Anda di halaman 1dari 65

Mata Ajar

PENGANTAR ILMU TANAH


DIKLAT DASAR-DASAR PENGELOLAAN DAS

Oleh

Ir. E. Nurdin, M.Sc.


Maxi Karamoy, S.ST.
Fonny Selvia, S.Hut.
DEPARTEMEN KEHUTANAN
PUSAT DIKLAT KEHUTANAN

BOGOR, MEI 2007

Bahan Ajar Diklat Dasar-Dasar Pengelolaan DAS – Pengantar Ilmu Tanah 2


PRAKATA

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Illahi yang telah


melimpahkan rahmatnya sehingga penyusunan Bahan Ajar Pengantar Ilmu
Tanah ini telah dapat diselesaikan.

Bahan ajar Pengantar Ilmu tanah merupakan suatu ilmu yang


diperlukan bagi mereka yang mengikuti Diklat yang berkaitan dengan
kehutanan atau pertanian pada umumnya, seperti Pengelolaan Daerah
Aliran Sungai (DAS). Bahan ajar Pengantar Ilmu tanah, terutama meliputi
pengetahuan dasar mengenai konsep dan definisi tanah, sifat fisik dan sifat
kimia tanah, kesuburan tanah, klasifikasi kemampuan tanah dan
klasifikasi/jenis-jenis tanah.

Semoga bahan ajar ini bermanfaat bagi pengajar/pengampu dan


peserta diklat Dasar-Dasar Pengelolaan DAS di masing-masing BDK di
seluruh Indonesia.

Penyusun

Bahan Ajar Diklat Dasar-Dasar Pengelolaan DAS – Pengantar Ilmu Tanah i


DAFTAR ISI
Halaman

KATA PENGANTAR............................................................................................ i
DAFTAR ISI......................................................................................................... ii
I. PENDAHULUAN....................................................................................... 1
A. Latar Belakang................................................................................... 1
B. Tujuan Pembelajaran Umum.............................................................. 2
C. Tujuan Pembelajaran Khusus............................................................. 2
D. Pokok-Pokok Bahasan....................................................................... 2
II. KONSEP DAN DEFINISI TANAH.............................................................. 3
A. Definisi tanah..................................................................................... 7
B. Profil Tanah........................................................................................ 9
C. Pembentukan Tanah.......................................................................... 9
D. Tanah Sebagai Faktor Pertumbuhan Tanaman.................................. 9
III. SIFAT FISIKA TANAH............................................................................... 5
A. Tekstur Tanah..................................................................................... 7
B. Struktur Tanah.................................................................................... 9
C. Ruang Pori dan Porisitas.................................................................... 14
D. Konsistens.......................................................................................... 14
E. Warna Tanah...................................................................................... 14
F. Bulk Density....................................................................................... 14
IV. SIFAT KIMIA TANAH................................................................................. 17
A. Koloid Tanah...................................................................................... 17
B. Reaksi Tanah..................................................................................... 19
C. Kapasitas Tukar Kation...................................................................... 21
D. Kejenuhan Basah............................................................................... 21
V. KESUBURAN TANAH DAN PEMUPUKAN.............................................. 23
A. Kesuburan Tanah............................................................................... 23
B. Jenis Pupuk........................................................................................ 23
C. Prinsip Pemupukan............................................................................ 24
VI. KLASIFIKASI KEMAMPUAN TANAH....................................................... 23
A. Pengertian.......................................................................................... 23
B. Metoda Klasifikasi.............................................................................. 23
C. Kriteria Klasifikasi............................................................................... 24
D. Kelas Kemampuan............................................................................. 24
E. Sub Kelas........................................................................................... 24
F. Satuan Pengelolaan........................................................................... 24
VII. KLASIFIKASI/JENIS TANAH.................................................................... 23
A. Konsep klasifikasi Tanah.................................................................... 23
B. Klasifikasi Tanah Indonesia................................................................ 23
C. Sistem Klasifikasi Tanah Amerika (USDA).......................................... 24
D. Sistem FAO / UNESCO...................................................................... 24

Bahan Ajar Diklat Dasar-Dasar Pengelolaan DAS – Pengantar Ilmu Tanah ii


E. Padanan Nama Pelbagai Tanah......................................................... 24
F. Peta Tanah......................................................................................... 24
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................ 31

Bahan Ajar Diklat Dasar-Dasar Pengelolaan DAS – Pengantar Ilmu Tanah iii
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tanah merupakan suatu benda alam di permukaan bumi kita dapat hidup
dan bekerja. Penafsiran terhadap tanah memang bisa bermacam-
macam tergantung dari kepentingannya. Ahli bangunan dan konstruksi
mamandang tanah sebagai sesuatu yang dapat dimanfaatkan untuk
bangunan, apakah letaknya strategis dari segi estetika (landscaping),
dari segi bisnis, bagian mana yang harus diperkeras untuk fondasi
bangunan dll. Ahli pertambangan mungkin menganggap tanah adalah
bagian yang tidak berguna yang harus disinggkirkan karena menutupi
barang tambang yang dicarinya. Bagi seorang pengembang (developer),
mungkin tanah dilihat kecocokannya sebagai komoditi untuk
pembangunan perumahan. Dalam kehidupan sehari-hari, tanah
diartikan sebagai wilayah darat yang dapat dimanfaatkan untuk berbagai
usaha seperti pertanian, perternakan, kehutanan dll.
Dalam pertanian dan kehutanan, tanah diartikan lebih khusus, terutama
sebagai media tumbuhnya tanaman. Tubuh tanah merupakan bahan
alami pada permukaan bumi, yang tersusun atas bahan-bahan padat
(mineral/pelikan) cairan dan udara. Tanah pada hakekatnya berasal dari
pelapukan batuan yang proses pembentukannya dipengaruhi oleh iklim,
bahan organik, topografi dan waktu. Perbedaan faktor-faktor
pembentukan tanah tersebut mengakibatkan tanah bisa berkembang
bermacam-macam, yang masing-masing mempunyai karakteristik yang
bisa berbeda dari satu tempat dengan tempat lainnya. Perbedaan
tersebut dicirikan oleh perbedaan lapisan-lapisan tanah (horison), sifat
fisik dan kimia, biologi tanah, yang pada ahirnya memberikan kesuburan
yang berbeda terhadap tanaman.

B. Tujuan Pembelajaran Umum


Setelah mengikuti pembelajaran mata diklat ini, peserta diharapkan
mampu memahami konsepsi ilmu tanah, sehingga mampu memberikan
kontribusi dalam pengelolaan DAS.

Bahan Ajar Diklat Dasar-Dasar Pengelolaan DAS – Pengantar Ilmu Tanah 1


C. Tujuan Pembelajaran Khusus
Setelah mengikuti pembelajaran, peserta diharapkan mampu :
1. Menjelaskan konsep dan definisi tanah
2. Menjelaskan sifat fisika tanah
3. Menjelaskan sifat kimia tanah
4. Menjelaskan kesuburan tanah
5. Menjelaskan klasifikasi kemampuan tanah
6. Menjelaskan klasifikasi/jenis tanah

D. Pokok Bahasan
Mata diklat ilmu tanah hutan ini terdiri dari 7 (tujuh) pokok bahasan,
yaitu:
1. Konsep dan definisi tanah
2. Sifat fisika tanah
3. Sifat kimia tanah
4. Kesuburan tanah
5. Klasifikasi kemampuan tanah
6. Klasifikasi/jenis tanah

Bahan Ajar Diklat Dasar-Dasar Pengelolaan DAS – Pengantar Ilmu Tanah 2


II. KONSEP DAN DEFINISI TANAH
A. Definisi

Manusia tergantung pada tanah dan sampai batas-batas tertentu


manusia dapat mempengaruhi sifat-sifat tanah. Tanah adalah tubuh alami
dimana tumbuhan dapat hidup. Pengertian tanah bias bermacam-
macam. Seorang ahli kimia mungkin akan menjawab beda dengan ahli
fisika demikian juga jawaban seorang pengembang (developer) beda
dengan petani atau pembuat genteng dan bata. Ada beberapa pendapat
para ahli akan tetapi secara umum, tanah dapat didefinisikan sebagai
berikut:

Berzelius (Swedia, 1803). Tanah sebagai laboratoriumalam dimana


dimana proses dekomposisi dan reaksi kimia berlangsung.

Justus Von Liebig (Jerman 1840). Tanah sebagai tabing reaksi dimana
seseorang dapat mengetahui jumlah dan jenis hara tanaman. Tanah
merupakan gudang persediaan mineral.

Fallou (Jerman 1871). Mengartikan tanah tidak saja sebagai mineral,


tetapi juga sebagai bagian dari petrografi (petros = batuan) pertanian.
Tanah adalah produk hancuran iklim yang tercampur dengan bahan
organik.

Darmawijaya (Indonesia 1992).Tanah adalah tubuh alam bebas,


menduduki sebagian besar menduduki sebagian besar planet bumi, yang
mampu menumbuhkan tanaman dan memiliki sifat sebagai akibat
pengaruh iklim dan jasad hidup yang bertindak terhadap bahan induk
selama jangka waktu tertentu pula.

Akan tetapi secara umum, pakar ilmu tanah mendefinisikan tanah


sebagai berikut :

Tanah adalah lapisan teratas dari kerak bumi yang didalamnya terdapat
baik bahan-bahan organik dan bahan anorganik termasuk udara dan
cairan yang dapat mendukung tumbuhnya jasad hidup yang ada di dalam
ataupun di atas permukaan tanah.

Bahan Ajar Diklat Dasar-Dasar Pengelolaan DAS – Pengantar Ilmu Tanah 3


Sebagai tubuh alam, tanah terdiri dari komponen-komponen bahan
mineral, sisa-sisa bahan organik, air dan udara. Proporsi keempat
komponen tadi sangat bervariasi dari satu tempat ke tempat lain dan
bahkan dari waktu-kewaktu. Proporsi keempat komponen tadi sangat
berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman.

Mineral adalah bahan alam homogen dari senyawa anorganik asli,


mempunyai susunan kimia tetap dan susunan molekul tertentu dalam
bentuk geometrik. Mineral dapat dikenal jenisnya berdasarkan susunan
(composition), kristalisasi, bidang belahan (cleavage), pecahan (fracture),
sifat dalam (tena-city), derajat keras (hardness), berat jenis (specific
grafity) sikap tembus cahaya (diaphenity), kilap (luster) dan warna.
Dipandang dari segi ilmu tanah, mineral penyusun batuan dapat dibagi
lagi menjadi mineral asli/primer dan mineral jabaran/sekunder sebagai
hasil rombakan dari mineral primer.

Beberapa golongan mineral-mineral penyusun batuan dan tanah :


Golongan mineral silikat; feldspat, Proxin dan Amfibol,Zeolit,Mika, Olivin.
Golongan Oxida dan Hidroxida; Kuarsa, Hematit,Magnetit,Gipsit
Golongan Fosfat
Golongan Sulfur
Mineral Lempung; Kaolinit, Montmorilonit, Ilit.

Bahan organik tanah merupakan sisa-sisa tumbuhan dan hewan yang


telah mengalami pelapukan Kehadiran bahan ini bervariasi tergantung
pada lokasi. Di daerah padang pasir, contohnya bahan organik ini sangat
sedikit, tetapi pada daerah yang selalu tergenang seperti di daerah
gambut, bahan organik bisa tebal sekali. Bahan organik ini sangat
berpengaruh terhadap sifat fisika dan kimia tanah tersebut.
Air tanah sangat penting bagi pertumbuhan tanaman. Peran air bagi
tanaman adalah sebagai bagian dari sel, pengatur turgor (membuka dan
menutupnya mulut daun), media transportasi hara, dan berperan dalam
proses reaksi kimia dalam tanaman. Air ini dapat dilihat dari dua segi,

Bahan Ajar Diklat Dasar-Dasar Pengelolaan DAS – Pengantar Ilmu Tanah 4


yaitu sebagai air yang berada dalam pori tanah dengan kekuatan yang
berbeda tergantung pada jumlahnya, dan air dengan garam-garam yang
larut di dalamnya, yang disebut dengan larutan tanah, sebagai medium
untuk memberikan hara pada tanaman. Di dalam tanah, air tersebut
mengisi rongga udara (pori-pori) tanah
Udara dalam tanah diperlukan oleh tanaman untuk pernafasan akar
tanaman. Udara ini terdapat dalam pori pori tanah yang tidak terisi oleh
air, karena itu banyaknya udara dalam tanah tergantung pada jenis tanah
dan kandungan air. Udara dalam tanah umumya lebih lembab dibanding
dengan udara dari atmosfir, demikian pula kandungan gas CO2 tanah
lebih tinggi dibanding dengan CO2 di atmosfir, sebaliknya kadar oksigen
(O2) dalam tanah lebih rendah dibanding kadar oksigen di atmosfir.

B. Profil Tanah
Apabila kita memotong tanah secara vertikal, yang mula-mula didapat
lapisan-lapisan mendatar. Irisan demikian disebut dengan profil tanah
dan lapisan-lapisan yang terlihat melintang itu disebut dengan horison.
Horison yang terdapat di atas bahan induk seluruhnya disebut dengan
solum. Solum tanah adalah bagian dari profil tanah yang terbentuk
sebagai akibat dari proses pembentukan tanah. Lapisan yang menyusun
tanah tadi tidak selamanya dapat dibedakan batas-batasnya dengan
tegas. Sering terjadi transisi dari satu lapisan ke lapisan lain berjalan
berangsur, sehingga batas-batasnya agak sulit ditentukan dengan pasti.
Lapisan atas profil tanah umumnya mengandung bahan organik dan
biasanya berwarna gelap. Lapisan dengan ciri demikan disebut tanah
atas atau tanah olah (top-soil). Sub soil ialah lapisan di bawahnya yang
mengalami cukup pelapukan, mengandung lebih sedikit bahan organik.
Bagian bawah sub-soil berangsur-angsur bercampur dengan regolit, yaitu
yang dinamakan bahan induk. Regolit yaitu bahan bumi yang lepas-
lepas di atas batuan yang keras.
Ada enam horison (dan lapisan) utama dalam tanah yang masing-masing
diberi simbul dengan satu huruf besar yaitu (dari atas ke bawah) masing-

Bahan Ajar Diklat Dasar-Dasar Pengelolaan DAS – Pengantar Ilmu Tanah 5


masing Horison O (nama lama Ao dan Aoo), Horison A (nama lama A1),
Horison E (nama lama A2), Horison B (nama lama B2), Horison C dan
lapisan R atau D. (soil survey staff, 1990). Disamping horison utama tadi
ada pula horison peralihan yang diberi simbul dengan dua huruf besar
dari masing-masing horison utama yang beralih sifat, yaitu Horison AB
(nama lama A3), Horison EB (nama lama A3) Horison BA (nama lama
B1), Horison BE (nama lama B1), Horison BC (nama lama B3). Selain
kedua macam simbol tadi ada pula simbul tambahan, yang menunjukkan
sifat-sifat khusus utama atau lapisan. Notasinya adalah berupa huruf
kecil yang dituliskan di belakang simbol horison atau lapisan yang
bersangkutan. Contoh simbol tambahan adalah :
bahan organik dengan lapukan lanjut (saprik)
horison genetik tertimbun
konkresi atau nodul dengan bahan utama Fe, Mn, Al atau Ti
lapisan yang memadat sehingga tidak bisa ditembus akar tanaman dst.

Tabel 1. Penamaan horison tanah (Hardjowigeno, 1989)


LAMA BARU KETERANGAN
O O Horison organik yg mengandung air.
Kandungan BO >20 % (pasir) atau < 30 % (liat)
O1 Oi,Oe Tk dekomposisi BO kasar (fibrik=i), sedang (hemik=e)
O2 Oa, Oe Tk dekomposisi BO halus (saprik=a), sedang (hemik=e)
A1 A Horison mineral di permukaan, campuran bahan mineral dan BO
A2 E Horison evaluasi maksimum
A3 AB Peralihan dari A1 (A) ke B, lebih menyerupai Ai(A)
EB Peralihan dari A2(E) ke B lebih menyerupai B
B1. BA Peralihan dari A1(A) ke B, lebih menyerupai A1(A)
BE Peralihan dari A2(E) ke B, lebi menyerupai B
B2 B Horison iluviasi (penimbunan) relatif dari
seskuioksida (Fe,Al) karena Si tercuci
Terdapat perubahan (alterasi) dari bahan induk
B3 BC Peralihan dari B ke C lebih menyerupai B
CB Peralihan dari B ke C lebih menyerupai C
C C Bahan induk lunak
R R Batuan induk, keras

Oleh karena faktor pembentukannya, tanah mempunyai sifat yang


berbeda-beda dari satu tempat ketempat lain. Perbedaan tersebut

Bahan Ajar Diklat Dasar-Dasar Pengelolaan DAS – Pengantar Ilmu Tanah 6


meliputi perbedaan sifat-sifat seperti jenis dan susunan horison,
kedalaman solum tanah, kandungan bahan organik dan lain-lain. Untuk
mempelajarinya dilakukan melalui contoh tanah kecil yang disebut pedon
(Yunani Pedon=tanah), yaitu satuan individu terkecil yang masih disebut
tanah. Pedon berukuran antara 1-10 m2. Karena ukurannya yang kecil
maka untuk mempelajari sifat-sifat tanah tanah di suatu tempat pedon
dikelompokan menjadi polypedon, yaitu kumpulan pedon yang
mempunyai kesamaan sifat-sifatnya.

C. Pembentukan Tanah.
Tanah terbentuk merupakan hasil dari interaksi lima faktor, yaitu (b)
Bahan induk, (i) Ikllim (o) Organisme (r) Topographi dan (w) Waktu.
Adanya variasi atau tingkatan faktor-faktor pembentuk tanah tadi
menghasilkan sifat fisik dan kimia berbeda yang antara lain dicirikan
dengan penampakan horison tanah yang berbeda. Proses pembentukan
tanah dapat dibagi dua tahap yaitu tahap pelapukan dan tahan
pengembangan tanah. Proses pelapukan terdiri dari pelapukan fisik atau
disebut dengan disintegarsi dan pelapukan kimia atau dekomposisi.
Pada proses desintegrasi terjadi pengancuran batuan secara fisik tanpa
merubah susunan kimianya, sedangkan pada dekomposisi adanya
perubahan susunan kimia. Kedua proses ini bisa berlangsung bersamaan
dan saling mempengaruhi, sehingga sulit dibedakan hasil pelapukannya.
Proses perkembangan tanah yaitu adanya perobahan-perobahan pada
sifat dan ciri tanah yang disebabkan oleh proses akumulasi bahan
organik, elluviasi dan illuviasi yang mengakibatkan terjadinya differensiasi
horison. Dengan adanya perbedaan-perbedaan tersebut maka tanah
diklasifikasikan berdasar jenisnya. Hubungan antara tanah dengan faktor
pembentuknya sering dituliskan :
T (tanah) = f (i, o , r , b , w….)

Bahan Ajar Diklat Dasar-Dasar Pengelolaan DAS – Pengantar Ilmu Tanah 7


1. Bahan Induk
Bahan induk merupakan faktor pembentuk tanah terpenting, sehingga
pada masa lalu dipergunakan sebagai dasar penamaan tanah seperti
tanah granit, tanah, tanah andesit, tanah liparit, tanah abu vulkan dsb.
Batuan tersebut mengalami proses pelapukan yang menghasilkan bahan
induk tanah. Proses pelapukan tersebut bisa melalui proses fisik
(Perubahan suhu, ditembus akar tanaman atau air) atau pelapukan
melalui proses kimia (pelarutan, hidrasi, dehidrasi,oksidasi,reduksi,
hidrolisis dan karbonasi).
Pelarutan terjadi pada garam-garam sederhana seperti karbonat, klorida.
Salah satu hasil proses pelarutan yang nampak adalah terbentuknya
lubang-lubang di daerah kapur.
CaCO3 + 2H+ ------------à H2CO3 + Ca++
Karbonasi adalah suatu proses dimana terjadi penggabungan CO 2
dengan basa-basa tertentu (Oksida dari Ca,Mg dan K) yang
menghasilkan karbonat atau bikarbonat.
2 KalSi3O8 + H2O + CO2 ----à Al 2Si 2O5 (OH)4+ K2 CO3
(ortoklas) (liat kaolin)
CaCO3+ 2H2 + CO2 --------à Ca(HCO3)2
Hidrasi adalah reaksi kimia antara molekul air dengan senyawa kimia,
sedangkan dehidrasi adalah hilangnya molekul air dari senyawa tersebut;
CaSO4+ 2H2O --------à CaSO4 2H2O (hidrasi)
CaSO42H2O-----------à CaSO4 + 2H2O (dehidrasi)
Hidrasi menyebabkan mineral menjadi lebih lunak dan meningkat daya
larutnya dan volumenya bertambah.
Oksidasi adalah suatu proses di mana elektron-elektron atau muatan
listrik negatif menjadi berkurang atau penambahan muatan positif,.
Reduksi sebaliknya berarti penambahan elektron atau berkurangnya
muatan positif dan reaksi ini berjalan tanpa kehadiran oksigen.
Fe++ ------à Fe+++ + e- (oksidasi)
Fe+++ + e- -------------Fe++ (reduksi)

Bahan Ajar Diklat Dasar-Dasar Pengelolaan DAS – Pengantar Ilmu Tanah 8


Hidrolisis terjadi karena adanya penggantian kation-kation dalam struktur
kristal oleh hidrogen, sehingga struktur kristal rusak dan hancur.
K Al Si3O8 + H+ ------à H Al Si3 O8 + K+
Ada tiga jenis batuan induk yaitu batuan beku, batuan sedimen dan
batuan alihan (metamorf).
a. Batuan Beku
Batuan beku terjadi karena membekunya (solidifikasi) magma cair yang
keluar pada saat erupsi gunung berapi (batuan beku/ignias, kata latin;
ignis=api). Magma terbentuk melalui pencairan atau pelarutan batuan
dalam perut bumi akibat pemanasan yang tinggi (600-10000C). Jika
bahan ini terhambur ke permukaan bumi disebut lava. Berdasarkan
tempat terjadinya pembekuan, batuan beku dibedakan menjadi batuan
beku permukaan (vulkanik/batuan lelehan/batuan efusif) dan batuan
beku dalam, di mana pembekuan terjadi dalam perut bumi (plutonik) dan
batuan beku gang (intrusif), yaitu pembekuan terjadi pada saluran perut
bumi, sehingga menyumbat saluran tersebut. Berdasar kandungan
Silikanya (Si02) batuan beku dapat dibagi menjadi :
(1) Batu-batuan asam, mengandung 65-75 % silika (granit, rhyolit)
(2) Batu-batuan intermedier, mengandung 55-65 % silika (diorit, andesit)
(3) Batu-batuan basa, mengandung 45-52 % silika (gabro, basalt)
(4) Batuan ultra basa, jika kandungan Silika nya <45 %
Untuk membedakan batuan beku dengan batuan lainnya terdapat ciri
diantaranya tidak mungkin mengandung fosil.
b. Batuan Sedimen
Batuan sedimen (Latin Sedimentum=pengendapan) terjadi sebagai akibat
terjadinya pengendapan dan pemadatan dari hasil pelapukan batuan
beku atau batuan alihan. Proses pembentukannya terbagi atas periode;
pelapukan, pengangkutan, pengendapan dan perkembangan bentuk.
Batuan sedimen dapat dikelompokan berdasar tempat/ lingkungan
endapan terjadi, (kontinental, intermediet, marine), berdasar sumber
bahan endapan (dari letupan gunung berapi, dari hasil pelapukan,
presipitasi larutan) berdasar pengangkut endapan (air, angin, es),

Bahan Ajar Diklat Dasar-Dasar Pengelolaan DAS – Pengantar Ilmu Tanah 9


berdasar macam bahan endapan (batuan endapan klastik, batuan
endapan kimiawi dan batuan endapan organik).

c. Batuan Alihan
Batuan alihan (metamorf) adalah batuan yang terjadi sebagai akibat dari
perubahan dari batuan beku atau batuan sedimen (pelapukan dan
pengkristalan kembali) yang disebabkan oleh temperatur dan atau
tekanan yang tinggi dalam waktu yang cukup lama. Pada saat proses
metamorfose sedang berjalan, terjadi rekristalisasi beberapa mineral dan
orientasi mineral menjadi paralel sehingga terbentuk lembar-lembar, dan
batuannya disebut bertekstur lembar. Batuan metamorf dengan lembar-
lembar halus disebut schist, sedang dengan lembar-lembar kasar disebut
gneis.
2. Organisme
Salah satu organisme yang memegang peran penting dalam proses
pembentukan tanah adalah vegetasi. Perannya yang terutama adalah
dalam pemberian bahan organik, siklus unsur hara, serta pembentukan
struktur tanah yang stabil. Sisa-sisa tanaman atau hewan mula-mula
berada pada lapisan permukaan tanah dan disebut horison O. Setelah
mengalami penghancuran oleh hewan (cacing, rodent, serangga) serta
oleh mikro-organisme bahan tersebut menjadi lebih halus, oleh hewan-
hewan, sisa tanaman tersebut sebagian tercampur dengan bahan
mineral sehingga terbentuklah horison A yang berwarna gelap. Asam-
asam yang dilepaskan sebagai hasil dekomposisi bahan organik
mempercepat pelapukan mineral yang mengandung basa-basa,
sehingga terbentuk unsur-unsur hara yang mudah larut dalam air.
Peran jasad renik dalam proses pembentukan tanah adalah dalam
dekomposisi sisa tanaman/hewan, pembentukan humus (humification)
dan mineralsation, peredaran nitrogen tanah (nitrifikasi, denitrifikasi,
amonifikasi, N fiksasi, dll).
Vegetasi juga dapat mengurangi laju erosi baik secara langsung maupun
tidak langsung. Pengaruh langsung dari vegetasi adalah dalam perbaikan

Bahan Ajar Diklat Dasar-Dasar Pengelolaan DAS – Pengantar Ilmu Tanah 10


sturktur tanah dan peningkatan kapasitas menyimpan air dari lantai
hutan. Pengaruh tidak langsung adalah peran tajuk tanaman dalam
mengurangi enersi kinetis butiran air hujan yang menimpa badan tanah.
3. Iklim
Dari faktor iklim, suhu dan curah hujan mempengaruhi intensitas kimia
dan fisika dalam tanah. Di daerah tropis seperti halnya di Indonesia
adanya curah hujan dan suhu yang tinggi menyebabkan reaksi kima
berjalan dengan cepat sehingga mempengaruhi kecepatan proses
pelapukan dan pencucian. Akibatnya banyak tanah di Indonesia telah
mengalami pelapukan lanjut, rendah unsur hara dan bereaksi masam (pH
cenderung rendah).
4. Topographi atau relief tanah
Topographi mempengaruhi pembentukan tanah melalui : Jumlah air hujan
yang meresap atau ditahan oleh masa tanah, mempengaruhi dalamnya
air tanah, serta mempengaruhi laju erosi dan sedimentasi. Air amat
penting untuk proses kimia dan biologi dalam proses pembentukan
tanah, sehingga perbedaan-perbedaan kelembaban sebagai akibat relief
akan menghasilkan jenis-jenis tanah yang berbeda pula.
Sifat-sifat tanah yang umumnya berhubungan denga topografi adalah;
tebal solum, tebal dan kandungan bahan organik horison A, kandungan
air tanah, warna tanah, tingkat perkembangn horison serta reaksi tanah
(pH).
5. Waktu
Tanah sebagai hasil evolusi berubah seperti perubahan bentuk muka
bumi. Waktu sebagai salah satu faktor pembentukan tanah adalah
lamanya waktu yang terjadi pada saat pembentukan tanah. Proses
pembentukan tanah berjalan sesuai dengan waktu, maka bahan induk
tanah berubah berturut-turut menjadi tanah muda, tanah dewasa dan
tanah tua. Pada tanah muda, proses pembentukan terutama pada bahan
organik dan bahan mineral. Pada tanah dewasa, proses pelapukan
semakin berlanjut dan selanjutnya berlangsung pada tanah tua.

Bahan Ajar Diklat Dasar-Dasar Pengelolaan DAS – Pengantar Ilmu Tanah 11


D. Tanah Sebagai Faktor Pertumbuhan Tanaman
Tanah merupakan lapisan permukaan bumi tempat di mana tanaman
menggabungkan enersi matahari dan karbon dioksida dari atmosfir
dengan unsur hara dan air dari tanah ke dalam bentuk jaringan hidup.
Tanah menyediakan unsur hara dan air sebagai makanan tanaman untuk
pertumbuhannya. Selanjutnya unsur hara diserap oleh tanaman dan
melalui daun diolah menjadi persenyawaan organik seperti karbohidrat,
protein, lemak, vitamin dan lain-lain yang amat berguna bagi kehidupan
manusia dan khewan. Pada dasarnya pertumbuhan tanaman di darat
tergantung dari air dan unsur hara dalam tanah, di luar itu tanah
menyediakan lingkungan, di mana akar tanaman dapat berfungsi. Untuk
keperluan itu diperlukan ruang yang cukup bagi penyebaran perakaran,
oksigen untuk pernafasan bagi akar dan karbon dioksida yang dihasilkan
harus dikeluarkan dari tanah agar tidak terakumulasi di dalamnya.
Adanya faktor penghambat (garam-garam tertentu yang terlarut) atau
elemen-elemen beracun (seperti aluminium), patogen atau perobahan
suhu yang ekstrim sangat penting diperhatikan. Akar yang melekat
dengan baik dengan tanah juga akan mempertahankan tegaknya
tanaman.
Salah satu fungsi tanah adalah pendukung tegaknya tanaman Tanaman
yang tumbuh secara hidrophonik umumnya perlu didukung oleh adanya
jaringan-jaringan seperti kawat. Tanaman yang tumbuh pada tanah yang
sub-soilnya kedap air atau horison B sering kali mempunyai perakaran
yang dangkal yang mengakibatkan tanaman mudah roboh karena angin.
Tanah adalah merupakan media tersedianya unsur-unsur hara yang
diperlukan oleh tanaman. Paling sedikit terdapat 16 elemen yang
diperlukan untuk pertumbuhan tanaman, yang disebut dengan hara
esensial. Karbon, hidrogen dan oksigen tergabung dalam reaksi foto-
sintesa yang diperoleh dari udara dan air, sedangkan 13 elemen lainnya
diperoleh sebagian besar dari tanah. Nitrogen, Phospor, Kalium, Kalsium,
Magnesium dan Sulfur merupakam elemen dalam tanah yang diperlukan
dalam jumlah relatif besar oleh tanaman sehingga biasa disebut sebagai

Bahan Ajar Diklat Dasar-Dasar Pengelolaan DAS – Pengantar Ilmu Tanah 12


hara makro sedangkan hara tanaman yang diperlukan dalam jumlah
yang relatif kecil/sedikit disebut dengan mikro hara. Hara tanaman tadi
dimanfaatkan oleh tanaman dalam bentuk larutan dalam air tanah.
Disamping sebagai tempat tegaknya tanaman dan penyedia hara
tanaman, tanah juga berfungsi untuk tempat penyediaan air dan udara
bagi keperluan tanaman.
Perbedaan pokok antara tanah hutan dengan tanah pertanian adalah
perbedaan yang diakibatkan oleh pengelolaan diatasnya. Tanah-tanah
pertanian pada umumnya dikelola secara intensif dan berdaur (siklus
panenan) pendek dan yang dipanen relatif banyak. Sehingga diperlukan
pemupukan sebagai pengganti dari bagian yang diambil ke luar dari
sistem. Pemanenan pada dasarnya pengangkutan hara tanaman ke luar
dari tempat asalnya. Pemanenan komoditi kehutanan sebagaian besar
berupa kayu. Penutupan lapisan tanah kurang, erosi tinggi dan unsur
hara banyak terkuras, sehingga tanah pertanian memerlukan upaya-
upaya konservasi tanah dan pemupukan (penggantian kembali unsur
hara). Sebaliknya pada tanah hutan, daurnya cukup lama, sehingga
lantai hutan diperkaya oleh lapisan humus yang menjadi sumber unsur
hara, penutupan lapisan atas tanah padat/rapat sehingga kemampuan
menyimpan air tinggi dan laju erosi relatif kecil. Tanah-tanah yang
diperuntukan bagi tanaman kehutanan umumnya tanah marginal
(miskin).

III. SIFAT FISIKA TANAH

Bahan Ajar Diklat Dasar-Dasar Pengelolaan DAS – Pengantar Ilmu Tanah 13


Sifat fisika tanah sangat mempengaruhi pertumbuhan dan produksi tanaman.
Sifat-sifat ini ditentukan oleh bahan penyusun dan keadaan lingkungannya
seperti ukuran, bentuk, susunan komposisi partikel tanah, bahan organik
serta pori-pori tanah.Sifat-sifat fisik tanah antara lain meliputi Tekstur dan
Struktur Tanah, Konsistensi, Drainase, Kerapatan, Pori tanah serta Warna
Tanah.

A. Tekstur Tanah
Tanah terdiri dari butir-butir tanah dengan ukuran berbeda. Butir tunggal
tanah diberi istilah partikel tanah, sedangkan golongan partikel tanah
disebut fraksi tanah (soil separate). Tekstur tanah menunjukkan kasar
halusnya suatu tanah, yaitu perbandingan relatif tiga golongan besar
partikel tanah, terutama perbandingan antara fraksi lempung/liat
(clay),debu (silt) dan pasir (sand). Bagian tanah yang berukuran lebih dari
2 mm disebut bahan kasar (dari kerikil sampai batu). Bahan-bahan tanah
yang lebih halus dapat dibedakan menjadi ; liat (clay) berukuran kurang
dari 0,02 mm, debu (silt) berukuran dari 0,002 mm sampai 0,05 mm, pasir
(sand) berukuran 0,05 hingga 2 mm. Secara mudah dapat dikatakan
apabila suatu tanah didominasi oleh butir ukuran lebih kecil (liat) disebut
tanah bertekstur halus, apabila didominasi oleh butir yang lebih besar
(pasir) disebut sebagai tanah bertekstur kasar.
Tekstur tanah akan menentukan tidak saja sifat fisika tanah tapi juga sifat
kimia tanahnya.Tanah yang paling peka terhadap erosi adalah tanah
yang bertekstur debu dan pasir sangat halus. Tanah bertekstur pasir
tahan terhadap erosi karena butir-butir tanah yang besar memerlukan
lebih banyak enersi untuk mengangkutnya. Sedangkan tanah dengan
tekstur liat (clay) karena daya kohesi (gaya tarik menarik, antar molekul)
yang kuat dari liat tersebut sehingga agregatnya sulit dihancurkan
(Wischmeter, 1978).

a. Menentukan Tekstur Tanah

Bahan Ajar Diklat Dasar-Dasar Pengelolaan DAS – Pengantar Ilmu Tanah 14


Penentuan tekstur tanah dilakukan di laboratorium dan di lapangan. Di
laboratorium dilakukan melalui proses pemisahan butiran/partikel tanah
dengan pengayakan (sieving), untuk ditentukan persentase butiran liat,
debu dan pasir terhadap total masa tanah Selain metode sieving juga
biasa dilakukan dengan proses pengendapan dan penyaringan dengan
mendasarkan pada Hukum Stokes yang berprinsip bahwa kecepatan
pengendapan berhubungan dengan ukuran partikel, maka ukuran pertikel
tanah dapat diketahui. Sedang untuk tanah-tanah organik analisa
dilakukan dengan pembakaran dan penentuan kehilangan berat atau CO2
yang dihasilkan.
Selain di laboratorium, penentuan tekstur tanah dapat juga dilakukan di
lapangan. Di lapang, tekstur tanah dapat ditentukan dengan memijit
tanah basah di antara jari-jari, sambil dirasakan halus kasarnya yaitu
dirasakan adanya butir-butir pasir, debu dan liat (Tabel 2).

Bahan Ajar Diklat Dasar-Dasar Pengelolaan DAS – Pengantar Ilmu Tanah 15


Tabel:2 Penentuan Tekstur di Lapangan (Hardjowigeno,1995)
No. Tekstur Tanah Karakteristik
1. Pasir - Rasa kasar sangat jelas
- Tidak melekat
- Tidak dapat dibentuk bola dan gulungan
2. Pasir berlempung - Rasa kasar jelas
- Sedikit sekali melekat
- Dapat dibentuk bola yang mudah sekali hancur
3. Lempung berpasir - Rasa kasar sangat jelas
- Agak melekat
- Dapat dibentuk bola mudah hancur
4. Lempung - Rasa tidak kasar dan tidak licin
- agak melekat
- dapat dibentuk bola agak teguh, gulungan dengan permukaan
mengkilat
5. Lempung berdebu - rasa licin
- agak melekat
- dapat dibentuk bola agak teguh, gulungan dengan permukaan
mengkilat
6. Debu - rasa licin sekali
- agak melekat
- dapat dibentuk bola teguh, dapat digulung dengan permukaan
mengkilat
7. Lempung berliat - rasa agak licin
- agak melekat
- dapat dibentuk bola agak teguh, dapat dibentuk gulungan yang
agak mudah hancur
8. Lempung liat berpasir - rasa halus dengan sedikit bagian agak kasar
- agak melekat
- dapat dibentuk bola agak teguh, dapat dibentuk gulungan
mudah hancur
9. Lempung liat tidak - rasa halus agak licin
berpasir - melekat
- dapat dibentuk bola teguh, gulungan mengkilat
10. Liat berpasir - rasa halus, berat tetapi terasa sedikit kasar
- melekat
- dapat dibentuk bola teguh, mudah digulung
11. Liat berdebu - rasa halus, berat, agak licin
- sangat lekat
- dapat dibentuk bola teguh, mudah digulung
12. Liat - rasa berat, halus
- sangat lekat
- dapat dibentuk bola dengan baik, mudah digulung

Analisa tersebut dilakukan terhadap tanah mineral (tanah yang me-


ngandung lebih dari 85% bahan mineral) yang bebas dari bahan organik.

Bahan Ajar Diklat Dasar-Dasar Pengelolaan DAS – Pengantar Ilmu Tanah 16


Bagi tanah-tanah organik (tanah yang mengandung lebih dari 15% bahan
organik) terutama tanah gambut (dekomposisi belum sempurna) sistem
penamaannya dilakukan berdasarkan kematangannya.

b. Luas Permukaan Spesifik Partikel Tanah


Sudah dimaklumi bahwa makin kecil ukuran butir, makin luas
permukaannya per satuan berat. Contohnya apabila membelah sebuah
massa kubus dengan volume 1 cm3 menjadi kubus-kubus yang kecil,
maka akan diperoleh hasil seperti tabel di bawah ini;

Tabel 3. Hubungan antara panjang sisi, dengan luas permukaan


Panjang sisi (cm) Banyak kubus (butir) Luas permukaan (cm 2 )
1.0 1 6
0.1 10 3
60
0.01 10 6
600
0.001 109 6000
0.0001 10 12
60.000
0.00001 10 15
600.000

Demikian pula halnya dengan tanah. Makin halus suatu partikel tanah,
makin luas permukaannya (dalam satuan berat yang sama). Sebagai
contoh, luas permukaan partikel tanah berupa pasir sangat kasar
(diameter 2 mm) mempunyai luas permukaan 11 cm 2/gram, dibanding
dengan partikel tanah halus ( diameter kurang dari 0.002 mm)
mempunyai luas permukaan 8 juta cm 2/gram. Peran dari permukaan
partikel ini sangat penting sehubungan dengan reaksi tanah. Permukaan
tanah bermuatan negatif yang mengadsorpsi kation untuk dipertukarkan
dengan akar tanaman. Tanah dengan kandungan lempung dan debu
tinggi mempunyai kapasitas tertinggi untuk mengikat air tersedia bagi
tanaman, karena suatu kombinasi yang unik area permukaan dengan
ukuran pori.

c. Sifat Fisik Fraksi Tanah

Bahan Ajar Diklat Dasar-Dasar Pengelolaan DAS – Pengantar Ilmu Tanah 17


Fraksi krikil dan pasir kasar, cenderung sebagai butir tunggal. Tanah yang
didominir oleh fraksi ini tidak kohesif, tidak plastis dan kurang dapat
menyimpan air. Tanah tersebut cepat kering karena kapasitas lapang
rendah dan laju pengatusan cepat. Peredaran udara lancar, tanahnya
ringan/mudah diolah.
Fraksi pasir mempunyai luas permukaan spesifik yang lebih kecil
dibanding liat, karena itu kegiatan fisika dan kimia rendah sekali. Tanah
berpasir mudah diolah, ruang pori lapang, sehingga air dan udara mudah
keluar masuk. Mineral terbanyak adalah kwarsa. Kesuburan tanah
meningkat bila bercampur dengan mineral lian seperti karbonat (kalsit,
dolomit). Fraksi debu berbentuk mirip pasir yaitu agak bulat tidak
beraturan, mengandung banyak mineral yang sudah dan yang belum
lapuk. Sifat-sifat plastisitas, kelengketan, permukaan aktif, laju
pengatusan terletak antara pasir dan liat.
Fraksi liat terdiri atas butir-butir sisa proses pelapukan kimia. Partikel liat
berbentuk lempeng tipis sekali permukaannya aktif sekali melakukan
proses kimia. Tanah yang mengandung banyak liat aerasi dan
pengatusannya jelek, bila basah sangat plastis dan lengket, akan tetapi
bila kering menjadi keras dan padat. Tanahnya sangat ‘berat’ untuk
diolah, sangat kuat menyerap air dan unsur hara.

B. Struktur Tanah
Struktur tanah menunjukkan kombinasi atau susunan partikel tanah
primer (pasir, debu dan liat), oleh karena tanah merupakan gumpalan
kecil dari butir-butir tanah dimana gumpalan tersebut terjadi karena butir-
butir pasir, debu dan liat terikat satu sama lain oleh suatu perekat seperti
bahan organik, oksida-oksida besi (Fe) dan manggan (Mn). Gumpalan-
gumpalan kecil (agregat) ini mempunyai bentuk, ukuran dan kemantapan
(ketahanan) yang berbeda-beda. Walau demikian, agregat-agregat yang
membentuk struktur tanah selalu dalam keadaan yang mudah berubah.
Perubahan tersebut disebabkan oleh penambahan hara, pertumbuhan
akar, kegiatan mikroba tanah atau pengolahan tanah.

Bahan Ajar Diklat Dasar-Dasar Pengelolaan DAS – Pengantar Ilmu Tanah 18


Struktur tanah merupakan salah satu sifat tanah penting, karena struktur
akan
mempengaruhi tidak saja sifat fisik tanah, aerasi, air tanah tetapi juga
mempengaruhi unsur hara, perombakan bahan organik dan kegiatan
jasad renik dalam tanah. Struktur tanah dapat di klasifikasi berdasar tipe,
kemantapan dan ukurannya.
a. Tipe struktur
Berdasarkan tipenya, struktur tanah dapat digolongkan menjadi tanpa
struktur (tanpa adanya agregasi) dan berstruktur. Tanah dikatakan tidak
berstruktur, bila butir-butir tanah tidak melekat satu sama lain (butir
tunggal) atau lepas (tanah pasir) atau bisa juga saling melekat menjadi
satuan yang padu bersifat massive atau pejal, sedangkan tanah
berstruktur, bentuknya bisa merupakan :
a) Bentuk lempeng (platy), sumbu vertikal < horisontal, biasanya ditemukan
di horison A2 atau pada lapisan padat liat, masih dibagi lagi : sangat tipis,
tipis, sedang, tebal, dan sangat tebal.
b) Bentuk prisma, sumbu vertikal > horisontal, bagian atasnya rata, terdapat
pada horison B tanah daerah iklim kering.
c) Bentuk tiang, sumbu vertikal > horisontal, bagian atasnya bulat, terdapat
pada horison B.
d) Bentuk gumpal bersudut, seperti kubus dengan sudut-sudut tajam.
Sumbu horisontal=sumbu vertikal
e) Bentuk gumpal membulat, seperti kubus bagian atas membulat; sumbu
vertikal = horisontal, terdapat di horison B pada tanah-tanah liat,
membentuk banyak pori-pori mikro yang berisi air, kurang pori-pori makro
sehingga udara tanah kurang baik.
f) Bentuk granuler, bulat dan bersifat porus (sarang), terdapat di horison A.
g) Bentuk remah, bulat sangat porous, paling cocok untuk usaha pertanian,
terdapat pori-pori makro yang terisi oleh udara dan ada pula pori-pori mi-
kro yang berisi air atau tanah berstruktur remah (baik) mempunyai tata
udara (aerasi) dan air (drainase) yang baik, unsur hara lebih mudah ter-

Bahan Ajar Diklat Dasar-Dasar Pengelolaan DAS – Pengantar Ilmu Tanah 19


sedia dan mudah diolah, umumnya terdapat dihorisontal A pada wilayah
bercurah hujan tinggi.
Struktur tanah dapat dikatakan baik apabila terdapat penyebaran ruang
pori-pori yang baik, yakni yang berisikan air dan udara dan sekaligus
dalam keadaan kemantapan yang baik. Struktur seperti ini dapat
diperoleh dengan pengolahan tanah seperti pembajakan dan
pencangkulan artinya kita dapat mengubah atau memperbaiki struktur
tanah. Bentuk struktur yang membulat (remah, granuler, gumpal)
menghasilkan tanah dengan porositas tinggi sehingga air mudah
meresap ke dalam tanah (sarang) dan air permukaan menjadi kecil,
sehingga laju erosi permukaan rendah. Tanah yang strukturnya mantap
berarti tidak mudah hancur oleh pukulan air hujan, akan tahan terhadap
erosi.

b. Kemantapan atau tingkat perkembangan


Berdasar kemantapan atau tingkat perkembangannya struktur tanah
tersebut terhadap tekanan, struktur tanah dapat dibeda-beda dari yang
mudah hancur (tingkat perkembangan lemah) sampai sulit hancur
(tingkat perkembangan kuat). Hal ini sesuai dengan jenis tanah dan
kadar airnya. Tanah kering umumnya mempunyai kemantapan yang lebih
tinggi dari pada tanah basah. Tanah yang mudah diolah adalah tanah
dalam keadaan mendekati kering atau sedikit lembab (kapasitas lapang).
Ditinjau dari segi pertumbuhan tanaman, struktur adalah sifat fisik tanah
yang sangat penting. Ditanah yang masif, kesarangan tanah rendah
sehingga aliran permukaan tinggi, erosi permukaan besar sehingga
kesuburan tanah cepat merosot. Dilain pihak, peredaran udara dan
drainase tanah kurang lancar, penembusan akar sangat sukar dan
kegiatan jasa renik (mikro-fauna) terbatas.

c. Ukuran struktur tanah

Bahan Ajar Diklat Dasar-Dasar Pengelolaan DAS – Pengantar Ilmu Tanah 20


Berdasar ukurannya struktur tanah dapat dibedakan menjadi struktur
sangat halus (sangat kecil), halus (kecil), sedang, kasar (besar) dan
sangat kasar (sangat besar)

C. Ruang Pori Dan Porositas.


Pori-pori tanah adalah bagian yang tidak terisi bahan padat tanah (terisi
oleh udara dan air). Air dan gas juga bergerak melalui ruang pori ini.
Persentase volume ruang pori total disebut porositas, sedangkan perme-
abilitas tanah adalah merupakan kemudahan dari cairan, gas atau akar
menembus tanah.
a. Jenis-jenis pori tanah
Pori-pori tanah dapat dibedakan menjadi pori-pori kasar (Macro pore)
dan pori-pori halus (micro pore). Pori-pori kasar berisi udara atau air
gravitasi (air yang mudah hilang karena gaya gravitasi/kohesi), sedang
pori-pori halus berisi air kapiler atau udara (adhesi), yaitu air terikat agak
kuat pada butir tanah. Berdasar keterikatan air pada tanah secara
sederhana dapat dibagi menjadi; air bebas, air kapiler dan air
higroskopis, atau dilihat dari segi keperluan tanaman, masing-masing
disebut dengan air berkelebihan, air tersedia (mengisi ruang mikro dan
dinding ruang makro) dan air tidak tersedia (menyelimuti partikel padata
tanah). Tanah-tanah pasir mempunyai pori-pori kasar lebih banyak
daripada tanah liat. Tanah dengan banyak pori-pori kasar sulit menahan
air sehingga tanaman mudah kekeringan sedangkan tanah-tanah liat
mempunyai pori-pori total (jumlah pori-pori makro + mikro), lebih tinggi
daripada tanah pasir. Porositas tanah dipengaruhi : kandungan bahan
organik, Struktur tanah, Tekstur tanah.
Porositas tanah tinggi kalau kandungan bahan organiknya tinggi. Tanah-
tanah dengan struktur granuler atau remah, mempunyai porositas yang
lebih tinggi daripada tanah-tanah yang struktur massive (pejal). Tanah
dengan tekstur pasir banyak mempunyai pori-pori makro sehingga sulit
menahan air.

Bahan Ajar Diklat Dasar-Dasar Pengelolaan DAS – Pengantar Ilmu Tanah 21


Tanah pasir pada umumnya mempunyai porositas 30-50 %, sedangkan
tanah lempung sekitar 40-60 %. Pengaruh pori-pori tanah terhadap
tanaman adalah; a> pertumbuhan dan perkembangan akar tanaman,
pernafasan akar, penyerapan air dan unsur hara oleh tanaman, kegiatan
jasad renik.
b. Air tanah
Apabila air masuk ke dalam tanah, tanah menjadi basah, ini berarti pori-
pori tanah besar dan kecil terisi oleh air. Apabila pemberian air
diteruskan maka akan terjadi pergerakan air dan pemindahan udara. Jika
pemberian air dihentikan maka air akan turun yang makin lama makin
lambat, karena yang berada pada pori lebih besar akan turun terlebih
dahulu akibat gravitasi. Pada saat gerakan turunnya terhenti, tanah
dalam keadaan demikian disebut sebagai kapasitas lapang. Pada saat ini
pori makro diisi oleh udara dan pori mikro berisi air, dari pori mikro inilah
tanaman mengisap air untuk kehidupannya. Apabila tidak ada
penambahan air lagi maka air dalam tanah akan terus berkurang akibat
evaporasi dan transpirasi.
Pada saat tanaman mulai layu, di mana air yang tinggal di dalam tanah
hanya pada pori mikro yang sangat kecil dan di sekitar butir-butir tanah,
disebut tanah dalam keadaan kelembaban kritis, atau koefisien layu.
Apabila keadaan ini terus berlanjut, di mana air dalam tanah yang tersisa
hanya berada dalam butir koloida tanah sebagai air yang diadsorpsi
maka kandungan air pada titik ini disebut sebagai koefisien higroskopis.
Cairan terikat sangat kuat, sebagian besar tidak dalam bentuk cairan tapi
dalam fase uap dan tidak dapat diserap oleh tanaman. Gaya yang
menahan air dalam tanah tersebut sangat dipengaruhi oleh tekstur tanah.
Gaya retensi air tanah pada saat kapasitas lapang adalah 1/3 Bar atau
2,53 pF, pada saat kadar air tanah mencapai titik layu permanen adalah
15 Bar (4,18 Bar), sedangkan bila mencapai koefisien higroskopis
adalah 31 Bar atau 4,5 pF. Keadaan kadar air tersedia bagi tanaman
adalah pada saat antara kapasitas lapang dan titik layu permanen.

Bahan Ajar Diklat Dasar-Dasar Pengelolaan DAS – Pengantar Ilmu Tanah 22


c. Udara tanah
Udara dalam tanah mengisi pori-pori tanah, bila pori tersebut tidak diisi
oleh air. Udara diperlukan untuk pernafasan akar tanaman dan untuk
penguaraian/dekomposisi bahan organik oleh mikro organisme, jadi
udara dalam tanah diperlukan oleh pertumbuhan.
Susunan udara dalam tanah agak berbeda dengan susunan udara di
atmosfir. Perbedaannya adalah sebagai berikut:
Tabel 4. Susunan udara dalam tanah dan atmosfir
Unsur udara Dalam tanah (%) Dalam Atmosfir (%)

Nittrogen (N2 ) 79,2 79,0


Oksigen (O2 ) 20,3 21,0
Karbondioksida (CO2) 0,15-0,65 0.3
Uap air (H2O) Jenuh Berargam

Perbedaan tersebut disebabkan karena oksigen dipakai terus-menerus


oleh tanaman dan mikro-organisme. Sebaliknya karbondioksida
dihasilkan dari pernafasan dan hasil penguraian bahan organik oleh
mikro-organisme. Dalam keadaan tertentu beberapa gas lain dihasilkan
sebagai akibat penguraian mikro-organisme seperti gas methan (CH 4)
dan hidrogen disulfida (H2S) , yang dicirikan oleh suhu atau aroma yang
khas.

D. Konsistensi
Konsistensi tanah adalah suatu istilah untuk menggambarkan ketahanan
tanah tehadap kekuatan perobahan bentuk atau perpecahan akibat kerja
tenaga fisik pada berbagai kadar air. Kekuatan tersebut disebabkan oleh
daya kohesi butir-butir tanah atau daya adhesi butir-butir tanah dengan
benda lain. Hal ini ditunjukan oleh daya tahan tanah terhadap gaya yang
akan mengubah bentuk, sehingga konsistensi dapat dikatakan bagian
dari rheologi. Rheologi adalah ilmu yang mempelajari perobahan-
perobahan bentuk dan aliran suatu benda. Gaya-gaya tersebut misalnya

Bahan Ajar Diklat Dasar-Dasar Pengelolaan DAS – Pengantar Ilmu Tanah 23


pencangkulan, pembajakan dan sebagainya. Tanah yang mempunyai
konsisitensi baik umumnya mudah diolah dan tidak melekat pada alat
pengolahan tanah. Oleh karena tanah dapat ditemukan dalam keadaan
lembab, basah atau kering maka penyifatan konsistensi tanah harus
disesuaikan dengan keadaan tanah tersebut.
Dalam keadaan lembab, tanah dibedakan kedalam konsistensi gembur
(mudah diolah) sampai teguh (agak sulit dicangkul). Dalam keadaan
kering, tanah dibedakan ke dalam konsistensi lunak sampai keras. Dalam
keadaan basah dibedakan plastisitasnya yaitu dari plastis sampai tidak
plastis atau kelekatannya yaitu dari tidak lekat sampai lekat.
Dalam keadaan lembab atau kering konsistensi tanah ditentukan dengan
meremas segumpal tanah. Bila gumpalan tersebut mudah hancur, maka
tanah dikatakan berkonsistensi gembur bila lembab atau lunak bila
kering. Bila gumpalan tanah sukar hancur dengan remasan dikatakan
berkonsistensi teguh ( lembab) atau keras (kering).
Dalam keadaan basah ditentukan mudah tidaknya melekat pada jari
(melekat atau tidak melekat) atau mudah tidaknya membentuk bulatan
dan kemampuannya mempertahankan bentuk tersebut (plastis atau tidak
plastis). Secara lebih terinci cara penentuan konsistensi tanah dapat
dilihat pada Tabel 5.

Bahan Ajar Diklat Dasar-Dasar Pengelolaan DAS – Pengantar Ilmu Tanah 24


Tabel 5. Cara menentukan konsistensi tanah
Tanah basah : Kandungan air di atas kapasitas lapang
a) Kelekatan - Kekuatan adhesi (melekat) dengan benda lain :
Tidak lekat - Tidak melekat pada jari tangan atau benda lain
Agak lekat - Sedikit melekat pada jari tangan atau benda
Lekat - Melekat pada jari tangan atau benda lain
Sangat lekat - Sangat melekat pada jari tangan atau benda lain
b) Plastisitas - Menunjukan kemampuan tanah mebentuk gulungan
Tidak plastis - Tidak dapat membentuk gulungan tanah
Agak plastis - Hanya gulungan tanah kurang dari 1 cm dapat terbentuk
Plastis - Dapat membentuk gulungan tanah lebih 1 cm, diperlukan
Sangat plastis sedikit tekanan untuk merusak gulungan tersebut
- Diperlukan tekanan besar untuk merusak gulungan terse-
but
Tanah lembab : Kandungan air mendekati kapasitas lapang
Lepas - Tanah tidak melekat satu sama lain (misalnya tanah
Sangat Gembur pasir)
Gembur - Gumpalan tanah mudah sekali hancur bila diremas
- Diperlukan sedikit tekanan untuk menghancurkan gum-
Teguh paln tanah dengan meremas
Sangat teguh - Berturut-turut memerlukan tekanan yang makin besar
Sangat teguh untuk menghancurkan tanah sampai sama sekali tidak
sekali dapat hancur dengan remasan tangan
Tanah Kering : Tanah dalam keadaan kering angin
Sementasi
(Pemadasan)
Lemah - Dapat dihancurkan dengan tangan
Kuat - Dapat dihancurkan dengan palu
Memadas - Dapat dihancurkan dengan pukulan palu yang keras.

Bahan Ajar Diklat Dasar-Dasar Pengelolaan DAS – Pengantar Ilmu Tanah 25


E. Warna Tanah
Warna tanah merupakan sifat tanah yang nyata dan mudah dikenali,
sehingga sering sepintas digunakan membedakan tanah. Warna tanah
dipengaruhi oleh jenis mineral dan bahan organic. Penetapan warna
tanah dengan menggunakan warna-warna baku yang terdapat dalam
buku Munsell Soil Chart. Dalam warna baku ini warna disusun oleh tiga
variabel, yaitu: hue, value dan chroma. Hue adalah warna baku spektrum
yang dominan sesuai dengan panjang gelombangnya. Value menunjukan
gelap terangnya warna, sesuai dengan banyaknya sinar yang
dipantulkan. Chroma menunjukkan kemurnian atau kekuatan dari warna
spectrum.
Dalam buku Munsell Soil Color Chart, hue dibedakan menjadi 5R, 7.5R,
10R, 2.5YR, 5YR, 7.5YR, 10YR, 2.5Y, 5Y, yaitu mulai mulai dari paling
merah (5R) sampai paling kuning (5Y). Value dibedakan dari 0 sampai 8,
dimana makin tinggi value menunjukan warna makin terang (makin
banyak sinar yang dipantulkan). Chroma juga dibagi dari 0 sampai 8,
dimana makin tinggi chroma menunjukan kemurnian spektrum atau
kekuatan warna spektrum makin meningkat. Berbeda bila tanah basah,
lembab atau kering, sehingga dalam menentukan warna tanah perlu
dicatat apakah tanah tersebut dalam keadaan basah, lembab atau kering
( Hardjowigeno, 1995).
Warna merupakan petunjuk atau indikator beberapa sifat tanah, antara
lain :
a) Tingkat pelapukan atau proses pembentukan tanah, biasanya
semakin merah warna tanah maka tingkat pelapukan tanah semakin
lanjut.
b) Drainase tanah, di tanah berdrainase buruk, yaitu daerah yang ter-
genang air, seluruh tanah berwarna abu-abu karena senyawa Fe ter-
dapat dalam keadaan tereduksi.
c) Horison pencucian (eluviasi) dan pengendapan (iluviasi) suatu profil
tanah.

Bahan Ajar Diklat Dasar-Dasar Pengelolaan DAS – Pengantar Ilmu Tanah 26


d) Kandungan bahan organik, semakin tinggi bahan organik, warna
tanah semakin gelap.
e) Kandungan mineral, warna pucat biasanya berasal dari mineral
kuarsa, sedangkan warna cerah berasal dari mineral mengandung
besi (ferri) atau biru sampai kelabu (Ferro).
G. Bulk Density
Bulk Density atau kerapatan lindak/masa menunjukan perbandingan
antara berat tanah kering dengan volume tanah termasuk volume pori-
pori tanah.

Berat tanah kering (g)

Bulk Density = -------------------------------------

Volume tanah (cc)

Bulk density merupakan petunjuk kepadatan tanah, makin tinggi bulk


density, yang berarti makin sulit meneruskan air atau tembusan akar
tanaman. Pada umumnya bulk density berkisar dari 1,1 – 1,6 g/cc.
Beberapa jenis tanah mempunyai bulk density kurang dari 0,85 g/cc.
Particel density = berat tanah kering persatuan volume partikel-partikel
(padat) tanah (jadi tidak termasuk volume pori-pori tanah).
Tanah mineral mempunyai particle density = 2,65 g/cc. Dengan
mengetahui besarnya bulk density dan particle density maka dapat
dihitung banyaknya (%) pori-pori total tanah sebagai berikut:

Bulk density
-------------------- X 100% = % bahan padat tanah
particle density

% pori-pori total tanah = 100% - % bahan padat tanah

Dengan rumus :

Bahan Ajar Diklat Dasar-Dasar Pengelolaan DAS – Pengantar Ilmu Tanah 27


Ruang pori total (%) =
Bulk density
( 1 - ---------------------- ) X 100% )
Particle density
V. SIFAT KIMIA TANAH

Tanah merupakan suatu sistem yang dinamis, artinya selalu terjadi


perobahan-perobahan setiap waktu. Perobahan tersebut diantaranya di
dalam tanah selalu terjadi proses/reaksi kimia. Untuk memudahkan
pemahaman kimia tanah, beberapa istilah yang perlu diketahui
sehubungan dengan reaksi-reaksi kimia tersebut adalah:
 Unsur, yaitu substansi/zat yang terdiri dari atom-atom dengan bilangan
atom atau nuklir yang sama.
 Atom adalah bagian kecil dari suatu unsur yang dapat masuk ke dalam
kombinasi kimia.
 Nomor atom adalah jumlah proton.
 Bilangan massa atom adalah jumlah massa dari netron dan proton
 Senyawa, yaitu suatu substansi yang tersusun atas dua atau lebih unsur
yang tergabung dalam suatu perbandingan yang tetap (molekul)
 Ion, yaitu satu atau kombinasi dari beberapa atom yang bermuatan listrik
 Kation, yaitu ion yang bermuatan positif, karena kehilangan elektronnya,
seperti Ca++, K+ dll.
 Anion, yaitu ion yang bermuatan negatif, seperti Cl-, NO3-, SO4--, dll
 Valensi, yaitu jumlah muatan suatu ion.
 Miliekuivalen (me) suatu jumlah yangsecara kimia setara dengan 1 gr
Hidrogen.Misal: 1 me H = 1 mg (berat atom H = 1, valensi 1)
1 me K = 39 mg (berat atom K=39, valensi 1)
1 me Ca = 40/2 (berat atom 40, valensi 2)
1 me Mg= 24/2 (berat atom 24, valensi 2)
0,6 me/100 gr Kalium adalah 0,6 X 39 mg/100
= 23,4 mg/100.000 mg
= 234 mg/1000.000 mg
= 234 ppm.

Bahan Ajar Diklat Dasar-Dasar Pengelolaan DAS – Pengantar Ilmu Tanah 28


21,5 me/100 gr Kalsium adalah 21,5 X 40/2mg/100 gr
= 430 mg/100 gr
= 4,30 mg/1000.000 mg
= 4,30 ppm
Dari segi kimia, tanah merupakan kumpulan dari banyak sekali senyawa,
yaitu senyawa organik dan anorganik.

A. Koloid Tanah
Koloid berasal dari kata Yunani yang berarti seperti lem (glue-like). Suatu
koloid adalah suatu wujud (keadaan) dari bahan-bahan yang terdiri dari
partikel-partikel sangat halus yang ukurannya mendekati ukuran molekul
(antara 0.2 Um dan 50 A). Sistem koloid terdiri atas liofobik (jika
terdispersi tidak berinteraksi dengan medium dispersi) dan liofilik (jika
berinteraksi).Apabila mediumnya air, koloid merupakan hidrofobik
(mineral lempung) atau hidrofilik (dapat diflokulasikan seperti koloid
organik).
Koloid tanah adalah bahan mineral atau bahan organik yang sangat ha-
lus, sehingga mempunyai permukaan yang sangat luas per satuan
massa (berat). Dengan demikian koloid ini tempatnya hara tanah,
sehingga disebut juga sebagai “gudangnya” hara. Termasuk dalam koloid
adalah liat (anorganik) dan humus (organik). Partikel koloid yang
dikelilingi oleh kulit hidrasinya disebut micell (micro-cell), yang pada
umumnya bermuatan negatif. Karena itu ion-ion positif yang berdekatan
akan tertarik yang menyebabkan pembentukan lapisan ganda ion (ionic
double layer). Bagian dalam terdiri dari ion negatif (anion) sedangkan
lapisan luar terdiri dari kerumunan ion positif (kation).
a. Mineral Liat
Mineral liat adalah salah satu koloid anorganik yang berukuran kurang
dari 2 mikron. Tiap butir partikel koloid tersusun oleh sejumlah lempeng-
lempeng dari SiO2 nH2O dan Al2 O 3mH 2O yang saling mengikat satu
dengan lainnya. Tiap partikel merupakan kristal yang memiliki dua
permukaan yaitu permukaan dalam dan permukaan luar.

Bahan Ajar Diklat Dasar-Dasar Pengelolaan DAS – Pengantar Ilmu Tanah 29


Beberapa sifat penting dari mineral liat adalah dalam pertukaran ion,
pengembangan dan pengerutan serta penggumpalan atau penjonjotan.
Ion yang dipertukarkan adalah berupa kation Ca ++
, Mg ++, K + , H +, Na +,
dan NH4 +
. Kation yang bervalensi dua lebih mudah dipertukarkan
dibanding dengan kation bervalensi satu.
Koloid liat dapat “menangkap” air diantara lempeng-lempeng kristal,
sehingga dalam keadaan basah volumenya tambah besar
(mengembang), sebaliknya dalam keadaan kering, airnya menguap lagi
sehingga volumenya menjusut (mengkerut). Sifat ini terutama berlaku
pada liat tipe 2 : 1, yaitu mineral monmorilonit. Sifat penggumpalan atau
penjontotan (flokulasi), terjadi karena koloid liat banyak menyerap io Ca.
Sifat ini penting dalam pembentukan struktur tanah. Mineral liat dapat
dibedakan menjadi;

1. Mineral liat Al- silikat


2. Oksida-oksida Fe dan Al
3. Mineral-mineral primer.

Mineral liat Al silikat mempunyai struktur lempengan yang berlapis-lapis.


Setiap unit terdiri dari lempengan Si tetrahedron dan lempengan Al
oktahedron. Berdasar penggabungan lempengan/ lapisan tersebut, maka
dibedakan mineral liat 1 : 1 (kaolinit, halosit), mineral liat 2 :1
(montmorilonit, ilit, vermikulit) dan mineral liat 2 : 2 (Chlorit). Pada mineral
kaolinit disebut (1 : 1) karena setiap unit terdiri dari satu lapis Si
tetrahedron dan satu lapis Al-oktahedron dimana setiap unit melekat
dengan dengan kuat (ikatan H), sehingga mineral ini tidak mudah
mengembang dan mengkerut bila basah dan kering (Gambar 5). Muatan
negatif liat 1 : 1 hanya pada patahan-patahan kristal sehingga kapasitas
tukar kation (KTK) rendah.
Keadaan ini berbeda dengan mineral liat montmorilonit (2:1) di mana satu
unit kristal terdiri dari dua lapis Si tetrahedron dan satu lapis Al
oktahedron. Setiap unit dihubungkan oleh ikatan lemah (oksigen ke

Bahan Ajar Diklat Dasar-Dasar Pengelolaan DAS – Pengantar Ilmu Tanah 30


oksigen), sehingga mudah mengembang bila basah dan mengkerut bila
kering.
Hal ini disebabkan karena memungkinkannya air (dan kation) dapat
masuk ke dalam ruang-ruang antar unit tersebut, sehingga mempunyai
muatan negatif yang tinggi (Kapasitas tukar kation tinggi).
Adanya muatan negatif pada mineral liat silikat disebabkan oleh
(Hardjowigeno, 1989):
a. Kelebihan muatan negatif pada ujung-ujung patahan kristalnya
b. Dissosiasi H+ dari gugus OH- yang terdapat pada tepi atau ujung
kristal. Pada pH rendah, ion H + terikat, tapi bila pH naik, ion tersebut
menjadi mudah lepas,sehingga muatan negatif meningkat.
c. Substitusi isomorphik.

b. Koloid Organik
Dalam proses dekomposisi bahan organik tanah terbentuklah humus,
yang berwarna hitam, yang terdiri dari campuran sisa-sisa bahan organik
dan hasil dekomposisi yang sangat halus. Koloid organik adalah berupa
humus, di mana komponennya terdiri dari C,H, dan O, N,S,P, sedangkan
koloid liat terdiri dari Al, Si dan O. Humus bersifat amorf, mudah terurai
oleh mikroba tanah, daya menyerap air besar sehingga bila basah akan
mengembang, mempunyai kapasitas tukar kation (KTK) yang tinggi, lebih
tinggi dari mineral liat 2:1, dan lebih mudah terurai dibanding liat. Sumber
muatan negatif humus terutama adalah dari gugusan karboksil (-C == O
dan gugusan phenol (--OH) -OH
Muatan dalam humus adalah muatan yang tergantung pada pH. Dalam
keaadan asam (pH rendah), H+ terikat kuat dalam gugusan karboksil atau
phenol, sehingga muatannya rendah, tetapi ikatan tersebut melemah bila
pH makin tinggi, akibatnya disosiasi H + meningkat dengan naiknya pH,
sehingga muatan negatif dalam koloid humus juga meningkat.

Bahan Ajar Diklat Dasar-Dasar Pengelolaan DAS – Pengantar Ilmu Tanah 31


B. Reaksi Tanah

1. pH Tanah
Reaksi tanah menunjukan sifat kemasaman atau alkalinitas tanah yang
dinyatakan dengan nilai pH. Nilai pH menunjukan banyaknya konsentrasi
ion hidrogen (H+) di dalam larutan tanah. Makin tinggi kadar ion H + di
dalam tanah, semakin masam tanah tersebut. Di dalam tanah selain H +
ditemukan pula ion OH-, yang jumlahnya berbanding terbalik dengan
banyaknya H+. Suatu tanah disebut masam bila jumlah ion H - lebih tinggi
daripada OH-, Sedangkan pada tanah alkalis kandungan OH - lebih
banyak daripada H+. Bila kandungan H- sama dengan OH- maka tanah
bereaksi netral yaitu pH=7.
Sebenarnya, konsentrasi H+ atau OH- di dalam tanah sebenarnya sangat
kecil. Sebagai contoh misalnya tanah yang berereksi netral kandungan
ion H+ adalah sebanyak 1/10.000.000 mole per liter atau 10 -7 mole per
liter. Oleh karena itu untuk memudahkan menyebut nama-nama pH,
maka telah ditentukan bahwa yang disebut :
1
pH = log ------------- = - log (H+)
(H+)

Untuk tanah yang berereksi netral maka :


1
pH = log ------------- = - log 10-7 =7 (netral)
10-7

Nilai pH berkisar dari 0 –14, dengan pH =7 disebut netral sedang pH


kurang dari 7 disebut masam dan pH lebih dari 7 disebut alkalis/basa.
Besarnya kisaran nilai pH tersebut didasarkan atas besarnya konstanta
disosiasi air murni yaitu :

Bahan Ajar Diklat Dasar-Dasar Pengelolaan DAS – Pengantar Ilmu Tanah 32


HOH ~ H+ + OH-
(H+) (OH-) = 10-14 = K (konstan)
Walau demikian pH umumnya berkisar dari 3,0 – 9,0. Di Indonesia
umumnya tanah bereaksi masam dengan pH 4,5 – 5,5 sehingga tanah
dengan pH 6,0 – 6,5 sering telah dikatakan cukup netral meskipun
sebenarnya agak masam (Gambar 7).

2. Pentingnya pH Tanah
a) Menentukan mudah tidaknya unsur-unsur hara diserap tanaman.
Pada umumnya unsur hara mudah diserap akar tanaman pada pH
tanah sekitar netral, karena pada pH tersebut kebanyakan unsur hara
mudah larut dalam air. Pada tanah masam unsur P tidak dapat
diserap tanaman karena diikat (difiksasi) oleh aluminium (Al), sedang
pada tanah alkalis unsur P juga tidak dapat diserap tanaman karena
difiksasi oleh Calcium (Ca).
b) Menunjukkan kemungkinan adanya unsur-unsur beracun bagi
tanaman. Pada tanah masam banyak ditemukan ion Al dan sulfat
yang merupakan racun bagi tanaman. Pada pH rendah banyak unsur
mikro (Fe, Mn, Zn,Cu,Co) sedangkan pada pH tinggi banyak unsur Mo
yang terlarut.
c) Mempengaruhi perkembangan mikro organisme tanah.

3. Cara Mengukur pH Tanah


Nilai pH tanah diukur secara elektrometrik dan cara kolorimetrik (warna).
Pengukuran pH tanah secara elektrometrik dilakukan di laboratorium
dengan alat pH meter. Sejumlah tanah yang akan diukur pH nya
dicampur larutan garam dengan konsentarsi tertentu dan perbandingan
tertentu. Prinsipnya, adalah suatu larutan dengan kadar ion hidrogen
berbeda akan menghantarkan arus listrik yang berbeda, dengan
demikian nilai pH tanah akandapat diukur.

Bahan Ajar Diklat Dasar-Dasar Pengelolaan DAS – Pengantar Ilmu Tanah 33


Cara kolorimetrik adalah dengan menggunakan berbagai indikator yang
berubah warnanya bila pH berubah. Dengan membandingkan antara
warna larutan tanah yang telah dicampur dengan larutan kimia tertentu
(KCl) dengan kertas pH indikator akan dapat diketahui nilai pH tanah
tersebut. Pengukuran pH secara ini biasa dilakukan di lapangan karena
lebih mudah dan praktis.

C. Kapasitas Tukar Kation


Kation adalah ion yang bermuatan positif seperti Ca ++, Mg+, K+, Na+,
NH4+, H+, Al3+ dan lain sebagainya. Di dalam tanah, kation-kation
tersebut larut dalam air dan atau ditambat (adsopsi) oleh koloid tanah.
Banyaknya kation (dalam me) yang dapat dijerap oleh tanah per satuan
berat tanah (biasanya 100 gr) disebut sebagai Kapasitas Tukar Kation
(KTK). Kation yang sudah terjerap tersebut susah tercuci oleh air
gravitasi tetapi dapat diganti/ditukar oleh ion lain yang terdapat dalam
larutan tanah.
Kapasitas tukar kation dinyatakan dalam miliekuivalen per 100 gram
tanah (me/100 gr). Kapasitas tukar kation pada setiap jenis koloid tanah
adalah sebagai berikut :
Humus 100-300 me/100 g
Chorit 10-40 me/100 g
Illit 10-40 me/100 g
Montmorilonit 80-150 me/100 g
Kaolinit 3-5 me/100 g.

Kapasitas tukar kation merupakan sifat kimia yang erat kaitannya dengan
kesuburan tanah. Tanah dengan KTK tinggi mampu menyerap dan
menyediakan unsur hara lebih baik dibanding tanah dengan KTK rendah,
karena unsur hara yang terdapat dalam koloid tidak mudah hilang tercuci
air.

D. Kejenuhan Basa

Bahan Ajar Diklat Dasar-Dasar Pengelolaan DAS – Pengantar Ilmu Tanah 34


Kation-kation yang terdapat dalam jerapan koloid dapat dibedakan antara
kation-kation basa (Ca++, Mg++, K+, Na+) dan kation asam (H+ dan Al+++).
Kejenuhan basa menunjukkan perbandingan antara jumlah kation-kation
basa dengan jumlah semua kation yang terdapat dalam kompleks
jerapan tanah. Jumlah maksimum kation yang dapat dijerap tanah
menunjukkan besarnya nilai kapasitas tukar kation tanah tersebut.

Kajenuhan basa = jumlah kation-kation basa X 100 %


Jumlah kation basa + asam

= jumlah kation basa X 100 %


KTK

Kation basa umumnya merupakan unsur hara yang diperlukan tanaman


dan unsur yang mudah tercuci. Dengan demikian suatu tanah dengan
kejenuhan basa tinggi menunjukkan bahwa tanah tersebut merupakan
tanah subur dan belum mengalami pencucian.
Kejenuhan basa dipengaruhi oleh pH tanah. Pada tanah dengan pH ren-
dah maka Kejenuhan basa akan rendah dan sebaliknya, pada tanah
dengan pH tinggi maka kejenuhan basa akan tinggi. Tanah-tanah dengan
kejenuhan basa rendah menunjukkan kompleks jerapan lebih banyak
diisi oleh kation kation masam, yaitu Al +++ dan H+. Apabila jumlah kation
asam terlalu banyak, terutama Al+++, dapat merupakan racun bagi
tanaman. Keadaan seperti ini banyak terdapat pada tanah-tanah masam.

Bahan Ajar Diklat Dasar-Dasar Pengelolaan DAS – Pengantar Ilmu Tanah 35


V. KESUBURAN TANAH DAN PEMUPUKAN

Keberhasilan usaha pertanian (termasuk kehutanan) pada hakekatnya


sangat ditentukan oleh pertumbuhan serta hasil tanaman yang diusahakan.
Untuk mencapai usaha yang menguntungkan, pertumbuhan tanaman dan
faktor-faktor yang mempengaruhinya sangat penting untuk diketahui.
Pertumbuhan dapat didefinisikan sebagai perkembangan yang progesif dari
suatu organisme. Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dibagi
atas faktor genetis dan lingkungan. Pemuliaan tanaman (breeding) adalah
upaya untuk meningkatkan kualitas faktor genetis tanaman, sehingga dapat
dihasilkan varietas unggul yang diinginkan.
Lingkungan didefinisikan sebagai rangkaian semua persyaratan (kondisi) luar
dan memberikan pengaruh terhadap kehidupan dan perkembangan
organisme. Diantara faktor-faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi
pertumbuhan tanaman adalah a. ketersediaan air, b. suhu , c. enersi surya
d.fisika dan e.kimia tanah. Sifat fisika dan kimia tanah secara keseluruhan
disebut sebagai kesuburan tanah. Ketersediaan air bagi tanaman diperbaiki
dengan penyiraman/irigasi atau drainase, suhu dan enersi surya dalam
batas-batas tertentu dapat dikelelola dengan penanaman dalam rumah kaca
atau naungan. Sifat fisik dan kimia tanah dapat diperbaiki dengan
pengolahan tanah atau pemupukan.

A. Kesuburan Tanah
Pengertian kesuburan tanah adalah suatu kemampuan tanah untuk dapat
menyediakan unsur hara dalam keadaan cukup, seimbang dan tersedia
sesuai dengan keperluan tanaman yang dapat diserap tanaman secara
optimal. Apabila unsur hara tidak tersedia dalam jumlah yang cukup,
maka dapat diatasi dengan pemberian unsur hara antara lain dengan
pemberian pupuk atau pemupukan. Unsur hara tersebut bisa
kurang/tidak tersedia di daerah perakaran karena sifat alami tanahnya
yang miskin hara atau karena pengaruh lain (berkurang karena panen
atau karena erosi dan pencucian).

Bahan Ajar Diklat Dasar-Dasar Pengelolaan DAS – Pengantar Ilmu Tanah 36


Evaluasi kesuburan tanah dapat dilakukan dengan a) analisa tanah, b)
gejala pertumbuhan tanaman, c) analisis tanaman d) uji biologi.

1. Pupuk.
Pupuk dapat diartikan sebagai salah satu dari :
a. Setiap bahan yang diberikan ke dalam tanah atau disemprotkan pada
daun tanaman dengan maksud menambah unsur hara yang
diperlukan tanaman.
b. Suatu bahan yang diberikan sehingga dapat menambah keadaan fisik,
kimiawi dan hayati dari tanah sehingga sesuai dengan tuntutan
tanaman.
c. Suatu bahan yang digunakan untuk memperbaiki kesuburan tanah.

2. Pemupukan
Pemupukan adalah:
a. Penambahan bahan/pupuk ke dalam tanah agar tanah menjadi lebih
subur
b. Penambahan zat hara tanaman ke dalam tanah
c. Penambahan bahan-bahan lain yang dapat memperbaiki sifat-sifat
tanah seperti pemberian pasir pada tanah liat, penambahan tanah
mineral pada tanah organik, pemberian kapur dan lain sebagainya.

B. Jenis Pupuk.
Pupuk dapat diklasifikasi berdasar :
a. Berdasarkan pembentukannya : pupuk alam dan pupuk buatan.
b. Atas dasar kandungan unsur hara : pupuk tunggal dan pupuk
majemuk.
c. Atas dasar tempat diberikannya pupuk tersebut pada tanaman:
Pupuk akar dan pupuk daun.

1. Pupuk buatan.

Bahan Ajar Diklat Dasar-Dasar Pengelolaan DAS – Pengantar Ilmu Tanah 37


Pupuk buatan disebut juga pupuk anorganik, yaitu pupuk yang di dalam
pabrik. Indonesia merupakan produsen terbesar pupuk Nitrogen/Urea,
yaitu PT. Kujang, PT Petrokimia Gresik, PT PUPUK KALTIM dll.
Dibanding pupuk alam, kelebihan pupuk buatan adalah jenis unsur
haranya sudah pasti, sehingga pemberiannya dapat diatur sesuai dengan
kebutuhan (jenis dan dosisi), mudah larut dalam air, pemakaiannya lebih
praktis serta penyimpanan dan pengangkutannya lebih mudah.
Kelemahan pupuk buatan dibanding pupuk alam adalah sulit dalam
pemberian unsur mikro, mudah tercuci dan hilang ke dalam tanah, dapat
menurunkan pH tanah. Pupuk buatan dikelompokan atas dasar :
a. Jenis dan kadar unsur hara: Pupuk tunggal dan pupuk majemuk.
Pupuk tunggal adalah pupuk yang hanya mengandung satu macam
unsur hara primer/makro. Pupuk tunggal diberi nama atas dasar unsur
tersebut seperti pupuk Nitrogen (N), pupuk Phosphat (P), pupuk Kalium
(K). Pupuk majemuk adalah pupuk yang mengandung lebih dari satu
unsur hara misalnya, N dan P, P dan K, N dan K, NPK, dll. Suatu pupuk
disebut pupuk lengkap apabila didalamnya terkandung unsur Nitrogen,
Pospor dan Kalium. Disebut pupuk tidak lengkap apabila salah satu
unsur hara tadi tidak ada.
b. Sifat higrokopisitas. Mudah tidaknya pupuk tersebut menyerap uap air
yang ada di udara.
Pupuk yang higrokopis kurang baik, karena mudah menjadi basah atau
mencair bila tidak tertutup dengan baik yang mengganggu kualitas pupuk
tersebut, sehingga perlu penyimpanan yang baik. Untuk mengurangi hal
itu, biasanya pupuk dibuat menjadi butir-butir sehingga luas permukaan
yang menarik air menjadi berkurang.
1) Kelarutan. Menunjukan mudah tidaknya pupuk larut dalam air. Hal ini
berarti mudah tidaknya hara yang dikandung oleh pupuk diambil oleh
tanaman, contohnya adalah pupuk N dan K, umumnya mudah larut
dalam air sedangkan P sulit/sedikit.
2) Kemasaman. Pupuk dapat bereaksi fisiologis masam, netral dan basa
(alkalis). Pupuk bereaksi masam, dapat menurunkan pH tanah, berarti

Bahan Ajar Diklat Dasar-Dasar Pengelolaan DAS – Pengantar Ilmu Tanah 38


menyebabkan tanah menjadi netral atau lebih masam sedang pupuk
bereaksi alkalis (basa) sebaliknya dapat menaikkan pH tanah, berarti
menyebabkan tanah menjadi netral atau lebih basa.
3) Waktu (lamanya proses) bekerjanya pupuk juga mempengaruhi nilai
pupuk yakni waktu yang diperlukan hingga pupuk tersebut dapat
diserap tanaman dan memperlihatkan pengaruhnya. Pupuk ada yang
berkerja cepat, sedang atau lambat. Cara bekerjanya pupuk tersebut
sangat mempengaruhi waktu dan cara pemupukan.
a. Pupuk Tunggal
Pupuk tunggal yakni pupuk yang hanya mengandung satu macam unsur
hara saja, sebagai pupuk buatan antara lain adalah:
1) Pupuk Nitrogen (N)
Peranan utama N adalah merangsang pertumbuhan tanaman,
pembentukan protein, lemak dan pelbagai persenyawaan organik ainnya.
Pupuk yang mengandung N di pasaran banyak sekali, diantaranya
adalah;
2) Pupuk ZA (Zwavelzure ammoniak/Amonium Sulfat ), salah satu pupuk
N dengan kadar N2O,5= 20-21% . Rumus kimianya adalah
(NH4)2SO4, biasanya diperdagangkan dalam bentuk kristal,
berwarana putih, abu-abu, kebiru-biruan dan kuning, namum
umumnya berwarna putih seperti gula. Tidak higrokopis, baru akan
menyerap air bila kelembaban nisbi udara 80% pada 30 C. Reaksi
fisiologis masam, dapat memasamkan tanah. Mudah larut dalam air
dan cepat berkerjanya.
3) Urea, juga salah satu pupuk N, dengan rumus kimia CO(NH2)2,
kadar Nnya 45% (tinggi) maka lebih ekonomis murah dari pada pupuk
N yang lain . Berbentuk kristal atau butir-butir bulat, berwarna putih,
higrokopis sudah mulai menarik uap air pada kelembaban nisbi udara
73%. Sering diberi selaput Untuk mengurangi reaksi higrokopis.
Reaksi fisiologis agak masam, tidak terlalu memasamkan tanah.
Untuk dapat diserap tanaman, nitrogen dalam urea ini harus diubah

Bahan Ajar Diklat Dasar-Dasar Pengelolaan DAS – Pengantar Ilmu Tanah 39


kembali menjadi amonium (Nh4)2 CO3 dengan proses hidrolisis yang
berlangsung cepat di dalam tanah.
4) Pupuk ASN (Amonium Sulfat Nitrat ) salah satu pupuk N dengan
rumus kimia 2NH4 NO3 (NH4) 2SO4 yakni garam rangkap dari
amonium nitrat dan amonium sulfat. Berbentuk kristal, berwarna
kuning sampai kuning kemerah- merahan. Kadar N26% dimana 19,5
% dalam bentuk amonium dan 6,5%dalam bentuk nitrat. Dalam
timbunan menjadi keras, harus dihaluskan sebelum dipakai bersifat
higrokopis. Reaksi fisiologis lebih masam dari urea, tetapi kurang
apabila dibandingkan dengan ZA, mengasamkan tanah, mudah larut
dalam air bekerjanyan cepat.
5) Amonium Chlorida, dengan rumus kimia NH4Cl, termasuk juga dalam
pupuk N dengan N = 25%, bentuknya sama dengan pupuk ZA,
berbentuk butir-butir putih. Reaksi fisiologis masam, lebih masam dari
ZA, sangat memasamkan tanah, berkerjanya cepat.
6) Pupuk Fosfor (P)
Guna Fosfor bagi tanaman adalah merangsang pertumbuhan akar-akar
baru, pembentuk protein, membantu asimilasi dan respirasi serta
mempercepat pembungaan, pemasakan biji dan buah. Dalam bentuk
pupuk terdapat dalam;
a) Pupuk DS (double super Phospate ) dengan rumus kimia Ca
(H2PO4), termasuk pupuk tunggal P yang larut dalam air dimana
kadar P2O5 antara 36-38 % . berupa bubuk kasar, berwarna putih
kotor, abu-abu atau coklat, berkerjanya perlahan –lahan, sehingga
dianjurkan untuk pemupukan sebelum tanam.
b) Pupuk TSP (Triple Super Phospate ) dengan rumus kimia sama
dengan DS, termasuk dalam pupuk P dengan kadar P2O5 46-
48% .Bentuknya butir-butir kecil dengan warna abu-abu . Sifat –sifat
lain sama dengan DS
c) Pupuk FMP (Fused Magnesium Phospate), dengan kadar P2O5 19-
21% dan MgO 15-18%, termasuk pupuk P yang larut dalam asam
lemah. (asam sitrat), merupakan bubuk yang berwarna abu-abu

Bahan Ajar Diklat Dasar-Dasar Pengelolaan DAS – Pengantar Ilmu Tanah 40


keputih-putihan. Reaksi fisiologis adalah basa (alkali) tidak higrokopis,
berkerjanya perlahan-lahan, dianjurkan untuk pemupukan awal atau
sebelum tanam.

7) Pupuk Kalium (K)


Peran Kalium adalah membentuk protein dan karbohidrat dan
memperkokoh tanaman agar bunga dan buah tidak mudah gugur. Dalam
bentuk pupuk, unsur kalium diantaranya adalah;
a) Pupuk ZK atau (Zwavelzure kali/Kalium Sulfat) dengan rumus kimia
K2SO4 termasuk pupuk K dengan kadar K2O 40-50%. (kadar tinggi
sehingga ekonomis ), berbentuk tepung putih yang larut dalam air.
Reaksi fisiologis masam lemah, agak memasamkan tanah.
Bekerjanya sedang, dapat digunakan untuk pemupukan awal atau
sesudah tanam.
b) Pupuk KCL (Muriate of Potash) , kadar K2Onya 52-55 %, reaksi
fisiologis agak masam dan agak higrokopis.

b. Pupuk Majemuk
Pupuk majemuk adalah pupuk yang mengandung lebih dari satu unsur
hara N,P dan K dalam satu campuran, sperti NP, NK, PK dan NPK.
Kandungan masing-masing unsur hara dinyatakan dalam angka (persen)
berturut-turut. Misal pupuk majemuk NPK 15-25-10 menunjukkan bahwa
setiap 100 kg pupuk mengandung 15kg N, 25 kg P2O5 dan 10 Kg K2O.
Pupuk majemuk yang mengandung N,P,K disebut pupuk majemuk
lengkap. Keuntungan pupuk majemuk adalah dengan satu kali
pemakaian telah mengandung beberapa unsur. Pupuk majemuk
biasanya dibuat dalam bentuk butiran yang seragam sehingga
memudahkan penaburan yang merata . Butirannya agak keras (keras,
sedang dan halus) dengan permukaan licin sehingga dapat mengurangi
sifat menyerap air. (higroskopis). Contoh pupuk majemuk antara lain:

Bahan Ajar Diklat Dasar-Dasar Pengelolaan DAS – Pengantar Ilmu Tanah 41


1) Ammo Phos, sebagai pupuk NP, dengan rumus kimia NH4 H2PO2
(mono amonium fosfat ) dimana unsur hara Amophos A; 11% N dan
48% P2O5 (larut dalam air ) dan Amophos B 16,5% N dan 20% P2O5
(larut dalam air ) warna abu-abu biasanya dalam bentuk butir dan
tidak higroskopis.
2) Superstikfos (SS atau SSF) sebagai pupuk NP dengan rumus kimia
dan kadar unsur hara sama dengan Amophos.
3) Rustica Yellow, dengan rumus kimia NH4 H2PO3KCL adalah
termasuk pupuk majemuk lengkap dengan kadar unsur hara 15% N ,
15% P2O5 , dan 15% K2O. Sangat higroskopis, karena N dalam
bentuk Amonium dan Nitrat dan tidak dilapis bahan penolak air
sehingga harus disimpan di tempat yang kering, bekerjanya sedang,
dapat digunakan atau sesudah tanam . Reaksi fisiologis sedang
sampai agak masam.
4) NPK
Banyak sekali pupuk NPK dengan kadar masing-masing berbeda,
diantaranya Amofoska I (12, 24, 12); Amofoska II (10, 20, 15), Nitrofoska
(I,II dan III) dll. Reaksi Fisiologis bersifat masam.
5) Magam Plus K, mengandung NPK 7-40-6 dan memuat unsur
magnesium 12 %. Berupa butiran yang hanya melepas unsur haranya
sebanyak yang diperlukan tanaman.
6) Dekaform, berbentuk tablet yang mengandung N (12 %), P (10 %), K
(5 %) S (1.6 %), Ca (2.6 %) dan Fe (0.35 %).
7) Bug Dart Plus TM, selain mengandung NPK 10-15-5, pupuk ini
mengandung insektisida sistemik sekaligus. Oleh karena itu pupk ini
jangan dipergunakan untuk memupuk tanaman yang dikonsumsi
(buah-buahan/sayuran).

2. Pupuk Alam
Pupuk alam atau dikenal dengan pupuk organik ialah pupuk yang di-
hasilkan dari pelapukan sisa tanaman, hewan atau manusia. Termasuk
pupuk alam ialah, pupuk kandang, kompos dan pupuk hijau. Kelebihan

Bahan Ajar Diklat Dasar-Dasar Pengelolaan DAS – Pengantar Ilmu Tanah 42


pupuk alam dibanding dengan pupuk buatan adalah dalam perbaikan
sifat fisika tanah seperti memperbaiki struktur tanah, meningkatkan daya
menahan air, tata udara tanah, kehidupan mikro organisme, hara mikro,
ketahanan terhadap erosi dll.
a. Pupuk Kandang.
Pupuk kandang adalah pupuk yang diperoleh dari campuran kotoran
ternak atau hewan (kuda, sapi kerbau, babi, kambing ) baik cair maupun
padat . Kandungan unsur hara dalam pupuk ini komposisinya tergantung
dari makanan hewan tersebut, tapi pada umumnya tidak terlalu tinggi.
Namun dapat berfungsi lain yakni memperbaiki sifat fisik tanah
(permeabilitas, porositas, struktur tanah) . Secara umum, setiap satu ton
pupuk kandang mengandung 5kg N, 3 kg P2O5, dan 5 kg K2O. serta
beberapa unsur hara lain dalam jumlah yang kecil.
Dalam praktek sehari-hari pupuk kandang dibagi dua yaitu pupuk panas
dan pupuk dingin. Pupuk panas maksudnya pupuk yang penguraiannya
oleh jasad renik berlangsung amat cepat sehingga terbentuk panas.
Termasuk pupuk panas ialah kotoran kuda, kambing atau domba. Hara
yang dihasilkan oleh pupuk panas cepat menguap. Pupuk dingin ialah
pupuk kandang yang penguraiannya berjalan secara perlahan, sehingga
tidak terbentuk gas. Pupuk panas cocok dipergunakan sebagai pupuk
dasar.
b. Kompos.
Kompos ialah salah satu pupuk alam sebagai hasil pelapukan dari
pelbagai bahan organik. Pelapukan bahan organik ini sengaja dengan
bantuan manusia dari bahan organik termasuk sisa-sisa panen (jerami,
batang dan daun jagung, rumput, jerami dll) atau sampah organik.
Apabila proses pelapukan itu semata-mata secara alami maka disebut
sebagai humus.
c. Pupuk Hijau
Pupuk hijau adalah pupuk yang berasal dari tanaman atau bagian
tanaman yang masih segar, dibenamkan ke dalam tanah untuk
meeningkatkan bahan organik dan hara terutama Nitrogen. Menurut

Bahan Ajar Diklat Dasar-Dasar Pengelolaan DAS – Pengantar Ilmu Tanah 43


kegunaannya, tanaman pupuk hijau dikatagorikan menjadi 3; a> sebagai
penutup tanah, b> sebagai pupuk tanaman dan c> sebagai bahan
pelindung.
Jenis-jenis tanaman pupuk hijau diantaranya; Crotalaria juncea, C.
usaramoensisi, Tephrosia vogelli, T. Candida, Desmodium gyroides dll.

2. Pupuk Daun
Pupuk daun adalah jenis pupuk yang diberikan/disemprotkan kepada
tanaman melalui daun. Pemupukan melalui daun untuk menghindari
hilangnya pupuk yang diberikan karena larut dan terbawa air tanah atau
mengalami fiksasi oleh butiran tanah. Pupuk daun terutama terdiri atas
unsur hara mikro (yang harganya mahal), tapi bisa juga hara makro
seperti N, P, K, Ca, Mg.
Proses masuknya unsur hara kedalam tanaman melaui daun dapat
terjadi karena proses diffusi dan osmosis oleh stomata, yaitu dengan
membuka/menutupnya stomata (mulut daun). Pembukaan stomata diatur
oleh mekanisme tekanan turgor sel-sel penutupnya.
Jenis-jenis pupuk daun yang dijual dipasaran dengan berbagai merk
dagang seperti Bayfolan, Wuxal, Gandasil D, Complesal, Hyponex, Shell
Foliar dll. Spesifikasi dan unsur hara yang dipergunakan perlu dilihat
pada kemasan masing-masing, tapi biasanya pupuk tersebut sudah
mengandung unsur hara lengkap seperti N, P, K Fe, B, Zn, Mo termasuk
vitamin dan hormon tumbuh.

C. PRINSIP PEMUPUKAN
Dalam melakukan pemupukan, ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan, antara lain adalah:
1. Tanaman yang akan dipupuk. Bila menginginkan pertumbuhan/hasil
berupa batang, daun (sayur mayur, teh) maka perlu pupuk N

Bahan Ajar Diklat Dasar-Dasar Pengelolaan DAS – Pengantar Ilmu Tanah 44


(pertumbuhan vegetatif), sedangkan untuk produksi bunga dan buah atau
biji diperlukan banyak unsur P (pertumbuhan generatif).
2. Jenis tanah yang dipupuk; Kandungan unsur-unsur hara dalam tanah
berbeda-beda sehingga kebutuhan pupuk setiap jenis tanah juga
berbeda. Kemasaman atau kebasaan tanah juga mempengaruhi pupuk
yang akan diberikan. Untuk mengetahui kadar hara dalam tanah
diperlukan analisa laboratorium.
3. Jenis pupuk yang akan diberikan; Tiap-tiap jenis pupuk mempunyai
jumlah kandungan hara,reaksi fisiologis, kelarutan, kecepatan kerja yang
berbeda, sehingga jumlah dan jenis pupuk yang diberikan serta cara dan
waktu pemberiannya berbeda-beda untuk setiap jenis tanaman atau jenis
tanah dan masa pertumbuhan.
4. Dosis (jumlah ) pupuk yang diberikan, berhubungan dengan kebutuhan
tanah akan unsur hara, kandungan unsur hara yangada dalam tanah
serta kadar unsur haranya.
5. Waktu pemupukan. Pupuk yang bekerjanya cepat, diberikan setelah
tanam dan sebaik nya diberikan sedikit demi sedikit dalam 2 atau 3 kali
pemupukan karena pupuk ini mudah tercuci. Contohnya pupuk yang
bekerjanya cepat antara lain ZA (AmoniumSulfat) atau (NH4) 2SO4, Urea
atau CO(NH2)2, ASN (Amonium Sulfat Nitrat) atau 2NH4NO3 (NH4)
2SO4 dan Amonium Chlorida atau NH4 Cl. Pupuk yang bekerjanya
lambat, diberikan sebelum tanam dan sekaligus untuk tanaman tahunan
yang telah lama tumbuh, diberikan setiap akan mulai kegiatan maksimum
pertumbuhan, antara lain DSP(double Super Phospat ) atau Ca
(H2PO4)2, TSP (Triple Super Phospate) dengan rumus kimia sama
dengan DSP, FMP (Fused Magnesium Phospate ) atau P2O5. Pupuk
yang bekerjanya sedang, dapat diberikan sebelum atau sesudah tanam,
asal jangan terlalu jauh dengan saatnya mulai aktifitas tanaman,
contohnya antara lain SS (super stikfors)atau NH4 H2PO4.
6. Cara penempatan pupuk.:penempatan pupuk yang tepat akan
berpengaruh terhadap dapat diambilnya oleh akar tanaman dengan lebih

Bahan Ajar Diklat Dasar-Dasar Pengelolaan DAS – Pengantar Ilmu Tanah 45


efesien dan agar tidak merusak biji yang ditanam. Cara penempatan
pupuk antara lain :
a. Broadcast (disebar) pupuk disebar dipermukaan tanah sebalum tanam ,
kadang-kadang dilakukan pembajakan setelah pupuk disebar.
b. Sideband (disamping tanaman), pupuk diletakkan disalah satu sisi atau
kedua sisi tanaman.
c. In the row (alam larikan), pupuk diberikan dalam larikan tanam.
d. Top dressed atau side dressed, pupuk diberikan setelah tumbuh dengan
disebar.(top dressed) dan disebar disamping tanaman (side dressed)
Foliar application, pupuk diberikan lewat daun.

Bahan Ajar Diklat Dasar-Dasar Pengelolaan DAS – Pengantar Ilmu Tanah 46


VI. KLASIFIKASI KEMAMPUAN TANAH

A. Pengertian

Kemampuan tanah adalah penilaian tanah secara sistematik dan


pengelompokannya dalam beberapa katagori berdasarkan atas sifat-sifat
yang merupakan penghambat bagi penggunaannya (Sitanala Arsyad,
1982). Klasifikasi ini selanjutnya menetapkan jenis-jenis usaha tani yang
sesuai dengan macam perlakuan yang diperlukan agar dapat
dipergunakan untuk berproduksi dalam jangka waktu yang tidak terbatas.
Tanah yang digarap adalah tanah yang cocok untuk diusahakan bagi
usaha tani tanaman semusim, sedangkan tanah tidak dapat digarap
diartikan sebagai tanah yang tidak cocok bagi usaha tani tanaman
semusim, tapi masih mungkin untuk usaha tanaman tahunan seperti
untuk budidaya perkebunan atau kehutanan.

B. Metoda Klasifikasi

Menurut Hockensmith dan Steele (1943) dan Stalling (1957), klasifikasi


tanah digolongkan menjadi tiga katagori, yaitu kelas, sub kelas dan
satuan pengelolaan. Penggolongan dalam kelas didasarkan atas
intensitas faktor-faktor penghambat yang permanen atau yang sulit
dirubah/berubah. Penggolongan dalam sub-kelas didasarkan atas jenis-
jenis faktor penghambat tersebut, sedangkan penggolongan dalam
satuan pengelolaan merupakan paket usaha dan perlakuan yang
diperlukan.

C. Kriteria Klasifikasi
Faktor-faktor klasifikasi pada katagori kelas adalah faktor-faktor
penghambat yang bersifat permanen atau sulit untuk dirobah seperti
tekstur dan stsurktur tanah, lereng, kedalaman tanah, drainase, tingkat
erosi yang telah terjadi, liat masam (cat clay) dan sifat-sifat yang sulit

Bahan Ajar Diklat Dasar-Dasar Pengelolaan DAS – Pengantar Ilmu Tanah 47


untuk dirobah seperti batuan di atas permukaan tanah, ancaman banjir,
genangan air yang permanen dan keadaan iklim.
Faktor-faktor di atas tadi digolongkan berdasarkan intensitasnya,
dengan kriteria sebagai berikut (Sitanala, 1982):
1. Tekstur tanah (kode t);
2. Permeabilitas (kode p).
3. Kedalaman efektif (K)
4. Lereng permukaan (l)
5. Pengatusan/Drainase (d).
6. Erosi (e)
7. Faktor-faktor khusus.
a. Batu-batuan
b. Ancaman banjir.

D. Kelas kemampuan
Menurut sistim ini tanah diklasifikasi kemampuannya menjadi delapan
kelas yang ditandai dengan huruf I, II, III, IV, V, VI, VII dan VIII, dengan
batasan masing-masing kelas sebagai berikut (Sitanala , 1982);

1. Kelas I. (di peta warna hijau)


Tanah-tanah yang termasuk dalam kelas I cocok untuk segala jenis
penggunaan budidaya pertanian, tanpa membuat upaya konservasi
tanah. Tanahnya datar, jeluknya dalam bertekstur halus atau sedang,
mudah diolah dan responsif terhadap pemupukan. Tanah kelas I tidak
mempunyai penghambat atau ancaman berarti, karenanya dapat digarap
untuk tanaman semusim dengan aman. Pemupukan dan pengolahan
tanah diperlukan hanya untuk menjaga kesuburan dan mempertinggi
produktivitasnya.
2. Kelas II (di peta warna kuning)
Tanah kelas II cocok untuk segala jenis usaha tani dengan sedikit
hambatan dan ancaman kerusakan. Tanahnya landai, berjeluk dalam,
tekstur halus sampai agak halus. Jika digarap untuk usaha tani tanaman

Bahan Ajar Diklat Dasar-Dasar Pengelolaan DAS – Pengantar Ilmu Tanah 48


semusim diperlukan tindakan konservasi tanah ringan seperti pengolahan
tanah menurut kontur, pergiliran tanaman dengan tanaman penutup
tanah atau pupuk hijau,atau guludan, disamping tindakan-tindakan
seperti pada tanah kelas I.
3. Kelas III (di peta warna merah).
Tanah kelas III cocok untuk segala jenis penggunaan pertanian dengan
hambatan dan ancaman kerusakan lebih besar dari tanah kelas II
sehingga memerlukan upaya konservasi tanah secara khusus. Tanahnya
terletak pada lereng yang agak miring atau pengatusan jelek, jeluknya
sedang, permeabilitas agak cepat. Tindakan konservasi tanah adalah
penanaman dalam strip, pergiliran tanaman, pembuatan teras disamping
upaya-upaya untuk memelihara dan meningkatkan kesuburan tanah.
4. Kelas IV (di peta warna biru)
Tanah kelas IV cocok untuk segala jenis tanaman pertanian dengan
hambatan dan ancaman kerusakan yang lebih besar dari tanah kelas III,
sehingga memerlukan tindakan koenservasi tanah yang lebih serius dan
lebih terbatas penggunaannya untuk tanaman semusim. Tanah kelas IV
terletak pada lereng yang miring (15-30 %) atau pengatusannya buruk
atau berjeluk dangkal. Jika ditanaman tanaman semusim perlu diteras
yang baik dengan saluran dan pergiliran tanaman dengan tanaman
penutup tanah/pakan ternak/pupuk hijau selama beberapa tahun.
5. Kelas V (di peta berwarna hijau tua)
Tanah kelas V tidak cocok untuk tanaman semuasim, tapi lebih baik
untuk tanaman hutan atau untuk tanaman pakan ternak secara
permanen. Tanah kelas V terletak pada tanah yang datar atau cekung
sehingga selalu tergenang air atau sangat banyak batu di permukaannya
atau adanya liat masam (cat clay) di daerah perakaran tanaman.
6. Kelas VI (di peta warnanya oranye)
Tanah kelas VI tidak cocok untuk digarap bagi tanaman semusim, karena
terlalu curam (30-45 %) sehingga rawan erosi, atau jeluknya sangat
dangkal karena erosi berat. Tanah ini sebaiknya untuk tanaman rumput
pakan ternak atau tanaman tahunan/hutan.

Bahan Ajar Diklat Dasar-Dasar Pengelolaan DAS – Pengantar Ilmu Tanah 49


7. Kelas VII (di peta warnanya coklat)
Tanah kelas VII sama sekali bukan untuk digarap bagi tanaman semusim,
tetapi untuk tanaman tahunan secara permanen. Bila dipergunakan untuk
tanaman rumput, maka pengambilan rumput/pengembalaan harus
dilakukan dengan hati-hati. Demikan pula penebangan harus dilakukan
secara hari-hati. Tanah kelas VII terletak pada lereng yang sangat curam
dan tanahnya dangkal,atau telah mengalami erosi yang sangat berat.
8. Kelas VIII (di peta berwarna putih)
Tanah kelas VIII tidak cocok untuk produksi pertanian, jangan digarap
melainkan harus dibiarkan dalam keadaan alami atau di bawah vegetasi
alam. Tanah ini sebaiknya untuk hutan lindung atau cagar alam. Tanah
kelas VIII adalah tanah-tanah yang sangat curam atau lebih dari 90 %
permukaannya tertutup batuan lepas atau batuan singkapan.

E. Sub kelas
Jenis penghambat yang menentukan sub kelas ditulis dengan huruf dan
angka Arab dibelakan angka kelas sebagai berikut ; II L2, III K2, III d3.
Penulisan II L2 artinya tanah kelas II disebabkan oleh faktor lereng (L2),
Tanah kelas III yang disebabkan oleh kedalam tanah (K2) atau tanah
kelas III disebabkan oleh pengatusan yang buruk (d3).

F. Satuan Pengelolaan
Satuan pengelolaan menyatakan perlakuan yang diperlukan dalam usaha
tani dan banyaknya pupuk atau kapur yang diperlukan.

Bahan Ajar Diklat Dasar-Dasar Pengelolaan DAS – Pengantar Ilmu Tanah 50


VII. KLASIFIKASI TANAH

A. Konsep Klasifikasi Tanah


Klasifikasi suatu obyek adalah upaya untuk memilah-milah obyek terse-
but berdasar kriteria tertentu sehingga mudah untuk dipahami dan
dimanfaatkan. Makin besar cakupan obyek tersebut makin terasa
perlunya klasifikasi guna kepentingan perkembangannya. Tujuan
klasifikasi tanah adalah menyediakan suatu susunan yang teratur
(sistematis) bagi pengetahuan mengenai tanah dan hubungannya
dengan tanaman. Dasar umum klasifikasi tanah adalah;

1. Klasifikasi tanah adalah alat untuk mempermudah mengingat sifat


berbagai sifat pelbagai jenis tanah.
2. Sistem klasifikasi tanah harus cukup peka untuk dapat menerima
perobahan-perobahan akibat kemajuan ilmu pengetahuan tanpa
menimbulkan salah tafsir karena nama atau istilah baru baik yang
sudah dikenal maupun yang baru.Oleh karena itu sistem klasifikasi
tanah harus universal.
3. Sistem klasifikasi tanah mencakup pelbagai tingkat katagori
masing-masing yang dicirikan oleh kriteria sesuai dengan prinsip-
prinsip taxonomi.
4. Satuan-satuan tanah dipilih dari sejumlah ciri-ciri morfologi tanah
dalam batas-batas tertentu.

Apabila kita lihat lembaran sejarah, sudah lama sekali orang mencoba
memilah-milah jenis tanah. Klasifikasi tanah telah dimulai oleh seorang
ahli tanah Tiongkok bernama YU pada kira-kira 4000 tahun sebelum
masehi, yang menggolong-golongkan tanah atas dasar perbedaan warna
dan stukturnya. Sistem klasifikasi tanah ini terus mengalami
perkembangan sesuai dengan perkembangan pengetahuan dan
kebutuhan masing-masing. Akan tetapi secara garis besar klasifikasi
tanah dapat dibeda-bedakan berdasar : Sistem klasifikasi tanah atas

Bahan Ajar Diklat Dasar-Dasar Pengelolaan DAS – Pengantar Ilmu Tanah 51


dasar bonita, Sistem klasifikasi tanah atas dasar analisa laboratorium,
Sistem klasifikasi tanah atas dasar geologi, Sistem klasifikasi tanah atas
dasar genetic, Sistem klasifikasi tanah atas dasar morfologik.

B. Klasifikasi Tanah Indonesia

1. Klasifikasi Tanah Mohr.


Klasifikasi tanah Mohr didasarkan atas kombinasi bermacam-macam
bahan induk dan cara pelapukannya dititik beratkan pada intensitas
pelindian (pencucian, leaching) dalam hubungannya dengan iklim, yang
hasilnya berupa klasifikasi tanah pada tahun 1916. Setelah mengadakan
perbaikan, pada tahun 1922, Mohr menyusun suatu klasifikasi tanah
untuk P. Jawa dan Sumatera didasarkan atas proses genese tanah
berupa temperatur dan kelembaban udara, sebagai berikut:
a. tanah lixivium bagi tanah-tanah di temperatur tinggi dan curah hujan
melebihi evaporasi.
b. Tanah merah atau lixivium merah bagi tanah-tanah di temperatur
tinggi dengan musim huja berseling musim kemarau
c. Tanah pucat bagi tanah-tanah di temperatur rendah dan curah hujan
melampui evaporasi
d. Tanah hitam temperatur tinggi dan hujan berseling musim kemarau
e. Tanah berkristal garam tanah di temperatur tinggi evaporasi melebihi
curah hujan
f. Tanah kelabu muda tanah di temperatur tinggi dan selalu tergenang
air
g. Tanah hitam alkali, tanah di temperatur tinggi musim kemarau dan mu-
sim penghujan seimbang.

2. Sistem klasifikasi Balai Penyelidikan Tanah Bogor.


Balai Penyelidikan Tanah Bogor (nama ini sudah berkali-kali ganti) Bogor
adalah salah satu Instansi di bawah Departemen Pertanian yang
bertanggung jawab mengenai tanah-tanah di Indonesia. Pada tahun 1961

Bahan Ajar Diklat Dasar-Dasar Pengelolaan DAS – Pengantar Ilmu Tanah 52


Soepratohardjo mengembangkan sistem klasifikasi tanah dengan enam
katagori didasarkan atas morfologi profil tanah. Katagori tersebut adalah
seperti tabel di bawah ini

Tabel 6. Dasar pemilahan katagori dalam sistem klasifikasi tanah


Balai Penyelidikan Tanah Bogor

Kategori Kriteria
VI Golongan (order) Perkembangan profil
V Kumpulan (Sub order) Susunan Horison utama
IV Jenis (great soil group) Horison utama penciri dan
gejala pengikut
III Macam (Sub-group) Kombinasi 1+2+3 atau 1/3
1. warna horison penciri
atau lap. Sedalam +/- 50 cm
2. Horison tambahan
3. Horison tambahan antar
Horison utama
II Rupa (famili) Sifat fisik umum horison utama
Atau lapisan sedalam 50 cm
I. Seri (serie) Sifat fisik husus horison utama
Atau lapisan sedalam 50 cm

Nama-nama tanah berdasar Pusat Penelitian Tanah Bogor (great Group)


adalah sebagai berikut; (Sifat-sifat tanah tidak disebutkan)

ORGANOSOL, LITOSOL, RENDZINA,GRUMOSOL, GLAISOL, ALUVIAL,


REGOSOL, ARENOSOL, ANDOSOL.

Bahan Ajar Diklat Dasar-Dasar Pengelolaan DAS – Pengantar Ilmu Tanah 53


Contoh penamaan tanah adalah sebagai berikut ;
Golongan (order) Dengan perkembangan profil
Kumpulan (Sub order) Horison ABC
Jenis tanah Latosol
Macam tanah Latosol Humik
Rupa (famili) Latosol Humik,tekstur halus, drainase
baik
Seri (serie) Bogor (Latosol humik,tekstur liat, drainase baik)

C. Sistim klasifikasi Amerika (USDA)


Sistim klasifikasi tanah yang dikembangkan di Amerika oleh USDA
dengan nama soil Taxonomi menggunakan enam katagori yaitu Order,
sub order, Great Group, Sub group, Famili dan seri. Sistim ini sangat
sistimatis baik mengenai cara-cara penamaan, definisi-definisi baik
mengenai horison penciri maupun sifat-sifat penciri lain yang digunakan
untuk menentukan jenis-jenis tanah. Dalam sistem ini, tanah dibagi dalam
10 order, yang diberi nama berdasar sifat utama dari tanah tersebut.
Dalam katagori order, nama tanah selalu berahiran huruf sol
(solum=tanah) sedang suku kata sebelumnya mencirikan sifat utama dari
tanah tersebut. Untuk katagori lebih rendah dari order, ahiran sol tidak
digunakan lagi. Sebagai gantinya untuk menunjukkan hubungan sifat-
sifat tanah dari katagori tinggi ke katagori rendah digunakan ahiran yang
merupakan singkatan dari naman masing-masing order. Adapun nama
ordr serta arti kata dari ahiran nama adalah sebagai berikut.

Tabel 7. Arti nama tanah dalam tingkat order dan ahiran katanya
Nama order Ahiran untuk Arti asal kata
katagori lain
ALFISOL Alf Dari Al-Fe
ARIDISOL Id Aridus, sangat kering
ENTISOL Ent Dari recent
HISTOSOL Ist Histos, jaringan

Bahan Ajar Diklat Dasar-Dasar Pengelolaan DAS – Pengantar Ilmu Tanah 54


INCEPTISOL Ept Inceptum,permulaan
MOLLISOL Oll Mollis, lunak
OXISOL Ox Oxide, oksida
SPODOSOL Od Spodos, abu
ULTISOL Ult Ultimus, ahir
VERTISOL Ert Verto, berubah

Nama-nama pada katagori suborder terdiri dari dua suku kata, sedang
great group terdiri dari tiga sukukata yang masing-masing menunjukkan
sifat utama dari tanah tersebut, sedang suku kata terahir menunjukkan
nama dari order tanah.
Contohnya adalah sebagai berikut;

Order : Ultisol (ultus= ahir, perkembangan tanah pada tingkat ahir)


Suborder : Udult (Udud= humida,lembab, tidak pernah kering)
Great group : Tropudult (tropikos= daerah tropis, terus-menerus panas)
Subgroup : Aquic tropudult (aquia= air, kadang-kadang berair)
Famili : Aquic tropudult, berliat halus, kaolinitic,
isohiperthermic. (kaolinitik=mineral liat yang
dominan; isohiperthermic, suhu tanah lebih dari 22 O C,
perbedaan suhu panas dan dingin tidak lebih dari 5 O C.
Seri : Rumpin; Nama tempat mula-mula tanah ini ditemukan/
diidentifikasi.

D. Sistem FAO/UNESCO

Sistem klasifikasi FAO/UNESCO ini berdasarkan dua kategori, yaitu


kategori pertama kurang lebih setara dengan kategori great group dan
kategori kedua mirip dengan subgroup pada soil taxonomi USDA.
Meskipun mempergunakan sifat-sifat horison penciri untuk dasar
pengklasifikasian dan penamaan tanah, akan tetapi tidak disertai dengan
pembagian katagori yang lebih terinci.

Bahan Ajar Diklat Dasar-Dasar Pengelolaan DAS – Pengantar Ilmu Tanah 55


Nama-nama tanah diambil dari nama-nama klasik terutama dari nama
tanah Rusia yang sudah terkenal dan nama-nam dari tanah di Eropa dan
Amerika. Nama-nama tanah berdasar klasifikasi FAO/UNESCO adalah
sebagai berikut (Sifat-sifat tanah tidak disebutkan di sini);
FLUVISOL; GLEYSOL; REGOSOL; LITHOSOL, ARENOSOL,
RENDZINA, RANKER, ANDOSOL, VERTISOL; SOLONETZ,
YERMOSOL, XEROSOL, KASTANOZEM, CHERNOZEM,
PHAEOZEM, GREYZEM, CAMBISOL, LUVISOL, PODZOL,
PLANOSOL, ACRISOL, HISTOSOL.

E. Padanan Nama Pelbagai Klasifikasi Tanah

Untuk memudahkan memahami bermacam-macam jenis tanah, pada


tabel 8 di bawah ini disajikan padanan nama tanah PPT Bogor (modifikasi
1978/79), FAO/UNESCO dan USDA Soil Taxonomi..

Tabel 8. Padanan Nama Tanah PPT Bogor, FAO dan USDA.(Hardjowigeno,


1989)
PPT Bogor FAO/UNESCO USDA
Tanah alluvial Fluvisol Entisol/Inceptisol
Andosol Andosol Inceptisol
Kambisol Cambisol Inceptisol
Grumosol Vertisol Vertisol
Latosol Nitosol Ultisol
Lateritik Ferrasol Oxisol
Litosol Lithosol Enthisol
Mediteran Luvisol Alfisol/Inceptisol
Organosol Histosol Histosol
Podsol Podsol Spodosol
Podsolik Acrisol Ultisol
Regosol Regosol Entisol
Rendzina Rendzina Rendoll
Ranker Ranker =

Bahan Ajar Diklat Dasar-Dasar Pengelolaan DAS – Pengantar Ilmu Tanah 56


F. Peta Tanah
Peta tanah adalah suatu peta yang menggambarkan penyebaran jenis-
jenis tanah di suatu daerah. Peta ini dilengkapi suatu legenda yang
secara singkat menerangkan sifat-sifat tanah dari masing-masing satuan
peta. Peta tanah biasanya disertai dengan “Laporan Pemetaan Tanah”
yang menerangkan lebih lanjut sifat-sifat dan kemampuan tanah yang
digambarkan dalam peta tersebut.
Jenis-jenis peta tanah adalah sebagai berikut:
1. Peta Tanah Bagan (skala 1: 2.500.000 atau lebih kecil)
Maksud; Untuk memberi petunjuk kasar mengenai penyebaran jenis-
jenis tanah.
Pembuatan; Dibuat dengan data sekunder, yaitu analisis Citra landsat,
peta rupa bumi (topografi), Geologi atau peta-peta yang telah ada
2. Peta Tanah Eksplorasi (Skala 1: 1000.000-1:2.500.000)
Maksud; Untuk memberi memberikan gambaran kemungkinan
penelitian terarah, menunjukan potensi sumberdaya alam (tanah),
adanya ‘problem’ sesuatu daerah dan kemungkinan pengembangan
wilayah.
Pembuatan; Dilakukan identifikasi di lapang terhadap profil tanah dari
masing-masing satuan peta. Untuk tiap 100.000 ha, dibuat 2 profil,
pada
jenis-jenis utama, ditambah 20-40 pemboran di tempat-tempat lain.
3. Peta Tanah Tinjau (Skala 1:100.000- 1: 250.000)
Maksud; Untuk memberi keterangan lebih lanjut tentang jenis tanah
suatu wilayah untuk keperluan tertentu. Selain itu peta ini untuk
menunjukkan daerah-daerah yang memberi kemungkinan penaikan
produksi, menyusun perencanaan kebutuhan pupuk, perbaikan tanah
dll.
Pembuatan; Diadakan penjelajahan ke seluruh wilayah, pembuatan 2
profil untuk setiap 10.000 ha ditambah 20-40 pemboran tanah.

Bahan Ajar Diklat Dasar-Dasar Pengelolaan DAS – Pengantar Ilmu Tanah 57


4. Peta Tanah semi Detil (Skala 25.000 – 100.000 )
Maksud; Memberi gambaran lebih detil mengenai keadaan tanah
suatu daerah/wilayah.
Pembuatan; Dibuat 2 profil tanah dan 20-40 pemboran untuk setiap
luas 1.000 ha.
5. Peta Tanah Detil (Skala 10.000 – 25.000)
Maksud; Memberi gambaran lebih detil mengenai keadaan tanah
suatu daerah/wilayah.
Pembuatan; Dibuat 4 profil tanah dan 40-60 pemboran untuk setiap
luas 1.000 ha.

Bahan Ajar Diklat Dasar-Dasar Pengelolaan DAS – Pengantar Ilmu Tanah 58


DAFTAR PUSTAKA

Darmawijaya. M. Isa 1997. Klasifikasi Tanah. Gajah Mada University Press.


Edi Purwanto, Ilmu Tanah Hutan dan Kesuburan Tanah,Diktat Wirawana,
2000. Pusat Diklat Kehutanan dan Perkebunan, Bogor.
Hakim, Nurhayati dkk. 1986. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Penerbit Universitas
Lampung.
Hardjowigeno, Sarwono. 1987. Ilmu Tanah. Mediyatama Sarana Perkasa.
Jakarta.
Nyakpa M. Yusuf. Dkk. 1988. Kesuburan Tanah. Penerbit Universitas
Lampung.
Setjamidjaya, Djoehana dan I. Wirasmoko 1990. Dasar-dasar Ilmu Tanah.
Universitas Terbuka. Jakarta.
Sutedjo, Mul Mulyani dan A. G. Kartasapoetra. Pengantar Ilmu Tanah.
Rineka Cipta. Jakarta.
Tan H. Kim. 1995. Dasar-dasar Kimia Tanah. Gajah Mada University Press.

Bahan Ajar Diklat Dasar-Dasar Pengelolaan DAS – Pengantar Ilmu Tanah 59


Bahan Ajar Diklat Dasar-Dasar Pengelolaan DAS – Pengantar Ilmu Tanah 60

Anda mungkin juga menyukai