Anda di halaman 1dari 50

1

PANDUAN PRAKTIKUM SILVIKULTUR DARING

Oleh : SRI WILARSO BUDI

BAGIAN SILVIKULTUR
DEPARTEMEN SILVIKULTUR
FAKULTAS KEHUTANAN IPB
2020

Panduan Praktikum Silvikultur by Prof.Dr Sri Wilarso Budi


2

FOTO
WARNA

3X4

Nama

…………………………………………………..

NRP

…………………………………………………..

Dosen/Asisten

…………………………………………………

Panduan Praktikum Silvikultur by Prof.Dr Sri Wilarso Budi


3

LEMBAR PENILAIAN

PERTE MATERI KE NILAI PARAF


MUAN DOSEN/
KE.. ASISTEN
KESERIUSAN QUIZ LAPORAN AKHIR
DAN
KEDISIPLINAN
1 SATU
2-3 DUA
4-5 TIGA
6-7 EMPAT
8 LIMA
9 ENAM
10 TUJUH
11 - 12 DELAPAN
13 SEMBILAN
14 SEPULUH UJIAN PRAKTIKUM

Panduan Praktikum Silvikultur by Prof.Dr Sri Wilarso Budi


4

TATA TERTIB PRAKTIKUM

1. Praktikan supaya berpakaian rapi dan tidak merokok selama mengikuti praktikum

2. Praktikan supaya mengikuti semua kegiatan praktikum, Apabila berhalangan yang

dibuktikan dengan surat keterangan yang dapat diterima supaya mengganti pada

hari lain

3. Praktikan supaya mengikuti praktikum tepat waktu setiap kali pertemuan

4. Praktikan supaya mempelajari terlebih dahulu materi yang akan disampaikan

5. Laporan praktikum supaya diserahkan kepada Dosen/Asisten satu minggu setelah

praktikum selesai, keterlambatan penyerahan laporan nilainya di kurangi 1 setiap

hari keterlambatan

Panduan Praktikum Silvikultur by Prof.Dr Sri Wilarso Budi


5

KATA PENGANTAR

Panduan Praktikum Silvikultur ini ditujukan sebagai Pedoman Pelaksanaan Praktikum

bagi Mahasiswa di Fakultas Kehutanan dan Lingkungan Institut Pertanian Bogor secara

Daring.

Isi dari panduan praktikum ini dimulai dari Pendahuluan, Perencanaan Pembangunan

Persemaian Hutan Tanaman, perbenihan, pembuatan semai dari generatif maupun

vegetatif sampai ke pengepakan semai untuk diangkut ke lapangan, penanaman dan

pemeliharaan tanaman, serta inventarisasi tegakan tinggal

Dengan materi seperti tersebut di atas, diharapkan mahasiswa dapat memahami

dalam proses pembuatan bibit di persemaian sampai siap tanaman di lapangan dan

memeliharanya.

Mudah-mudahan Buku Panduan Praktikum ini dapat bermanfaat bagi yang

menggunakannya.

Bogor, Agustus 2020

Penyusun

Panduan Praktikum Silvikultur by Prof.Dr Sri Wilarso Budi


6

DAFTAR ISI
Hal
KATA PENGANTAR.................................................................................... 5
DAFTAR ISI................................................................................................ 6
PERTEMU MATERI
AN KE
1 7
PENDAHULUAN...........................................................................................
2-3 PERENCANAAN PEMBANGUNAN HUTAN TANAMAN.................. 8
4-5 PENGUNDUHAN DAN EXTRAKSI BUAH DAN PENYIMPANAN. 17
6-7 PEMATAHAN DORMANSI DAN PEMBUATAN BIBIT…………………. 21
8 SELEKSI BIBIT, PENGEPAKAN DAN TRANSPORTASI……………… 25
9 TEKNIK PENANAMAN.............................................................................. 30
10 TEKNIK PEMELIHARAAN TANAMAN MUDA.................................... 33
11 - 12 TEKNIK PENJARANGAN....................................................................... 37
13 INVENTARISASI TEGAKAN TINGGAL ............................................ 40
14 UJIAN PRAKTIKUM................................................................................. 43

Panduan Praktikum Silvikultur by Prof.Dr Sri Wilarso Budi


7

MATERI I: PENDAHULUAN

Kehutanan merupakan bidang ilmu yang terdiri dari ilmu pengetahuan, bisnis, seni dan
praktek dari sumberdaya hutan yang dikelola dan diorganoisasikan untuk menghasilkan
keuntungan yang bersinambungan bagi manusia. Silvikultur meliputi metode-metode
untuk membangun dan memelihara komunitas pohon-pohon dan vegetasi lain yang
mempunyai nilai bagi manusia. Nila-nilai tersebut baik secara langsung maupun tidak
langsung berasal dari pohon itu sendiri, tanaman lain, binatang liar, dan mineral yang
ditemukan di areal hutan dan juga hutan merupakan sumber keuntungan yang tak
ternilai dimana manusia dapat melakukan rekreasi dan kegiatan lain. Silvikultur juga
dalam jangka panjang dapat secara terus menerus memelihara fungsi penting ekologi
dan kesehatan serta produktivitas ekosistem hutan.

Sebagai disiplin ilmu yang kompleks, kehutanan dan silvikultur tidak hanya menebang
pohon dan komoditas lain dari hutan tetapi seperti halnya di bidang pertanian,
kehutanan dikembangkan sebagai sebuak praktek seni dimana rimbawan secara terus
menerus memperbaikinya melalui pengalaman, dan penelitian.

Materi Praktikum Silvikultur ini dirancang untuk memahami proses pertumbuhan pohon
dan regenerasinya, sehingga mahasiswa dapat mempunyai ketrampilan dalam hal
meregenerasikan tanaman hutan beserta persyaratan yang diperlukan.

Pada Pertemuan Pertama, Dosen atau Asisten Dosen melakukan penjelasan materi-
materi yang akan dipraktekan selama satu semester dan mengadakan Perkenalan serta
menjelaskan Tata Tertib Praktikum, Tata Cara Pembuatan Laporan serta Pembagian
Kelompok Praktikum.

Panduan Praktikum Silvikultur by Prof.Dr Sri Wilarso Budi


8

MATERI II. PERENCANAAN PEMBANGUNAN HUTAN TANAMAN

I. PENDAHULUAN

Kerusakan hutan alam di Indonesia saat ini sudah sangat menghawatirkan dengan
laju kerusakan mencapai 1,8 juta ha per tahun. Akibat dari kerusakan hutan ini
tidak hanya mengganggu ekosistem hutan dan sistem kehidupan secara global, tapi
juga mengganggu pertumbuhan ekonomi dengan berkurangnya pasokan bahan baku
untuk industri.

Dalam rangka perbaikan kualitas lingkungan dan sekaligus pemenuhan bahan baku
industri, maka diperlukan usaha pembangunan hutan tanaman.

Pembangunan hutan tanaman memerlukan modal investasi yang cukup besar dan
jangka waktu kembali modalnya cukup lama, oleh karena itu sebelum membangun
hutan tanaman diperlukan perencanaan yang matang dari segala aspek, baik aspek
admisnistrasi maupun teknis sehingga kegagalannya dapat diminimalkan.

Secara garis besar, tahapan kegiatan yang harus dilalui dalam pelaksanaan
pembangunan hutan tanaman secara teknis adalah : (1) Perencanaan, (2) Persiapan
Bibit, (3) Penanaman (4) Pemeliharaan, (5) Perlindungan Hutan, (6) Peminaan
Masyarakat Sekitar Hutan, (7) Penelitian dan Diklat, (8) Evaluasi dan Monitoring.

Disamping persyaratan teknis, pesryaratan administrasi dan dokumen-dokumen


pendukungnya juga perlu ada seperti surat izin dari Pemerintah Daerah maupun dari
Menteri Kehutanan, Dokumen AMDAL dan Study Kelayakan Pembangunan Hutan
Tanaman. Setelah dokumen-dokumen tersebut tersedia, maka Perusahaan akan
membuat Rencana Karya Pengusahaan Hutan Tanaman Industri dan Renana Karya
Tahunan Hutan Tanaman Industri.

Ketersediaan bibit dalam jumlah yang cukup dan tepat waktu juga sangat menunjang
keberhasilan pembangunan hutan tanaman, karena itu perencanaan pembangunan
persemaian juga harus dikuasai dengan baik.

Kegiatan Perencanaan pembangunan persemaian meliputi tahapan-tahapan :


Perhitungan luas lahan yang akan ditanami, jarak tanam, jumlah bibit yang akan
ditanam, jenis bibit yang akan ditanam, jumlah benih yang diperlukan, jumlah bedeng

Panduan Praktikum Silvikultur by Prof.Dr Sri Wilarso Budi


9

semai, bedeng sapih dan volume media yang diperlukan, luas persemaian yang perlu
dibuat dan juga jumlah tenaga kerja yang diperlukan.

1. Perhitungan kebutuhan bibit, benih dan luas persemaian

a. Kebutuhan bibit

Jumlah bibit yang perlu dibuat tergantung dari jumlah areal yang akan ditanami dan
jarak tanam yang direncanakan ditambah 20 % untuk keperluan penyulaman. Bila
luas areal yang akan ditanami adalah 10 hektar dan jarak tanam yang direncanakan
adalah 2 x 3 m, maka jumlah bibit yang diperlukan adalah 100.000 m2 : 6 m2 =
16.667 + (20 % x 16.667) = 20.000 bibit.

b. Kebutuhan benih

Untuk menghitung keperluan benih, digunakan rumus sebagai berikut :


B
KB = , di mana :
Kc x Km x Kj x Jb

KB = Kebutuhan benih (kg)


B = Kebutuhan Bibit
Kc = % Kecambah benih
Km = % Kemurnian benih
Kj = % Jadi bibit
Jb = Jumlah benih/kg

Bila benih Pinus merklusii, mempunyai % kecambah 95 , % kemurnian 80, % jadi bibit
70 dan jumlah benih/kg sebanyak 50.000, maka untuk membuat 20.000 bibit
diperlukan benih sebanyak:
20.000
= 0.75 Kg
0.95 x 0.8 x 0.7 x 50.000
c. Kebutuhan Bedeng Tabur

Bedeng tabur biasanya dibuat dengan ukuran 5 m x 1 m. Untuk menghitung


kebutuhan bedeng tabur maka diperlukan data-data mengenai jumlah benih yang
akan di tabur, jumlah benih per kg dan jarak penaburan. Bila jarak tabur benih P.

Panduan Praktikum Silvikultur by Prof.Dr Sri Wilarso Budi


10

Merkusii 1 cm x 2 cm, maka jumlah bedeng tabur yang di perlukan dapat dicari
dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

BT = KB x Jb , di mana
JT

BT = Kebutuhan bedeng tabur


Jb = Jumlah benih per kg
JT = Jarak tabur

BT = 0.75 x 50.000 = 1.5 bedeng = 2 bedeng


250 x 100

d. Kebutuhan Bedeng Sapih

Ukuran bedeng sapih sama dengan bedeng tabur, yaitu 5 m x 1 m. Untuk menghitung
kebutuhan bedeng sapih, perlu diketahui ukuran kantong plastik yang digunakan.
Kantong plastik yang berukuran 10 x 15, mempunyai garis tengah sekitar 6 cm.
Dengan demikian dalam satu bedeng yang berukuran 5 m x 1 m dapat diisi dengan
kantong plastik yang berisi media sebanyak 1389 sehingga untuk menampung
20.000 bibit, maka diperlukan bedeng sapih sebanyak 14.4 = 15 bedeng

e. Menghitung luas bedeng

Luas bedeng baik bedeng tabur maupun bedeng sapih perlu dihitung, karena akan
menentukan luas lahan secara keseluruhan untuk membangun sebuah persemaian.
Luas bedeng dapat dihitung dengan menggunakan rumus :

Luas Bedengan = ( Jumlah Bedeng Tabur + Jumlah Bedeng Sapih) x 5 m2


= ( 2 + 15) x 5 m2 = 85 m2 = 0.0085 Ha

f. Menghitung luas Persemaian

Dalam Perencanaan Pembangunan persemaian, areal persemaian tidak hanya terdiri


dari bedeng-bedeng saja tetapi ada jalan pemeriksaan, jarak antar bedeng,
bangunan sarana dan prasarana. Luas areal yang dialokasikan untuk bedengan
biasanya sebasar 60 % sedangkan yang 40 % dialokasikan untuk keperluan lainnya.

Panduan Praktikum Silvikultur by Prof.Dr Sri Wilarso Budi


11

Dengan demikian luas total lahan yang diperlukan untuk membuat 20.000 bibit
adalah sebesar 100/60 x 0.0085 Ha = 0.014 Ha = 140 m2

g. Menghitung Jumlah Kantong Plastik

Kantong plastik merupakan wadah yang sampai saat ini banyak digunakan untuk
mengisi media semai. Kebutuhan kantong plastik tergantung dari jumlah bibit yang
akan diproduksi dan juga harus mempertimbangkan kerusakan kantong yang mungkin
terjadi. Ukuran kantong plastik ada bermacam-macam misalnya, 10 x 15, 12 x 20, 15
x 20. Kebutuhan kantong plastik dihitung dengan menggunakan rumus :

KK = KB + (KB x KR) , dimana


Z
KK = Jumlah kantong yang diperlukan (kg)
KB = Jumlah bibit yang akan diproduksi
KR = Kerusakan Kantong Plastik
Z = Jumlah kantong plasti/kg

h. Menghitung jumlah tenaga kerja

Tenaga kerja yang diperlukan tergantung dari prestasi kerja dan volume kegiatan
yang ada. Secara umum untuk menghitung tenaga kerja dapat menggunakan rumus
sebagai berikut :

JT = VK , di mana ;
PK

JT = Jumlah tenaga kerja yang diperlukan (HOK)


VK= Volume pekerjaan yang harus diselesaikan
PK= Prestasi Kerja untuk menyelesaikan suatu pekerjaan

i. Kebutuhan Media Semai

Komposisi media semai sangat bervariasi, tapi pada dasarnya harus memenuhi syarat
diantaranya; ringan, kompak, cukup nutrisi dan bebas hama penyakit: Komposisi
media dapat berupa top soil, pasir dan kompos dengan perbandingan yang cukup
bervarisai pula.

Panduan Praktikum Silvikultur by Prof.Dr Sri Wilarso Budi


12

Untuk menghitung volume media, harus diketahui volume kantong plastik yang
digunakan dan juga jumlah bibit yang akan di produksi.

Volume kantong plastik dapat di ketahui dari ukuran kantong plastik yang digunakan.
Bila menggunakan kantong plastik yang berukuran 10 x 15 cm, berarti keliling
kantong plastik sebesar 10 x 2 cm = 20 cm. Volume kantong plastik dapat dihitung
dengan menggunakan rumus silinder, yaitu  x r2 x t. Jari-jari kantong plastik
tersebut sebesar 3.18 cm, sehingga volume satu kantong = ¼ x 3.14 x 3.182 x 15 =
7.9 cm3 = 0.00079 m3.
Bila jumlah bibit yang akan di produksi sebanyak 20.000 bibit, maka dibutuhkan
total media sebanyak 20.000 x 0.00079 m3 = 15,874 m3.

Apabila Media yang digunakan terdiri dari top soil 60 % dan Kompos 40 %, maka
kebutuhan top soil sebanyak 60/100 x 15,874 m3 = 9.5244 m3 dan Kompos
sebanyak 40/100 x 15,874 m3 = 6.35 m3.

j. Tata Waktu Pembuatan Persemaian

Pada akhirnya, bibit yang di buat di Persemaian harus memenuhi standar kualitas,
jumlah dan tepat waktu. Oleh karena itu tata waktu pembuatan persemaian mulai
dari persiapan sampai bibit siap angkut harus diperhitungkan secara matang. Dalam
membuat tata waktu persemaian ini juga harus diperhatikan jenis bibit yang akan
dibuat, karena setiap jenis pohon mempaunyai kecepatan pertumbuhan yang
berbeda sehingga lamanya waktu di persemaian juga berbeda. Kegiatan yang ada
pada dasarnya meliputi tiga hal yaitu, persiapan lapangan, penyemaian dan
pemeliharaan. Tata waktu pembuatan persemaian secara umum dapat dilihat pada
Tabel 1.
Tabel 1. Tata Waktu Pembuatan Persemaian

No. Kegiatan Bulan Keterangan


A M J J A S O N D J F M
I PERSIAPAN LAPANG
Pemancangan
Batas/Pemagaran
Pembuatan Gubuk
Kerja
Pembersihan
Lapangan

Panduan Praktikum Silvikultur by Prof.Dr Sri Wilarso Budi


13

Pembuatan Jalan
Pemeriksaan/Selokan
Pembuatan Bedeng
Tabur
Pembuatan Papan
Pengenal dan Mutasi
Pengadaan Benihdan
Bahan alat
Pengawasan
II PENYEMAIAN
Penaburan benih
Pembuatan dan
Pengisisan Media
Sapih
Penyapihan bibit
III PEMELIHARAAN
Penyiangan,
penyiraman dan
penyulaman
Pemberantasan hama
penyakit
Pemupukan
Penyiapan Seleksi
Bibit
Pengepakan dan
Pengangkutan

Tujuan Praktikum ini adalah agar mahasiswa dapat memahami persyaratan yang
diperlukan untuk membuat rencana pembangunan hutan tanaman, serta dapat
membuat rencana kebutuhan bibit.

II. BAHAN DAN METODE

A. BAHAN dan ALAT

- Alat tulis
- Kalkulator
- Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No P.62 tahun
2019 tentang Pembangunan HTI

Panduan Praktikum Silvikultur by Prof.Dr Sri Wilarso Budi


14

B. PROSEDUR KERJA

1. Pelajari Peraturan Menteri KLHK No P.62 tahun 2019. Bahas isi ruang
lingkup dari Permen tersebut yang meliputi (a) Persyaratan Areal dalam
IUPHHK-HTI, (b) Penataan Areal Kerja IUPHHK-HTI, (c) Sistem
Silvikultur, Jenis tanaman, Pola tanam dan Pengelolaan (d) Pengembangan
Riset dan Penyediaan Benih Unggul dan (e) Kelola Sosial dan Lingkungan.

2. Perusahaan HPH PT. Kembang Kempis akan menanam tanaman Eucalyptus


urophylla dengan jarak tanam 3 x 4 m seluas 3.000 ha. Benih yang digunakan
berasal dari SSO dengan persen kecambah 95 %, kotoran 2 %, persen jadi
bibit 90 %. Hitung jumlah bibit dan benih yang diperlukan, luas persemaian
efektif dan toal, jumlah bedeng tabor dan bedeng sapih dengan ukuran 5 m
x 1 m.

3. Buatlah Jadwal Pembuatan Bibit Eucalyptus tersebut agar siap tanam pada
bulan November .

4. Prsentasikan tugas-tugas di atas pada pertemuan berikutnya, dibagi


menjadi lima kelompok.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

Panduan Praktikum Silvikultur by Prof.Dr Sri Wilarso Budi


15

Panduan Praktikum Silvikultur by Prof.Dr Sri Wilarso Budi


16

IV. KESIMPULAN

V. DAFTAR PUSTAKA

Panduan Praktikum Silvikultur by Prof.Dr Sri Wilarso Budi


17

MATERI III : PENGUNDUHAN, EKSTRAKSI BUAH DAN PENYIMPANAN

I. PENDAHULUAN

Pohon-pohon kehutanan mempunyai ciri khusus yaitu pohonnya tinggi-tinggi dan


mulai berbuah setelah berumur kira-kira 7 tahun dan bahkan ada yang berumur 5
sampai 10 tahun. Pada kondisi tersebut tentunya pohon-pohon itu telah mencapai
ketinggian lebih dari 4 meter tergantung dari jenisnya.

Sebagian besar biji tanaman kehutanan terbungkus pada buahnya, karena itu untuk
mengumpulkan biji perlu dilakukan pengunduhan buah.

Biji yang berkualitas baik harus berasal dari pohon yang mempunyai sifat geneti
yang baik dan pada saat pengunduhan buahnya harus sudah masak fisiologis,
sehingga biji yang dihasilkan dapat terjamin mutunya.

Biji-biji tanaman kehutanan sebagian besar terdapat didalam buah, baik buah
daging maupun buah polong seperti pada famili leguminoseae. Biji-biji tersebut
tidak dapat langsung digunakan untuk kegiatan pengadaan benih, tetapi harus di
ekstraksi atau di keluarkan terlebih dahulu dari buahnya.

Teknik ekstraksi biji dari buah ada berbagai macam tergantung apakah buah
tersebut buah berdaging atau berupa polong. Biji terdiri dari bagian-bagian yang
mempunyai fungsi masing-masing, dimulai dari bagian luar berupa kulit, kemudian
embrio atau lembaga dan juga ada bagian radikulus dan bagian bakal pucuk.

Kegiatan pengadaan benih dengan penanaman tidak selalu bersamaan, demikian juga
antara sentra produksi benih dengan lokasi penanaman tidak sama, oleh karena itu
untuk menjaga agar kondisi benih tetap berkualitas sebelum di lakukan penanaman
perlu di lakukan penyimpanan benih.

Ada berbagai teknik penyimpanan benih yang dapat di lakukan kesemuanya


tergantung dari sifat benih tersebut.

Untuk benih-benih yang bersifat rekalsitran perlu kondisi khusus untuk


menyimpannya, sedangkan untuk benih-benih ortodoks tidak memerlukan kondisi
yang khusus.

Panduan Praktikum Silvikultur by Prof.Dr Sri Wilarso Budi


18

Tujuan praktikum ini adalah untuk memahami cara-cara pengunduhan benih yang
baik serta . memahami teknik-teknik ekstraksi biji baik dari buah berdaging
maupun buah polong serta penyimpanannya.

II. BAHAN DAN METODE

A. BAHAN dan ALAT

Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah dua buah video pada link You
Tube yaitu:

1. https://www.youtube.com/watch?v=f-GEh8dQEoA (Acacia Seed


Harvesting)
2. https://www.youtube.com/watch?v=eluY_jRXeVY (Storage of Forest
Tree Seeds)

B. PROSEDUR KERJA

1. Pelajari secara seksama ke dua video tersebut


2. Ceritakan Kembali prosedur pengunduhan, ekstraksi maupun penyimpanan benih
sesuai denga nisi video tersebut
3. Jelaskan perbedaan pengunduhan dan ekstraksi buah polong dan buah
berdaging
4. Jelaskan perbedaan penyimanan benih ortodoks dan rekalsitran
5. Presentasikan hasilnya pada pertemuan berikutnya

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

Panduan Praktikum Silvikultur by Prof.Dr Sri Wilarso Budi


19

Panduan Praktikum Silvikultur by Prof.Dr Sri Wilarso Budi


20

IV.KESIMPULAN

I. DAFTAR PUSTAKA

Panduan Praktikum Silvikultur by Prof.Dr Sri Wilarso Budi


21

MATERI IV. PEMATAHAN DORMANSI DAN PEMBUATAN BIBIT

I. PENDAHULUAN

Dalam rangka regenerasi hutan diperlukan bibit-bibit yang berkualitas agar hutan
yang terbentuk juga berkualitas baik. Bibit yang digunakan untuk regenerasi hutan
dapat dibuat melalui pembiakan generative maupun vegetative. Pembiakan
generative adalah pembaiakan tanaman yang dilakukan melalui benih/biji sedangkan
pembaiakan vegetative adalah pembiakan tanaman yang dilakukan melalui bagian
vegetative tanaman.

Pembiakan secara genertaif melalui benih, pada umumnya benih tanaman kehutanan
banyak yang mempunyai sifat dormansi, artinya walaupun benih di letakkan pada
tempat di mana kondisi lingkungannya cocok untuk terjadinya perkecambahan,
tetapi benih tersebut tetap tidak berkecambah. Benih yang bersifat demikian di
katakan dalam keadaan dorman.

Ada berbagai macam dormansi diantaranya adalah dormansi kulit benih dan
dormansi fisiologis. Ada beberapa teknik untuk mematahkan dormansi kulit benih,
misalnya dengan perendaman dalam air mendidih, dilanjutkan dengan air dingin
selama 24 jam, disanggrai, direndam dalam H2SO4 dan lain-lain. Sedangkan untuk
dormansi fisiologis biasanya dilakukan perlakuan hormon.

Setelah dilakukan pematahan dormansi benih tersebut siap untuk di tabur pada
bedeng-bedeng tabur. Teknik-teknik penaburan ada berbagai macam cara
tergantung besar kecilnya beih yang akan ditabur.

Stek adalah cara pembiakan tanaman dengan menggunakan bagian vegetatif yang
dipisahkan dari pohon induknya dimana jika ditanam pada kondisi yang
menguntungkan untuk beregenerasi akan berkembang menjadi tanaman yang
sempurna. Bahan tanaman yang umumnya dapat digunakan sebagai bahan stek
diantaranya dari akar (sonokeling, sukun), pucuk (meranti, akasia, ekaliptus).
Beberapa faktor yang mempengaruhi keberhasilan penyetekan diantaranya adalah
umur bahan stek, kelembaban udara, suhu medium dan udara, intensitas cahaya,
cara persiapan bahan stek serta kosentrasi dan jenis hormon yang digunakan.

Panduan Praktikum Silvikultur by Prof.Dr Sri Wilarso Budi


22

Zat pengatur tumbuh (ZPT) atau hormon pada tanaman adalah senyawa organik yang
bukan hara yang dalam jumlah sedikit dapat mendukung, menghambat dan dapat
membantu proses fisiologis tumbuhan.

Zat pengatur tumbuh sebagai zat penggerak atau perangsang terdiri dari auksin,
giberellin, sitokinin, etilene dan asam absisik. Beberapa zat pengatur tumbuh yang
dapat digunakan untuk merangsang pembentukan akar diantaranya adalah IBA
(Indole Butiric Acid), IAA (Indole Acetic Acid) dan NAA (Naphtalene Acetic Acid),
Root-on F. Zat pengatur tumbuh tersebut diaplikasikan pada tanaman dalam
kosentrasi tertentu serta dengan metode aplikasi seperti cara oles, cara celup, cara
langsung

Disamping stek, pembiakan vegetatif juga bisa dilakukan melalui sambungan. yaitu
cara pembiakan tanaman dimana bagian vegetatif tanaman (Scion) disambungkan
dengan teknik tertentu dengan tanaman/bahan atas ke batang bawah (rootstock).
Teknik sambungan yang umum digunakan pada tanaman kehutanan ialah melalui
metoda tempelan (jati) dan metoda sambungan sisip (pinus).
Tujuan praktikum ini adalah untuk memahami teknik-teknik pembuatan bibit
tanaman baik secara generative maupun vegetative.

II. BAHAN DAN METODE

A. BAHAN dan ALAT

Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah tiga buah video pada link You
Tube yaitu:

1. https://www.youtube.com/watch?v=Sqzubeu1AB8 (Hot water


scarification.wmv)
2. https://www.youtube.com/watch?v=UDjtoPVYrw4
3. https://www.youtube.com/watch?v=VZH0HEgFFFA

B. PROSEDUR KERJA

1. Pelajari secara seksama ke tiga video tersebut


2. Ceritakan Kembali prosedur pembuatan bibit secara generative dan
vegetatif sesuai dengan isi video tersebut

Panduan Praktikum Silvikultur by Prof.Dr Sri Wilarso Budi


23

3. Jelaskan macam-macam metode pematahan dormansi yang tidak terdapat


dalam video tersebut
4. Jelaskan hormone apa dan bagimana cara menggunakannya untuk pembiakan
vegetative
5. Presentasikan hasilnya pada pertemuan berikutnya

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

Panduan Praktikum Silvikultur by Prof.Dr Sri Wilarso Budi


24

IV. KESIMPULAN

V. DAFTAR PUSTAKA

Panduan Praktikum Silvikultur by Prof.Dr Sri Wilarso Budi


25

MATERI V
SELEKSI BIBIT, PENGEPAKAN DAN TRANSPORTASI

I. PENDAHULUAN

Penanaman merupakan rangkaian kegiatan pembuatan Hutan Tanaman maupun


pemeliharaan tegakan di hutan alam. Keberhasilan pembuatan Hutan Tanaman
ditentukan oleh bibit-bibit yang berkualitas dari persemaian, oleh karena itu kegiatan
seleksi bibit adalah penting dilakukan. Kualitas bibit ditentukan oleh berbagai macam
faktor diantaranya, tinggi, diameter, rasio tajuk aktif dan kekompakan media.
Bibit yang telah diseleksi tidak hanya di tanam pada areal yang dekat di persemaian
tetapi jauh dari persemaian yang kadang-kadang dapat mencapai jarak berkilo-kilo
meter, oleh karena itu sebelum bibit di angkut ke lokasi penanaman perlu di pak
dengan baik supaya dalam perjalanan tidak banyak mengalami gangguan.
Terdapat berbagai macam metode pengepakan bibit dan transportasinya yang
tujuan utamanya adalah bibit tidak rusak sampai di lokasi penanaman
Tujuan praktikum ini adalah untuk mempelajari kriteria bibit berkualitas dan teknik
seleksinya serta mempelajari teknik-teknik pengepakan, transportasi bibit tanaman
kehutanan.

II. BAHAN DAN METODE

A. BAHAN

1. Perdirjen RLPS No P. 05/V-SET/2009 tentang Petunjuk Teknis Penilaian


Bibit Tanaman Kehutanan
2. Teknik Pengepakan dan Pengankutan Bibit (BAB 5 pada buku ”Shorea
leprosula Miq dan Shorea johorensis Foxw: Ekologi, Silvikultur, Budidaya
dan Pengembangan)

B. PROSEDUR KERJA

1. Seleksi Bibit

Panduan Praktikum Silvikultur by Prof.Dr Sri Wilarso Budi


26

a. Pelajari petunjuk Teknis Perdirjen RLPS No P. 05/V-SET/2009


b. Anda diminta mengevaluasi mutu bibit Paraserianthes falcataria umur 5
bulan sebanyak 2 bedeng yang berjumlah 800 bibit
c. Ambil sampel bibit dan masukan ke dalam tabel di bawah ini

Tabel Pengamatan mutu bibit (Anda hanya membayangkan saja, bukan praktek lansung
di lapangan untuk mengisi Tabel ini.

Keterangan:
Keadaan batang: tunggal, lurus, ganda, batang lebih dari 1
Bibit berkayu: sudah berkayu/belum berkayu
Kesehatan: terbebas hama-penyakit, warna daun normal (tidak menunjukkan kekurangan
nutrisi dan tidak mati pucuk), bibit terserang hama-penyakit, kekurangan nutrisi dan mati
pucuk (Deskripsi lebih lanjut dapat dibaca pada Perdirjen RLPS No P. 05/V-SET/2009
halaman 273-276)
Data tabel di atas menjadi data per kelompok
Standar persyaratan khusus bibit tanaman disajikan pada Perdirjen RLPS No P. 05/V-
SET/2009 halaman 277, sedangkan contoh perhitungan hasil pemeriksaan mutu bibit
disajikan pada halaman 279-280)

Panduan Praktikum Silvikultur by Prof.Dr Sri Wilarso Budi


27

d. Hitung berapa persen bibit yang termasuk dalam kriteria Mutu Pertama,
Mutu kedua dan yang tidak masuk kriteria? Klasifikasi nutu disajikan
pada Perdirjen RLPS No.P.05/V-SET/2009 halaman 276).

2. Pengepakan dan Transportasi Bibit

a. Pelajari artikel tentang Teknik Pengepakan dan Pengankutan Bibit (Bab 5)


b. Tunjukkan kreativitasmu, setelah mempelajari artikel tersebut, buatlah
ilustrasi bagimana cara mengepak dan mengangkut bibit yang efektif dan
efisien. Kreativitasmu bisa dalam bentuk gambar, video animasi atau
bentuk lainnya (tugas ini menjadi tugas kelompok).

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

• Data hasil materi seleksi bibit, pengepakan dan transportasi bibit sama dalam 1
kelompok.
Pembahasan materi seleksi bibit, pengepakan dan transportasi bibit dikerjakan per
individu.

Panduan Praktikum Silvikultur by Prof.Dr Sri Wilarso Budi


28

Panduan Praktikum Silvikultur by Prof.Dr Sri Wilarso Budi


29

IV.KESIMPULAN

• Kesimpulan dikerjakan per individu

V.DAFTAR PUSTAKA

• Daftar pustaka dikerjakan per individu

Panduan Praktikum Silvikultur by Prof.Dr Sri Wilarso Budi


30

MATERI VI. PENANAMAN

I. PENDAHULUAN

Kegiatan penanaman merupakan tahapan pembangunan hutan tanaman yang sangat


penting karena akan menentukan keberhasilan hutan yang dibuat. Kegiatan penanaman
harus dilakukan pada saat musim hujan, kecuali bila sudah ada teknologi penangkapan
uap air maka penanaman bisa dlakukan sepanjang tahun.
Sebelum dilakukan kegiatan penanaman, terlebih dahulu harus dipersiapkan lahannya
yang meliputi pengolahan lahan, pembuatan larikan, pembuatan lubang tanam dan juga
perlu dipersiapkan ajir yang akan ditancapkan di dekat tanaman yang sudah ditanam.
Ajir berguna untuk mempermudah pengontrolan saat evaluasi dilakukan.
Sistem penanaman dapat dibuat monokultur, campuran ataupun agroforestry.
Penanaman dan lahan basah seperti gambut dan mangrove juga berbeda dengan di
tanah kering.
Tujuan praktikum ini adalah agar mahasiswa dapat mempraktekan cara menanam yang
benar di berbagai kondisi lahan.

II. BAHAN DAN METODE


A. BAHAN
• Artikel tentang Panduan Penanaman Pohon
B. PROSEDUR KERJA
1. Pelajari artikel tentang Panduan Penanaman Pohon
2. Tunjukkan kreavitasmu bagimana cara menanam pohon yang baik dan sistem
penanamannya di lahan pasca tambang, mangrove dan gambut. Kreativitasmu
bisa dibuat dengan ilustrasi gambar, video animasi maupun lainnya

I. HASIL DAN PEMBAHASAN

Panduan Praktikum Silvikultur by Prof.Dr Sri Wilarso Budi


31

Panduan Praktikum Silvikultur by Prof.Dr Sri Wilarso Budi


32

II. KESIMPULAN

III. DAFTAR PUSTAKA

Panduan Praktikum Silvikultur by Prof.Dr Sri Wilarso Budi


33

MATERI VII. PEMELIHARAAN TANAMAN MUDA

I. PENDAHULUAN

Bibit yang sudah ditanam di lapangan akan tumbuh dengan baik bila dilakukan
pemeliharaan. Secara umum bibit yang baru ditanam mempunyai ukuran tinggi
sekitar 30 cm dan akan tumbuh dengan baik apabila kondisi lingkungannya
mendukung. Seiring dengan bertambahnya waktu, pertumbuhan gulma disekitar
tanaman pokok akan lebih cepat dari tanaman pokoknya sendiri, dan gulma ini
menjadi pesaing yang sangat besar dalam mendapatkan hara, air maupun sinar
matahari, karena itu perlu dilakukan kegiatan penyiangan.

Tanah yang padat juga tidak baik untuk pertumbuha tanaman, untuk mengatasi
kepadatan tanah ini maka dilakukan kegiatan pendangiran disekitar perakaran
tanaman.

Tanaman yang berumur 1 tahun atau lebih pada umumnya sudah mempunyai
percabangan. Cabang-cabang ini akan membentuk mata kayu yang berakibat
menurunkan kekuatan kayu, karena itu untuk meningkatkan kualitas kayu perlu
dilakukan pembuangan cabang-cabang melalui kegiatan pemangkasan.

Tujuan praktikum ini adalah agar mahasiswa terampil dalam melakukan praktek
pemeliharaan tanaman muda .

II. BAHAN DAN METODE

A. BAHAN dan ALAT


• Video Pemeliharaan tanaman muda
B. PROSEDUR KERJA
1. Tonton video pemeliharaan yang berdurasi sekitar 3 menit
2. Ceritakan isi dari video tersebut
3. Tunjukkan kreativitasmu melalui gambar ilustrasi atau video animasi
tahapan kegiatan pemeliharaan yang dilakukan di Video tersebut

Panduan Praktikum Silvikultur by Prof.Dr Sri Wilarso Budi


34

III.HASIL DAN PEMBAHASAN

Panduan Praktikum Silvikultur by Prof.Dr Sri Wilarso Budi


35

Panduan Praktikum Silvikultur by Prof.Dr Sri Wilarso Budi


36

IV. KESIMPULAN

V.DAFTAR PUSTAKA

Panduan Praktikum Silvikultur by Prof.Dr Sri Wilarso Budi


37

MATERI VIII. PENJARANGAN

I. PENDAHULUAN

Penjarangan merupakan tindakan pemeliharaan tegakan dengan cara mengurangi jumlah


batang per satuan luas untuk mengatur kembali ruang tumbuh pohon. Penjarangan
diperlukan pada saat tingkat persaingan antar pohon dalam pengambilan hara, air dan
cahaya sudah menyebabkan terhambatnya pertumbuhan.
Pohon-pohon yang dimatikan pada kegiatan penjarangan adalah pohon-pohon berbatang
acat atau sakit, berbentuk jelek dan pohon-pohon tertekan. Praktek penjarangan
seperti ini lazim dilakukan pada tegakan dengan tujuan kayu pertukangan atau kayu
konstruksi.

Jumlah Pohon yang dikurangi saat penjarangan tergantung dari standing stock yang ada
dan dibandingkan dengan jumlah pohon normal pada setiap bonita tanah.

Urutan kerja penjarangan adalah dimulai penentuan blok tanaman yang akan dijarangi,
kemudian dengan menggunakan peta blok tanaman dibuat titik-titik plot coba
penjarangan (PCP). Berdasarkan peta ini, maka titik-titik PCP dibuat di lapangan

Tujuan dari praktikum ini adalah agar mahasiswa dapat mempraktekan kegiatan
penjarangan tegakan dengan baik dan benar.

II. BAHAN DAN METODE

A. BAHAN dan ALAT


• Data PCP Tegakan Sengon Umur 7 tahun
• Tabel Bonita Tegakan Sengon

B. PROSEDUR KERJA

1. Pelajari Data PCP Tegakan


2. Tentukan Peninggi dan Bonita di setiap PCP
3. Bahas apakah Tegakan tersebut perlu dilakukan penjarangan

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

Panduan Praktikum Silvikultur by Prof.Dr Sri Wilarso Budi


38

Panduan Praktikum Silvikultur by Prof.Dr Sri Wilarso Budi


39

IV. KESIMPULAN

V. DAFTAR PUSTAKA

Panduan Praktikum Silvikultur by Prof.Dr Sri Wilarso Budi


40

MATERI IX. INVENTARISASI TEGAKAN TINGGAL

I. PENDAHULUAN

Indonesia mempunyai sumberdaya alam berupa hutan alam yang cukup luas.
Menurut Data Departemen Kehutanan dan Perkebunan luas hutan alam di Indonesia
mencapai 143 juta hektar walaupun saat ini hutan alam primer (Virgin Forest)
tinggal sekitar 14 juta hektar.
Dalam mengolah hutan alam tersebut, sebagian besar menggunakan sistem
Silvikultur Tebang Pilih Tanam Indonesia (TPTI), yaitu sistem silvikultur yang
mangatur cara penebangan dan permudaan hutan.
Dalam kegiatan TPTI ini tahapan Inventarisasi Tegakan Tinggal (ITT) adalah
merupakan kegiatan yang penting, karena dalam kegiatan ini akan diketahui
komposisi tegakan yang ada dan akan menentukan perlu tidaknya dilakukan tindakan
penanaman pengayaan atau tidak pada lokasi-lokasi yang sudah di lakukan
penebangan.
Dalam kegiatan ITT, hal penting yang harus diperhatikan adalah keberadaan
tegakan tinggal komersial. Sampai saat ini pohon-pohon yang masuk dalam kategori
komersial adalah sebagian besar pohon dari kelompok Dipterocarpaceae.
Tujuan praktikum ini adalah untuk mengetahui teknik-teknik inventarisasi tegakan
tinggal beserta pengolahan datanya. Dalam praktikum ini hanya akan dilakukan
simulasi, mengingat ketidaktersediaannya lokasi praktek di lapangan
II. BAHAN DAN METODE

A. BAHAN dan ALAT

• Data ITT
B. PROSEDUR KERJA

1. Pelajari data Inventarisasi Tegakan Tinggal pada file Excell


2. Hitung jumlah jenis per ha untuk setiap tingkat pertumbuhan (Semai, pancang,
tiang, pohon)
3. Identifikasi jenis-jenis komersial yang mempunyai regenerasi normal (ada di
setiap tingkat pertumbuhan)
4. Amati pohon inti yang ada pada petak tersebut (pohon inti adalah pohon
komersial yang berdiameter lebih dari 20 cm), bila menemukan 1 pohon inti,
buat tanda tidak perlu pengayaan dan tidak perlu mengamati petak 10 X 10 dan

Panduan Praktikum Silvikultur by Prof.Dr Sri Wilarso Budi


41

5 X 5; Bila tidak menemukan pohon inti, maka pengamatan di lanjutkan pada


petak 10 X 10. Bila pada petak 10 X 10 m ditemukan minimal 1 pohon komersial
tingkat tiang, buat tanda tidak perlu pengayaan, bila tidak diketemukan,
lanjutkan pengamatan ke petak 5 X 5. Bila pada petak 5 X 5 m di temukan
minimal 1 lahan komersial tingkat pancang, beri tanda tidak perlu pengayaan,
bila tidak diketemukan, maka beri tanda perlu ada pengayaan

5. Dari keterangan pada Nomor 5, apakah perlu dilakukan kegiatan pengayaan?

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

Panduan Praktikum Silvikultur by Prof.Dr Sri Wilarso Budi


42

IV. KESIMPULAN

V. DAFTAR PUSTAKA

Panduan Praktikum Silvikultur by Prof.Dr Sri Wilarso Budi


43

MATERI X. UJIAN PRAKTIKUM

Panduan Praktikum Silvikultur by Prof.Dr Sri Wilarso Budi


44

LAMPIRAN
TABEL PENJARANGAN
TEGAKAN TINGGAL
Jenis : Mahoni ( Swietenia sp. )
Umur Bonita : I Bonita : II
(Tahun) Peninggi ( m ) N/ Ha Jarak Peninggi ( m ) N/ Ha. Jarak
Pohon Pohon
Min Max N N max (m) % Min Max N min N max ( m ) %
min
5 6,9 2215 2595 2 8,7 1838 2215 2
5,3 35,9 6,9 30,6
6 8,2 2006 2418 2 10,2 1600 2006 3
6,1 32,2 8,2 27,5
7 9,3 1804 2251 2 11,8 1390 1804 3
6,8 29,8 9,3 25,7
8 10,3 1623 2078 2 13,1 1210 1623 3
7,4 28,4 10,3 24,6
9 11,1 1457 1920 3 14,3 1058 1457 3
8,1 27,2 11,1 24,2
10 12,1 1323 1768 3 15,5 938 1323 3
8,7 26,3 12,1 23,5
11 12,9 1213 1639 3 16,5 838 1213 3
9,3 25,6 12,9 23,1
12 13,7 1116 1528 3 17,4 755 1116 4
10,0 25,0 13,7 23,0
13 14,4 1030 1420 3 18,1 693 1030 4
10,7 24,6 14,4 23,0
14 15,0 954 1322 3 18,8 635 954 4
11,2 24,3 15,0 22,9
15 15,6 890 1240 3 19,4 588 890 4
11,8 24,0 15,6 23,0
16 16,2 828 1173 3 20,1 540 828 4
12,2 23,9 16,2 23,2

Panduan Praktikum Silvikultur by Prof.Dr Sri Wilarso Budi


45

17 16,8 776 1108 4 20,7 505 776 4


12,9 23,7 16,8 23,3
18 17,3 723 1048 4 21,1 468 723 4
13,5 23,5 17,3 23,7
19 17,9 684 982 4 21,5 448 684 5
14,2 23,3 17,9 23,6
20 18,4 640 920 4 22,2 420 640 5
14,6 23,3 18,4 23,7
21 19,0 604 862 4 22,7 400 604 5
15,3 23,2 19,0 23,7
22 19,5 577 821 4 23,2 381 577 5
15,8 23,1 19,5 23,7
23 19,9 545 765 4 23,5 364 545 5
16,3 23,2 19,9 23,7
24 20,4 515 721 4 23,9 346 515 5
16,9 23,2 20,4 24,0
25 20,8 484 667 4 24,4 331 484 5
17,2 23,6 20,8 24,0
26 21,3 460 630 5 24,8 315 460 5
17,8 23,6 21,3 24,1
27 21,7 437 590 5 25,3 303 437 6
18,1 23,8 21,7 24,1
28 22,2 416 557 5 25,7 290 416 6
18,7 23,9 22,2 24,2
29 22,6 399 527 5 26,0 283 399 6
18,2 23,9 22,6 24,1
30 23,0 388 513 5 26,4 275 388 6
19,6 23,8 23,0 24,1
31 23,5 375 492 5 26,8 267 375 6
20,2 23,7 23,5 24,1
32 23,8 362 471 5 27,0 259 362 6
20,8 23,6 23,8 24,1
33 24,3 349 450 5 27,4 251 349 6
21,2 23,7 24,3 24,1
34 24,6 336 429 5 27,6 243 336 6
21,6 23,8 24,6 24,2
35 25,0 323 408 6 28,1 235 323 6
21,8 24,0 25,0 24,2
36 25,3 313 394 6 28,3 228 313 7
22,3 24,0 25,3 24,3

Panduan Praktikum Silvikultur by Prof.Dr Sri Wilarso Budi


46

37 25,7 303 380 6 28,6 221 303 7


22,8 24,0 25,7 24,4
38 26,0 293 366 6 28,8 214 293 7
23,1 24,2 26,0 24,5
39 26,3 283 352 6 29,2 207 283 7
23,4 24,3 26,3 24,6
40 26,5 273 338 6 29,5 200 273 7
23,5 24,6 26,5 24,8
41 26,8 265 329 6 29,8 195 265 7
23,9 24,6 26,8 25,0
42 27,1 258 321 6 30,1 189 258 7
24,3 24,6 27,1 25,1
43 27,4 250 312 6 30,4 184 250 7
24,6 24,7 27,4 25,2
44 27,7 243 304 6 30,6 178 243 7
24,9 24,7 27,7 25,4
45 28,0 236 295 7 30,8 173 236 8
25,2 24,8 28,0 25,6
46 28,3 229 287 7 31,1 168 229 8
25,5 24,9 28,3 25,7
47 28,6 223 279 7 31,4 164 223 8
25,8 24,9 28,6 25,7
48 28,9 217 271 7 31,6 159 217 8
26,1 25,0 28,9 25,9
49 29,1 211 263 7 31,8 155 211 8
26,4 25,2 29,1 26,1
50 29,3 205 255 7 31,9 150 205 8
26,6 25,4 29,3 26,4
Keterangan :
N/ha = jumlah pohon per ha

Panduan Praktikum Silvikultur by Prof.Dr Sri Wilarso Budi


47

TABEL PENJARANGAN
TEGAKAN TINGGAL
Jenis : Mahoni (Swietenia sp)
Umur Bonita : III
(Tahun) Peninggi ( m ) N/ Ha Jarak Pohon
Min Max N min N max (m) %
5 8,7 11,0 1463 1838 3 27,0
6 10,2 13,0 1200 1600 3 24,8
7 11,8 14,9 1010 1390 3 23,3
8 13,1 16,5 840 1210 3 22,7
9 14,3 18,0 723 1058 4 22,4
10 15,5 19,1 613 938 4 22,3
11 16,5 19,9 513 838 4 22,7
12 17,4 20,7 445 755 4 23,1
13 18,1 21,3 408 693 5 23,3
14 18,8 22,2 365 635 5 23,4
15 19,4 22,8 333 588 5 23,7
16 20,1 23,3 310 540 5 24,0
17 20,7 24,2 295 505 5 24,0
18 21,1 24,7 283 468 6 24,2
19 21,5 25,5 273 448 6 24,1
20 22,2 25,8 260 420 6 24,3
21 22,7 26,4 250 400 6 24,3
22 23,2 26,9 233 381 6 24,5
23 23,5 27,3 221 364 6 24,8
24 23,9 27,8 214 346 6 24,9
25 24,4 28,0 209 331 7 25,0
26 24,8 28,5 195 315 7 25,3
27 25,3 28,7 188 303 7 25,4

Panduan Praktikum Silvikultur by Prof.Dr Sri Wilarso Budi


48

28 25,7 29,0 180 290 7 25,7


29 26,0 29,4 178 283 7 25,6
30 26,4 29,6 175 275 7 25,6
31 26,8 30,0 169 267 7 25,6
32 27,0 30,7 163 259 7 25,7
33 27,4 31,0 157 251 8 25,8
34 27,6 31,4 151 243 8 26,0
35 28,1 31,6 145 235 8 26,2
36 28,3 31,9 140 228 8 26,3
37 28,6 32,1 135 221 8 26,6
38 28,8 32,2 130 214 8 26,9
39 29,2 32,3 125 207 8 27,2
40 29,5 32,3 120 200 8 27,5
41 29,8 32,6 118 195 9 27,5
42 30,1 32,9 115 189 9 27,7
43 30,4 33,2 113 184 9 27,7
44 30,6 33,4 110 178 9 28,0
45 30,8 33,6 107 173 9 28,2
46 31,1 33,8 104 168 9 28,4
47 31,4 34,0 101 164 9 28,5
48 31,6 34,2 97 159 9 28,9
49 31,8 34,4 94 155 10 29,1
50 31,9 34,6 90 150 10 29,5
Keterangan :
N/ha = jumlah pohon per ha

Panduan Praktikum Silvikultur by Prof.Dr Sri Wilarso Budi


49

TABEL PENJARANGAN
TEGAKAN TINGGAL
Jenis : Sengon ( Albazia falcataria )

Umur Bonita : II
(Tahun) Peninggi ( m ) N/ Ha Jarak Pohon
Min Max N min N max (m) %
2 5,8 8,6 995 1155 3 45,5
3 10,6 13,8 723 900 4 31,1
4 14,4 18,4 530 680 4 26,9
5 17,7 22,3 400 523 5 25,6
6 20,7 25,3 300 398 6 25,7
7 23,6 27,4 205 295 7 26,7

Umur Bonita : III


(Tahun) Peninggi ( m ) N/ Ha. Jarak Pohon
Min Max N min N max (m) %
2 8,6 11,4 835 995 4 35,5
3 13,8 17,0 580 723 4 27,5
4 18,4 22,4 380 530 5 25,6
5 22,3 26,9 265 400 6 26,3
6 25,3 29,9 195 300 8 27,9
7 27,4 31,2 130 205 8 29,0

Umur Bonita : IV
(Tahun) Peninggi ( m ) N/ Ha Jarak Pohon
Min Max N min N max (m) %
2 11,4 14 680 835 4 30,4
3 17 21,6 440 580 5 25,8
4 22,4 26,4 260 380 6 26,3

Panduan Praktikum Silvikultur by Prof.Dr Sri Wilarso Budi


50

5 26,9 29,3 158 265 8 28,5


6 29,9 31,3 100 195 9 30,2
7 31,2 33,2 60 130 10 30,5

Keterangan : N/Ha = Jumlah Pohon/ha

Panduan Praktikum Silvikultur by Prof.Dr Sri Wilarso Budi

Anda mungkin juga menyukai