SILVIKULTUR
SEMESTER I TAHUN 2020/2021
Oleh:.
LABORATORIUM SILVIKULTUR&AGROFORESTRI
DEPARTEMEN SILVIKULTUR
FAKULTAS KEHUTANAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA 2019
1
TATA TERTIB PRAKTIKUM SILVIKULTUR
2
PENGANTAR
Penulis
3
TOPIK 1: SILVIKA JENIS
ACARA I
Tujuan
Tempat
Alat : gunting biji, kaca pembesar, tanggem, pisau, gunting kuku, penggaris,
Pengantar
4
bakal buah (contoh: buah jati).Sedangkan buah semu adalah buah yang terbentuk
dari bakal buah dan bagian-bagian lain dari bunga (contoh: buah jambu mete).
Biji merupakan suatu unit embryoyang berkembang setelah terjadi
pembuahan.Bagian-bagiannya terdiri dari kulit biji, plasenta, dan embryo.Tali pusat
merupakan bagian yang menghubungkan biji dan papan biji.Inti biji adalah semua
bagian biji yang terdapat di dalam kulit ari.Inti biji terdiri dari lembaga yang
merupakan calon tumbuhan baru dan putih lembaga sebagai tempat cadangan
makanan (kotiledon).
Cara Kerja
5
ACARA II
SKARIFIKASI BIJI
Tujuan
Tempat
Alat: Bahan:
Kertas dan alat tulis Benih
Termometer Pasir/tanah
Bak tabur/kantong plastik Asam sulfat (H2SO4)
handsprayer, gembor dan selang
Amplas/gergaji besi/gunting kuku
Tang/tanggem
Kompor, panci, botol kecil
Pengantar
6
keadaan dimana pertumbuhan terhenti/istirahat sebagai akibat adanya respon
lingkungan yang tidak memungkinkan, selain dipengaruhi oleh konsentrasi hormon
ABA (Abscisic Acid/asam absisat) yang tinggi.
Secara umum skarifikasi terbagi menjadi 3 tipe yaitu fisis, mekanis, dan
kemis.Skarifikasi fisis adalah skarifikasi yang dilakukan dengan merendam biji ke
dalam air pada berbagai tingkat suhu tertentu.Tujuan dari skarifikasi ini adalah untuk
melunakkan kulit biji yang tebal sehingga mampu mematahkan dormansi kulit yang
terjadi.Perlakuan yang diberikan bisa berupa perendaman dalam air panas (100oC)±5
menit dilanjutkan dengan perendaman air dingin selama ±12 jam.Karena
menggunakan berbagai tingkatan suhu tertentu, proses ini dikenal dengan stratifikasi
(tingkatan/macam perlakuan yang diberikan pada biji).Sedangkan yang dimaksud
dengan skarifikasi mekanis adalah skarifikasi yang dilakukan dengan penggosokan
kulit biji dengan amplas. Tujuan skarifikasi mekanis sama dengan skarifikasi fisis yaitu
untuk mematahkan dormansi kulit dengan melunakkan permukaan kulit biji yang hal
ini menjadi “penghalang” masuknya pengaruh lingkungan yang diperlukan untuk
proses perkecambahan.
Cara Kerja
1. Pilihlah benih dari jenis yang telah ditentukan dengan ukuran yang relatif
seragam, berisi penuh (tidak kosong/kopong), permukaan kulit tidak rusak
(mengelupas, retak atau terkena jamur).
2. Untuk skarifikasi fisis, lakukanlah perendaman benih dengan ketentuan sebagai
berikut :
a. Biji tidak diberi perlakukan (10 butir)
b. Biji direndam air dingin (ledeng) semalam (±12 jam) (10 butir)
7
c. Biji disiram air mendidih 5 menit, kemudian ditiriskan dan direndam air
(ledeng) semalam ±12 jam (10 butir)
Perbandingan antara biji: air adalah 1:10. Pada perlakuan b+c, apabila terdapat
biji yang mengapung, biji-biji tersebut dipisahkan dan tidak dikecambahkan.
3. Untuk skarifikasi kemis, rendamlah 10 butir biji dalam larutan asam sulfat (H2SO4)
dengan konsentrasi 10% selama 5 menit. Setelah itu, pindahkan biji-biji tersebut
dalam wadah (gelas air mineral bekas) kemudian bilas dengan air ledeng.
Gunakan kaos tangan plastic dan kaca mata pelindung selama pengerjaan ini.
4. Untuk skarifikasi mekanis, lakukanlah ketentuan berikut ini:
(1) Gosok benih dengan kertas amrilpada bagian calon keluarnya akar (10 butir).
(2) Potong bagian ujung biji dengan gunting kukuatau retakkan dengan
tanggem/tang (10 butir)(Peretakan disesuaikan dengan ukuran biji yang
digunakan untuk praktikum).
5. Siapkan 2 macam bak plastik/besek: (a) diberi sungkup/penutup plastik (b)
dibiarkan terbuka/tanpa penutup. Jika bak plastik digunakan sebagai wadah
penaburan, lubangi di beberapa tempat pada bagian bawah bak. Setiap bak tabur
diberi media pasir(yang telah diayak) setebal 5 cm, kemudian basahi media
tersebut hingga jenuh.
6. Cantumkan informasi pada wadah (bak/besek) mengenai: jenis biji, perlakuan,
tanggal penaburan, nomor kelompok, nomor regu dan nama-nama praktikan
(anggota regu).
7. Tabur/tanam10 biji dalam bak tabur tanpa sungkup/penutup dan 10 biji pada bak
tabur dengan sungkup/penutup, sedalam 1 cmkemudian timbun/taburi pasir.
Semprot dengan handsprayer pada bagian permukaan penaburan.
8. Buatlah denah dari posisi wadah/bedeng dari wadah/bedeng regu-reguyang lain.
Ambil gambar (foto) dari setiap tahap kegiatansampai hasil akhir pengamatan.
9. Rawatlah dengan penyiraman setiap pagi dan sore hari dengan menggunakan
handsprayer.
8
Pengamatan
Pengamatan dilakukan setiap 2 hari sekali selama 45 hari. Beberapa hal yang perlu
diamati dan dicatat adalah :
Kapan benih mulai berkecambah dan jumlah kecambah yang muncul setiap kali
pengamatan.
Tanda kematian kecambah (jika ditemui) dan amati penyebab kematiannya:
hama, penyakit, kelalaian dalam perawatan dan penyebab lainnya.
Setiap pengamatan dilakukan, cabutlah satu batang kecambah untuk pembuatan
herbarium tingkat-tingkat perkecambahan. Ukur tinggi kecambah,panjang dan
jumlah akar. Foto sampel kecambah yang dicabut tersebut dengan meletakkan
penggaris di dekat obyek yang difoto.
Buatlah grafik Sommering Curve(SC) dan Frequency Curve (FC) dari masing-masing
perlakuan perkecambahan.
9
ACARA III
Tujuan
Tempat
1. Benih lamtoro/sengon
2. Pisau yang tajam
3. Kaca pembesar/loupe
4. Bak kecambah/kertas saring.
5. Oven
6. Timbangan
7. Amplop
Cara Kerja
10
c. Amati proses perkecambahan, hitung yang berkecambah, kemudian hitung
daya kecambah (viabilitas benih).
11
%kebersihan x 100%
%kemurnian x 100%
x 100%
x 100%
*Catatan: kadar air benih yang baik adalah antara 8-14 %. Dengan kadar air
benih yang tepat maka benih akan dapat disimpan dalam waktu yang lama.
12
**Benih sengon yang telah disimpan dalam waktu >25 tahun dengan
perawatan yang tepat, viabilitasnya masih bisa mencapai >50% (Hardiyanto,
komunikasi personal 2017).
13
TOPIK 2: MEDIA, KONTINER, PERBANYAKAN TANAMAN& PENANAMAN
ACARA IV
Tujuan
Tempat
Pengantar
A. Media
Media tumbuh merupakan substrat dimana tanaman berpijak. Media tumbuh
pada dasarnya erat kaitannya dengan pertumbuhan tanaman karena memiliki
beberapa fungsi, antara lain: ketersediaan hara mineral, suplai terhadap
kelembaban dan sokongan secara fisik. Secara umum media tumbuh terbagi
menjadi 2 yaitu media pengecambahan (bedeng tabur) dan media semai yang
disapih (bedeng sapih).Media pengecambahan diperlukan untuk
mengecambahkan benih.Adapun media semai digunakan untuk menyemaikan
14
benih.Untuk media tabor, ketersediaan unsur hara belum diperlukan, kecuali
penaburan biji secara langsung di polybag. Media sapih disyaratkan memiliki
ketentuan sebagai berikut: daya serap air yang tinggi, beraerasi bagus, tersedia
unsur hara yang cukup, tidak beracun/steril, tekstur dan struktur media bagus
sedemikian rupa sehingga media bersifat remah yaitu masih tersedianya rongga
sehingga aerasi dan drainasenya lancar.
B. Wadah (kontiner)
Cara Kerja
15
memindahkan kecambah, basahi media dalam bak perkecambahan. Pindahkan
kecambah dengan bantuan stick bambu tersebut, kemudianangkat dengan
menyertakan sebagian medianya. Perhatikan akar jangan sampai tertekuk.
Padatkan tanah disekitar kecambah yang ditanamsupaya menyatu dengan
perakaran.
4. Untuk mengetahui pengaruh media siapkan kantong plastik ukuran sedang isilah
dengan 3 macam media, yaitu tanah, pasir & kompos dengan perbandingan sbb:
a. Tanah : pasir : kompos = 1 : 1 : 1 (5polybag)
b. Tanah : pasir : kompos = 1 : 1 : 2 (5polybag)
c. Tanah : pasir : kompos = 1 : 2 : 1 (5polybag)
Kemudian tanamlah kecambah yang tersedia dengan hati-hati, akar jangan sampai
tertekuk, tanah dipadatkan menyatu dengan perakaran.Ukurlah tinggi awal
kecambah.
5. Siram dengan air secukupnya agar media tetap dalam keadaan lembab.
6. Amati pertumbuhan semai setiap 2 hari sekali dan lakukanlah penyiraman.
Pertumbuhan tinggi diukur setiap 1 minggu sekali.
7. Pengamatan diakhiri setelah 45 hari, buatlah kurva pertumbuhan untuk masing-
masing perlakuan serta lakukanlah analisis statistik untuk mengetahui pengaruh
ukuran wadah/kontainer (polybag)dan pottrayssertamacam media terhadap
pertumbuhan tanaman.
8. Foto tahan dan hasil akhir sebagai bahan pelaporan.
16
ACARA V
Tujuan
Tempat
Anakan permudaan alam dan semai siap tanam, kertas gambar, alat tulis, kaliper,
penggaris, gunting/gergaji, cetok/cangkul, dan kamera,pupuk, acir bambu setinggi
1,25 m, ember /tas plastik/pelepah pisang
Pengantar
Pemindahan bibit yang berasal dari pembiakan generatif antara lain dilakukan
dengan sistem cabutan, puteran, dan stump. Sistem cabutan dilakukan dengan
mengambil atau mencabut semai dari tempat semula tanpa menyertakan tanah yang
melingkupi tanamnan tersebut.Berbeda dengan sistem cabutan, aplikasi sistem
puteran dilakukan dengan mengambil semai dari tempat semula dengan
menyertakan tanah yang melingkupi tanaman tersebut.Puteran terbaik adalah
antara 30-100 cm, biasanya tercapai sesudah 6-15 bulan di dalam
persemaian.Metode pemidahan bibit generatif terakhir adalah dengan sistem stump.
Pemindahan bibit dengan teknik stumpdilakukan dengan mengambil semai dari
tempat semula kemudian bagian atas batang dipotong sehingga hanya menyisakan
batang bagian bawah dan akar. Stump lanting dipakai di Asia pertama kalinya pada
17
tahun 1920. Keunggulan pemanfaatan stump yaitu pengangkutannya mudah,
penyimpanannya mudah dan persen tanaman tinggi.
Di hutan alam produksi, sering kita jumpai anakan alam yang berkelompok
atau tidak tersebar merata, sehingga dalam pertumbuhannya akan menghadapi
kompetisi yang tingga dalam pemanfaatan ruang tumbuhnya. Untuk itu perlu
dilakukan upaya meratakan sebaran anakan tersebut baik dipindahkan secara
langsung maupun tidak langsung, yaitu melalui kegiatan pemeliharaan anakan alam
di persemaian.Pengadaan bibit secara cabutan dan puteran sangat diperlukan
khususnya untuk jenis-jenis yang dapat berbunga/berbuah dalam waktu lama atau
tidak dapat berbuah setiap tahun, misalnya jenis-jenis dari famili dipterocarpaceae
(meranti, keruing dll.).Anakan alam juga diperlukan pada jenis-jenis yang
ketersediaan bijinya terbatas ataupun sulit didapatkan.
Pembuatan bibit yang berasal dari anakan alam (wildling) dapat dilakukan
secara cabutan maupun puteran.Secara cabutan, anakan alam dicabut tanpa
menyertakan bongkahan tanah yang melingkupi akarnya.Secara puteran, anakan
18
alam diambil beserta bongkahan tanah yang melingkupi akar sedemikian rupa
sehingga kedudukan akar dan tanah tidak banyak mengalami perubahan. Kedua cara
tersebut tentunya berimplikasi pada kondisi bibit terutama kondisi fisik
perakarannya.
Untuk itu, perlu diketahui upaya untuk mendapatkan bibit dengan kedua cara
tersebut dapat menghasilkan tingkat keberhasilan yang tinggi. Faktor-faktor apa saja
yang berpengaruh terhadap keberhasilan bibit yang dihasilkan juga menjadi
perhatian dalam praktikum ini.
19
Lapisan tanah bagian atas pada saat penggalian/pembuatan lubang tanam,
diletakkan pada bagian bawah dan lapisan tanah bagian atas pada saat
penggalian diletakkan di bagian atas pada saat penanaman.
Polybag dilepaskan sebelum semai ditanam dan polybag bekas tersebut
diletakkan di ujung acir sebagai pertanda bahwa semai yang ditanam tersebut
telah dilepaskan polybagnya.
Pupuk dasar tidak menyentuh langsung dengan perakaran tanaman yang
akan ditanam.
A. PEMBUATAN STUMP
Cara Kerja:
1. Buatlah stump dari semai yang berukuran besar (Ø 1,5-3 cm), dengan ketentuan
sebagai berikut :
- Perbandingan batang : akar = 1 : 1, sebanyak 3 batang
- Perbandingan batang : akar = 1 : 2, sebanyak 3 batang
- Perbandingan batang : akar = 1 : 3, sebanyak 3 batang
2. Setelah semua stump siap, kemudian dibawa ke lapangan untuk ditanam.
3. Buatlah lay out dari penanaman yang dilakukan.
4. Siramlah setiap hari, amati 2 minggu kemudian, cabutlah bibit tersebut, amati
dan gambar keadaan perakarannya. Bandingkan ketiga perlakuan (bentuk,
ukuran dan kondisi bibit), demikian pula posisi bibit dalam penanaman
5. Dokumentasikanlah setiap aktivitas yang saudara lakukan.
Cara Kerja:
20
anakan alam yang tingginya relatif sama (usahakan yang kurang dari 40 cm)
dengan diameter batang kurang dari 3,5 mm. Adapun teknis pengumpulan
anakan alam secara puteran dan cabutan adalah sbb:
a. Puteran
- Gali tanah di sekitar anakan alam tersebut dengan cetok/cangkul,
memutar dengan jarak antara batang dengan area pemutaran (radius)
±5 cm dengan kedalaman pengedukan 15-20 cm; atau sesuaikan dengan
daerah perkembangan akarnya.
- Bungkuslah bagian akar beserta bongkahan tanah yang menyertainya
dengan pelepah pisang kemudian ikat, sedemikian rupa sehingga tidak
ada tanah yang runtuh/tercecer. Letakkan anakan tersebut ke dalam
ember/kantong kain/plastik.
b. Secara cabutan
- Jika pencabutan dilakukan pada musim kemarau, basahi tanah di sekitar
semai terlebih dahulu.
- Cabut anakan dengan cara menggenggam batang bagian bawah anakan
alam.Lakukan secara perlahan sedemikian rupa sehingga tidak banyak
akar yang rusak.
- Satukan 10 batang anakan cabutan tersebut dan tambahkan tanah dan
gumpalkan dengan akar tersebut. Kemudian bungkus kembali dengan
pelepah pisang dan ikat.
- Masukkan dalam ember yang berisi air (1/4 tinggi ember).
3. Penanganan anakan alam di persemaian Klebengan.
a. Secara puteran
- Pindahkan anakan alam dari hasil koleksi secara puteran ke polybag
dengan mempertahankan bongkahan tanah yang menyertahinya.
Kemudian tambahkan ke dalam polybag terutama pada rongga/sela
diantara bongkahan tanah tersebut dengan dinding polybag.
21
- Sisakan 2-3 lembar daun dari setiap batang anakan alam dan kurangi
setiap lembar daun tersebut hingga tersisa 1/3-nya. Apabila berdaun
majemuk, maka sisakan 1/3 dari setiap tangkai daun.
- Letakkan ke dalam bedeng semai yang telah dipasang sungkup plastic.
- Beri label yang berisi informasi: tanggal penyungkupan, No KDS
(Kelompok Diskusi Silvikultur), Nama Co-Ass, jenis tanaman, cara
koleksi anakan alam (puteran/cabutan?), dan nomor ulangan (1-5)
untuk setiap polybag
- Basahi/siram media dalam polybag dengan caramenambahkan air
sebanyak 1 gelas plastic bekas air mineral.
- Buatlah pengkabutan di dalam ruang bedengan bersungkup tersebut
dengan cara menyemprotkan air dengan menggunakan hand sprayer.
Hal ini dilakukan untuk meningkatkan kelembaban.
b. Secara cabutan
- Tanam anakan alam dari hasil cabutan ke dalam polybag yang telah
berisi media tanam dengan cara: buat lubang tanam di bagian tengah
dengan menggunakan tangkai/stick bambu sedalam kurang lebih
panjang akar dari anakan cabutan tersebut. Potong akarnya jika akar
terlalu panjang/melebihi ukuran panjang polybag.
- Sisakan 2-3 lembar daun dari setiap batang anakan alam dan kurangi
setiap lembar daun tersebut hingga tersisa 1/3-nya. Apabila berdaun
majemuk, maka sisakan 1/3 dari setiap tangkai daun.
- Beri label/tulis keterangan yang berisi informasi: tanggal
penyungkupan, No KDS (Kelompok Diskusi Silvikultur), Nama Co-Ass,
jenis tanaman, cara koleksi anakan alam (puteran/cabutan?), dan
pada setiap polybag tuliskan nomor ulangan (1-5).
- Letakkan 5 polybag ke dalam bedeng semai yang telah diberi sungkup
plastic dan 5 batang diletakkan di luar bedeng bersungkup tersebut.
22
- Basahi/siram media dalam polybag dengan cara tambahkan air
sebanyak 1 gelas plastic bekas air mineral.
- Buatlah pengkabutan di dalam ruang bedengan bersungkup tersebut
dengan cara menyemprotkan air dengan menggunakan hand sprayer.
23
PENANAMAN
Cara kerja:
24
ACARA VI
Tujuan
1. Mengetahui cara pembuatan stek batang, stek pucuk dan stek akar.
2. Mengetahui pengaruh Zat Pengatur Tumbuh(ZPT) terhadap pertumbuhan stek
3. Mengetahui kondisi lingkungkan yang sesuai untuk penumbuhan bibit dengan
menggunakan stek
Tempat
1. Aqua gelas
2. Stek batang/cabang dan stek pucuk murbei atau gamal.
3. Stek akar sonokeling (Dalbergia latifolia)
4. Media: tanah/kompos (stek batang/cabang/akar), pasir (stek pucuk)
5. Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) dan bawang merah.
6. Gunting stek, gergaji, penggaris.
7. Cetok dan cangkul.
Pengantar
25
penyetekan terbagi 2 yaitu faktor luar dan faktor dalam. Faktor luar yang
berpengaruh antara lain medium, suhu, cahaya, kelembaban, dan pengerjaan
mekanis. Sedangkan faktor dalam yang mempengaruhi penyetekan antara lain umur
pohon induk, persediaan makanan dari bagian yang distek, posisi cabang yang distek,
serta waktu penyetekan. Posisi cabang yang paling baik untuk distek adalah bagian
tengah yang memiliki tunas vertikal dan dipotong pada masa istirahat.
Cara Kerja
26
di dalam bak perakaran dengan sprayer tangan (handsprayer) pagi dan sore hari
untuk menciptakan pengkabutan sehingga kelembabannya terjaga.
5. Petakan letak masing-masing perlakuan, kemudian berilah label.
6. Amati perubahan-perubahan yang terjadi seperti perubahan warna, kelayuan,
kebusukan, serangan jamur dll.
7. Untuk stek batang dan akar, hitung jumlah mata tunas pada awal pengamatan
(setelah penanaman). Amati perkembangan tunasnya dan hitung jumlah tunas
yang muncul/tumbuh setiap 3 hari. Pada akhir pengamatan (setelah 4 minggu)
ukur panjang dan diameter tunas serta jumlah tunasnya. Ambilah gambar untuk
pelaporan. Cabut masing-masing 2 batang baik stek batang, akar dan kontrol dan
amati perakarannya (jumlah akar yang muncul dari lingkar pangkal batang dan
panjang masing-masing akarnya). Ambilah gambar untuk pelaporan.
8. Untuk stek pucuk, amati perkembangan tunasnya dan hitung jumlahnya setiap 3
hari. Amati perkembangan akarnya pada hari ke 15 dan 30 (akhir pengamatan)
dan hitung jumlah akar dan panjangnya. Ambil gambar untuk pelaporan.
27
TOPIK 3: PEMBUATAN BIBIT
ACARA VII
Tujuan
Tempat
Cara Kerja
28
P2-3 P1-5 ….. …..
….. …. …… P4-5
Keterangan:
P1 = 0 g; P2 = 5 g ; P3 = 10 g; P4 = 20 g
1, 2, 3, 4, 5 = ulangan (replikasi)
Contoh: P2-3 = Dosis pupuk 5 g NPK untuk ulangan 3
4. Buatlah sketsa desain eksperimen tersebut (Lihat Gambar 1.) dan buatlah tabel
pengamatannya (lihat Tabel 1).
5. Amatilah semai tersebut selama 45 hari. Siram setiap hari (pagi dan sore hari).
Ukur tingginya setiap 7 hari sekali dan amati kondisi semai (hidup/segar, layu,
mati).
6. Pada akhir pengamatan ukur tinggi dan diameter semai. Diameter semai diukur
dengan cara tandai 2cm di atas leher akar dengan spidol putih/tipex. Kegiatan
selanjutnya adalah:
a. Potretlah 4 batang semai bersama-sama yang terdiri dari 1 batang semai dari
setiap perlakuan. Sebelum pemotretan beri label pada polybag (berisi
perlakuan) untuk setiap semai tersebut dan letakkan penggaris di samping
semai dan tambahkan informasi dalam selembar kertas mengenai tanggal
29
pemotretan dan no regu, kemudian ambil gambarnya. Kemudian bongkar
polybag bersama medianya secara hati-hati, kemudian bersihkan akarnya
dengan dicuci dengan air. Setelah akar dibersihkan diusap dengan kain dan
ambil gambar kembali keempat sampel semai tersebut dan lakukan cara yang
sama seperti pengambilan gambar sebelumnya.
b. Panen semua semai dari setiap perlakuan dan bongkar medianya dari
polybag. Ukur tinggi semai dari leher akar (batas antara batang dan akar),
ukur diameternya pada tinggi 5cm dari leher akar, ukur panjang akar
tunggangnya dari leher akar sampai ujung akar tunggang (akar dicuci terlebih
dahulu, kemudian diusap dengan kain/tisu dan diangin-anginkan). Ambil
gambar dengan cara seperti pengambilan gambar pada langkah (a).
Kalungkan label pada bagian batang dan bagian akar. Kemudian potong pada
leher akar sehingga menyisakan dua bagian yaitu aboveground (batang+daun)
dan bagian belowground (akar). Timbang berat basah masing-masing bagian
tersebut, kemudian kedua bagian tersebut dimasukkan dalam satu amplop.
Tuliskan perlakuan di setiap amplop dan cantumkan tanggal pelaksanaan.
Keringkan dalam oven dengan suhu 70oC selama (48-72 jam) dan timbang
sampai beratnya konstan.
7. Lakukanlah analisis varians dari data hasil pengamatan.
8. Sajikan data yang diperoleh dalam bentuk Tabel dan atau Grafik. Kemudian
analisislah data tersebut dan buatlah pembahasannya.
30
Tabel 1. Data pertumbuhan tinggi, diameter semai, berat basah dan
berat kering semai
Pupuk Tinggi Diameter BBA BBB BKA BKB
Ulangan
(g) (cm) (mm) (g) (g) (g) (g)
0 1
2
3
4
5
5 1
2
3
4
5
10 1
2
3
4
5
20 1
2
3
4
5
Keterangan:
BBA: Berat basah aboveground (batang+daun)
BBB: Berat basah belowground (akar)
BKA: Berat kering aboveground (batang+daun)
BKB: Berat kering belowground (akar)
31
TOPIK 4: SILVIKULTUR UNTUK RESTORASI EKOSISTEM
ACARA VIII
KESESUAIAN JENIS TANAMAN DENGAN TAPAK
Tujuan
Untuk melatih mahasiswa agar mengetahui dan memahami kesesuaian jenis
tanaman dengan tapak sebagai salah satu penentuan pemilihan jenis untuk kegiatan
penanaman.
Tempat
Taman Nasional Gunung Merapi, Sleman, Yogyakarta.
Pengantar
Kesesuaian jenis adalah gambaran tingkat kecocokan suatu jenis tanaman
pada kondisi tapak tertentu.Banyak terdapat jenis tanaman hutan yang memiliki sifat
dan karakteristik yang berbeda dilihat dari aspek dendrologis maupun
ekologisnya.Kondisi tapak yang dimaksud meliputi tanah, vegetasi, dan iklim mikro
sekitarnya. Kesesuaian jenis tanaman dengan tapaknya akan menghasilkan
pertanaman yang optimal guna mendukung tujuan pengelolaan pertanaman.
32
Sistem klasifikasi kesesuaian jenis tanaman dengan tapak menurut FAO
(1976), terdiri dari empat kategori yang menunjukkan tingkat generalisasi yang
sifatnya menurun., sebagai berikut: ordo kesesuaian lahan (order): menunjukkan
jenis macam kesesuaian atau keadaan kesesuaian secara umum; kelas kesesuaian
lahan (class): menunjukkan tingkat kesesuaian dalam ordo. Klasifikasi tanaman yang
diamati ke dalam tiap kelas kesesuaian jenis tanaman dengan tapak (FAO, 1976):
a. Kelas sangat sesuai (S1): sangat sesuai (highly suitable), atau lahan hanya
mempunyai pembatas yang kurang berarti dan tidak terpengaruh secara nyata
terhadap produksi lahan tersebut.
b. Kelas cukup sesuai (S2): cukup sesuai (moderately suitable), pembatas tersebut
akan mengurangi produktivitas lahan dan keuntungan diperoleh.
c. Kelas sesuai marginal (S3): sesuai marginal (marginally suitable), pembatas yang
ada sifatnya akan mengurangi produktivitas maupun keuntungan yang diperoleh.
d. Kelas tidak sesuai (N): tidak sesuai (not suitable), pembatas tersebut mencegah
terhadap suatu penggunaan tertentu secara lestari.
Cara Kerja
1. Membuat petak ukur 20 m x 20 m
2. Mengidentifikasi jenis serta mengukur tinggi dan diameter jenis yang ada di
dalam petak ukur.
3. Setelah mengamati komponen komponen penilaian kesesuaian jenis dengan
lahan diisi pada form yang telah tersedia.
4. Cari data lingkungan pendukung (curah hujan, suhu & kelembaban udara) selama
5 tahun terakhir dan sajikan dalam bentuk Tabel & Grafik.
33
ACARA IX
SUKSESI PRIMER DAN SUKSESI SEKUNDER
Tujuan
1. Mempelajari tahapan dan proses dalam suksesi primer dan sekunder
2. Memahami manajemen suksesi
Tempat
Taman Nasional Gunung Merapi (TNGM)
Pengantar
Suksesi ialah suatu istilah yang digunakan terhadap rangkaian perubahan-
perubahan yang tejadi di dalam masyarakat tumbuh-tumbuhan sesuai dengan
perubahan habitatnya.Suksesi dibedakan menjadi dua, yaitu suksesi primer dan
suksesi sekunder. Suksesi primer merupakan suksesi yang sederhana yang dimulai
dari batu, dasar dari kolam, padang pasir atau lain-lainnya dimana sebelumnya
belum pernah ada kehidupan tumbuh-tumbuhan, sedangkan suksesi sekunder
merupakan suksesi yang terjadi pada tanah-tanah yang sebelumnya sudah ada
masyarakat tumbuh-tumbuhan.
Berdasarkan atas ketersediaan air dalam lingkungan dapat dibedakan menjadi
suksesi dalam kondisi-kondisi lingkungan sangat kering (xeric), lembab (mesic) dan
sangat basah (hydric).Penggolongan suksesi dapat dibuat berdasarkan status
kesuburan tanah, mulai dari lingkungan yang tidak subur (oligotropik), kesuburan
sedang (mesotropik) dan lingkungan subur (eutropik).
34
Suksesi-suksesi sangat bervariasi tergantung ada macam kerusakan, sifat
tanah dan sumber-sumber biji yang ada disekitarnya. Terdapat empat tingkat-tingkat
suksesi menurut Dansereau, dan telah disebutkan oleh Spur (1973), yaitu :
1. Tingkat pioneer
2. Tingkat konsolidasi
3. Tingkat subklimaks
4. Tingkat klimaks
Tingkat terakhir suksesi baik primer maupun sekunder disebut Klimaks, yang
berarti masyarakat tumbuh-tumbuhan dengan elemen-elemen vegetasi yang
dominan.
Cara Kerja
1. Amati beberapa bentangan lahan di sekitar hutan Taman Nasional Gunung
Merapi yang termasuk tahapan sere awal, sere tengah, dan sere lanjut
2. Pilihlah lokasi yang mewakili suksesi primer dan suksesi sekunder
3. Amati karakteristik yang muncul pada setiap tahapan suksesi (susunan
tumbuhan bawah dan tegakan)
4. Jelaskan dan ceritakan proses terjadinya suksesi di wilayah tersebut
35
ACARA X
PERMUDAAN HUTAN SECARA ALAM
Tujuan
Mempelajari berbagai faktor yang berpengaruh pada keberhasilan permudaan alam
(jenis tumbuhan hutan) di Taman Nasional Gunung Merapi.
Tempat
Taman Nasional Gunung Merapi, Sleman, Yogyakarta.
Pengantar
Dalam permudaan hutan dikenal dua metode, yaitu : Permudaan alam
(naturalregeneration) dan yang kedua adalah permudaan buatan (artificial
regeneration). Permudaan alam & permudaan buatan bisa dibedakan berdasarkan
jenis dan keanekaragaman, struktur tajuk, umur penyusun tegakan, metode
tebangan, jangka waktu (daur), luasan kawasan dibatasi oleh alam (kecuali yang
sudah ditata), variasi produksi hutan, resistensi terhadap serangan hama dan
penyakit, kesuburan tanah, kerusakan karena angin, dan bencana alam lainnya, biaya
dan pengelolaan yang lebih sulit. Menurut Nyland (1996) ada berbagai faktor yang
berpengaruh terhadap permudaan secara alamiah yang kemudian dikelompokkan
kedalam 3 faktor utama yang secara bersama digambarkan dalam segitiga
permudaan alam, yaitu:
36
1. Seed supplysumber: seed trees, shelterwood; jenis; produksi; kualitas, viabilitas;
persebaran; kerusakan biji; insects, rodents
2. Seedbed lingkungan mikro: naungan, ketebalan seresah, tumbuhan bawah,
tekstur tanah, animal damage, erosi
3. Environment Cahaya: intensitas dan kualitas cahaya, panas; kelembaban;
kekeringan; dll.
Cara Kerja
1. Amati permudaan alam (jenis tumbuhan hutan) di Taman Nasional Gunung
Merapi dengan cara membuat petak ukur ganda dengan ukuran PU 2m x 2m
untuk seedling, 5 m x 5 m untuk sapling, 10 m x 10 m untuk poles, 20 m x 20 m
untuk trees (PU 2 m x 2 m berada didalam PU 5 m x 5 m, PU 5 m x 5 m berada
didalam PU 10 m x 10 m, PU 10 x 10 m berada didalam PU 20 m x 20 m).
2. Identifikasi jenis anakan dan hitunglah jumlah anakan (tumbuhan hutan) yang
ada dalam plot.
3. Ukurlan diameter sapling, poles, dan trees.Perhatikan apakah ada pohon induk
masing-masing jenis anakan!
4. Catat pula jenis-jenis tumbuhan yang ada di dalam plot serta yang ada di sekitar
lokasi plot, amati pula kerapatan tumbuhan bawah, ketebalan seresah dan
tingkat naungan karena saat awal pertumbuhan beberapa jenis tumbuhan butuh
naungan!
5. Gambar pula letak poles pada petak ukur yang saudara amati!
Pertanyaan
1. Sebut dan jelaskan faktor apa saja paling dominan berpengaruh pada sebaran
anakan jenis tumbuhan hutan di Taman Nasional Gunung Merapi?
2. Berapa kerapatan, frekuensi dan dominasi jenis pada plot saudara! Berapa nilai
penting masing-masing jenis pada plot yang saudara amati.
3. Tindakan apa yang harus dilakukan agar permudaan alam jenis tumbuhan
hutan dapat lebih baik untuk pemeliharaan selanjutnya.
37
TOPIK V: SILVIKULTUR UNTUK HUTAN PRODUKSI
ACARA XI
PEMBUATAN RANCANGAN PERSEMAIAN DAN
PENAKSIRAN PRODUKSI BIBIT
Tujuan
a. Mempelajari pembuatan rancangan persemaian.
b. Mempelajari produksi bibit di persemaian
Tempat
Persemaian di Laboratorium Silvikultur Intensif, Klebengan
Pengantar
38
3. Persyaratan dari aspek ketenaga kerjaan yaitu mudah memperoleh tenaga
kerja yang cukup.
Persyaratan persemaian bisa ditinjau dari letaknya dapat di bedakan dari 2 aspek
(menejemen dan silvikultur)
Aspek menejemen yaitu dikaitkan dengan pertimbangan menejemen, antara
lain kemudahan dalam pengelolaan persemaian dan efisiensi.
Aspek silvikultur, yaitu yang berkait dengan tuntutan jenis yang
dikembangkan di persemaian, misalnya pertimbangan dari faktor iklim dan
ketinggian tempat. Pertimbangan ini didasarkan pada evapotransirasi,
adaptasi dan toleransi jenis yang diproduksi.
Luas Persemaian
Luas persemaian adalah luas lokasi seluruhnya termasuk yang digunakan
untuk bangunan, jalan pemeriksaan, jalan angkut dll.
Luas persemaian efektif adalah luas persemaian yang khusus untuk
bedengan-bedengan tidak dengan guludan, tidak dengan bangunan seperti
jalan pemerik-saan, perkantoran dll. Besarnya luas efektif adalah sebesar 60%
dari luas total persemaian/seluruhnya, atau bila dirumuskan adalah sebagai
berikut:
dan atau
Kebutuhan air
Jumlah air yang harus tersedia bila akan dibangun sebuah persemaian.
Persyaratan jumlah ketersediaan air untuk persemaian ditentukan oleh jenis
semai dan banyaknya semai yang akan dihasilkan.
39
Daryadi (1972) melaporkan bahwa kebutuhan air untuk setiap jenis tanaman
berbeda-beda:
- Pinus merkusii : 40 m3/ha/hari
- Shorea sp. : 60 m3/ha/hari
- Eucalyptus sp. : 40 m3/ha/hari
- Tectona grandis : 20 m3/ha/hari
- Dalbergia latifolia : 30 m3/ha/hari
- Acacia auriculiformis :40 m3/ha/hari
Cara Kerja
1. Jalan dan kelilingilokasi/lahan yang telah ditentukan.
2. Ukurlah panjang dan lebar lahan tersebut.
3. Ukurlah jarak sumber air terdekat ( sungai, selokan, atau sumur) taksirlah debit
airnya dan buatlah rancang bangun persemaian dengan gambar dan buat peta
lokasi tersebut dengan sarana-sarananya seperti sumber air, bedeng tabur,
bedeng sapih, jalan, perkantoran, rumah karyawan, dll.
4. Misalkan pada lokasi tersebut akan dibangun green house dengan ukuran 4x8 m²,
sebuah gudang material dan kantor ukuran 8x12 m², jalan pemeriksaan lebar 2,5
m, serta bak tandon air dengan ukuran 2x3x2 m³, tentukan dan gambarlah pada
peta sarana-sarana tersebut.
5. Hitunglah jumlah semai siap tanam yang mampu dihasilkan oleh persemaian
tersebut (jika luas bedeng sapih 1x5 m² dan diameter kontiner yang digunakan 10
cm).
6. Hitung jumlah benih (kg) yang harus disiapkan jika diketahui viabilitas benih 90%,
kematian kecambah 10% dan kematian semai di bedeng sapih 10%. Jenis
tanaman untuk masing-masing kelompok akan ditentukan kemudian.
40
ACARA XII
PERMUDAAN HUTAN SECARA BUATAN
Tujuan
Mempelajari metode permudaan hutan dengan cara buatan (artificial regeneration)
dan faktor yang berpengaruh pada permudaan tersebut.
Tempat
Hutan Pendidikan Wanagama I Gunungkidul
Pengantar
Permudan hutan buatan (artificial regeneration forest) yaitu permudan hutan yang
dilakukan oleh manusia secara buatan. Jadi hampir seluruh kegiatan sepenuhnya
ditangani oleh manusia, sejak mulai perencanaan, pembibitan, penanaman,
pemeliharaan hingga penebangan. Permudaan buatan ini dapat dilaksanakan
terutama pada : (1) Tanah-tanah gundul; (2) Tanah-tanah bekas tebangan
(khususnya tebang habis); (3) Kawasan konsesi di luar jawa; (4) Hutan-hutan yang
diinginkan untuk dikonversi dengan jenis yang lain.
Pada permudaan buatan biasanya jenisnya sudah ditetapkan sesuai dengan
tujuan pengelolaan, umumnya sejenis, seumur, jaraknya teratur serta telah
dirancang berbagai tindakan silvikulturnya, seperti pembebasan dari tanaman
pengganggu, pemupukan (bila perlu) serta perlindungan terhadap serangan hama
dan penyakit serta kebakaran dan pengamanan hutan.
41
Pelaksanaan permudaan ini bisa dilaksanakan dengan dua metode yaitu : (1)
Berdasarkan pengupahannya dan (2) Berdasarkan pada teknik kulturnya. Metoda
pertanaman hutan berdasarkan cara pengupahan dapat dibedakan : (1) Borongan
dan Banjar Harian pada cemplongan; (2) Tumpangsari dan (3) Komplangan. Metode
pertanaman berdasarkan kulturnya dibedakan : (1) Cemplongan; (2) Tugal dan (3)
Jalur Penyekat.
Cara Kerja
1. Amati tegakan yang ada di Wanagama I Gunungkidul, dengan cara membuat
2 petak ukur dengan ukuran 20 m x 25 m pada tanaman muda jati (satu PU
pada tanaman dengan metode cemplongan, dan PU yang lain pada metode
tumpangsari).
2. Hitunglah % jadi tanaman tersebut!
3. Amati berapa jarak tanamnya!
4. Ukur DBH (Diameter Breast Height) dan tinggi tanaman jati tersebut!
5. Amati kesehatan tanaman tersebut!
6. Cari data lingkungan pendukung (curah hujan, suhu & kelembaban udara)
selama 5 tahun terakhir dan sajikan dalam bentuk Tabel & Grafik.
Pertanyaan
1. Bagaimana pendapat saudara setelah mengamati petak ukur tanaman jati
pada kedua metode permudaan hutan buatan tersebut?
2. Bandingkan dengan permudaan alam pada tegakan alam di TNGM, kira-kira
apa kelebihan dengan menggunakan permudaan buatan tersebut?
3. Bagaimana dengan kemungkinan pelibatan masyarakat sekitar pada metode
permudaan ini ? Berikan alasan saudara!
42
ACARA XIII
PERBENIHAN DAN SUMBER BENIH
Tujuan
Untuk mengetahui asal-usul (sumber benih), serta mengetahui proses dalam
membangun sumber benih.
Tempat
Hutan Pendidikan Wanagama I Gunungkidul, Yogyakarta
Pengantar
Bahan tanaman atau yang sering disebut dengan bahan pertanaman dapat
dikelompokkan menjadi dua macam, yaitu : 1) Berasal dari bahan generatif dan 2)
Berasal dari bahan vegetatif; yang termasuk dalam bahan generatif adalah : benih,
semai, wildling (anakan alam) dan stump; sedangkan yang berasal dari bahan
vegetatif misalnya stek (batang, pucuk, daun, akar), cangkokan, okulasi, dan
sambungan (bisa merupakan campuran generatif dan vegetatif).
Berkait dengan bahan tanaman generatif, maka sumber benih memegang
peranan dalam ketersediaan benih yang akan ditanam. Adapun yang dimaksud
dengan sumber benih, adalah suatu sumber (sumber = bisa berupa
tempat/lokasi/pohon/tegakan) dimana benih tersebut diperoleh. Sumber benih,
dapat berupa : Hutan Alam (Natural Forest), Tegakan Sembarang (Common Stand)
dan Pohon Biji (Seed Tree), Tegakan Benih (Seed Stands), Areal Produksi Benih/APB
(Seed Production Area), Kebun Benih (Seed Orchards). Adapun Kebun Benih, dapat
dibagi menjadi dua macam berdasarkan asal bahan tanaman yang ditanam, yaitu :
Seedling Seed Orchard (SSO/Kebun Benih yang berasal dari seedling = semai) dan
43
Clonal Seed Orchard (CSO/Kebun Benih yang berasal dari clone = hasil biakan
vegetatif).
Berbagai uji dalam kegiatan pemuliaan pohon antara lain : Uji Spesies (Species
Trial), Uji Tempat Asal Benih (Provenance Trial) dan Uji Keturunan (Progeny Test).
Pengujian ini umumnya dilakukan untuk beberapa generasi (bisa 3-4 generasi).
Dalam Uji Keturunan dikenal istilah “Half-sib Progeny Test” yang artinya adalah
bahwa pada pengujian tersebut yang dikenal sifat-sifatnya hanya dari pohon induk
(ibunya), sedangkan pohon bapaknya (penghasil tepungsari) belum diketahui secara
pasti. Telah diketahui secara luas bahwa umumnya pohon hutan penyerbukannya
terbuka (perkawinan silang/cross pollination). Maka bila akan dilakukan pengujian
adalah dengan yang telah diketahui sifat pohon induk dan pohon bapak (tetuanya).
Untuk itu diperlukan benih yang sudah jelas dari hasil perkawinan terkendali (bapak
dan induknya jelas).
Cara Kerja
1. Buatlah sebuah petak ukur pada tegakan pertanaman Uji Progeni Eucalyptus
urophylla atau Uji Provenans Acacia mangium di Wanagama I Gunungkidul,
dengan ukuran 20 m x 25 m, ukurlah diameter (dbh) dan tinggi batang (batang
bebas cabang dan batang sampai ujung titik tumbuh apikal).
2. Petakan letak pohon penyusun tegakan pertanaman uji tersebut!
3. Amati dan catat pohon penyusun tegakan yang telah dan atau sedang berbuah,
serta amati di bagian tajuk dimana letak dari buah?
4. Taksirlah produksi buah/benih per pohon!
Pertanyaan
1. Apa tujuan dilakukan uji genetik dalam pembangunan sumber benih (kebun
benih)?
2. Sebut dan jelaskan berbagai jenis uji dalam aktivitas uji genetik!
3. Apa keuntungan dilakukan uji genetik ?
4. Mengapa dalam membuat uji genetik harus ada design sesuai dengan kaidah
statistik?
5. Apa maksudnya dilakukan blocking pada pembangunan pertanaman uji genetik?
44
6. Bagaimana cara penempatan blok pada lahan yang tidak rata (topografinya
miring) dan bagaimana pula cara penempatan seedlot dalam blok pada kondisi
lapangan yang tidak rata ?
7. Mengapa pada uji keturunan dari biji di Wanagama I Gunungkidul disebut dengan
half sib test ?
45
ACARA XIV
PEMELIHARAAN TEGAKAN
(MERENCANAKAN PENJARANGAN)
Tujuan
Mempelajari cara membuat rencana penjarangan pada tegakanJati.
Tempat
Hutan Pendidikan Wanagama I Gunungkidul
Pengantar
Pemeliharaan hutan adalah suatu kegiatan yang berkaitan dengan usaha untuk
meningkatakan nilai tegakan atau nilai hutan. Kegiatan dalam pemeliharaan hutan
sering disebut juga dengan istilah perlakuan antara. Dimungkinan pula dalam
kegiatan tersebut dilakukan kegiatan penebangan untuk diperoleh hasil ikutan tanpa
mengurangi kesuburan tanah dan kerusakan tegakan.
Tegakan hutan yang belum masak tebang dan kondisi tegakannya terlihat
rapat sekali, maka pohon penyusun tegakan tersebut harus dikurangi untuk
mendorong pertumbuhan tegakan tinggal. Disamping itu juga untuk memperoleh
hasil ikutan berupa hasil penjarangan tanpa menurunkan kesuburan tanah. Perlu
46
diketahui bahwa dalam tegakan hutan akan terjadi persaingan akar dan persaingan
tajuk selama pertumbuhannya. Untuk itu penjarangan perlu dilakukan agar bisa
mengurangi persaingan tersebut.
Tujuan penjarangan adalah : 1. Untuk mengatur distribusi potensi
pertumbuhan tegakan pada tingkat yang optimal selama rotasi; 2. Untuk
memperoleh hasil tegakan selama periode rotasi; 3. Untuk mengatur habitat tempat
tumbuh yang optimal; 4. Untuk tegakan agar mempunyai komposisi sesuai dengan
tujuan pengelolaan.
Dasar-dasar penjarangan meliputi : 1. Menyisakan pohon-pohon yang
mempunyai masa depan yang baik, pertumbuhannya baik dan normal dengan
pengaturan jarak antar pohon yang baik sehingga di akhir daur diperoleh tegakan
yang rata dan mempunyai nilai tinggi; 2. Memperoleh hasil uang dari hasil tebang
penjarangan sebanyak mungkin tanpa mengorbankan pohon-pohon yang terbaik dan
mempunyai masa depan yang baik. Jadi pohon yang dimatikan adalah : 1. Pohon
yang cacat; 2. Pohon yang pertumbuhannya tidak normal; 3. Pohon penindas dan 4.
Pohon tertindas.
Pelaksanaan penjarangan menurut Smith (1987) dikenal ada 5 metode
penjarangan yang dibedakan berdasarkan atas kedudukan tajuk, kondisi dan letak
pohon. Kelima metode penjarangan tersebut antara lain : (1) Penjarangan Rendah
(Low Thinning); (2) Penjarangan Tajuk (Crown Thinning); (3) Penjarangan Seleksi
(SelectionThinning); (4) Penjarangan Mekanis (Mechanical Thinning); (5) Penjarangan
Bebas (FreeThinning). Dari kelima metode ini maka metode yang kelima merupakan
metode kombinasi atas metode yang lain. Pada kegiatan pemeliharaan tegakan ada
cara lain yang bisa ditempuh antara lain adalah prunning (pemangkasan cabang).
Prunning adalah tindakan menghilangkan cabang dari batang yang terpilih
untuk meningkatkan kualitas dan nilai tegakan dari tegakan tersebut (prunning
buatan). Prunning juga bisa terjadi secara alami, dimana di alam, proses terjadinya
prunning alami terdiri dari 3 langkah yaitu : (1) Proses kematian cabang;(2) Proses
peneduhan cabang yang mati dan; (3) Proses lepasnya cabang dari batang pokoknya.
47
Cara Kerja
1. Buatlah petak ukur (cukup satu PU), dengan ukuran luas 0,1 ha (bentuk
lingkaran dengan jari-jari 17,8 m) pada tegakan jati! Pohon pusat/tengah
dipilih yang paling baik.
2. Hitunglah jumlah pohon penyusun tegakan (arah menghitung : dari pohon
pusat ke barat kemudian dihitung/dinomori sesuai arah jarum jam)!
Kemudian petakan dalam gambar (seperempat bagian saja yang digambar
dalam peta!
3. Ukurlah 10 pohon tertinggi yang tersebar merata (diameter(DBH) dan
tingginya)! (Peninggi : 100 pohon tertinggi dalam 1 ha dan tersebar merata)
4. Catat umur tegakan, kemudian carilah bonitanya.
5. Lihat dalam tabel berapa jumlah pohon normalnya, sehingga dapat dihitung
berapa pohon yang harus dijarangi dan berapa pohon yang harus
ditinggalkan.
6. Toletlah pohon mana yang harus ditebang.
Pertanyaan
1. Mengapa perlu dilakukan tebang penjarangan pada tegakan tersebut?
2. Mengapa di Wanagama I Gunungkidul penjarangan belum dilakukan?
3. Metoda penjarangan mana yang digunakan pada tegakan jati yang sebaiknya
saudara lakukan menurut modelnya Smith di Wanagama I Gunungkidul?
4. Menurut saudara, efek apa yang timbul bila pelaksanaan penjarangan
terlambat dilakukan?
48
49
PELAKSANAAN PRAKTIKUM SILVIKULTUR
50
JADWAL PENGAMATAN PRAKTIKUM SILVIKULTUR
INSTRUKSI
51