Oleh
Penyusun
KATA PENGANTAR............................................................................................ i
DAFTAR ISI......................................................................................................... ii
I. PENDAHULUAN....................................................................................... 1
A. Latar Belakang................................................................................... 1
B. Tujuan Pembelajaran Umum.............................................................. 2
C. Tujuan Pembelajaran Khusus............................................................. 2
D. Pokok-Pokok Bahasan....................................................................... 2
II. KONSEP DAN DEFINISI TANAH.............................................................. 3
A. Definisi tanah..................................................................................... 7
B. Profil Tanah........................................................................................ 9
C. Pembentukan Tanah.......................................................................... 9
D. Tanah Sebagai Faktor Pertumbuhan Tanaman.................................. 9
III. SIFAT FISIKA TANAH............................................................................... 5
A. Tekstur Tanah..................................................................................... 7
B. Struktur Tanah.................................................................................... 9
C. Ruang Pori dan Porisitas.................................................................... 14
D. Konsistens.......................................................................................... 14
E. Warna Tanah...................................................................................... 14
F. Bulk Density....................................................................................... 14
IV. SIFAT KIMIA TANAH................................................................................. 17
A. Koloid Tanah...................................................................................... 17
B. Reaksi Tanah..................................................................................... 19
C. Kapasitas Tukar Kation...................................................................... 21
D. Kejenuhan Basah............................................................................... 21
V. KESUBURAN TANAH DAN PEMUPUKAN.............................................. 23
A. Kesuburan Tanah............................................................................... 23
B. Jenis Pupuk........................................................................................ 23
C. Prinsip Pemupukan............................................................................ 24
VI. KLASIFIKASI KEMAMPUAN TANAH....................................................... 23
A. Pengertian.......................................................................................... 23
B. Metoda Klasifikasi.............................................................................. 23
C. Kriteria Klasifikasi............................................................................... 24
D. Kelas Kemampuan............................................................................. 24
E. Sub Kelas........................................................................................... 24
F. Satuan Pengelolaan........................................................................... 24
VII. KLASIFIKASI/JENIS TANAH.................................................................... 23
A. Konsep klasifikasi Tanah.................................................................... 23
B. Klasifikasi Tanah Indonesia................................................................ 23
C. Sistem Klasifikasi Tanah Amerika (USDA).......................................... 24
D. Sistem FAO / UNESCO...................................................................... 24
Bahan Ajar Diklat Dasar-Dasar Pengelolaan DAS – Pengantar Ilmu Tanah iii
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tanah merupakan suatu benda alam di permukaan bumi kita dapat hidup
dan bekerja. Penafsiran terhadap tanah memang bisa bermacam-
macam tergantung dari kepentingannya. Ahli bangunan dan konstruksi
mamandang tanah sebagai sesuatu yang dapat dimanfaatkan untuk
bangunan, apakah letaknya strategis dari segi estetika (landscaping),
dari segi bisnis, bagian mana yang harus diperkeras untuk fondasi
bangunan dll. Ahli pertambangan mungkin menganggap tanah adalah
bagian yang tidak berguna yang harus disinggkirkan karena menutupi
barang tambang yang dicarinya. Bagi seorang pengembang (developer),
mungkin tanah dilihat kecocokannya sebagai komoditi untuk
pembangunan perumahan. Dalam kehidupan sehari-hari, tanah
diartikan sebagai wilayah darat yang dapat dimanfaatkan untuk berbagai
usaha seperti pertanian, perternakan, kehutanan dll.
Dalam pertanian dan kehutanan, tanah diartikan lebih khusus, terutama
sebagai media tumbuhnya tanaman. Tubuh tanah merupakan bahan
alami pada permukaan bumi, yang tersusun atas bahan-bahan padat
(mineral/pelikan) cairan dan udara. Tanah pada hakekatnya berasal dari
pelapukan batuan yang proses pembentukannya dipengaruhi oleh iklim,
bahan organik, topografi dan waktu. Perbedaan faktor-faktor
pembentukan tanah tersebut mengakibatkan tanah bisa berkembang
bermacam-macam, yang masing-masing mempunyai karakteristik yang
bisa berbeda dari satu tempat dengan tempat lainnya. Perbedaan
tersebut dicirikan oleh perbedaan lapisan-lapisan tanah (horison), sifat
fisik dan kimia, biologi tanah, yang pada ahirnya memberikan kesuburan
yang berbeda terhadap tanaman.
D. Pokok Bahasan
Mata diklat ilmu tanah hutan ini terdiri dari 7 (tujuh) pokok bahasan,
yaitu:
1. Konsep dan definisi tanah
2. Sifat fisika tanah
3. Sifat kimia tanah
4. Kesuburan tanah
5. Klasifikasi kemampuan tanah
6. Klasifikasi/jenis tanah
Justus Von Liebig (Jerman 1840). Tanah sebagai tabing reaksi dimana
seseorang dapat mengetahui jumlah dan jenis hara tanaman. Tanah
merupakan gudang persediaan mineral.
Tanah adalah lapisan teratas dari kerak bumi yang didalamnya terdapat
baik bahan-bahan organik dan bahan anorganik termasuk udara dan
cairan yang dapat mendukung tumbuhnya jasad hidup yang ada di dalam
ataupun di atas permukaan tanah.
B. Profil Tanah
Apabila kita memotong tanah secara vertikal, yang mula-mula didapat
lapisan-lapisan mendatar. Irisan demikian disebut dengan profil tanah
dan lapisan-lapisan yang terlihat melintang itu disebut dengan horison.
Horison yang terdapat di atas bahan induk seluruhnya disebut dengan
solum. Solum tanah adalah bagian dari profil tanah yang terbentuk
sebagai akibat dari proses pembentukan tanah. Lapisan yang menyusun
tanah tadi tidak selamanya dapat dibedakan batas-batasnya dengan
tegas. Sering terjadi transisi dari satu lapisan ke lapisan lain berjalan
berangsur, sehingga batas-batasnya agak sulit ditentukan dengan pasti.
Lapisan atas profil tanah umumnya mengandung bahan organik dan
biasanya berwarna gelap. Lapisan dengan ciri demikan disebut tanah
atas atau tanah olah (top-soil). Sub soil ialah lapisan di bawahnya yang
mengalami cukup pelapukan, mengandung lebih sedikit bahan organik.
Bagian bawah sub-soil berangsur-angsur bercampur dengan regolit, yaitu
yang dinamakan bahan induk. Regolit yaitu bahan bumi yang lepas-
lepas di atas batuan yang keras.
Ada enam horison (dan lapisan) utama dalam tanah yang masing-masing
diberi simbul dengan satu huruf besar yaitu (dari atas ke bawah) masing-
C. Pembentukan Tanah.
Tanah terbentuk merupakan hasil dari interaksi lima faktor, yaitu (b)
Bahan induk, (i) Ikllim (o) Organisme (r) Topographi dan (w) Waktu.
Adanya variasi atau tingkatan faktor-faktor pembentuk tanah tadi
menghasilkan sifat fisik dan kimia berbeda yang antara lain dicirikan
dengan penampakan horison tanah yang berbeda. Proses pembentukan
tanah dapat dibagi dua tahap yaitu tahap pelapukan dan tahan
pengembangan tanah. Proses pelapukan terdiri dari pelapukan fisik atau
disebut dengan disintegarsi dan pelapukan kimia atau dekomposisi.
Pada proses desintegrasi terjadi pengancuran batuan secara fisik tanpa
merubah susunan kimianya, sedangkan pada dekomposisi adanya
perubahan susunan kimia. Kedua proses ini bisa berlangsung bersamaan
dan saling mempengaruhi, sehingga sulit dibedakan hasil pelapukannya.
Proses perkembangan tanah yaitu adanya perobahan-perobahan pada
sifat dan ciri tanah yang disebabkan oleh proses akumulasi bahan
organik, elluviasi dan illuviasi yang mengakibatkan terjadinya differensiasi
horison. Dengan adanya perbedaan-perbedaan tersebut maka tanah
diklasifikasikan berdasar jenisnya. Hubungan antara tanah dengan faktor
pembentuknya sering dituliskan :
T (tanah) = f (i, o , r , b , w….)
c. Batuan Alihan
Batuan alihan (metamorf) adalah batuan yang terjadi sebagai akibat dari
perubahan dari batuan beku atau batuan sedimen (pelapukan dan
pengkristalan kembali) yang disebabkan oleh temperatur dan atau
tekanan yang tinggi dalam waktu yang cukup lama. Pada saat proses
metamorfose sedang berjalan, terjadi rekristalisasi beberapa mineral dan
orientasi mineral menjadi paralel sehingga terbentuk lembar-lembar, dan
batuannya disebut bertekstur lembar. Batuan metamorf dengan lembar-
lembar halus disebut schist, sedang dengan lembar-lembar kasar disebut
gneis.
2. Organisme
Salah satu organisme yang memegang peran penting dalam proses
pembentukan tanah adalah vegetasi. Perannya yang terutama adalah
dalam pemberian bahan organik, siklus unsur hara, serta pembentukan
struktur tanah yang stabil. Sisa-sisa tanaman atau hewan mula-mula
berada pada lapisan permukaan tanah dan disebut horison O. Setelah
mengalami penghancuran oleh hewan (cacing, rodent, serangga) serta
oleh mikro-organisme bahan tersebut menjadi lebih halus, oleh hewan-
hewan, sisa tanaman tersebut sebagian tercampur dengan bahan
mineral sehingga terbentuklah horison A yang berwarna gelap. Asam-
asam yang dilepaskan sebagai hasil dekomposisi bahan organik
mempercepat pelapukan mineral yang mengandung basa-basa,
sehingga terbentuk unsur-unsur hara yang mudah larut dalam air.
Peran jasad renik dalam proses pembentukan tanah adalah dalam
dekomposisi sisa tanaman/hewan, pembentukan humus (humification)
dan mineralsation, peredaran nitrogen tanah (nitrifikasi, denitrifikasi,
amonifikasi, N fiksasi, dll).
Vegetasi juga dapat mengurangi laju erosi baik secara langsung maupun
tidak langsung. Pengaruh langsung dari vegetasi adalah dalam perbaikan
A. Tekstur Tanah
Tanah terdiri dari butir-butir tanah dengan ukuran berbeda. Butir tunggal
tanah diberi istilah partikel tanah, sedangkan golongan partikel tanah
disebut fraksi tanah (soil separate). Tekstur tanah menunjukkan kasar
halusnya suatu tanah, yaitu perbandingan relatif tiga golongan besar
partikel tanah, terutama perbandingan antara fraksi lempung/liat
(clay),debu (silt) dan pasir (sand). Bagian tanah yang berukuran lebih dari
2 mm disebut bahan kasar (dari kerikil sampai batu). Bahan-bahan tanah
yang lebih halus dapat dibedakan menjadi ; liat (clay) berukuran kurang
dari 0,02 mm, debu (silt) berukuran dari 0,002 mm sampai 0,05 mm, pasir
(sand) berukuran 0,05 hingga 2 mm. Secara mudah dapat dikatakan
apabila suatu tanah didominasi oleh butir ukuran lebih kecil (liat) disebut
tanah bertekstur halus, apabila didominasi oleh butir yang lebih besar
(pasir) disebut sebagai tanah bertekstur kasar.
Tekstur tanah akan menentukan tidak saja sifat fisika tanah tapi juga sifat
kimia tanahnya.Tanah yang paling peka terhadap erosi adalah tanah
yang bertekstur debu dan pasir sangat halus. Tanah bertekstur pasir
tahan terhadap erosi karena butir-butir tanah yang besar memerlukan
lebih banyak enersi untuk mengangkutnya. Sedangkan tanah dengan
tekstur liat (clay) karena daya kohesi (gaya tarik menarik, antar molekul)
yang kuat dari liat tersebut sehingga agregatnya sulit dihancurkan
(Wischmeter, 1978).
Demikian pula halnya dengan tanah. Makin halus suatu partikel tanah,
makin luas permukaannya (dalam satuan berat yang sama). Sebagai
contoh, luas permukaan partikel tanah berupa pasir sangat kasar
(diameter 2 mm) mempunyai luas permukaan 11 cm 2/gram, dibanding
dengan partikel tanah halus ( diameter kurang dari 0.002 mm)
mempunyai luas permukaan 8 juta cm 2/gram. Peran dari permukaan
partikel ini sangat penting sehubungan dengan reaksi tanah. Permukaan
tanah bermuatan negatif yang mengadsorpsi kation untuk dipertukarkan
dengan akar tanaman. Tanah dengan kandungan lempung dan debu
tinggi mempunyai kapasitas tertinggi untuk mengikat air tersedia bagi
tanaman, karena suatu kombinasi yang unik area permukaan dengan
ukuran pori.
B. Struktur Tanah
Struktur tanah menunjukkan kombinasi atau susunan partikel tanah
primer (pasir, debu dan liat), oleh karena tanah merupakan gumpalan
kecil dari butir-butir tanah dimana gumpalan tersebut terjadi karena butir-
butir pasir, debu dan liat terikat satu sama lain oleh suatu perekat seperti
bahan organik, oksida-oksida besi (Fe) dan manggan (Mn). Gumpalan-
gumpalan kecil (agregat) ini mempunyai bentuk, ukuran dan kemantapan
(ketahanan) yang berbeda-beda. Walau demikian, agregat-agregat yang
membentuk struktur tanah selalu dalam keadaan yang mudah berubah.
Perubahan tersebut disebabkan oleh penambahan hara, pertumbuhan
akar, kegiatan mikroba tanah atau pengolahan tanah.
D. Konsistensi
Konsistensi tanah adalah suatu istilah untuk menggambarkan ketahanan
tanah tehadap kekuatan perobahan bentuk atau perpecahan akibat kerja
tenaga fisik pada berbagai kadar air. Kekuatan tersebut disebabkan oleh
daya kohesi butir-butir tanah atau daya adhesi butir-butir tanah dengan
benda lain. Hal ini ditunjukan oleh daya tahan tanah terhadap gaya yang
akan mengubah bentuk, sehingga konsistensi dapat dikatakan bagian
dari rheologi. Rheologi adalah ilmu yang mempelajari perobahan-
perobahan bentuk dan aliran suatu benda. Gaya-gaya tersebut misalnya
Bulk density
-------------------- X 100% = % bahan padat tanah
particle density
Dengan rumus :
A. Koloid Tanah
Koloid berasal dari kata Yunani yang berarti seperti lem (glue-like). Suatu
koloid adalah suatu wujud (keadaan) dari bahan-bahan yang terdiri dari
partikel-partikel sangat halus yang ukurannya mendekati ukuran molekul
(antara 0.2 Um dan 50 A). Sistem koloid terdiri atas liofobik (jika
terdispersi tidak berinteraksi dengan medium dispersi) dan liofilik (jika
berinteraksi).Apabila mediumnya air, koloid merupakan hidrofobik
(mineral lempung) atau hidrofilik (dapat diflokulasikan seperti koloid
organik).
Koloid tanah adalah bahan mineral atau bahan organik yang sangat ha-
lus, sehingga mempunyai permukaan yang sangat luas per satuan
massa (berat). Dengan demikian koloid ini tempatnya hara tanah,
sehingga disebut juga sebagai “gudangnya” hara. Termasuk dalam koloid
adalah liat (anorganik) dan humus (organik). Partikel koloid yang
dikelilingi oleh kulit hidrasinya disebut micell (micro-cell), yang pada
umumnya bermuatan negatif. Karena itu ion-ion positif yang berdekatan
akan tertarik yang menyebabkan pembentukan lapisan ganda ion (ionic
double layer). Bagian dalam terdiri dari ion negatif (anion) sedangkan
lapisan luar terdiri dari kerumunan ion positif (kation).
a. Mineral Liat
Mineral liat adalah salah satu koloid anorganik yang berukuran kurang
dari 2 mikron. Tiap butir partikel koloid tersusun oleh sejumlah lempeng-
lempeng dari SiO2 nH2O dan Al2 O 3mH 2O yang saling mengikat satu
dengan lainnya. Tiap partikel merupakan kristal yang memiliki dua
permukaan yaitu permukaan dalam dan permukaan luar.
b. Koloid Organik
Dalam proses dekomposisi bahan organik tanah terbentuklah humus,
yang berwarna hitam, yang terdiri dari campuran sisa-sisa bahan organik
dan hasil dekomposisi yang sangat halus. Koloid organik adalah berupa
humus, di mana komponennya terdiri dari C,H, dan O, N,S,P, sedangkan
koloid liat terdiri dari Al, Si dan O. Humus bersifat amorf, mudah terurai
oleh mikroba tanah, daya menyerap air besar sehingga bila basah akan
mengembang, mempunyai kapasitas tukar kation (KTK) yang tinggi, lebih
tinggi dari mineral liat 2:1, dan lebih mudah terurai dibanding liat. Sumber
muatan negatif humus terutama adalah dari gugusan karboksil (-C == O
dan gugusan phenol (--OH) -OH
Muatan dalam humus adalah muatan yang tergantung pada pH. Dalam
keaadan asam (pH rendah), H+ terikat kuat dalam gugusan karboksil atau
phenol, sehingga muatannya rendah, tetapi ikatan tersebut melemah bila
pH makin tinggi, akibatnya disosiasi H + meningkat dengan naiknya pH,
sehingga muatan negatif dalam koloid humus juga meningkat.
1. pH Tanah
Reaksi tanah menunjukan sifat kemasaman atau alkalinitas tanah yang
dinyatakan dengan nilai pH. Nilai pH menunjukan banyaknya konsentrasi
ion hidrogen (H+) di dalam larutan tanah. Makin tinggi kadar ion H + di
dalam tanah, semakin masam tanah tersebut. Di dalam tanah selain H +
ditemukan pula ion OH-, yang jumlahnya berbanding terbalik dengan
banyaknya H+. Suatu tanah disebut masam bila jumlah ion H - lebih tinggi
daripada OH-, Sedangkan pada tanah alkalis kandungan OH - lebih
banyak daripada H+. Bila kandungan H- sama dengan OH- maka tanah
bereaksi netral yaitu pH=7.
Sebenarnya, konsentrasi H+ atau OH- di dalam tanah sebenarnya sangat
kecil. Sebagai contoh misalnya tanah yang berereksi netral kandungan
ion H+ adalah sebanyak 1/10.000.000 mole per liter atau 10 -7 mole per
liter. Oleh karena itu untuk memudahkan menyebut nama-nama pH,
maka telah ditentukan bahwa yang disebut :
1
pH = log ------------- = - log (H+)
(H+)
2. Pentingnya pH Tanah
a) Menentukan mudah tidaknya unsur-unsur hara diserap tanaman.
Pada umumnya unsur hara mudah diserap akar tanaman pada pH
tanah sekitar netral, karena pada pH tersebut kebanyakan unsur hara
mudah larut dalam air. Pada tanah masam unsur P tidak dapat
diserap tanaman karena diikat (difiksasi) oleh aluminium (Al), sedang
pada tanah alkalis unsur P juga tidak dapat diserap tanaman karena
difiksasi oleh Calcium (Ca).
b) Menunjukkan kemungkinan adanya unsur-unsur beracun bagi
tanaman. Pada tanah masam banyak ditemukan ion Al dan sulfat
yang merupakan racun bagi tanaman. Pada pH rendah banyak unsur
mikro (Fe, Mn, Zn,Cu,Co) sedangkan pada pH tinggi banyak unsur Mo
yang terlarut.
c) Mempengaruhi perkembangan mikro organisme tanah.
Kapasitas tukar kation merupakan sifat kimia yang erat kaitannya dengan
kesuburan tanah. Tanah dengan KTK tinggi mampu menyerap dan
menyediakan unsur hara lebih baik dibanding tanah dengan KTK rendah,
karena unsur hara yang terdapat dalam koloid tidak mudah hilang tercuci
air.
D. Kejenuhan Basa
A. Kesuburan Tanah
Pengertian kesuburan tanah adalah suatu kemampuan tanah untuk dapat
menyediakan unsur hara dalam keadaan cukup, seimbang dan tersedia
sesuai dengan keperluan tanaman yang dapat diserap tanaman secara
optimal. Apabila unsur hara tidak tersedia dalam jumlah yang cukup,
maka dapat diatasi dengan pemberian unsur hara antara lain dengan
pemberian pupuk atau pemupukan. Unsur hara tersebut bisa
kurang/tidak tersedia di daerah perakaran karena sifat alami tanahnya
yang miskin hara atau karena pengaruh lain (berkurang karena panen
atau karena erosi dan pencucian).
1. Pupuk.
Pupuk dapat diartikan sebagai salah satu dari :
a. Setiap bahan yang diberikan ke dalam tanah atau disemprotkan pada
daun tanaman dengan maksud menambah unsur hara yang
diperlukan tanaman.
b. Suatu bahan yang diberikan sehingga dapat menambah keadaan fisik,
kimiawi dan hayati dari tanah sehingga sesuai dengan tuntutan
tanaman.
c. Suatu bahan yang digunakan untuk memperbaiki kesuburan tanah.
2. Pemupukan
Pemupukan adalah:
a. Penambahan bahan/pupuk ke dalam tanah agar tanah menjadi lebih
subur
b. Penambahan zat hara tanaman ke dalam tanah
c. Penambahan bahan-bahan lain yang dapat memperbaiki sifat-sifat
tanah seperti pemberian pasir pada tanah liat, penambahan tanah
mineral pada tanah organik, pemberian kapur dan lain sebagainya.
B. Jenis Pupuk.
Pupuk dapat diklasifikasi berdasar :
a. Berdasarkan pembentukannya : pupuk alam dan pupuk buatan.
b. Atas dasar kandungan unsur hara : pupuk tunggal dan pupuk
majemuk.
c. Atas dasar tempat diberikannya pupuk tersebut pada tanaman:
Pupuk akar dan pupuk daun.
1. Pupuk buatan.
b. Pupuk Majemuk
Pupuk majemuk adalah pupuk yang mengandung lebih dari satu unsur
hara N,P dan K dalam satu campuran, sperti NP, NK, PK dan NPK.
Kandungan masing-masing unsur hara dinyatakan dalam angka (persen)
berturut-turut. Misal pupuk majemuk NPK 15-25-10 menunjukkan bahwa
setiap 100 kg pupuk mengandung 15kg N, 25 kg P2O5 dan 10 Kg K2O.
Pupuk majemuk yang mengandung N,P,K disebut pupuk majemuk
lengkap. Keuntungan pupuk majemuk adalah dengan satu kali
pemakaian telah mengandung beberapa unsur. Pupuk majemuk
biasanya dibuat dalam bentuk butiran yang seragam sehingga
memudahkan penaburan yang merata . Butirannya agak keras (keras,
sedang dan halus) dengan permukaan licin sehingga dapat mengurangi
sifat menyerap air. (higroskopis). Contoh pupuk majemuk antara lain:
2. Pupuk Alam
Pupuk alam atau dikenal dengan pupuk organik ialah pupuk yang di-
hasilkan dari pelapukan sisa tanaman, hewan atau manusia. Termasuk
pupuk alam ialah, pupuk kandang, kompos dan pupuk hijau. Kelebihan
2. Pupuk Daun
Pupuk daun adalah jenis pupuk yang diberikan/disemprotkan kepada
tanaman melalui daun. Pemupukan melalui daun untuk menghindari
hilangnya pupuk yang diberikan karena larut dan terbawa air tanah atau
mengalami fiksasi oleh butiran tanah. Pupuk daun terutama terdiri atas
unsur hara mikro (yang harganya mahal), tapi bisa juga hara makro
seperti N, P, K, Ca, Mg.
Proses masuknya unsur hara kedalam tanaman melaui daun dapat
terjadi karena proses diffusi dan osmosis oleh stomata, yaitu dengan
membuka/menutupnya stomata (mulut daun). Pembukaan stomata diatur
oleh mekanisme tekanan turgor sel-sel penutupnya.
Jenis-jenis pupuk daun yang dijual dipasaran dengan berbagai merk
dagang seperti Bayfolan, Wuxal, Gandasil D, Complesal, Hyponex, Shell
Foliar dll. Spesifikasi dan unsur hara yang dipergunakan perlu dilihat
pada kemasan masing-masing, tapi biasanya pupuk tersebut sudah
mengandung unsur hara lengkap seperti N, P, K Fe, B, Zn, Mo termasuk
vitamin dan hormon tumbuh.
C. PRINSIP PEMUPUKAN
Dalam melakukan pemupukan, ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan, antara lain adalah:
1. Tanaman yang akan dipupuk. Bila menginginkan pertumbuhan/hasil
berupa batang, daun (sayur mayur, teh) maka perlu pupuk N
A. Pengertian
B. Metoda Klasifikasi
C. Kriteria Klasifikasi
Faktor-faktor klasifikasi pada katagori kelas adalah faktor-faktor
penghambat yang bersifat permanen atau sulit untuk dirobah seperti
tekstur dan stsurktur tanah, lereng, kedalaman tanah, drainase, tingkat
erosi yang telah terjadi, liat masam (cat clay) dan sifat-sifat yang sulit
D. Kelas kemampuan
Menurut sistim ini tanah diklasifikasi kemampuannya menjadi delapan
kelas yang ditandai dengan huruf I, II, III, IV, V, VI, VII dan VIII, dengan
batasan masing-masing kelas sebagai berikut (Sitanala , 1982);
E. Sub kelas
Jenis penghambat yang menentukan sub kelas ditulis dengan huruf dan
angka Arab dibelakan angka kelas sebagai berikut ; II L2, III K2, III d3.
Penulisan II L2 artinya tanah kelas II disebabkan oleh faktor lereng (L2),
Tanah kelas III yang disebabkan oleh kedalam tanah (K2) atau tanah
kelas III disebabkan oleh pengatusan yang buruk (d3).
F. Satuan Pengelolaan
Satuan pengelolaan menyatakan perlakuan yang diperlukan dalam usaha
tani dan banyaknya pupuk atau kapur yang diperlukan.
Apabila kita lihat lembaran sejarah, sudah lama sekali orang mencoba
memilah-milah jenis tanah. Klasifikasi tanah telah dimulai oleh seorang
ahli tanah Tiongkok bernama YU pada kira-kira 4000 tahun sebelum
masehi, yang menggolong-golongkan tanah atas dasar perbedaan warna
dan stukturnya. Sistem klasifikasi tanah ini terus mengalami
perkembangan sesuai dengan perkembangan pengetahuan dan
kebutuhan masing-masing. Akan tetapi secara garis besar klasifikasi
tanah dapat dibeda-bedakan berdasar : Sistem klasifikasi tanah atas
Kategori Kriteria
VI Golongan (order) Perkembangan profil
V Kumpulan (Sub order) Susunan Horison utama
IV Jenis (great soil group) Horison utama penciri dan
gejala pengikut
III Macam (Sub-group) Kombinasi 1+2+3 atau 1/3
1. warna horison penciri
atau lap. Sedalam +/- 50 cm
2. Horison tambahan
3. Horison tambahan antar
Horison utama
II Rupa (famili) Sifat fisik umum horison utama
Atau lapisan sedalam 50 cm
I. Seri (serie) Sifat fisik husus horison utama
Atau lapisan sedalam 50 cm
Tabel 7. Arti nama tanah dalam tingkat order dan ahiran katanya
Nama order Ahiran untuk Arti asal kata
katagori lain
ALFISOL Alf Dari Al-Fe
ARIDISOL Id Aridus, sangat kering
ENTISOL Ent Dari recent
HISTOSOL Ist Histos, jaringan
Nama-nama pada katagori suborder terdiri dari dua suku kata, sedang
great group terdiri dari tiga sukukata yang masing-masing menunjukkan
sifat utama dari tanah tersebut, sedang suku kata terahir menunjukkan
nama dari order tanah.
Contohnya adalah sebagai berikut;
D. Sistem FAO/UNESCO