( FITOKIMIA )
Nama kelompok : C1
Waktu pelaksanaan : 29 November – 01 Desember 2021
Dosen Pembimbing : Risa Supriningrum, S.Si., M.M
1. Uji Alkaloid
Ambil 3 ml filtrat + HCl 2 N sebanyak 6 tetes, kocok hingga homogen
(dalam tabung reaksi)
a. Ambil 10 tetes filtrat + pereaksi mayer, kocok, amati (tabung reaksi)
b. Ambil 10 tetes filtrat + pereaksi dragendrof, kocok, amati (tabung
reaksi)
c. Ambil 10 tetes filtrat + pereaksi bauchardat, kocok, amati (tabung
reaksi)
d. Jika minimal 2 dari 3 uji tersebut terbentuk endapan, berarti positif
mengandung alkaloid
2. Uji Flavonoid
Ambil ± 1ml fitrat larutan uji + sedikit serbuk Mg, kocok + HCl pekat 1
ml + amil alkohol 2 ml, kocok (dalam tabung reaksi). Bila terbentuk
warna merah/kuning/jingga pada lapisan amil alkohol berarti positif
flavonoid.
3. Uji Tanin
a. Ambil 5 tetes larutan uji + aquades sampai warna agak pudar + FeCl 3
1 % sebanyak 1 atau 2 tetes (tabung reaksi). Terbentuk warna hijau
kehitaman atau biru kehitaman, berarti positif mengandung tanin.
b. Ambil 10 tetes larutan uji + larutan 2 tetes larutan gelatin 1%/NaCl
jenuh (dalam tabung reaksi). Terbentuk endapan berarti positif
mengandung tannin.
4. Uji Saponin
Ambil 10 tetes larutan uji, kocok kuat . Bila terbentuk busa, setinggi ± 1 –
10 cm, tambahkan HCl 2 N. Busa tetap ada, positif saponin.
5. Uji Triterpenoid
Diambil 2 mL ekstrak + 2 mL n-heksana, dikocok. Lapisan n-heksana
ditambahkan pereaksi Liebermann-Burchard. Terbentuk warna merah
menunjukkan adanya triterpenoid.
6. Uji Steroid
Diambil 2 mL ekstrak + 2 mL n-heksana, dikocok. Lapisan n-heksana
ditambahkan pereaksi Liebermann-Burchard. Terbentuk warna menjadi
biru kehijauan menunjukkan adanya steroid.
D. Fraksinasi
Fraksinasi merupakan suatu proses pemisahan senyawa-senyawa
berdasarkan tingkat kepolarannya. Jumlah senyawa yang dipisahkan menjadi
fraksi berbeda-beda tergantung pada jenis tumbuhan. Pada praktiknya, dalam
melakukan fraksinasi digunakan dua metode yaitu menggunakan corong pisah
dan kromatografi kolom. Corong pisah atau corong pemisah merupakan
peralatan laboratorium yang digunakan dalam ekstraksi cair-cair untuk
memisahkan komponen-komponen dalam suatu campuran antara dua fase
pelarut dengan densitas berbeda yang tidak tercampur. Umumnya salah satu
fase berupa larutan air dan yang lainnya berupa pelarut organik lipofilik
seperti eter, MTBE, diklorometana, ataupun etil asetat. Kebanyakan pelarut
organik berada diatas fase air kecuali pelarut yang memiliki atom dari unsur
halogen.
Fraksinasi merupakan proses pemisahan destilasi ke dalam bagian-bagian
dengan titik didih makin lama makin tinggi yang selanjutnya pemisahan
bagian-bagian ini dimaksudkan untuk destilasi ulang. Destilasi bertingkat
merupakan proses pemurnian zat atau senyawa cair, dimana zat pencampurnya
berupa senyawa cair yang titik didihnya rendah dan tidak berbeda jauh dengan
titik didih senyawa yang akan dimurnikan. Fraksinasi bertingkat umumnya
diawali dengan menggunakan pelarut non polar dan dilanjutkan dengan
pelarut yang lebih polar. Tingkat polaritas pelarut dapat ditentukan dari nilai
konstanta dielektik pelarut.
E. Kromatografi Lapis Tipis (KLT)/ Thin Layer Chromatography
Kromatografi lapis tipis merupakan teknik kromatografi yang berdasar
pada prinsip absorpsi, berbeda dengan kromatografi kolom, yaitu konfigurasi
KLT yang berbentuk Planar (plante).nfase diamnya berupa padatan yang
diaplikasikan berbentuk datar pada permukaan kaca atau aluminium sebagai
penyangga sedangkan fase geraknya berupa zat cair seperti yang digunakan
dalam kromatografi kolom dan kromatografi kertas.
1. Teknik standar
Untuk melakukan KLT dapat digunakan plat yang sudah jadi dan
dapat dibeli melalui supplier bahan kimia atau dapat dibuat sendiri dengan
menyediakan bubur adsorben untuk diratakan di atas penyangga.
Teknik melakukan KLT dapat diringkaskan sebagai berikut :
1) Lapisan tipis absorben dibuat pada permukaan plat kaca atau
aluminium berukuran 4 cm x 10 cm.
2) Larutan campuran senyawa diteteskan pada jarak tertentu dari dasar
plat ± 1,5 cm menggunakan pipet mikro agar volume totolan daat
diketahui untuk analisis yang bersifat kuantitatif dan dapat
menggunakan pipa kapiler yang diruncingkan untuk analisis kualitatif.
3) Pelarut yang digunakan untuk melarutkan sampel diuapkan atau
dijenuhkan terlebih dahulu dengan membiarkan sejenak plat yang
telah ditotol dengan sampel sebelum dimasukkan dalam bejana
pengembang (development chamber) yang berisi fase gerak atau
eluen.
4) Fase kromatografi dielusi dengan mencelupkannya kedalam chamber
yang telah dijenuhkan tersebut.
5) Komponen senyawa yang akan bergerak dengan kecepatan berbeda
sesuai interaksi absorpsinya dengan fase diam.
6) Kromatografi diakhiri ketika fase gerak telah mencapai jarak tertentu
dari ujung plat yang lain. Senyawa senyawa yang berbeda satu sama
lain akan memiliki perbandingan jarak tempuh senyawa terhadap jarak
tempuh fase gerak yang berbeda pula. Nilai perbandingan ini
dinamakan Rf (retardation factor).
1. Fase diam
Pada dasarnya jenis padatan yang digunakan pada
kromatografi kolom dapat digunakan pada KLT. Beberapa jenis
absorben dan penggunaannya diantaranya :
1) Silica gel : asam-asam amino, alkaloid, asam-asam lemak dan
lain-lain.
2) Alumina : alkaloid, zat warna, fenol-fenol dan lain-lain.
3) Kielsghur (tanah diatome) : gula, oligosakarida, trigliserida
dan lain-lain.
4) Selulosa : asam-asam amino, alkaloid dan lain-lain.
3. Pengembangan/ Elusi
Langkah pengembangan (defelopment process) merupakan
istilah untuk mengaplikasikan fase gerak ke dalam fase diam
sehingga proses pemisahan dapat berlangsung.
4. Visualisasi
Visualisadi atau spotting merupakan langkah-langkah untuk
menampilkan noda-noda yang terbentuk dari proses elusi atau
pengembangan. Visualisasi ada yang bersifat dekstruktif dan non
dekstruktif. Beberapa cara yang dapat digunakan adalah uap
iodium, sinar UV, Charring/penyemprotan.
5. Identifikasi
Banyak pereaksi kimia yang digunakan untuk
mengidentifikasi senyawa-senyawa dari gugus fungsi tertentu.
Biasanya reagensia ini dijual berikut botol untuk
penyemprotannya sehingga bahan ini bersifat khusus. Reagensia
yang spesifik ini banyak jenisnya, diantaranya larutan ninhidrin,
anilin ftalat, anisaldehid dalam H2SO4 dan CH3COOH, antimon
klorida dalam CHCl3, 2,4 dinitro fenil hidrazin (2,4 DNPH),
feriklorida, flouresein Br2 dan bromokresol hijau.
6. Macam-macam teknik KLT
Dengan melakukan beberapa modifikasi akan diperoleh metode
kromatografi lapis tipis yang bekerja sesuai dengan keinginan dan
tujuan yang dikehendaki.
1) KLT Preparatif
a. Dengan cara ini, dibuat tebal lapisan absorben kurang
lebih 1-1,5 mm.
b. Larutan absorben yang digunakan harus lebih kental.
c. Setelah absorben dilapiskan pada permukaan plat
penyangga, dilakukan pengeringan pada suhu kamar untuk
mencegah case hardening (pengeringan yang tidak merata
dan penebalan pada suatu zona).
d. Sampel yang akan dianalisis dipekatkan terlebih dahulu
sebelum di KLT.
e. Komponen yang diperoleh dari proses pengembangan
dikumpulkan dengan cara pengerokan pada noda yang
dikehendaki.
f. Hasil pengerokan dilarutkan dengan pelarut yang sesuai
dan dilakukan analisis lebih lanjut.
2) KLT Kuantitatif
Umumnya KLT sangat sukar untuk keperluan analisis
kuantitatif, akan tetapi beberapa pendekatan dapat dilakukan
untuk memenuhi hal tersebut, diantaranya :
a. Analisis langsung pada plat dengan teknik pengukuran
berat dengan densitometer, pengukuran radioaktivitasnya
untuk senyawa yang ditandai dengan unsur radioaktif,
pengujian dengan AAN (analisis aktivasi neutron).
b. Analisis gravimetri
Cara ini dilakukan dengan langkah isolasi komponen
seperti langkah preparatif, ekstraksi, pemekatan dan
ditimbang. Namun hasilnya bersifat kasar karena
perolehan kembali dengan cara ini sangat rendah.
c. Analisis spektroskopi
d. Senyawa yang telah diisolasi, dianalisis lanjut dengan
metode spektrometri atau spektrofotometri.
3) KLT dengan Argentasi
Cara ini sangat cocok untuk senyawa-senyawa yang
memiliki jumlah ikatan rangkap yang berbeda dan berada pada
satu sampel, misalnya adalah asam-asam lemak tak jenuh yang
terdapat pada sampel minyak nabati. Teknik dilakukan dengan
memasukan garam argentum (Ag) ke dalam plat KLT.
Ada 3 metode untuk mendapatkan plat terargentasi, yaitu :
a. Penyemproyan play KLT dengan larutan AgNO3 10 %
dalam etanol.
b. Mencelupkan plat dalam larutan AgNO 3 10-12 %
c. Mencampurkan AgNO3 dalam absorben pada pembuatan
plat KLT.
a. Bahan
o Alat
o Rak tabung
o penjepit kayu
o lampu spritus
o Kasa asben
o Kaki Tiga
o Erlenmeyer
o Beaker glass
o Gelas ukur
o Corong
o Kertas Sarinng
o Kaca Arloji
o Batang Pengaduk
o Spatel
o Statif dan Klem
o Corong pisah
o Cawan porselen
o Pipet Tetes
o Oven
o Lampu UV
o Kompor
b. Cara kerja
- Pembuatan simplisia
- Ekstraksi
b. Uji Flavonoid
Ambil ± 1ml fitrat larutan uji tambahkan sedikit serbuk Mg, kemudian
kocok, tambahkan HCl pekat 1 ml, tambahkan amil alkohol 2 ml, kocok
(dalam tabung reaksi). Bila terbentuk warna merah/kuning/jingga pada
lapisan amil alkohol berarti positif flavonoid.
c. Uji Tanin
Ambil 5 tetes larutan uji tambahkan aquades sampai warna agak pudar,
tambahkan FeCl3 1 % sebanyak 1 atau 2 tetes (tabung reaksi). Terbentuk
warna hijau kehitaman atau biru kehitaman, berarti positif mengandung tanin.
Ambil 10 tetes larutan uji + larutan 2 tetes larutan gelatin 1%/NaCl jenuh
(dalam tabung reaksi). Terbentuk endapan berarti positif mengandung tanin.
d. Uji Saponin
Ambil 10 tetes larutan uji, kocok kuat . Bila terbentuk busa, setinggi ± 1 – 10
cm, tambahkan HCl 2 N. Busa tetap ada, positif saponin.
e. Uji Triterpenoid
Diambil 2 mL ekstrak + 2 mL n-heksana, dikocok.
Lapisan n-heksana ditambahkan pereaksi Liebermann-Burchard.
Terbentuk warna merah menunjukkan adanya triterpenoid.
f. Uji Steroid
Diambil 2 mL ekstrak + 2 mL n-heksana, dikocok.
Lapisan n-heksana ditambahkan pereaksi Liebermann-Burchard.
Terbentuk warna menjadi biru kehijauan menunjukkan adanya steroid.
- Fraksinasi bertingkat
Timbang ekstrak sebanyak 5 g dilarutkan dalam campuran etanol-air 100 ml
Bila larutan a terlarut sempurna, maka tidak dilakukan penyaringan
Dimasukkan ke dalam corong pisah ditambah n-hexane 20 ml. Dilakukan
sebanyak 2 kali.
Kemudian hasil fraksinasi dimasukkan ke dalam botol vial dan beri label
Lalu Fraksi Etanol-air ditambah etil asetat 20 ml. Dilakukan sebanyak 2 kali
Hasil fraksinasi dimasukkan dalam vial dan beri label
Diperoleh fraksi n-hexane dan etil asetat
Semua fraksi diuapkan hingga diperoleh ekstrak kental
A. Simplisia
- Organoleptis
Warna: hijau tua
Bau : bebau lemah
Bentuk :bulat,telur,bagian pangkal membulat dengan ujung runcing
Rasa : pahit
B. Ekstraksi
- Berat cawan kosong ; 49,34 gram
- Cawan terisi : -
- Ekstrak : 24,76 gram
- Simplisia kering : 250 gram
24,76 g
- Rendemen : x 100%
115 g
= 0,22 x 100 %
= 22 %
Jadi , Rendemen ekstrak dari simplisia kering dan ekstrak kental
adalah 22 %
C .Skrining fitokimia
Pereaksi mayer +
Pereaksi dragendrof +
Pereaksi bauchardat +
5. Uji Triterpenoid -
6. Uji Steroid -
D. Fraksinasi
Hasil fraksinasi dimasukkan ke dalam vial berlabel, diperoleh 3
fraksi
(fraksi n-hexane, fraksi etil asetat, dan fraksi etanol air ) , kemudian
semua fraksi diuapkan untuk mendapat ekstrak kental , dan masing-
masing fraksi dimasukkan kedalam 3 botol vial 10 ml dengan ukuran
setengah botol vial ( 5ml)
E. Hasil KLT
Eluen 8:2
a .preaksi n-heksa b.preaksi etil asetat c.etanol air
2 cm 0,9 cm
Rf1: : - Rf 1:
7,7 cm 7,7 cm
=0,11 cm
= 0,25 cm
3,1 cm
Rf 2: -
7,7 cm
= 0,40 cm
4,2 cm
Rf 3: -
7,7 cm
= 0, 54
5,3 cm
Rf 4: : -
7,7 cm
= 0,68 cm
Eluen 6:4
a .preaksi n-heksan b.preaksi etil asetat c.etanol- air
0,7 cm 1 cm
Rf1: - Rf 1:
7,7 cm 7,7 cm
= 0,09 = 0,12 cm
2,9 cm 2,3 cm
Rf 2: - Rf 2:
7,7 cm 7,7 cm
=0,37 cm = 0,29 cm
3,7 cm 2,9 cm
Rf 3: - Rf3 :
7,7 cm 7,7 cm
=0,48 cm = 0,37 cm
4,5 cm
Rf 4 : 7,7 cm
=0,58 cm
5,9 cm
Rf5 :
7,7 cm
=0,76 cm
7,4 CM
Rf 6 :
7,7 CM
= 0,96
V. Kesimpulan
Saran
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Laporan pratikum ini masih jauh yang
diharapkan dari segi isi ,untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang dapat
membangun dari kesempurnaan Laporan pratikum ini dimasa yang akan datang
DAFTAR PUSTAKA
- Ekstraksi
- Skrining Fitokimia
- Fraksinasi