Oleh
Enggar Setiabudi, S.Hut.
Imran Ishak
Kasiran Hariyanto, S.P.
DEPARTEMEN KEHUTANAN
PUSAT DIKLAT KEHUTANAN
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah membimbing kami sehingga
penyusunan bahan ajar KTA pada Diklat Dasar-Dasar Pengelolaan DAS ini
dapat kami selesaikan.
Bahan ajar ini dibuat sebagai bahan refrensi bagi peserta sehingga
memudahkan memahami materi KTA yang berguna dalam pelaksanaan
tugas sehari-hari di lapangan.
Penyusun
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR.............................................................. i
DAFTAR ISI........................................................................ ii
I. PENDAHULUAN............................................................ 1
A. Latar Belakang....................................................... 1
B. Maksud dan Tujuan.................................................. 2
C. Tujuan Pembelajaran............................................... 2
D. Relevansi.............................................................. 2
E. Pengertian............................................................ 2
DAFTAR PUSTAKA............................................................... 25
I. PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Konservasi sumberdaya tanah dan air sangat penting artinya untuk menjaga
kelangsungan produksi lahan, guna memenuhi kebutuhan hidup manusia yang semakin
memperlakukannya sesuai syarat-syarat yang diperlukan agar tanah dapat tetap produktif
dan tidak rusak. Konservasi tanah ditujukan tidak hanya untuk mencegah kerusakan tanah
akibat erosi dan memperbaiki tanah yang rusak, tetapi untuk mengoptimalkan penggunaan
tanah dalam jangka waktu yang tidak terbatas. Konservasi air dapat diartikan sebagai
usaha-usaha untuk meningkatkan jumlah air tanah yang masuk kedalam tanah dan untuk
Dewasa ini terjadi degrasasi air yang cukup berat dibeberapa tempat di muka bumi,
distribusi air terhadap waktu makin timpang dan kualitasnya menurun. Konservasi air
penting jadinya, artinya bagi kelangsungan kehidupan suatu bangsa, khususnya untuk
daerah dimana terjadi defisit air tanah yaitu di daerah kering (arid) dan semi kering (sub
humid). Konservasi air ditujukan tidak hanya meningkatkan volume air tanah, tetapi juga
mengurangi biaya kerugian akibat banjir, mengurangi biaya pengolahan air, dsb. Dengan
demikian, tidak meragukan lagi bahwa konservasi air mendapat perhatian yang besar.
Dalam kurun waktu dua dekade, konservasi air telah mejadi kunci untuk meningkatkan
Maksud penyusunan bahan ajar Konservasi Tanah adalah sebagai bahan acuan
bagi peserta diklat Teknik Agroforestry dalam mengikuti pelatihan. Sedang tujuan
penyusunan bahan ajar adalah agar para peserta diklat dapat menjelaskan teknik
C. TUJUAN PEMBELAJARAN
Tujuan pembelajaran umum adalah setelah selesai mengikuti mata diklat ini
peserta diharapkan dapat memahami tentang Konservasi Tanah dan Air dalam
D. RELEVANSI
Setelah mengikuti mata pelajaran ini peserta diharapkan dapat menjelaskan teknik
konservasi tanah dengan metode vegetatif dan metode sipil teknis dalam menyusun
E. PENGERTIAN
prinsip kelestarian
Air adalah semua air yang terdapat di dalam dan atau berasal dari sumber-sumber air,
baik yang terdapat di atas maupun di bawah permukaan tanah, tidak termasuk air
Tanah adalah bagian dari kulit bumi yang terkonsolidasi, mengandung mineral bahan
organik yang berfungsi sebagai penyedia unsur-unsur hara bagi tumbuhan dan
Konservasi tanah berarti penempatan setiap bidang tanah pada cara penggunaan yang
dengan syarat-syarat yang diperlukan agar tanah tersebut tidak cepat rusak.
Konservasi air pada prinsipnya merupakan penggunaan air secara efisien sehingga
persediaan air masih tetap tersedia di musim kemarau dan tidak berlebih di
musim hujan.
Tanah dan air merupakan sumberdaya alam yang paling fundamental yang dimiliki
manusia. Tanah merupakan media utama di mana manusia bisa mendapatkan bahan
pangan, sandang, papan, tambang dan tempat dilaksanakannya berbagai aktivitas. Tanah
dapat diartikan berbeda-beda tergantung dari kepentingan orang terhadap tanah. Ahli
pertambangan menganggap tanah sebagai sesuatu yang tidak berguna karena menutupi
barang-barang tambang yang dicarinya, ahli jalan menganggap tanah adalah bagian
permukaan bumi yang lembek sehingga perlu dipasang batu-batu dipermukaannya agar
menjadi kuat, dalam kehidupan sehari-hari tanah diartikan sebagai wilayah darat di mana
Dalam pertanian tanah diartikan lebih khusus yaitu sebagai media tumbuhnya
tanaman darat, berasal dari hasil pelapukan batuan bercampur dengan sisa-sisa bahan
organik dan organisme (vegetasi atau hewan) yang hidup di atasnya atau di dalamnya dan
juga terdapat udara dan air. Secara ilmiah tanah ( soil) didefinisikan sebagai kumpulan dari
benda alam di permukaan bumi yang tersusun dalam horison-horison, terdiri dari
campuran bahan mineral, bahan organik, air dan udara, dan merupakan media untuk
tumbuhnya tanaman (Hardjowigeno, 2002). Tanah ( soil) berbeda dengan lahan ( land)
karena lahan meliputi tanah beserta faktor-faktor fisik lingkungannya seperti lereng, air,
produktif, atau memperbaiki tanah yang rusak karena erosi agar menjadi lebih produktif,
sedangkan konservasi (pengawetan) air adalah usaha-usaha agar air dapat lebih banyak
disimpan di dalam tanah sehingga dapat digunakan tanaman dan mengurangi terjadinya
banjir dan erosi. Salah satu usaha dasar dalam konservasi tanah dan air adalah
yang tinggi dan terkendalinya erosi. Sasaran konservasi tanah dan air dapat mencakup
tiga unsur utama yaitu: (1) tanah harus digunakan untuk tujuan-tujuan yang sesuai dengan
kemampuannya, (2) konservasi tanah harus diarahkan agar tanah terlindungi dari
ancaman erosi dengan mempertahankan penutup tanah, dan (3) tindakan-tindakan seperti
tanah.
Tolok ukur keberhasilan konservasi tanah di suatu daerah aliran sungai (DAS), sub
DAS dan sub-sub DAS adalah besarnya tanah yang hilang, misalnya ton per hektar per
tahun. Namun demikian tolok ukur ini harus diperkuat dengan dampak on-site dan off-site
yang lain. Dampak off-site sering jauh lebih serius, seperti pendangkalan waduk,
rendahnya kualitas air, rusaknya ekosistem perairan, ancaman banjir dan kekeringan.
dapat tetap produktif dan tidak rusak. Konservasi tanah ditujukan tidak hanya untuk
mencegah kerusakan tanah akibat erosi dan memperbaiki tanah yang rusak, tetapi juga
untuk mengoptimalkan penggunaan tanah dalam jangka waktu yang tidak terbatas.
Sasaran konservasi air menyangkut tiga aspek yaitu: aspek pemanfaatan, aspek
pelestarian dan aspek pengendalian. Dalam konservasi air, tiga aspek penting tersebut
harus menjadi suatu kesatuan, tidak dapat dipisahkan satu dengan lainnya. Salah satu
aspek saja terlupakan akan mengkibatkan tidak lestarinya pemanfaatan air dan bahkan
akan membawa akibat buruk. Jika kita kurang benar dalam mengkonservasi air tidak
hanya saat ini kita akan menerima akibat, tetapi juga generasi mendatang.
Bentuk-bentuk Erosi
- Erosi percikan : erosi yang ditimbulkan oleh pukulan bitir-butir air hujan
sehingga daya kikisnya bertambah besar. Alur parit ini masih dapat
- Erosi jurang (gully erosion) : erosi parit yang membesar sehingga tidak dapat
- Tanah longsor
Strategi konservasi tanah meliputi: (1) melindungi tanah dari hantaman air hujan dengan
menutup permukaan tanah, (2) mengurangi aliran permukaan tanah dengan meningkatkan
kapasitas infiltrasi, (3) meningkatkan stabilitas agregat tanah, dan (4) mengurangi kecepatan
aliran permukaan dengan meningkatkan kekasaran permukaan tanah. Untuk itu diperlukan
tiga golongan utama yaitu : (a) daya tahan tanah secara agronomis (biologi) : memanfaatkan
vegetasi untuk membantu menurunkan erosi lahan (usaha untuk melindungi tanah), (b).
secara mekanis (fisik) : menyiapkan tanah supaya dapat ditumbuhi vegetasi yang lebat dan
memanipulasi topografi mikro untuk mengendalikan aliran air dan angin (usaha
mengendalikan energi aliran air permukaan yang erosif), dan (c). secara kimia: memperbaiki
struktur tanah sehingga lebih tahan terhadap erosi (usaha meningkatkan daya tahan tanah).
Sedangkan konservasi air dapat dilakukan dengan cara: (1) meningkatkan pemanfaatan
air permukaan dan air tanah, (2) meningkatkan efisiensi air irigasi, dan menjaga kualitas air
sesuai dengan peruntukkannya. Konservasi air permukaan dapat dilakukan dengan beberapa
cara antara lain: (1) pengendalian aliran permukaan, (2) pemanenan air hujan, dan (3)
meningkatkan kapasitas infiltrasi tanah. Air permukaan merupakan pengangkut utama partikel
Dengan demikian untuk mengendalikan erosi, aliran permukaan harus dieliminasi atau
laju aliran permukaan dikurangi sampai pada tingkatan yang tidak mampu mengangkut
partikel sedimen yang terlepas, jika partikel lepas sudah tersedia. Karena kehilangan air
sebagai aliran permukaan tidak mempunyai pengaruh langsung pada produksi tanah dimana
aliran permukaan terjadi maka pengendalian aliran permukaan juga sangat besar artinya bagi
konservasi air. Konservasi air tanah adalah menjaga keseimbangan antara pengisian dan
pengambilannya melalui pengisian air tanah secara buatan dan pengendalian pengambilan air
tanah.
Konservasi tanah dan air merupakan dua hal yang saling kait mengkait. Berbagai
macam tindakan konservasi tanah secara otomatis juga merupakan tindakan konservasi air.
Dengan demikian pendekatan dasar dalam konservasi tanah dan air adalah sebagai berikut :
a. Menyediakan penutup tanah dengan tanaman atau mulsa agar tanah terlindungi dari
b. Menyediakan dan menjaga kondisi tanah agar tanah tahan terhadap penghancuran,
sehingga mengalir dengan energi yang tidak merusak, dengan cara: (1) mengurangi
aliran permukaan, (2) menahan aliran permukaan, dan (3) mengendalikan aliran
permukaan
tanaman atau tumbuhan dan sisa tanaman dengan cara sedemikian rupa sehingga dapat
mengurangi laju erosi dengan cara mengurangi laju erosi dengan cara mengurangi daya
rusak hujan yang jatuh dan jumlah daya rusak aliran permukaan. Konservasi tanah dan
a. Pengurangan daya perusak butiran hujan yang jatuh akibat intersepsi butiran hujan
e. Permukaan daya rusak aliran permukaan sebagai akibat pengurangan volume aliran
dilakukan dengan berbagai cara yaitu: (a) pertanaman tanaman atau tumbuhan secara
terus menerus (permanent plant cover), (b) pertanaman dalam strip ( strip cropping), (c)
pertanaman berganda (multiple cropping), (d) pertanaman bergilir ( rotation cropping), (e)
pemanfaatan mulsa (residue management), dan (f) sistem pertanian hutan (agroforestry).
Tanaman penutup tanah adalah tanaman yang memang sengaja ditanam untuk
melindungi tanah dari erosi, menambah bahan organik tanah, dan sekaligus
atau ditanam bersama-sama dengan tanaman pokok, atau bahkan sebagai pelindung
merambat / menjalar:
pokok
Ditanam di luar tanaman pokok dan merupakan sumber mulsa atau pupuk
hijau.
pokok
kembali (reboisasi)
Pertanaman dalam strip (strip cropping) adalah cara cocok tanam dengan
tanah dan disusun memotong lereng atau garis kontur. Tanaman yang ditanam
tanaman penutup tanah yang cepat dan rapat untuk pupuk hijau, dapat
Pertanaman dalam strip menurut garis kontur susunan strip-strp harus tepat
sejajar dengan garis kontur dengan ukuran pergiliran yang tepat pula. Oleh karena itu
sistem ini hanya cocok untuk lahan yang lerengnya panjang dan rata atau
seragam.Pertanaman dalam strip lapangan terdiri dari strip-strip tanaman tidak perlu
lereng. Sistem ini dapat diterapkan pada lahan dengan kelerengan tidak teratur, akan
Strip-strip dapat seragam atau tidak seragam lebarnya, strip rumput ditempatkan
pada lereng kritis. Sistem ini dilakukan untuk mengatasi lahan yang mempunyai
Pertanaman dalam strip hanya efektif untuk konservasi tanah pada kemiringan
lereng kurang dari 8,5o. Namun pada daerah-daerah tertentu karena keadaan.
Pertanaman dalam strip juga dilakukan pada lahan dengan klasifikasi tanah Kelas II,
bahkan kadang-kadang pada tanah Kelas III dan Kelas IV dengan kemiringan 6 –
15%.
Lebar strip tergantung pada curah hujan, keadaan tanah, topografi dan jenis
tanaman yang akan ditanam. Makin sering terjadi hujan lebat, atau makin curam
lereng, atau makin peka tanah terhadap erosi, makin sempit strip yang digunakan.
Namun secara umum lebar strip berkisar antara 15 -45m, dan lebar strip penyangga 2
– 4 m. Penentuan lebar strip dan rencana tata letak strip biasanya berdasarkan
pengalaman praktis.
produktivitas lahan sambil menyediakan proteksi terhadap tanah dari erosi. Sistem ini
tumpang sari (inter cropping ), tumpang gilir ( relay cropping) dan pertanaman lorong
(alley cropping).
menggunakan dua atau lebih jenis tanaman pada sebidang tanah, dimana tanaman
dibedakan menjadi tipe double cropping (menggunakan dua jenis tanaman), triple
Tumpang sari (inter cropping), adalah sistem bercocok tanam dengan menggunakan
dua atau lebih jenis tanaman yang ditanam serentak (bersamaan) pada sebidang
Tumpang gilir (relay cropping) adalah sistem bercocok tanam dengan menggunakan
dua atu lebih jenis tanaman pada sebidang tanah, dimana tanaman kedua atau
Pertanaman lorong (alley cropping) adalah suatu bentuk bercocok tanam dengan
menggunakan dua atau lebih jenis tanaman pada sebidang tanah, dimana salah satu
jenis tanaman yang ditanam adalah tanaman non pangan. Tanaman pokok (tanaman
pangan ditanam di lorong atau gang yang ada di antara tanaman non pangan sebagai
pagar). Fungsi tanaman pagar dalam sistem pertanaman lorong adalah sebagai
berikut :
pada tanah berlereng dan ditanam mengikuti garis kontur dapat mengurangi erosi
Untuk memperoleh hasil yang baik, tanaman pagar atau tanaman leguminosa yang
sistem perakarannya cukup baik untuk mengikat tanah tapi tidak mengganggu
tanaman pokok
berduri
yaitu:
tanah, bahkan menjadi lebih baik karena ketersediaan mulsa yang cukup
permukaan tanah dinamakan pupuk hijau dan sisa-sisa tanaman ditumpuk terlebih
Reboisasi merupakan cara yang cocok untuk menurunkan erosi dan aliran
permukaan terutama jika dilakukan pada bagian hulu tangkapan air untuk mengatur
menghutankan kembali tanah yang mengalami kerusakan fisik, kimia, maupun biologi;
baik secara alami maupun oleh ulah manusia. Tanah yang rusak tersebut dapat
berupa hutan gundul/rusak, belukar, padang ilalang dan tanah terlantar lainnya.
b. Pertumbuhan yang cepat, sehingga mampu menutup tanah dalam waktu singkat
Prinsip dasar konservasi tanah adalah mengurangi banyaknya tanah yan hilang
akibat erosi, sedangkan prinsip konservasi air adalah memanfaatkan air hujan yang jatuh ke
tanah seefesien mungkin, mengendalikan kelebihan air di musim hujan dan menyediakan air
c. Memperbesar kapasitas infiltrasi air ke dalam tanah dan memperbaiki aerasi tanah
Usaha konservasi tanah dan air yang termasuk dalam metode mekanis antara lain
meliputi: (1) pengolahan tanah, (2) pengolahan tanah menurut garis kontur, (3) guludan
(contur bunds)/guludan bersaluran, (4) pembuatan terras: terras pengelak (diversion terrace),
terras retensi (retention terrace), dan terras bangku (beach terrace), (5) pembuatan saluran air
(waterways) saluran pengelak, saluran terras, saluran berumput (grass waterways), (6)
pembuatan dam pengendali: (a) dam/waduk penghambat (cek dam); rorak (silt pit), dan (7)
A. Pengolahan Tanah
ditujukan untuk menciptakan kondisi tanah yang baik bagi pertumbuhan tanaman. Tujuan
tanaman terbenam di dalam tanah, dan memberantas gulma. Untuk mencapai hasil
pengolahan tanah yang tidak hanya baik bagi pertanian, tapi juga bagi usaha-usaha
b. pengolahan tanah dilakukan pada saat kandungan air yang tepat (pH 3 – 4)
B. Teras
Teras adalah bangunan konservasi tanah yang dibuta dengan penggalian dan
penggurukan tanah, membentuk bangunan utama berupa bidang olah, guludan dan
saluran air yang mengikuti kontur serta dapat pula dilengkapi dengan bangunan
pelengkapnya serta saluran pembuang air (SPA) dan terjunan air yang tegak lurus.
kemiringan lahan yang bervariasi menurut sifat tanah dan kondisi iklim setempat.
Macam-macam teras yang dapat dibangun untuk keperluan konservasi tanah dan air
adalah :
1. Teras datar
dilengkapi saluran diatas dan dibawah tanggul. Dibuat dengan kemiringan lereng
kurang dari 3%. Bidang olah tidak diubah dari kelerengan permukaan tanah asli.
Pembuatannya : tanah digali menurut garis kontur dan tanah galiannya ditimbun
2. Teras Kredit
Merupakan bangunan konservasi tanah berupa guludan tanah atau batu sejajar
kontur, bidang olah tidak diubah dari kelerengan permukaan asli. Dibuat pada lahan
3. Teras Gulud
selokan/sauran air, dibagian atas guludan besar terdapat satu atau beberapa
guludan kecil yang dibuat sejajar kontur, bidang olah tidak diubah dari permukaan
tanah asli, yang dilengkapi dengan pembuatan SPA dan bangunan terjunan tegak
lurus kontur. Dibuat pada lahan dengan kemiringan lereng 10 -15% dengan
4. Teras Bangku
bidang olah miring ke belakang dan dilengkapi bangunan teras lainnya berupa
selokan/saluran air, SPA dan bangunan terjunan untuk menampung dan mengalirkan
air permukaan dan mengalirkan air permukaan secara aman dan terkendali.
yang akan membahayakan dan merusak tanah maka perlu dibuat jalan khusus berupa
saluran pembuangan air (waterways). Tujuan utama pembuatan saluran pembuangan air
adalah untuk mengarahkan dan menyalurkan aliran permukaan dengan kecepatan yang
tidak erosive ke lokasi pembuangan air yang sesuai. Saluran sedapat mungkin dibuat
tegak lurus garis kontur, dibuat makin kebawah makin lebar dan untuk memperkuat dasar
Bangunan terjunan dibangun pada saluran pembuangan untuk mencegah agar air
yang mengalir tidak mengikis dasar dan tebing saluran. Bangunan terjunan dibuat dari
bambu, batu kosong atau batu, sehingga kecepatan air dapat diatur sampai batas yang
aman.
D. Dam Pengendali
Bangunan dam pengendali adalah bendungan kecil yang dapat menampung air
dengan konstruksi urugan tanah dengan lapisan kedap air atau kontruksi beton (tipe
busur) untuk mengendalikan erosi dan banjir. Dibuat pada alur jurang/sungai kecil dan
tinggi maksimum 8 m.
Dam dibuat dengan memadatkan tanah, dibagian tengahnya diberi lapisan kedap
air yang dibuat dari lempung, campuran tras dan kapur atau lainnya. Penampang
melintang bendungan berbentuk trapesium dengan kemiringan 1:1,2 dan 1:2, lebar
a. mengendalikan endapan aliran air yang ada dipermukaan tanah yang berasal dari
d. tempat penyediaan air air bagi masyarakat (RT, irigasi, ternak, dll)
Persyaratan lokasi :
E. Dam Penahan
Dam penahan adalah bendungan kecil yang lolos air dengan konstruksi bronjong
batu atau trusuk bambu/kayu yang dibuat pada alur jurang dengan tinggi maksimum 4 m.
1. Sumur Resapan
?
2. Dam Penahan
air di bagian hulu dan meningkatkan permukaan air tanah di bagian hilirnya.
Perbedaan dengan dam pengendali, dam penahan tidak dapat menahan air tetapi
- daerah yang sudah dilakukan upaya RHL tetapi hasil belum efektif
Adalah bendungan kecil yang lolos air yang dibuat pada parit-parit melintang alur
3. Check Dam
- daerah kritis
- kemiringanalur/parit/jurang maksimum 5 %
- memperbaiki lahan yang rusak akibat gerusan air sehingga terjadi jurang/parit
- Pengendalian erosi dan lumpur/sedimen/endapan dan air dari daerah atas ke bagian
hilir
G. Embung air
hujan dan air limpasan/rembesan dilahan yang berdrainase baik, sebagai cadangan
kebutuhan air dimusim kemarau. Untuk dapat menahan air maka dasar embung harus
Manfaat embung sebagai persediaan air dimusim kemarau dan keperkuan lainnya
Jumlah air aliran permukaan akan tergantung pada sifat daerah tangkapan dan pola
curah hujan (jumlah, lamanya, dan lebatnya). Curah hujan antara 1200 – 1500 mm,
daerah tangkapan berupa sawah dengan luas antara 0,2 – 0,5 ha akan menghasilkan air
sebanyak 1.000 m3 yang dapat ditampung. Untuk wilayah padang rumput dan daerah
pemukiman, wilayah tangkapan seluas 0,6 – 1,0 ha dibutuhkan untuk menangkap air
a. Daerah kekurangan air pada musim kemarau (lahankering/tadah hujan) dan tingkat
b. Tipe iklim C (5-6 bulan basah); tipe iklim D (3-4 bulan basah); tipe iklim E ( < 3 bulan
basah)
e. Tektur tanah liat( tdk petmiabel), liat berlempung dan lempung liat berdebu.
H. Sumur Resapan
Bangunan sumur resapan adalah salah satu rekayasa teknik konservasi air berupa
bangunan sumur galian yang berbentuk segiempat atau silinder dg kedalaman tertentu.
Dasar sumur harus berada diatas permukaan air tanah, sehingga tidak keluar air dan
menjadi sumur. Berfungsi sebagai tempat menampung air hujan yang jatuh dari atap atau
Prinsipnya : memberikan timbunan air secara buatan kedalam tanah dengan cara
menginjeksi air hujan ke dalam tanah dan sasaran lokasinya yaitu daerah peresapan air
Manfaat sumur resapan : mengurangi aliran air permukaan, mengurangi erosi dan
sedimentasi , mencegah penurunan tanah, mencegah /menahan intruisi air laut ke bagi
a. Dinding sumur tanpa tau dengan susunan batu bata, batu kali, batako bues beton,
b. Dasar sumur tidak diisi atau diisi batu belah maupun ijuk
c. Bangunan pelengkap : tutup sumur resapan, saluran masuk dan keluar, talang air,
a. Luas permukaan penutupan, yaitu lahan yang airnya akan ditampung dalam sumur
b. Karakteristik hujan meliputi intensitas hujan, lama hujan, selang waktu hujan. Secara
umum dapat dikatakan bahwa makin tinggi curah hujan, makin lama berlangsungnya
hujan memerlukan volume sumur resapan yang makin besar. Sementara selang
waktu hujan yang besar dapat mengurangi volume sumur yang diperlukan.
c. Koefisien permeabilitas tanah, yaitu kemampuan tanah dalam melewatkan air per
d. Tinggi muka air tanah. Pada kondisi muka air tanah yang dalam, sumur resapan perlu
melalui sumur-sumur resapan. Sebaliknya pada lahan yang muka air tanahnya
dangkal, pembuatan sumur resapan kurang efektif, terutama pada daerah pasang
Sumur resapan dapat dibuat secara individual yaitu pembuatannya oleh individu
(setiap rumah tangga) dan juga dapat dibuat secara kolektif dapat melayani beberapa
rumah, misalnya per blok, atau per RT atau kawasan yang lebih luas lagi. Sumur resapan
kolektif dapat dibuat dalam bentuk kolam resapan, sumur dalam atau parit berorak.
Cara lain yang dipraktekkan adalah sumur resapan, yaitu dengan membuat lubang-
lubang galian di kebun, halaman serta memanfaatkan sumur-sumur yang tidak terpakai
sebagai penampung air hujan. Sumur resapan terdiri dari sumur resapan individual
(terbuat dari tembok, terbuat dari hong, terbuat dari fiberglas, terbuat dari bambu, dan
sumur resapan dengan lubang kerikil) dan sumur resapan kolektif (kolam resapan, sumur
resapan dalam dan sumur resapan parit berorak, cek dam sederhana kolam resapan di
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2004. Buku Pintar Penyuluhan Kehutanan, DEPHUT, Sekjen Pusbinluh, Jakarta
Arsyad, S., 1989. Konservasi Tanah dan Air. Bogor : Penerbit IPB.
Liberty.
Rahim, Supli Effendi,. 2000. Pengendalian Erosi Tanah Dalam Rangka Pelestarian
Sudanti, Budihardjo,. “Paradigma Pengelolaan Sumberdaya Air Dalam Era Otonomi Daerah ”
dalam Kodoatie, RJ; Suharyanto; Sri Sangkawati; dan Sutarto Edhisono (Edts). 2002.
Suripin,. 2002. Pelestarian Sumberdaya Tanah dan Air . Yogyakarta: Penerbit Andi.
lLAMPIRAN