LAPORAN PRAKTIKUM
ILMU TANAH AKUAKULTUR
Oleh :
ARZI NUR BINTANG
Menyetujui, Mengetahui,
Dosen Penanggung Jawab Mata Kuliah Koordinator Praktikum
ii
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
Jalan Veteran, Malang, 65145, Indonesia
Telp. +62-341-553512 Fax. +62-341-557837
E-mail : faperik@ub.ac.id http://www.fpik.ub.ac.id
iii
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
Jalan Veteran, Malang, 65145, Indonesia
Telp. +62-341-553512 Fax. +62-341-557837
E-mail : faperik@ub.ac.id http://www.fpik.ub.ac.id
11 Penentuan porositas
Tanah
12 Penentuan tekstur
Tanah
13 Penentuan konsistensi
Tanah
14 Penentuan kapasitas
tanah menahan air
15 Penentuan reaksi
tanah (pH tanah)
16 Pengesahan laporan
praktikum
CATATAN ASISTEN:
iv
iv
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
Jalan Veteran, Malang, 65145, Indonesia
Telp. +62-341-553512 Fax. +62-341-557837
E-mail : faperik@ub.ac.id http://www.fpik.ub.ac.id
v
RINGKASAN
Tanah atau soil adalah komponen yang meliputi lapisan tipis atau
material bebas dengan kandungan unsur pokok mineral yang terletak di
dalamnya. Tanah merupakan bahan utama dalam pembuatan dasar kolam dan
tanggul untuk menampung air bagi budidaya ikan. Proses pembentukan tanah ini
meliputi penambahan (addition), kehilangan (losses) perubahan bentuk
(transformation), pemindahan lokasi (translocation). Peran tanah sangat penting
salah satunya sebagai sumber nutrisi air dalam budidaya perikanan.
Pengambilan sampel dilakukan pada tanah tidak terganggu, tanah agregat tidak
terganggu, dan tanah terganggu. Proses penentuan tekstur tanah melibatkan tiga
metode, yaitu metode feeling, metode pipet, dan metode hydrometer. Konsistensi
tanah dapat dibagi menjadi tiga tingkat, yaitu konsistensi kering, konsistensi
lembab, dan konsistensi basah. Proses penentuan kapasitas tanah dalam
menahan air dilakukan untuk menentukan kemampuan maksimal tanah dalam
mempertahankan kandungan airnya. Pengambilan contoh tanah dilakukan oleh
kelompok 1 dan kelompok 8 sebagai kelompok pembanding dengan sampel
tanah tidak terganggu menggunakan ring sample, tanah agregat tidak terganggu
diambil satu bongkahan tanah, dan tanah terganggu diambil sebanyak 1
kilogram. Penentuan biologi tanah yang dilakukan oleh kelompok 1 didapatkan
hasil 88 individu/cm 3. Penentuan berat volume tanah oleh kelompok 1 didapatkan
hasil 0,98 gr/cm3. Penentuan berat jenis oleh kelompok 1 didapatkan hasil 2,01
gr/cm3. Penentuan porositas tanah oleh kelompok 1 didapatkan hasil 54%.
Tekstur tanah yang didapatkan oleh kelompok 1 adalah liat berpasir. Penentuan
konsistensi tanah dilakukan oleh kelompok 1 didapatkan hasil konsistensi tanah
kering sangat keras, konsistensi tanah lembab teguh, dan konsistensi tanah
basah lekat dengan plasitisitas agak plastis. Penentuan kapasitas tanah
menahan air dilakukan oleh kelompok 1 didapatkan hasil 60 ml. Penentuan pH
tanah dilakukan oleh kelompok 1 didapatkan hasil 4 yang berarti pH tanah
tersebut luar biasa asam, nilai pH tanah merupakan factor penting yang dapat
mempengaruhi produktivitas tanah dan air disekitarnya.
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan
Ilmu Tanah Akuakultur dengan tepat waktu sebagai syarat untuk memenuhi
menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan laporan ini. Kami
mengharapkan kritik serta saran dari berbagai pihak demi perbaikan laporan ini
kedepannya.
Penyusun
vii
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN .......................................................................................ii
KARTU KENDALI PRAKTIKUM ...........................................................................iii
TATA TERTIB PRAKTIKUM...................................................................................v
RINGKASAN ..........................................................................................................vi
KATA PENGANTAR .............................................................................................vii
DAFTAR ISI ..........................................................................................................viii
1. PENDAHULUAN .................................................................................................1
1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2 Maksud dan Tujuan .................................................................................. 2
1.3 Manfaat ..................................................................................................... 2
1.4 Waktu dan Tempat ................................................................................... 2
2. TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................................3
2.1 Pengertian Tanah ..................................................................................... 3
2.2 Proses Pembentukan Tanah ................................................................... 3
2.3 Jenis-jenis Tanah ..................................................................................... 4
2.4 Peran Tanah dalam Budidaya Perairan................................................... 5
3. METODOLOGI ....................................................................................................6
3.1 Pengambilan Contoh Tanah .................................................................... 6
3.2 Penentuan Biologi Tanah ......................................................................... 7
3.3 Penentuan Berat Volume Tanah.............................................................. 8
3.4 Penentuan Berat Jenis Tanah ................................................................. 9
3.5 Penentuan Porositas Tanah .................................................................. 10
3.6 Penentuan Tekstur Tanah...................................................................... 11
3.7 Penentuan Konsistensi Tanah ............................................................... 12
3.8 Penentuan Kapasitas Tanah Menahan Air ............................................ 13
3.9 Penentuan pH Tanah ............................................................................. 14
4. HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................................16
4.1 Pengambilan Contoh Tanah .................................................................. 16
4.2 Penentuan Biologi Tanah ....................................................................... 18
4.3 Penentuan Berat Volume Tanah............................................................ 20
4.4 Penentuan Berat Jenis Tanah ............................................................... 22
4.5 Penentuan Porositas Tanah .................................................................. 23
4.6 Penentuan Tekstur Tanah...................................................................... 26
4.7 Penentuan Konsistensi Tanah ............................................................... 28
4.8 Penentuan Kapasitas Tanah Menahan Air ............................................ 30
4.9 Penentuan pH Tanah ............................................................................. 32
5. PENUTUP ..........................................................................................................35
5.1 Kesimpulan ............................................................................................. 35
5.2 Saran ...................................................................................................... 36
viii
DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................................38
LAMPIRAN ............................................................................................................40
ix
1. PENDAHULUAN
terdiri atas beberapa bahan seperti organisme hidup, bahan organik, mineral, air
dan udara. Tanah terbuat dari partikel organik tumbuh-tumbuhan dan hewan
yang membusuk. Partikel mineral yang membentuk tanah seperti pasir, tanah
liat, batu atau kerikil dulunya merupakan bagian dari batuan yang lebih besar.
khususnya bagi pembudidaya yang ingin membangun kolam budidaya ikan semi
intensif bergantung pada komposisi tanah yang tepat untuk membentuk kolam
tanah yang stabil serta kedap air sebab komposisi tanah yang tepat sangat
mempengaruhi kekuatan tanah dalam menjaga air didalam kolam. Kolam tanah
dirasa cara paling efisien untuk menahan air dalam kegiatan budidaya ikan.
dijelaskan oleh Dokuchaev dan Darwin dan dikembangkan lebih lanjut oleh
nenek moyang ilmu tanah, termasuk Hilgard dan Jenny. Faktor-faktor pembentuk
tanah adalah materi induk, waktu, iklim, topografi dan relief, dan organisme.
tanah. Materi induk yang berupa batuan akan berubah menjadi tanah dengan
seiring berjalannya waktu akibat faktor kimia dan fisika, pelapukan serta
yang singkat sudah cukup terlihat, seperti melapukkan batuan baik dari segi fisik
1
dari segi kimia berupa peningkatan asam organik yang dapat mempercepat
dan kumpulan mineral di dalam tanah. Topografi berupa tinggi rendahnya suatu
konsistensi tanah, pH tanah, berat volume, berat jenis, dan kapasitas tanah
menahan air. Tujuan dari praktikum Ilmu Tanah Akuakultur yaitu agar praktikan
1.3 Manfaat
perbedaan mendasar dari contoh tanah terganggu dan tidak terganggu, serta
12, 13, 14, dan 15 September 2023 di Laboratorium Budidaya Ikan Divisi Parasit
dan Penyakit Ikan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Brawijaya.
2
2. TINJAUAN PUSTAKA
pembuatan dasar kolam dan tanggul sebagai menampung air bagi budidaya
spesies yang dibudidayakan. Tanah kolam tidak hanya bertindak sebagai filter
biologis tetapi juga sebagai penyimpan dan penyedia nutrisi bagi organisme
tingkat dasar dalam rantai makanan autotrofik dan heterofik yang berada di
kolam. Karakteristik fisik dan kimia tanah mengontrol stabilitas dasar tambak dan
perubahan massa padat (buatan) menjadi material yang halus dan perubahan
material yang halus menjadi tanah seiring dengan berjalannya waktu atau
merupakan lapisan tanah yang kurang lebih sejajar dengan permukaan bumi dan
3
penambahan air (hujan, irigasi), nitrogen dari bakteri pengikat N, energi dari sinar
matahari, dan sebagainya. Losses dihasilkan dari kemikalia yang larut dalam air,
Transformation dapat terjadi karena banyak reaksi kimia dan biologi pada proses
dekomposisi bahan organik, pembentukan material tidak larut dari material yang
larut. Translocation dapat terjadi karena adanya gerakan air maupun organisme
di dalam tanah misalnya clay bergerak ke lapisan yang lebih dalam atau gerakan
dari pembuatan kolam hingga penghasil pakan alami untuk ikan yang
menjadi dua zona yaitu, zona intertidal dan supratidal. Zona intertidal terdiri dari
wilayah rawa dan mangrove dengan jenis tanah yang memiliki kadar asam sulfat
yang tinggi serta kandungan pirit dan gambut yang juga tinggi, karena adanya
pengendapan sisa bahan bahan organik dan tanah zona ini masuk dalam tipe
tanah organosol. Zona supratidal merupakan zona dengan tanah yang tidak
memiliki kadar asam sulfat, serta terletak pada daerah beririgasi dan dataran
kering, dimana tanah ini kemungkinan masuk kedalam tanah litosol. Kedua zona
diatas memiliki dampak bagi kegiatan budidaya, dimana zona intertidal memiliki
permasalahan, dimana tanah yang memiliki kadar asam sulfat yang tinggi sulit
dan pengeringan dasar tanah yang lama dan dapat merusak hutan mangrove,
4
tanahnya lebih mudah karena tidak memiliki kadar asam sulfat serta dapat
kolam, salah satunya sebagai sumber nutrisi air dalam budidaya perikanan.
Peran tanah lainnya adalah sebagai sumber dari filter biologis. Filter biologis ini
berperan dalam menyerap sisa-sisa kotoran ikan, bahan organik, dan sisa
pakan. Konsentrasi penting bagi kesuburan tanah dasar kolam air tawar adaIah
konsentrasi nitrogen, kandungan bahan organik, rasio zat C atau N dan zat
terlarut fosfor. Fosfor pada perairan tawar ini berasal dari presipitasi atmosfer
5
3. METODOLOGI
dan bahan. Alat yang digunakan untuk pengambilan contoh tanah berbeda-beda
tergantung dari sampel tanah yang akan diambil. Tanah yang diambil terdiri atas
tanah terganggu, tanah agregat terganggu, dan tanah tidak terganggu. Alat yang
digunakan terdiri dari cangkul atau sekop, plastik, dan kertas label. Sampel tanah
tidak terganggu membutuhkan ring sample dan cutter untuk proses pengambilan
diratakan dari semua yang ada di permukaan tanah. Langkah berikutnya gali
Tanah kemudian diratakan dengan pisau setelah keadaan tanah mulai lembab.
Ring sample pertama diletakkan tegak lurus permukaan tanah dengan bagian
mata cincin ditekan masuk di bagian bawah tanah. Ring sample kedua di atas
yang berada di sekeliling ring sample diangkat dengan cangkul secara perlahan,
dan sekop semen sebagai penahan tanah. Ring cincin kedua dipisahkan dengan
ring cincin pertama dan iris kelebihan tanah bagian atas terlebih dahulu dengan
hati-hati. Tutup ring sample menggunakan tutup plastik yang sudah dipersiapkan.
Kelebihan tanah pada cincin bawah diiris dan dipotong dengan cara yang sama
dan tutup permukaannya. Label direkatkan di atas tutup ring sample yang berisi
6
informasi kedalaman, tanggal, dan lokasi pengambilan contoh tanah. Contoh
tanah dalam ring sample disusun dalam kotak dengan jumlah maksimal 4 sampel
cincin. Pada bagian dasar kotak dan di atas contoh tanah diberi pelindung dari
gabus atau bahan lain yang dapat mengurangi getaran selama perjalanan.
perbandingan antara jumlah biota yang ditemukan dengan luas zona yang
dalam tanah. Cangkul digunakan untuk menggali tanah agar biota didalam tanah
dapat keluar dan terlihat. Kamera digunakan untuk dokumentasi seluruh kegiatan
cangkul hingga terlihat biota yang terdapat didalam tanah. Langkah berikutnya
biota yang ditemukan dari dalam tanah diletakkan pada nampan. Langkah
yang ditemukan dan luas zona yang diamati menggunakan kalkulator. Langkah
7
3.3 Penentuan Berat Volume Tanah
beberapa metode, yaitu metode lilin, metode ring sample, dan metode air raksa.
Proses penentuan berat volume tanah pada praktikum Ilmu Tanah Akuakultur
menggunakan metode ring sample. Metode ini digunakan karena lebih mudah
dari pada metode-metode lainnya, dimana untuk mengetahui berat dan volume
tanah tersebut berdasarkan tinggi dan diameter dari ring sample. Proses
penentuan berat volume tanah dilakukan menggunakan beberapa alat. Alat yang
digunakan yaitu ring sample, penggaris, jangka sorong, timbangan digital, oven,
mengambil sampel tanah menggunakan ring sample. Sampel tanah yang diambil
merupakan jenis tanah basah yang diambil dari lapang. Langkah berikutnya
sampel tanah dimasukkan kedalam oven dengan suhu 105° – 110° C selama
minimal 4 jam atau hingga sampel tanah kering mutlak. Langkah berikutnya
sampel tanah dimasukkan kedalam desikator untuk menjaga sampel tanah tetap
keluarkan tanah dari ring sample dan ditimbang menggunakan timbangan digital.
Keterangan:
8
a = Berat ring sample kosong
π = 3,14
jenis partikel berdasarkan pengukuran massa dan volume partikel tanah. Proses
Metode piknometer yaitu volume partikel dihitung dari massa dan berat jenis zat
cair yang dipisahkan oleh partikel tanah. Metode perendaman atau submersion
yaitu volume zat cair yang dipisahkan partikel tanah. Proses penentuan berat
jenis tanah dilakukan menggunakan beberapa alat dan bahan, yaitu ayakan lolos
diameter 0,5 mm, nampan, sendok besi, palu, kabel roll, heater, gelas ukur 50 ml
atau 100 ml, akuades, contoh tanah tidak terganggu, spatula, timbangan digital,
persiapan sampel tanah tidak terganggu. Tanah tidak terganggu diambil setelah
menit diamati volume suspense air dan tanah pada gelas ukur. Langkah terakhir
9
Keterangan:
dan bahan. Alat yang digunakan yaitu koran bekas, ayakan lolos diameter 0,5
mm, akuades, sendok besi, palu, nampan, dan kamera. Bahan yang digunakan
yaitu sampel tanah tidak terganggu. Porositas bisa dikatakan sebagai pori-pori
tanah yang bisa terisi oleh air maupun udara. Nilai porositas tanah dapat
Porositas tanah ini erat hubungannya dengan permeabilitas tanah. Skema kerja
penentuan porositas tanah terdiri atas tiga tahapan. Tahap pertama adalah
menghitung berat volume tanah tidak terganggu (bulk density). Tahap kedua
yaitu menentukan berat jenis tanah tidak terganggu (particle density). Tahap
Keterangan:
10
3.6 Penentuan Tekstur Tanah
yaitu metode feeling, metode pipet, dan metode hydrometer. Metode feeling yaitu
metode yang dilakukan berdasarkan kepekaan dari indra perasa seperti kulit jari
jempol dan telunjuk. Metode pipet yaitu metode yang bisa dianggap sebagai
bahan, yaitu sampel tanah terganggu kering angin, ayakan lolos diameter 0,5
mm, nampan, sendok besi, palu, washing bottle, akuades, penggaris, dan
sampel tanah dihaluskan menggunakan palu dengan alas koran bekas kemudian
halus ditambahkan air sedikit demi sedikit sambil diremas-remas hingga sifat ke-
bola, apabila tidak dapat terbentuk bola maka tanah tersebut tersusun oleh pasir.
Langkah berikutnya tanah yang sudah terbentuk seperti bola kemudian dibentuk
memanjang seperti pita, apabila tidak dapat memanjang seperti pita maka tanah
berpasir), halus licin (lempung berdebu), halus licin mutlak (debu), sama rasa
(lempung). Tanah yang memiliki ukuran 2,5-5,5 cm tanah memiliki tekstur kasar
11
(lempung liat berpasir), halus licin (lempung liat berdebu), halus licin mutlak (
debu), sama rasa (lempung berliat). Tanah yang memiliki ukuran lebih dari 5 cm
tanah memiliki tekstur kasar (liat berpasir), halus licin (liat berdebu), halus licin
konsistensi lembab, konsistensi basah. Konsistensi kering yaitu dimana kadar air
kurang dari titik laju permanen. Konsistensi lembab yaitu dimana kandungan air
tanah berada antara kering (titik laju) dan kapasitas lapang. Konsistensi basah
dibagi menjadi kelekatan (sticknes) yaitu menunjukkan derajat gaya adhesi tanah
dan plastisitas (plasticity) yang menunjukkan derajat gaya kohesi tanah. Proses
yaitu sampel tanah agregat tidak terganggu, sampel tanah terganggu, koran
bekas, ayakan lolos diameter 0,5 mm, nampan, washing bottle, akuades, sendok
sampel tanah terganggu yang sudah dihaluskan dan sampel tanah agregat tidak
yang berbeda-beda seperti lepas-lepas, lunak, agak keras, keras, sangat keras,
sangat gembur, gembur, teguh, sangat teguh, dan sangat teguh sekali. Langkah
12
terakhir yaitu untuk menentukan konsistensi basah sampel tanah terganggu
ibu jari dan telunjuk, setelah dipijat menggunakan ibu jari dan telunjuk
tidak melekat, agak melekat, lekat, dan sangat lekat, pada plastisitas
hubungan air dengan tanah. Pengaruh pertama yaitu Gerakan air masuk
beberapa alat dan bahan, yaitu beaker glass, sampel tanah terganggu, koran
bekas, sendok besi, palu, gelas ukur 100 ml, timbangan digital, akuades,
adalah sampel tanah terganggu dikering anginkan diatas koran bekas dan tidak
boleh terkena sinar matahari langsung. Langkah berikutnya sampel tanah kering
berdiameter 0,5 mm. Langkah berikutnya sampel tanah terganggu yang sudah
250 ml. Langkah berikutnya menambahkan sedikit demi sedikit akuades kedalam
13
beaker glass hingga air menggenang diatas permukaan tanah. Langkah terakhir
diukur volume air yang dituang hingga air menggenang diatas permukaan tanah
dengan warna standar yang telah diketahui nilai pH nya. Metode elektrometer
yaitu sampel tanah terganggu, koran bekas, sendok besi, palu, ayakan lolos
diameter 0,5 mm, beaker glass 250 ml, gelas ukur 100 ml, timbangan digital,
kertas lakmus/pH paper, akuades, washing bottle, kotak standar pH, spatula, dan
terganggu dikering anginkan diatas koran bekas dan tidak boleh terkena sinar
mm. Langkah berikutnya sampel tanah yang sudah dikering anginkan dan
dikibaskan dan ditunggu kurang lebih satu menit. Langkah terakhir kertas lakmus
14
dicocokkan dengan warna pH pada kotak standar kemudian dicatat dan
didokumentasikan hasilnya.
15
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
pengambilan sampel tanah terganggu, tanah agregat tidak terganggu, dan tanah
harus diratakan dan dibersihkan dari rumput atau serasah. Selanjutnya, tanah
digali hingga kedalaman tertentu, biasanya sekitar 5-10 cm di sekitar lokasi yang
menggunakan pisau. Jika tanah dalam keadaan kering, disarankan untuk disiram
terlebih dahulu dengan air secukupnya hingga sedikit lembab. Setelah itu, ring
sample pertama diletakkan di atas permukaan tanah secara tegak lurus, dengan
mata ring sample (bagian yang tajam) menghadap ke bawah dan ditekan hingga
sekitar ¾ bagian dari ring sample tersebut masuk ke dalam tanah. Selanjutnya,
ring sample kedua ditempatkan di atas ring sample pertama dan ditekan hingga
sekeliling ring sample digali dengan sekop atau cangkul hingga melebihi ujung
ring sample, sehingga tanah di bawah ring sample ikut terangkat. Tanah
bawah ujung ring sample pertama dan diangkat dengan hati-hati menggunakan
sekop atau cetok semen sebagai penahan. Ring sample kedua kemudian
dipisahkan dari ring sample pertama. Selanjutnya, kelebihan tanah bagian atas
diiris dengan hati-hati agar permukaan tanah pada ring sample tersebut sama
dengan permukaan ring sample itu sendiri, dan ring sample ditutup dengan tutup
16
plastik yang tersedia. Langkah berikutnya adalah mengiris dan memotong
kelebihan tanah bagian bawah dengan cara yang sama dan menutup ring
sample tersebut. Pada tahap akhir, label dengan informasi mengenai kedalaman,
tanggal, dan lokasi pengambilan contoh tanah ditempatkan di atas tutup ring
dalam perjalanan. Selain itu, pada bagian dasar kotak dan di atas contoh tanah,
diberikan pelindung berupa gabus atau bahan lain yang dapat mengurangi
berbentuk ring atau silinder yang dimasukkan ke dalam tanah hingga mencapai
kedalaman yang telah ditetapkan. Metode ini terpilih sebagai metode utama
tingkat akurasi yang tinggi, efisiensi dalam hal kecepatan eksekusi, dan biaya
dimensi ring yang digunakan, yang secara signifikan memengaruhi volume tanah
yang dapat diambil dengan tanpa gangguan. Pemilihan tanah yang akan diambil
tetap kokoh dan tidak mengalami kerusakan yang signifikan saat proses
dari tiga metode yang berbeda, yaitu pengambilan sampel tanah terganggu,
tanah agregat tidak terganggu, dan tanah tidak terganggu. Pada pengambilan
17
sampel tanah tidak terganggu, langkah-langkah melibatkan persiapan
ring sample, dan prosedur pemotongan serta penutupan sampel dengan label
perangkat berbentuk ring atau silinder yang dimasukkan ke dalam tanah sesuai
tergantung pada dimensi ring yang digunakan, yang memiliki dampak signifikan
terhadap volume tanah yang bisa diambil tanpa gangguan. Pemilihan tanah yang
tepat.
Penentuan Biologi Tanah, data yang dihimpun dari kelompok 1 mencakup jumlah
individu sebanyak 8 dan luas zona pengamatan seluas 30x30 cm2. Melalui
perhitungan biologi tanah, hasil yang diperoleh adalah jumlah biota sebanyak
dengan hanya 1 individu yang teramati dan luas zona pengamatan yang sama,
yaitu 30x30 cm2. Dalam langkah berikutnya, data ini dimasukkan ke dalam rumus
perhitungan biologi tanah, menghasilkan angka sekitar 0,001 individu per cm2.
Penting untuk dicatat bahwa data yang dihasilkan dari kedua kelompok
18
menunjukkan perbedaan yang signifikan. Kelompok 1 menghadirkan jumlah biota
ini merupakan ekspresi dampak yang ditimbulkan biota tanah sebuah ekosistem.
Namun kesehatan tanah sering kali dikaitkan dengan hal ini dengan praktik
pengelolaan yang diterapkan pada tanah. Dalam hal ini, makrofauna tanah
Makrofauna tanah seperti cacing tanah dan rayap terbukti bergantung padanya
dekomposisi yang membuat tanah menjadi subur. posisi bahan organik dan
struktur tanah dan fungsi terkait dalam pengaturan aerasi, penetrasi akar, air,
dan nutrisi ketersediaan dan kemudahan penyerapan unsur hara oleh tanaman
luas zona pengamatan yang sama, yaitu 30x30 cm2. Kelompok 1 memiliki jumlah
individu biota sebanyak 8, dengan hasil perhitungan biologi tanah mencapai 0,88
memiliki 1 individu yang teramati dan hasil perhitungan biologi tanah sekitar
memiliki populasi biota yang jauh lebih tinggi dalam zona pengamatan yang
19
sama. Selain itu, fauna tanah, seperti cacing tanah, memiliki peran penting dalam
struktur tanah melalui promosi agregasi tanah. Praktik pengelolaan tanah sangat
memengaruhi kesehatan tanah dan peran fauna tanah dapat menjadi panduan
Berat Volume yang dapat dihitung dengan mengurangkan berat tanah kering dari
berat ring sample, kemudian hasilnya dapat dibagi dengan volume ring sample.
Hasil Berat Volume dari kelompok 1 adalah sekitar 0,98 gr/cm 3, yang
tekstur kasar. Hasil Berat Volume dari kelompok pembanding, yaitu kelompok 8,
adalah sekitar 1,03 gr/cm 3, yang juga menunjukkan penggunaan jenis tanah
mineral dengan tekstur kasar. Volume tanah terdiri dari volume yang berisi bahan
padat dan volume ruang di antaranya. Penentuan Berat Volume ini memiliki
peran penting dalam menentukan nilai dan batasan tanah dalam memengaruhi
menentukan kadar batasan tanah yang ideal dalam konteks budidaya perairan.
mengenai tekstur tanah dasar kolam. Tekstur tanah memiliki peran penting
organik dan mineral dalam tanah dasar kolam memiliki peran yang krusial dalam
mineral sekunder terkait positif dengan peningkatan kadar lempung dalam tanah,
20
sementara peningkatan bahan organik dan kandungan lempung berhubungan
secara negatif dengan nilai BV pada tanah dasar kolam. Proses pembentukan
tanah dasar kolam dipengaruhi oleh volume tanah, termasuk jumlah dan jenis
partikel dalam fraksi tanah. Pengelolaan yang tepat pada tanah dasar kolam
sangat penting untuk menghindari akumulasi sedimen lunak di bagian yang lebih
masalah yang serius dalam budidaya jangka panjang, hingga 15-20 tahun ke
depan. Untuk mengatasi akumulasi sedimen di dasar kolam, salah satu solusi
yang dapat diambil adalah pemberian kapur. Bahan organik juga dapat
mengendap di dasar kolam dan membentuk lapisan flokulan yang mirip dengan
sedimen organik di permukaan tanah daratan. Kondisi ini dapat memiliki dampak
negatif pada pH dan kapasitas tukar kation. Untuk mengatasi permasalahan ini,
efektif. Selain itu, pemberian pupuk dapat meningkatkan kapasitas tukar kation
keseluruhan.
tanah kering dari berat ring sample, kemudian hasilnya dapat dibagi dengan
mineral dengan tekstur kasar, meskipun terdapat sedikit perbedaan dalam nilai
Berat Volume antara keduanya. Dalam penelitian yang dilakukan terkait faktor-
faktor yang memengaruhi nilai BV (Bahan Organik dan Volume) pada tanah
dasar kolam, ditemukan bahwa tekstur tanah memegang peran penting dalam
21
menentukan kesesuaian tanah sebagai dasar kolam. Kandungan bahan organik
dan mineral dalam tanah dasar kolam juga memiliki pengaruh signifikan terhadap
negatif dengan nilai BV. Pengelolaan yang baik pada tanah dasar kolam,
dan pemberian pupuk dapat menjadi solusi untuk mengatasi permasalahan ini,
keseluruhan.
berat jenis tanah pada dua kelompok, yaitu kelompok 1 dan kelompok 8 sebagai
menunjukkan nilai sekitar 2,1 gr/cm3, yang masuk ke dalam kategori jenis tanah
mineral liat. Kelompok pembanding (kelompok 8) juga memiliki nilai berat jenis
tanah sekitar 2,5 gr/cm 3, yang termasuk dalam jenis mineral liat. Nilai berat jenis
yang tinggi ini memiliki dampak pada tingginya kerapatan pori-pori tanah, yang
membantu menentukan kemampuan tanah dalam menahan air. Selain itu, berat
jenis tanah berdasarkan Mehmood, et al. (2023), juga dipengaruhi oleh faktor-
faktor tertentu, salah satunya adalah kandungan bahan organik dalam tanah.
Nilai berat jenis tanah dipengaruhi oleh beberapa faktor lainnya, seperti struktur
22
tanah yang kurang mantap, kandungan bahan organik yang rendah, berat jenis
partikel, dan porositas tanah. Struktur tanah yang kurang mantap dapat
tanah. Selain itu, struktur yang kurang mantap juga dapat meningkatkan
kepadatan tanah dan massa tanah. Pengurangan ruang pori tanah, seiring
pada kelompok 1 dan kelompok 8 menghasilkan nilai berat jenis sekitar 2,1
gr/cm3 dan 2,5 gr/cm3, masing-masing masuk dalam kategori jenis tanah mineral
liat. Hal ini mengindikasikan bahwa kedua kelompok menggunakan jenis tanah
dengan tekstur yang sama, yaitu mineral liat. Relevansi penentuan berat jenis
tanah dalam budidaya tanaman, baik dalam sistem tradisional maupun semi-
modern, adalah untuk menilai kemampuan tanah dalam menahan air. Nilai berat
organik, struktur tanah, berat jenis partikel, dan porositas tanah. Struktur tanah
yang kurang mantap dapat mengakibatkan dispersi tanah dan penyumbatan pori-
pori, sementara berat jenis tanah yang tinggi dapat meningkatkan kepadatan dan
massa tanah. Hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa perubahan nilai berat
jenis tanah dapat memiliki dampak signifikan terhadap kapasitas tanah dalam
mengatur air, dan pemahaman ini penting dalam pengelolaan budidaya tanaman.
porositas tanah pada dua kelompok, yaitu kelompok 1 dan kelompok 4 sebagai
23
pembanding (kelompok 4) memiliki nilai porositas tanah sebesar 58,8%. Nilai
porositas tanah memiliki hubungan yang berlawanan dengan berat jenis (BJ) dan
berat volume (BV) suatu tanah. Dengan kata lain, semakin rendah nilai BV dan
BJ dari suatu tanah, maka nilai porositas tanah akan semakin tinggi, sedangkan
semakin tinggi nilai BV dan BJ di suatu tanah, maka nilai porositas tanah akan
semakin rendah. Selain faktor BJ dan BV, aktivitas biota tanah juga memainkan
yang berukuran kecil, serta biota tanah seperti protozoa, nematoda, dan cacing
tanah dapat memengaruhi nilai porositas tanah melalui interaksi dan perubahan
seperti klekap yang merupakan salah satu sumber makanan bagi ikan dan
udang. Tambak dengan tanah bertekstur kasar, seperti pasir berlempung dan
tambak tersebut tidak mampu menahan air dengan baik. Sebaliknya, tanah
tambak umumnya memiliki tekstur halus dengan fraksi liat minimal 20% – 30%
untuk efektif menahan peresapan air. Dalam konteks budidaya tambak yang
dikelola secara tradisional, jenis tanah yang dianggap cocok antara lain adalah
liat, lempung berliat, lempung liat berdebu, lempung berdebu, dan lempung liat
berpasir. Tanah berpasir cenderung memiliki banyak pori makro yang tidak
efektif dalam menahan air. Namun, dengan penambahan bahan organik, pori
Hal ini meningkatkan kemampuan tanah dalam menahan air. Pengayaan tanah
tingkat yang sesuai, yang pada gilirannya memengaruhi kondisi dan produktivitas
24
tambak ikan. Kondisi tanah lempung berpasir yang memiliki tekstur kasar dan
kandungan bahan organik yang relatif rendah dapat diperbaiki melalui pemberian
pupuk organik, yang akan memperbaiki struktur tanah dan mengurangi tingkat
pada tanah berpori, di mana tingkat penurunan kadar air sering kali lebih besar
daripada jumlah air yang dapat diserap melalui hujan atau sumber air lainnya.
dapat dicampurkan dengan lapisan tanah yang ada dapat mengurangi porositas
tanah. Hal ini membantu dalam menjaga air di dalam kolam atau meningkatkan
kapasitas tanah untuk menahan air. Beberapa bahan tambahan yang dapat
seperti nano-silika (nS), silika halus, zeolit, dan nano clay. Bahan-bahan nano ini
Tanah dan lahan yang sebelumnya tidak cocok untuk budidaya ikan karena
tingkat porositas yang tinggi, masalah rembesan air, biaya operasional yang
tinggi, dan dampak lingkungan dapat diubah menjadi tanah dengan tingkat
nilai porositas tanah sebesar 58,8%. Hubungan antara berat jenis (BJ), berat
volume (BV), dan porositas tanah mengikuti prinsip bahwa semakin rendah BV
25
dan BJ dari suatu tanah, maka nilai porositas tanah akan semakin tinggi. Di
dalam konteks tambak, tanah sering kali memiliki tekstur yang halus dengan
fraksi liat minimal sekitar 20% – 30% agar dapat menahan peresapan air.
penting untuk mencegah masalah pada tanah yang berpori, di mana sering kali
terjadi penurunan kadar air yang lebih besar daripada jumlah air yang dapat
tekstur tanah yang juga termasuk dalam kategori liat berdebu. Perbedaan dalam
tekstur tanah ini memiliki dampak signifikan terhadap kemampuan tanah dalam
menyerap air. Tanah yang diperoleh oleh kelompok 1 dapat dianggap sebagai
tanah yang lebih lunak, dengan berat volume (BV) sekitar 0,98 gr/cm 3, berat jenis
(BJ) sekitar 2,1 gr/cm 3, dan memiliki tingkat porositas sebesar 54%. Karakteristik
kemampuan retensi air yang sangat baik. tanah ini sangat cocok atau memenuhi
kriteria tanah untuk keperluan budidaya. Tanah yang digunakan oleh kelompok 8
memiliki karakteristik yang lebih mirip dengan tanah liat berdebu, dengan sifat
yang licin dan halus. Hubungan antara aktivitas biota tanah dengan nilai berat
26
volume (BV), berat jenis (BJ), dan porositas dapat diawali dengan bahan organik
yang terkandung dalam tanah. Kehadiran bahan organik dalam tanah dapat
membuat tekstur tanah menjadi lebih gembur, yang seringkali menjadi indikator
tingginya aktivitas biota di dalam tanah. Kondisi tanah yang semakin gembur
tanah.
mencakup berbagai tipe tanah seperti berpasir, liat, liat tanah, dan variasi
lainnya. Penentuan tipe tekstur tanah ini dapat bervariasi tergantung pada
pertanian yang diterapkan, dan manajemen tanah yang dilakukan oleh manusia
Kehadiran bahan organik dalam tanah juga memiliki dampak signifikan terhadap
penilaian status kesuburan tanah di suatu daerah. Menurut Tantu et al. (2019),
tanah kolam yang memiliki rentang pH antara 6,5 hingga 8,5 dapat dikategorikan
sebagai tanah dalam kondisi baik. Kandungan nutrisi dalam tanah, stabilitas
tanah, dan ketersediaan oksigen dalam tanah sangat dipengaruhi oleh tingkat
bahan organik yang ada dalam tanah tersebut. Dalam konteks pembuatan kolam
dapat memiliki kesulitan dalam menahan air. Pemilihan tanah dengan tekstur
yang sesuai sangat relevan. Tanah yang cocok untuk pembuatan kolam
budidaya umumnya termasuk tanah dengan tipe tekstur seperti tanah liat, tanah
liat berpasir, tanah liat berpasir lempung, dan tanah liat berdebu, dengan
27
Tekstur tanah yang diamati oleh kelompok 1 adalah liat berdebu,
yang juga berupa liat berdebu. Dalam konteks budidaya, tekstur tanah berperan
penting dalam menentukan kemampuan tanah dalam menyerap air. Tanah yang
dimiliki oleh kelompok 1 memiliki karakteristik sebagai tanah lunak dengan berat
volume (BV) sekitar 0,98 gr/cm 3, berat jenis (BJ) sebesar 2,1 gr/cm 3, serta tingkat
porositas mencapai 54%. Hal ini mengindikasikan bahwa tekstur tanah yang
pertumbuhan alga, dan memiliki kemampuan retensi air yang sangat baik,
sehingga cocok untuk kegiatan budidaya. Selain itu, tekstur tanah yang semakin
stabilitas tanah, serta ketersediaan oksigen dalam tanah. Bahan organik tanah
tanah adalah hal yang sangat relevan dan berdampak besar pada keberhasilan
budidaya.
kondisi kering adalah sangat keras, pada kondisi lembab adalah teguh, dan pada
kondisi basah adalah lekat dengan tingkat plasitisitas agak plastis. Hal ini
lekat, dan agak plastis. Pada Kelompok 8, yang berperan sebagai kelompok
28
kering adalah agak keras, pada kondisi lembab adalah gembur, dan pada kondisi
basah adalah agak plastis. Hasil penentuan ini menunjukkan bahwa konsistensi
tanah Kelompok 8 adalah agak keras, gembur, dan agak plastis. Kedua
kelompok ini memiliki tekstur tanah yang sama, yaitu liat berdebu.
Kadar air memainkan peran utama dalam menentukan kondisi fisik tanah,
Karakteristik tanah bervariasi dari bentuk cair hingga sangat padat. Sifat fisik
tanah, khususnya pada batas Atterberg, bergantung pada jumlah air yang
juga turut memengaruhi sifat-sifat khas suatu jenis tanah. Tanah yang terdapat di
dasar kolam, seperti yang dikemukakan oleh Hasibuan, et al. (2023), memiliki
peran yang sangat penting dalam konteks budidaya akuakultur. Tanah di dasar
kolam berfungsi sebagai penyedia nutrisi, penyangga air, dan filter biologis yang
mampu menyerap sisa-sisa organik seperti pakan, ekskresi ikan, dan produk
alga. Ketersediaan nutrisi di dalam tanah serta fungsi tanah sebagai filter yang
memiliki konsistensi tanah yang sangat keras dalam kondisi kering, teguh dalam
kondisi lembab, dan lekat dengan tingkat plasitisitas agak plastis dalam kondisi
keras, teguh, lekat, dan agak plastis. Kelompok 8 sebagai kelompok pembanding
kondisi lembab, dan agak plastis dalam kondisi basah. Kedua kelompok ini
memiliki tekstur tanah yang sama, yaitu liat berdebu. Selain itu, studi mengenai
29
konsistensi dan plastisitas tanah. Kadar air memainkan peran kunci dalam
menentukan karakteristik fisik tanah, terutama pada jenis tanah lempung dan
tanah kohesif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tanah di dasar kolam
memiliki peran vital dalam konteks budidaya akuakultur. Tanah ini berfungsi
sebagai penyedia nutrisi, penyangga air, dan filter biologis yang mampu
menyerap sisa-sisa organik seperti pakan, ekskresi ikan, dan produk alga.
Ketersediaan nutrisi di dalam tanah serta fungsi tanah sebagai filter yang
dengan tekstur tanah yang tergolong sebagai liat berdebu. Kelompok 8 mencatat
nilai kapasitas tanah menahan air sebesar 105 ml dengan tekstur tanah yang
juga tergolong sebagai liat berdebu. Penting untuk mencatat bahwa tekstur tanah
lempung adalah pilihan yang baik untuk kegiatan budidaya, karena mampu
mengikat berbagai mineral dengan kuat dan tidak mudah tererosi oleh air hujan.
jenis tanah yang optimal untuk kegiatan budidaya, sekaligus berfungsi sebagai
melalui penggabungan biochar dengan tanah yang memiliki kandungan liat atau
30
untuk menahan air. Selain itu, peningkatan kapasitas retensi air juga dapat
diperoleh dengan mencampurkan 15% tanah liat dan 1,5% biochar. Namun,
perlu diperhatikan bahwa semakin tinggi konsentrasi tanah liat dan biochar yang
kapasitas retensi air, tetapi juga mempengaruhi sifat fisika-kimia tanah dan
kandungan liat dengan biochar juga dapat diterapkan dalam usaha reklamasi
materi organik (OM), nitrogen (N), dan fosfor (P) dalam tanah tersebut.
tekstur yang serupa. Peningkatan kapasitas air pada tanah berpasir dapat
tanah liat dan 1,5% biochar juga menghasilkan peningkatan yang signifikan.
Selain dari peningkatan kapasitas retensi air, metode ini juga mempengaruhi sifat
fisika-kimia tanah dan produktivitas tanaman. Campuran tanah yang kaya akan
kandungan liat dengan biochar juga berpotensi digunakan dalam reklamasi tanah
nitrogen (N), dan fosfor (P) dalam tanah tersebut. Kedua penelitian ini
31
4.9 Penentuan pH Tanah
dalam kategori asam yang sangat tinggi dengan rentang kurang dari 4,5. Nilai-
nilai pH tanah memiliki variasi yang signifikan, dan terdapat beberapa faktor yang
mempengaruhi variasi ini, termasuk bahan induk, iklim, bahan organik, dan
intervensi manusia.
potensi keasaman sulfat pada suatu wilayah. Pada tanah dengan keasaman
sulfat tinggi, pH berkisar antara 5,0 – 7,0 dalam keadaan basah. Namun, nilai pH
natrium di tempat pertukaran kation tanah, sementara ion aluminium asam dapat
ditukar dalam jumlah rendah atau bahkan tidak ada. Rentang pH optimal pada
kolam ikan adalah antara 7,5 hingga 8,0 karena flora bakteri tanah mencapai
kolam budidaya sangat dipengaruhi oleh kadar pH, sehingga pH yang optimal
menjadi krusial bagi aktivitas mereka. Proses pengisian kembali tambak dengan
air berpotensi menurunkan nilai pH air, yang berpotensi berbahaya bagi ikan dan
udang. Kenaikan pH ini biasanya terjadi akibat penggunaan kapur di kolam dan
Nilai pH di tanah tambak kering memiliki karakteristik asam dan bergantung pada
32
kandungan aluminium serta pelarutan mineral basa seperti kalsium karbonat.
Pada kondisi tambak terisi air, terjadi dekomposisi besi karbonat dalam kondisi
dari rantai makanan ikan. Kebutuhan tinggi akan oksigen di lapisan permukaan
organik akibat rendahnya nilai pH. Produktivitas kolam memiliki korelasi yang
diinginkan untuk produksi ikan berada dalam rentang 7 atau sedikit di atasnya
(bersifat netral atau sedikit basa). pH yang terlalu rendah atau sangat asam
faktor-faktor seperti bahan induk, iklim, bahan organik, dan intervensi manusia.
keasaman atau kebasaan suatu wilayah. Studi yang dilakukan menyoroti bahwa
dengan tingkat keasaman sulfat tinggi memiliki pH yang berkisar antara 5,0 – 7,0
dalam keadaan basah, namun dapat turun hingga 2 – 3 saat kondisi tanah
33
di kolam juga berpengaruh terhadap produktivitas dan kesehatan lingkungan
34
5. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
individu/cm3
berat volume 1,03 gr/cm 3, faktor yang mempengaruhi berat volume tanah
jenis 2,5 gr/cm 3, berat jenis tanah ini dipengaruhi oleh beberapa faktor
menahan air, jika porositas tinggi maka kolam tambak rawan untuk bocor
35
berpasir, dimana tekstur tanah yang baik untuk kolam budidaya adalah
tanah liat berpasir karena dapat menahan tekanan air dengan baik
kapasitas tanah menahan air sebab bahan organik mampu menyerap air
dalam tanah
5.2 Saran
berlangsung diharapkan praktikan datang tepat waktu agar tidak mengulur waktu
menjadi lebih lama. Informasi mengenai alat dan bahan praktikum diharapkan
lebih jelas agar tidak mengalami kesulitan saat mencari alat bahan tersebut.
mengenai tanah akuakultur sangat terbatas dan relatif sulit dicari. Praktikan
36
agar lebih mudah memahami penjelasan. Praktikan diharapkan bisa memahami
37
DAFTAR PUSTAKA
Ahmed, M. (2015). The use of fuzzy logic and geostatistical techniques for
spatialization of soil texture in part of Kano Close Settled Zone Kano
State, Nigeria. International Journal of Agriculture, Forestry and
Fisheries, 3(3), 115-122.
Dror, I., Yaron, B., & Berkowitz, B. (2021). The human impact on all soil-forming
factors during the anthropocene. ACS Environmental Au, 2(1), 11-19.
https://doi.org/10.1021/acsenvironau.1c00010
Gul, N., Mussaa, B., Masood, Z., Rehman, H., Ullah, A., & Majeed, A. (2015).
Study of some physiochemical properties of soil in fish pond at circuit
house; District Sibi of Province Balochistan, Pakistan. Global
Veterinaria, 14(3), 362-65.
Hasibuan, S., & S Pi, M. T. (2021). Buku Ajar Produktivitas Kualitas Tanah Dasar.
Pekanbaru: UR Press Pekanbaru. 93 hlm.
Hasibuan, S., & Syafriadiman, S. (2013). Karakteristik fisika dan kimia profil
tanah dasar kolam di Desa Koto Mesjid Kabupaten Kampar. Jurnal
Perikanan dan Kelautan, 18(1), 83-95.
Hasibuan, S., Syafriadiman, S., Aryani, N., Fadhli, M., & Hasibuan, M. (2023).
The age and quality of pond bottom soil affect water quality and
production of Pangasius hypophthalmus in the tropical
environment. Aquaculture and Fisheries, 8(3), 296-304.
https://doi.org/10.1016/j.aaf.2021.11.006
Hasibuan, S., Syafriadiman, S., Aryani, N., Fadhli, M., & Hasibuan, M. (2023).
The age and quality of pond bottom soil affect water quality and
production of Pangasius hypophthalmus in the tropical
environment. Aquaculture and Fisheries, 8(3), 296-304.
Hasibuan, S., Syafriadiman, S., Martina, A., Syawal, H., & Rinaldi, R. (2019).
Pendugaan laju sedimentasi pada kolam tanah budidaya ikan patin
intensif di Desa Koto Mesjid Kecamatan XIII Koto Kampar. Riau Journal of
Empowerment, 2(2), 71-80. https://doi.org/10.31258/raje.2.2.71-80
Mbau, S. K., Karanja, N., & Ayuke, F. (2015). Short-term influence of compost
application on maize yield, soil macrofauna diversity and abundance in
nutrient deficient soils of Kakamega County, Kenya. Plant and soil, 387,
379-394. https://doi.org/10.1007/s11104-014-2305-4
Mehmood, S., Ahmed, W., Mahmood, M., Rizwan, M. S., Asghar, R. M. A.,
Alatalo, J. M., Imtiaz, M., Akmal, M., Abdelrahman, H., Ma, J., Ali, E. F., Li,
38
W., Lee, S. S., & Shaheen, S. M. (2023). Aquaculture sediments amended
with biochar improved soil health and plant growth in a degraded
soil. Marine Pollution Bulletin, 191, 1-11.
https://doi.org/10.1016/j.marpolbul.2023.114899
Muruganandam, M., Chipps, S. R., & Ojasvi, P. R. (2019). On the advanced
technologies to enhance fisheries production and management. Acta
Scientific Agriculture, 3(8), 216-222.
https://doi.org/10.31080/ASAG.2019.03.0589
Mustafa, A., Suhaimi, R. A., & Hasnawi, H. (2015). Opsi pengelolaan tanah untuk
teknologi tradisional berdasarkan karakteristik tanah tambak di
Kecamatan Tayu Kabupaten Pati Provinsi Jawa Tengah. Jurnal Riset
Akuakultur, 10(1), 127-140. https://doi.org/10.15578/jra.10.1.2015.127-
140
Rana, M. E. U., Hossain, S., Tapader, M. A., Hossain, M. B., & Sarker, B. S.
(2017). Effects of pond age and depth on bottom soil nutrients, pH and
salinity in commercial aquaculture farm. World Journal of Fish and Marine
Sciences, 9(4), 25-30.
Rejeki, S., Aryati, R., W., & Widowati, L., L. (2019). Pengantar Akuakultur.
Semarang: Undip Press Semarang.102 hlm.
Ren, Z., He, J., Zhao, H., Ding, S., Duan, P., & Jiao, L. (2022). Water depth
determines spatial and temporal phosphorus retention by controlling
ecosystem transition and P-binding metal elements. Water
Research, 219, 1-10. https://doi.org/10.1016/j.watres.2022.118550
Rocha, J. L., da Silveira Pereira, A. C., Correia, A. M., Giumbelli, L. D., Brunetto,
G., Loss, A., & Arana, L. A. V. (2022). A new strategy to study pond soil
chemistry in intensive and extensive cultures of Litopenaeus vannamei: A
case study in Brazil. Aquaculture, 54(9), 737-785.
https://doi.org/10.1016/j.aquaculture.2021.737785
Shafi, J., Waheed, K. N., Mirza, Z. S., & Zafarullah, M. (2021). Assesment of soil
quality for aquaculture activities from four divisions of punjab,
Pakistan. JAPS: Journal of Animal & Plant Sciences, 31(2), 556-566.
https://doi.org/10.36899/JAPS.2021.2.0244
Tantu, A. G., Salam, S., Indrawati, E., & Ayu, A. R. P. (2019). Land suitability
analysis of white shrimp (Litopenaeus vannamei) aquaculture in the
coastal area of Barru District South Sulawesi–Indonesia. Fish Scientiae,
9(1), 3-23.
39
LAMPIRAN
40
10 0 2 95 Keras, Liat 0,955 2,5 61,8 %
teguh, agak berdebu
plastis.
41
Lampiran 2. Perhitungan
Kepadatan = Kepadatan =
Kepadatan = Kepadatan =
Kelompok 3 Kelompok 4
Kepadatan = Kepadatan =
Kepadatan = Kepadatan =
Kelompok 5 Kelompok 6
Kepadatan = Kepadatan =
Kepadatan = Kepadatan =
Kelompok 7 Kelompok 8
Kepadatan = Kepadatan =
Kepadatan = Kepadatan =
42
Kelompok 9 Kelompok 10
Kepadatan = Kepadatan =
Kepadatan = Kepadatan =
Kelompok 11 Kelompok 12
Kepadatan = Kepadatan =
Kepadatan = Kepadatan =
Kelompok 13 Kelompok 14
Kepadatan = Kepadatan =
Kepadatan = Kepadatan =
Kelompok 15
Kepadatan =
Kepadatan =
43
B. Penentuan Berat Volume Tanah
Kelompok 1 Kelompok 2
Kelompok 3 Kelompok 4
Kelompok 5 Kelompok 6
Kelompok 7 Kelompok 8
44
Kelompok 9 Kelompok 10
Kelompok 11 Kelompok 12
Kelompok 13 Kelompok 14
Kelompok 15
45
C. Penentuan Berat Jenis Tanah
Kelompok 1 Kelompok 2
Kelompok 3 Kelompok 4
Kelompok 5 Kelompok 6
Kelompok 7 Kelompok 8
46
Kelompok 9 Kelompok 10
Kelompok 11 Kelompok 12
Kelompok 13 Kelompok 14
Kelompok 15
47
D. Penentuan Porositas Tanah
Kelompok 1 Kelompok 2
Kelompok 3 Kelompok 4
Kelompok 5 Kelompok 6
Kelompok 7 Kelompok 8
Kelompok 9 Kelompok 10
48
Kelompok 11 Kelompok 12
Kelompok 13 Kelompok 14
Kelompok 15
49
Lampiran 3. Dokumentasi
permukaan tanah
1 kg kertas label
50
b. Contoh Tanah Tidak Terganggu
51
Menggali tanah Meletakkan ring Meletakkan ring
lalu ditekan
Ring sample
dimasukkan ke dalam
kertas label
52
c. Contoh Tanah Agregat Tidak Terganggu
53
2. Penentuan Biologi Tanah
Transek diletakkan
Transek ukuran 30x30 Cangkul pada titik yang telah
ditentukan
54
3. Penentuan Berat Volume Tanah
Tanah kering dan ring Ring sample ditimbang Tinggi ring sample
sample ditimbang menggunakan diukur menggunakan
menggunakan timbangan digital (a) penggaris
timbangan digital (c)
55
4. Penentuan Berat Jenis Tanah
56
Sampel tanah diambil Tanah dihancurkan Tanah diayak
dari desikator menggunakan palu menggunakan ayakan
0,5 mm
Tanah dan air Baca volume suspense Nilai berat jenis (BJ)
dihomogenkan dengan air dan tanah dihitung dan dicatat
spatula dan tunggu
hingga 10 menit
57
5. Penentuan Tekstur Tanah
58
Proses menghaluskan Proses penyaringan
Sampel tanah tanah menggunakan menggunakan ayakan
palu
59
6. Penentuan Konsistensi Tanah
60
a. Penentuan Konsistensi Kering
61
b. Penentuan Konsistensi Lembab
62
c. Penentuan Konsistensi Basah
63
7. Penentuan Kapasitas Tanah Menahan Air
64
Menghaluskan contoh Proses penyaringan Proses penimbangan
tanah menggunakan sampel tanah sampel tanah
palu sebanyak 250 ml
65
8. Penentuan pH Tanah
66
Menghaluskan contoh Proses penyaringan Proses penimbangan
tanah menggunakan sampel tanah sampel tanah
palu sebanyak 50 ml
67
Daftar Asisten Praktikum MK. Ilmu Tanah Akuakultur 2023/2024
68