Cetakan keenam
2016
Sampul depan: Foto (atas sisi kiri ke bawah) profil tanah vertisol, alfisol, dan
konkresi mangan pada tanah alfisol, analisis bobot jenis, dan pengatan profl tanah.
Disusun dan foto oleh tim co-asisten ilmu tanah.
Diterbitkan oleh:
Jurusan Ilmu Tanah Fakultas Pertanian UNS
Jl. Ir. Sutami 36a Kentingan, Jebres, Surakarta 57126 Telp./Fax.: 0271 – 632477
Email: ilmutanahuns@yahoo.com
©JIT FP UNS 2016. All rights reserved. No part of this publication may be
reproduced in any form or by any means, electronically, mechanically, by
photocopying, recording or other wish without the prior permission of the copyright
owners.
ISBN:
Dalam hal ini penyusun juga menyampaikan banyak terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan buku ini baik yang telah
membantu secara langsung maupun tidak langsung. Penyusun juga menyadari
bahwa dalam setiap pengembangan ilmu sangat dimungkinkan adanya perbedaan
pendapat para ilmuwan, sehingga jika ada hal yang tidak sesuai dalam isi buku ini
sangat dimaklumi. Namun demikian hal tersebut tidak menutup adanya saran dan
kritik demi perkembangan ilmu pengetahuan sehingga penyempurnaan buku ini
masih terbuka lebar.
Permohonan maaf juga disampaikan apabila ada hal yang tidak berkenan
dalamkhususnya yang berhubungan dengan isi buku ini.
Penyusun
Gambar 1. Profil dan batas horison pada tanah Vertisol (a), tanah Alfisol (b),
dan tanah litic (c) ………………………………………………… 9
Gambar 2. Topografi batas horison tanah ……………………………………. 11
Gambar 3. Mekanisme penentuan kelas tekstur tanah secara kualitatif ……… 13
Gambar 4. Contoh tipe-tipe struktur tanah alami …………………………….. 13
Gambar 5. Foto struktur tanah bertipe kersai/granular (a), gumpal
membulat (b), gumpal menyudut (c), prisma (d), kolumner (e),
dan lempeng (f) …………………………………………………… 14
Gambar 6. Cara pembacaan warna tanah pada MSCC ……………………….. 17
Gambar 7. Contoh bentuk massa atau becak (a), nodul (b), dan konkresi (c) …21
Tanah merupakan bagian dari lingkungan dan merupakan inti dari sumber
daya lahan, sehingga jika berbicara mengenai sumber daya lahan tidak dapat
dilepaskan dengan tanah. Berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) Republik
Indonesia nomor 150 tahun 2000 tentang pengendalian kerusakan tanah untuk
produksi biomassa, tanah diartikan sebagai komponen lahan berupa lapisan teratas
kerak bumi yang terdiri dari bahan mineral dan bahan organik, mempunyai sifat
fisik, kimia, biologi, serta mempunyai kemampuan menunjang kehidupan
manusia dan makhluk hidup lainnya. Hal ini semakin meperkuat bahwa tanah
merupakan salah satu komponen alam yang mempunyai peranan pokok dalam
proses kehidupan.
Proses pembentukan tanah dipengaruhi oleh 5 (lima) faktor, yaitu: bahan
induk, bentuk wilayah atau topografi, iklim, makhluk hidup, dan waktu. Faktor
pembentuk tanah yang dikategorikan faktor aktif adalah iklim dan makhluk hidup,
sedangkan yang termasuk faktor pasif adalah bahan induk, topografi, dan waktu.
Kelima faktor tersebut saling berkaitan dan tidak dapat dipisahkan salah satu
faktornya. Apabila salah satu faktor tidak berjalan maka proses perkembangan
tanah akan terhambat,sehingga tanah yang muda bukan berarti tanah yang baru
terbentuk, namun bisa saja tanah tersebut telah terbentuk jutaan tahun yang lalu
tetapi mengalami hambatan perkembangannya akibat salah satu faktor tidak
mendukung.Misalnya iklim yang terlalu ekstrim atau topografi yang terlalu
miring, sehingga erosi menghambat proses pembentukan tanah.
Perkembangan tanah menentukan jenis tanah yang mempunyai sifat dan
karakteristik tanah berbeda-beda. Satuan individu terkecil tanah yang terbentuk
dalam tiga dimensi disebut sebagai PEDON. Gabungan dari pedon disebut sebagai
POLIPEDON. Di dalam pedon dapat diamati tanah dalam suatu penampang
vertikal yang menunjukkan susunan horizon atau lapisan tanah serta terdiri dari
solum tanah dan bahan induk tanah atau yang disebut sebagai PROFIL TANAH.
Sedangkan HORISON TANAH adalah lapisan-lapisan tanah yang berbeda
susunan fisika dan kimianya serta terletak sejajar dengan permukaan tanah sebagai
akibat dari proses perkembangan tanah (Anonim. 2004; Foth, 1994).
A. Deskripsi Lingkungan
Pengamatan kondisi lingkungan merupakan bagian dari pengamatan
identifikasi tanah karena kondisi lingkungan sekitar berpengaruh terhadap
perkembangan jenis tanah di lokasi pengamatan. Kondisi lingkungan atau lahan
sekitar juga dapat menggambarkan beberapa sifat dan karakteristik dari tanah.
Pengamatan kondisi lingkungan atau morfologi lahan yang dilakukan hanya
secara umum, meliputi:
1. Cuaca
Cuaca merupakan salah satu faktor iklim yang mempengaruhi keadaan
tanah. Cuaca yang dicatat adalah keadaan atau kondisi cuaca secara umum
pada waktu pelaksanaan pecandraan pedon atau profil. Hal ini perlu
diketahui karena kondisi cuaca mempengaruhi beberapa parameter lain
dalam tanah. Selain kondisi cuaca juga dicatat suhu udara, suhu tanah dan
kedalaman pengukuran suhu tanah (jika dimungkinkan). Satuan suhu bisa
dalam derajad Celcius ataupun Fahrenheit.
Tabel 1. Penggolongan cuaca
Kondisi Cuaca Kode
Cerah/bersih (sunny/clear) SU
Berawan sebagian (Partly cloudy) PC
Berawan tebal (Overcast) OV
Hujan (Rain) RA
B. Deskripsi Tanah
Pada kedalaman tanah, dapat terbagi menjadi horsion-horison sesuai
dengan jenis tanahnya. Penamaan horison utama dinotasikan dengan huruf
kapital, yaitu O, A, E, B, C, dan R. Pembagian horison secara umum adalah
sebagai berikut:
1. Horison O
Merupakan lapisan atau horison paling atas yang berupa seresah atau bahan
organik segar yang belum atau sebagian telah terdekomposisi. Horison ini
dicirikan dengan warna yang gelap dan kandungan bahan organiknya tinggi
(dibuktikan dengan terjadinya reaksi yang tinggi atau membuih apabila
diberikan larutan H2O2 10%). Terkadang juga ditemukan bahan organik
yang masih tampak seperti ranting pohong atau daun-daunan. Horison
biasanya ditemui padatanah yang jarang diolah atau belum terusik.
7. Konsistensi
Pengamatan konsistensi dimungkinkan untuk dilakukan dalam tiga kondisi,
yaitu pada kondisi tanah kering, lembab, dan atau basah. Konsistensi
merupakan derajad ketahanan tanah dari perubahan bentuk atau perpecahan
oleh tekanan yang dipengaruhi kohesi dan adhesi. Tekanan yang dilakukan
dengan cara memeras, memijit, dan atau memirit tanah dalam keadaan yang
sebenarnya di lapangan.
Tabel 18. Tingkat konsistensi tanah pada berbagai kondisi
Kondisi Ketegori Kriteria
Kering Lepas Butir tanah terlepas, satu dengan lainnya tidak
terikat
Lunak Dengan sedikit tekanan antara ibu jari dan telunjuk
tanah mudah hancur menjadi butir, kohesi kecil
Agak keras Tanah hancur dengan tekanan agak sedang antara
ibu jari dan telunjuk
Keras Tanah hancur dengan tekanan yang sedang sampai
Terikat
Sangat gembur Dengan sangat sedikit tekanan mudah hancur
Gembur Dengan sedikit tekanan antara ibu jari dan telunjuk
dapat hancur
Teguh Massa tanah hancur dengan tekanan yang sedang
Sangat teguh Massa tanah hancur dengan tekanan yang kuat
antara ibu jari dan telunjuk
Sangat teguh sekali Massa tanah sangat tahan terhadap remasan kecuali
dengan tekanan yang sangat kuat (dengan diinjak
pakai kaki)
Basah Tidak lekat Setelah ditekan dengan jari, tidak ada massa tanah
tertinggal di ibu jari atau telunjuk
Agak lekat Setelah ditekan, massa tanah ada yang tertinggal
pada kedua jari
Lekat Setelah ditekan kembali pada massa tanah, hanya
salah satu jari yang masih membawa massa tanah
dengan tidak secara nyata
Sangat lekat Setelah ditekan, massa tanah melekat pada kedua
jari dan kalau ditarik massa tanah tersebut seperti
elastis antara jari dan massa tanah
Sangat lekat Setelah ditekan, tanah sangat melekat pada kedua
Sekali jari dan sukar dilepaskan
Sumber: Anonim (2004)
merupakan pembacaan logaritma ion H+ atau OH- yang ditangkap oleh alat
pengukur dari hasil pelepasan fraksi-fraksi tanah ketika diberikan larutan
tertentu. Dalam pengamatan ini menggunakan dua larutan yaitu larutan air
bebas ion atau aquades (H2O) dan larutan KCl 1 N. Dalam hal ini digunakan
metode kalorimetri yaitu menggunakan kertas pH atau pH stick yang
dicelupkan pada larutan tanah. Terlebih dahulu contoh tanah dicampurkan
dengan larutan H2O dengan perbandingan tanah dengan air sekitar 1:2,5.
A. Kadar Lengas
1. Bahan
a. Contoh tanah kering angin (ctka) 0,5 mm
b. Ctka 2 mm
2. Alat
a. Bobot timbang
b. Timbangan
c. Oven
d. Eksikator
3. Cara Kerja
a. Menimbang botol timbangan dan tutup dalam keadaan steril …. (a
gram), dan member label pada masing-masing botol dan tutup.
b. Memasukkan 5 gram ctka dalam botol timbang (b gram)
c. Memasukkan botol timbang dan tanah dalam oven dengan suhu 1050C
selama 4 jam dengan keadaan terbuka
d. Memasukkan botol timbang dan tanah ke dalam eksikator (sampai
dingin) dalam keadaan tertutup.
e. Menimbang botol timbang dan tanah dan tutupnya (c gram)
f. Menghitung KL masing-masing ctka
N.B. Masing-masing ctka 2 ulangan
a. Membuat pasta tanah dengan cara mencampur ctka Ø 0,5 mm dengan air
pada cawan penguap
b. Meratakan pasta tanah pada kayu membentuk elips dengan ketinggian
pada bagian tengah kurang lebih 3 mm dan makin ke tepi makintipis
c. Membiarkan semalam dan setelah ada beda warna diambil tanahnya
selebar 1 cm (warna terang dan gelap) untuk dianalisis KL-nya