Air 14


Pelatihan Dasar-Dasar Pengelolaan DAS

c. Memelihara temperatur dan kelembaban tanah

d. Meningkatkan kemantapan struktur tanah

e. Meningkatkan kandungan bahan organik tanah, dan

f. Mengendalikan tanaman pengganggu (weeds)

e) Penghutanan Kembali (Reboisasi)

Reboisasi merupakan cara yang cocok untuk menurunkan erosi dan aliran

permukaan terutama jika dilakukan pada bagian hulu tangkapan air untuk mengatur

banjir. Reboisasi dapat diartikan sebagai usaha untuk memulihkan dan

menghutankan kembali tanah yang mengalami kerusakan fisik, kimia, maupun biologi;

baik secara alami maupun oleh ulah manusia. Tanah yang rusak tersebut dapat

berupa hutan gundul/rusak, belukar, padang ilalang dan tanah terlantar lainnya.

Tanaman yang dipilih hendaknya mempunyai persyaratan sebagai berikut: 

a. Mempunyai sistem perakaran yang kuat, dalam dan luas.

b. Pertumbuhan yang cepat, sehingga mampu menutup tanah dalam waktu singkat

c. Mempunyai nilai ekonomis, baik kayunya maupun hasil sampingannya

d. Dapat memperbaiki kualitas/kesuburan tanah

”Konservasi Tanah dan Air 15


Pelatihan Dasar-Dasar Pengelolaan DAS

IV. KONSERVASI TANAH SECARA MEKANIS/SIPIL/TEKNIS

Prinsip dasar konservasi tanah adalah mengurangi banyaknya tanah yan hilang

akibat erosi, sedangkan prinsip konservasi air adalah memanfaatkan air hujan yang jatuh ke

tanah seefesien mungkin, mengendalikan kelebihan air di musim hujan dan menyediakan air

yang cukup di musim kemarau. Konservasi secara mekanis mempunyai fungsi:

a. Memperlambat aliran permukaan

b. Menampung dan mengalirkan aliran permukaan sehingga tidak merusak

c. Memperbesar kapasitas infiltrasi air ke dalam tanah dan memperbaiki aerasi tanah

d. Menyediakan air bagi tanaman

Usaha konservasi tanah dan air yang termasuk dalam metode mekanis antara lain

meliputi: (1) pengolahan tanah, (2) pengolahan tanah menurut garis kontur, (3) guludan

(contur bunds)/guludan bersaluran, (4) pembuatan terras: terras pengelak (diversion terrace),

terras retensi (retention terrace), dan terras bangku (beach terrace), (5) pembuatan saluran air

(waterways) saluran pengelak, saluran terras, saluran berumput (grass waterways), (6)

pembuatan dam pengendali: (a) dam/waduk penghambat (cek dam); rorak (silt pit), dan (7)

sumur resapan/sumur resapan kolektif.

A. Pengolahan Tanah

Pengolahan tanah adalah setiap manipulasi mekanik terhadap tanah yang

ditujukan untuk menciptakan kondisi tanah yang baik bagi pertumbuhan tanaman. Tujuan

utama pengolahan tanah adalah menyiapkan tempat tumbuh bagi benih,

menggemburkan tanah pada daerah perakaran, membalikkan tanah sehingga sisa-sisa

tanaman terbenam di dalam tanah, dan memberantas gulma. Untuk mencapai hasil

”Konservasi Tanah dan Air 16


Pelatihan Dasar-Dasar Pengelolaan DAS

pengolahan tanah yang tidak hanya baik bagi pertanian, tapi juga bagi usaha-usaha

konservasi, maka usaha-usaha yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut :

a. tanah diolah seperlunya

b. pengolahan tanah dilakukan pada saat kandungan air yang tepat (pH 3 – 4)

c. pengolahan tanah dilakukan sejajar garis kontur

d. merubah kedalaman pengolahan tanah

e. pengolahan tanah sebaiknya diikuti dengan pemberian mulsa

B. Teras

Teras adalah bangunan konservasi tanah yang dibuta dengan penggalian dan

penggurukan tanah, membentuk bangunan utama berupa bidang olah, guludan dan

saluran air yang mengikuti kontur serta dapat pula dilengkapi dengan bangunan

pelengkapnya serta saluran pembuang air (SPA) dan terjunan air yang tegak lurus.

Sasaran fisik pembuatan teras adalah lahan yang dimanfaatkan secara

intensif/terus menerus untuk penanaman tanaman semusim dan/atau tanaman, dengan

kemiringan lahan yang bervariasi menurut sifat tanah dan kondisi iklim setempat.

Macam-macam teras yang dapat dibangun untuk keperluan konservasi tanah dan air

adalah :

1. Teras datar

Merupakan bangunan konservasi tanah berupa tanggul tanah sejajar kontur,

dilengkapi saluran diatas dan dibawah tanggul. Dibuat dengan kemiringan lereng

kurang dari 3%. Bidang olah tidak diubah dari kelerengan permukaan tanah asli.

Pembuatannya : tanah digali menurut garis kontur dan tanah galiannya ditimbun

ketepi luar dan guludan yang terjadi ditanami rumput.

”Konservasi Tanah dan Air 17


Pelatihan Dasar-Dasar Pengelolaan DAS

2. Teras Kredit

Merupakan bangunan konservasi tanah berupa guludan tanah atau batu sejajar

kontur, bidang olah tidak diubah dari kelerengan permukaan asli. Dibuat pada lahan

dengan topografi landai sampai bergelombang dengan kemiringan lereng 3-10 %.

Kedalaman lapisan tanah olah kurang dari 30 cm.

3. Teras Gulud

Teras merupakan bangunan konservasi tanah berupa guludan tanah dan

selokan/sauran air, dibagian atas guludan besar terdapat satu atau beberapa

guludan kecil yang dibuat sejajar kontur, bidang olah tidak diubah dari permukaan

tanah asli, yang dilengkapi dengan pembuatan SPA dan bangunan terjunan tegak

lurus kontur. Dibuat pada lahan dengan kemiringan lereng 10 -15% dengan

kedalaman lapisan tanah olah bisa dalam bisa tidak.

4. Teras Bangku

Merupakan bangunan konservasi tanah yang dibuat sedemikian rupa sehingga

bidang olah miring ke belakang dan dilengkapi bangunan teras lainnya berupa

selokan/saluran air, SPA dan bangunan terjunan untuk menampung dan mengalirkan

air permukaan dan mengalirkan air permukaan secara aman dan terkendali.

C. Saluran Pembuang Air/ SPA (Waterways) dan Bangunan Terjunan air

Untuk menghindari terkonsentrasinya aliran permukaan di sembarang tempat

yang akan membahayakan dan merusak tanah maka perlu dibuat jalan khusus berupa

saluran pembuangan air (waterways). Tujuan utama pembuatan saluran pembuangan air

adalah untuk mengarahkan dan menyalurkan aliran permukaan dengan kecepatan yang

tidak erosive ke lokasi pembuangan air yang sesuai. Saluran sedapat mungkin dibuat

”Konservasi Tanah dan Air 18


Pelatihan Dasar-Dasar Pengelolaan DAS

tegak lurus garis kontur, dibuat makin kebawah makin lebar dan untuk memperkuat dasar

saluran ditanami rumput yang merayap.

Bangunan terjunan dibangun pada saluran pembuangan untuk mencegah agar air

yang mengalir tidak mengikis dasar dan tebing saluran. Bangunan terjunan dibuat dari

bambu, batu kosong atau batu, sehingga kecepatan air dapat diatur sampai batas yang

aman.

D. Dam Pengendali

Bangunan dam pengendali adalah bendungan kecil yang dapat menampung air

dengan konstruksi urugan tanah dengan lapisan kedap air atau kontruksi beton (tipe

busur) untuk mengendalikan erosi dan banjir. Dibuat pada alur jurang/sungai kecil dan

tinggi maksimum 8 m.

Dam dibuat dengan memadatkan tanah, dibagian tengahnya diberi lapisan kedap

air yang dibuat dari lempung, campuran tras dan kapur atau lainnya. Penampang

melintang bendungan berbentuk trapesium dengan kemiringan 1:1,2 dan 1:2, lebar

bagian atasnya dibuat 4 m.

Bagian utama dari dam pengendali yang dibuat ada :

a. Tubuh bendungan termasuk lapisan kedap air

b. Saluran pelimpah sebagai saluran pengaman

c. Bila perlu dilengkapi dengan pintu masuk air untuk pengaliran

Manfaat dam pengendali antara lain :

a. mengendalikan endapan aliran air yang ada dipermukaan tanah yang berasal dari

daerah tangkapan air di bagian hulunya

b. menaikkan permukaan ait tanah disekitarnya

c. memeperbaiki iklim mikro setempat

”Konservasi Tanah dan Air 19


Pelatihan Dasar-Dasar Pengelolaan DAS

d. tempat penyediaan air air bagi masyarakat (RT, irigasi, ternak, dll)

Persyaratan lokasi :

a. daerah kritis dengan kemiringan lereng 15 – 35%

b. bukan daerah longsor/bergerak atau patahan

c. luas genangan : tangkapan air adalah 1 : 50 sampai 1 :100

d. daerah tangkapan air < 250 ha

e. mudah mendapatkan bahan-bahan yang diperlukan.

E. Dam Penahan

Dam penahan adalah bendungan kecil yang lolos air dengan konstruksi bronjong

batu atau trusuk bambu/kayu yang dibuat pada alur jurang dengan tinggi maksimum 4 m.

1. Sumur Resapan

?

2. Dam Penahan

”Konservasi Tanah dan Air 20


Pelatihan Dasar-Dasar Pengelolaan DAS

Manfaatnya : mengendalikan endapan dan aliran permukaan dari darah tangkapan

air di bagian hulu dan meningkatkan permukaan air tanah di bagian hilirnya.

Perbedaan dengan dam pengendali, dam penahan tidak dapat menahan air tetapi

hanya menahan hasil-hasil erosi dari daerah hulunya.

Kriteria penetapan lokasi :

- daerah kritis dengan kemiringanlereng 15 -35%

- daerah yang sudah dilakukan upaya RHL tetapi hasil belum efektif

- daerah tangkapan air sekitar 30 ha

F. Bangunan Pengendali Jurang (Gully Plug/Gully Drop)

Adalah bendungan kecil yang lolos air yang dibuat pada parit-parit melintang alur

dengan konstruksi bronjong batu, kayu/bambu atau pemasangann batu spesi.

Lokasi dan kriteria bangunan pengendali jurang sbb :

- lahan dengan kemiringan 30%

3. Check Dam

”Konservasi Tanah dan Air 21


Pelatihan Dasar-Dasar Pengelolaan DAS

- daerah kritis

- Daerah tangkapan air maksimum 10 ha

- Lebar dan kedalaman alur/parit/jurang maksimum 3 m

- panjang alur/parit/jurang sampai sekitar 250 m

- kemiringanalur/parit/jurang maksimum 5 %

Manfaatnya antara lain :

- memperbaiki lahan yang rusak akibat gerusan air sehingga terjadi jurang/parit

- Mencegah melebarnya kerusakan lahan

- Pengendalian erosi dan lumpur/sedimen/endapan dan air dari daerah atas ke bagian

hilir

- Memperbaiki kondisi tata air sekitarnya

G. Embung air

Embung adalah bangunan konservasi semacam kolam untuk menampunga air

hujan dan air limpasan/rembesan dilahan yang berdrainase baik, sebagai cadangan

kebutuhan air dimusim kemarau. Untuk dapat menahan air maka dasar embung harus

dilumpurkan dahulu, kecuali jika tanahnya cukup padat.

Manfaat embung sebagai persediaan air dimusim kemarau dan keperkuan lainnya

(pertanian, peternakan, RT,dll)

Jumlah air aliran permukaan akan tergantung pada sifat daerah tangkapan dan pola

curah hujan (jumlah, lamanya, dan lebatnya). Curah hujan antara 1200 – 1500 mm,

daerah tangkapan berupa sawah dengan luas antara 0,2 – 0,5 ha akan menghasilkan air

sebanyak 1.000 m3 yang dapat ditampung. Untuk wilayah padang rumput dan daerah

pemukiman, wilayah tangkapan seluas 0,6 – 1,0 ha dibutuhkan untuk menangkap air

dalam jumlah yang sama.

”Konservasi Tanah dan Air 22


Pelatihan Dasar-Dasar Pengelolaan DAS

Pemilihan lokasi pembuatan embung :

a. Daerah kekurangan air pada musim kemarau (lahankering/tadah hujan) dan tingkat

limpasan air permukaan tinggi pada musim hujan

b. Tipe iklim C (5-6 bulan basah); tipe iklim D (3-4 bulan basah); tipe iklim E ( < 3 bulan

basah)

c. Topografi bergelombang dgn kemiringan 0-30%, pada kemringan > 30%,embung

cepat dipenuhi endapan tanah krn erosi.

d. Air tanah dalam atau tidak ada sama sekali

e. Tektur tanah liat( tdk petmiabel), liat berlempung dan lempung liat berdebu.

H. Sumur Resapan

Bangunan sumur resapan adalah salah satu rekayasa teknik konservasi air berupa

bangunan sumur galian yang berbentuk segiempat atau silinder dg kedalaman tertentu.

Dasar sumur harus berada diatas permukaan air tanah, sehingga tidak keluar air dan

menjadi sumur. Berfungsi sebagai tempat menampung air hujan yang jatuh dari atap atau

daerah kedap air lainnya dan memasukkan/mengendapkannya ke dalam tanah.

Prinsipnya : memberikan timbunan air secara buatan kedalam tanah dengan cara

menginjeksi air hujan ke dalam tanah dan sasaran lokasinya yaitu daerah peresapan air

dikawasan budidaya, pemukiman, pertokaan,dll..

Manfaat sumur resapan : mengurangi aliran air permukaan, mengurangi erosi dan

sedimentasi , mencegah penurunan tanah, mencegah /menahan intruisi air laut ke bagi

daerah yg berdekatan dg pantai dan menambah volume air resapan.

Konstruksi sumur resapan :

a. Dinding sumur tanpa tau dengan susunan batu bata, batu kali, batako bues beton,

anyaman bambu dll.

”Konservasi Tanah dan Air 23


Pelatihan Dasar-Dasar Pengelolaan DAS

b. Dasar sumur tidak diisi atau diisi batu belah maupun ijuk

c. Bangunan pelengkap : tutup sumur resapan, saluran masuk dan keluar, talang air,

Faktor-faktor yang mempengaruhi dimensi sumur resapan adalah :

a. Luas permukaan penutupan, yaitu lahan yang airnya akan ditampung dalam sumur

resapan, meliputi luas atap dan perkerasan-perkerasan lainnya.

b. Karakteristik hujan meliputi intensitas hujan, lama hujan, selang waktu hujan. Secara

umum dapat dikatakan bahwa makin tinggi curah hujan, makin lama berlangsungnya

hujan memerlukan volume sumur resapan yang makin besar. Sementara selang

waktu hujan yang besar dapat mengurangi volume sumur yang diperlukan.

c. Koefisien permeabilitas tanah, yaitu kemampuan tanah dalam melewatkan air per

satuan waktu. Tanah berpasir mempunyai koefisien permeabilitas lebih tinggi

dibandingkan tanah berlempung.

d. Tinggi muka air tanah. Pada kondisi muka air tanah yang dalam, sumur resapan perlu

dibuat secara besar-besaran karena tanah benar-benar memerlukan pengisian air

melalui sumur-sumur resapan. Sebaliknya pada lahan yang muka air tanahnya

dangkal, pembuatan sumur resapan kurang efektif, terutama pada daerah pasang

surut atau daerah rawa dimana air tanahnya sangat dangkal.

Sumur resapan dapat dibuat secara individual yaitu pembuatannya oleh individu

(setiap rumah tangga) dan juga dapat dibuat secara kolektif dapat melayani beberapa

rumah, misalnya per blok, atau per RT atau kawasan yang lebih luas lagi. Sumur resapan

kolektif dapat dibuat dalam bentuk kolam resapan, sumur dalam atau parit berorak.

Cara lain yang dipraktekkan adalah sumur resapan, yaitu dengan membuat lubang-

lubang galian di kebun, halaman serta memanfaatkan sumur-sumur yang tidak terpakai

sebagai penampung air hujan. Sumur resapan terdiri dari sumur resapan individual

”Konservasi Tanah dan Air 24


Pelatihan Dasar-Dasar Pengelolaan DAS

(terbuat dari tembok, terbuat dari hong, terbuat dari fiberglas, terbuat dari bambu, dan

sumur resapan dengan lubang kerikil) dan sumur resapan kolektif (kolam resapan, sumur

resapan dalam dan sumur resapan parit berorak, cek dam sederhana kolam resapan di

hutan lindung atau hutan desa).

”Konservasi Tanah dan Air 25


Pelatihan Dasar-Dasar Pengelolaan DAS

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 1999. Panduan Kehutanan Indonesia, DEPHUTBUN, Jakarta

Anonim, 2004. Buku Pintar Penyuluhan Kehutanan, DEPHUT, Sekjen Pusbinluh, Jakarta

Arsyad, S., 1989. Konservasi Tanah dan Air. Bogor : Penerbit IPB.

Hardjowigeno, Sarwono., 2003. Ilmu Tanah. Jakarta : Akademika Pressindo.

Pusposutardjo, Suprodjo,. dan Sahid Susanto,. 1993. Perspektif dari Pengembangan

Managemen sumberdaya Air dan Irigasi Untuk Pembangunan Pertanian . Yogyakarta:

Liberty.

Rahim, Supli Effendi,. 2000. Pengendalian Erosi Tanah Dalam Rangka Pelestarian

Lingkungan Hidup. Jakarta: Bumi Aksara.

Soemarno,. 1994. Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan Hidup . Jakarta:

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat jenderal Pendidikan Tinggi.

Sudanti, Budihardjo,. “Paradigma Pengelolaan Sumberdaya Air Dalam Era Otonomi Daerah ”

dalam Kodoatie, RJ; Suharyanto; Sri Sangkawati; dan Sutarto Edhisono (Edts). 2002.

Pengelolaan sumberdaya Air Dalam Otonomi Daerah . Yogyakarta: Penerbit Andi.

Suripin,. 2002. Pelestarian Sumberdaya Tanah dan Air . Yogyakarta: Penerbit Andi.

”Konservasi Tanah dan Air 26


Pelatihan Dasar-Dasar Pengelolaan DAS

lLAMPIRAN

”Konservasi Tanah dan Air 27

Anda mungkin juga menyukai