Anda di halaman 1dari 28

BUKU PETUNJUK PRAKTIKUM

ANALISIS SEDIAAN FARMASI II

Disusun Oleh:

apt. Lindawati Setyaningrum., M. Farm

Muhammad Rofik Usman., M.Si

Apt. Firdha Aprilia., M.Pharm., Clin

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS dr. SOEBANDI JEMBER
2023

1
SK PENETAPAN

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya, akhirnya buku petunjuk praktikum Analisis Sediaan Farmasi
II ini dapat diselesaikan. Dengan adanya praktikum ini mampu memberikan latihan
guna meningkatkan kemampuan dan keterampilan analisis sediaan farmasi bagi
mahasiswa
Pada praktikum ini melakukan analisa sediaan farmasi dalam berbagai bentuk
sediaan. Sedangkan secara teori yang lebih mendasar mengenai hal-hal yang
berhubungan dengan praktikum dapat dipelajari dalam kuliah atau literatur Analisis
Sediaan Farmasi.
Penyusun mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam terselesaikannya buku petunjuk praktikum ini. Semoga buku
petunjuk praktikum ini dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin. Saran dan kritik
pengembangan atau perbaikan sangat kami harapkan demi kesempurnaan buku ini.

Jember, Januari 2023


Tim Penyusun

3
4
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................. ii

DAFTAR ISI ............................................................................. iii

TATA TERTIB ............................................................................. iv

BAB I KLT-DENSITOMETRI ............................................................................. 9

BAB II KCKT (Kromatografi Cair............................................................................. 12


Kinerja Tinggi)

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 17

FORMAT LAPORAN ............................................................................. 18

5
VISI DAN MISI PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS DR. SOEBANDI
1. Visi Program Studi Farmasi
Menjadi Program Studi Farmasi yang unggul, berdaya guna dalam IPTEKS bidang
Farmasi yang berakhlakul karimah.

2. Misi Program Studi Farmasi


a. Menyelenggarakan pendidikan di bidang sains-teknologi kefarmasian dan farmasi
klinis-komunitas yang unggul dan berbasis IPTEKS
b. Menyelenggarakan penelitian bidang farmasi yang inovatif dan berkontribusi pada
IPTEKS berbasis sumber daya alam dan kearifan lokal
c. Menyelenggarakan pengabdian masyarakat dalam bidang farmasi berbasis IPTEKS
yang bermanfaat bagi masyarakat berbasis sumber daya alam dan kearifan lokal
d. Menyelenggarakan tata kelola Program Studi Farmasi yang berprinsip pada good
governance
e. Membudayakan nilai – nilai akhlakul karimah pada setiap kegiatan civitas akademika
Program Studi Farmasi
a.

6
CAPAIAN PEMBELAJARAN
CAPAIAN PEMBELAJARAN LULUSAN
CAPAIAN PEMBELAJARAN MATA KULIAH

7
TATA TERTIB
PRAKTIKUM ANALISIS SEDIAAN FARMASI II

1. Praktikan diwajibkan datang 10 menit sebelum praktikum dimulai untuk


mengisi daftar hadir dan mengumpulkan jurnal percobaan sebelumnya.
Keterlambatan praktikum tanpa alasan yang jelas berakibat tidak diperkenankan
mengikuti tes dan praktikum
2. Apabila tidak dapat mengikuti praktikum harus memberi surat ijin / surat
keterangan yang sah dan diberikan kepada pengawas sebelum praktikum
dimulai.
3. Sebelum melakukan praktikum, praktikan harus mempersiapkan diri untuk
memahami praktikum yang akan dikerjakan dilihat dari pretest yang dilakukan
4. Praktikan kemudian dapat mempersiapkan peralatan praktikum yang
diperlukan pada hari itu.
5. Sebelum dan sesudah praktikum, praktikan harus membersihkan alat yang
digunakan
6. Pada dasarnya tidak diadakan praktikum perorangan (praktikum susulan) dan
praktikan yang tidak dapat mengkuti praktikum harus ada surat keterangan
dokter dan atau orang tua/wali untuk ijin mengikuti inhal praktikum di akhir
acara
7. Praktikan harus membuat laporan hasil praktikum setiap selesai praktikum
dengan mengisi buku laporan praktikum yang sudah disediakan
8. Praktikan yang merusak, memecahkan atau menghilangkan peralatan praktikum
agar membereskan penggantian alat tersebut secepat mungkin kepada
pembimbing praktikum
9. Selama praktikum, praktikan tidak diperbolehkan melakukan perbuatan yang
mengganggu praktikan lain. Praktikan tidak diperkenankan meninggalkan
laboratorium tanpa seizin pembimbing praktikan.

8
ALAT-ALAT DAN PEREAKSI
1. Sebelum dan sesudah praktikum, semua praktikan harus mengecek dan
mengembalikan alat-alat inventarisnya.
2. Alat-alat yang hilang atau pecah harus diganti dengan alat-alat yang sama atau diganti
dengan uang yang besarnya ditentukan oleh laboratorium.
3. Botol-botol pereaksi harus ditempatkan pada tempat yang telah ditentukan dan
pengambilan pereaksi harus dilakukan dengan pipet yang khusus untuk tiap pereaksi.
4. Botol-botol pereaksi yang kosong harus cepat diberitahukan kepada asisten atau
laboran untuk diisi kembali.

KEBERSIHAN LABORATORIUM
1. Semua praktikan diwajibakan memakai jas laboratorium untuk menjaga kerusakan
akibat zat-zat kimia.
2. Tidak diperkenankan membuang sampah atau kertas saring pada bak pencuci,
buanglah sampah tersebut pada tempat yang telah disediakan.
3. Jika ada zat-zat kimia yang tumpah, harus cepat dibersihkan dengan air, karena zatzat
tersebut dapat merusak meja praktikum jika tidak segera dibersihkan. Jika terjadi
kecelakaan cepat diberitahukan kepada asisten yang bertugas.
4. Selama praktikum, semua praktikan tidak diperbolehkan merokok dalam ruangan
laboratorium dan tidak diperkenankan memakai sandal.
5. Berbicaralah seperlunya selama praktikum dan tidak diperkenankan mengganggu
ketenangan pekerjaan orang lain.

Jember, Januari 2023

Tim Penyusun

9
BAB I
KLT-DENSITOMETRI
A. Tujuan
Setelah melaksanakan praktikum KLT-Densitometri mahasiswa mampu :
1. Melaksanakan pemisahan campuran senyawa dengan metode KLT
2. Memanfaatkan nilai Rf dan pola spektrum noda sebagai parameter uji
kualitatif
3. Menggunakan KLT-densitometer untuk memayar (scanning) noda hasil
pemisahan KLT
4. Menghitung kadar analit dari hasil pemayaran densitometer tersebut diatas
B. Prinsip dasar
Kromatografi lapis tipis (KLT) termasuk dalam kelompok kromatografi
planar. Dalam praktikum ini silika gel, fase diam, dilekatkan pada lempeng
kaca/alumunium. Sampel ditotolkan atau digariskan pada salah satu ujung
lempeng sejarak 1,5-2,5 cm diatas tepi bawah, kemudian tepi ini direndamkan
dalam suatu pelarut pengembang setinggi 0,5 – 1 cm dalam suatu bejana
kromatografi. Pelarut pengembang bergerak ke atas sepanjang lapisan fase diam
dan memisahkan komponen-komponen dalam sampel menjadi zona/noda pada
lempeng, karena masing-masing komponen mempunyai kecepatan migrasi yang
tidak sama. Noda ini dapat dilihat dengan bantuan sinar ultra violet. Jarak
tempuh suatu komponen dibagi dengan jarak tempuhlarutan pengembang
dinamakan Rf (retardation factor). Nilai Rf ini dapat dipakai sebagai salah satu
parameter analisis kualitatif. Kerapatan molekul analit dalam noda dapat diukur
dengan alat densitometer.
Densitometer adalah metode analisis instrumental yang berdasarkan
interaksi radiasi elektromagnetik dengan analit berupa bercak pada KLT.
Interaksi radiasi elektromagnetik dengan noda KLT yang ditentukan adalah
absorosi, transmisi, pantulan (refleksi) pendar fluor atau pemadaman pendar
fluor dari radiasi semula. Penentuan kualitatif analit KLT-Densitometri dilakukan
dengan cara membandingkan nilai rf analit dengan standar. Noda analit yang
memiliki Rf sama dengan standar diidentifikasi kemurnian analit dengan cara
membandingkan spektrum densitometri analit dan standar. Penentuan
kuantitatif analit dilakukan dengan cara membandingkan luas area noda analit

10
dengan luas area noda standar pada fase diam yang diketahui konsentrasinya
atau menghitung densitas noda analit dan membandingkannya dengan densitas
noda standar. Densitometri lebih dititikberatkan untuk analisis kuantitatif analit-
analit dengan kadar yang sangat kecil yang perlu dilakukan pemisahan terlebih
dahulu dengan KLT.
Teknik penggunaannya didasarkan pada pengaturan sinar yang
diteruskan, diserap dan dipantulkan atau yang dipendarkan. Sinar yang
dipantulkan mengalami hambatan oleh pendukung lempeng dan keseragaman
fase diamnya. Sinar yang dipantulkan dengan arah yang sudah pasti menuju
bercak, maka arah pantulannya sehingga dapat dipantau jumlah sinar yang
diserap. Sinar yang sangat sensitif, maka untuk setiap senyawa dapat dicari
dengan serapan maksimalnya.
C. Penetapan kadar
1. Penetapan Kadar Krim Hidrokortison Asetat
Alat :
 Lempeng KLT Silica Gel F254
 Labu ukur
 Pipet volume
 Ultrasonic cleaner
Bahan :
 Sampel krim Hidrokortison Asetat
 Alkohol 96%
Prosedur kerja :
1. Preparasi standar
Dibuat standar hidrokortison asetat dalam alkohol 96% dengan
konsentrasi 150 ppm, 200 ppm, 240 ppm, 300 ppm, dan 400 ppm.
2. Preparasi eluen
a. Potong kertas saring sesuai ukuran chamber
b. Masukkan kertas saring ke dalam chamber
c. Buat eluen
CHCl3 : Etilasetat = 2:1,5
a. Pipet etilasetat 7,5 mL dengan menggunakan pipet ukur 10 mL,
masukkan erlenmeyer tertutup

11
b. Pipet CHCl3 10 mL menggunakan pipet volume, masukkan (a)
c. Masukkan eluen ke dalam chamber, tutup chamber
3. Preparasi sampel
a. Ditimbang secara seksama sejumlah tertentu sampel sehingga
mengandung hidrokortison asetat 2,5 mg (replikasi 3x), masukkan
labu ukur 10 mL
b. Larutkan (a) dengan alkohol 96% dengan bantuan ultrasonic cleaner,
kemudian tambahkan alkohol 96% sampai tanda batas, kocok sampai
homogen.
4. Eluasi larutan standar dan larutan sampel
a. Siapkan lempeng KLT (usahakan jangan mengotori lempeng KLT,
pastikan tangan bersih dan kering)
b. Totolkan 4 µL larutan standar hidrokortison asetat pada lempeng KLT
dengan menggunakan mikropipet
c. Totolkan 4 µL larutan sampel pada lempeng KLT dengan
menggunakan mikropipet
d. Pastikan chamber jenuh (kertas saring terbasahi eluen), masukkan
lempeng KLT ke dalam chamber menggunakan pinset
e. Tunggu eluasi lempeng sampai garis batas, ambil lempeng
f. Keringkan lempeng KLT dengan Drier/Alat pengering didalam lemari
asam
g. Scanning lempeng dengan densitometer pada panjang gelombang 255
nm
h. Scan purity dan identity serta hitung kadar hidrokortison asetat dalam
sampel

12
BAB II
KCKT (Kromatografi Cair Kinerja Tinggi)
HPLC (High Performance Liquid Chromatography)
A. Tujuan
Setelah praktikum ini, mahasiswa diharapkan mampu :
a. Menjelaskan komponen instrumen HPLC beserta masing-masing fungsinya
b. Menjelaskan cara kerja operasional analisis dengan HPLC
c. Menjelaskan kondisi HPLC dan pengaruhnya terhadap kromatogram
d. Melakukan analisis kualitatif dan kuantitatif dengan HPLC
B. Prinsip Dasar
Kromatografi merupakan suatu proses pemisahan yang mana analit-
analit dalam sampel terdistribusi antara 2 fase, yaitu fase diam dan fase gerak.
Fase diam dapat berupa bahan padat atau porus dalam bentuk molekul kecil,
atau dalam bentuk cairan yang dilapiskan pada pendukung padat atau dilapiskan
pada dinding kolom. Fase gerak dapat berupa gas atau cairan. Jika gas digunakan
sebagai fase gerak, maka prosesnya dikenal sebagai kromatografi gas. Dalam
kromatografi cair dan kromatografi lapis tipis, fase gerak yang digunakan selalu
cair (Rohman, 2009).
Kromatografi Cair Kinerja Tinggi memisahkan komponen campuran
senyawa kimia terlarut dengan sistem adsorpsi pada fase diam padat atau sistem
partisi di antara fase diam cair yang terikat pada penyangga padat, dan fase
gerak cair. Kromatografi Cair Kinerja Tinggi dapat memisahkan makromolekul,
ion, bahan alam yang tidak stabil, polimer dan berbagai gugus polifungsi dengan
berat molekul tinggi. Berbeda dengan kromatografi gas, pemisahan pada KCKT
adalah hasil antaraksi spesifik antara molekul senyawa dengan fase diam dan
fase gerak (Satiadarma, dkk., 2004).
Pemisahan analit dalam kolom kromatografi berdasarkan pada aliran fase
gerak yang membawa campuran analit melalui fase diam dan perbedaan
interaksi analit dengan permukaan fase diam sehingga terjadi perbedaan waktu
perpindahan setiap komponen dalam campuran (Meyer, 2013).
Kolom pada HPLC merupakan bagian yang sangat penting, sebab
pemisahan komponen-komponen sampel akan terjadi didalam kolom. Dilihat
dari jenis fase diam dan fase geraknya, maka kolom HPLC dibedakan atas kolom

13
fase normal (fase diam bersifat polar misal silica gel, dan fase geraknya bersifat
non polar) dan kolom fase terbalik (reversed Phase column) yakni kolom yang
fase diamnya bersifat non polar, sedangkan fase geraknya bersifat polar normal.
Sistem pompa HPLC sudah diprogram untuk dapat melakukan elusi
dengan satu macam pelarut atau lebih. Terdapat dua sistem pompa pada HPLC,
yaitu sistem elusi isokratik dan sistem elusi gradien. Pada sistem elusi isokratik
dilakukan dengan satu macam pelarut atau lebih dari satu macam pelarut
pengembang dengan perbandingan yang tetap, misalnya metanol : air = 50 : 50
% v/v. Pada sistem elusi gradien dilakukan dengan pelarut pengembang campur
yang perbandingannya berubah dalam waktu tertentu.
C. Penetapan kadar
1. Penetapan Kadar Alkaloid total dalam sampel ekstrak bahan alam :
 Standar kafein
 Sampel Ekstrak biji kopi
 Metanol pa
 Membran filter nilon 0,45 µm
 Aquabidestilata steril
 Asam asetat glasial pa
Alat :
 Labu ukur
 Pipet volum
 Gelas ukur
 Microsyringe 20 µL
 HPLC solven filtration + pompa vakum
 Instrumen HPLC
Prosedur kerja :
1. Pembuatan eluen untuk HPLC
a. Isi sistem dengan eluen =
 metanol
 air
b. Saring (a) dengan penyaring solven HPLC menggunakan membran
filter nilon 0,45 µm

14
c. Atur sistem HPLC dengan metode metanol : air = 30 : 70
2. Pembuatan pelarut untuk sampel dan standar
Buat pelarut = metanol : air = 30 : 70
3. Pembuatan larutan baku kerja (Kafein)
Sebanyak kurang lebih 10 mg baku kafein ditimbang secara seksama dan
dilarutkan dengan pelarut dalam labu takar 100 mL, sehingga didapatkan
larutan stok kafein konsentrasi 100 µg/mL. (Denis Yulius, 2018).
4. Pembuatan Seri Baku Kafein
Larutan intermediet kafein konsentrasi 10 ppm, 25 ppm, 50 ppm, 75
ppm, 100 ppm masukkan ke dalam labu takar diberi tanda. Ke dalam
masing-masing larutan, ditambahkan sejumlah pelarut methanol :
aquabidest perbandingan 70 : 30 kemudian saring dengan filter holder.
5. Preparasi sampel
a. Ditimbang 50 mg ekstrak biji kopi dimasukkan ke dalam beaker glass,
lalu ditambahkan dengan 100 mL aquades dan 5 gram CaCO 3.
Kemudian menyaring larutan menggunakan kertas saring. Filtrat
ditampung dalam beaker glass 250 mL. Kemudian filtrat diekstraksi
dengan menambahkan 30 mL CHCl3 didalam corong pisah lalu digojog
hingga membentuk 2 lapisan. Fase CHCl3 dikumpulkan. Kemudian
filtrat ditambah 20 mL CHCl 3 lalu digojog, fase CHCl3 dikumpulkan.
Kemudian hasil filtrat CHCl3 digabungkan dan diuapkan (dalam cawan
penguap) diatas waterbath sampai fraksi kloroform hilang (Irawati
dkk, 2018)
b. Sampel dilarutkan ke dalam pelarut yang sesuai yaitu methanol :
aquabidest = 70:30
c. Sebelum dianalisis, sampel disaring dengan membran nilon filter 0,2
mikron
6. Analisis dengan HPLC
a. Suntikkan masing-masing larutan baku kerja pada HPLC dengan
kolom RPC-18 panjang klom 15 cm dengan panjang gelombang 272
nm
b. Suntikkan larutan sampel
c. Amati spektra standar dan sampel

15
d. Amati kromatogram standar dan sampel

2. Penetapan kadar paracetamol dan kafein dalam sampel tablet


Bahan :
 Standar paracetamol dan kafein
 Sampel tablet yang mengandung paracetamol dan kafein
 Metanol pa
 Metanol pro HPLC
 Aquabidestilata steril
Alat :
 Labu ukur
 Pipet volum
 Microsyringe 20 µl
 HPLC solven filtration + pompa vakum
 Membran filter nilon 0,45 µm
 Instrumen HPLC merk agilent
Prosedur kerja :
1. Pembuatan eluen untuk HPLC
d. Isi sistem dengan eluen = metanol dan air
e. Saring (a) dengan penyaring solven HPLC menggunakan membran
filter nilon 0,45 µm
f. Atur sistem HPLC dengan metode metanol : air = 30 : 70 % v/v
2. Pembuatan pelarut untuk sampel dan standar
Buat pelarut = metanol : air = 30 : 70, Panjang gelombang 275nm
3. Pembuatan larutan baku induk campuran ( paracetamol = 1000 ppm,
kafein = 100 ppm)
a. Ditimbang 10 mg kafein dilarutkan dalam pelarut sampai 20 mL,
kemudian diambil 4 ml dilarutkan dalam pelarut pada labu ukur 20
mL (100 ppm)
b. Ditimbang paracetamol 25 mg, masukkan ke dalam labu ukur 25 mL
(1000 ppm)
4. Pembuatan larutan baku kerja campuran

16
a. Dipipet masing-masing 1,0; 2,0; 3,0; 4,0; 5,0 mL larutan baku induk
campuran, masukkan ke dalam labu takar 10 mL
b. Tambahkan ke dalam masing-masing labu takar pelarut sampai tanda
c. Masing-masing larutan baku disaring dengan membran filter 0,2
mikron.
5. Preparasi sampel
a. Ditimbang 10 sampel tablet secara seksama, ditentukan rata-rata dan
RSD-nya
b. Selanjutnya tablet digerus dan ditimbang secara seksama sejumlah
tertentu sehingga mengandung paracetamol 50 mg dan kafein 5 mg
(replikasi 3x)
c. Tambahkan pelarut ± 10 mL masukkan dalam labu ukur 25 mL dan
ultrasonikasi selama 10 menit
d. Setelah dingin tambahkan pelarut sampai tanda
e. Ambil 1,0 mL larutan sampel dan masukkan ke dalam labu ukur 10
mL, tambahkan pelarut sampai tanda
f. Sebelum dianalisis, sampel disaring dengan membran filter 0,2
mikron.
6. Analisis dengan HPLC
a. Suntikkan masing-masing larutan baku kerja
b. Suntikkan larutan sampel
c. Amati spektra standar sampel
d. Amati kromatogram standar dan sampel

17
DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 1995, Farmakope Indonesia, Ed IV, Dir. Jen. Pengawas Obat dan Makanan
Departemen Kesehatan RI
Anonim, 2004, Clarke’s Anlysis of Drug and Poisons, Third Edition, Pharmaceutical
Press,London-Chicago
Anonim, 2002, The United States Pharmacopeia, 25th edition, United States
Pharmacopeia Convention Inc, Washington, D.C.
Higucii, T., and Hansen, E.B., 1961, Pharmaceutical Analysis, Interscience, New York.,
Jenkin, G.I. Knevel,.A.M. and Di Gangi, F.E. 1967, Quantitative Pharmaceutical Chemistry.
Sixth Edition, Mc. Gramaw Hill, new York,.
Mulya M., Suharman, 1995, Analisis Instrumental, Airlangga University Press, Surabaya
Meyer, Veronika R. Practical high-performance liquid chromatography. John Wiley &
Sons, 2013.
Rohman, A. (2009). Kromatografi untuk Analisis Obat. Edisi Pertama. Yogyakarta: Graha
Ilmu.
Satiadarma, Muhammad, dkk. 2004. Asas Pengembangan Prosedur Analisis. Airlangga
University Press : Surabaya.
Sherma, Joseph, Fried Bernard, 2003, Handbook of Thin-Layer Chromatography,
Chromatograpic Science Series, Vol 89, 3th Ed Marcell Dekker, Inc, NY

18
FORMAT JURNAL
LAPORAN PRAKTIKUM ANALISIS SEDIAAN OBAT
1. TUJUAN PRAKTIKUM
2. DASAR TEORI
3. ALAT DAN BAHAN
4. CARA KERJA
FORMAT LAPORAN
LAPORAN PRAKTIKUM ANALISIS SEDIAAN OBAT
1. TUJUAN PRAKTIKUM
2. DASAR TEORI
3. ALAT DAN BAHAN
4. CARA KERJA
5. HASIL PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN
6. PEMBAHASAN
7. KESIMPULAN
8. DAFTAR PUSTAKA

19
HASIL PENGAMATAN KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS
A. Hidrokortison Asetat
a. Catat Identitas sampel
Nama sampel Bentuk Komposisi No. Batch ED.
sediaan

Kesetaraan bahan
aktif : ..............................................................................................................................
b. Penimbangan larutan standar induk :
Larutan standar 1 = .-........................mg
Larutan standar 2 = .........................mg
c. Perhitungan konsentrasi standar induk (ppm)
Larutan standar induk 1 = ....1000.........................ppm
Larutan standar induk 2 = .............................ppm
d. Pengenceran konsentrasi larutan standar induk
Standar 1
......1,5....ml/.......ml dari Standar induk......=>...........150.............ppm
Ditotolkan 5......µL=> ....................ng
Standar 2
..........ml/.......ml dari Standar induk......=>........................ppm
Ditotolkan ......µL=> ....................ng
Standar 3
..........ml/.......ml dari Standar induk......=>........................ppm
Ditotolkan ......µL=> ....................ng
Standar 4
..........ml/.......ml dari Standar induk......=>........................ppm
Ditotolkan ......µL=> ....................ng
Standar 5
..........ml/.......ml dari Standar induk......=>........................ppm
Ditotolkan ......µL=> ....................ng
e. Penimbangan sampel :50mg

20
Replikasi 1 = .................................mg
Replikasi 2 = .................................mg
Replikasi 3 = .................................mg
f. Perhitungan konsentrasi sampel teoritis
Sampel .........................................
Replikasi 1 = ......250...........................ppm
Ditotolkan ...5...µL=> ....................ng
Replikasi 2 = .................................ppm
Ditotolkan ......µL=> ....................ng
Replikasi 3 = .................................ppm
Ditotolkan ......µL=> ....................ng
g. Kondisi Analisis
a. Pelarut : ......etanol...............
b. Fase diam : ......silika sekunder...............
c. Eluen/fase gerak : ..kloroform 2:1...................
d. Ukuran lempeng : 10cm.....................
e. Metode pengembangan : .....................
f. Visualisasi hasil : .........densitometer............
g. λpengamatan : .....25................
h. Perhitungan faktor retardasi standar dan sampel
Standar 1 =.................................
Standar 2 =.................................
Standar 3 =.................................
Standar 4 =.................................
Standar 5 =.................................
Sampel replikasi 1 =.................................
Sampel replikasi 2 =.................................
Sampel replikasi 3 =.................................
i. Perhitungan resolusi puncak .........................terhadap puncak.....................
j. Kadar sampel setelah di scanning dengan Densitometer
Kadar sampel = konsentrasi hasil percobaankonsentrasi hasil
perhitungan teoritisx 100%
Kadar Sampel .........................................

21
Replikasi 1 =
Replikasi 2 =
Replikasi 3 =
Kadar sampel ..............................rata-rata =
k. Kesimpulan
Kadar sampel (...........nama sampel ) = .......................

22
HASIL PENGAMATAN HPLC
A. Paracetamol dan Kafein
a. Catat Identitas sampel
Nama sampel Bentuk Komposisi No. Batch ED.
sediaan

Kesetaraan bahan
aktif : ..............................................................................................................................
b. Pembuatan larutan standar induk campuran (Paracetamol = 1000 ppm,
kafein = 100 ppm)
Penimbangan paracetamol = .......................mg
Dilarutkan................mL pelarut = ..................................ppm
Penimbangan Kafein = .......................mg
Dilarutkan pelarut ad ............mL = ...............................ppm
Dilarutkan pelarut ad ............mL = ...............................ppm
c. Pengenceran Konsentrasi Larutan Standar Induk
Standar 1
Paracetamol :.......mL/........mL => ...........................................................................ppm
Kafein :.......mL/........mL => ...........................................................................ppm
Standar 2
Paracetamol :.......mL/........mL => ...........................................................................ppm
Kafein :.......mL/........mL => ...........................................................................ppm
Standar 3
Paracetamol :.......mL/........mL => ...........................................................................ppm
Kafein :.......mL/........mL => ...........................................................................ppm
Standar 4
Paracetamol :.......mL/........mL => ...........................................................................ppm
Kafein :.......mL/........mL => ...........................................................................ppm
Standar 5
Paracetamol :.......mL/........mL => ...........................................................................ppm
Kafein :.......mL/........mL => ...........................................................................ppm

23
d. Penimbangan sampel dan perhitungan konsentrasi sampel teoritis
Sediaan Sampel ............................
Penimbangan berat tablet sebanyak 10 tablet

Rata-rata =

Penimbangan sampel
Replikasi 1 = ...................... mg dilarutkan metanol ad ........mL
Konsentrasi sampel teoritis
Paracetamol : .........mg/.........mL X ...........ppm => ........................................ppm
Diencerkan .........mL/...........mL X ...........ppm => .............................................ppm
Kafein : .........mg/.........mL X ...........ppm => ........................................ppm
Diencerkan .........mL/...........mL X ...........ppm => .............................................ppm
Replikasi 2 = ...................... mg dilarutkan metanol ad ........mL
Konsentrasi sampel teoritis
Paracetamol : .........mg/.........mL X ...........ppm => ........................................ppm
Diencerkan .........mL/...........mL X ...........ppm => .............................................ppm
Kafein : .........mg/.........mL X ...........ppm => ........................................ppm
Diencerkan .........mL/...........mL X ...........ppm => .............................................ppm
Replikasi 3 = ...................... mg dilarutkan metanol ad ........mL
Konsentrasi sampel teoritis
Paracetamol : .........mg/.........mL X ...........ppm => ........................................ppm
Diencerkan .........mL/...........mL X ...........ppm => .............................................ppm
Kafein : .........mg/.........mL X ...........ppm => ........................................ppm
Diencerkan .........mL/...........mL X ...........ppm => .............................................ppm
Saring sampel => tampung dalam vial bersih dan kering
e. Kondisi analisis
a. Fase diam (kolom) : ...................
b. Eluen/fase gerak : ...................
c. Detektor : ...................
d. Panjang gelombang : ...................
24
e. Kecepatan eluen : ...................

f. Rekoveri kadar sampel setelah di Analisis dengan HPLC


Kadar sampel = konsentrasi hasil percobaankonsentrasi hasil
perhitungan teoritisx 100%
Rekoveri kadar sampel ...............(nama sampel)..............
Replikasi 1
Paracetamol = ...............................
Kafein = ...............................
Replikasi 2
Paracetamol = ...............................
Kafein = ...............................
Replikasi 3
Paracetamol = ...............................
Kafein = ...............................
Rekoveri kadar sampel rata-rata
Paracetamol = ...............................
Kafein = ...............................
g. Kesimpulan
Rekoveri kadar sampel ........(nama sampel).........
Paracetamol = ...............................
Kafein = ...............................

25
KAFEIN PADA SAMPEL BIJI KOPI
Pembuatan larutan standar induk campuran (kafein = 100 ppm)
Penimbangan Kafein = .......................mg
Dilarutkan pelarut ad ............mL = ...............................ppm
a. Pengenceran Konsentrasi Larutan Standar Induk
Standar 1
Kafein :.......mL/........mL => ...........................................................................ppm
Standar 2
Kafein :.......mL/........mL => ...........................................................................ppm
Standar 3
Kafein :.......mL/........mL => ...........................................................................ppm
Standar 4
Kafein :.......mL/........mL => ...........................................................................ppm
Standar 5
Kafein :.......mL/........mL => ...........................................................................ppm
b. Penimbangan sampel dan perhitungan konsentrasi sampel teoritis
Sediaan Sampel ............................
Penimbangan sampel
Replikasi 1 = ...................... mg dilarutkan metanol ad ........mL
Konsentrasi sampel teoritis
Kafein : .........mg/.........mL X ...........ppm => ........................................ppm
Diencerkan .........mL/...........mL X ...........ppm => .............................................ppm
Replikasi 2 = ...................... mg dilarutkan metanol ad ........mL
Konsentrasi sampel teoritis
Kafein : .........mg/.........mL X ...........ppm => ........................................ppm
Diencerkan .........mL/...........mL X ...........ppm => .............................................ppm
Replikasi 3 = ...................... mg dilarutkan metanol ad ........mL
Konsentrasi sampel teoritis
Kafein : .........mg/.........mL X ...........ppm => ........................................ppm
Diencerkan .........mL/...........mL X ...........ppm => .............................................ppm
Saring sampel => tampung dalam vial bersih dan kering
c. Kondisi analisis
f. Fase diam (kolom) : ...................

26
g. Eluen/fase gerak : ...................
h. Detektor : ...................
i. Panjang gelombang : ...................
j. Kecepatan eluen : ...................

d. Rekoveri kadar sampel setelah di Analisis dengan HPLC

Perhitungan Penetapan Kadar alkaloid total


Kadar alkaloid total=konsentrasi μgmL x volume sampelberat
sampel x fp
 Replikasi 1
Kadar alkaloid total=………… μgmL x ………… mL……………….. mg x 10
= …………… μg/mg  ……………. mg/g
ppm = ……………. mg………… mLx 1000 ppm
= ………………… ppm
 Replikasi 2
Kadar alkaloid total=………………. μgmL x ……….. mL……………. mg x
10
= ……………………. μg/mg  ……………….. mg/g
ppm = ………………… mg…………….. mLx 1000 ppm
= ………………….. ppm
 Replikasi 3
Kadar alkaloid total=…………………. μgmL x ………………. mL………………
mg x 10
= ……………….. μg/mg  ……………………. mg/g
ppm = ………………. mg……………….. mLx 1000 ppm
= ………………….ppm
Rata-rata kadar alakloid total=………….. + …………… + ………..3
= …………. ppm
 Rata-rata kadar alkaloid + SD  …………+ …………..
= …………….. ppm
 Rata-rata kadar alkaloid – SD  ……….. - …………
= ……………… ppm

27
28

Anda mungkin juga menyukai