Anda di halaman 1dari 16

BUKU “FARMAKOGNOSI”

Untuk memenuhi sebagian persyaratan


Dalam menempuh mata kuliah Fitofarmasi
Yang dibimbing oleh Bapak Dr. Bilal Subchan A. S., M. Farm., Apt

OLEH :

KRIMONA INTAN L. NIM AKF17169


MUSTAQIM NUR HIDAYAT NIM AKF17174
RIZKY NUR ISWIN NIM AKF17187
YESSY CHAROLINA NIM AKF17199

YAYASAN PENDIDIKAN AKADEMI FARMASI


PUTERA INDONESIA MALANG

1
BAB I
SIMPLISIA

1. Pengertian
Menurut Farmakope Herbal Indonesia simplisia atau herbal adalah bahan
alami yang telah dikeringkan yang digunakan untuk pengobatan yang belum
mengalami pengolahan. Kecuali dinyatakan lain suhu pengeringan simplisia adalah
tidak lebih dari 60ºC.
Menurut buku Cara Pembuatan Simplisia oleh Depkes Republik Indonesia
th 1985 simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang
belum mengalami pengolahan apapun juga, kecuali dinyatakan lain simplisia
adalah bahan yang dikeringkan. Simplisia dapat berupa simplisia nabati, simplisia
hewani dan simplisis pelikan atau mineral.
Untuk menjamin keseragaman senyawa aktif, keamanan maupun
kegunaannya, maka simplisia harus memenuhi persyaratan minimal, dan untuk
dapat memenuhi syarat minimal itu, ada beberapa faktor yang berpengaruh, antara
lain adalah:
a. Bahan baku simplisia.
b. Proses pembuatan simplisia termasuk cara penyimpanan bahan baku
simplisia.
c. Cara pengepakan dan penyimpanan simplisia

2. Tata Nama
Nama latin simplisia ditetapkan dengan menyebut nama marga (genus),
nama jenis (spesies) dan bila memungkinkan petunjuk jenis (varietas) diikuti
dengan bagian yang digunakan.
Nama latin dengan pengecualian ditetapkan dengan menyebut nama marga
untuk simplisia yang sudah lazim disebut dengan nama marganya.
Nama lain adalah nama Indonesia yang paling lazim, didahului dengan
bagian tumbuhan yang digunakan.

3. Macam Macam Simplisia

2
a. Simplisia nabati : Simplisia berupa tanaman utuh, bagian tanaman atau
eksudat tanaman. Yang dimaksud eksudat tanaman ialah isi sel yang secara
spontan keluar dari tanaman atau yang dengan cara tertentu dikeluarkan dari
selnya, atau zat-zat nabati lainnya yang dengan cara-cara tertentu
dipisahkan dari tanamannya.
b. Simplisia hewani : Simplisia yang berupa hewan utuh, bagian hewan atau
zat-zat yang berguna yang dihasilkan oleh hewan dan belum berupa zat
kimia murni.
c. Simplisia mineral: simplisia yang berupa mineral atau pelikan yang belum
diolah dengan cara sederhana dan belum berupa zat kimia murni.

4. Syarat – Syarat Simplisia


1. Tidak boleh mengandung organisme patogen
2. Harus bebas dari cemaran mikroorganisme, serangga dan binatang lainnya
maupun kotoran hewan.
3. Tidak boleh ada penyimpangan bau dan warna
4. Tidak boleh mengandung lendir/menunjukkan adanya kerusakan.
5. Kadar abu yang tak larut asam tidak boleh lebih dari 2%, kecuali dinyatakan
lain.

5. Dasar Pembuatan Simplisia

a. Simplisia dibuat dengan cara pengeringan


Pembuatan simplisia dengan cara ini pengeringannya dilakukan dengan
cepat tetapi dengan suhu yang tidak terlalu tinggi. Pengeringan yang dilakukan
dengan waktu yang lama akan mengakibatkan simplisia yang diperoleh ditumbuhi
kapang. Pengeringan yang dilakukan pada suhu terlalu tinggi akan mengakibatkan
perubahan kimia pada kandungan senyawa aktifnya. Untuk mencegah hal tersebut,
untuk bahan simplisia yang memerlukan perajangan perlu diatur perajangannya,
sehingga diperoleh tebal irisan yang pada pengeringannya tidak mengalamin
kerusakan

b. Simplisia dibuat dengan cara fermentasi

3
Proses fermentasi dilakukan dengan cara seksama, agar proses tersebut
tidak berkelanjutan ke arah yang tidka diinginkan.

c. Simplisia dibuat dengan proses khusus


Pembuatan simplisia dengan cara penyulingan, pengentalan eksudat nabati,
pengeringan sari air dan proses khusus lainnya dilakukan dengan berpegang pada
prinsip bahwa simplisia yang dihasilkan harus memiliki mutu sesuai dengan
persyaratan.

d. Simplisia yang pada proses pembuatan memerlukan air


Pati, talk, dan sebagainya pada proses pembuatannya memerlukan air. Air
yang digunakan harus bebas dari pencemaran racun serangga, kuman patogen,
logam berat dan lain-lain.

6. Tahapan Pembuatan Simplisia

Pada umumnya pembuatan simplisia melalui tahapan seperti berikut :


pengumpulan bahan baku, sortasi basah, pencucian, perajangan, pengeringan,
sortasi kering, pengepakan, penyimpanan dan pemeriksanaan mutu

a. Pengumpulan bahan baku


Kadar senyawa aktif dalam suatu simplisia berbeda-beda antara lain
tergantung pada :
a. Bagian tanaman yang digunakan
b. Umur tanaman atau bagian tanaman pada saat panen
c. Waktu panen
d. Lingkungan tempat tumbuh
Waktu panen sangat erat hubungannya dengan pembentukan senyawa aktif
di dalam bagian tanaman yang akan dipanen. Waktu panen yang tepat pada saat
bagian tanaman tersebut mengandung senyawa aktif dalam jumlah yang terbesar.
Senyawa aktif terbentuk secara maksimal di dalam bagian tanaman pada umur
tertentu. Selain waktu panen yang dikaitkan dengan umur, perlu diperhatikan pula
saat panen dalam sehari, perlu dipertimbangkan stabilitas kimiawi dan fisik
senyawa aktif dalam simplisia terhadap panas sinar matahari.
Pedoman panen secara garis besar

4
1. Tanaman yang diambil bijinya
Pengambilan biji ditandai dengan mengeringnya buah, atau dipetik sebelum
kering benar, yaitu sebelum buah pecah secara alami dan biji terlempar jauh.
Contoh : jarak (Ricinus communis), kedawung (Parkia roxburgii)
2. Tanaman yang diambil buahnya
Pengambilan sering dihubungkan dengan tingkat kemasakan, yang ditandai
dengan terjadinya perubahan pada buah, seperti tingkat kekerasan, perubahan
warna, kadar air buah, atau perubahan bentuk.
3. Tanaman yang diambil daun pucuknya
Pengambilan dilakukan pada saat tanaman mengalami perubahan pertumbuhan
dari vegetatif ke generatif. Contoh : kumis kucing (Orthosiphon stamineus)
4. Tanaman yang diambil daun yang telah tua
Daun yang diambil, dipilih yang telah membuka sempurna dan terletak di
bagian cabang atau batang yang menerima sinar matahari sempurna. Contoh :
daun sembung (Blumea balsamifera)
5. Tanaman yang diambil kulit batangnya
Pengambilan dilakukan pada saat tanaman telah cukup umur, pengambilan
biasanya dilakukan pada saat menjelang musim kemarau.
6. Tanaman yang diambil umbi lapisnya
Pengambilan dilakukan pada saat umbi mencapai besar maksimal dan
pertumbuhan bagian atas tanah berhenti. Contoh : bawang merah (Allium cepa)
7. Tanaman yang diambil rimpangnya
Pengambilan dilaksanakan pada saat musim kering dengan tanda-tanda
mengeringnya bagian atas tanaman
Panen dilakukan dengan menggunakan tangan, alat atau mesin. Pengambilan harus
dilakukan dengan benar supaya diperoleh simplisia yang benar, tidak bercampur
dengan bagian lain dan tidak merusak tanaman induk. Cara pengambilan bagian
tanaman untuk pembuatan simplisia dapat dilihat pada tabel.

Bagian
No Cara Pengumpulan Kadar Air
Tanaman
1. Kulit batang Dari batang utama dan cabang, dikelupas ≤ 10%
dengan ukuran panjang dan lebar tertentu;

5
Bagian
No Cara Pengumpulan Kadar Air
Tanaman
untuk kulit batang mengandung minyak
atsiri atau golongan snyawa fenol
digunakan alat pengelupas bukan logam.

2. Batang Dari cabang, dipotong-potong dengan ≤ 10%


panjang dan diameter cabang tertentu.

3. Kayu Dari cabang, dipotong-potong dengan ≤ 10%


panjang dan diameter cabang tertentu.

4. Daun Tua atau muda (daerah pucuk), dipetik ≤ 5%


dengan tangan satu persatu

5. Bunga Kuncup atau bunga mekar atau mahkota ≤ 5%


bunga, atau daun bunga, dipetik dengan
tangan

6. Pucuk Pucuk berbunga; dipetik dengan tangan ≤ 8%


(mengandung daun muda dan bunga).

7. Akar Dari bawah permukaan tanah, dipotong- ≤ 10%


potong dengan ukuran tertentu.

8. Rimpang Dari bawah permukaan tanah, dipotong- ≤ 8%


potong dengan ukuran tertentu.

9. Buah Masak, hampir masak; dipetik dengan ≤ 8%


tangan.

10. Biji Buah dipetik; dikupas kulit buahnya ≤ 10%


dengan mengupas menggunakan tangan,
pisau, atau menggilas, biji dikumpulkan
dan dicuci.

11. Kulit buah Seperti biji, kulit buah dikumpulkan dan ≤ 8%


dicuci.

12. Bulbus Tanaman dicabut, bulbus dipisah dari


daun dan akar dengan memotongnya,
dicuci

6
b. Sortasi Basah
Sortasi basah dilakukan untuk memisahkan kotoran-kotoran atau bahan-
bahan asing lainnya, seperti tanah, kerikil, rumput, akar, batang, daun yang rusak
serta pengotoran lainnya. Selain itu untuk mengurangi jumlah mikroba awal.

c. Pencucian
Pencucian dilakukan untuk menghilangkan tanah dan pengotoran lainnya
yang melekat pada bahan simplisia. Pencucian dilakukan dengan air bersih,
misalnya air dari mata air, air sumur atau air PAM. Bahan simplisia yang
mengandung zat yang mudah larut di dalam air yang mengalir, pencucian agar
dilakukan dalam waktu yang sesingkat mungkin. Menurut Frazier (1978),
pencucian sayur-sayuran satu kali dapat menghilangkan 25% dari jumlah mikroba
awal; jika dilakukan pencucian sebanyak tiga kali, jumlah mikroba yang tertinggal
hanya 42% dari jumlah mikroba awal. Pencucian tidak dapat membersihkan
simplisia dari semua mikroba karena air pencucian yang digunakan biasanya
mengandung juga sejumlah mikroba.
Cara sortasi dan pencucian sangat mempengaruhi jenis dan jumlah rnikroba
awal simplisia. Misalnya jika air yang digunakan untuk pencucian kotor, maka
jumlah mikroba pada permukaan bahan simplisia dapat bertambah dan air yang
terdapat pada permukaan bahan tersebut dapat mempercepat pertumbuhan mikroba.
Bakteri yang umum terdapat dalam air adalah Pseudomonas, Proteus, Micrococcus,
Bacillus, Streptococcus, Enterobacter dan Escherichia. Pada simplisia akar, batang
atau buah dapat pula dilakukan pengupasan kulit luarnya untuk mengurangi jumlah
mikroba awal karena sebagian besar jumlah mikroba biasanya terdapat pada
permukaan bahan simplisia. Bahan yang telah dikupas tersebut mungkin tidak
memerlukan pencucian jika cara pengupasannya dilakukan dengan tepat dan bersih

d. Perajangan
Perajangan bahan simplisia dilakukan untuk mempermudah proses
pengeringan, pengepakan dan penggilingan. Tanaman yang diambil sebaiknya
dijemur dulu dalam keadaan utuh selama 1 hari. Tujuannya untuk mengurangi
pewarnaan akibat reaksi antara bahan dan logam pisau. Perajangan dapat dilakukan
dengan pisau atau alat/mesin perajang khusus sepeti rasingko (perajang singkong).

7
Irisan yang tipis dapat mempercepat proses pengeringan, tetapi irisan yang terlalu
tipis juga dapat menyebabkan berkurangnya atau hilangnya zat berkhasiat yang
mudah menguap, sehingga mempengaruhi komposisi, bau, rasa yang diinginkan.
Simplisia seperti temulawak, temu giring, jahe, kencur dan bahan sejenis lainnya
dihindari perajangan yang terlalu tipis untuk mencegah berkurangnya kadar minyak
atsiri
Contoh alat perajangan :

1. Rasingko
Alat yang dapat digunakan untuk merajang singkong atau bahan lainnya sampai
ketebalan 3 mm atau lebih. Alat ini juga dapat digunakan untuk merajang bahan
simplisia yang berasal dari akar, umbi, rimpang dan lain-lain. Alat, ini
berkapasitas olah 150 - 200 kg per jam. Rasingko digerakkan dengan pedal dan
rantai sepeda yang menggunakan tenaga manusia (kaki).
2. ALPA KL ‘80
Alat pengupas kulit (Alpa KL) '80 merupakan alat pengupas kulit biji seperti
kedelai, saga, kecipir dan lainnya. Alat ini mempunyai kapasitas olah 150 - 700
kg per jam. Alpa KL '80 digerakkan dengan motor bensin atau listrik yang
berdaya 5 PK, 3000 RPM.

e. Pengeringan
Tujuan pengeringan adalah untuk mendapatkan simplisia yang tidak mudah
rusak, sehingga dapat disimpan dalam waktu lama. Dengan mengurangi kadar air
dan menghentikan reaksi enzimatik akan dicegah penurunan mutu atau perusakan

8
simplisia. Air yang masih tersisa dalam simplisia pada kadar tertentu dapat
merupakan media pertumbuhan kapang dan jazad renik lainnya. Dari hasil
penelitian selanjutnya diketahui bahwa reaksi enzimatik tidak berlangsung bila
kadar air dalam simplisia kurang dari 10%. Dengan demikian proses pengeringan
sudah dapat menghentikan proses enzimatik dalam sel bila kadar airnya dapat men-
capai kurang dari 10%. Pengeringan bahan simplisia sebaiknya dilakukan segera
setelah pengumpulan kecuali dikehendaki lain.
Pengeringan simplisia menggunakan sinar matahari atau menggunakan
suatu alat pengering. Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah suhu pengeringan,
kelembaban udara, aliran udara, waktu pengeringan dan luas permukaan. Pada
pengeringan bahan simplisia tidak dianjurkan rnenggunakan alat dari plastik.
Suhu pengeringan tergantung pada bahan simplisia dan cara
pengeringannya. Bahan simplisia dapat dikeringkan pada suhu 30ºC - 90ºC, tetapi
suhu yang terbaik adalah tidak melebihi 60ºC. Bahan simplisia yang mengandung
senyawa aktif yang tidak tahan panas atau mudah menguap, dikeringkan pada suhu
serendah mungkin, misal 30ºC - 45ºC atau dengan cara pengeringan vakum yaitu
dengan mengurangi tekanan udara di dalam ruang atau lemari pengering, sehingga
tekanan kira-kira 5 mmHg
Beberapa contoh alat pengeringan

9
1. Alat Pengering Tenda Surya
Alat pengering tenda surya adalah alat ini untuk mengeringkan bahan simplisia
dengan energi surya berbentuk tenda atau kemah. Kapasitas alat tergantung dari
jenis bahan yang dikeringkan. Kapasitas alat 35 kg untuk irisan simplisia,
dengan waktu pengeringan efektif 8 - 10 jam. Suhu pengeringan rata-rata 50°C
2. Alat Penjemur
Alat penjemur dirancang untuk mengeringkan simplisia dengan energi surya
sebagai alternatip untuk menggantikan penjemuran cara tradisional di atas alas
plastik, alas bambu, lantai semen atau tanah. Tujuannya agar lebih cepat kering,
tidak terganggu hujan dan terhindar dari kontaminasi kotoran. Suhu rata-rata
yang dicapai oleh alat ini adalah 48,5°C, dengan suhu maksimum 56,2ºC, dan
suhu minimum 32,5°C. Suhu udara luar rata-rata adalah 33,3°C. Pengeringan
dengan alat ini lebih cepat 60 persen dari penjemuran tradisional.

Cara – cara pengeringan :

1. Pengeringan alamiah
a. Dengan sinar matahari langsung
Pengeringan ini sering dilakukan karena murah dan mudah. Cara ini
digunakan untuk mengeringkan bahan tanaman yang relatif keras, seperti
kayu, kulit kayu, biji, dsb dan mengandung senyawa bahan aktif yang relatif
stabil. Caranya bahan yang sudah dipotong dibiarkan di udara terbuka di atas
tampah-tampah, tanpa kondisi yang terkontrol seperti suhu, kelembaban dan
aliran udara. Cara pengeringan ini sangat tergantung dengan kondisi iklim
b. Dengan dingin-dingin dan tidak dipanaskan dengan sinar matahari
langsung.
cara ini terutama digunakan untuk mengeringkan bagian tanaman yang
lunak, seperti bunga, daun dan bahan yang mengandung senyawa aktif
mudah menguap. Tempat pengeringan sebaiknya mempunyai dasar
berlubang seperti anyaman bambu, kain kasa dsb.
Bahan simplisia yang dikeringkan dihamparkan setipis mungkin di atas tempat
pengeringan dan dibawah tempat pengering diberi jarak tertentu dengan lantai
atau dengan pengering di bawahnya sehingga memungkinkan terjadinya
sirkulasi udara.

10
2. Pengeringan buatan
Menggunakan suatu alat pengering dengan suhu, kelembaban, tekanan dan
aliran udara dapat diatur. Prinsip : udara dipanaskan oleh suatu sumber panas,
udara panas dialirkan dengan kipas ke dalam ruangan atau lemari yang berisi
bahan simplisia yang dikeringkan. Dengan menggunakan pengeringan buatan
dapat diperoleh simplisia dengan mutu yang lebih baik karena pengeringannya
akan lebih merata dan waktu pengeringan akan lebih cepat.

f. Sortasi Kering
Tujuannya untuk memisahkan benda-benda asing seperti bagian-bagian
tanaman yang tidak diinginkan atau pengotoran-pengotoran lain yang masih ada
dan tertinggal pada simplisia kering sebelum dikemas dan disimpan.

g. Penyimpanan Simplisia
Simplisia dapat rusak, mundur atau berubah mutunya karena berbagai faktor luar
dan dalam, antara lain :
1. Cahaya : Sinar dari panjang gelombang tertentu dapat menimbulkan perubahan
kimia pada simplisia, misalnya isomerisasi, polimerisasi, rasemisasi dan
sebagainya.
2. Oksigen udara : Senyawa tertentu dalam simplisia dapat mengalami perubahan
kimiawi oleh pengaruh oksigen udara terjadi oksidasi dan perubahan ini dapat
berpengaruh pada bentuk simplisia, misalnya, yang semula cair dapat berubah
menjadi kental atau padat, berbutir-butir dan sebagainya.
3. Reaksi kimia intern : perubahan kimiawi dalam simplisia yang dapat
disebabkan oleh reaksi kimia intern, misalnya oleh enzim, polimerisasi, oto-
oksidasi dan sebagainya.
4. Dehidrasi : Apabila kelembaban luar lebih rendah dari simplisia, maka simplisia
secara perlahan-lahan akan kehilangan sebagian airnya sehingga makin lama
makin mengecil (kisut).
5. Penyerapan air : Simplisia yang higroskopik, misalnya agar- agar, bila disimpan
dalam wadah yang terbuka akan menyerap lengas udara sehingga menjadi
kempal, basah atau mencair (lumer).

11
6. Pengotoran : Pengotoran pada simplisia dapat disebabkan oleh berbagai
sumber, misalnya debu atau pasir, ekskresi hewan, bahan-bahan asing
(misalnya minyak yang tertumpah), dan fragmen wadah (karung goni).
7. Serangga : Serangga dapat menimbulkan kerusakan dan pengotoran pada
simplisia, baik oleh bentuk ulatnya maupun oleh bentuk dewasanya. Pengotoran
tidak hanya berupa kotoran serangga, tetapi juga sisa-sisa metamorfosa seperti
cangkang telur, bekas kepompong, anyaman benang bungkus kepompong,
bekas kulit serangga dan sebagainya.
8. Kapang : Bila kadar air dalam simplisia terlalu tinggi, maka simplisia dapat
berkapang. Kerusakan yang timbul tidak hanya terbatas pada jaringan simplisia,
tctapi juga akan merusak susunan kimia zat yang dthandung dan malahan dari
kapangnya dapat mengeluarkan toksin yang dapat menganggu kesehatan.

h. Pemeriksaan Mutu
Suatu simplisia dapat dinyatakan bermutu Farmakope Indonesia, Ekstra
Farmakope Indonesia, atau Materia Medika Indonesia, apabila simplisia
bersangkutan memenuhi persyaratan yang disebutkan dalam buku-buku yang
bersangkutan. Pada pemeriksaan mutu simplisia pemeriksaan dilakukan dengan
cara organoleptik, makroskopik, cara mikroskopik dan atau cara kimia. Beberapa
jenis simplisia tertentu ada yang perlu diperiksa dengan uji mutu secara biologi.

1) Organoleptik dan makroskopik


Pemeriksaan organoleptik dan makroskopik dilakukan dengan menggunakan
indera manusia pemeriksa kemurnian dan mutu simplisia dengan mengamati
bentuk dan ciri-ciri luar serta warna dan bau simplisia. Ada kalanya diperlukan
alat optik berupa alat kaca pembesar atau alat ukur sebagai alat bantu. Bagi
pemeriksa yang berpengalaman, dalam waktu singkat seringkali dapat
dilakukan pengujian mutu simplisia dengan cara organoleptik dan makroskopik
dengan hasil yang mantap dan memuaskan, dan ada kalanya bahkan sampai me-
netapkan derajat atau kelas mutu simplisia yang diperiksa.

2) Mikroskopik
Uji mikroskopik menggunakan mikroskop dengan derajat perbesaran sesuai
kebutuhan. Simplisia uji berupa sayatan melintang, radial, paradermal maupun

12
membujur atau berupa serbuk.. uji mikroskopik dicari unsur-unsur anatomi
jaringan yang khas. Tujuannya adalah untuk mengetahui jenis simplisia
berdasarkan fragmen pengenal yang spesifik bagi masing-masing simplisia.

3) Uji Histokimia
Tujuannya adalah untuk mengetahui berbagai macam zat kandungan yag
terdapat dalam jaringan tanaman. Dengan pereaksi yang spesifik, zat-zat
kandungan tersebut akan memberikan warna yang spesifik pula sehingga
mudah dideteksi.

7. PEMBUATAN SIMPLISIA SECARA KHUSUS

Perlakuan khusus
a. Jamur, lumut kerak dan spora paku-pakuan.
Bahan simplisia cukup dijemur di bawah sinar matahari, sebab materialnya
kecil dan tipis. Diwadahi dalam kantong plastik atau kaleng, bila perlu diberi
bahan penyerap air dan penyerap oksigen.
b. Akar
Akar dicuci bersih, diiris tipis-tipis atau dipotong pendek- pendek sesuai dengan
ukuran akar, kemudian dijemur. Pengeringan dilakukan dengan sinar matahari
atau pengering buatan.
c. Buah
Buah yang kecil atau yang sudah agak kering sewaktu dipanen misalnya lada
dan adas, langsung dikeringkan. Buah yang agak besar dan masih basah
misalnya cabe merah, sebaiknya dibelah jadi dua atau beberapa bagian
kemudian dijemur. Beberapa buah ada yang perlu diperam sebelum dijemur.
d. Bunga
Bunga dikeringkan dengan sinar matahari, diangin-anginkan, atau dikeringkan
dengan pengering buatan.
e. Biji
Bila biji hanya tercemar oleh bahan organik asing, langsung dijemur. Selama
proses pengeringan biji yang pecah langsung dibuang ha1 ini untuk
menghindari pencemaran oleh kapang penghasil aflatoksin. Pengerjaan
selanjutnya seperti pada kayu.

13
f. Daun (pengerjaan seperti bunga)
g. Kayu
Diiris tipis-tipis atau dalam bongkah-bongkah. Pengeringan dengan sinar
matahari. Pengeringan dengan pengering buatan harus memperhatikan segi
ekonominya.
h. Herba (Pengerjaan seperti kayu).
i. Kulit (Pengerjaan seperti kayu)
j. Rimpang
Rimpang dicuci bersih; rimpang dengan ukuran kecil di- biarkan utuh sedang
rimpang besar diiris-iris tipis memanjang atau melintang, tergantung pada
permintaan pasaran. Pada beberapa rimpang tertentu perlu direndam air kapur
atau dicelupkan air mendidih. Pengeringan dengan sinar matahari atau
pengering buatan.
k. Umbi
Umbi dicuci bersih, diiris tipis-tipis, jika perlu irisan tipis yang bergaris tengah
besar dipotong menjadi dua atau beberapa bagian. Selanjutnya pengerjaan
seperti pada kayu.
l. Umbi lapis
Bila umbi lapis dalam keadaan utuh, misalnya bawang merah, maka setelah
dicuci lalu dijemur.
m. Balsam, Malam, Getah dan Gom
Biasanya tidak memerlukan proses pengeringan. Tetapi bila diperlukan
berbagai jenis gom dapat dijemur agar lebih kering.
n. Hasil pengolahan
Misalnya agar-agar, jadam, kolofonium dan sebagainya. Disimpan seperti apa
adanya, wadah disesuaikan dengan bentuk dan konsistensi simplisia. Hasil
pengolahan yang berupa bahan padat cukup disimpan dengan disertai penyerap
air.
o. Hewan
1) Tubuh hewan atau bagiannya : Dikeringkan dengan penjemuran atau
pengering buatan.

14
2) Minyak lemak : Pengolahan tergantung kepada bahan bakunya.
Penyimpanan dalam wadah terisi penuh dan tertutup baik.
3) Lemak dan lilin hewan : Pengolahan tergantung kepada bahan bakunya.
Penyimpanan dalam wadah yang tertutup baik.
4) Hasil olah cair : contoh madu. Penyimpanan dalam wadah terisi penuh dan
tertutup baik.
p. Minyak mineral
Biasanya pengolahan dilakukan oleh industri minyak bumi, penyimpanan
dalam wadah yang tertutup baik.
q. Minyak atsiri
Cara pengolahan diuraikan tersendiri. Penyimpanan dalam wadah terisi penuh,
tertutup baik dan terlindung dari cahaya, pada suhu kamar.
r. Minyak nabati padat.
Misalnya lemak coklat dan lemak pala. Penyimpanan dalam wadah tertutup
baik.

15
BAB I
FARMAKOGNOSI

1. Pengertian
2.

16

Anda mungkin juga menyukai