FARMAKOGNOSI
Disusun Oleh :
Dr. Eka Prasasti Nur Rachmani, M.Sc, Apt
Nur Amalia Choironi, M.Si., Apt.
Dr.Warsinah, M.Si., Apt
Alhamdulillahi robbil’alamin, segala puja dan puji kami panjatkan kehadirat Allah SWT
atas segala rahmat dan kasih sayang-Nya sehingga Buku Petunjuk Praktikum Farmakognosi ini
dapat kami seleseikan. Buku ini berisi materi praktikum yang diharapkan dapat memperkuat
pemahaman dan pendalaman mahasiswa dalam mempelajari mata kuliah Farmakognosi.
Buku ini masih sangat jauh dari kesempurnaan, karena itu kami sangat mengharapkan
masukan sehingga terdapat perbaikan pada buku petunjuk praktikum yang akan datang.
Tim penyusun
A. TUJUAN PRAKTIKUM
Setelah melakukan praktikum ini, mahasiswa mampu membuat simplisia nabati
dari tumbuhan obat dengan harapan kandungan zat aktif tidak rusak dan dapat
disimpan dalam waktu yang lama
B. TEORI SINGKAT
Simplisia merupakanbahan alamiah yang belum mengalami pengolahan
apapunkecuali dinyatakan lain, berupa bahan yang telah dikeringkan dan biasanya
digunakan sebagai obat tradisional. Simplisia ada3, yaitu simplisia nabati, simplisia
hewani dan simplisia pelikan (mineral).Simplisia nabati merupakan bahan dari
tumbuhan yang belum mengalami pengolahan apapun kecuali berupa bahan yang telah
dikeringkan. Berdasarkan kenyataan bahwa simplisia merupakan komponen utama
dalam pembuatan obat tradisional, khususnya tumbuhan sebagai bahan baku dapat
berasal dari tumbuhan liar (wild crop) dan tumbuhan budidaya (cultivar).
Produksi simplisia merupakan penanganan pasca panen dari tanaman
obat.Setelah dilakukan pemanenan bahan baku simplisia, maka tahapan
penangananpasca panen adalah sebagai berikut:
1. Sortasi basah, yaitu pemisahan dan pembuangan bahan organik asing
atautumbuhan atau bagian tumbuhan lain yang terikut. Bahan baku simplisia
jugaharus bersih, artinya tidak boleh tercampur dengan tanah, kerikil,
ataupengotor lainnya (misalnya serangga atau bagiannya).
2. Pencucian, sebaiknya menggunakan air dari mata air, sumur, atau air
ledeng(PAM). Setelah dicuci ditiriskan agar kelebihan air cucian mengalir.
3. Perajangan, dilakukan pada banyak simplisia agar proses
pengeringanberlangsung lebih cepat. Apabila terlalu tebal maka proses
pengeringan akanterlalu lama dan kemungkinan dapat membusuk atau berjamur.
E. EVALUASI
1. Parameter apa yang digunakan bahwa simplisia tersebut sudah kering?
2. Pengaruh perbedaan pengeringan simplisia dengan sinar maatahari langsung
maupun ditutup kain hitam dan pengeringan menggunakan oven?
3. Tentukan titik kritis pembuatan simplisia atau penanganan pasca panen bahan
nabati?
A. TUJUAN PRAKTIKUM
Setelah melakukan praktikum ini, mahasiswa mampu melakukan analisis
makroskopik simplisia (bentuk,ukuran, tekstur, organoleptik dan morfologi spesifk)
dan mikroskopik simplisia.
B. TEORI SINGKAT
Simplisia yang digunakan untuk sediaan farmasi harus memenuhi syarat mutu,
yaitu semua paparan yang terteradalam monografi, seperti Farmakope Indonesia,
Materia Medika Indonesia(M.M.I), Farmakope Herbal Indonesia (FHI). Syarat mutu
ini berlaku bagisimplisia dan ekstrak dengan tujuan pemeliharaan kesehatan dan
pengobatan,tidak berlaku untuk keperluan lain. Pemeriksaan mutu simplisia dilakukan
dengancara organoleptik, makroskopik, mikroskopik, dan/atau secara kimiawi.
Beberapajenis simplisia tertentu perlu diperiksa dengan uji mutu secara biologi.
Analisis makroskopik dan organoleptik dilakukan dengan alat indra manusiauntuk
mengamati bentuk dan ciri-ciri luar serta warna, rasa, dan bau simplisia. Sedangkan
pemeriksaan mikrosokopik menggunakan mikroskop. Analisis mikroskopik biasanya
dilakukan terhadap simplisia dalam bentuk serbuk untuk memastikan kebenaran
simplisia tersebut dengan melihat fragmen khas.
1. Jaringan
Jaringan adalah sekumpulan sel yang mempunyai bentuk dan fungsi yang sama
a. Jaringan epidermis, jaringan terluar suatu organ tumbuhan yang terdiri dari sel-
sel berbentuk seragam serta mempunyai ukuran serba sama, tidak mempunyai
ruang antar sel. Dalam suatu organ, jaringan epidermis dapat terdiri dari satu
lapisan (monolayer epidermis) atau dapat terdiri dari beberapa lapisan sel
(multilayer epidermis).
D. PROSEDUR KERJA
1. Pengamatan Amilum
a. Ambil dan letakkan serbuk amilum secukupnya pada gelas objek.
b. Teteskan akuades secukupnya, lalu tutup dengan gelas penutup.
E. EVALUASI
Bandingkan fragmen antar simplisia dan tentukan fragmen khas dari masing-
masing simplisia!
A. TUJUAN PRAKTIKUM
Setelah mengikuti praktikum ini, mahasiswa mampu mengidentifikasi fragmen
amilum sebagai fragmen pengenal simplisia dan menentukan jenis karbohidratnya.
B. TEORI SINGKAT
Sumber-sumber amilum sebagai berikut:
1. Amilum Maizena
Amilum maizena adalah pati jagung, diperoleh dari biji Zea mays, L. (suku
Poaceae). Mikroskopik: Butir bersegi banyak, bersudut, ukuran 2–23 μm atau butir
bulat dengandiameter 25–32 μm. Hilus di tengah berupa rongga yang nyata atau
celahberjumlah 2–5, tidak ada lamela. Amati di bawah cahaya terpolarisasi,tampak
bentuk silang berwarna hitam, memotong pada hilus.
2. Amilum Solani
Amilum Solani adalah pati kentang, berasal dari umbi tumbuhan Solanum
tuberosum L., suku Solanaceae, berupa serbuk agak kasar, warna putih,tidak
berbau dan tidak berasa.
Mikroskopik: Butiran berbentuk bulat telur atau tidak beraturan dengan ukuran
bervariasiantara 30–100 μm. Hilus terdapat sebagai titik pada bagian yang
sempit.Lamella terletak eksentris, terlihat dengan jelas.
3. Amilum Manihot
Amilum manihot adalah pati singkong, berasal dari tumbuhan Manihot utilissima
Pohl, suku Euphorbiaceac, berupa serbuk warna putih, tidakberbau dan tidak
berasa.
Mikroskopik: Butir tunggal atau bergerombol. Butiran tunggal berbentuk lonjong
atauseperti topi baja dengan ukuran antara 5–25 μm. Hilus terletak di
D. PROSEDUR KERJA
1. Pengamatan Amilum
a. Ambil dan letakkan serbuk amilum secukupnya pada gelas objek.
b. Teteskan akuades secukupnya, lalu tutup dengan gelas penutup.
c. Amati preparat di bawah mikroskop dengan perbesaran lemah (12,5 x10)
dan perbesaran kuat (12,5x40).
d. Gambarkan hasil yang diperoleh.
2. Uji tabung (kualitatif)
a. Uji Molish
1. Menambahkan 5 tetes pereaksi molis dalam 2ml larutan karbohidrat
2. Memiringkan tabung reaksi lalu 2-4 tetes asam sulpat di alirkan lewat
dinding tabung, sehingga terbentuk dua lapisan
3. Mengamati perubahan warna yang terjadi
b. Uji Benedict
1. Memasukan 2ml larutan benedict dan 7 tetes larutan karbohidrat dalam
porselin (di campurkan).
2. Dipanaskan dalam api spirtus selama kurang lebih 5 menit
E. EVALUASI
1. Bandingkan masing-masing jenis karbohidrat!
2. Tentukan jenis karbohidrat berdasarkan hasil uji tabung!
A. TUJUAN PRAKTIKUM
Setelah melakukan praktikum ini, mhasiswa mampu melakukan standardisasi
mutu dengan penentuan susutpengeringan simplisia
B. TEORI SINGKAT
Pengukuran sisa zat setelah pengeringan pada temperatur 105oC selama 30
menit atau sampai berat konstan dinamakansusut pengeringan yang dinyatakan sebagai
nilai persen. Apabila bahan tidakmengandung minyak atsiri dan sisa pelarut organik
menguap, hal ini identikdengan kadar air, yaitu kandungan air karena berada di
atmosfer/lingkungan udaraterbuka. Pengukuran kadar air dapat dilakukan dengan cara
titrasi, distilasi ataugravimetri. Tujuannya untuk memberikan batasan
maksimal/rentang tentangbesarnya kandungan air di dalam bahan, terkait dengan
kemurnian dankontaminasi. Penurunan kadar air sampai kurang dari 10% sudah
dapatenghentikan proses enzimatik dalam sel sehingga dapat mencegah
penurunanmutu.
D. PROSEDUR KERJA
1. Timbang cawan dan panaskan pada suhu 105ºC selama 30 menit hingga bobot
konstan
E. EVALUASI
1. Jelaskan penentuan kadar air pada simplisia?
2. Apa perbedaan kadar air dengan susut pengeringan?
3. Bandingkan susut pengeringan antar kelompok/golongan dan tuliskan hasil analisa
kalian!
A. TUJUAN PRAKTIKUM
Setelah melakukan praktikum ini, mahasiswa mampu mengidentifikasi
komponen penyusun jamu secara organoleptik, makroskopik, dan mikroskopik.
B. TEORI SINGKAT
Jamu adalah obat tradisional Indonesia. Berdasarkan pasal 1 Peraturan Kepala
Badan POM No. HK.00.05.4.1384 Tahun 2005 tentang kriteria dan tata laksana
pendaftaran obat tradisional, obat herbal terstandar dan fitofarmaka disebutkan bahwa
obat tradisional ialah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan, bahan
hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik) atau campuran dari bahan tersebut,
yang secara turun-temurun telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan
pengalaman.
Untuk mengetahui kebenaran dan mutu obat tradisional termasuk simplisia
penyusunnya dapat dilakukan analisis kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif
meliputi uji organoleptik, makroskopik, mikroskopik, histokimia, dan identifikasi
kimia senyawa yang tersari. Hal ini dimaksudkan untuk menentukan jenis simplisia
maupun kelompok utama zat aktifnya. Sedangkan analisis kuantitatif dimaksudkan
untuk menetapkan kemurnian dan mutu simplisia nabati, yang meliputi penentuan
bahan organik asing, kadar air, kadar abu, dan zat kandungan.
Mutu jamu ditentukan oleh beberapa persyaratan pokok seperti komposisi yang
benar, tidak mengalami perubahan fisika-kimia, dan tidak tercemar bahan asing.
Secara umum analisis jamu dapat dibagi dalam 3 (tiga) kategori sesuai bentuk
simplisia, yaitu jamu yang diramu dari simplisia utuh/ rajangan kasar, serbuk
simplisia, dan ekstrak/ sari simplisia.
Pemeriksaan mutu yang baik pada prinsipnya harus mampu mengidentifikasi
kembali simplisia dalam ramuan jamu (analisis kualitatif) dan menetapkan jumlah
D. PROSEDUR KERJA
Pada percobaan ini akan diperkenalkan metode sederhana dalam pemeriksaan
komponen jamu yang beredar, terutama jenis rajangan yang penggunaannya melalui
perebusan dan campuran serbuk.
1. Jamu yang berupa rajangan dipisahkan dan dikelompokkan berdasarkan simplisia
penyusunnya.
2. Lakukan uji makroskopik dan organoleptis pada setiap simplisia penyusun jamu
3. Tentukan nama masing-masing simplisia penyusun jamu tersebut
4. Jamu yang berupa campuran serbuk, lakukan pemeriksaan secara mikroskopik
5. Temukan fragmen khas pada serbuk jamu tersebut
6. Tentukan simplisia penyusun serbuk jamu tersebut
Claus, E. P., 1950, Laboratory Manual for Pharmacognosy, 2th Edition, The Mosby
Company, St. Louis (USA).
Departemen Kesehatan RI, 1985, Cara Pembuatan Simplisia, Depkes RI, Jakarta.
Departemen Kesehatan RI, 1987, Analisis Obat Tradisional, Jilid I, Jakarta.
Departemen Kesehatan RI, 1995, Farmakope Indonesia, Edisi IV, Jakarta.
Departemen Kesehatan RI, 1977-1995, Materia Medika Indonesia, Jilid I-VI, Jakarta.
Departemen Kesehatan RI, 2000, Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat,
Cetakan I, Jakarta.
Departemen Kesehatan RI, 2008, Farmakope Herbal Indonesia, Edisi I, Jakarta.
Departemen Kesehatan RI, 2010, Suplemen I Farmakope Herbal Indonesia, Jakarta.
Departemen Kesehatan RI, 2011, Suplemen II Farmakope Herbal Indonesia, Edisi I,
Jakarta.
Gunawan, D. dan Mulyani, S., 2004, Ilmu Obat Alam, Farmakognosi, Jilid I, Penebar
Swadaya, Jakarta.
Harborne, J.B., 1987, Metode Fitokimia, Penuntun Cara Modern Mengekstraksi
Tumbuhan, diterjemahkan oleh K. Padmawinata, Penerbit ITB, Bandung, hlm.
147-155.
Soegihardjo, C.J., 2013, Farmakognosi, PT Citra Aji Parama, Yogyakarta.
Stahl, E., 1985, Analisis Obat secara Kromatografi dan Mikroskopi, Penerbit ITB,
Bandung.
Sutrisno, B., 1986, Analisis Jamu, Edisi I, Fakultas Farmasi Universitas Pancasila,
Jakarta.
Widiyastuti, Y., 1997, Penanganan Hasil Panen Tanaman Obat Komersial, Trubus
Agriwidya, Ungaran.