Anda di halaman 1dari 34

DESKRIPSI SUKU, MARGA, DAN

JENIS-JENIS POHON PENTING


Kuliah Minggu ke 15

Theaceae, Hamamelidaceae, Thymelaeaceae, Ebenaceae

Mohammad Basyuni
Lecturer @ Department of Forestry,
University of Sumatera Utara

Theaceae

Pohon atau semak, daun tunggal, berseling dan


estipulate.
Bunga biseksual, memiliki daun pembawa bunga
sangat kecil (Bracteate), sepal 5, petal 5, tangkai
putik, atau tercabang 3-5.
Buah buni atau kotak

Contoh Jenis

Schima wallichii (D.C) Korth. (Puspa)


Tumbuh di hutan primer dan hutan hutan
sekunder
Ketinggian 5-3.300 mdpl
Distribusi Sumatera, Jawa dan Kalimantan
Kayunya bagus untuk bahan bangunan,
dinding, papan dan kayu lapis.

S. wallichii

Description
Mid-canopy tree up to 40 m tall and 75 cm dbh. Stipules
absent. Leaves alternate, simple, penni-veined, usually
glabrous, margin toothed. Flowers ca. 33 mm diameter,
white, placed in leaf axils. Fruits ca. 14 mm diameter,
green-brown, dehiscent capsules with winged seeds.
Ecology
In disturbed (open, exposed sites) to undisturbed mixed
dipterocarp, keranga, coastal and sub-montane forests up
to 1500 m altitude. Usually on exposed ridges with sandy
soils, but also on clay.

S. wallichii

Uses
The timber is locally used in house construction,
for furniture and for boats.
Distribution
From the Himalayas, southern China and
southern Japan to Java, Borneo and the
Philippines. In Borneo collected throughout the
island.
Local names in Borneo
Legai, Medang helalang, Penagit, Puspa.

S. wallichii

http://www.weblio.jp/content/Schima+wallichii

S. wallichii

http://commons.wikimedia.org/wik
i/File:Schima_wallichii_chois_%28C
hilaune%29_bank_and_closeup.JPG

Thea sinensis O.K. (Teh)

Sinonim: Camellia sinensis (green tea)


Untuk minuman dan obat

Hamamelidaceae

Pohon atau semak, deciduous atau evergreen,


dengan rambut bintang (stellate) pada ranting.
Daun alternate, tunggal, tepi daun bergerigi
sampai beringgit, stipulate.
Bunga uni/biseksual, actinomorphic (beraturan),
sepal 4-5 bersatu pada pangkal, petal 4-5 lepas,
stamen 2-8 tersusun dalam lingkaran.
Buah kotak berongga 2, biji banyak, bersayap,
tankal putik 2 tidak rontok dan mengeras.

Hamamelidaceae
Anggota sebanyak 23 marga dan 100 jenis yang
hidup di daerah tropika dan sub-tropika.
Contoh jenis:
Altingia excelsa (Rasamala)
Banyak tumbuh di hutan pegunungan (5002000 mdpl), terutama di Jabar. Pohon raksasa,
tepi daun bergerigi, beraroma dan kayunya
sangat bagus untuk kontruksi (bangunan)

A. excelsa

Hamamelidaceae

Hammamelis virginia
Bucklandia populrea
Liquidamgar styraciflua (menghasilkan resin
kemenyan)

Thymelaeaceae
Gonystylus bancanus (Ramin atau Gaharu Buaya)
Pohon tinggi lurus, kulit bersisik dan berambut
gatal.
Daun tunggal, berbintik kuning tersebar merata,
tulang daun sekunder sangat halus, tangkai daun 1
cm, hitam.
Bunga jantan-betina, tangkai putik bersegi dan
bengkok.
Buah bulat, biji sebagian tertutp arillus.

Gonystylus bancanus (Ramin


atau Gaharu Buaya)

Tersebar di Kalimantan dan Sumatra di hutan


rawa dan hutan rawa gambut, tumbuh
berkelompok.
Akibat pemanfaatan yang sangat intensif tanpa
dibanrengi penanaman kembali, populasi pohon
ini diambang kepunahan.
Kegunaan: meubeler, kayu bangunan, lantai
rumah, kayu lapis.

G. bancanus

08hachi.blogspot.com

Aquilaria malaccensis Lamk.,


Encycl. 1 (1783)

Synonyms
Agallochum malaccense (Lamk.) O.K., Agallochum malaicense
Rumph., Agallochum secundarium coinamense Rumph.,
Aquilaria agallochum Roxb., Aquilaria ovata Cav., Aquilaria
secundaria DC, Aquilariella malaccensis (Lamk.) van Tiegh
Description
Upper canopy tree up to 49 m tall and 55 cm dbh.
Stipules absent. Leaves alternate, simple, penni-veined
with wavy horizontal tertiary venation, glabrous. Flowers
ca. 5 mm diameter, white-yellow, with corolla tube,
flowers in panicles. Fruits ca. 19 mm long, greenish,
dehiscent, capsule.

Ecology
In undisturbed mixed dipterocarp and submontane forests up to 1500 m altitude. Mostly
along rivers and streams and on ridges with
sandy soils. In secondary forests usually present
as a pre-disturbance remnant.
Uses
The fungi infected wood produces a valuable
incense. The wood is also used to make baskets
and temporary beds. The bark is used for
making ropes and cloths.

Distribution
India, Burma, Thailand, Peninsular Malaysia,
Sumatra, Borneo (Sabah, East-Kalimantan),
Philippines.
Local names in Borneo
Alas, Calambac, Ching karas, Gaharu, Galoop,
Garu, Gharu, Karas, Kayu gaharu, Kekaras,
Kepang, Laroo, Mengkaras, Ngalas, Sigi-sigi,
Tabak, Taras gharu, Tengkaras.

A. malaccensis

A. malacensis

Habitus pohon tinggi 25 m, dimater 50 cm, tidak


berbanis
Kulit luar abi-abu, tidak beralur, kayu teras
kuning tua.
Daun tunggal, berbentuk elips lonjong, warna
daun kering abu-abu hijau, pinggir daun agak
bergelombang, permukaan licin.

Bunga menyerupai malai, dalam ketiak daun,


buah hlat atau bulat telur sungsang, berbiji satu,
ditutupi penuh dengan bulu-bulu merah.
Tempat tumbuh: Sumatra dan Kalimantan di
hutan primer pada ketinggian 1200-1600 mdpl.
Kegunaan: kayu ringan dan wangi, kulit
diperdagangkan untuk tali, kayu kurang baik
untuk bangunan.
Bernilai tinggi: gumpalan gaharu berwarna
kehitam-hitaman dan sangat harum berada
dalam batang pohon sebagai hasil dari infeksi
penyakit (mikroorganisme).

EBE NACEAE
Suatu suku dengan banyak jenis ( 320 jenis),
terdiri dari lima marga. Di Indonesia hanya
terdapat 1 marga, yaitu: marga Diospyros
dengan 150 jenis, tersebar di seluruh
Indonesia. Di kenal dengan nama kayu arang,
kayu hitam.
Penyebaran: Sumatera, Kalimantan, Jawa,
Sulawesi, Bali, NTB, NTT, Maluku dan Irian
Jaya

Jenis-jenis Penting
Diospyros celebica bakh. (eboni): Kayu hitam, kayu
arang, penghasil kayu lux atau mewah yang
harganya mahal. Tumbuh di Sulawesi (Sulteng)
D. ebenum Koen.
D. ferrea Bakh.
D. lolin
D. rumphii Bakh
D. kaki (Kesemek)
D. discolor, D. philippensis (Bisbol, samolo)
D. virginiana (Persimon)

Ciri-ciri khas organ vegetatip:


Daun

tunggal, bangun bulat panjang sampai lanset


Kedudukan daun selang-seling
Tangkai daun pendek
Permukaan atas helaian daun berwarna hijau tua
mengkilat; permukaan bawah kadang berbulu rapat,
begitu pula tangkai daun, ranting, dan kuncup
ujungnya
Urat/tulang daun sekunder dan urat daun tertier
tersusun tidak teratur
Kulit batang beralur dalam berwarna kehitamhitaman. Bila dilukai kadang terlihat keluar suatu zat
hitam

Ciri-ciri khas organ generatip:


Bunga/buah

sendiri-sendiri, terletak di
ketiak kedudukan daun
Buah bulat panjang atau bulat,
berbulu. Buah muda berwarna hijau dan
bila tua berwarna kuning sampai coklat
muda. Berbiji lebih dari satu, memanjang

Kegunaan:
Banyak digunakan untuk mebel mewah,
perpatungan, ukiran, kipas, barang bubutan,
alat-alat dekoratip, badan sikat, venir mewah,
alat musik tiup dll. Selain kayu, juga ada
beberapa jenis yang menghasilkan buah dan
sudah mendapat pasaran. Kebanyakan dari
jenis tersebut sudah dibudidayakan sebagai
kebun buah-buahan (D. discolor Willd; bisbul,
D. kaki L.F; kesemek). Juga dibuat manisan
selai yang dikeringkan

D. kaki

Diospyros kaki, better known as the Japanese


Persimmon, Kaki Persimmon (kaki []) or
Asian Persimmon in North America, is the most
widely cultivated species of the Diospyros genus.
Although its first published botanical
description was not until 1780, the kaki is also
among the oldest plants in cultivation, known
for its use in China for more than 2000 years.

The persimmon (kaki) is a sweet, slightly tangy


fruit with a soft to occasionally fibrous texture.
This species, native to China, is deciduous, with
broad, stiff leaves. Cultivation of the fruit
extended first to other parts of East Asia, and
was later introduced to California and southern
Europe in the 19th century, to Brazil in the
1890s,[3] and numerous cultivars have been
selected. A variety is Diospyros kaki var. sylvestris
Makino.

D. kaki

http://en.wikipedia.org/wiki/File:Kaki_20041002.jpg

D. kaki
http://en.wikipedia.org/wiki/File:Persimmons_yamagata_2005-10.JPG

Diospyros borneensis

Description
Sub-canopy tree up to 24 m tall and 30 cm dbh. Stipules absent.
Leaves alternate, simple, penni-veined, secondary venation
impressed on upper surface, clearly looping along margin. Flowers
ca. 3 mm in diameter, white-yellow, with narrow corolla tube,
placed in compressed cymes or solitary. Fruit ca. 33 mm long,
brown-purple-black, fleshy berry with many flattened and elongate
seeds.
Ecology
In undisturbed mixed dipterocarp forests up to 300 m altitude.
Scattered throughout the forest, from riversides to ridges. Mostly
on sandy to clayey soils. In secondary forests usually present as a
pre-disturbance remnant tree.

Uses
The wood is locally used to carve magical
statues.
Distribution
Indo-China, Thailand, Peninsular Malaysia,
Sumatra, Borneo (Sarawak, Brunei, Sabah, West, Central- and East-Kalimantan), Philippines.
Local names
Borneo: Kayu arang, Kayu balik, Kayu malam,
Kumpang balik.

Anda mungkin juga menyukai