Anda di halaman 1dari 7

ersyaratan Simplisia

Keseragaman senyawa aktif dari simplisia harus terjamin keamanan maupun kegunaannya
sehingga harus memenuhi persyaratan minimalantara lain:
a. Bahan baku simplisia.
b. Proses pembuatan simplisia termasuk cara penyimpanan bahan baku simplisia.
c. Cara penepakan dan penyimpanan simplisia.
Agar simplisia memenuhi persyaratan minimal yang ditetapkan, maka ketiga faktor tersebut haus
memenuhi persyaratan minimalyang ditetapkan.
2..4 Sumber Simplisia
Simplisia dapat berasal dari:
a. Tanaman utuh, bagian tanaman / eksudat tanaman.
b. Hewan utuh, bagian hewan atau zat-zat berguna yang dihasilkan oleh hewan.
c. Bahan pelikan atau mineral yang belum diolah atau telah diolah dengan cara sederhana

2..5 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Simplisia


a. Bahan baku simplisia.
b. Proses pembuatan simplisia termasuk cara penyimpanan bahan baku simplisia.
c. Cara pengepakan dan penyimpanan simplisia.

IV. LITERATURE :
a. Buku Farmakognosi EGC Vol 1 hal 33
b. Farmakognosi Bambang Sutrisno hal 53
c. .MMI Jilid IV hal 55
d. www. Ilmu kita.com judul Pembuatan Simplisia
e. https://s1farmasi.blogspot.co.id/2014/05/kalender-akademik-20132014-program.html?m=1MMI

V. SISTEMATIKA TANAMAN :
Kaempferiae Rhizoma
Nama lain : Kencur
Tanaman asal : Kaempferia galanga L
Keluarga : Zingiberaceae
utama/isi : Alkaloida,minyak atsiri(yang mengandung sineol,dan
kamferin),mineral,dan pati
Penggunaan :ekspektoransia,diaforetika,karminativa,stimulansia,dan
roboransia
Pemerian : Bau khas aromatik,rasa pedas,hangat ,agak pahit,dan akhirnya
menimbulkan rasapedas
Bagian yang digunakan : Akar tinggal
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Keterangan tambahan :-
Waktu panen : Pada umur 1 tahun
VI. CARA PEMBUATAN
Cara pembuatan simplisia secara umum
a. Bahan Baku
Tanaman obat yang menjadi sumber simplisia nabati, merupakan salah satu faktor yang
dapat mempengaruhi mutu simplisia. Sebagai sumber simplisia, tanaman obat dapat berupa
tumbuhan liar atau berupa tanaman budidaya. Tumbuhan liar adalah tumbuhan yang tumbuh
dengan sendirinya di hutan atau tempat lain, atau tanaman yang sengaja ditanam dengan tujuan
lain, misalnya sebagai tanaman hias, tanaman pagar, tetapi bukan dengan tujuan untuk
memproduksi simplisia. Tanaman budidaya adalah tanaman yang sengaja ditanam untuk tujuan
produksi simplisia. Tanaman simplisia dapat di perkebunan yang luas, dapat diusahakan oleh
petani secara kecil-kecilan berupa tanaman tumpang sari atau Tanaman Obat Keluarga. Tanaman
Obat Keluarga adalah pemanfaatan pekarangan yang sengaja digunakan untuk menanam
tumbuhan obat.
b. Dasar Pembuatan Simplisia
Simplisia dibuat dengan cara pengeringan
Pembuatan simplisia dengan cara ini dilakukan dengan pengeringan cepat, tetapi dengan suhu
yang tidak terlalu tinggi. Pengeringan yang terlalu lama akan mengakibatkan simplisia yang
diperoleh ditumbuhi kapang. Pengeringan dengan suhu yang tinggi akan mengakibatkan
perubahan kimia pada kandungan senyawa aktifnya. Untuk mencegah hal tersebut, untuk
simplisia yang memerlukan perajangan perlu diatur panjang perajangannya, sehingga diperoleh
tebal irisan yang pada pengeringan tidak mengalami kerusakan.

Simplisia dibuat dengan fermentasi


Proses fermentasi dilakukan dengan seksama, agar proses tersebut tidak berkelanjutan kearah
yang tidak diinginkan.
Simplisia dibuat dengan proses khusus
Pembuatan simplisia dengan penyulingan, pengentalan eksudat nabati, penyaringan sari air dan
proses khusus lainnya dilakukan dengan berpegang pada prinsip bahwa pada simplisia yang
dihasilkan harus memiliki mutu sesuai dengan persyaratan.
Simplisia pada proses pembuatan memerlukan air
Pati, talk dan sebagainya pada proses pembuatannya memerlukan air. Air yang digunakan harus
terbebas dari pencemaran serangga, kuman patogen, logam berat dan lain-lain.
c. Tahapan Pembuatan Simplisia
Pada umumya pembuatan simplisia melalui tahapan sebagai berikut :
1. Pengumpulan Bahan Baku
Kadar senyawa aktif dalam suatu simplisia berbeda-beda antara lain tergantung pada :
o Bagian tanaman yang digunakan.
o Umur tanaman yang digunakan.
o Waktu panen
o Lingkungan tempat tumbuh.

Hasil Vs Literatur

Pada umumnya proses pembuatan simplisia terdiri dari sortasi atau pemilahan,
pencucian,perajangan, atau pengirisan dan pengeringan (Tilaar, 2009). Pada percobaan ini,
tahap pertama yang dilakukan adalah sortasi basah. Sortasi basah dilakukan untuk memisahkan
kotoran-kotoran atau bahan-bahan asing lainnya dari bahan simplisia. Misalnya pada simplisia
yang dibuat dari akar suatu tanaman obat, bahan-bahan asing seperti tanah, kerikil, rumput,
batang, daun, akar yang telah rusak, serta kotoran lain harus dibuang. Tanah mengandung
bermacam-macam mikroba dalam jumlah yang tinggi. Oleh karena itu pembersihan simplisia
dari tanah yang terikut dapat mengurangi jumlah mikroba awal (Prasetyo & Entang, 2013). Pada
daun seledri, sortasi basah dilakukan memisahkan tangkai daun seledri dari batang seledri. Pada
batang seledri, sortasi basah dilakukan dengan memisahkan cabang batang seledri dengan batang
utama seledri. Sortasi basah bunga pukul delapan dilakukan dengan memisahkan bagian bunga
dengan daunnya. Sortasi basah pada daun kumis kucing yaitu dengan memilih daun kumis
kucing yang masih bagus, dan memisahkan daun dari batangnya. Sortasi basah pada buah jeruk,
sortasi basah dilakukan dengan mengupas kulit jeruk. Sortasi basah bayam dengan mengambil
bagian daunnya saja, sortasi basah pada kunyit dan jahe dengan mengupas kulitnya hanya
mengambil rimpangnya. Penyortiran dilakukan untuk memperolehsimplisia sesuai yang
dikehendaki baik kemurnian maupun kebersihannya. Tahap sortasi memerlukan ketelitian yang
tinggi (Tilaar, 2009).

Tahap kedua yang dilakukan adalah penimbangan bahan baku, kemudian dicatat. Penimbangan
ini dilakukan agar dapat menghitung rendemen simplisia. Diperoleh hasil penimbangan dengan
bobot awal herba seledri 400 gram, bunga pukul delapan 200 gram, daun kumis kucing 180
gram, daun bayam 250 gram, rimpang jahe 250 gram, rimpang kunyit 250 gram, dan kulit jeruk
sebanyak 250 gram

Tahap ketiga yaitu pencucian bahan baku. Pencucian bertujuan untuk menghilangkan kotoran
kotoranyang melekat pada tanaman, yang akan digunakan. Pencucian harus dilakukan dengan
cepat untuk menghindari terlarutnya zat aktif (Tilaar, 2009).

Tahap keempat yang dilakukan pada percobaan ini adalah perajangan pada simplisia
bertujuan untuk mempermudah proses berikutnya (Tilaar, 2009). Perajangan dilakukan pada
daun kumis kucing, kulit jeruk, daun bayam, rimpang jahe, dan rimpang kunyit. Sedangkan pada
herba seledri hanya dilakukan pemisahan daun dan batangnya saja. Pada bunga pukul delapan
tidak dilakukan proses perajangan. Perajangan juga mempercepat proses pengeringan simplisia.

Tahap kelima yaitu pengeringan simplisia. Proses pengeringan bertujuan untuk mendapatkan
simplisia yang tidak mudah rusak, sehingga dapat disimpan dalam waktu yang lebih lama (Tilaar,
2009). Cara pengeringan dapat dilakukan secara alamiah dan secara buatan. Pengeringan alamiah
tergantung dari kandungan zat aktif simplisia, pengeringan dapat dilakukan dengan sinar
matahari langsung, terutama pada bagian tanaman yang keras (kayu, kulit biji, bijidan
sebagainya) dan mengandung zat aktif yang relative stabil oleh panas) Pengeringan alamiah juga
dapat dilakukan dengan diangin-anginkan dan tidak terkena sinar matahari secara langsung,
umumnya untuk simplisia bertekstur lunak (bunga, daun dan lain-lain) dan zat aktif yang
dikandungnya tidak stabil oleh panas (minyak atsiri). Pengeringan buatan dengan menggunakan
alat yang dapat diatur suhu,kelembaban, tekanan atau sirkulasi udaranya (Laksana, 2010). Pada
percobaan ini digunakan kedua teknik pengeringan yaitu menggunakan alat serta diangin-
anginkan agar mempercepat proses pengeringan. Simplisia bentuk daun membutuhkan waktu
lebih cepat untuk kering dibanding simplisia batang, bunga, atau rimpang karena lapisan nya
yang tipis.

Tahap keenam yaitu sortasi kering simplisia yang bertujuan untuk memisahkan benda-benda
tanaman yang tidak diinginkan dan pengotor-pengotor lain yang masih ada dan tertinggal pada
simplisia kering (Tilaar, 2009). Setelah di oven tak jarang simplisia yang rusak tak berbentuk
akibat suhu yang terlalu tinggi. Oleh karena itu, dilakukan sortasi kering untuk memisahkan
bagian simplisia yang sudah rusak atau tercemar bahan pengotor.

Setelah itu dilakukan penimbangan simplisia untuk menentukan nilai rendemen dari simplisia
tersebut. Rendemen merupakan persentase tanaman yang sudah melalui proses pengeringan dan
memenuhi syarat tertentu sebagai simplisia berdasarkan sifat dari masing-masing bahan baku
yang dinyatakan dalam % b/b. Rumus perhitungan untuk mendapatkan rendemen dari bahan-
bahan yang digunakan dalam percobaan kali ini adalah sebagai berikut :

KESIMPULAN

Pengamanan dimulai dari pra panen, pada saat panen dan pascapanen yang benar perlu dilakukan
untuk mendapatkan simplisia dengan kualitas yang bagus serta dapat disimpan dalam waktu
yang lama. Secara umum, tahap pasca panen meliputi sortasi basah, penimbangan, pencucian,
pengecilan ukuran (perajangan), pengeringan, sortasi kering, pengemasan dan penyimpanan.
Sebelum dikemas, simplisia terlebih dahulu dihitung nilai rendemennya. Setelah dihitung nilai
rendemen simplisia, diketahui sebagian besar simplisia yang dibuat ketika praktikum belum
sesuai dengan syarat rendemen yang ada pada literatur.

https://irenneagustina.wordpress.com/2016/01/22/pembuatan-simplisia-nabati/

KESIMPULAN

Simplisia dapat dikenali berdasarkan fragmen nya yaitu jaringan epidermis, jaringan parenkim,
endodermis, silinder pusat, jari-jari empulur, tipe sel, stomata, hilus, lamela, ukuran, dan bentuk.

Ciri mikroskopik yang telah diamati antara lain pada seledri terdapat kristal kalsium oksalat dan
stomata, dalam kunyit terdapat banyak butiran amilum berwarna kuning, dalam jahe terdapat
banyak butiran amilum dan pembuluh kayu serta periderm dalam kumis kucing terdapat
epidemis dengan rambut penutup, stomata dan berkas pengangkut dengan rambut penutup.

https://irenneagustina.wordpress.com/2016/01/22/pembuatan-serbuk-simplisia-dan-pemeriksaan-
mikroskopik/

Penyarian adalah kegiatan penarikan zat yang larut dari bahan yang tidak dapat larut dengan
pelrut cair.ada beberapa macam metode ekstraksi yaitu maserasi,perkolasi,dan infudasi.Maserasi
merupakan penyarian yang serderhana dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan
penyari.Perlokasi adalah penyarian yang dilakukan dengan mengalirkan cairan penyari melalui
serbuk simplisia yang telah dibasahi.Infudasi proses ini dilakukan untuk mendapatkan sediaan
cair dengan cara menyari simplisia dengan air pada suhu 90o C selama 15 menit.

Pada percobaan ini menggunakan metanol karena metanol mudah menguap selain itu juga
mudah didapatkan dan harganya sangat murahdan bersifat seni polar. Keuntungan dari pada
metode maserasi ini adalah sangat mudah dilakukan tetapi ada juga kerugiannya yaitu hasil
penyarian yang diperoleh kurang sempurna.

Tujuan dilakukannya ekstraksi atau penyarian ini adalah menarik keluar bahan yang diperlukan
saja, atau apabila bahan tersebut ikut tersari maka harus dilakukan tahapan berikutnya, yaitu
isolasi bahan yang dikehendaki saja. Pada pelaksanaannya mungkin kita harus melakukan
tindakan pendahuluan menyingkirkan bahan yang tidak diperlukan dan yang mengganggu dalam
penyarian. Misalnya lemak, apabila tidak dipisahkan terlebih dahulu sering mengganggu dalam
penyarian bahan berkhasiat. Pemisahan lemak ini dapat dilakukan dengan melarutkannya dalam
pelarut yang sesuai, misalnya heksana atau petroleumeter, perlakuan ini dikenal sebagai
mengawa lemak bahan baku.

Ekstrak adalah sediaan kering, kental atau cair dibuat dengan menyari simplisia nabati atau
hewani menurut cara yang cocok, diluar pengaruh cahayamataharilangsung. Ekstrak kering harus
mudah digerus menjadi serbuk. Cairan penyari yang biasa digunakan air, eter atau campuran
etanol dan air

Syarat-syarat penyari yang baik :

1. Stabil secara fisika dan kimia

Tidak merubah konsistensi yang akan merusak bahan aktif, misalnya HCl dapat merusak ekstrak.

2. Murah

Cairan penyari maserasi murah, walaupun mahal belum tentu menghasilkan ekstrak yang
baik/kita inginkan.

3. Aman
Tidak menggunakan cairan penyari yang merusak praktikan / peneliti, misalnya penyari yang
mengandung racun dapat menyebabkan mandul dalam jumlah berlebih.

4. Bersifat Selektif

Menarik senyawa yang kita inginkan, misalnya jika ingin menarik polar maka penggunaan
pelarutnya non polar.

BAB V

PENUTUP

1. Kesimpulan

Adapun hasil yang didapat setelah melakukan praktikum ekstraksi rimpang lengkuas dengan
metode maserasi dan reflux adalah ekstrak cair dari rimpang lengkuas.

1. Saran

Perlunya keterampilan dan ketelitian saat praktikum dilakukan.

BAB VI

Anda mungkin juga menyukai