Anda di halaman 1dari 5

Proses penyiapan sampel merupakan awal dari ditemukannya suatu senyawa alam murni dari tumbuhan.

Dari penyiapan sampel ini dapat diketahui selanjutnya apakah proses


pencarian senyawa alam baru telah dilakukan dengan benar atau tidak.

Ada beberapa tahap penting dalam proses penyiapan sampel ini sampai
menjadi simplisia, antara lain :

1. Panen (Pengambilan Sampel)


2. Sortasi Basah
3. Pencucian
4. Perajangan
5. Pengeringan
6. Sortasi Kering
7. Pengepakan

Langkah-langkah diatas haruslah dilakukan dengan teliti dan seksama,


karena jika salah dilakukan dapat menyebabkan simplisia yang
dihasilkan menjadi berjamur dan tidak tahan lama.

Pengertian simplisia menurut Farmakope Indonesia Edisi III adalah


bahan alam
yang digunakan sebagai obat yang belum mengalami pengolahan
apapun juga, kecuali
dinyatakan lain berupa bahan yang telah dikeringkan.

Berdasarkan pengertian simplisia menurut FI 3, maka simplisia tidak


hanya menyatakan tumbuhan, namun semua bahan alam yang dapat
dijadikan sebagai obat.
S IM P LI SI A HE WAN I , NAB ATI, D AN M IN ER AL .

Dimana bahan alam tersebut diambil dan dilakukan proses sortasi untuk
mendapatkan hanya bahan-bahan yang baik dan layak dijadikan obat.

1. Panen (Pengambilan Sampel)


Tahap awal pengambilan sampel merupakan tahap yang paling penting
dikarenakan, kesalahan awal dalam pengambilan dapat merusak
sampel ataupun kandungan di dalamnya yang dapat menyebabkan
pengerjaan pada tahap-tahap selanjutnya menjadi percuma.

Dalam pengambilan bahan alam diperlukan sebuah cara yang khusus


karena sampel yang akan diambil memiliki sifat yang berbeda dengan
sampel yang lainnya, begitu pula mengenai waktu pengambilannya dan
alat yang digunakan pada saat pengambilan serta cara pengolahannya
setelah masa pengumpulan/panen telah dilakukan.

Berikut ini akan diuraikan secara singkat cara pengambilan sampel yang
berasal dari bagian tumbuhan/tanaman, meliputi :

1. Akar (Radix), diambil bagian yang berada di bawah tanah.


2. Batang (Caulis), diambil mulai dari cabang pertama sampai leher
akar, dipotong dengan panjang dan diameter tertentu.
3. Kulit batang/klika (Kortex), diambil dari batang utama dan
cabang, dikelupas dengan ukuran panjang dan lebar tertentu dan tidak
mengambilnya dengan satu lingkaran penuh pada batang.
4. Kayu (Lignum), diambil dari cabang atau batang, kulit dikelupas
dan dipotong-potong kecil.
5. Daun (Folium), diambil daun tua (bukan daun kuning) daun kelima
dari pucuk. Daun dipetik satu persatu secara manual.
6. Bunga (Flos), dapat berupa kucup, bunga mekar atau mahkota
bunga atau daun bunga, dipetik langsung dengan tangan.
7. Rimpang (Rhizoma), diambil dan dibersihkan dari bulu-bulu akar,
kemudian dipotong melintang dengan ketebalan tertentu. Dipanen pada
saat daun meluruh (layu)
8. Buah (Fructus), dapat berupa buah matang, buah muda, dipetik
dengan tangan.
9. Biji (Semen), buah dikupas dan biji dikumpulkan dan dibersihkan,
diambil dari buah yang masak.
10. Herba, adalah bagian tanaman yang berada di atas tanah, kecuali
dinyatakan lain, diambil dan dibersihkan.
Semua proses diatas dilakukan dengan dasar bahwa kandungan bahan
berkhasiat yang ada dalam tumbuhan/tanaman dalam keadaan
maksimal dan untuk sampel yang melakukan proses fotosintesis diambil
pada saat proses ini maksimum (pukul 10:00 12:00).

Perlu diingat bahwa ada komponen kimia yang dapat berinteraksi


dengan alat yang digunakan pada saat sampel tersebut
dikumpulkan/dipanen, hal ini apabila dibiarkan akan merusak komponen
yang ada dalam sampel tersebut, seperti halnya penggunaan pisau besi
dan gunting.

2. Sortasi Basah

Sortasi basah adalah proses pemilahan bahan alam segera setelah


dipanen, dengan tujuan untuk mengurangi bahan alam rusak (cth :
berjamur) yang ikut terbawa.

Disebut basah karena masih terdapat kandungan air yang banyak di


dalam bahan alam tersebut (belum dikeringkan).

3. Pencucian

Dilakukan untuk menghilangkan tanah dan kotoran yang melekat pada


bahan alam yang akan digunakan.

4. Perajangan

Perajangan dilakukan bila perlu untuk memudahkan proses pengeringan


nantinya.

Proses perajangan berarti memperkecil ukuran dari bahan alam dan


memperluas luas daerah kontak bahan alam untuk penguapan air.

Dilakukan dengan menggunakan peralatan potong yang tidak merusak


kandungan senyawa dalam bahan alam.

5. Pengeringan
Pengeringan ini merupakan tahap yang paling penting untuk mengurangi
kadar air dalam bahan alam dengan tujuan untuk mencegah
kontaminasi mikroorganisme yang dapat merusak bahan alam.

Pengeringan ini bila perlu dilakukan menggunakan 2 metode.

Metode pengeringan alami, dilakukan dengan tanpa bantuan alat,


dibawah sinar matahari langsung atau diangin-anginkan.
Metode pengeringan buatan, dilakukan dengan bantuan alat,
seperti penggunaan oven simplisia.
JIK A PEN GE R IN G A N DI LA K UK AN D IB AWAH S IN AR M ATAH AR I L AN GS U NG , S EB AIK N YA SAM PE L TI D AK
T ER PAPAR LA NG SU N G SI NA R M ATAHA R I, K A RE NA K I TA TI D AK TAHU APAK A H AD A K AN DU N G AN K IM I A
YAN G TI D AK TAHA N C AH AYA DA N RU SAK PAD A SA AT P EN GE RI N G AN . JAD I SEB A IK N YA PAD A S AAT
P ENJ EM UR AN , SAM PE L D IT UT UP I O LE H K A IN H ITAM AG AR TI D AK LA N GS UN G TE RPAPAR S IN AR
M ATAH AR I.

Batasan kadar air maksimum pada simplisia yang ditetapkan oleh


BPOM berguna dalam penyimpanan simplisia agar tidak terkontaminasi
jamur atau mikroorganisme lain, dan menjaga agar kandungan di
dalamnya tidak hilang. Pada setiap bagian kadar air maksimumnya,
antara lain:

1. Daun & Bunga; kadar air maksimum 5%


2. Batang dan akar; kadar air maksimum 10%
3. Buah; kadar air maksimum 8%

Bila kadar air belum mencapai batas yang ditetapkan, maka simplisia
masih sangat rentan terhadap kontaminasi mikroorganisme, sehingga
perlu dikeringkan kembali.

6. Sortasi Kering

Sortasi kering dilakukan segera setelah proses pengeringan selesai


dilakukan, dengan tujuan untuk menghilangkan simplisia yang rusak
selama proses sebelum dan setelah pengeringan agar hanya
didapatkan simplisia yang benar-benar baik dan dapat disimpan dalam
waktu yang lama.

7. Pengepakan
Pengepakan simplisia dilakukan di sak simplisia yang kedap udara,
karena walaupun simplisia sudah dalam kondisi kering, kontaminasi
mikroorganisme tetap dapat menjadi bahaya bila penyimpanan tidak
dilakukan dengan baik dan benar.

SUSUT PENGERINGAN
S USU T PEN GE R IN G A N= (B OB O T B AS AH - B OB OT K ER IN G )/ (B OB OT B AS AH ) X 100 %

Susut pengeringan merupakan persentase yang menunjukkan


banyaknya berat bahan alam yang hilang setelah melalui proses
pengeringan.

Persentase ini penting untuk diketahui sebelum melakukan pengambilan


sampel agar dapat diperkirakan berat sampel yang akan didapatkan
setelah dikeringkan.

Susut pengeringan ini juga tidak kecil, bisa mencapai 70% bobot yang
hilang dari bahan alam setelah dikeringkan, sehingga hanya ada bobot
30% simplisia yang kamu bisa gunakan nantinya.

Pengambilan sampel ini harus dalam kuota yang besar, ambil contoh,
daun Tectona grandis L. yang memiliki berat 1,5 kg, setelah kering
beratnya hanya 450 g, yang apabila diekstraksi menjadi ekstrak, akan
semakin berkurang kembali beratnya, dan akhirnya ekstrak yang
didapatkan tidak cukup untuk penelitian lebih lanjut.

Sehingga susut pengeringan sangat penting untuk dipertimbangkan

Anda mungkin juga menyukai