Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

TEKNIK KONSERVASI TANAH DAN AIR


Judul : PELUANG DAN TANTANGAN AGROFORESTRI

OLEH

KELOMPOK I :
1. YUNTRI H. POLI
2. ROBI J. TONFANUS
3. ERBIN O. HEKBOY
4. TONDI E. TANONO
5. YUSTINO MISA

PROGRAM STUDI MEKANISASI PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS KRISTEN ARTHA WACANA KUPANG
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Maha Esa yang telah memberikan rahmat-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Peluang Dan Tantangan
Agroforestri” ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas pada mata
kuliah Teknik Konservasi Tanah dan Air. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah
wawasan tentang Teknik Konservasi Tanah dan Air dikehidupan sehari-hari bagi para pembaca dan
juga bagi penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Jonathan Ebet Koehuan, ST, MP,
selaku Dosen Mata Kuliah Teknik Konservasi Tanah dan Air yang telah memberikan tugas ini
sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang ilmu yang kami tekuni
saat ini.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan
semua, terimakasih atas bantuannya sehingga sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah
ini dengan baik.
Kami menyadari, tugas makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun kami butuhkan demi kesempurnaan makalah ini.

Kupang , 31 Mei 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

Halaman judul
KATA PENGANTAR .................................................................................................................... i
DAFTAR ISI.................................................................................................................................. ii
BAB I .............................................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN ......................................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ...................................................................................................................... 1
1.2 Tujuan.................................................................................................................................... 1
1.3 Manfaat.................................................................................................................................. 1
BAB II ............................................................................................................................................ 3
TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................................................ 3
2.1. Pengertian Agroforestry ....................................................................................................... 3
2.2. Agroforestri Untuk Konservasi Tanah Dan Air ................................................................... 4
2.3. Keunggulan dan Kelemahan Agroforestri............................................................................ 7
BAB III......................................................................................................................................... 10
PEMBAHASAN .......................................................................................................................... 10
BAB IV ......................................................................................................................................... 14
PENUTUP .................................................................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................. 15

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Agroforestri adalah suatu perpaduan antara usaha pertanian dengan usaha kehutanan.
Jelasnya, mengusahakan tanaman keras yang menghasilkan kayu, buah, getah dan sebagainya
di lahan pertanian; yang biasanya ditanami dengan tanaman penghasil pangan, seperti jagung,
umbi-umbian, sayuran, palawija dan sebagainya. Seiring dengan semakin meningkatnya
pertumbuhan populasi penduduk, kebutuhan akan adanya peningkatan produksi pangan pun
meningkat. Konversi hutan menjadi lahan pertanian pangan juga semakin luas, sehingga
mengakibatkan semakin menurunnya luas hutan yang ada. Secara umum fungsi agroforestri
adalah :
1. Suplai kayu bangunan, kayu bakar, dan pakan ternak.
2. Penggunaan lahan secara optimal.
3. Pemanfaatan energi matahari dalam luasan yang maksimal.
4. Mencegah aliran air permukaan yang dapat menyebabkan terjadinya erosi.
5. Pemanfaatan sumberdaya air dan hara lebih efisien.
1.2 Tujuan
a) Meningkatkan produktivitas dan efisiensi penggunaan sumber daya lahan dan hutan.
b) Meningkatkan kualitas sumber daya alam terutama tanah dan air.
c) Meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan hasil tanaman yang berlimpah.
1.3 Manfaat
a) Membantu penggunaan lahan secara optimal sehingga dapat memperbaiki kebutuhan
hidup masyarakat
b) Meningkatkan daya dukung ekologi manusia terutama di daerah pedesaan. Agroforestri
juga bisa dimanfaatkan untuk menjamin dan memperbaiki kebutuhan pangan
c) Meningkatkan persediaan pangan pada tiap musim, sehingga petani dapat memperoleh
tambahan penghasilan untuk kebutuhan sehari-hari. Namun untuk memperoleh manfaat
ini, maka petani harus memperhatikan kualitas nutrisi, pemasaran serta setiap proses
yang terjadi pada agroforestri
d) Memperbaiki penyediaan energi lokal terutama produksi kayu bakar

1
e) Meningkatkan dan memperbaiki produksi bahan mentah hasil kehutanan maupun
pertanian. Umumnya peningkatan produksi bahan mentah ini dilakukan secara kualitatif
dan diversifikasi. Selain itu, biasanya juga dilakukan dengan memanfaatkan berbagai
jenis pohon dan perdu
f) Memperbaiki kualitas hidup terutama di daerah pedesaan, terutama di daerah miskin.
Agroforestri dapat meningkatkan pendapatan serta tersedianya lapangan pekerjaan bagi
masyarakat
g) Meningkatkan kinerja usia produktif (usia muda) di pedesaan sehingga kualitas hidup
dapat meningkat
h) Memelihara dan memperbaiki kemampuan dan kelestarian lingkungan setempat. Hal ini
dapat dilakukan dengan mencegah terjadinya erosi tanah dan degradasi lingkungan

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Agroforestry

Agroforestry merupakan system penggunaan lahan yang mengkombinasikan tanaman


berkayu (pepohonan, perdu, bambu, rotan dan lainnya) dengan tanaman tidak berkayu atau
dapat pula dengan rerumputan (pasture), kadang-kadang ada komponen ternak atau hewan
lainnya (lebah, ikan) sehingga terbentuk interaksi ekologis dan ekonomis antara tanaman
berkayu dengan komponen lainnya (Huxley 1999). Hampir setiap ahli mengusulkan definisi
yang berbeda satu dari yang lain.
Agroforestri merupakan salah satu sistem penggunaan lahan yang diyakini oleh banyak
orang dapat mempertahankan hasil pertanian secara berkelanjutan. Agroforestri memberikan
kontribusi yang sangat penting terhadap jasa lingkungan (environmental services) antara lain
mempertahankan fungsi hutan dalam mendukung DAS (daerah aliran sungai), mengurangi
konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer, dan mempertahankan keanekaragaman hayati.
Mengingat besarnya peran Agroforestri dalam mepertahankan fungsi DAS dan pengurangan
konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer melalui penyerapan gas CO2 yang telah ada di
atmosfer oleh tanaman dan mengakumulasikannya dalam bentuk biomasa tanaman, maka
agroforestri sering dipakai sebagai salah satu contoh dari “Sistem Pertanian Sehat” (Hairiah
dan Utami 2002).
Salah satu fungsi agroforestri pada level bentang lahan (skala meso) yang sudah terbukti
diberbagai tempat adalah kemampuannya untuk menjaga dan mempertahankan kelestarian
sumber daya alam dan lingkungan, khususnya terhadap kesesuaian lahan.
Beberapa dampak positif sistem agroforestri antara lain:
(a) memelihara sifat fisik dan kesuburan tanah,
(b) mempertahankan fungsi hidrologi kawasan,
(c) mempertahankan cadangan karbon,
(d) mengurangi emisi gas rumah kaca, dan
(e) mempertahankan keanekaragaman hayati.

3
Fungsi agroforestri itu dapat diharapkan karena adanya komposisi dan susunan spesies
tanaman dan pepohonan yang ada dalam satu bidang lahan.
2.2. Agroforestri Untuk Konservasi Tanah Dan Air
Laju pertambahan penduduk yang sangat cepat menimbulkan masalah yang kompleks
akhir-akhir ini. Peningkatan jumlah penduduk diikuti oleh peningkatan kebutuhan pangan,
sandang, papan/perumahan dan lain-lain. Lahan yang memadahi diperlukan untuk penyediaan
kebutuhan tersebut, terutama untuk budidaya pertanian.
Kualitas dan kuantitas lahan menurun dengan peningkatan tekanan oleh manusia,
karena adanya pengalihfungsian lahan pertanian menjadi menjadi areal non-pertanian.
Pengolahan lahan yang tidak akrab dengan lingkungan akan mempercepat terjadinya
degradasi kesuburan tanah. Oleh karena itu, permasalahan lahan ini perlu mendapatkan
perhatian yang sungguh-sungguh dari semua pihak.
Sebagian besar hutan alam di Indonesia termasuk dalam hutan hujan tropis. Banyak
para ahli yang mendiskripsi hutan hujan tropis sebagai ekosistem spesifik, yang hanya dapat
berdiri mantap dengan keterkaitan antara komponen penyusunnya sebagai kesatuan yang
utuh. Keterkaitan antara komponen penyusun ini memungkinkan bentuk struktur hutan
tertentu yang dapat memberikan fungsi tertentu pula seperti stabilitas ekonomi, produktivitas
biologis yang tinggi, siklus hidrologis yang memadai dan lain-lain. Secara de facto tipe hutan
ini memiliki kesuburan tanah yang sangat rendah, tanah tersusun oleh partikel lempung yang
bermuatan negatif rendah seperti kaolinite dan illite. Kondisi tanah asam ini memungkinkan
besi dan almunium menjadi aktif di samping kadar silikanya memang cukup tinggi, sehingga
melengkapi keunikan hutan ini. Namun dengan pengembangan struktur yang mantap
terbentuklah salah satu fungsi yang menjadi andalan utamanya yaitu ”siklus hara tertutup”
(closed nutrient cycling) dan keterkaitan komponen tersebut, sehingga mampu mengatasi
berbagai kendala/keunikan tipe hutan ini (Withmore, 1975).
Alih fungsi lahan hutan menjadi lahan pertanian disadari menimbulkan banyak
masalah seperti penurunan kesuburan tanah, erosi, kepunahan flora dan fauna, banjir,
kekeringan dan bahkan perubahan lingkungan global. Masalah ini bertambah berat dari waktu
ke waktu sejalan dengan meningkatnya luas areal hutan yang dikonversikan menjadi lahan
usaha lain. Agroforestri adalah salah satu sistem pengelolaan lahan yang mungkin dapat

4
ditawarkan untuk mengatasi masalah yang timbul akibat adanya alih fungsi lahan tersebut dan
sekaligus untuk mengatasi masalah ketersediaan pangan.
Agar dapat meningkatkan produktivitas lahan terutama lahan pertanian di Indonesia
saat ini, maka juga berkaitan dengan faktor kesuburan tanah pada lahan tersebut. Dalam
sistem agroforestri terdapat interaksi ekologis dan ekonomis antara komponen-komponen
yang berbeda. Agroforestri ditujukan untuk memaksimalkan penggunaan energi matahari,
meminimalkan hilangnya unsurhara di dalam sistem, mengoptimalkan efesiensi penggunaan
air dan meminimalkan runoff serta erosi. Dengan demikian mempertahankan manfaat-
manfaat yang dapat diberikan oleh tumbuhan berkayu tahunan (perennial) setara dengan
tanaman pertanian konvensional dan juga memaksimalkan keuntungan keseluruhan yang
dihasilkan dari lahan sekaligus mengkonservasi dan menjaganya.
Kondisi tanah hutan ini juga menunjukkan keunikan tersendiri. Aktivitas biologis
tanah lebih bertumpu pada lapisan tanah atas (top soil). Aktivitas biologis tersebut sekitar
80% terdapat pada top soil saja. Kenyataan-kenyataan tersebut menunjukkan bahwa hutan
tropika basah merupakan ekosistem yang rapuh (fragile ecosystem), karena setiap komponen
tidak bisa berdiri sendiri. Disamping itu dijumpai pula fenomena lain yaitu adanya ragam
yang tinggi antar lokasi atau kelompok hutan baik vegetasinya maupun tempat tumbuhnya
(Marsono, 1991).
Dalam sistem agroforestri terdapat interaksi ekologis dan ekonomis antara komponen-
komponen yang berbeda. Agroforestri ditujukan untuk memaksimalkan penggunaan energi
matahari, meminimalkan hilangnya unsur hara di dalam sistem, mengoptimalkan efesiensi
penggunaan air dan meminimalkan runoff serta erosi. Dengan demikian mempertahankan
manfaat-manfaat yang dapat diberikan oleh tumbuhan berkayu tahunan (perennial) setara
dengan tanaman pertanian konvensional dan juga memaksimalkan keuntungan keseluruhan
yang dihasilkan dari lahan sekaligus mengkonservasi dan menjaganya.
Menurut Young dalam Suprayogo et al (2003) ada empat keuntungan terhadap tanah
yang diperoleh melalui penerapan agroforestri antara lain adalah:
(1) memperbaiki kesuburan tanah,
(2) menekan terjadinya erosi
(3) mencegah perkembangan hama dan penyakit,
(4) menekan populasi gulma.

5
6
Peran utama agroforestri dalam mempertahankan kesuburan tanah, antara lain
melalui empat mekanisme:
(1) Mempertahankan kandungan bahan organik tanah,
(2) Mengurangi kehilangan hara ke lapisan tanah bawah,
(3) Menambah n dari hasil penambatan n bebas dari udara,
(4) Memperbaiki sifat fisik tanah,
Teknik konservasi tanah dan air pada daerah berlereng dilakukan dengan pembuatan
terasering atau melakukan penanaman mengikuti garis kontur di dalam lorong dengan
menggunakan tanaman penyangga berupa campura tanaman tahunan (perkebunan, buah-
buahan, polong-polongan dan tanama industri) sayuran dan rumput untuk pakan ternak.
2.3. Keunggulan dan Kelemahan Agroforestri
A. Keunggulan Agroforestri
Ada beberapa keunggulan dari pengembangan agroforestri, antara lain :
a) Rendahnya modal dan biaya tenaga kerja yang akan digunakan. Sebab, produktivitas
lahan melalui siklus unsur hara dan perlindungan tanah mampu dilakukan dengan
modal yang murah dan sedikit tenaga kerja.
b) Selain itu, agroforestri juga dapat meningkatkan nilai output pada suatu area lahan
tertentu. Hal ini terjadi karena adanya penanaman campuran antara pohon dan spesies
lainnya.
c) Agroforestri juga dapat mendiversifikasi kisaran output dengan tujuan untuk
meningkatkan swasembada. Diversifikasi dapat mengurangi hilangnya pendapatan
yang mungkin terjadi terutama ketika cuaca buruk atau karena pengaruh faktor biologi
dan faktor pasar.
d) Adanya diversifikasi bertujuan mendistribusikan kebutuhan input tenaga kerja secara
lebih merata. Tentu saja hal ini tepat dilakukan di daerah pertanian tropis seperti di
Indonesia.
e) Diversifikasi dapat pula menyediakan produktivitas untuk lahan, tenaga kerja ataupun
untuk modal yang belum sempat dimanfaatkan. Melihat kelebihan tersebut, maka
bukan tidak mungkin akan semakin banyak pengelolaan dan pengembangan lahan
untuk agroforestri sehingga mencapai hasil yang maksimal.

7
f) Agroforestri pada akhirnya akan berdampak positif pada kehidupan sosial masyarakat
yang memperoleh penghasilan dari penjualan hasil lahan.
B. Kelemahan agroforestri :
a. Sulitnya mengukur produktivitas
Produktivitas merupakan sesuatu yang harus diukur terutama bagi petani yang
mengutamakan keuntungan dan menjadikan produksi tersebut lahan pendapatan.
Kelemahan dari agroforestri adalah mengganggu produktivitas tanaman lainnya.
Terkadang adanya penebangan akan menganggu dan mengusik tanaman sebelahnya.
Sistem agroforest juga terkadang mengurangi produktivitas utama dari tanaman utama.
Maka dari itu sulit mengukur produktivitas yang ada, dan petani umumnya merasa
terganggu akan hal ini.
b. Petani yang merasa rugi
Banyak petani yang kurang pengetahuan mengenai pohon pada lahan pertanian sehingga
banyak menimbulkan masalah baik pada tanaman pertanian maupun tanaman hutannya.
Sehingga kerugian pada petani agak sulit dihindari. Tidak jarang petani banyak yang
beranggapan produktivitas akan berkurang dan lahan termakan oleh pohon-pohon hutan.
Selain itu tidak maksimalnya keberlanjutan hutan dan lahan.
c. Sulitnya membedakan hutan agroforest dengan cirinya
Ciri-ciri agroforestri memang agak sulit dikenali karena peta yang detail tidak sesuai
dengan lapangan yang ternyata ditumbuhi semak belukar dan juga tanaman
pengganggu. Tak jarang tanaman pertanian menjadi gagal panen. Selain itu hutan
agroforestri sulit dibedakan dengan hutan rakyat yang dikelola dan ditanami tanaman
hutan dan pertanian secara bersamaan.
C. Tantangan Sistem Agroforestri
Adapun tantangan yang harus anda hadapi jika anda menggunakan sistem agroforestri.
1. Pembeda akan tanaman agroforest dan monokultur
Agroforestri memanfaatkan kedua ilmu untuk disatukan dan menghasilkan keuntungan
baik di pihak pertanian maupun di bagian kehutanan. Nah, bukan hal mudah untuk
menerapkan sistem agroforestri. Karena pada dasarnya, tanaman yang digunakan yaitu
menggunakan tanaman monokultur yang agak sulit menyelipkan atau menambahkan
tanaman pertanian pada tanaman hutan dengan hasil produktivitas yang sama.

8
2. Kepadatan penduduk
Kepadatan penduduk dapat menjadi masalah selanjutnya yang ada. Agroforest berarti
memanfaatkan lahan pertanian untuk menanam kedua ilmunya atau sebaliknya
menggunakan lahan kehutanan untuk menananm kedua jenis tanaman. Namun padatnya
penduduk tentu akan sulit mendapatkan lahan yang bisa digunakan untuk ditanam
bersamaan, selain itu penggunaan lahan umumnya berjangka pendek karena
kependudukan yang semakin meningkat.
3. Data yang kurang akurat
Data yang kurang akurat merupakan satu hal yang dapat membantu anda dalam melihat
keberhasilan sistem. Salah satunya data kurang akurat yang ada pada pemerintah agak
menjadi tantangan bagi para petani yang menerapkan sistem agroforestri. Dengan begitu
belum ada dukungan atau upaya pembangunan dengan sistem ini.
4. Menjalankan masing-masing
Banyaknya petani yang menjalankan hal masing-masing agak sulit didongkrak. Hal ini
menjadi tantangan selanjutnya, karena beberapa ahli merasa bahwa pertanian dijalankan
sesuai pertanian dan perhutanan dijalankan sesuai bidangnya dan itu merupakan sistem
paling maksimal untuk memproduksi hasil, tanpa tahu bahwa agroforestri dapat
menghasilkan produksi yang lebih tinggi.

9
BAB III

PEMBAHASAN

Penerapan sistem agroforestri sebagai pemanfaatan lahan memberi manfaat ekologi


melalui penggunaan lahan yang diterapkan. Manfaat ekologi yang dapat dirasakan melalui sistem
agroforestri secara tidak langsung akan melindungi pepohonan kehutanan dari perambahan
masyarakat sekitar, sehingga fungi ekologi dari tegakan pohon tersebut tetap berfungsi dengan
baik. Pohon tersebut akan menghalangi air hujan turun langsung ke permukaan tanah, sehingga
energi kinetik dari air hujan menjadi lebih kecil saat turun di atas permukaan tanah. Tajuk tersebut
juga akan menghambat air hujan turun semua ke permukaan tanah melalui proses intersepsi. Pada
proses intersepsi, air hujan yang tertahan di tajuk pohon akan diuapkan kembali ke atmosfer. Selain
itu, dengan adanya tanaman sela seperti tanaman pertanian akan mengurangi energi kinetik yang
lepas dari tajuk pohon. Adanya penutupan lahan yang optimal oleh serasah daun pohon maupun
tanaman pertanian akan mengurangi laju aliran permukaan (surface run off). Menurunnya laju
surface run off akan melindungi bahan organik atau lapisan top soil yang ada di atas permukaan
tanah. Dengan demikian, laju erosi pun dapat diperkecil. Nilai erosi dapat ditentukan dengan
metode USLE (Universal Soil Loss Equation) oleh Wischmeier dan Smith, 1976 & 1978
Pada daerah dengan topogarfi miring, konservasi tanah tidak hanya memerhatikan
penutupan tanah, tetapi juga metode penanaman yang digunakan. Lahan dengan topografi miring
lebih rentan terhadap surface run off dan erosi, sehinggga diperlukan adanya guludan. Guludan
tersebut akan menghambat lapisan tanah yang dapat terbawa oleh aliran permukaan. Pembuatan
guludan dapat dilakukan dengan jarak 5 meter atau dapat disesuaikan dengan kemiringan lereng.
Oleh karena rentannya erosi pada topografi miring dan pengelolaan tanah, maka diperlukan jenis
yang dipanen adalah hasilnya seperti kopi, coklat, maupun buah-buahan, terutama jika faktor
erodibilitas tanahnya tinggi.
Selain sistem agroforestri dapat mengkonservasi tanah, agroforestri juga dapat
mengkonservasi air. Vegetasi yang menutupi tegakan akan menyimpan air hujan dan menahan air
limpasan yang turun ke dalam tanah melalui proses infiltrasi. Seperti yang diungkapkan oleh
Murdiyarso dan Kurnianto 2007, banjir akan bisa menjadi lebih besar jika penyimpan air (water
saving) tidak bisa menahan air limpasan. Hal ini bisa terjadi ketika hutan yang berfungsi sebagai
daya simpan air tidak mampu lagi menjalankan fungsinya. Hutan dapat mengatur fluktuasi aliran

10
sungai karena peranannya dalam mengatur limpasan dan infiltrasi. Strata pohon yang ada pada
sistem agroforestri menyerupai strata yang ada pada hutan, sehingga lahan tetap mampu
menyimpan air oleh vegetasi yang ada.
Menurut Michon dan Deforestra 1995 dalam Michon dan Deforesta 2000 menyebutkan
bahwa salah satu manfaat dari sistem pengelolaan hutan bersama masyarakat dengan model
agroforestry ialah konservasi tanah dan air. Seperti halnya hutan alam, agroforestry juga memiliki
sistem stratifikasi tajuk yang dari segi konservasi tanah dan air akan lebih berdampak pada
pengaturan tata air dan hujan tidak secara langsung jatuh ke tanah sehingga dapat mencegah erosi
permukaan. Hal ini terlihat dari komposisi jenis dan pola tanam, jenis pohon di ladang, dan hutan
rakyat. Sebagai contoh peran pohon dalam peresapan air seperti Calliandra callothyrsus 56%,
Parkia javanica 63,9%, dan Dalbergia latifolia 73,3% (Pudjiharta 1990).
Di dalam ekosistem, hubungan tanah, tanaman, hara dan air merupakan bagian yang paling
dinamis. Tanaman menyerap hara dan air dari dalam tanah untuk dipergunakan dalam proses-
proses metabolisme dalam tubuhnya. Sebaliknya tanaman memberikan masukan bahan organik
melalui serasah yang tertimbun di permukaan tanah berupa daun dan ranting serta cabang yang
rontok
Bagian akar tanaman memberikan masukan bahan organik melalui akar-akar dan tudung
akar yang mati serta dari eksudasi akar. Di dalam sistem agroforestri sederhana, misalnya sistem
budidaya pagar, pemangkasan cabang dan ranting tanaman pagar memberikan masukan bahan
organik tambahan. Bahan organik yang ada di permukaan tanah ini dan bahan organik yang telah
ada di dalam tanah selanjutnya akan mengalami dekomposisi dan mineralisasi dan melepaskan
hara tersedia ke dalam tanah. Dengan kata lain, adanya pohon dalam agroforestry memberi
manfaat terhadap lingkungan yakni terjadinya siklus hara yang efisien sehingga akan mendukung
produktivitas lahan melalui penyuburan oleh berkembangnya mikroba tanah. Tersedianya
konsentrasi bahan organik, C, dan N tanah dari serasah akan berpengaruh pada biomasa mikroba
tanah, termasuk mikoriza yang aktif menyerap dan menyediakan unsur mikro P, N, Zn, Cu, dan S
kepada tumbuhan inang, sehingga siklus hara pada agroforestry bersifat efisien dan tertutup
(Riswan et al., 1995).
Pohon memberikan pengaruh positif terhadap kesuburan tanah, antara lain melalui: (a)
peningkatan masukan bahan organik (b) peningkatan ketersediaan N dalam tanah bila pohon yang
ditanam dari keluarga leguminose, (c) mengurangi kehilangan bahan organik tanah dan hara

11
melalui perannya dalam mengurangi erosi, limpasan permukaan dan pencucian, (d) memperbaiki
sifat fisik tanah seperti perbaikan struktur tanah, kemampuan menyimpan air (water holding
capacity), (e) dan perbaikan kehidupan biota.
Beberapa proses yang terlibat dalam perbaikan kesuburan tanah oleh pohon dalam sistem
agroforestri sebagai berikut:
1. Lewat proses-proses dalam tanah
a. Mengurangi erosi tanah.
b. Mempertahankan kandungan bahan organik tanah
c. Memperbaiki dan mempertahankan sifat fisik tanah (lebih baik dibanding tanaman
semusim).
d. Menambah jumlah kandungan N tanah melalui fiksasi N dari udara oleh tanaman
legume
e. Sebagai jaring penyelamat hara yang tercuci di lapisan tanah bawah, dan menciptakan
daur ulang ke lapisan tanah atas melalui mineralisasi seresah yang jatuh di permukaan
tanah.
f. Membentuk kurang lebih sistem ekologi yang tertutup (yaitu menahan semua, atau
hampir semua, atau sebagian besar unsur hara di dalam sistem)
g. Mengurangi kemasaman tanah (melalui pelepasan kation dari hasil mineralisasi seresah)
h. Mereklamasi tanah yang terdegradasi
i. Memperbaiki kesuburan tanah lewat masukan biomass dari sistem perakaran pohon dan
kontribusi dari bagian atas pohon
j. Memperbaiki aktivitas biologi tanah dan mineralisasi N lewat naungan pohon
k. Memperbaiki asosiasi mikoriza lewat interaksi tanaman dan pohon
l. Lewat interaksi biofisik
 Memperbaiki penyerapan hujan, cahaya dan nutrisi mineral, sehingga meningkatkan
produksi
 Biomass.
 Memperbaiki efisiensi penyerapan hujan, cahaya dan nutrisi mineral yang dipakai.
Terhindar dari penyebaran dan kerusakan yang disebabkan oleh serangan hama dan
penyakit

12
Keuntungan lingkungan yang lain dari pohon atau semak
 Meningkatkan fiksasi N pohon legume melalui peningkatan jumlah bintil akar bila
akar pohon legume tersebut tumbuh berdekatan atau kontak langsung dengan akar
tanaman bukan pemfiksasi N (mungkin dikarenakan adanya perpindahan langsung
dari unsur N atau rendahnya ketersediaan N dalam tanah yang meningkatkan
efektifitas bintil akar).
 Tajuk pohon dapat melindungi tanah dari bahaya erosi
 Pepohonan memberikan peneduh bagi tanaman yang membutuhkan naungan
(misalnya kopi) dan menekan populasi rerumputan yang tumbuh dibawahnya.
Apabila terjadi perubahan sistem agroforestry akan mengakibatkan berbagai kerusakan
lingkungan yang disebabkan oleh timbulnya erosi tanah dan degradasi lahan. Hal ini menyebabkan
punahnya komponen-komponen penting agroforestry seperti fungsi tata air, penghasil serasah
dan humus, habitat satwa liar, perlindungan varietas dan jenis tumbuhan lokal sehingga banyak
tumbuhan lokal sebagai sumber pangan buah buahan, bahan bangunan, kayu bakar, dan bahan
baku obat-obatan sudah sangat langka. Di lain pihak, usaha budidaya jenis-jenis yang terancam
punah tersebut sangat minim (Setyawati dan Bismark, 2002).

13
BAB IV

PENUTUP
4.1.KESIMPULAN
Agroforestri menjadi salah satu solusi alternatif sistem pengelolaan lahan yang sudah
banyak diaplikasikan di penjuru tanah air. Setiap daerah memiliki istilah yang berbeda untuk
menyebutkan sistem agroforestri tersebut. Terdapat pula banyak tipe agroforestri dengan cara
penerapan yang berbeda-beda dan menyesuaikan kebutuhan, tujuan penanaman, serta luasan
lahan. Secara umum sistem agroforestri memiliki fungsi dan manfaat yang baik karena mampu
memperbaiki konversi lahan dan air serta menjaga keanekaragaman hayati.
4.2.SARAN
1. Agar hutan dapat memberikan hasil yang maksimal dan jangka waktu pengambilan hasil
yang tidak terlalu lama maka hutan harus dikelola berdasarkan prinsip kelestarian hasil
dengan mengatur jenis tanaman pokok dan tanaman sampingannya serta bentuk yang
dipakai dalam mengelola hutan sebaiknya menggunakan pengelolaan lahan dengan
bentuk agroforestri
2. Pemerintah perlu memperhatikan dalam pengembangan hutan yang dikelolah untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat tanpa merusak lingkungan.
3. Dalam pengelolaan hutan harus ditingkatkan untuk kelestarian satwa yang ada.
4. Perlu peningkatan keterampilan untuk petani agar lebih diperdayakan melalui kegiatan
pelatihan dan pembinaan oleh berbagai pihak yang terkait,

14
DAFTAR PUSTAKA

https://id.wikipedia.org/wiki/Wanatani
http://www.worldagroforestry.org/publication/fungsi-dan-peran-agroforestri
https://rimbakita.com/agroforestri/
https://lindungihutan.com/blog/agroforestri
https://agrotek.id/kelemahan-dan-tantangan-dalam-sistem-agroforestri/

15

Anda mungkin juga menyukai