Anda di halaman 1dari 44

Program Studi

S1 Farmasi

apt. Ferry Effendi M.Farm


ferry@sttif.ac.id
1
Pada umumnya pembuatan simplisia
melalui tahapan seperti berikut :
1.Pengumpulan Bahan Baku
2.Sortasi Basah
3.Pencucian
4.Perajangan
5.Pengeringan
6.Sortasi kering
7.Pengepakan dan penyimpanan
8.Pemeriksaan mutu
1. Pengumpulan Bahan Baku
Kadar senyawa aktif dalam suatu simplisia
berbeda-beda antara lain tergantung pada :
• Bagian tanaman yang digunakan
• Umur tanaman atau bagian tanaman pada saat
panen
• Waktu panen
• Lingkungan tempat tumbuh
Waktu panen sangat erat kaitannya dengan
pembentukan senyawa aktif didalam bagian
tanaman yang akan dipanen. Waktu panen
yang terdapat pada saat bagian tanaman
tersebut mengandung senyawa aktif dalam
jumlah yang terbesar.
Senyawa aktif terbentuk secara maksimal didalam
bagian tanaman atau tanaman pada umur tertentu.

Penentuan bagian tanaman yang dikumpulkan


pada waktu pengumpulan secara tepat
memerlukan penelitian.

Disamping waktu panen dalam sehari dengan


mempertimbangkan stabilitas kimiawi dan seyawa
aktif dalam simplisia terhadap panas sinar
matahari.
Secara garis besar pedoman panen sebagai berikut :

1. Tanaman yang pada saat panen diambil bijinya yang


telah tua seperti Parkia roxburgii, pengambilan biji
ditandai dengan telah mengeringnya buah. Sering pula
pemetikan dilakukan sebelum kering benar, yaitu
sebelum buah pecah secara alami dan biji terlempar
jauh misalnya pada Ricinus comunis.
2. Tanaman yang pada saat panen diambil buahnya,
waktu pengambilan sering dihubungkan dengan tingkat
kemasakan yang ditandai adanya perubahan
kekerasan pada buah seperti Cucurbitae moschata.
Perubahan warna, misalnya asam (Tamarindus indica)
kadar air buah, misalnya belimbing wuluh (Averhoa
bilimbi), jeruk nipis (Citrus aurantifolia). perubahan
bentuk buah misalnya mentimun (Cucumis sativus),
pare (Momordica caranthia)
3. Tanaman pada saat panen diambil daun pucuknya.
Pengambilan dilakukan pada saat tanaman
megalami perubahan pertumbuhan dari vegetatif ke
generatif. Pada saat itu penumpukan senyawa aktif
dalam kondisi tinggi sehingga mempunyai mutu
yang terbaik, contoh tanaman yang diambil daun
pucuknya adalah Orthosiphon stamineus.
4. Tanaman yang pada saat panen diambil daun yang
telah tua, daun yang diambil dipilih yang telah
membuka sempurna dan terletak dibagian cabang
atau batang yang menerima sinar matahari
sempurna. Pada daun tersebut terjadi
asimilasi sempurna, contoh panenan ini
adalah : Tanam sembung (Blumea
balsamifera)
5. Tanaman yang saat panen diambil kulit batang,
pengambilan dilakukan padaa saat tanaman
telah cukup umur. Agar pada sat pengambilan
tidak mengganggu pertumbuhan antara lain
menjelang musim kemarau.
6. Tanaman pada sat panen diambil umbi lapis,
pengambilan dilakukan pada saat panen umbi
mencapai besar maksimum dan pertumbuhan
pada bagian diatas tanah berhenti, misalnya
Alium cepa.
7. Tanaman yang saat panen diambil rimpangnya,
pengambilan dilakukan pada musim kering.
Dengan tanda mengeringnya bagian atas
tanaman. Dalam keadaan ini rimpang dalam
keadaan besar maksimum.
Panen dapat dilakukan dengan tangan
menggunakan alat atau menggunkan mesin
dalam hal ini ketrampilan memetik diperlukan
agar diperoleh simplisia yang benar dan tidak
tercampur dengan bagian lain dan tidak
merusak tanaman induk.

Alat/mesin yang digunakan untuk memetik perlu


dipilih dan sesuai. Alat yang terbuat dari logam
sebaiknya tidak digunakan bila diperkirakan
akan merusak senyawa aktif simplisia seperti
fenol dan glikosida.
Cara pengambilan bagian tanaman untuk
pembuatan simplisia.
1. Kulit batang. Cara pengumpulan : dari batang
utama dan cabang dikelupas dengan ukuran
panjang dan lebar tertentu untuk kulit batang
mengandung minyak atsiri/golongan senyawa
fenol digunakan alat pengelupas bukan logam.
Kadar air simplisia ≤ 10 %
2. Batang. Cara pengumpulan dari cabang
dipotong-potong dengan panjang tertentu dan
diameter cabang tertentu.
Kadar air simplisia ≤ 10 %
3. Kayu. Dari batang atau cabang dipotong kecil
atau diserut setelah dikelupas kulitnya.
Kadar air simplisia ≤ 10 %.
4. Daun. Cara pengumpulan : Daun tua atau muda dipetik
dengan tangan satu persatu.
Kadar air ≤ 5 %
5. Bunga. Kuncup atau bunga mekar / mahkota bunga
dipetik dengan tangan
kadar air ≤ 5 %
6. Pucuk. Cara pengumpulan pucuk bunga dipetik dengan
tangan (mengandung daun muda dan bunga).
Kadar air ≤ 8 %
7. Akar. Cara pengumpulan dari bawah permukaan tanah
dipotong-potong dengan ukuran tertentu.
Kadar air ≤ 10 %
8. Rimpang. Cara pengumpulan : dicabut, dibersihkan dari
akar; dipotong melintang dengan ketebalan tertentu.
Kadar air ≤ 8 %
9.Buah. Cara pengumpulan : masak, hampir
masak, dipetik dengan tangan.
Kadar air ≤ 8 %.
10.Biji. Cara pengumpulan : buah dikupas kulit
buahnya dengan mengupas menggunakan
tangan, pisau atau menggilas, biji dikumpulkan
dan dicuci.
Kadar air ≤ 10 %.
11.Kulit buah : Cara pengumpulan : kulit buah
dikumpulkan dan dicuci.
Kadar air ≤ 8 %
2. Sortasi Basah
Sortasi basah dilakukan untuk memisahkan
kotoran-kotoran atau bahan-bahan asing lainnya
dari bahan simplisia. Misalnya pada simplisia yang
dibuat dari akar, bahan organik asing seperti tanah,
kerikil, rumput, batang, daun, akar yang telah rusak,
serta pengotoran lainnya yang harus dibuang.
Tanah mengandung berbagai macam
mikroorganisme dalam jumlah yang tinggi,oleh
karena itu pembersihan simplisia dari tanah yang
terikut dapat mengurangi jumlah mikroba awal.
3. Pencucian
Pencucian dilakukan untuk
menghilangkan tanah dan pengotoran lainnya yang
melekat pada bahan simplisia. Pencucian dilakukan
dengan air bersih, misalnya air dari mata air, air
sumur atau air PAM.
Bahan simplisia yang mengandung zat
yang mudah larut di dalam air yang mengalir,
pencucian agar dilakukan dalam waktu yang
sesingkat mungkin.
Menurut Frazier (1978), pencucian sayur-
sayuran satu kali dapat menghilangkan 25% dari
jumlah mikroba awal. Pencucian tidak dapat
membersihkan simplisia dari semua mikroba karena
air pencucian yang digunakan biasanya
mengandung juga sejumlah mikroba.
Cara sortasi dan pencucian sangat
mempengaruhi jenis dan jumlah mikroba awal
simplisia. Misalnya jika air yang digunakan untuk
pencucian kotor, maka jumlah mikroba pada
permukaan simplisia dapat bertambah dan air yang
dapat pada permukaan bahan tersebut dapat
mempercepat pertumbuhan mikroba.
Bakteri yang umum terdapat dalam air adalah
Psedomonas, Proteus, Micococcus, Bacillus,
Stretococcus, Enterobacter, dan Escherichia.
Pada simplisia akar, batang atau buah dapat
pula dilakukan pengupasan kulit luarnya untuk
mengurangi jumlah mikroba awal karena sebagian
besar jumlah mikroba biasanya terdapat pada
permukaan simplisia.
4. Perajangan
Beberapa jenis bahan simplisia adalah perlu
mengalami proses perajangan. Perajangan bahan
simplisia dilakukan untuk mempermudah proses
pengeringan, pengepakan dan penggilingan.
Tanaman yang baru diambil jangan langsung
dirajang tetapi dijemur dalam keadaan untuh
selama 1 hari.
Perajangan dapat dilakukan dengan pisau, dengan
alat mesin perajang khusus yang dikehendaki.
Sebagai contoh suatu alat yang disebut RASINGKO
(Perajang Singkong) yang dapat digunakana untuk
merajang singkong atau bahan lainnya sampai
ketebalan 3 mm atau lebih. Alat ini juga dapat
digunkan untuk merajang bahan simplisia yang
berasal dari akar, umbi, rimpang dan lain-lain.
Perajang singkong (Rasingko) merupakan alat perjang
ubi. Alat ini berkapasitas olah 150-200 kg perjam.
Rasingko digerakkan dengan pedal dan rantai sepeda
yang menggunakan tenaga manusia ( Kaki )
Alat pengupas kulit (Alpa KL)’80 merupakan
alat pengupas kulit biji seperti kedelai, saga,
kecipir dan lainnya. Alat ini mempunyai
kapasitas olah 150-200 kg perjam. Alpa KL’80
digerkakkan dengan motor bensin atau listrik
yang berdaya 5 PK, 3000 RPM.
Semakin tipis bahan yang akan dikeringkan semakin
cepat penguapan air, sehingga mempercepat waktu
pengeringan. Akan tetapi irisan yang terlalu tipis juga
dapat menyebabkan berkurangnya atau hilangnya zat
berkhasiat yang mudah menguap, sehingga
mempengaruhi komposisi, bau dan rasa yang diinginkan.
Oleh karena itu bahan simplisia seperti temulawak, temu
giring, jahe, kencur dan bahan sejenis lainnya dihindari
perajangan yang terlalu tipis untuk mencegah
berkurangnya kadar minyak atsiri. Selama perajangan
seharusnya jumlah mikroba tidak bertambah.
Penjemuran sebelum perajangan diperlukan untuk
mengurangi pewarnaan akibat reaksi antara bahan dan
logam pisau. Pengeringan dilakukan dengan sinar
matahari selama satu hari
5. Pengeringan
Tujuan pengeringan ialah untuk
mendapatkan simplisia yang tidak mudah rusak,
sehingga dapat disimpan dalam waktu yang
lebih lama. Dengan mengurangi kadar air dan
menghentikan reaksi enzimatik akan dicegah
penurunan mutu atau perusakan simplisia.
Air yang masih tersisa dalam simplisia pada
kadar tertentu dapat merupakan media
pertumbuhan kapang dan jasad renik lainnya.
Enzim tertentu dalam sel, masih dapat bekerja,
mengurangkan senyawa aktif sesaat setelah sel
mati dan selam bahan simplisia tersebut masih
mengandung kadar air tertentu
Pada tanaman yang masih hidup pertumbuhan
kapang dan reaksi enzimatik yang merusak itu tidak terjadi
karena adanya keseimbangan antara proses-proses
metabolisme, yakni proses sintesis, transformasi dan
penggunaan sel isi. Keseimbangan ini hilang segera
setelah sel tumbuhan mati.
Untuk pembuatan simplisia tertentu proses enzimatik
ini justru dikehendaki setelah pemetikan (pengumpulan).
Dalam hal ini, sebelum proses pengeringan bagian
tanaman dibiarkan dalam suhu dan kelembaban tertentu
agar reaksi enzimatik disini masih diperlukan karena
senyawa aktif yang dkehendaki masih dalam ikatan
kompleks dan baru dipecah dari ikatan kompleksnya serta
dibebaskan oleh enzim tertentu dalam suatu reaksi
enzimatik setelah tanaman itu mati.
Contoh simplisia : Vanilla dan Cola. Pada jenis
bahan simplisia tertentu setelah panen langsung
dikeringkan. Proses ini dilakukan pada bahan
simplisia, ini akan menurunkan kadar senyawa
aktif tersebut, dan berarti menurunkan kadar
senyawa aktif tsb, dan berarti menurunkan mutu
simplisia.

Meskipun banyak bahan simplisia yang masih


dapat ditunda pengeringannya, akan tetapi
prinsipinya pengeringan sebaiknya dilakukan
segera setelah pengumpulan kecuali kalau
dikehendaki lain seperti diperlakukannya tahap
fermentasi seperti diatas.
• HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN
DALAM PROSES PENGERINGAN ADALAH
1. Suhu pengeringan
2. Kelembaban udara
3. Aliran udara
4. Waktu pengeringan
5. Luas permukaan bahan
6. Tidak menggunakan alat dari plastik

Selama proses pengeringan bahan simplisia,


faktor-faktor tersebut harus diperhatikan
sehingga diperoleh simplisia kering yang tidak
mudah mengalami kerusakan selama
penyimpanan.
Cara pengeringan yang salah dapat
mengakibatkan terjadinya “FACE HARDENING”
yakni bagian luar bahan sudah kering dan bagian
dalamnya masih basah.
Hal ini disebabkan oleh irisan bahan simplisia
yang terlalu tebal, suhu pengeringan yang terlalu
tinggi, atau oleh suat keadaan yang menyebabkan
penguapan air permukaan jauh lebih cepat daripada
difusi air dari dalam permukaan dari pada difusi air
dari dalam ke permukaan tersebut, sehingga
permukaan bahan menjadi keras dan menghambat
pengeringan selanjutnya. Face hardening dapat
mengakibatkan kerusakan atau kebusukan dibagian
dalam bahan yang dikeringkan.
Suhu pengeringan tergantung kepada bahan
simplisia dan cara pengeringannya. Bahan simplisia
dapat dikeringkan pada suhu 30 – 90 derajat celcius,
tetapi suhu yang terbaik adalah tidak melebihi 60
derajat celcius.
Bahan simplisia yang mengandung senyawa aktif
yang tidak tahan panas atau mudah menguap harus
dikeringkan pada suhu serendah mungkin, misalnya
30-45 derajad celcius atau dengan cara vaccum,
yaitu dengan mengurangi tekanan udara di dalam
ruangan atau di lemari pengeringan, sehingga
tekanan kira-kira 5 mmHg. Kelembaban juga
tergantung pada bahan simplisia, cara pengeringan,
dan tahap2 selama pengeringan. Kelembaban akan
menurun selama proses pengeringan.
Ada dua cara pengeringan simplisia antara lain:
1. Pengeringan Alamiah
2. Pengeringan Buatan

1. PENGERINGAN ALAMIAH
pengeringan alamiah tergantung dari senyawa
aktif yang dikandung dalam bagian tanaman
yang dikeringkan, dapat dilakukan dengan dua
cara.
 Dengan panas sinar martahari langsung, cara ini
dilakukan untuk mengeringkan bagian tanaman
yang relatif keras seperti kayu, biji, dan
mengandung senyawa aktifyang relatif stabil.
Pengeringan dengan sinar matahari yang banyak
dipraktekkan di Indonesia merupakan suatu cara yang
mudah dan murah, yang dilakukan dengan cara
membiarkan bahan yang telah dipotong-potong
diudara terbuka diatas tampah-tampah, tanpa kondisi
yang terkontrol seperti suhu, kelembaban dan aliran
udara.
Dengan cara ini kecepatan pengeringan
tergantung pada keadaan iklim , sehingga cara ini baik
dilakukan di daerah yang udaranya panas atau
kelembabannya rendah, serta tidak turun hujan. Hujan
atau cuaca yang mendung dapat memperpanjang
waktu pengeringan sehingga memberi kesempatan
pada kapang atau mikroba lainnya untuk tumbuh
sebelum simplisia tersebut kering
 Dengan diangin-angin dan tidak dipanaskan dengan
sinar matahari langsung.

Cara ini terutama digunakan untuk mengeringkan


bagian tanaman yang lunak seperti bunga, daun,
dan mengandung senyawa aktif yang mudah
menguap.

Tempat pengeringan tidak terbuat dari logam, dasar


berlubang, letak pengeringan diatur, dihamparkan
setipis mungkin, diberi jarak tertentu dengan lantai
atau dengan pengeringan dibawahnya sehingga
memungkinkan terjadinya sirkulasi udara.
2. PENGERINGAN BUATAN
Kerugian yang mungkin terjadi jika melakukan
pengeringan dengan sinar matahari langsung dapat
diatasi jika melakukan pengeringan buatan, yaitu
dengan menggunakan suatu alat atau mesin
pengering yang suhu kelmbaban, tekanan dan
aliran udaranya dapat diatur.
Prinsip pengeringan buatan adalah sebagai
berikut : udara dipanaskan oleh suatu sumber
panas seperti lampu, kompor, mesin diesel, atau
listrik. Udara panas dialirkan dengan kipas ke
dalam ruangan atau lemari yang berisi bahan yang
akan dikeringkan yang telah disebarkan diatas rak2
pengering yang sederhana, praktis dan murah,
dengan hasil yang cukup baik.
Cara yang lain misalnya dengan
menempatkan bahan-bahan yang akan
dikeringkan diatas pita atau ban berjalan dan
melewatkannya melalui suatu lorong atau
ruangan yang berisi udara yang telah
dipanaskanan diatur alirannya.
FTDC telah merancang dan membuat suatu
alat pengering yang disebut RINSALI (pengering
suhu terkendali) dengan suhu maksimum 65
derajad celcius.
Dengan menggunakan pengeringan buatan
dapat diperoleh simplisia dengan mutu yang
lebih baik karena pegeringan akan lebih merata
dan waktu pengeringan akan lebih cepat, tanpa
dipengaruhi oleh keadaan cuaca.
6. SORTASI KERING
Sortasi setelah pengeringan sebenarnya merupakan
tahap akhir pembuatan simplisia. Tujuan sortasi adalah
untuk memisahkan benda asing seperti bagian-bagian
tanaman yang tidak diinginkandan pengotoran-pengotoran
lainyang masih ada dan tertinggal pada simplisia kering.
Proses ini dilakukan sebelum simplisia dibungkus
untuk kemudian disimpan. Seperti halnya sortasi awal,
sortasi disini dapat dilakukan dengan tangan atau secara
mekanik. Pada simplisia berbentuk rimpang, sering
sejumlah akar yang melekat pada rimpang terlalu besar
dan harus dibuang. Demikian pula adanya partikel-partikel
pasir, besi dan benda2 tanah lain yang teringgal harus
dibuang simplisia dibungkus.
7. PENGEPAKAN DAN PENYIMPANAN
Simplisia dapat rusak, berkurang atau berubah
mutunya karena berbagai faktor luar dan dalam
antara lain :
a. Cahaya : Sinar dari panjang gelombang tertentu
dapat menimbulkan bahan kimia pada simplisia
(misalnya : Isomerisasi)
b. Oksigen Udara : Oksigen dari udara dapat
mengoksidasi simplisia sehingga dapat mengalami
perubahan kimiawi. Misalnya semula cair dapat
berubah menjadi kental atau padat, berbutir-butir
dsb.
c. Reaksi Kimia Intern : perubahan kimiawi dalam
simplisia yang dapat disebabkan oleh reaksi kimia
intern, misalnya oleh enzim, autooksidasi dsb.
d. Dehidrasi : apabila kelembaban luar lebih rendah
dari simplisia maka simplisia secara perlahan-
lahan akan kehilangan sebagian airnya sehingga
makin lama makin mengecil (Kisut)
e. Penyerapan Air : simplisia yang higroskopis,
misalnya agar-agar bila disimpan dalam wadah
yang terbuka akan menyerap lengas, udara
sehingga menjadi kempal, basah atau mencair.
f. Pengotoran : Pengotoran pada simplisia dapat
disebabkan oleh berbagai bahan asing misalnya ;
debu, atau pasi, ekskresi hewan, bahanasing
misalnya minya yang tertumpah dan fragmen
wadah (karung goni)
g.Serangga : Serangga dapat menimbulkan
kerusakan dan pengotoran pada simplisia, baik
oleh bentuk ulatnya maupun oleh bentuk
dewasanya. Pengotoran tidak hanya berupa
kotoran serangga, tetapi juga sisa-sisa
metamarfose seperti cangkang telur, bekas
kepompong, bekas kulit serangga dsb.
h. Kapang : Kadar air dalam simplisia terlalu tinggi,
maka simplisia dapat berkapang. Kerusakan
yang timbul tidak hanya terbatas pada jaringan
simplisia, tetapi juga akan merusaksusunan
kimia zatyang dikandung dan malahan dari
kapangnya dapat mengeluarkan toksin yang
dapat mengganngu kesehatan.
Selama penyimpanan ada kemungkinan terjadi
kerusakan pada simplisia kerusakan tersebut dapat
mengakibatkan kemunduran mutu, sehingga simplisia
bersangkutan tidak memenuhi syarat yang diperlukan atau
ditentukan, oleh karena itu pada penyimpanan simplisia
perlu diperhatikan beberapa hal yang dapat
mengakibatkan kerusakan simplisia, yaitu cara
pengepakan, pembungkusan, dan pewadahan,
persyaratan gudang simplisia, cara sortasi dan
pemeriksaan mutu, serta cara pengawetannya.
Penyebab kerusakan pada simplisia yang utama
adalah air dan kelembaban, untuk dapat disimpan dalam
waktu lama simplisia harus dikeringkan dulu sampai
kering, sehingga kandungan airnya tidak lagi dapat
menyebabkan kerusakan yang merugikan.
Simplisia yang berupa kulit kayu, akar serta
yang mengandung damar, pada umumnya bersifat
kurang menyerap uap air dan udara, dan lebih
tahan dalam penyimpanan.
Perubahan warna simplisia seringkali
disebabkan oleh pengaruh cahaya matahari,
terutama cahaya matahari langsung. Cahaya
matahari dapat menaikkan suhu, sehingga
mempercepat terjadinya reaksi-reaksi kimia yang
dapat mengubah susunan kimia senyawa aktif
simplisia. Sebagian dari zat alam yang teroksidasi
oleh oksigen udara berubah menjadi zat-zat yang
teroksidasi. Reaksi oksidasi ini dapat berjalan lebih
mudah apabila simplisia mengandung enzim
oksidase
Cara pengemasan simplisia tergantung pada jenis
simplisia dan tujuan penggunaan pengemasan. Bahan
dan bentuk pengemasannya harus sesuai, dapat
melindungi dari kemungkinan kerusakan simplisia dan
dengan memperhatikan segi pemanfaatan ruang
untuk keperluan pengangkutan maupun
penyimpanannya.

Wadah harus bersifat tidak toksik, dan inert


dengan isinya sehingga tidak menyebabkan terjadinya
reaksi serta penyimpangan warna, bau, rasa pada
simplisia. Selain itu wadah harus melindungi simplisia
dari cemaran mikroba, kotoran dan serangga serta
mempertahankan senyawa aktif yang mudah
menguap atau mencegah pengaruh sinar.
Wadah yang melindungi terhadap cahaya
dipergunakan aluminium foil, plastik atau botol
yang berwarna gelap, kaleng dsb.

Bungkus yang paling lazim digunakan untuk


simplisia adalah karung goni sering juga digunkan
karung plastik, peti atau drum kayu atau karton dan
drum atau kaleng dari besi berlapis. Beberapa jenis
simplisia terutama berbetuk cairandikemas dalam
guci porselin atau botol.

Simplisia yang berasal dari akar, rimpang, umbi,


kulit akar, kulit batang, kayu, daun, herba, buah, biji
dan bunga sebaiknya dikemas dalam karung
plastik dan dijahit.
Simplisia yang mudah menyerap uap air udara
perlu dibungkus rapat untuk mencegah terjadinya
penyerapan kelembaban tersebut. Sesudah
dikeringkan sampai cukup kering dibungkus
dengan karung atau kantong plastik, dalam peti,
drum atau kaleng besi berlapis. Pada
penyimpanannya simplisia tersebut dimasukkan
dalam wadah yang tertutup rapat dan seringkali
perlu diberi kapur tohor sebagai bahan penyaring.

Gom dan Resin dikemas dalam wadah drum,


peti yang terbuat dari karton, kayu atau besi
berlapis sedangkan simplisia yang aroma atau
baunya perlu dipertahankan, harus dikemas dalam
peti kayu berlapis timah atau kertas timah.
Penyimpanan simplisia kering biasanya dilakukan
pada suhu kamar tetapi dapat pula dilakukan ditempat
sejuk, atau tempat dingin, tergantung dari sifat dan
ketahanan simplisia tersebut.
Kelembaban udara di ruang penyimpanan
simplisia kering sebaiknya diusahakan serendah
mungkin untuk mencegah terjadinya penyerapan uap
air. Di Indonesia daun tembakau dikemas dalam
keranjang bambu yang bagian dalamnya diberi lapis
pelepah daun pisang yang kering.
Simplisia harus disimpan dalam ruangan
penyimpanan khusus atau dalam gudang simplisia.
Gudang harus mempunyai ventilasi udara yang cukup
baik dan bebas dari bocor.
Walaupun memerlukan penerangan yang cukup
pada siang hari harus dicegah masuknya matahari
secara langsung menyinari simplisia yang disimpan.
Perlu dilakukan pencegahan kemungkinan kerusakan
yang ditimbulkan oleh hewan, baik serangga atau
hewan pengerat, maka gudang harus bersih dan bebas
dari sampah buangan yang mungkin menjadi sarang
tersebut.

Cara penyimpanan simplisia dalam gudang harus


diatur sedemikian rupa, sehingga tidak menyulitkan
pemasukan dan pengeluaran simplisia yang disimpan.
Untuk simpllisia yang sejenis harus diberlakukan
prinsip “First in first out”
Simplisa yang sudah Tidak Memenuhi syarat
seperti ditumbuhnya kapang, dimakan hewan,
berubah warna atau bau busuk harus
dikeluarkan dari gudang atau dibuang.

Simplisia yang beracun atau mengandung


racun harus disimpan dalam lemari tekunci dan
diberi tanda racun secara khusus.

Anda mungkin juga menyukai