Anda di halaman 1dari 27

apt. Fitria Ningsih, S.

Farm

STIKES ASSYIFA ACEH


1. Simplisia dibuat dengan cara pengeringan
Pembuatan simplisia dengan cara ini pengeringannya dilakukan dengan cepat,
tetapi pada suhu yang tidak terlalu tinggi. Pengeringan yang dilakukan dengan
waktu lama akan mengakibatkan simplisia yang diperoleh di tumbuhi kapang.
Pengeringan yang dilakukan pada suhu terlalu tinggi akan mengakibatkan
perubahan kimia pada kandungan senyawa aktifnya. Untuk mencegah hal
tersebut, untuk bahan kimia yang memerlukan perajangan perlu diatur
perajangannya, sehingga diperoleh tebal irisan yang pada pengeringan tidak
mengalami kerusakan.
2. Simplisia dibuat dengan proses fermentasi
 Proses fermentasi dilakukan dengan saksama, agar proses tersebut tidak
berkelanjutan ke arah yang tidak diinginkan
 Harus tepat waktu
3. Simplisia dibuat dengan proses khusus
Pembuatan simplisia dengan cara penyulingan, pengentalan eksudat nabati,
pengeringan sari air dan proses khusus lainnya dilakukan dengan berpegang
pada prinsip bahwa simplisia yang dihasilkan harus memiliki mutu sesuai
dengan persyaratan
4. Simplisia pada proses pembuatan memerlukan air
Pati, talk, dsb pada proses pembuatannya memerlukan air. Air yang digunakan
harus bebas dari pencemaran racun serangga, kuman patogen, logam berat, dll
1. 7.
6. Sortasi
Pengumpulan Pengepakan &
Kering
Bahan Baku penyimpanan

8.
2. Sirtasi 5.
Pemeriksaan
Basah Pengeringan
Mutu

3. Pencucian 4. Perajangan
 Kadar zat aktif simplisia berbeda-beda, tergantung pada:
1. Bagian tanaman yang digunakan
2. Umur tanaman atau bagian tanaman pada saat panen
3. Waktu panen
4. Lingkungan tempat tumbuh
5. Teknik Pengumpulan

1. Bagian tanaman : kulit batang (cortex), batang (caulix), kayu (lignum), daun
(folium), bunga (flos), akar (radix), rimpang (rhizoma), buah (fructus), biji
(semen), bulbus
2. Umur Tanaman
 Atropa belladona L, alkaloid hiosiamina mula-mula terbentuk dalam akar,
pada tahun pertama berpindah pada batang yang masih hijau, pada tahun ke
2 batang mulai berlignin dan kadar nya mulai menurun tapi pada daun
kadarnya meningkat. Kadar alkaloid hiosiamina tertinggi terdapat pada pucuk
tanaman saat tanaman berbunga dan kadarnya menurun saat tanaman
berbuah dan makin turun saat uah makin tua
 Mentha piperita L, kadar menthol dan minyak atsiri tertinggi terdapat pada
daun muda, saat tanaman mulai berbunga
 Cinnamomum camphora L, kadar kamfer tergantung dari umur tanaman,
makin tua makin tinggi pada bagian kayu
3. Waktu Panen
 Minyak atsiri : sebaiknya panen pada pagi hari
 Pertimbangan zat aktif : stabilitas kimia, stabilitas fisika

4. Lingkungan tempat tumbuh


 Ketinggian jenis tanah,
 Ketersediaan air,
 Curah hujan
 Intensitas cahaya

5. Teknik Pengumpulan
 Dengan manual (tangan)
- keterampilan
- baik bagi tanaman dipanen berulang-ulang
 Dengan alat (mekanik)
- perhatikan zat aktif kimia, misal: golongan, jangan pakai alat besi
- baik bagi tanaman sekali panen
KULIT BATANG
• Dari batang utama dan cabang, dikelupas dengan ukuran panjang dan lebar tertentu
• Untuk kulit batang yang mengandung minyak atsiri atau golongan fenol jangan
gunakan alat logam
• Syarat kadar air <10 %

BATANG
• Dari cabang, dipotong dengan panjang dan diameter tertentu
• Syarat kadar air <10 %

KAYU
• Dari batang atau cabang, dipotong kecil atau diserut (disugu) setelah kelupas
kulitnya
• Syarat kadar air <10 %
BUNGA
• Kuncup / bunga mekar / mahkota bunga / daun bunga dipetik
dengan tangan
• Syarat kadar air <5 %

AKAR
• Dari bawah permukaan tanah, dipotong dengan ukuran
tertentu
• Syarat kadar air <10 %

RIMPANG
• Dicabut, dibersihkan dari akar, dipotong melintang dengan
ketebalan tertentu
• Syarat kadar air <8 %
BUAH
• Masak / hampir masak dipetik dengan tangan
• Syarat kadar air < 8 %

BIJI
• Buah dipetik, dikupas kulit buahnya menggunakan tangan,
pisau, atau mongglias, biji dikumpulkan dan dicuci
• Syarat kadar air <8%

BULBUS
• Tanaman dicabut, bulbus dipisah dari daun dan akar dengan
memotongnya lalu dicuci
DAUN
• Tua atau muda (daerah pucuk) dipetik dengan tangan satu
persatu
• Syarat kadar air <5%

PUCUK
• Pucuk berbunga dipetik dengan tangan (mengandung daun
muda dan bunga)
• Syarat kadar air <8 %

KULIT BUAH
• Seperti biji kulit buah dikumpulkan dan di cuci
• Syarat kadar air <8 %
JAMUR, LUMUT KERAK, SPORA PAKU-PAKUAN
• Bahan simplisia cukup dijemur dibawah sinar matahari karena
materialnya kecil dan tipis
• Diwadahi dalam kantong plastik atau kaleng, bila perlu diberi bahan
penyerap air atau penyerap oksigen

HERBA
• Pengerjaan seperti kayu

BALSAM, MALAM, GETAH, GOM


• Biasanya tidak memerlukan proses pengeringan.
• Tapi bila diperlukan berbagai jenis Gom dapat dijemur agar lebih kering
 Tujuan : untuk memisahkan kotoran-kotoran atau bahan-bahan asing lainnya dari
simplisia
 Misal akar, bahan asing seperti tanah, kerikil, rumput, batang, daun, akar yang
telah rusak, serta pengotor lainnya harus dibuang

 Tujuan : untuk menghilangkan tanah dan pengotor lainnya yang melekat pada
simplisia
 Dilakukan dengan air bersih, misal air dari mata air, air sumur atau air PAM
 Bahan simplisia yang mengandung zat yang mudah larut didalam air, pencucian
harus dilakukan dalam waktu sesingkat mungkin.
 Tujuan : untuk mempermudah proses pengeringan, pengepakan, dan penggilingan
 Hal-hal yang harus diperhatikan :
1. Ukuran rajangan
2. Alat merajang : pisau atau mesin perajang
3. Pra perlakuan sebelum perajangan
 Tanaman yang baru di ambil jangan langsung di rajang tetapi dijemur dengan sinar matahari
dalam keadaan utuh selama 1 hari untuk mengurangi pewarnaan akibat reaksi antara bahan dan
logam pisau
 Semakin tipis bahan yang akan dikeringkan, semakin cepat penguapan air, sehingga mempercepat
waktu pengeringan. Akan tetapi irisan yang terlalu tipis juga dapat menyebabkan berkurangnya
atau hilangnya zat berkhasiat yang mudah menguap sehingga mempengaruhi komposisi, bau dan
rasa yang diinginkan.
 Oleh karena itu simplisia seperti temulawak, temu giring, jahe, kencur, hindari perajangan terlalu
tipis untuk mencegah berkurangnya kadar minyak atsiri.
 Tujuan : untuk mendapatkan simplisia yang tidak mudah rusak, sehingga dapat
disimpan dalam waktu yang lebih lama
 Dengan mengurangi kadar air dan menghentikan reaksi enzimatik akan mencegah
penurunan mutu atau perusakan simplisia
 Air yang masih tersisa dalam simplisia pada kadar tertentu dapat merupakan
media pertumbuhan kapang dan jasad renik lainnya. Enzim tertentu dalam sel,
masih dapat bekerja menguraikan senyawa aktif sesaat setelah sel mati dan
selama bahan simplisia tersebut masih mengandung kadar air tertentu.
 Pada tumbuhan yang masih hidup pertumbuhan kapang dan reaksi enzimatik yang
merusak itu tidak terjadi karena adanya keseimbangan antara proses
metabolisme, yakni proses sintesism transformasi dan penggunaan isi sel.
Keseimbangan ini hilang setelah sel tumbuhan mati.
 Pada jenis simplisia tertentu, setelah panen langsung dikeringkan. Proses ini
dilakukan pada simplisia yang mengandung senyawa aktif yang mudah
menguap.
 Penundaan proses pengeringan dapat menurunkan kadar senyawa aktif
tersebut dan berarti menurunkan mutu simplisia.
 Prinsip pengeringan sebaiknya dilakukan segera setelh pengumpulan, kecuali
jika dikehendaki lain seperti diperlukan tahap fermentasi.
 Hal-hal yang perlu diperhatikan:
1. Cara pengeringan
2. Suhu pengeringan
3. Kelembaban udara
4. Aliran udara
5. Waktu pengeringan
6. Luas permukaan bahan
 Pengeringan dilakukan menggunakan sinar matahari atau alat pengering
 Cara pengeringan yang salah dapat mengakibatkan “face hardening” yaitu
bagian luar bahan sudah kering tp bagian dalam masih basah.
 Hal ini dapat disebabkan karena irisan terlalu tebal, suhu pengering terlalu
tinggi, atau karena suatu keadaan penguapan air dipermukaan bahan jauh
lebih cepat daripada difusi air dari dalam ke permukaan sehingga permukaan
menjadin keras dan menghambat pengeringan selanjutnya.
 Suhu pengeringan tergantung bahan dan cara pengeringannya.
 Bahan simplisia dapat dikeringkan pada suhu 30°C - 90°C, tetapi suhu terbaik
adalah tidak lebih daro 60°C.
 Bahan yang mengandung senyawa tidak tahan panas atau mudah menguap
dikeringkan pda suhu rendah yaitu 30°C - 45°C. atau dengan cara pengeringan
vacum yaitu mengurangi tekanan udara didalam ruangan atau lemari
pengering sehingga tekana kira-kira 5 mm Hg.
 2 cara pengeringan:
1. Pengeringan alamiah: tergantung dari kandungan senyawa aktif. Ada 2 cara
pengeringan:
a. Dengan panas sinar matahari langsung
Cara ini dilakukan untuk mengeringkan bagian tanaman yang relatif keras seperti kayu,
kulit kayu, biji, dsb dan mengandung senyawa aktif yang relatif stabil
b. Dengan diangin-anginkan dan tidak dipanaskan dengan sinar matahri langsung
Cara ini digunakan untuk mengeringkan bagian tanaman yang lunak seperti bunga,
daun, dsb dan mengandung senyawa aktif mudah menguap.
 Pada kesua cara ini, tempa pengeringan mempunyai dasar berlubang-lubang seperti
anyaman bambu, kain kasa. Umumnya dasar tempat pengeringan tersebut bukan dari
logam karena dapat bereaksi dan merusak senyawa aktif tersebut.
 Letak pengering juga diatur sehingga memungkinkan terjadinya aliran udara dari atas
kebawah atau sebaliknya
 Bahan simplisia harus dihamparkan setipis mungkin dan tempat pengering diberi jarak
dengan lantai atau pengering dibawahnya.
2. Pengeringan Buatan
 Keuntungan :
1. Suhu kelembaban, tekanan dan aliran udara dapat diatur
2. Pengeringan lebih merata
3. Waktu lebih cepat
4. Tidak dipengaruhi oleh keadaan cuaca
 Prinsip: udara dipanaskan oleh suatu sumber panas seprti lampu, kompor,
mesin disel atau listrik, udara panas dialirkan dengan kipas ke dalam ruangan
atau lemari yang berisi bahan yang akan dikeringkan yang telah disebarkan
diatas rak-rak pengering.
 Tujuan : untuk memisahkan benda-benda asing seperti bagian tanaman yang
tidak diinginkan dan pengotor lainnya yang masih ada dan tertinggal pada
simplisia kering.
 Proses ini dilakukan sebelum simplisia dibungkus untuk kemudian disimpan.
 Tujuan : melindungi simplisia dari kerusakan
 Faktor penyebab kerusakan:
1. Cahaya : sinar dari panjang gelombang tertentu dapat menimbulkan perubahan
kimia pada simplisia. Misal isomerasi, pilomerasi, dsb
2. Oksigen udara : terjadi oksidasi sehingga mempengaruhi bentuk simplisia. Misal
semula cair dapat berubah menjadinkental atau padat, betbutir-butir, dsb.
3. Reaksi kimia intern : kerusakan yang disebabkan oleh enzim, polimerasi, oto-
oksidasi, dsb
4. Dehidrasi : jika kelembaban luar lebih rendah dari simplisia maka simplisia
secara perlahan akan kehilangan sebagian airnya sehingga makin lama makin
mengecil (kisut)
5. Penyerapan air : simplisia yang higroskopik, misal agar-agar, bila disimpan
dalam wadah yang terbuka akan menyerap lengas udara sehingga menjadi
kempal, basah atau mencair (lumer)
6. Pengotoran : disebabkan oleh debu atau pasir, eksresi hewan, ahan asing
(misal minyak yang tertumpah), dan fragmen wadah (karung goni)
7. Serangga : seperti ulat, sisa-sisa metamorfosa seperti cangkang telur, bekas
kepompong, anyaman benang bungkus kepompong, bekas kulit serangga,
dsb
8. Kapang : jika kadar air terlalu tinggi maka simplisia dapat berkapang.
Kerusakan yang timbul tidak hanya terbatas pada jaringan simplisia tapi
juga akan merusak susunan kimia zat yang dikandung dan dari kapang nya
dapat mengeluarkan toksin yang dapat mengganggu kesehatan.
 Pada penyimpanan simplisia perlu diperhatikan beberapa hal yang dapat
mengakibatkan kerusakan simplisia, yaitu
1. Cara pengepakan, pembungkusan dan pewadahan
2. Persyaratan gudang simplisia
3. Cara sortasi
4. Pemerikasaan mutu
5. Cara pengawetan

 Syarat wadah penyimpanan simplisia:


1. Tidak beracun
2. Inert (tidak bereaksi)
3. Harus dapat melindungi simplisia dari cemaran mikroba, kotoran, serangga,
pengaruh sinar
 Bungkus yang paling lazim digunakan adalah karung goni, karung atau kantong
plastik, peti atau drum dari kayu atau karton, drum atau kaleng dari besi
berlapis
 Simplisia bentuk cairan biasa nya dikemas dalam botol atau guci porselin.
 Simplisia akar, rimpang, umbi, kulit akar, kulit batang, kayu, daun, herba,
buah, biji, dan bunga dikemas dalam karung plastik
 Simplisia yang mudah menyerap uap air udara harus dibungkus rapat untuk
mencegah terjadinya penyerapan kelembaban. Sesudah dikeringkan sampai
cukup kering dibungkus dengan karung atau kantong plastik, dalam peti,
drum, atau kaleng besi berlapis. Pada penyimpanan dimasukkan dalam wadah
tertutup rapat yang diberi kapur tohor sebagai bahan pengering.
 Gom dan damar dikemas dalam wadah drum, peti yang terbuat dari karton,
kayu atau besi berlapis.
 Simplisia yang beraroma atau baunya perlu dipertahankan, dikemas dalam
peti kayu berlapis timah atau kerta timah.
 Penyimpanan simplisia kering biasanya dilakukan pada suhu kamar (15°C -
30°C), tetapi dapat pula dilakukan ditempat sejuk (5°C - 15°C), atau tempat
dingin (0°C - 5°C), tergantung dari sifat dan ketahanan simplisia tersebut.
 Kelembaban udara diruang penyimpanan simplisia kering sebainya diusahakan
serendah mungkin ntuk mencegah terjadinya penyerapan uap air
 Cara penyimpanan dalam gudang harus diatur sehingga tidak menyulitkan
pemasukan dan pengeluaran simplisia yang disimpan
 Untuk simplisia sejenis harus diberlakukan prinsip “pertama masuk pertama
keluar”
 Bungkus / wadah simplisia harus diberi label yang mudah dibaca
 Pada label tercantum : nama jenis dan asal bahan, tanggal penerimaan dan
pemasukan dalam gudang, tanda pengesahan pemeriksaan atau uji mutu, dan
data lain yang diperlukan
 Simplisia yang beracun disimpan dalam tempat atau lemari terkunci dan
diberi tanda racun secara khusus
 Tujuan : mengendalikan kualitas simplisia
 Dilakukan pada waktu penerimaan atau pembelian dari pengumpul atau pedagang simplisia
 Simplisia yang di terima harus berupa simplisia murni dan memenuhi persyaratan umum untuk
simplisia seperti yang disebutkan dalam buku Farmakope Indonesia, Ekstrak Farmakope Indonesia,
atau Materia Medika Indonesia.
 Cara pemeriksaan:
1. Organoleptik
2. Makroskopik
3. Mikroskopik
4. Histokimia
5. Biologi

Anda mungkin juga menyukai