BAGIAN SILVIKULTUR
DEPARTEMEN SILVIKULTUR
FAKULTAS KEHUTANAN IPB
2020
FOTO
WARNA
3X4
Nama
…………………………………………………..
NRP
…………………………………………………..
Dosen/Asisten
…………………………………………………
LEMBAR PENILAIAN
1. Praktikan supaya berpakaian rapi dan tidak merokok selama mengikuti praktikum
dibuktikan dengan surat keterangan yang dapat diterima supaya mengganti pada
hari lain
hari keterlambatan
KATA PENGANTAR
bagi Mahasiswa di Fakultas Kehutanan dan Lingkungan Institut Pertanian Bogor secara
Daring.
Isi dari panduan praktikum ini dimulai dari Pendahuluan, Perencanaan Pembangunan
dalam proses pembuatan bibit di persemaian sampai siap tanaman di lapangan dan
memeliharanya.
menggunakannya.
Penyusun
DAFTAR ISI
Hal
KATA PENGANTAR.................................................................................... 5
DAFTAR ISI................................................................................................ 6
PERTEMU MATERI
AN KE
1 7
PENDAHULUAN...........................................................................................
2-3 PERENCANAAN PEMBANGUNAN HUTAN TANAMAN.................. 8
4-5 PENGUNDUHAN DAN EXTRAKSI BUAH DAN PENYIMPANAN. 17
6-7 PEMATAHAN DORMANSI DAN PEMBUATAN BIBIT…………………. 21
8 SELEKSI BIBIT, PENGEPAKAN DAN TRANSPORTASI……………… 25
9 TEKNIK PENANAMAN.............................................................................. 30
10 TEKNIK PEMELIHARAAN TANAMAN MUDA.................................... 33
11 - 12 TEKNIK PENJARANGAN....................................................................... 37
13 INVENTARISASI TEGAKAN TINGGAL ............................................ 40
14 UJIAN PRAKTIKUM................................................................................. 43
MATERI I: PENDAHULUAN
Kehutanan merupakan bidang ilmu yang terdiri dari ilmu pengetahuan, bisnis, seni dan
praktek dari sumberdaya hutan yang dikelola dan diorganoisasikan untuk menghasilkan
keuntungan yang bersinambungan bagi manusia. Silvikultur meliputi metode-metode
untuk membangun dan memelihara komunitas pohon-pohon dan vegetasi lain yang
mempunyai nilai bagi manusia. Nila-nilai tersebut baik secara langsung maupun tidak
langsung berasal dari pohon itu sendiri, tanaman lain, binatang liar, dan mineral yang
ditemukan di areal hutan dan juga hutan merupakan sumber keuntungan yang tak
ternilai dimana manusia dapat melakukan rekreasi dan kegiatan lain. Silvikultur juga
dalam jangka panjang dapat secara terus menerus memelihara fungsi penting ekologi
dan kesehatan serta produktivitas ekosistem hutan.
Sebagai disiplin ilmu yang kompleks, kehutanan dan silvikultur tidak hanya menebang
pohon dan komoditas lain dari hutan tetapi seperti halnya di bidang pertanian,
kehutanan dikembangkan sebagai sebuak praktek seni dimana rimbawan secara terus
menerus memperbaikinya melalui pengalaman, dan penelitian.
Materi Praktikum Silvikultur ini dirancang untuk memahami proses pertumbuhan pohon
dan regenerasinya, sehingga mahasiswa dapat mempunyai ketrampilan dalam hal
meregenerasikan tanaman hutan beserta persyaratan yang diperlukan.
Pada Pertemuan Pertama, Dosen atau Asisten Dosen melakukan penjelasan materi-
materi yang akan dipraktekan selama satu semester dan mengadakan Perkenalan serta
menjelaskan Tata Tertib Praktikum, Tata Cara Pembuatan Laporan serta Pembagian
Kelompok Praktikum.
I. PENDAHULUAN
Kerusakan hutan alam di Indonesia saat ini sudah sangat menghawatirkan dengan
laju kerusakan mencapai 1,8 juta ha per tahun. Akibat dari kerusakan hutan ini
tidak hanya mengganggu ekosistem hutan dan sistem kehidupan secara global, tapi
juga mengganggu pertumbuhan ekonomi dengan berkurangnya pasokan bahan baku
untuk industri.
Dalam rangka perbaikan kualitas lingkungan dan sekaligus pemenuhan bahan baku
industri, maka diperlukan usaha pembangunan hutan tanaman.
Pembangunan hutan tanaman memerlukan modal investasi yang cukup besar dan
jangka waktu kembali modalnya cukup lama, oleh karena itu sebelum membangun
hutan tanaman diperlukan perencanaan yang matang dari segala aspek, baik aspek
admisnistrasi maupun teknis sehingga kegagalannya dapat diminimalkan.
Secara garis besar, tahapan kegiatan yang harus dilalui dalam pelaksanaan
pembangunan hutan tanaman secara teknis adalah : (1) Perencanaan, (2) Persiapan
Bibit, (3) Penanaman (4) Pemeliharaan, (5) Perlindungan Hutan, (6) Peminaan
Masyarakat Sekitar Hutan, (7) Penelitian dan Diklat, (8) Evaluasi dan Monitoring.
Ketersediaan bibit dalam jumlah yang cukup dan tepat waktu juga sangat menunjang
keberhasilan pembangunan hutan tanaman, karena itu perencanaan pembangunan
persemaian juga harus dikuasai dengan baik.
semai, bedeng sapih dan volume media yang diperlukan, luas persemaian yang perlu
dibuat dan juga jumlah tenaga kerja yang diperlukan.
a. Kebutuhan bibit
Jumlah bibit yang perlu dibuat tergantung dari jumlah areal yang akan ditanami dan
jarak tanam yang direncanakan ditambah 20 % untuk keperluan penyulaman. Bila
luas areal yang akan ditanami adalah 10 hektar dan jarak tanam yang direncanakan
adalah 2 x 3 m, maka jumlah bibit yang diperlukan adalah 100.000 m2 : 6 m2 =
16.667 + (20 % x 16.667) = 20.000 bibit.
b. Kebutuhan benih
Bila benih Pinus merklusii, mempunyai % kecambah 95 , % kemurnian 80, % jadi bibit
70 dan jumlah benih/kg sebanyak 50.000, maka untuk membuat 20.000 bibit
diperlukan benih sebanyak:
20.000
= 0.75 Kg
0.95 x 0.8 x 0.7 x 50.000
c. Kebutuhan Bedeng Tabur
Merkusii 1 cm x 2 cm, maka jumlah bedeng tabur yang di perlukan dapat dicari
dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
BT = KB x Jb , di mana
JT
Ukuran bedeng sapih sama dengan bedeng tabur, yaitu 5 m x 1 m. Untuk menghitung
kebutuhan bedeng sapih, perlu diketahui ukuran kantong plastik yang digunakan.
Kantong plastik yang berukuran 10 x 15, mempunyai garis tengah sekitar 6 cm.
Dengan demikian dalam satu bedeng yang berukuran 5 m x 1 m dapat diisi dengan
kantong plastik yang berisi media sebanyak 1389 sehingga untuk menampung
20.000 bibit, maka diperlukan bedeng sapih sebanyak 14.4 = 15 bedeng
Luas bedeng baik bedeng tabur maupun bedeng sapih perlu dihitung, karena akan
menentukan luas lahan secara keseluruhan untuk membangun sebuah persemaian.
Luas bedeng dapat dihitung dengan menggunakan rumus :
Dengan demikian luas total lahan yang diperlukan untuk membuat 20.000 bibit
adalah sebesar 100/60 x 0.0085 Ha = 0.014 Ha = 140 m2
Kantong plastik merupakan wadah yang sampai saat ini banyak digunakan untuk
mengisi media semai. Kebutuhan kantong plastik tergantung dari jumlah bibit yang
akan diproduksi dan juga harus mempertimbangkan kerusakan kantong yang mungkin
terjadi. Ukuran kantong plastik ada bermacam-macam misalnya, 10 x 15, 12 x 20, 15
x 20. Kebutuhan kantong plastik dihitung dengan menggunakan rumus :
Tenaga kerja yang diperlukan tergantung dari prestasi kerja dan volume kegiatan
yang ada. Secara umum untuk menghitung tenaga kerja dapat menggunakan rumus
sebagai berikut :
JT = VK , di mana ;
PK
Komposisi media semai sangat bervariasi, tapi pada dasarnya harus memenuhi syarat
diantaranya; ringan, kompak, cukup nutrisi dan bebas hama penyakit: Komposisi
media dapat berupa top soil, pasir dan kompos dengan perbandingan yang cukup
bervarisai pula.
Untuk menghitung volume media, harus diketahui volume kantong plastik yang
digunakan dan juga jumlah bibit yang akan di produksi.
Volume kantong plastik dapat di ketahui dari ukuran kantong plastik yang digunakan.
Bila menggunakan kantong plastik yang berukuran 10 x 15 cm, berarti keliling
kantong plastik sebesar 10 x 2 cm = 20 cm. Volume kantong plastik dapat dihitung
dengan menggunakan rumus silinder, yaitu x r2 x t. Jari-jari kantong plastik
tersebut sebesar 3.18 cm, sehingga volume satu kantong = ¼ x 3.14 x 3.182 x 15 =
7.9 cm3 = 0.00079 m3.
Bila jumlah bibit yang akan di produksi sebanyak 20.000 bibit, maka dibutuhkan
total media sebanyak 20.000 x 0.00079 m3 = 15,874 m3.
Apabila Media yang digunakan terdiri dari top soil 60 % dan Kompos 40 %, maka
kebutuhan top soil sebanyak 60/100 x 15,874 m3 = 9.5244 m3 dan Kompos
sebanyak 40/100 x 15,874 m3 = 6.35 m3.
Pada akhirnya, bibit yang di buat di Persemaian harus memenuhi standar kualitas,
jumlah dan tepat waktu. Oleh karena itu tata waktu pembuatan persemaian mulai
dari persiapan sampai bibit siap angkut harus diperhitungkan secara matang. Dalam
membuat tata waktu persemaian ini juga harus diperhatikan jenis bibit yang akan
dibuat, karena setiap jenis pohon mempaunyai kecepatan pertumbuhan yang
berbeda sehingga lamanya waktu di persemaian juga berbeda. Kegiatan yang ada
pada dasarnya meliputi tiga hal yaitu, persiapan lapangan, penyemaian dan
pemeliharaan. Tata waktu pembuatan persemaian secara umum dapat dilihat pada
Tabel 1.
Tabel 1. Tata Waktu Pembuatan Persemaian
Pembuatan Jalan
Pemeriksaan/Selokan
Pembuatan Bedeng
Tabur
Pembuatan Papan
Pengenal dan Mutasi
Pengadaan Benihdan
Bahan alat
Pengawasan
II PENYEMAIAN
Penaburan benih
Pembuatan dan
Pengisisan Media
Sapih
Penyapihan bibit
III PEMELIHARAAN
Penyiangan,
penyiraman dan
penyulaman
Pemberantasan hama
penyakit
Pemupukan
Penyiapan Seleksi
Bibit
Pengepakan dan
Pengangkutan
Tujuan Praktikum ini adalah agar mahasiswa dapat memahami persyaratan yang
diperlukan untuk membuat rencana pembangunan hutan tanaman, serta dapat
membuat rencana kebutuhan bibit.
- Alat tulis
- Kalkulator
- Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No P.62 tahun
2019 tentang Pembangunan HTI
B. PROSEDUR KERJA
1. Pelajari Peraturan Menteri KLHK No P.62 tahun 2019. Bahas isi ruang
lingkup dari Permen tersebut yang meliputi (a) Persyaratan Areal dalam
IUPHHK-HTI, (b) Penataan Areal Kerja IUPHHK-HTI, (c) Sistem
Silvikultur, Jenis tanaman, Pola tanam dan Pengelolaan (d) Pengembangan
Riset dan Penyediaan Benih Unggul dan (e) Kelola Sosial dan Lingkungan.
3. Buatlah Jadwal Pembuatan Bibit Eucalyptus tersebut agar siap tanam pada
bulan November .
IV. KESIMPULAN
V. DAFTAR PUSTAKA
I. PENDAHULUAN
Sebagian besar biji tanaman kehutanan terbungkus pada buahnya, karena itu untuk
mengumpulkan biji perlu dilakukan pengunduhan buah.
Biji yang berkualitas baik harus berasal dari pohon yang mempunyai sifat geneti
yang baik dan pada saat pengunduhan buahnya harus sudah masak fisiologis,
sehingga biji yang dihasilkan dapat terjamin mutunya.
Biji-biji tanaman kehutanan sebagian besar terdapat didalam buah, baik buah
daging maupun buah polong seperti pada famili leguminoseae. Biji-biji tersebut
tidak dapat langsung digunakan untuk kegiatan pengadaan benih, tetapi harus di
ekstraksi atau di keluarkan terlebih dahulu dari buahnya.
Teknik ekstraksi biji dari buah ada berbagai macam tergantung apakah buah
tersebut buah berdaging atau berupa polong. Biji terdiri dari bagian-bagian yang
mempunyai fungsi masing-masing, dimulai dari bagian luar berupa kulit, kemudian
embrio atau lembaga dan juga ada bagian radikulus dan bagian bakal pucuk.
Kegiatan pengadaan benih dengan penanaman tidak selalu bersamaan, demikian juga
antara sentra produksi benih dengan lokasi penanaman tidak sama, oleh karena itu
untuk menjaga agar kondisi benih tetap berkualitas sebelum di lakukan penanaman
perlu di lakukan penyimpanan benih.
Tujuan praktikum ini adalah untuk memahami cara-cara pengunduhan benih yang
baik serta . memahami teknik-teknik ekstraksi biji baik dari buah berdaging
maupun buah polong serta penyimpanannya.
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah dua buah video pada link You
Tube yaitu:
B. PROSEDUR KERJA
IV.KESIMPULAN
I. DAFTAR PUSTAKA
I. PENDAHULUAN
Dalam rangka regenerasi hutan diperlukan bibit-bibit yang berkualitas agar hutan
yang terbentuk juga berkualitas baik. Bibit yang digunakan untuk regenerasi hutan
dapat dibuat melalui pembiakan generative maupun vegetative. Pembiakan
generative adalah pembaiakan tanaman yang dilakukan melalui benih/biji sedangkan
pembaiakan vegetative adalah pembiakan tanaman yang dilakukan melalui bagian
vegetative tanaman.
Pembiakan secara genertaif melalui benih, pada umumnya benih tanaman kehutanan
banyak yang mempunyai sifat dormansi, artinya walaupun benih di letakkan pada
tempat di mana kondisi lingkungannya cocok untuk terjadinya perkecambahan,
tetapi benih tersebut tetap tidak berkecambah. Benih yang bersifat demikian di
katakan dalam keadaan dorman.
Ada berbagai macam dormansi diantaranya adalah dormansi kulit benih dan
dormansi fisiologis. Ada beberapa teknik untuk mematahkan dormansi kulit benih,
misalnya dengan perendaman dalam air mendidih, dilanjutkan dengan air dingin
selama 24 jam, disanggrai, direndam dalam H2SO4 dan lain-lain. Sedangkan untuk
dormansi fisiologis biasanya dilakukan perlakuan hormon.
Setelah dilakukan pematahan dormansi benih tersebut siap untuk di tabur pada
bedeng-bedeng tabur. Teknik-teknik penaburan ada berbagai macam cara
tergantung besar kecilnya beih yang akan ditabur.
Stek adalah cara pembiakan tanaman dengan menggunakan bagian vegetatif yang
dipisahkan dari pohon induknya dimana jika ditanam pada kondisi yang
menguntungkan untuk beregenerasi akan berkembang menjadi tanaman yang
sempurna. Bahan tanaman yang umumnya dapat digunakan sebagai bahan stek
diantaranya dari akar (sonokeling, sukun), pucuk (meranti, akasia, ekaliptus).
Beberapa faktor yang mempengaruhi keberhasilan penyetekan diantaranya adalah
umur bahan stek, kelembaban udara, suhu medium dan udara, intensitas cahaya,
cara persiapan bahan stek serta kosentrasi dan jenis hormon yang digunakan.
Zat pengatur tumbuh (ZPT) atau hormon pada tanaman adalah senyawa organik yang
bukan hara yang dalam jumlah sedikit dapat mendukung, menghambat dan dapat
membantu proses fisiologis tumbuhan.
Zat pengatur tumbuh sebagai zat penggerak atau perangsang terdiri dari auksin,
giberellin, sitokinin, etilene dan asam absisik. Beberapa zat pengatur tumbuh yang
dapat digunakan untuk merangsang pembentukan akar diantaranya adalah IBA
(Indole Butiric Acid), IAA (Indole Acetic Acid) dan NAA (Naphtalene Acetic Acid),
Root-on F. Zat pengatur tumbuh tersebut diaplikasikan pada tanaman dalam
kosentrasi tertentu serta dengan metode aplikasi seperti cara oles, cara celup, cara
langsung
Disamping stek, pembiakan vegetatif juga bisa dilakukan melalui sambungan. yaitu
cara pembiakan tanaman dimana bagian vegetatif tanaman (Scion) disambungkan
dengan teknik tertentu dengan tanaman/bahan atas ke batang bawah (rootstock).
Teknik sambungan yang umum digunakan pada tanaman kehutanan ialah melalui
metoda tempelan (jati) dan metoda sambungan sisip (pinus).
Tujuan praktikum ini adalah untuk memahami teknik-teknik pembuatan bibit
tanaman baik secara generative maupun vegetative.
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah tiga buah video pada link You
Tube yaitu:
B. PROSEDUR KERJA
IV. KESIMPULAN
V. DAFTAR PUSTAKA
MATERI V
SELEKSI BIBIT, PENGEPAKAN DAN TRANSPORTASI
I. PENDAHULUAN
A. BAHAN
B. PROSEDUR KERJA
1. Seleksi Bibit
Tabel Pengamatan mutu bibit (Anda hanya membayangkan saja, bukan praktek lansung
di lapangan untuk mengisi Tabel ini.
Keterangan:
Keadaan batang: tunggal, lurus, ganda, batang lebih dari 1
Bibit berkayu: sudah berkayu/belum berkayu
Kesehatan: terbebas hama-penyakit, warna daun normal (tidak menunjukkan kekurangan
nutrisi dan tidak mati pucuk), bibit terserang hama-penyakit, kekurangan nutrisi dan mati
pucuk (Deskripsi lebih lanjut dapat dibaca pada Perdirjen RLPS No P. 05/V-SET/2009
halaman 273-276)
Data tabel di atas menjadi data per kelompok
Standar persyaratan khusus bibit tanaman disajikan pada Perdirjen RLPS No P. 05/V-
SET/2009 halaman 277, sedangkan contoh perhitungan hasil pemeriksaan mutu bibit
disajikan pada halaman 279-280)
d. Hitung berapa persen bibit yang termasuk dalam kriteria Mutu Pertama,
Mutu kedua dan yang tidak masuk kriteria? Klasifikasi nutu disajikan
pada Perdirjen RLPS No.P.05/V-SET/2009 halaman 276).
• Data hasil materi seleksi bibit, pengepakan dan transportasi bibit sama dalam 1
kelompok.
Pembahasan materi seleksi bibit, pengepakan dan transportasi bibit dikerjakan per
individu.
IV.KESIMPULAN
V.DAFTAR PUSTAKA
I. PENDAHULUAN
II. KESIMPULAN
I. PENDAHULUAN
Bibit yang sudah ditanam di lapangan akan tumbuh dengan baik bila dilakukan
pemeliharaan. Secara umum bibit yang baru ditanam mempunyai ukuran tinggi
sekitar 30 cm dan akan tumbuh dengan baik apabila kondisi lingkungannya
mendukung. Seiring dengan bertambahnya waktu, pertumbuhan gulma disekitar
tanaman pokok akan lebih cepat dari tanaman pokoknya sendiri, dan gulma ini
menjadi pesaing yang sangat besar dalam mendapatkan hara, air maupun sinar
matahari, karena itu perlu dilakukan kegiatan penyiangan.
Tanah yang padat juga tidak baik untuk pertumbuha tanaman, untuk mengatasi
kepadatan tanah ini maka dilakukan kegiatan pendangiran disekitar perakaran
tanaman.
Tanaman yang berumur 1 tahun atau lebih pada umumnya sudah mempunyai
percabangan. Cabang-cabang ini akan membentuk mata kayu yang berakibat
menurunkan kekuatan kayu, karena itu untuk meningkatkan kualitas kayu perlu
dilakukan pembuangan cabang-cabang melalui kegiatan pemangkasan.
Tujuan praktikum ini adalah agar mahasiswa terampil dalam melakukan praktek
pemeliharaan tanaman muda .
IV. KESIMPULAN
V.DAFTAR PUSTAKA
I. PENDAHULUAN
Jumlah Pohon yang dikurangi saat penjarangan tergantung dari standing stock yang ada
dan dibandingkan dengan jumlah pohon normal pada setiap bonita tanah.
Urutan kerja penjarangan adalah dimulai penentuan blok tanaman yang akan dijarangi,
kemudian dengan menggunakan peta blok tanaman dibuat titik-titik plot coba
penjarangan (PCP). Berdasarkan peta ini, maka titik-titik PCP dibuat di lapangan
Tujuan dari praktikum ini adalah agar mahasiswa dapat mempraktekan kegiatan
penjarangan tegakan dengan baik dan benar.
B. PROSEDUR KERJA
IV. KESIMPULAN
V. DAFTAR PUSTAKA
I. PENDAHULUAN
Indonesia mempunyai sumberdaya alam berupa hutan alam yang cukup luas.
Menurut Data Departemen Kehutanan dan Perkebunan luas hutan alam di Indonesia
mencapai 143 juta hektar walaupun saat ini hutan alam primer (Virgin Forest)
tinggal sekitar 14 juta hektar.
Dalam mengolah hutan alam tersebut, sebagian besar menggunakan sistem
Silvikultur Tebang Pilih Tanam Indonesia (TPTI), yaitu sistem silvikultur yang
mangatur cara penebangan dan permudaan hutan.
Dalam kegiatan TPTI ini tahapan Inventarisasi Tegakan Tinggal (ITT) adalah
merupakan kegiatan yang penting, karena dalam kegiatan ini akan diketahui
komposisi tegakan yang ada dan akan menentukan perlu tidaknya dilakukan tindakan
penanaman pengayaan atau tidak pada lokasi-lokasi yang sudah di lakukan
penebangan.
Dalam kegiatan ITT, hal penting yang harus diperhatikan adalah keberadaan
tegakan tinggal komersial. Sampai saat ini pohon-pohon yang masuk dalam kategori
komersial adalah sebagian besar pohon dari kelompok Dipterocarpaceae.
Tujuan praktikum ini adalah untuk mengetahui teknik-teknik inventarisasi tegakan
tinggal beserta pengolahan datanya. Dalam praktikum ini hanya akan dilakukan
simulasi, mengingat ketidaktersediaannya lokasi praktek di lapangan
II. BAHAN DAN METODE
• Data ITT
B. PROSEDUR KERJA
IV. KESIMPULAN
V. DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
TABEL PENJARANGAN
TEGAKAN TINGGAL
Jenis : Mahoni ( Swietenia sp. )
Umur Bonita : I Bonita : II
(Tahun) Peninggi ( m ) N/ Ha Jarak Peninggi ( m ) N/ Ha. Jarak
Pohon Pohon
Min Max N N max (m) % Min Max N min N max ( m ) %
min
5 6,9 2215 2595 2 8,7 1838 2215 2
5,3 35,9 6,9 30,6
6 8,2 2006 2418 2 10,2 1600 2006 3
6,1 32,2 8,2 27,5
7 9,3 1804 2251 2 11,8 1390 1804 3
6,8 29,8 9,3 25,7
8 10,3 1623 2078 2 13,1 1210 1623 3
7,4 28,4 10,3 24,6
9 11,1 1457 1920 3 14,3 1058 1457 3
8,1 27,2 11,1 24,2
10 12,1 1323 1768 3 15,5 938 1323 3
8,7 26,3 12,1 23,5
11 12,9 1213 1639 3 16,5 838 1213 3
9,3 25,6 12,9 23,1
12 13,7 1116 1528 3 17,4 755 1116 4
10,0 25,0 13,7 23,0
13 14,4 1030 1420 3 18,1 693 1030 4
10,7 24,6 14,4 23,0
14 15,0 954 1322 3 18,8 635 954 4
11,2 24,3 15,0 22,9
15 15,6 890 1240 3 19,4 588 890 4
11,8 24,0 15,6 23,0
16 16,2 828 1173 3 20,1 540 828 4
12,2 23,9 16,2 23,2
TABEL PENJARANGAN
TEGAKAN TINGGAL
Jenis : Mahoni (Swietenia sp)
Umur Bonita : III
(Tahun) Peninggi ( m ) N/ Ha Jarak Pohon
Min Max N min N max (m) %
5 8,7 11,0 1463 1838 3 27,0
6 10,2 13,0 1200 1600 3 24,8
7 11,8 14,9 1010 1390 3 23,3
8 13,1 16,5 840 1210 3 22,7
9 14,3 18,0 723 1058 4 22,4
10 15,5 19,1 613 938 4 22,3
11 16,5 19,9 513 838 4 22,7
12 17,4 20,7 445 755 4 23,1
13 18,1 21,3 408 693 5 23,3
14 18,8 22,2 365 635 5 23,4
15 19,4 22,8 333 588 5 23,7
16 20,1 23,3 310 540 5 24,0
17 20,7 24,2 295 505 5 24,0
18 21,1 24,7 283 468 6 24,2
19 21,5 25,5 273 448 6 24,1
20 22,2 25,8 260 420 6 24,3
21 22,7 26,4 250 400 6 24,3
22 23,2 26,9 233 381 6 24,5
23 23,5 27,3 221 364 6 24,8
24 23,9 27,8 214 346 6 24,9
25 24,4 28,0 209 331 7 25,0
26 24,8 28,5 195 315 7 25,3
27 25,3 28,7 188 303 7 25,4
TABEL PENJARANGAN
TEGAKAN TINGGAL
Jenis : Sengon ( Albazia falcataria )
Umur Bonita : II
(Tahun) Peninggi ( m ) N/ Ha Jarak Pohon
Min Max N min N max (m) %
2 5,8 8,6 995 1155 3 45,5
3 10,6 13,8 723 900 4 31,1
4 14,4 18,4 530 680 4 26,9
5 17,7 22,3 400 523 5 25,6
6 20,7 25,3 300 398 6 25,7
7 23,6 27,4 205 295 7 26,7
Umur Bonita : IV
(Tahun) Peninggi ( m ) N/ Ha Jarak Pohon
Min Max N min N max (m) %
2 11,4 14 680 835 4 30,4
3 17 21,6 440 580 5 25,8
4 22,4 26,4 260 380 6 26,3