DISUSUN :
AgusAris Munandar
Agus Mulyana
Didik Pradjoko
Priyadi Kardono
Restu Gunawan
Trini Hastuti
Editor:
Kasijanto, M. Hum
Drs. Sutiman, M. Hum
Penanggung Jawab :
Ir. Jero Wacik, SE. Menteri Kebudayaan dan Pariwisata (Pengarah)
Ors. Harl Untoro Dradjat, MA. Direktur Jenderal Sejarah dan Purbakala
(Pengarah)
Ora. Sri Rahayu Budiarti, MM. Pit. Direktur Geografi Sejarah
(Penanggung Jawab)
Dra. Sri Suhami. Kasubdit Lingkungan Sejarah
(Koordinator Pelaksana)
ii
Pedoman Kajian Geografi Sejarah Indonesia
PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,
bahwa Direktorat Geografi Sejarah, Direktorat Jenderal Sejarah dan
Purbakala, Departemen Kebudayaan dan Pariwisata tahun
anggaran 2006 telah menyusun buku draft Pedoman Kajian
Geografi Sejarah Indonesia.
~
Ora. Sri Rahayu Budiarti, MM
NIP. 720000093
iii
Pedoman Kajian Geografi Sejarah Indonesia
DAFTARISI
Kata Pengantar ....... .............. .... .................................. ... iii
Daftar Isi ...... ..... .. .. ........ .. ....... ........... ... ..................... ...... v
v
Pedoman Kajian Geografi Sejarah Indonesia
vi
Pedoman Kajian Geografi Sejarah Indonesia
vii
5.9 Kelengkapan dan Finishing
Peta Geografi Sejarah....... .......... .... ......... ... ... ..... 85
5.10 Desain Tata Letak (Layout) Peta Sejarah ......... 87
viii
Pedoman Kajian Geografi Sejarah Indonesia
Bab 1
PENDAHULUAN
1.1 Tujuan dan Sasaran
1
Pedornan Kajian Geografi Sejarah Indonesia
2
Pedoman Kajian Geografi Sejarah Indonesia
3
Pedoman Kajian Geografi Sejarah Indonesia
4
Pedoman Kajian Geografi Sejarah Indonesia
5
Pedoman Kajian Geografi Sejarah Indonesia
6
Pedoman Kajian Geografi Sejarah Indonesia
7
Pedoman Kajian Geografi Sejarah Indonesia
Ill HISTORIOGRAFI
HEURISTIK
Dok Tertulis&
Lisan
I Artefak, Ekofak
Swnber yang
Sudah Dikritik
Eksplanasi
Menyusun Narasi
I Peta Swnber
I Peta T ematik
8
Pedoman Kajian Geografi Sejarah Indonesia
1. 7 Petunjuk Penggunaan
9
Pedoman Kajian Geografi Sejarah Indonesia
Bab2
LINGKUNGAN SEJARAH
2.1 Pengantar
10
Pedoman Kajian Geografi Sejarah Indonesia
11
Pedoman Kajian Geografi Sejarah Indonesia
12
Pedoman Kajian Geografi Sejarah Indonesia
13
Pedoman Kajian Geografi Sejarah Indonesia
14
Pedoman Kajian Geografi Sejarah Indonesia
15
Pedoman Kajian Geografi Sejarah Indonesia
16
Pedoman Kajian Geografi Sejarah Indonesia
17
Pedoman Kajian Geografi Sejarah Indonesia
18
Pedoman Kajian Geografi Sejarah Indonesia
d. Sistem Politik
Karakteristik fisik lingkungan alam akan berpengaruh pula
terhadap sistem politik yang muncul pada lingkungan alam
tersebut. Aktivitas manusia dipengaruhi pula oleh faktor iklim
atau cuaca. Menurut Hipocrates, kepribadian manusia pada
daerah beriklim panas bersifat penuh gairah, berwatak keras,
malas, harapan hidupnya singkat, tubuhnya ringan dan cerdas.
Daerah yang beriklim sedang menurut Plato dan Aristoteles
menciptakan suatu pemerintahan yang demokratis, pada daerah
yang beriklim panas pemerintahannya bersifat despotik, dan di
daerah yang beriklim dingin bentuk pemerintahannya tidak jelas.
Di daerah pedalaman akan muncul kerajaan-kerajaan
pedalaman. Sumber kekuatan ekonomi kerajaan tersebut berbasis
agraris. Dalam contoh sejarah Indonesia, kerajaan yang berbasis
agraris adalah Mataram Islam. Kerajaan ini dikenal sebagai
pengekspor beras dalam jalur perdagangan di Kepulauan
Nusantara dari abad ke-17 hingga abad ke-18, sedangkan di
daerah pantai akan muncul kerajaan-kerajaan yang berbasis
maritim. Sumber kekuatan ekonomi model kerajaan ini
bersumber dari penguasaan terhadap pusat-pusat perdagangan
di pantai. Hampir seluruh kerajaan Islam di Nusantara
merupakan kerajaan maritim seperti Aceh, Samudera Pasai,
Banten, Cirebon, dan Demak.
Terna penelitian yang dapat diangkat adalah munculnya
kerajaan di suatu lingkungan, perkembangan dan proses
keruntuhannya. Faktor lingkungan fisik, baik di lingkungan
19
Pedoman Kajian Geografi Sejarah Indonesia
20
Pedoman Kajian Geografi Sejarah Indonesia
Bab3
PERADABAN SEJARAH
3.1 Pengantar
21
Pedoman Kajian Geografi Sejarah Indonesia
22
Pedoman Kajian Geografi Sejarah Indonesia
23
Pedoman Kajian Geografi Sejarah Indonesia
24
Pedoman Kajian Geografi Sejarah Indonesia
25
Pedoman Kajian Geografi Sejarah Indonesia
26
Pedoman Kajian Geografi Sejarah Indonesia
27
Pedoman Kajian Geografi Sejarah Indonesia
28
Pedoman Kajian Geografi Sejarah Indonesia
29
Pedoman Kajian Geografi Sejarah Indonesia
30
Pedoman Kajian Geografi Sejarah Indonesia
31
Pedoman Kajian Geografi Sejarah Indonesia
32
Pedoman Kajian Geografi Sejarah Indonesia
33
Pedoman Kajian Geografi Sejarah Indonesia
34
Pedoman Kajian Geografi Sejarah Indonesia
35
Pedoman Kajian Geografi Sejarah Indonesia
36
Pedoman Kajian Geografi Sejarah Indonesia
37
Pedoman Kajian Geografi Sejarah Indonesia
3.7 Penutup
38
Pedoman Kajian Geografi Sejarah Indonesia
Bab4
KAJIAN DINAMIKA PENATAAN
WILAYAH
4.1 Pengantar
39
Pedoman Kajian Geografi Sejarah Indonesia
40
Pedoman Kajian Geografi Sejarah Indonesia
41
Pedoman Kajian Geografi Sejarah Indonesia
42
Pedoman Kajian Geografi Sejarah Indonesia
b. Sumber Tertulis
Surriber tertulis merupakan informasi dari masa lalu yang
dituangkan dalam bentuk aksara dan rangkaian kalimat yang
dapat dimengerti oleh para peneliti masa kini. Huruf yang
dituliskan sebagai sumber informasi itu berupa aksara Pallava,
Jawa Kuna, Bali Kuna, Sunda Kuna, Batak, Arab, Arab Melayu,
Bugis, dan lain-lainnya.
43
Pedoman Kajian Geografi Sejarah Indonesia
c. Sumber Lisan
Sumber lisan adalah bermacam uraian yang didapatkan dan
berkembang dalam masyarakat bukan dalam bentuk tulisan,
melainkan tuturan lisan yang disampaikan dari satu generasi ke
generasi berikutnya. Bentuknya dapat berupa dongeng, legenda,
mitologi, yang semuanya masuk ke dalam jenis folklor.
d. Bahasa
Perbedaan bahasa dapat dijadikan argumen untuk pemekaran
(baca: pemecahan) wilayah administratif tertentu walaupun
jarang terjadi. Yang sering dijadikan argumen pemisahan adalah
dialek yang dianggap berbeda satu dengan lainnya. Dengan
demikian, perbedaan dialek bahasa dapat dijadikan salah satu
alat pengesahan bagi pemekaran wilayah.
44
Pedoman Kajian Geografi Sejarah Indonesia
a. Pertambahan Penduduk
Bersama betjalannya waktu, penduduk yang menghuni suatu
wilayah menjadi bertambah, artinya semakin banyak warga
yang hidup dan berusaha di wilayah tersebut. Hal ini membawa
konsekuensi semakin banyaknya warga yang harus diatur oleh
pemerintah setempat. Apabila pemerintah setempat masih mampu
untuk mengatasi permasalahan yan g ditimbulkan akibat
bertambahnya penduduk, tidak akan memunculkan suatu
wacana pemecahan wilayah.
Lain halnya jika pemerintah dan juga warga masyarakat
yang telah berkembang itu berkehendak untuk membagi wilayah
tempat tinggal mereka, maka terjadilah pemekaran atau
pemecahan wilayah. Alasannya agar pemerintah mudah
mengatur masalah kependudukan. Contoh dalam tataran yang
kecil ialah pemekaran kelurahan dan kecamatan di beberapa
kabupaten di Jawa.
b. Luas Wilayah
Erat kaitannya dengan pertambahan penduduk adalah masalah
luasnya wilayah yang harus diampu oleh suatu pemerintahan.
Wilayah luas dengan penduduk yang jarang sering kali tidak
dijadikan alasan pemekaran atau pembagian wilayah.
Sebaliknya, wilayah yang luas dengan jumlah penduduk yang
terns bertambah dapat dijadikan argumen bagi suatu wilayah
untuk memecahkan diri.
Pemekaran itu bertujuan untuk meningkatkan kinetja
sistem administrasi dan pelayanan pemerintahan terhadap warga
45
Pedoman Kajian Geografi Sejarah Indonesia
d. Kemajuan Industri
Kemajuan industri yang mengelompok di daerah tertentu dapat
dijadikan alasan dan pemicu terjadinya pemekaran wilayah.
Apalagi ketika warga masyarakat di daerah tempat
berkembangnya berbagai industri tersebut tidak merasakan
manfaat ekonomis dari industri-industri yang ada di wilayahnya.
Apabila hal itu yang terjadi, besar kemungkinan memunculkan
kehendak untuk memekarkan diri dari wilayah yang telah ada.
46
Pedoman Kajian Geografi Sejarah Indonesia
e. Pengaruh Politik
Dalam masa Indonesia modem perlu diperhatikan kekuatan-
kekuatan politik yang turut mempengaruhi tetjadinya pemekaran
wilayah. Misalnya, pemekaran kabupaten dalam satu provinsi
atau pemekaran provinsi induk menjad i dua atau tiga provinsi
baru dapat tetjadi karena keputusan politik.
Beberapa argumen, baik internal maupun eksternal
merupakan alasan dimekarkannya suatu wilayah. Hal yang juga
perlu dikemukakan adalah argumen-argumen tertentu yang
dijadikan penyebab sehingga beberapa wilayah digabungkan.
Dalam masa Indonesia modern, se telah kemerdekaan,
penggabungan beberapa wilayah menjadi satu sangat langka
dijumpai. N amun, dalam sejarah Indonesia peristiwa seperti itu
pemah terjadi, misalnya penggabungan kerajaan Janggala dan
Panjalu menjadi bagian inti dari Kerajaan Majapahit dalam abad
ke-14-15 M, dan penggabungan kadipaten-kadipaten pesisir
utara Jawa bagian tengah dan timur, seperti Surabaya, Tuban,
Lasem, Jepara, Pati ke dalam kekuasaan kerajaan Demak dalam
abad ke-16 M.
47
Pedoman Kajian Geografi Sejarah Indonesia
48
Pedoman Kajian Geografi Sejarah Indonesia
49
Pedoman Kajian Geografi Sejarah Indonesia
50
Pedoman Kajian Geografi Sejarah Indonesia
51
Pedoman Kajian Geografi Sejarah Indonesia
52
Pedoman Kajian Geografi Sejarah Indonesia
53
Pedoman Kajian Geografi Sejarah Indonesia
54
Pedoman Kajian Geografi Sejarah Indonesia
55
Pedoman Kajian Geografi Sejarah Indonesia
56
Pedoman Kajian Geografi Sejarah Indonesia
Bab5
PEMETAAN GEOGRAFI
SEJARAH
57
Pedoman Kajian Geografi Sejarah Indonesia
58
Pedoman Kajian Geografi Sejarah Indonesia
59
Pedoman Kajian Geografi Sejarah Indonesia
..
iii ii
Bangunan
Mesjid . Gereje •"'
••
.....
~
Kantor P•m orinta h .
Gubernur. Walikoti
Bupati. (;amat
• • Pu re, Vihna
Kuburan ·
•• ... Lurah. Desa
•
<)
Pasar
Polisi TTG.
11> Trtik Dopler. Tink GPS
60
Pedoman Kajian Geografi Sejarah Indonesia
Jelsn :
Uly ... g
_ __._ _ _ A-t9r'i s:atu, du:;a p•lur ;it:;iiu l•bih
61
Pedoman Kajian Geografi Sejarah Indonesia
-------------
~
b. Batas Provinsi
Garis yang membatasi dua provinsi yang
berdampingan. Garis batas tersebut digambarkan
dengan garis dan satu titik berulang dengan warna
hitam sepanjang daerah yang berbatasan.
-·-·-·-·-·-·-·-·-·-
62
Pedoman Kajian Geografi Sejarah Indonesia
c. Batas Kabupaten/Kota
Garis yang membatasi dua kabupaten atau kota yang
berdampingan. Garis batas tersebut digambarkan
dengan garis dan dua titik berulang dengan warna
hitam sepanjang daerah yang berbatasan.
I-··-··-··-.. -··-··-
d. Batas Kecamatan
Garis yang membatasi d ua kecamatan yang
berdampingan. Garis batas tersebut digambarkan
dengan garis dan tiga titik berulang dengan wama
hitam sepanjang daerah yang berbatasan.
-···-···-···-···-···-···-
e. Batas Desa
Garis yang membatasi dua desa yang berdampingan.
Garis batas tersebut digambarkan dengan garis dan
empat titik berulang dengan warna hitam sepanjang
daerah yang berbatasan.
63
Pedoman Kajian Geografi Sejarah Indonesia
TUMBUH-TUMBUHAN
Sawah lrigasi
Sawah Tadah Hujan
Kebun I Perkebunan
Hutan
Semak Belukar
Tegalan I Ladang
Rumput I Tanah Kosong
Hutan Rawa
£. Legenda
Legenda atau keterangan pada suatu peta berisi informasi dari
simbol-simbol yang digunakan di dalam peta tersebut. Setiap
peta tematik harus mencantumkan legenda. Semua simbol yang
digunakan dalam peta harus dijelaskan pada legenda. Semakin
lengkap isi legenda, peta akan semakin informatif dan semakin
mudah bagi pengguna untuk memahami peta.
g. Sumber Data
Semua data yang digunakan dalam pembuatan peta tematik
perlu dicantumkan ke dalam peta, seperti peta dasar rupabumi
64
Pedoman Kajian Geografi Sejarah Indonesia
65
Pedoman Kajian Geografi Sejarah Indonesia
66
Pedoman Kajian Geografi Sejarah Indonesia
67
Pedoman Kajian Geografi Sejarah Indonesia
68
Pedoman Kajian Geografi Sejarah Indonesia
c. Batas Kabupaten/Kota
Garis yang membatasi dua kabupaten atau kota yang
berdampingan. Garis batas tersebut digambarkan
dengan garis dan dua titik berulang dengan warna
hitam sepanjang daerah yang berbatasan.
I-··-··-··-··-··-··-
d. Batas Kecamatan
Garis yang membatasi du a kecamatan y ang
berdampingan. Garis batas tersebut digambarkan
dengan garis dan tiga titik berulang dengan warna
hitam sepanjang daerah yang berbatasan.
e. Batas Desa
Garis yang membatasi dua desa yang berdampingan.
Garis batas tersebut digambarkan dengan garis dan
empat titik berulang dengan w arna hitam sepanjang
daerah yang berbatasan.
63
Pedoman Kajian Geografi Sejarah Indonesia
TUMBUH-TUMBUHAN
Sawah lrigasi
Sawah Tad ah H ujan
Kebun I Perkebunan
Hutan
Semak Belukar
Tegalan I Ladang
Rumput I Tanah Kosong
Hutan Rawa
f. Legenda
Legenda atau keterangan pada suatu peta berisi informasi dari
simbol-simbol yang digunakan di dalam peta tersebut. Setiap
peta tematikharus mencantumkan legenda. Semua simbol yang
digunakan dalam peta harus dijelaskan pada legenda. Semakin
lengkap isi legenda, peta akan semakin informatif dan semakin
mudah bagi pengguna untuk memahami peta.
g. Sumber Data
Semua data yang digunakan dalam pembuatan peta tematik
perlu dicantumkan ke dalam peta, seperti peta dasar rupabumi
64
Pedoman Kajian Geografi Sejarah Indonesia
65
Pedoman Kajian Geografi Sejarah Indonesia
66
Pedoman Kajian Geografi Sejarah Indonesia
67
Pedoman Kajian Geografi Sejarah Indonesia
68
Pedoman Kajian Geografi Sejarah Indonesia
69
Pedoman Kajian Geografi Sejarah Indonesia
70
Pedoman Kajian Geografi Sejarah Indonesia
T /'. ,I \
,_
·-·-
~ .......F.
.
Garis isohyet tersebut dibuat dari hasil analisis data curah hujan
rata-rata selama lebih dari 20 tahun. Ketelitian/kedetilan garis
tersebut tergantung pada tingkat kerapatan stasiun curah hujan
dan skala peta yang digunakan.
71
Pedoman Kajian Geografi Sejarah Indonesia
ll .....
'MM!MAMBINlfMM'til •lfl '*llUI . . .
........ .......
~
.__
_....,
........
r--"I
..
~hitlt•,.,
11111 ,1••
....
CJ ,....
~AAftfnl'!llll'll1tM1e11,..
-~
-- . ..
l a ,.......
18
llllMMhll!
......
M ·tltll•
~Ill·~~-
b~
-- ltMlA lwtJ•l
Ill
•
•.----...
-~
,,.
---·""""-·-
-- .....
a ' •.,,,
a
=i=.
· ··111111 ...........
\''"'_., .= -
HMM l#fMOMtM
...-.... ~
........ lllMll!IM
lllll!lll
. ... ~ °"""
llM
72
Pedoman Kajian Geografi Sejarah Indonesia
c. Perubahan Permukiman:
Data perubahan permukiman dapat diperoleh dari peta liputan
lahan Bakosurtanal. Bakosurtanal telah membuat peta liputan
lahan dengan tingkat kedetilan yang bervariasi, misalnya dengan
skala 1:250.000 dan 1:1.000.000. Di bawah ini adalah salah satu
contoh peta liputan lahan dengan skala 1 13.500.000.
Salah satu manfaat peta tersebut adalah dapat digunakan sebagai
dasar untuk pembuatan peta-peta tematik lainnya seperti neraca
perubahan lahan, neraca air, neraca mineral, dan neraca hutan.
73
Pedoman Kajian Geografi Sejarah Indonesia
! P.Mubllt'
ICEAAlllAMBAS 1#,
to•':.~·
• 0.
~..: I
I
I
.
P.,J.,rutja . ,
"
KEP
.,....,.
. \
TA1B~l.AN
L __!__
,,..,.
74
Pedoman Kajian Geografi Sejarah Indonesia
....
,,.
e
"' ... 'fl •h•"'lll~
r
75
Pedoman Kajian Geografi Sejarah Indonesia
76
Pedoman Kajian Geografi Sejarah Indonesia
.....•
:,
..-.1:•••
IF- 'i ~
' "'
77
Pedoman Kajian Geografi Sejarah Indonesia
RU MAH ADAT
0 1io·
I ,,fr T
·,
-·
os• • 6":l4tOr
LAUT JAWA
'lWrd1nM!nl • JN()(»ltltit.t4DAH •, 1"tlllnn11M,
110~
:·
,..,,...,,,w/~i
MAM'AMHI\ os•
78
Pedoman Kajian Geografi Sejarah Indonesia
• ~-=~~~~~~IJIW""i~'l-J'~o 11.,0
• ~t;i..=:1~:~;'fU1t" .~uo 1m
o ~-:~~IJ;~il.'n~Jl.JIW"'ll.':.,,ao ••u.rua
~::~~-;::.-,;~"~"'l""'
~•
79
Pedoman Kajian Geografi Sejarah Indonesia
·~
u ·-
llK tOMtN1
80
Pedoman Kajian Geografi Sejarah Indonesia
--ALO ·~
u
--- •
:;tt.
-
--
Contoh: Peta Wilayah Provinsi Sulawesi Utara!Gorontalo
81
Pedoman Kajian Geografi Sejarah Indonesia
l'ULAUJ1'WA
-- .
·~~ ·
'llutu.t:•••
~9'.9Jl --<
l't/LAUJ1'WA
MALA I:•••
.~
-....At:••-
;pt --¥s~:
82
Pedoman Kajian Geografi Sejarah Indonesia
/
·•· •
-.
L
PIOVIMS I BALI
. ..
.......... ,
·--
_,._ ,....,......
J. ------
• KGll-""""""'11~
s ' ill t a 1. It ·• H t N O I 4
a--- a-....-1...
83
Pedoman Kajian Geografi Sejarah Indonesia
84
Pedoman Kajian Geografi Sejarah Indonesia
85
Pedoman Kajian Geografi Sejarah Indonesia
86
Pedoman Kajian Geografi Sejarah Indonesia
D
Legenda/
Keterangan
SumberData
Keterangan:
1) Judul Peta
2) Orientasi Peta
3) Indeks Peta
4) Skala Numerik
5) Legenda/Keterangan
6) Sumber Data/Riwayat Peta
7) Pembuat Peta
8) Skala Grafis
9) Tahun Produksi Peta
87
Pedoman Kajian Geografi Sejarah Indonesia
Bab&
HISTORIOGRAFI GEOGRAFI
SEJARAH
88
Pedoman Kajian Geografi Sejarah Indonesia
89
Pedoman Kajian Geografi Sejarah Indonesia
90
Pedoman Kajian Geografi Sejarah Indonesia
91
Pedoman Kajian Geografi Sejarah Indonesia
92
Pedoman Kajian Geografi Sejarah Indonesia
93
Pedoman Kajian Geografi Sejarah Indonesia
6.6 Lain-lain
94
Pedoman Kajian Geografi Sejarah Indonesia
95
Pedoman Kajian Geografi Sejarah Indonesia
96
Pedoman Kajian Geografi Sejarah Indonesia
DAFTAR PUSTAKA
97
Pedoman Kajian Geografi Sejarah Indonesia
98
Pedoman Kajian Geografi Sejarah Indonesia
99
Pedoman Kajian Geografi Sejarah Indonesia
100
Direktorat Geografi Sejarah
Kompleks Depdiknas Ged. E Lt. 8
JI. Jend. Sudirman Senayan Jakarta