Anda di halaman 1dari 20

MODUL PRAKTIKUM

TEKNIK KONSERVASI LINGKUNGAN & KONSERVASI TANAH


DAN AIR

Dosen Pengampu:
Prof. Dr. Ir. Bambang Suharto, MS.

Asisten Praktikum:
Aini Safira Arif
Alfin Munfaridatul M.
Alvian Ilham Ramadhan
Fatimah Nurul M.J
Helmi Wahyu Saputra
Inas Fanesa M.
Nica Septia Melinda
Tasya Syahfira

LABORATORIUM TEKNIK SUMBERDAYA ALAM DAN LINGKUNGAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2019
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang atas
segala rahmat dan hidayah-Nya, hingga penyusun dapat menyusun “Modul
Praktikum” Teknik Konservasi Lingkungan. Penyusunan modul praktikum ini berguna
sebagai panduan dalam melakukan praktikum Teknik Konservasi Lingkungan.
Pada kesempatan ini tim penyusun mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada:
1. Prof.Dr.Ir. Bambang Suharto, MS. Selaku Dosen Pengampu mata kuliah
Teknik Konservasi Lingkungan.
2. Dr.Ir.Alexander Tunggul Sutan Haji, selaku ketua laboratorium Teknik Sumber
Daya Alam dan Lingkungan.
3. Asisten Laboratorium
Tim Penyusun menyadari adanya keterbatasan pengetahuan, referensi dan
pengalaman, penyusunan mengharapkan saran dan masukan demi lebih baiknya
modul praktikum ini. Harapan tim penyusunan semoga modul praktikum ini dapat
menjadi panduan praktikum yang baik.

Malang, September 2019

Tim Penyusun

ii
PERATURAN DAN TATA TERTIB PRAKTIKUM

1. Praktikum dimulai sesuai jadwal yang telah ditentukan.


2. Setiap praktikan diwajibkan hadir 10 menit sebelum praktikum dimulai pada waktu
yang telah dijadwalkan. Praktikan yang terlambat lebih dari 10 menit, tidak
diperkenankan mengikuti kegiatan praktikum pada sesi tersebut, kecuali diizinkan
atau memiliki alasan yang jelas dan dapat diterima oleh koordinator asisten
praktikum yang bersangkutan.
3. Praktikan wajib menggunakan pakaian bebas, rapih, sopan, dan sepatu sesuai
standar kuliah serta mengenakan jas lab.
4. Praktikan wajib mempunyai dan membawa tugas pendahuluan, buku pre / post
test, dan modul praktikum. Jika tidak membawa maka praktikan tidak
diperkenankan untuk mengikuti praktikum pada hari itu / dapat mengganti jadwal
lain.
5. Selama diadakan pre / post test, praktikan tidak diperkenankan meminta /
memberikan jawaban kepada praktikan lain. Bagi yang terlambat mengikuti pre-
test, tidak diberikan kompensasi kecuali memiliki alasan yang dapat diterima oleh
asisten praktikum dan mengikuti pretest dikelompok lain (Pre-test tetap
berlangsung dan praktikan mengerjakan sesuai nomor pre-test yang dibacakan
asisten).
6. Selama praktikum berlangsung, praktikan tidak diperkenankan makan, minum,
dan melakukan kegiatan diluar kegiatan praktikum tanpa seizin asisten praktikum.
7. Setelah melakukan praktikum, diwajibkan membersihkan alat-alat yang
digunakan dan disimpan kembali pada tempat semula dalam keadaan bersih.
Sampah harus dibuang di tempat sampah dan praktikan wajib menjaga
kebersihan laboratorium.
8. Setiap kelompok atau praktikan yang merusak atau menghilangkan alat-alat
praktikum wajib mengganti alat tersebut.
9. Bagi praktikan yang ingin mengganti jadwal, harap konfirmasi ke asisten PJ materi
maksimal H-1 sebelum praktikum dilaksanakan dengan alasan yang jelas dan
dapat diterima oleh asisten praktikum.
10. Bagi praktikan yang tidak mengumpulkan laporan praktikum, tidak diperkenankan
mengikuti Ujian Akhir Praktikum (UAP). Laporan akhir harus disetujui oleh asisten
dan dijiid, sebagai syarat mengikuti Ujian Akhir Praktikum.
11. Hal-hal lain yang diperlukan dan tidak terdapat pada peraturan di atas akan
ditentukan kemudian.

iii
Untuk praktikan yang melanggar peraturan diatas maka dikenakan sanksi sebagai
berikut:
1. Terlambat lebih dari 10 menit, praktikan tidak bisa mengikuti praktikum pada sesi
tersebut dan wajib menggantinya pada waktu lain.
2. Pakaian kurang atau tidak sopan, praktikan diwajibkan pulang untuk mengganti
pakaian.
3. Apabila praktikan berhalangan hadir dalam praktikum tanpa ada keterangan yang
jelas, akan ada konsekuensi dari asisten praktiku berupa presentasi dengan
materi yang telah ditentukan.
4. Praktikan yang melakukan kecurangan pada saat pre / post test, akan diberikan
pengurangan point sesuai kebijakan dari asisten praktikum yang bersangkutan.
5. Apabila membuat keributan, makan, dan melakukan kegiatan di luar kegiatan
praktikum, asisten praktikum berhak mengeluarkan praktikan yang bersangkutan
dari praktikum dan tidak mendapat nilai praktikum.
6. Apabila terjadi kecurangan dalam pembuatan tugas pendahuluan, laporan
ataupun screenshot dalam pembuatan laporan maka laporan tersebut akan
mendapat pengurangan nilai sesuai kebijakan asisten praktikum.
7. Bagi praktikan yang 2x melanggar peraturan praktikum wajib menghadap seluruh
asisten praktikum.
8. Jika praktikan yang melanggar 3x tidak diperkenankan mengikuti UAP.
9. Pengumpulan laporan H+4 setelah praktikum dilaksanakan
10. Terlambat mengumpulkan laporan praktikum sesuai dengan waktu yang telah
disepakati dengan asisten yang bersangkutan, maka nilai praktikan pengurangan
nilai sesuai kebijakan asisten praktikum.

iv
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................. ii
PERATURAN DAN TATA TERTIB PRAKTIKUM .................................................... iii
DAFTAR ISI .............................................................................................................. v
BAB I IDENTIFIKASI SIFAT FISIK LAHAN ............................................................. 1
BAB II PENGUKURAN SEDIMEN ............................................................................ 4
BAB III EROSI DAN PENCEGAHANNYA ................................................................ 9
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 15

v
BAB I IDENTIFIKASI SIFAT FISIK LAHAN

I. Latar Belakang
Sumber daya alam utama yaitu tanah dan air pada dasarnya merupakan
sumber daya alam yang dapat diperbaharui, namun mudah mengalami
kerusakan atau degradasi. Kerusakan tanah dapat terjadi oleh kehilangan unsur
tanah dan bahan organik di daerah perakaran, terkumpulnya garam di daerah
perakaran, penjenuhan tanah oleh air, dan erosi. Kerusakan tanah tersebut
menyebabkan berkurangnya kemampuan tanah untuk mendukung
pertumbuhan tanaman (Suripin, 2004). Bahaya erosi yang telah menurunkan
produktivitas tanah merupakan masalah utama dari tahun ke tahun tetap harus
dihadapi oleh pemerintah. Bahaya erosi yang menimpa lahan-lahan pertanian
serta penduduk sering terjadi pada lahan-lahan yang memiliki kelerengan sekitar
15% keatas. Bahaya ini disebabkan selain oleh perbuatan manusia yang
mementingkan pemuasan kebutuhan diri sendiri, juga dikarenakan pengelolaan
tanah dan pengairannya yang keliru (Asdak, 2002).
Setiap jenis penggunaan tanah harus sesuai dengan tingkat
kemampuannya, dan dalam pengelolaannya tanah harus diperlakukan sesuai
dengan syarat-syarat dan cara-cara tertentu yang diperlukan agar tanah tidak
cepat menjadi rusak. Faktor-faktor yang sering menimbulkan kerusakan tanah
adalah akibat erosi, pengurasan zat hara di zona perakaran karena terangkut
panen, berkurangnya tingkat kandungan bahan organik dalam tanah karena
tidak adanya pengembalian bahan organik ke dalam tanah, dan akumulasi
senyawa-senyawa kimia yang bersifat beracun dalam tanah.
Panjang lereng adalah jarak antara titik asal mulai terjadinya aliran dilahan
atas sampai titik dimana sudah terjadi pengendapan atau air masuk kesaluran.
Satuan panjang lereng adalah panjang lereng pada satu kemiringan yang sama
mulai dari puncak hingga kaki lereng. Seragaan lereng dapat terjadi karena :
1. Kemiringan lereng beragam
2. Bentuk lereng ceking, datar dan cembung.
3. Jenis tanah berbeda-beda.
4. Penutup tanah beragam.
5. Adanya usaha-usaha pengawetan tanah yang telah dibuat.
Erodibilitas tanah adalah kepekaan suatu tanah untuk mengalami erosi.
Nilai erodibilitas tinggi, tanah akan lebih mudah tererosi. Faktor erodibilitas tanah
menunjukan resisten partikel tanah terhadap pengelupasan dan transportasi
partikel-partikel tanah oleh adanya energi kinetik air hujan. Meskipun resistensi
tersebut di atas akan bergantung pada topografi, kemiringan lereng dan
besarnya gangguan oleh manusia. Besarnya erodibilitas atau resistensi tanah
juga dibentuk oleh karakteristik tanah seperti; tekstur tanah, stabilitas agregat
tanah, kapasitas infiltrasi dan kandungan bahan organik (chay asdak, 1995:
459). Sedangkan erodibilitas tanah menyangkut tentang :
1. Ketahanan tanah terhadap pelepasan dan pengangkutan.
2. Kemampuan tanah untuk menyerap dan meloloskan air ke dalam tanah.
II. Tujuan
a. Mahasiswa mengetahui cara pengambilan sampel tanah dengan
menggunakan Auger Soil Sampel
b. Mahasiswa mampu menentukan besarnya kemiringan lahan dan
mengukur ketinggian lahan dengan menggunakan alat Abney Level dan
Clinometers
c. Mahasiswa mampu membandingkan hasil pengukuran sudut lereng
dengan berbagai alat
d. Mahasiswa mampu menghitung indeks erodibilitas tanah dengan rumus K

III. Dasar Teori


Kemiringan lereng mempengaruhi erosi melalui run off. Kemiringan lereng
(slope) merupakan suatu unsur topografi dan faktor erosi. Kemiringan lereng
terjadi akibat perubahan permukaan bumi di berbagai tempat yang disebabkan
oleh gaya-gaya eksogen dan endogen yang terjadi sehingga mengakibatkan
perbedaan letak ketinggian titik-titik di atas permukaan bumi. Mengetahui besar
kemiringan lereng adalah penting untuk perencanaan dan pelaksanaan berbagai
kebutuhan pembangunan, terutama dalam bidang konservasi tanah dan air
antara lain sebagai suatu faktor yang mengendalikan erosi dan menentukan
kelas kemampuan lahan. Besar kemiringan lereng yang dinyatakan dalam
satuan derajat (0) atau persen (%).
Indeks kepekaan tanah terhadap erosi atau erodibilitas tanah merupakan
jumlah tanah yang hilang setiap tahunnya per satuan indeks daya erosi curah
hujan pada sebidang tanah tanpa tanaman, tanpa usaha pencegahan erosi pada
lereng 9 % dan panjang 22 m. Kepekaan tanah terhadap erosi dipengaruhi oleh
tekstur tanah (terutama kadar debu +pasir halus), bahan organik, struktur dan
permeabilitas tanah (Hardjowigeno, 2003). Untuk menentukan nilai erodibilitas
tanah Boycous dalam Rahim (2000) telah menemukan pada sekitar tahun 1935–
an tentang The Clay Ratio as a Criterium Suspectibility of Soil to Erosion kita
mendapatkan persamaan sebagai berikut
% 𝒄𝒍𝒂𝒚 + % 𝒔𝒊𝒍𝒕
𝑬=
% 𝒔𝒂𝒏𝒅
Dimana : E = erodibilitas
Sand = pasir
Silt = debu
Clay = liat

IV. Alat Dan Bahan


Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah
 Auger Soil Sampel
 Clinometer
 Kalkulator
 Meteran
 Abney level
 Alat tulis
 Tanah dan Air
 Kerucut imhof

2
V. Cara Kerja
5.1 Pekerjaan di Lapang
5.1.1 Pengambilan Sampel Tanah
Cara pengambilan sampel tanah dilakukan dengan beberapa tahap yaitu:
1. Tentukan titik suatu lahan untuk pengambilan sampel tanah
2. Pasang ring silinder pada hand bor
3. Tancapkan hand bor ke dalam tanah hingga kedalaman 5 cm
4. Lepaskan ring silinder yang sudah berisi sampel tanah

5.1.2 Pengukuran Kemiringan Lereng Dengan Menggunakan Abney Level


Cara kerja pengunaan alat Abney Level dilakukan dalam beberapa tahap:
1. Tegakkan pancang 1 dilereng bawah dititik A, dan pancang 2 dilereng
atas titik B
2. Lewat celah pada alat, si pengamat membidik kearah pancang yang
sedang berdiri menegakkan dan menggerakan alat naik-turun sehingga
kelihatan gelembung nivo yang sedang bergerak
3. Menempatkan gelembung nivo ke tengah-tengah tabung kaca tepat
berimpit dengan tanda garis pada pancang. Amati angka pada skala
yang ditunjukkan oleh jarum skala kemiringan lereng, lalu catat pada
lembar kerja
4. Melakukan pengukuran kemiringan lereng pada tempat dan kemiringan
lereng yang berbeda sebanyak 3 kali dan mencatat angkanya pada
lembar kerja

5.1.3 Pengukuran Sudut Lereng Mengunakan Clinometer


Cara kerja pengunaan alat Clinometer dilakukan dalam beberapa tahap:
1. Lokasi sama seperti poin A.
2. Lakukan langkah seperti pengukuran dengan abney level namun alat
diganti dengan clinometers
3. Sudut lereng dapat dibaca langsung lewat celah pengamatan dicelah
bagian belakang alat.
4. Ulangi sebanyak 3 kali pada berbagai kemiringan.

5.2 Pekerjaan di Laboratorium


5.2.1 Pengukuran Erodibiltas Tanah
Cara kerja pengukuran erodibilats tanah dilakukan dalam beberapa tahap:
1. Siapkan alat dan bahan (Sampel tanah yang diambil sebelumnya)
2. Siapkan 100 ml tanah dan campur dengan 900 ml air
3. Aduk sampai tanah dan air tercampur
4. Siapkan kerucut imhoff
5. Tuangkan campuran tanah dan air tersebut ke kerucut imhof
6. Tunggu sampai 10 menit
7. Catat hasil

3
BAB II PENGUKURAN SEDIMEN

I. Latar Belakang
Sumber daya alam utama yang ada di muka bumi ini yaitu tanah dan air.
Kedua sumber daya alam ini mudah mengalami degradasi. Tanah mempunyai
dua fungsi utama yaitu sebagai sumber unsur hara bagi tumbuhan dan sebagai
tempat akar tumbuhan berjangkar dan air tanah tersimpan. Kedua fungsi
tersebut dapat menurun atau hilang (kerusakan atau degradasi tanah).
Hilangnya fungsi tanah sebagai sumber unsur hara bagi tumbuhan dapat
terus menerus diperbarui dengan pemupukan. Namun, hilangnya fungsi tanah
sebagai tempat berjangkarnya perakaran dan menyimpan air tanah tidak mudah
diperbaharui karena diperlukan waktu yang lama untuk pembentukan tanah.
Kerusakan air berupa hilangnya atau mengeringnya sumber air dan menurunnya
kualitas air. Hilang atau mengeringnya sumber air berkaitan erat dengan erosi,
sedangkan menurunnya kualitas air dapat dikarenakan kandungan sedimen
yang bersumber dari erosi atau kandungan bahan-bahan dari limbah
industri/pertanian. Dengan demikian, dengan upaya-upaya konservasi tanah
dan air.

II. Tujuan
a. Mahasiswa mampu menghitung nisbah pelepasan sedimen dari suatu aliran
sungai
b. Mahasiswa mampu menghitung nilai erosi total dari nilai nisbah pelepasan
sedimen

III. Dasar Teori


3.1 Erosi
Erosi adalah peristiwa terangkutnya tanah atau bagian tanah dari
suatu tempat ke tempat lain dengan media alam. Di daerah beriklim tropis
basah, agen erosi yang paling utama adalah air, sedangkan di daerah
beriklim kering adalah angin. Proses erosi ini dapat mengakibatkan
merosotnya produktivitas tanah, daya dukung tanah untuk produksi
pertanian dan kualitas lingkungan hidup. Secara hubungan fungsional,
erosi terjadi karena interaksi kerja dari iklim, topografi, vegetasi, dan
manusia terhadap tanah (Satriawan & Fuady, 2014).
Proses erosi merupakan kombinasi dari dua sub proses, yaitu
penghancuran struktur tanah menjadi butir-butir primer oleh energi
tumbukan butir-butir hujan yang menimpa tanah dan penghancuran
struktur tanah diikuti pengangkitan butir-butir tanah oleh air yang mengalir
di permukaan tanah (Kartasapoetra, 2005).

3.2 Sedimentasi
3.2.1 Perhitungan Sedimen Layang
Kadar lumpur dalam air yang terangkut oleh aliran sungai
merupakan salah satu indicator terjadinya sedimentasi. Semakin besar
kadar sedimen yang terbawa oleh aliran maka semakin tidak sehat kondisi

4
DAS. Besarnya kadar muatan sedimen dalam aliran air dinyatakan dalam
besaran laju sedimentasi (dalam satuan ton atau m3 atau mm per tahun).
Kadar muatan sedimen dalam aliran air diukur dari pengambilan
contoh air pada berbagai tinggi muka air (TMA) banjir saat musim
penghujan. Qs dalam ton/hari dapat dijadikan dalam ton/ha/thn dengan
membagi nilai Qs dengan luas DAS. Selanjutnya nilai Qs dalam ton/ha/th
dikonversikan menjadi Qs dalam mm/tahun dengan mengalikannya
dengan berat jenis (BJ) tanah menghasilkan nilai tebal endapan sedimen.

3.2.2 Perhitungan Sedimen Dasar (Bed Load)


Sedimen dasar merupakan sedimen yang bergerak di dasar
saluran dengan cara menggelinding (rolling), menggeser (sliding), dan
meloncat (jumping) atau dengan kata lain partikel-partikel kasar yang
bergerak sepanjang dasar sungai secara keseluruhan. Muatan dasar
tersebut ditunjukkan dengan adanya Gerakan partikel dasar sungai, akan
tetapi tidak lepas dari dasar sungai. Pengukuran sedimen dasar (bed load)
dilakukan dengan pengambilan sampel menggunakan alat penangkap
sedimen. Bila pengukuran sedimen dasar (bed load) tidak dilakukan,
besarnya sedimen tersebut dapat diperkirakan dengan menggunakan
tabel Borland dan Maddock (1951) dalam Puslitbang PU tahun 1989, yang
tergantung pada konsentrasi dan gradasi butiran sedimen layang
(suspended load) berupa clay, silt, dan pasir (Alimuddin, 2012).
Presentase
Jenis bahan Bahan asal
Konsentrasi sedimen dasar
sedimen sedimen
sedimen laying terhadap
dasar laying
layang
Pasir Sama dengan 50%
bahan bed load
Kecil
< 1000 ppm Kerikil dan batu Clay, silt, 5%
dengan sedikit
pasir
Pasir Sama dengan 10 – 20%
bahan bed load
Sedang 1000 –
7500 ppm Kerikil dan batu Clay, silt, 25% 5 – 10%
pasir atau
kurang
Pasir Sama dengan 10 – 20%
bahan bed load
Besar >7500
ppm Kerikil dan batu Clay, silt, 25% 2 – 8%
pasir atau
kurang
Sumber : Borland dan Maddock(1951)dalam Balitbang PU (1989)

5
3.2.3 Nisbah Pelepasan Sedimen
Perbandingan antara jumlah sedimen yang dihasilkan suatu
DAS terhadap total jumlah erosi pada periode waktu yang sama
disebut Nisbah Pelepasan Sedimen (NPS) atau Sediment Delivery
Ratio (SDR). Nilai SDR diperlukan untuk mengkonversi besarnya
erosi hasil dugaan dari suatu wilayah DAS ke dalam hasil sedimen,
sehingga penentuan nilai tersebut merupakan tahapan kritik yang
sangat mempengaruhi keakuratan erosi bersih hasil dugaan. Untuk
memperkirakan besarnya erosi yang terjadi dalam DAS sebagai
berikut:
𝑸𝑺
E = 𝑺𝑫𝑹

keterangan:
E = Erosi total (ton/ha/tahun)
Qs = Laju sedimen (ton/ha/tahun)
SDR = Nisbah pelepasan sedimen (Sediment Delivery Ratio)

Muatan sedimen harian dihitung dengan persamaan


sebagai berikut:
Qs = Cs.Q
dimana:
Qs = Debit sedimen (gr/detik)
Cs = Konsentrasi sedimen contoh air (mg/l)
Q = Debit aliran air sungai (m3/ detik)

Hubungan luas DAS dengan nilai SDR (Tabel 4.1) dan nilai
SDR diperoleh dari persamaan:
SDR = -0,02 + 0,385 A-0,2
keterangan: A = Luas daerah tangkapan air / DAS (km2)
3.3 Hasil Sedimen
Hasil sedimen (sediment yield) adalah besarnya sedimen yang
berasal dari erosi di daerah tangkapan air dan diukur pada periode waktu
dan tempat tertentu. Hasil sedimen dapat diperoleh dari pengukuran
sedimen terlarut dalam sungai (suspended sediment) atau dengan
pengukuran langsung di dalam waduk. Pengukuran sedimen terlarut
dilakukan pada titik kontrol dari alur sungai. Sedimen yang sering dijumpai
dalam sungai baik terlarut maupun tidak terlarut adalah merupakan produk
dari pelapukan batuan induk yang dipengaruhi oleh faktor lingkungan
terutama perubahan iklim. Hasil pelapukan batuan-batuan tersebut dikenal
sebagai partikel-partikel tanah, oleh karena itu pengaruh dari tenaga
kinetis air hujan. Berdasarkan pada jenis sedimen dan ukuran partikel-
partikel tanah serta komposisi mineral dari bahan induk yang
menyusunnya dikenal berbagai jenis sedimen seperti pasir, liat dan lainnya
tergantung pada ukuran partikelnya. Menurut ukurannya, sedimen
dibedakan menjadi beberapa jenis seperti pada tabel berikut (Asdak,
2007) :

6
Jenis sedimen Ukuran partikel (mm)
Liat <0,0039
Debu 0,0039-0,0625
Pasir 0,0625-2,00
Pasir besar 2,00-64
Sumber : Asdak, 2007

IV. Alat Dan Bahan


Alat :
1. Jerigen
2. Current meter
3. Roll meter
4. Kertas whattman
5. Corong
6. Erlenmeyer
7. Oven
8. Cawan Petri
9. Timbangan Analitik
10. Kertas
11. Bolpoin
12. Coolbox
13. Pengaduk
Bahan :
1. Air Sungai

V. Cara Kerja
5.1 Lapang
5.1.1 Pengambilan Air Sampel di Sungai:
1. Menentukan dan mengukur luasan daerah tangkapan air (penampang
lintang)
2. Mengukur debit aliran sungai
3. Mengambil sampel air sungai dengan posisi pengambilan di tengah untuk
suspended load dan di dasar untuk bad load
4. Meletakkan sampel air yang diambil kedalam coolbox untuk selanjutnya di
analisa
5.2 Laboratorium
5.2.1 Perhitungan Sedimen :
5.2.1.1 Persiapan kertas saring atau cawan Gooch
1. Siapkan kertas saring
2. Letakkan kertas saring ke cawan petri lalu dikeringkan.
3. Keringkan dalam oven pada suhu 80ºC selama 1 jam, dinginkan dalam
desikator kemudian timbang.

7
5.2.1.2 Pengujian
1. Ambil contoh uji dengan volume 100 mL.
2. Aduk contoh uji untuk memperoleh contoh uji yang lebih homogen.
3. Lakukan penyaringan air contoh uji dengan kertas saring dan biarkan
kering sempurna.
4. Pindahkan kertas saring secara hati-hati dari peralatan penyaring dan ke
cawan petri.
5. Keringkan dalam oven setidaknya selama 1 jam pada suhu 80ºC sampai
dengan 105ºC, dinginkan dalam desikator untuk menyeimbangkan suhu
dan timbang.
6. Sampel yang sudah diuji kemudian dihitung berat TSS dengan
menggunakan persamaan sebagai berikut:
(𝑨−𝑩)×𝟏𝟎𝟎
𝒎𝒈 𝑻𝑺𝑺 𝒑𝒆𝒓 𝒍𝒊𝒕𝒆𝒓 = 𝑽𝒐𝒍𝒖𝒎𝒆 𝒄𝒐𝒏𝒕𝒐𝒉 𝒖𝒋𝒊 (𝒎𝒍)
..……………………………… (1)

Dimana :
A = Berat kertas saring + residu kering (mg)
B = Berat kertas saring (mg)
7. Menghitung nisbah pelepasan sedimen (Sedimen Layang dan Sedimen
Dasar) dengan persamaan sebagai berikut:
SDR= -0.02 + 0.385 A-0.2…………….......................…………………… (2)
Dengan :
A= Luas daerah tangkapan sungai (penampang lintang)
Menghitung sedimen harian pada penampang lintang sungai tersebut
dengan persamaan:
Qs = Cs.Q………......................…….......................…………………… (3)
dimana:
Qs = Debit sedimen (gr/detik)
Cs = Konsentrasi sedimen contoh air/TSS (mg/l)
Q = Debit aliran air sungai (m3/ detik)
Terakhir, menghitung juga perkiraan besarnya erosi total yang terjadi
dalam DAS (penampang melintang sungai) dengan persamaan:
𝑸𝑺
E= …...........................………….......................…………………… (4)
𝑺𝑫𝑹
keterangan:
E = Erosi total (ton/ha/tahun)
Qs = Laju sedimen (ton/ha/tahun)
SDR = Nisbah pelepasan sedimen (Sediment Delivery Ratio)

8
BAB III EROSI DAN PENCEGAHANNYA

I. Latar Belakang
Erosi adalah hilangnya atau terkikisnya tanah atau bagian-bagian tanah
dari suatu tempat yang diangkut oleh media alami ketempat lain. Erosi terjadi
akibat interaksi kerja antara faktor-faktor iklim, topografi, tumbuh-tumbuhan
(vegetasi), dan manusia. Pengaruh erosi pada kesuburan fisik tanah diantaranya
adalah terjadinya penghanyutan partikel-partikel tanah, perubahan struktur
tanah, penurunan kapasitas infiltrasi dan penampungan, serta perubahan profil
tanah. Sedangkan pengaruh pada kesuburan kimia tanah adalah kehilangan
unsur hara. Erosi dapat menyebabkan kerusakan tanah dan menimbulkan
berbagai hal negatif termasuk kritisnya tanah.
Harkat kemampuan tanah atau kritis tanah dapat dibedakan menjadi 3
yaitu kritis aktual, kritis potensial, serta kritis aktual dan potensial. Kompaksi
Tanah adalah bentuk degradasi fisik tanah sebagai akibat dari pemadatan tanah
sehingga aktivitas biologi, porositas dan permeabilitas tanah menurun, kekuatan
tanah meningkat dan struktur tanah hancur perlahan-lahan. faktor-faktor yang
menjadikan kritisnya tanah yaitu masih kurangnya teknologi pengelolaan lahan
kering sehingga sering mengakibatkan makin kritisnya lahan-lahan kering,
kekurangan air dan kahat unsur hara adalah masalah yg paling serius di daerah
lahan kering dan berada pada level kritis karena kurangnya kandungan organik,
implikasinya dapat mengurangi kualitas produk bagi keseimbangan kesehatan
serta berkurangnya kontinuitas produksi masa depan.

II. Tujuan
a. Mahasiswa mampu mengetahui proses terjadinya erosi
b. Mahasiswa mampu mengetahui jenis-jenis bangunan erosi sebagai
upaya konservasi.

III. Dasar Teori


Erosi adalah peristiwa pengikisan permukaan tanah oleh air. Erosi dapat
menyebabkan tanah akan kehilangan produktivitasnya, terutama jika tanah tersebut
digunakan sebagai lahan pertanian. Untuk itu, perlu adanya upaya untuk mencegah
dan meminimalkan terjadinya erosi. Salah satunya dengan membangun bangunan
pengendali erosi.
Menurut Ayunin (2008), berdasarkan bentuknya, erosi dibedakan dalam: erosi
percik, erosi lembar, erosi alur, erosi parit, erosi tebing sungai, erosi internal dan tanah
longsor.
1. Erosi Percik (Splash erosion) adalah proses terkelupasnya patikel-partikel tanah
bagian atas oleh tenaga kinetik air hujan bebas atau sebagai air lolos. Arah dan
jarak terkelupasnya partikel-partikel tanah ditentukan oleh kemiringan lereng,
kecepatan dan arah angin, keadaan kekasaran permukaan tanah, dan penutupan
tanah.
2. Erosi Lembar (Sheet erosion) adalah erosi yang terjadi ketika lapisan tipis
permukaan tanah di daerah berlereng terkikis oleh kombinasi air hujan dan air
larian (runoff).

9
3. Erosi Alur (Rill erosion) adalah pengelupasan yang diikuti dengan pengangkutan
partikelpartikel tanah oleh aliran air larian yang terkonsentrasi di dalam saluran-
saluran air. Alur-alur yang terjadi masih dangkal dan dapat dihilangkan dengan
pengolahan tanah.
4. Erosi Parit (Gully erosion) proses terjadinya sama dengan erosi alur, tetapi
saluran yang terbentuk sudah sedemikian dalamnya sehingga tidak dapat
dihilangkan dengan pengolahan tanah biasa.
5. Erosi Tebing Sungai (Streambank erosion) adalah pengikisan tanah pada tebing-
tebing sungai dan pengerusan dasar sungai oleh aliran air sungai. Erosi tebing
akan lebih hebat jika vegetasi penutup tebing telah habis atau jika dilakukan
pengolahan tanah terlalu dekat tebing.
6. Erosi Internal (Internal or subsurface erosion) adalah terangkutnya butir-butir
primer kebawah ke dalam celah-celah atau pori-pori tanah sehingga tanah
menjadi kedap air dan udara. Erosi internal menyebabkan menurunnya kapasitas
infiltrasi tanah dengan cepat sehingga aliran permukaan meningkat yang
menyebabkan terjadinya erosi lembar atau erosi alur.
7. Tanah Longsor (Landslide) adalah suatu bentuk erosi yang pengangkutan atau
pemindahan tanahnya terjadi pada suatu saat dalam volume yang besar.
Salah satu bangunan yang dapat digunakan untuk mengendalikan erosi adalah
teras. Teras merupakan suatu bangunan pengawetan tanah dan air secara mekanis
yang dibuat untuk memperpendek lereng dan memperkecil kemiringan, serta
merupakan suatu metode pengendalian erosi dengan membangun semacam saluran
lebar melintang lereng tanah. Fungsi dari teras adalah untuk mengurangi panjang
lereng karena hal tersebut dapat mengurangi erosi sheet dan riil, mencegah
terbentuknya gully, dan menahan aliran permukaan di daerah kurang hujan.
Berdasarkan fungsinya teras dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu teras
intersepsi dan teras diversi. Pada teras intersepsi aliran permukaan ditahan oleh
saluran yang memotong lereng, sedangkan pada teeras diversi berfungsi untuk
mengubah arah aliran sehingga tersebar kesaluran lahan dan tidak terkonsentrasi ke
satu tempat.
a. Teras
 Teras Datar
Teras datar dibuat pada tanah dengan kemiringan kurang dari 3 % dengan
tujuan memperbaiki pengaliran air dan pembasahan tanah. Teras datar
dibuat dengan jalan menggali tanah menurut garis tinggi dan tanah
galiannnya ditimbunkan ke tepi luar, sehingga air dapat tertahan dan
terkumpul. Pematang yang terjadi ditanami dengan rumput.

 Teras Kridit (ridge terrace)

10
Teras kridit dibuat pada tanah yang landai dengan kemiringan 3 - 10 %,
bertujuan untuk mempertahankan kesuburan tanah. Pembuatan teras kridit
di mulai dengan membuat jalur penguat teras sejajar garis tinggi dan
ditanami dengan tanaman seperti caliandra.

 Teras Guludan (cotour terrace)


Teras guludan dibuat pada tanah yang mempunyai kemiringan 10 - 50 %
dan bertujuan untuk mencegah hilangnya lapisan tanah

 Teras Bangku (bench terrace)


Teras bangku dibuat pada lahan dengan kelerengan 10 - 30 % dan
bertujuan untuk mencegah erosi pada lereng yang ditanami palawija

 Teras Individu
Teras individu dibuat pada lahan dengan kemiringan lereng antara 30 – 50
% yang direncanakan untuk areal penanaman tanaman perkebunan di

11
daerah yang curah hujannya terbatas dan penutupan tanahnya cukup baik
sehingga memungkinkan pembuatan teras individu.

 Teras Kebun
Teras kebun dibuat pada lahan-lahan dengan kemiringan lereng antara 30
– 50 % yang direncanakan untuk areal penanaman jenis tanaman
perkebunan. Pembuatan teras hanya dilakukan pada jalur tanaman
sehingga pada areal tersebut terdapat lahan yang tidak diteras dan
biasanya ditutup oleh vegetasi penutup tanah. Ukuran lebar jalur teras dan
jarak antar jalur teras disesuaikan dengan jenis komoditas. Dalam
pembuatan teras kebun, lahan yang terletak di antara dua teras yang
berdampingan dibiarkan tidak diolah.

 Teras Saluran
Teras saluran atau lebih dikenal dengan rorak atau parit buntu adalah teknik
konservasi tanah dan air berupa pembuatan lubang-lubang buntu yang
dibuat untuk meresapkan air ke dalam tanah serta menampung sedimen-
sedimen dari bidang olah.

 Teras Batu

12
adalah penggunaan batu untuk membuat dinding dengan jarak yang sesuai
di sepanjang garis kontur pada lahan miring.

b. Bangunan Terjunan
Bangunan terjunan adalah bangunan yang dibuat di tempat tertentu memotong
saluran, dimana aliran air setelah melewati bangunan tersebut akan merupa
terjunan. Bangunan terjunan perlu dibangun pada daerah berbukit dimana
kemiringan saluran dibatasi, agar tidak terjadi suatu gerusan. Selain itu pada
saluran terbuka bangunan tersebut berfungsi untuk mengubah kemiringan saluran
yang pada awalnya cukup curam agar menjadi landai, dimana pada keadaan
tersebut kecepatan aliran akan berubah menjadi kecepatan aliran tidak kritis.
c. Rorak dan Banguna Penangkap Sedimen
Rorak adalah lubang-lubang buntu dengan ukuran tertentu yang dibuat pada
bidang olah dan sejajar dengan garis kontur. Fungsi rorak adalah untuk menjebak
dan meresapkan air ke dalam tanah serta menampung sedimen-sedimen dari
bidang olah. Pembuatan rorak dapat dikombinasikan dengan mulsa vertikal untuk
memperoleh kompos.
d. Bangunan Penahan (Gully Plug)
Gully plug atau pengendali jurang merupakan salah satu bentuk bangunan
konservasi tanah yang berfungsi sebagai pencegah atau pengendali erosi agar
tidak meluas. Manfaat gully plug adalah:
 Mencegah terbentuknya jurang atau parit yang semakin besar akibat
gerusan air
 Memperbaiki lahan yang rusak akibat gerusan air sehingga terjadi jurang/
parit.
 Mengendalikan endapan/ sedimen serta air dari hulu, sehingga endapan di
wilayah hilir bisa lebih terkontrol
 Memperbaiki tata air di wilayah sekitarnya.
e. Cara vegetatif
Menurut Ayunin (2008), cara vegetatif merupakan cara memanfatkan peranan
tanaman dalam usaha pengendalian erosi dan atau pengawetan tanah dalam
pelaksanaannya dapat meliputi kegiatan-kegiatan sebagai berikut: (a) penghutanan
kembali (reboisasi) dan penghijauan, (b) penanaman tanaman penutup tanah, (c)
penanaman tanaman secara garis kontur, (d) penanaman tanaman dalam strip, (e)
penanaman tanaman secara bergilir, dan (f) pemulsaan atau pemanfaatan seresah
tanaman

IV. Alat Dan Bahan


1. Bolpoin

13
2. Kertas
3. Kamera

V. Cara Kerja
1. Melakukan pengamatan secara langsung proses terjadinya erosi.
2. Menentukan dan menganalisis jenis bangunan pencegah erosi yang
diamati secara langsung

14
DAFTAR PUSTAKA

Alimuddin, Aisyah.2012. Pendugaan Sedimentasi pada DAS Mamasa di Kab.


Mamasa Propinsi Sulawesi Barat. Skripsi. Makassar: Universitas
Hasanuddin.
Asdak.C, 2007. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Gadjah Mada
University: Yogyakarta.
Ayunin, Qurratul. 2008. Prediksi Tingkat Bahaya Erosi dengan Metode USLE di
Lereng Timur Gunung Sindoro. Skripsi. Surakarta: Universitas Sebelas
Maret.

15

Anda mungkin juga menyukai