Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN RESMI

PRAKTIKUM FITOKIMIA

PERCOBAAN 1

PEMBUATAN SIMPLISIA

DISUSUN OLEH :

NAMA : HERLINA ZULAEVA

NIM : 2020E0B022

KELAS : 4 A / D3 FARMASI

KELOMPOK : A 2.2

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI D3 FARMASI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MATARAM

2022
PERCOBAAN 1
PEMBUATAN SIMPLISIA

A. TUJUAN PRAKTIKUM
Pada akhir praktikum ini peserta didik:
1. Mampu memahami dan melaksanakan proses pembuatan simplisia
2. Mampu memahami secara umum tahap pembuatan simplisia
3. Mampu memahami kerusakan simplisia dan faktor yang mempengaruhinya
4. Mempu mampu membuat simplisia dari salah satu tanaman

B. DASAR TEORI
Pengertian simplisia menurut Departemen Kesehatan RI adalah bahan alami yang
digunakan untuk obat dan belum mengalami perubahan proses apa pun, dan kecuali
dinyatakan lain umumnya berupa bahan yang telah dikeringkan.
Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum
mengalami pengolahan apapun juga dan kecuali dinyatakan lain simplisia merupakan
bahan yang dikeringkan. Simplisia dapat berupa simplisia nabati, simplisia hewani dan
simplisia pelican/mineral.
Simplisia dibagi menjadi tiga golongan, yaitu :
a. Simplisia Nabati
Simplisia nabati adalah simplisia yang dapat berupa tanaman utuh, bagian
tanaman, eksudat tanaman, atau gabungan antara ketiganya, misalnya Datura
Folium dan Piperis nigri Fructus. Eksudat tanaman adalah isi sel yang secara
spontan keluar dari tanaman atau dengan cara tertentu sengaja dikeluarkan
dari selnya. Eksudat tanaman dapat berupa zat-zat atau bahan-bahan nabati
lainnya yang dengan cara tertentu dipisahkan/diisolasi dari tanamannya.
b. Simplisia Hewani
Simplisia hewani adalah simplisia yang dapat berupa hewan utuh atau zat-
zat berguna yang dihasilkan oleh hewan dan belum berupa bahan kimia murni,
misalnya minyak ikan (Oleum iecoris asselli) dan madu (Mel depuratum).
c. Simplisia Pelikan atau Mineral
Simplisia pelikan atau mineral adalah simplisia berupa bahan pelikan atau
mineral yang belum diolah atau telah diolah dengan cara sederhana dan belum
berupa bahan kimia murni, contoh serbuk seng dan serbuk tembaga ( Dep.Kes
RI,1989).

Cara Pembuatan Simplisia

a. Pemanenan
Pada waktu panen peralatan dan tempat yang digunakan harus bersih dan
bebas dari cemaran dan dalam keadaan kering. Alat yang diguna-kan dipilih dengan
tepat untuk mengurangi terbawanya bahan atau tanah yang tidak diperlukan. Seperti
rimpang, alat untuk panen dapat menggunakan garpu atau cangkul.
Cara pemanenan :

Bagian Tanaman Cara pengumpulan Kadar


Air
Simplisia
Kulit Batang Batang utama dan cabang dikelupas dengan < 10%
ukuran panjang dan lebar tertentu; untuk
kulit batang yang mengandung minyak atsiri
atau golongan senyawa fenol digunakan alat
pengupas bukan dari logam
Batang Cabang dengan diameter tertentu dipotong- < 10%
potong dengan panjang tertentu
Kayu Batang atau cabang, dipotong kecil setelah < 10%
kulit dikelupas
Daun Pucuk yang sudah tua atau muda dipetik < 5%
dengan menggunakan tangan satu per satu
Bunga Kuncup atau bunga mekar, mahkota bunga < 5%
atau daun bunga
dipetik dengan tangan
Pucuk Pucuk berbunga dipetik dengan tangan < 8%
(mengandung daun muda
dan bunga)
Akar Dari bawah permukaan tanah, dipotong < 10%
dengan ukuran tertentu
Rimpang Dicabut, dibersihkan dari akar, dipotong < 8%
melintang dengan ketebalan tertentu
Buah Masak, hampir masak, dipetik dengan tangan < 8%

Biji Buah dipetik, dikupas kulit buahnya < 10%


menggunakan tangan, pisau atau
digilasi, biji dikumpulkan dan dicuci
Kulit buah Seperti biji, kulit buah dikumpulkan dan < 8%
dicuci
Bulbus Tanaman dicabut, bulbus dipisahkan dari < 8%
daun dan akar
dengan memotongnya, kemudian dicuci

Bahan yang rusak atau busuk harus segera dibuang atau dipisahkan.
Penempatan dalam wadah (keran-jang, kantong, karung dan lain-lain) tidak boleh
terlalu penuh sehingga bahan tidak menumpuk dan tidak rusak. Selanjutnya dalam
waktu pengangkutan diusahakan supaya bahan tidak terkena panas yang berlebihan,
karena dapat menyebab-kan terjadinya proses fermentasi/ busuk. Bahan juga harus
dijaga dari gang-guan hama (hama gudang, tikus dan binatang peliharaan).
b. Penanganan Pasca Panen
Pasca panen merupakan kelanjut-an dari proses panen terhadap tanaman
budidaya atau hasil dari penambangan alam yang fungsinya antara lain untuk
membuat bahan hasil panen tidak mudah rusak dan memiliki kualitas yang baik serta
mudah disimpan untuk diproses selanjutnya. Untuk memulai proses pasca panen
perlu diperhatikan cara dan tenggang waktu pengumpulan bahan tanaman yang ideal
setelah dilakukan proses panen tanaman tersebut. Selama proses pasca panen sangat
penting diperhatikan keber-sihan dari alat-alat dan bahan yang digunakan, juga bagi
pelaksananya perlu memperhatikan perlengkapan seperti masker dan sarung tangan.
Tujuan dari pasca panen ini untuk menghasilkan simplisia tanaman obat yang
bermutu, efek terapinya tinggi sehingga memiliki nilai jual yang tinggi.
c. Sortasi basah
Penyortiran basah dilakukan setelah selesai panen dengan tujuan untuk
memisahkan kotoran-kotoran atau bahan-bahan asing, bahan yang tua dengan yang
muda atau bahan yang ukurannya lebih besar atau lebih kecil. Bahan nabati yang
baik memiliki kandungan campuran bahan organik asing tidak lebih dari 2%. Proses
penyortiran pertama bertujuan untuk memisahkan bahan yang busuk atau bahan yang
muda dan yang tua serta untuk mengurangi jumlah pengotor yang ikut terbawa dalam
bahan.
d. Pencucian
Pencucian bertujuan menghilang-kan kotoran-kotoran dan mengurangi
mikroba-mikroba yang melekat pada bahan.Pencucian harus segera di-lakukan
setelah panen karena dapat mempengaruhi mutu bahan. Pen-cucian menggunakan air
bersih seperti air dari mata air, sumur atau PAM. Penggunaan air kotor menye-
babkan jumlah mikroba pada bahan tidak akan berkurang bahkan akan bertambah.
Pada saat pencucian per-hatikan air cucian dan air bilasan-nya, jika masih terlihat
kotor ulangi pencucian/pembilasan sekali atau dua kali lagi.Perlu diperhatikan bahwa
pencucian harus dilakukan dalam waktu yang sesingkat mung-kin untuk menghindari
larut dan terbuangnya zat yang terkandung dalam bahan.
e. Pengeringan
Pengeringan adalah suatu cara pengawetan atau pengolahan pada bahan
dengan cara mengurangi kadar air, sehingga proses pem-busukan dapat terhambat.
Dengan demikian dapat dihasilkan simplisia terstandar, tidak mudah rusak dan tahan
disimpan dalam waktu yang lama Dalam proses ini, kadar air dan reaksi-reaksi zat
aktif dalam bahan akan berkurang, sehingga suhu dan waktu pengeringan perlu
diperhatikan. Suhu pengeringan tergantung pada jenis bahan yang dikeringkan. Pada
umumnya suhu pengeringan adalah antara 40 – 600C dan hasil yang baik dari proses
pengeringan adalah simplisia yang mengandung kadar air 10%. Demikian pula de-
ngan waktu pengeringan juga bervariasi, tergantung pada jenis bahan yang
dikeringkan seperti rimpang, daun, kayu ataupun bunga. Hal lain yang perlu
diperhatikan dalam proses pengeringan adalah kebersihan (khususnya pengeringan
menggunakan sinar matahari), kelembaban udara, aliran udara dan tebal bahan (tidak
saling menumpuk). Penge-ringan bahan dapat dilakukan secara tradisional dengan
menggunakan sinar matahari ataupun secara mo-dern dengan menggunakan alat pe-
ngering seperti oven, rak pengering, blower ataupun dengan fresh dryer.
Pengeringan dapat menyebabkan perubahan-perubahan hidrolisa enzi-
matis, pencokelatan, fermentasi dan oksidasi. Ciri-ciri waktu pengering-an sudah
berakhir apabila daun atau-pun temu-temuan sudah dapat di-patahkan dengan mudah.
Pada umumnya bahan (simplisia) yang sudah kering memiliki kadar air ± 8 – 10%.
Dengan jumlah kadar air tersebut kerusakan bahan dapat ditekan baik dalam
pengolahan maupun waktu penyimpanan.
f. Sortasi kering
Penyortiran dilakukan bertujuan untuk memisahkan benda-benda asing
yang terdapat pada simplisia, misalnya akar-akar, pasir, kotoran unggas atau benda
asing lainnya. Proses penyortiran merupakan tahap akhir dari pembuatan simplisia
kering sebelum dilakukan pengemasan, penyimpanan atau pengolahan lebih lanjut.
Setelah penyortiran simplisia ditimbang untuk mengetahui rendemen hasil dari proses
pasca panen yang dilakukan.
g. Pengemasan
Pengemasan dapat dilakukan terhadap simplisia yang sudah dikeringkan.
Jenis kemasan yang di-gunakan dapat berupa plastik, kertas maupun karung
goni.Persyaratan jenis kemasan yaitu dapat menjamin mutu produk yang dikemas,
mudah dipakai, tidak mempersulit penanganan, dapat melindungi isi pada waktu
pengangkutan, tidak beracun dan tidak bereaksi dengan isi dan kalau boleh
mempunyai bentuk dan rupa yang menarik.Berikan label yang jelas pada tiap
kemasan tersebut yang isinya menuliskan; nama bahan, bagian dari tanaman bahan
yang digunakan, tanggal pengemasan, nomor/kode produksi, nama/alamat penghasil,
berat bersih, metode pe-nyimpanan.
h. Penyimpanan
Penyimpanan simplisia dapat di-lakukan di ruang biasa (suhu kamar)
ataupun di ruang ber AC. Ruang tempat penyimpanan harus bersih, udaranya cukup
kering dan ber-ventilasi. Ventilasi harus cukup baik karena hama menyukai udara
yang lembab dan panas. Perlakuan sim-plisia dengan iradiasi sinar gamma dosis 10
kGy dapat menurunkan jumlah patogen yang dapat meng-kontaminasi simplisia
tanaman obat. Dosis ini tidak merubah kadar air dan kadar minyak atsiri simplisia
selama penyimpanan 3 – 6 bulan. Jadi sebelum disimpan pokok utama yang harus
diperhati-kan adalah cara penanganan yang tepat dan higienes.

C. IDENTIFIKASI BAHAN BAKU


1. Daun Sembung (Blumea balsamifera)
Tanaman sembung berupa perdu, tumbuh tegak, tinggi sampai 4 m, memiliki
bunga berkelompok berupa malai, keluar di ujung cabang, warnanya kuning. Buah
longkah sedikit melengkung, panjangnya 1 mm (Herbie, 2015). Tanaman sembung
memiliki daun tunggal, berwarna hijau, memiliki ukuran panjang 10-30 cm
sedangkan lebar 2,5-12 cm dengan panjang tangkai daun sekitar 1–2 cm. Daun
berbentuk lonjong cenderung runcing di ujungnya seperti tombak, tepi daun
umumnya memiliki gerigi dan tajam, memiliki bulu di permukaan daun (Afin, 2013).
Tanaman sembung mudah tumbuh di iklim tropis, seperti Indonesia. Tumbuh
di tempat terbuka sampai tempat yang agak terlindungi di tepi sungai, tanah
pertanian, pekarangan, dapat tumbuh pada tanah berpasir atau tanah yang agak basah
pada ketinggian sampai 2.200 mdpl (Herbie, 2015).
a. Klasifikasi Tanaman Sembung
Taksonomi tanaman sembung adalah sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Embryophyta
Division : Spermatophyta
Subdivision : Angiospermae
Class : Dicotyledonae
Order : Asterales
Family : Astereceae
Genus : Blumea
Species : Blumea balsamifera (BPOM RI, 2008)
b. Kandungan Tanaman Sembung
Kandungan yang ada pada tanaman sembung diantaranya :
- Flavanoid
- Steroid
- Tannin
- Alkaloid
c. Khasiat Tanaman Sembung
Daun sembung berkhasiat sebagai antibakteri, antiradang, melancarkan
peredaran darah, memperlancar pengeluaran gas dari saluran pencernaan,
memperlancar pengeluaran keringat, menghangatkan badan, menurunkan
panas, menghilangkan bekuan darah dan pembengkakan, sebagai obat batuk,
mengatasi reumatik sendi, persendian sakit setelah melahirkan, nyeri haid,
datang haid tidak teratur, influenza, demam, sesak napas (asma), batuk,
bronkhitis, perut kembung, diare, perut mulas, sariawan, nyeri dada akibat
penyempitan pembuluh darah koroner (angina pektoris), dan kencing manis
(diabetes melitus) (Ruhimat, 2015).

2. Rimpang Temulawak (Curcuma zanthorrihiza L.)


Tanaman temulawak (Curcuma zanthorrihiza L.) merupakan tanaman asli
Indonesia yang tumbuh liar di hutan-hutan jati di Jawa dan Madura. Tumbuhan
semak berumur tahunan, batang semunya terdiri dari pelepah-pelepah daun yang
menyatu, mempunyai umbi batang. Tinggi tanaman antara 50-200 cm, bunganya
berwarna putih kemerah-merahan atau kuning bertangkai 1,5-3 cm berkelompok 3
sampai 4 buah. Tumbuhan ini tumbuh subur pada tanah gembur, dan termasuk jenis
temu-temuan yang sering berbunga. Panen dapat dilakukan pada umur 7-12 bulan
setelah tanam atau daun telah menguning dan gugur. Sebagai bahan tanaman untuk
bibit digunakan tanaman sehat berumur 12 bulan (Hayani, 2006).
a. Klasifikasi Rimpang Temulawak
Menurut klasifikasi dalam tata nama (sistematika) tumbuhan, tanaman
temulawak (Curcuma zanthorrhiza L.) termasuk ke dalam :
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledonae
Ordo : Zingiberales
Familia : Zingiberceae
Genus : Curcuma
Spesies : Curcuma zanthorrhiza L. (Anonymous, 2011).
b. Kandungan Rimpang Temulawak
Kandungan yang ada pada tanaman sembung diantaranya :
- Kurkuminoid
- Minyak Atsiri
- Minyak Lemak
c. Khasiat Rimpang Temulawak
- Mengatasi Gangguan Pencernaan
- Menambah Nafsu Makan
- Mencegah Kanker
- Meningkatkan Daya Tahan
- Mencegah dan Menyembuhkan Jerawat
- Pengobatan Alternatif untuk Disfungsi Hati
- Memperbaiki Jaringan Tubuh yang Rusak
D. ALAT DAN BAHAN

ALAT :

1. Pisau stainless steel,

2. Kertas koran

3. Kantong plastik

4. Gunting

5. Tampah.

BAHAN :
1. Daun Sembung
2. Rimpang Temulawak

E. CARA KERJA
Daun, kulit, batang, buah, atau bunga diSortasi basah dan dikeringkan selama 12 jam
pada suhu 50 oC, bahan yang sudah kering kemudian disortasi kering, dan dihaluskan.
Selanjutnya serbuk yang diperoleh dikumpulkan dan disimpan dalam wadah tertutup
rapat.

F. PEMBAHASAN
Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum
mengalami pengolahan apapun juga dan kecuali dinyatakan lain simplisia merupakan
bahan yang dikeringkan. Simplisia dapat berupa simplisia nabati, simplisia hewani dan
simplisia pelican/mineral.
Simplisia merupakan istilah yang dipakai untuk menyebut bahan-bahan obat alam
yang berada dalam wujud aslinya atau belum mengalami perubahan bentuk. Pengertian
simplisia menurut Departemen Kesehatan RI adalah bahan alami yang digunakan untuk
obat dan belum mengalami perubahan proses apa pun, dan kecuali dinyatakan lain
umumnya berupa bahan yang telah dikeringkan.
Pada Percobaan pembuatan simplisia ini, bahan baku yang digunakan yaitu 2 jenis
tanaman, diantaranya yaitu, daun sembung dan rimpang temulawak.
Tanaman sembung berupa perdu, tumbuh tegak, tinggi sampai 4 m, memiliki
bunga berkelompok berupa malai, keluar di ujung cabang, warnanya kuning. Buah
longkah sedikit melengkung, panjangnya 1 mm (Herbie, 2015). Tanaman sembung
memiliki daun tunggal, berwarna hijau, memiliki ukuran panjang 10-30 cm sedangkan
lebar 2,5-12 cm dengan panjang tangkai daun sekitar 1–2 cm. Daun berbentuk lonjong
cenderung runcing di ujungnya seperti tombak, tepi daun umumnya memiliki gerigi dan
tajam, memiliki bulu di permukaan daun (Afin, 2013).
Daun sembung berkhasiat sebagai antibakteri, antiradang, melancarkan peredaran
darah, memperlancar pengeluaran gas dari saluran pencernaan, memperlancar
pengeluaran keringat, menghangatkan badan, menurunkan panas, menghilangkan bekuan
darah dan pembengkakan, sebagai obat batuk, mengatasi reumatik sendi.
Sedangkan, Rimpang Temulawak (Curcuma zanthorrihiza L.) merupakan
tanaman asli Indonesia yang tumbuh liar di hutan-hutan jati di Jawa dan Madura.
Tumbuhan semak berumur tahunan, batang semunya terdiri dari pelepah-pelepah daun
yang menyatu, mempunyai umbi batang. Tinggi tanaman antara 50-200 cm, bunganya
berwarna putih kemerah-merahan atau kuning bertangkai 1,5-3 cm berkelompok 3
sampai 4 buah. Tumbuhan ini tumbuh subur pada tanah gembur, dan termasuk jenis
temu-temuan yang sering berbunga. Panen dapat dilakukan pada umur 7-12 bulan setelah
tanam atau daun telah menguning dan gugur. Sebagai bahan tanaman untuk bibit
digunakan tanaman sehat berumur 12 bulan (Hayani, 2006).

Tahapan dalam pembuatan simplisia herba pegagan ini diantarannya :


1. Pengumpulan Bahan Baku
Pengumpulan bahan baku Daun sembung dan rimpang temulawak
dilakukan pada pagi hari, dikarenakan agar tumbuhan tersebut segar dan dapat
menghasilkan simplisia yang berkualitas baik. Daun sembung merupakan
daun yang sudah sedikit langka, karena populasinya yang semakin menurun
dan susah ditemui.
2. Sortasi Basah
Sortasi basah dilakukan unuk memisahkan cemaran dan kotoran dari
simplisia yang baru dipanen. Sortasi ini dapat mengurangi jumlah kontaminasi
mikroba. Sortasi basah ini sangat penting dilakukan dikarenakan dapat
membantu dalam memilih bagian tanaman yang berguna dan tidak.
3. Pencucian
Sebelum ke tahap selanjutnya, herba pegagan yang akan dijadikan simplisia
terlebih dahulu dilakukan pencucian. Pencucian ini bertujuan agar simplisia
bersih dan tehidar dari mikroba yang melekat pada tumbuhan agar
menghasilkan simplisia yang berkualitas.
4. Perajangan
Perajangan merupakan tahapan dalam pembuatan simplisia yang bertujuan
untuk memperluas permukaan tumbuhan, jadi semakin luas permukaan
tumbuhan maka semakin cepat pengeringan berlangsung. Perajangan
dilakukan untuk mempermudah dalam proses pengeringan, pengepakan, dan
penggilingan.
5. Pengeringan
Proses pengeringan simplisia Daun sembung dilakukan dibawah sinar
matahari langsung selama 3-4 hari. Sedangkan, pada rimpang temulawak
membutuhkan waktu yang cukup lama yaitu selama 5-7 hari, karena memiliki
luas permukaan yang cukup luas dan daging yang tebal. Tujuan pengeringan
ialah untuk mendapatkan simplisia yang tidak mudah rusak, sehingga dapat
disimpan dalam waktu yang lebih lama. Dengan mengurang kadar air dan
menghentikan reaksi enzimatik akan dicegah penurunan mutu atau perusakan
simplisia.
6. Sortasi Kering
Merupakan tahap sebelum simplisia dikemas. Dilakukan untuk
memisahkan bagian yang tidak diinginkan atau ada cemaran. Proses ini juga
dilakukan untuk memisahkan simplisia-simplisa tergantung pada mutu.
7. Pengepakan dan Penyimpanan
Pengepakan dilakukan dengan sebaik mungkin untuk menghindarkan
simplisia dari beberapa faktor yang dapat menurunkan kualitas simplisia
antara lain: Cahaya matahari dan Oksigen/ udara.

G. DAFTAR PUSTAKA
Anief, M. (2008). Ilmu Meracik Obat Nasional. Jakarta : Depkes RI
Anonim. (2009), Farmakope Herbal indonesia Edisi 1, Jakarta : Kemeskes RI.
Anonim. (1979), Farmakope Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta, Depkes RI
Buku Panduan Praktikum Farmakognosi. Tahun 2021 : Universitas Muhammadiyah
Mataram

Anda mungkin juga menyukai