Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM TEKNOLOGI SEDIAAN

FITOFARMASETIKA

“PEMBUATAN SIMPLISIA”

DOSEN PENGAMPU :

Fransiska Leviana, M.Sc.,Apt.

Disusun Oleh:

Bima Adi Prasetya 21154670A

Wika Mawardany 21154674A

 Nisa Aqila 21154675A

Yerryco Pujja Lorenza 21154676A

Tantri Agustia 21154680A

Risha Ayu Prasilia 21154681A

Kelompok J-3

PROGRAM STUDI S-1 FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SETIA BUDI


SURAKARTA

2018

I. Tujuan
Mahasiswa dapat memahami prinsip dan melakukan pembuatan simplisia

II. Dasar Teori


Simplisia adalah bahan alam yang telah dikeringkan yang digunakan
untuk pengobatan dan belum mengalami pengolahan, kecuali dinyatakan lain
suhu pengeringan tidak lebih dari 600C (BPOM, 2014). Jenis-jenis simplisia:
1. Simplisia nabati: simplisia yang berupa tumbuhan utuh, bagian
tumbuhan atau eksudat tumbuhan. Eksudat tumbuhan adalah isi sel
yang secara spontan keluar dari tumbuhan atau isi sel yang dengan
cara tertentu dipisahkan dari tumbuhannya dan belum berupa
senyawa kimia murni
2. Simplisia hewani: simplisia berupa hewan utuh atau zat-zat berguna
yang dihasilkan oleh hewan dan belum berupa bahan kimia murni.
3. Simplisia pelikan (mineral): simplisia berua bahan pelikan atau
mineral yang belum diolah atau telah diolah dengan cara sederhana
dan belum berupa bahan kimia murni.

DASAR PEMBUATAN SIMPLISIA

a.  Simplisia dibuat dengan cara pengeringan


Pembuatan simplisia dengan cara ini dilakukan dengan pengeringan
cepat, tetapi dengan suhu yang tidak terlalu tinggi. Pengeringan
yang terlalu lama akan mengakibatkan simplisia yang diperoleh
ditumbuhi kapang. Pengeringan dengan suhu yang tinggi akan
mengakibatkan perubahan kimia pada kandungan senyawa aktifnya.
Untuk mencegah hal tersebut, untuk simplisia yang memerlukan
 perajangan perlu diatur panjang perajangannya, sehingga diperoleh
tebal irisan yang pada pengeringan tidak mengalami kerusakan.
b.  Simplisia dibuat dengan fermentasi.
Proses fermentasi dilakukan dengan seksama, agar proses tersebut
tidak berkelanjutan kearah yang tidak diinginkan.
c.  Simplisia dibuat dengan proses khusus.
Pembuatan simplisia dengan penyulingan, pengentalan eksudat
nabati, penyaringan sari air dan proses khusus lainnya dilakukan
dengan berpegang pada prinsip bahwa pada simplisia yang
dihasilkan harus memiliki mutu sesuai dengan persyaratan.
d.  Simplisia pada proses pembuatan memerlukan air.
Pati, talk dan sebagainya pada proses pembuatannya
memerlukan air. Air yang digunakan harus terbebas dari
 pencemaran serangga, kuman patogen, logam berat dan lain-
lain.

TAHAPAN PEMBUATAN SIMPLISIA:

1. Pengumpulan bahan baku


Tahapan pengumpulan bahan baku sangat menentukan
kualitas bahan baku. Faktor yang paling berperan dalam
tahapan ini adalah masa panen. Panen daun atau herba
dilakukan pada saat proses fotosintesis berlangsung maksimal,
yaitu ditandai dengan saat-saat tanaman mulai berbunga atau
 buah mulai masak.
2. Sortasi basah
Sortasi basah adalah pemilahan hasil panen ketika
tanaman masih segar. Sortasi dilakukan terhadap tanah dan
kerikil, rumput-rumputan, bahan tanaman lain
atau bagian lain dari tanaman yang tidak digunakan dan bagian
 tanaman lain yang rusak (dimakan ulat dan sebagainya).
3. Pencucian
Pencucian simplisia dilakukan untuk membersihkan
kotoran yang melekat, terutama bahan-bahan yang berasal dari
dalam tanah dan juga bahan-bahan yang tercemar pestisida.
4. Pengubahan bentuk 
Pada dasarnya tujuan pengubahan bentuk simplisia
adalah untuk
memperluas permukaan bahan baku. Semakin luas permukaan
maka semakin cepat kering. Proses pengubahan bentuk untuk
rimpang, daun dan herba adalah dengan perajangan.
5. Pengeringan
Proses pengeringan simplisia terutama bertujuan untuk
menurunkan kadar air sehingga bahan tersebut tidak mudah
ditumbuhi kapang dan bakteri serta memudahkan dalam hal
 pengolahan proses selanjutnya (ringkas, mudah disimpan,tahan
lama dan sebagainya). Pengeringan dapat dilakukan lewat sinar
matahari langsung maupun tidak langsung juga dapat
dilakukan dalam oven dengan suhu maksimum 60° C
6. Sortasi kering
Sortasi kering adalah pemilahan bahan setelah
mengalami proses pengeringan. Pemilihan dilakukan terhadap
 bahan-bahan yang terlalu gosong, bahan yang rusak akibat
terlindas roda kendaraan (misalnya dikeringkan di tepi jalan
raya) atau dibersihkan dari kotoran hewan.
7. Pengepakan dan penyimpanan
Setelah tahap pengeringan dan sortasi kering selesai
dilakukan maka simplisia perlu ditempatkan dalam suatu
wadah tersendiri agar tidak saling bercampur antara simplisia
satu dengan yang lainnya (Laksana, 2010)
Tinjauan bahan alam yang digunakan berdasarkan FHI:
1. Herba Meniran
Herba Meniran adalah seluruh bagian diatas tanah Phyllanthus
niruri  L suku Euphorbiaceae, mengandung flavonoid total tidak
kurang dari 0,90% dihitung sebagai kuersetin. Identitas simplisia
memiliki pemerian: Berupa herba, bau khas, rasa pahit, batang
 bentuk bulat, daun kecil, bentuk bundar telur sampai bundar
memanjang; panjang helai daun 5-10 mm, lebar 2,5-5 mm; bunga
dan buah terdapat pada ketiak daun atau terlepas; buah bentuk
 bulat berwarna hijau kekuningan sampai kuning kecoklatan.
2. Daging Buah Pare
Daging buah pare adalah bagian buah  Momordica charantia
L., yang telah dihilangkan bijinya, suku Cucurbitaceae,
mengandung β-sitosterol tidak kurang dari 0,07%. Identitas
simplisia memiliki pemerian berupa irisan melintang, tepi tidak
rata, tidak beraturan, tebal 3-5 mm, warna coklat, bagian luar
 berwarna lebih tua dari bagian dalam, bau khas, rasa pahit.
3. Sirih
Daun sirih adalah daun  Piper betle  L., suku Piperaceae,
mengandung flavonoid total tidak kurang dari 0,8% dihitung
sebagai rutin. Indentitas simplisia memiliki pemerian: Berupa
helaian daun berbentuk bulat telur sampai lonjong, ujung runcing,
 pangkal berbentuk jantung atau agak bulat, sedikit berlekuk, tepi
daun rata agak menggulung, panjang 5-18 cm, lebar 3-12 cm;
warna daun hijau kecokelatan hingga cokelat, permukaan bawah
kasar, kusam, berwarna lebih muda dari permukaan atas. Tulang
daun permukaan atas agak tenggelam, permukaan bawah
dengan mengecek kerapuhan tanaman. Sortasi kering dilakuakan setelah
 pengeringan untuk memilah simplisia yang memenuhi syarat. Setelah sortasi
kering sampel ditimbang kembali sehingga mendapatkan berat simplisia
kering dengan bobot 1,3 Kg. Dapat dihitung rendemen simplisia meniran
sebesar 79,36%.

Tahap selanjutnya adalah proses penggilingan untuk mendapatkan


simplisia halus. Alat yang digunakan adalah mesin giling dan blender untuk
lebih menghaluskan. Hal ini dilakukan agar dapat memperluas permukaan
sehingga mudah di tarik senyawa aktifnya pada proses ekstraksi di praktikum
ke 2, dan penyimpanannya mudah karena serbuk tidak banyak memakan
tempat. Setelah digiling simplisia meniran diayak menggunakan ayakan MES
60 hingga di dapatkan serbuk halus simplisia yang siap di pakai atau di
simpan.

VII. KESIMPULAN
1. Pembuatan simplisia meniran dilakukan melalui proses sortasi basah,
 pencucian, pengubahan bentu/perajangan, pengeringan, sortasi kering,
 pengemasan, dan penyimpanan.
2. Berat simplisia meniran basah adalah 6,3 Kg, setelah pengeringan berat
simplisia meniran kering adalah 1,3 Kg.
3. Rendemen simplisia meniran yang di dapatkan adalah 79,36%.
VIII. DAFTAR PUSTAKA
[BPOM RI]. Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. No 12
Tahun 2014 Tentang Persyaratan Mutu Obat Tradisional
[DEPKES RI]. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1985. Cara
Pembuatan Simplisia. Jakarta: Kesehatan Republik Indonesia.
[DEPKES RI]. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2008. Farmakope
Heebal Indonesia. Ed Ke-1.Jakarta: Departemen Kesehatan
Indonesia.
Agoes, Goeswin. 2007. Teknologi Bahan Alam. Penerbit: ITB, Bandung.
Laksana, Toga, dkk. 2010. Pembuatan Simplisia dan Standarisasi Simplisia.
UGM: Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai