Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN LENGKAP

PRAKTIKUM METABOLIT PRIMER


“PENGOLAHAN SIMPLISIA”

OLEH:

KELOMPOK II
STIFA E 2022

ASISTEN: CHAESAR RIZALDY PUTRA

LABORATORIUM BIOLOGI FARMASI


PROGRAM STUDI SRATA SATU FARMASI
SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI MAKASSAR
MAKASSAR
2023
LAPORAN LENGKAP
PRAKTIKUM METABOLIT PRIMER
“PENGOLAHAN SIMPLISIA”

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK II
ADELIA 220131
APRILIA RANTE
ATIRA HAERANI 22013197
NURUL FAJRIANI
PATRESIA KRISTIN JUMUS
NURUL MAWADDAH BAKRI
ANGGI NURDINIAWATI SAPUTRI

LABORATORIUM BIOLOGI FARMASI


PROGRAM STUDI SRATA SATU FARMASI
SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI MAKASSAR
MAKASSAR
2023
BAB I
PENDAHULUAN
I.1.Latar Belakang
Tumbuhan merupakan makhluk hidup multiseluler. Tumbuhan
merupakan salah satu makhluk hidup yang terdapat di alam semesta.
Selain itu tumbuhan adalah makhluk hidup yang memiliki daun, batang
dan akar sehingga mampu menghasilkan makanan sendiri dengan
menggunakan klorofil untuk menjalani proses fotosintesis (Randy, 2012).
Simplisia adalah bahan alami atau tanaman herbal yang belum
mengalami pengolahan apapun serta merupakan bahan yang telah
dikeringkan dan banyak digunakan sebagai bahan baku industri obat.
Simplisia dapat berupa simplisia nabati, simplisia hewani, dan simplisia
pelikan (mineral). Pembuatan simplisia dengan cara pengeringan
bertujuan untuk menurunkan kandungan air yang terdapat dalam bahan.
Indonesia merupakan salah satu negara penghasil obat dengan
jumlah produksi sebesar 448 juta ton dengan ekspor sebanyak 4,8 juta ton
atau senilai US $ 4,9 juta pada tahun 2006 (Antonim, 2019). Permintaan
akan tanaman obat dan bahan alami mengalami peningkatan yang cukup
signifikan seiring dengan meningkatnya tingkat konsumsi terhadap
produk-produk bahan alam dan diketahuinya manfaat yang besar bagi
kesehatan. Pada tahun 2006 pasar jamu dan obat alami Indonesia
mencapai Rp 5 triliun dan pada tahun 2010 diperkirakan meningkat hingga
Rp 10 triliun.
I.2. Maksud dan Tujuan Percobaan
I.2.1. Maksud Percobaan
Adapun maksud percobaan ini adalah untuk mengetahui
I.2.2. Tujuan Percobaan
Adapun tujuan dilakukannya pengamatan pada percobaan ini yaitu
untuk mengetahui Mengetahui proses pembuatan dan pengolahan jagung
dan kacang almond menjadi simplisia yang terstandar dan bermutu,
membuat simplisia yang terstandart dan bermutu dari jagung dan kacang
almond, mengetahui standarisasi simplisia yang baik.
I.3. Prinsip Percobaan
Adapun prinsip yang di dilakukan pada percobaan ini yaitu
didasarkan pada proses pengeringa, pembuatan simplisia melalui proses
khusus dan berdasarkan tahapan-tahapan dalam pembuatan simplisia
dengan metode pengeringan menggunakan oven.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Teori Umum
II.1.1 Definisi Simplisia
Simplisia adalah bahan alam yang telah dikeringkan yang digunakan
untuk pengobatan dan belum mengalami pengolahan. Pengeringan dapat
dilakukan dengan penjemuran di bawah sinar matahari, diangin-angin,
atau menggunakan oven, kecuali diinyatakan lain suhu pengeringan
dengan oven tidak lebih dari 60° ( DepKes, 2017).
II.1.2 Manfaat Simplisia
II.1.3 Jenis - Jenis Simplisia
II.1.3.1 Simplisia Nabati
Simplisia nabati adalah simplisia yang dapat berupa tanaman utuh, bagian
tanaman, eksudat tanaman, atau gabungan antara ketiganya, misalnya
Datura Folium dan Piperis nigri Fructus. Eksudat tanaman adalah isi sel
yangsecara spontan keluar dari tanaman atau dengan cara tertentu
sengajadikeluarkan dari selnya. Eksudat tanaman dapat berupa zat-zat
atau bahan- bahan nabati lainnya yang dengan cara tertentu
dipisahkan/diisolasi dari tanamannya ().
II.1.3.2 Simplisia Hewani
Simplisia hewani adalah simplisia yang dapat berupa hewan utuh
atauzat-zat berguna yang dihasilkan oleh hewan dan belum berupa bahan
kimiamurni, misalnya minyak ikan (Oleum iecoris asselli) dan madu
(Meldepuratum).
II.1.3.3 Simplisia Mineral (Pelikan)
Simplisia pelikan atau mineral adalah simplisia berupa bahan pelikan atau
mineral yang belum diolah atau telah diolah dengan cara sederhana dan
belum berupa bahan kimia murni, contoh serbuk seng dan serbuk
tembaga ().
II.1.4 Tahap Pembuatan Simplisia
Adapun tahap - tahap dalam pembuatan simplisia yaitu : (Agoes, 2017)
II.1.4.1 Pengumpulan Simplisia
Pengumpulan atau Pengelolaan Bahan Baku Kadar senyawa aktif dalam
suatu simplisia berbeda-beda antara lain tergantung pada bagian tanaman
yang digunakan, umur tanaman atau bagian tanaman pada saat panen,
waktu panen, dan lingkungan tempat tumbuh. Jika penanganan ataupun
pengolahan simplisia tidak benar maka mutu produk yangdihasilkan
kurang berkhasiat atau kemungkinan dapat menimbulkan toksik apabila
dikonsumsi.

Bagian Cara Pengumpulan Kadar Air


Tanaman Simplisia

Kulit Batang Batang utama dan cabang dikelupas <10%


dengan ukuran panjang dan lebar tertentu;
untuk kulit batang yang mengandung
minyak atsiri atau golongan senyawa fenol
digunakan alat pengupas bukan dari logam

Batang Cabang dengan diameter tertentu di <10%


potong-potong dengan panjang tertentu

Kayu Batang atau cabang, dipotong kecil setelah <10%


kulit dikelupas

Daun Pucuk yang sudah tua atau muda dipetik <5%


dengan menggunakan tangan satu per satu

Bunga Kuncup atau bunga mekar, mahkota bunga <5%


atau daun bunga dipetik dengan tangan

Pucuk Pucuk berbunga dipetik dengan tangan <8%


(mengandung daun muda dan bunga)

Akar Dari bawah permukaan tanah, dipotong <10%


dengan ukuran tertentu

Rimpang Dicabut, dibersihkan dari akar, dipotong <8%


melintang dengan ketebalan tertentu

Buah Masak, hampir masak, dipetik dengan <8%


tangan

Biji Buah dipetik, dikupas kulit buahnya <10%


menggunakan tangan, pisau atau digilasi,
biji dikumpulkan dan dicuci
Kulit Buah Seperti biji, kulit buah dikumpulkan dan <8%
dicuci

Bulbus Tanaman dicabut, bulbus dipisahkan dari <8%


daun dan akar dengan memotongnya,
kemudian dicuci.
II.1.4.2 Sortasi Basah
Sortasi basah dilakukan untuk memisahkan kotoran-kotoran atau bahan-
bahan asing lainnya dari bahan simplisia. Misalnya pada simplisia yang
dibuatvdari akar suatu tanaman obat, bahan-bahan asing seperti tanah,
kerikil, rumput, batang, daun, akar yang telah rusak serta
pengotor-pengotor lainnya harus dibuang (Laksana, 2020). Penyortiran
segera dilakukan setelah bahan selesaidipanen, bahan yang mati, tumbuh
lumut ataupun tumbuh jamur segera dipisahkan yang dimungkinkan
mencemari bahan hasil panen.
II.1.4.3 Pencucian
Setelah disortir bahan harus segera dicuci sampai bersih. Pencucian
bertujuan untuk menghilangkan kotoran dan mengurangi mikroba-mikroba
yang menempel pada bahan. Pencucian harus dilakukan dalam waktu
yang sesingkat mungkin untuk menghindari larut dan terbuangnya zat
yang terkandung dalam simplisia. Pencucian harus menggunakan air
bersih, seperti air dari mata air,sumur atau PAM (Laksana, 2010).
Penggunaan air perlu diperhatikan. Beberapa mikroba yang lazim terdapat
di air yaitu Pseudomonas, Proteus, Micrococcus,Bacillus, Streptococcus,
Enterobacter, dan E.Coli pada simplisia akar, batang, atau buah. Cara
pencucian dapat dilakukan dengan cara merendam sambil disikat
menggunakan sikat yang halus. Perendaman tidak boleh terlalu
lamakarena zat-zat tertentu yang terdapat dalam bahan dapat larut dalam
air sehingga mutu bahan menurun. Penyikatan diperbolehkan karena
bahan yang berasal dar rimpang pada umumnya terdapat banyak lekukan
sehingga perlu dibantu dengan sikat (Agoes,2017).
II.1.4.4 Perajangan
Perajangan atau pengubahan bentuk bertujuan untuk memperluas
permukaan sehingga lebih cepat kering tanpa pemanasan yang berlebih.
Pengubahan bentuk dilakukan dengan menggunakan pisau tajam yang
terbuat dari bahan steinles steel ().
II.1.4.5 Pengeringan
Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah suhu pengeringan,
kelembabanudara, aliran udara, waktu pengeringan (cepat), dan luas
permukaan bahan. suhu pengeringan bergantung pada simplisia dan cara
pengeringan. Pengeringandapat dilakukan antara suhu 30°C - 90°C.
Pengeringan dilakukan untuk mengeluarkan atau menghilangkan air dari
suatu bahan dengan menggunakan sinar matahari. Cara ini sederhana
dan hanya memerlukan lantai jemur. Simplisia yang akan dijemur disebar
secara merata dan pada saat tertentu dibalik agar panas merata. Cara
penjemuran semacam ini selain murah juga praktis, namun juga ada
kelemahan yaitu suhu dan kelembaban tidak dapatterkontrol, memerlukan
area penjemuran yang luas, saat pengeringan tergantungcuaca, mudah
terkontaminasi dan waktu pengeringan yang lama. Dengan menurunkan
kadar air dapat mencegah tumbuhnya kapang dan menurunkan reaksi
enzimatik sehingga dapat dicegah terjadinya penurunan mutu atau
pengrusakan simplisia. Secara umum kadar air simplisia tanaman
obatmaksimal 10%. Pengeringan dapat memberikan keuntungan antara
lain memperpanjang masa simpan, mengurangi penurunan mutu sebelum
diolahlebih lanjut, memudahkan dalam pengangkutan, menimbulkan
aroma khas pada bahan serta memiliki nilai ekonomi lebih tinggi (Laksana,
2010). Terdapat beberapa metode pengeringan yaitu:
a. Pengeringan secara langsung di bawah sinar matahari
Pengeringan dengan metode ini dilakukan pada tanaman yang tidak
sensitif terhadap cahaya matahari. Pengeringan terhadap sinar matahar
isangat umum untuk bagian daun, korteks, biji, serta akar. Bagian
tanaman yang mengandung flavonoid, kuinon, kurkuminoid, karotenoid
serta beberapa alkaloid yang cukup mudah terpengaruh cahaya,
umumnya tidak boleh dijemur di bawah sinar matahari secara langsung.
Kadangkala suatu simplisia dijemur terlebih dahulu untuk mengurangi
sebagian besar kadar air, baru kemudian dikeringkan dengan panas atau
digantung di dalam ruangan.
b. Pengeringan dengan menggunakan sinar matahari secara
langsung memilikikeuntungan yaitu ekonomis. Namun lama
pengeringan sangat bergantung pada kondisi cuaca (Agoes, 2007).
c. Pengeringan di ruangan yang terlindung dari cahaya matahari
namun tidak lembab Umumnya dipakai untuk bagian simplisia yang
tidak tahan terhadap cahaya matahari. Pengeringan dengan
metode ini harus memperhatikan sirkulasi udara dari ruangan.
Sirkulasi yang baik akan menunjang proses pengeringan yang
optimal. Pengeringan dengan cara ini memilikikeuntungan yaitu
ekonomis, serta untuk bahan yang tidak tahan panas ataucahaya
matahari cenderung lebih aman. Namun demikian,
pengeringandengan cara ini cenderung membutuhkan waktu yang
lama dan jika tidak dilakukan dengan baik, akan mengakibatkan
tumbuhnya kapang (Agoes,2007).
d. Pengeringan dengan menggunakan oven
Pengeringan menggunakan oven, umumnya akan menggunakansuhu
antara 30°-90°C. Terdapat berbagai macam jenis oven, tergantung
padasumber panas. Pengeringan dengan menggunakan oven memiliki
keuntungan berupa: waktu yang diperlukan relatif cepat, panas yang
diberikan relatifkonstan. Kekurangan dari teknik ini adalah biaya yang
cukup mahal (Agoes,2007).
e. Pengeringan dengan menggunakan oven vakum
Pengeringan dengan menggunakan oven vakum merupakan cara
pengeringan terbaik. Hal ini karena tidak memerlukan suhu yang
tinggisehingga senyawa-senyawa yang tidak tahan panas dapat
bertahan. Namuncara ini merupakan cara paling mahal
dibandingkan dengan cara pengeringanyang lain (Agoes, 2007).
f. Pengeringan dengan menggunakan kertas atau kanvas
Pengeringan ini dilakukan untuk daun dan bunga. Pengeringan ini
bagus untuk mempertahankan bentuk bunga atau daun serta
menjaga warnasimplisia. Pengeringan dengan cara ini dilakukan
dengan mengapit bahansimplisia dengan menggunakan kertas
atau kanvas. Pengeringan ini relatifekonomis dan memberikan
kualitas yang bagus, namun untuk kapasitas produksi skala besar
tidak ekonomis (Agoes, 2007).
II.1.4.6 Sortasi Kering
Sortasi kering setelah pengeringan merupakan tahap akhir pembuatan
simplisia. Tujuan sortasi untuk memisahkan benda-benda asing dan
pengotor- pengotor lain yang masih ada dan tertinggal pada simplisia
kering (Laksana,2010). Proses sortasi kering dilakukan dengan
menggunakan oven, daunsemanggi yang telah dikeringkan kemudian
dilakukan sortasi hingga benar- benar kering agar sisa kotoran hilang dan
kadar air pada sampel.
II.1.4.7 Pengepakan dan Penyimpanan
Pengepakan dan Penyimpanan Pengemasan dapat dilakukan terhadap
simplisia yang sudah dikeringkan. Setelah bersih, simplisia dikemas
dengan menggunakan bahan yang tidak beracun atau tidak bereaksi
dengan bahan yang disimpan. Pada kemasan dicantumkan nama bahan
dan bagian tanaman yang digunakan. Tujuan pengepakan dan
penyimpanan adalah untuk melindungi agar simplisia tidakrusak atau
berubah mutunya karena beberapa faktor, baik dari dalam maupundari
luar. Simplisia disimpan di tempat yang kering, tidak lembab, dan
terhindardari sinar matahari langsung. Jenis kemasan yang digunakan
dapat berupa plastik, kertas maupun karung goni. Bahan cair
menggunakan botol kaca, atau guci porselen. Bahan beraroma
menggunakan peti kayu yang dilapisi timah atau kertas timah (Laksana,
2010).
II.2. Klasifikasi Tanaman
II.2.1 Jagung (Zea mays L. )
Adapun klasifikasi Jagung (Zea mays L. ):
Regnum : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Superdivisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Subkelas : Commelinidae
Ordo : Poales
Famili : Poaceae
Genus : Zea
Spesies : Zea mays L.

Gambar Jagung (Plantamor,


2023)
II.2.2 Kacang Almond (Canarium indicum L. )
Adapun klasifikasi Kacang Almond (Canarium indicum L. ):
Regnum : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Superdivisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Subkelas : Rosidae
Ordo : Sapindales
Famili : Burseraceae
Genus : Canarium
Spesies : Canarium indicum L.
Gambar Kacang Almond
(Plantamor, 2023)
II.2.3 Brokoli ( Brassica oleracea var capitata L. )
Adapun klasifikasi Brokoli ( Brassica oleracea var capitata L. ):
Regnum : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Superdivisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Subkelas : Dilleniidae
Ordo : Capparales
Famili : Brassicaceae
Genus : Brassica
Spesies : Brassica oleareceae var capitata
L.

Gambar Brokoli (Plantamor,


2023)
II.2.4 Kacang Tanah ( Arachis hypogaea L. )
Adapun klasifikasi Kacang tanah ( Arachis hypogaea L. ):
Regnum : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Superdivisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Subkelas : Rosidae
Ordo : Pabales
Famili : Fabaceae
Genus : Arachis
Spesies : Arachis hypogaea L.

Gambar Kacang Tanah


(Plantamor, 2023)
II.2.5 Ubi Jalar ( Ipomoea batatas L. )
Adapun klasifikasi ubi jalar ( Ipomoea batatas L. ):
Regnum : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Superdivisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Subkelas : Asteridae
Ordo : Solanes
Famili : Convolvulaceae
Genus : Ipomoea
Spesies : Ipomoea batatas L.
Gambar Ubi Jalar (Plantamor,
2023)
II.2.6 Kacang Hijau ( Vigna radiata )
Adapun klasifikasi kacang hijau ( Vigna radiata ):
Regnum : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Superdivisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Subkelas : Rosidae
Ordo : Fabales
Famili : Fabaceae
Genus : Vigna
Spesies : Vigna radiata

Gambar Kacang Hijau


(Plantamor, 2023)
II.2.7 Pala ( Myristica argenta )
Adapun klasifikasi pala ( Myristica argenta ):
Regnum : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Superdivisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Subkelas : Magnoliidae
Ordo : Magnoliales
Famili : Mystricaceae
Genus : Myristica
Spesies : Myristica argenta

Gambar Pala (Plantamor, 2023)


II.2.8 Kacang Merah ( Vigna angularis )
Adapun klasifikasi kacang merah ( Vigna angularis ):
Regnum : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Superdivisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Subkelas : Rosidae
Ordo : Fabales
Famili : Fabaceae
Genus : Vigna
Spesies : Vigna angularis

Gambar Kacang Merah


(Plantamor, 2023)
II.2.9 Singkong ( Manihot esculenta )
Adapun klasifikasi singkong ( Manihot esculenta ):
Regnum : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Superdivisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Subkelas : Rosidae
Ordo : Euphorbiales
Famili : Euphorbiaceae
Genus : Manihot
Spesies : Manihot esculenta

Gambar Singkong (Plantamor,


2023)
II.2.10 Kacang Mete ( Anacardium occidentale )
Adapun klasifikasi kacang mete ( Anarcardium occidentale ):
Regnum : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Superdivisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Subkelas : Rosidae
Ordo : Sapindales
Famili : Anacardiaceae
Genus : Anacardium
Spesies : Anacardium occidentale

Gambar Kacang Mete


(Plantamor, 2023)
II.2.11 Bayam Duri ( Amaranthus spinosus )
Adapun klasifikasi bayam duri ( Amaranthus spinosus ):
Regnum : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Superdivisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Subkelas : Caryophllidae
Ordo : Caryophyllales
Famili : Amaranthaceae
Genus : Amarantus
Spesies : Amaranthus spinosus

Gambar Bayam Duri (Plantamor,


2023)
II.2.12 Beras Hitam ( Oryza sativa )
Adapun klasifikasi beras hitam ( Oryza sativa ):
Regnum : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Superdivisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Subkelas : Commelinidae
Ordo : Poaelles
Famili : Poaceae
Genus : Oryza
Spesies : Oryza sativa

Gambar Beras Hitam


(Plantamor, 2023)
II.3. Morfologi Tanaman
II.3.1 Morfologi Jagung (Zea mays L. )
Akar yang tumbuh relatif dangkal merupakan akar adventif dengan
percabangan yang amat lebat, yang menyerap hara pada tanaman.
Akar layang penyokong memberikan tambahan topangan untuk
tumbuh tegak dan membantu penyerapan unsur hara. Akar layang
ini tumbuh di atas permukaan tanah, tumbuh rapat pada buku-buku
dasar dan tidak bercabang sebelum masuk ke tanah (Rubatzky dan
Yamaguchi, 1998). Batang jagung tidak bercabang, berbentuk
silinder, dan terdiri dari beberapa ruas dan buku ruas. Pada buku
ruas akan muncultunas yang berkembang menjadi tongkol. Tinggi
batang jagung tergantung varietas dan tempat penanaman,
umumnya berkisar 60 – 300 cm (Purwono dan Hartono, 2006).
Daun tanaman jagung berbentuk pita atau garis, mempunyai ibu
tulang daun yang terletak tepat di tengah-tengah daun. Tangkai
daun merupakan pelepah yang biasanya berfungsi untuk
membungkus batang tanaman jagung. Daun pada tanaman jagung
mempunyai peranan penting dalam pertumbuhan tanaman
utamanya dalam penentuan produksi (Warisno, 2009). Jumlah
daun umumya berkisar antara 10-18 helai, rata-rata munculnya
daun yang terbuka sempurna adalah 3-4 hari setiap daun.
Tanaman jagung di daerah tropis mempunyai jumlah daun relatif
lebih banyak dibanding di daerah beriklim sedang (temperate)
(Suprapto dan Marzuki, 2002).
Jagung disebut juga tanaman berumah satu (monoceous) karena
bunga jantan dan bunga betina terdapat dalam satu tanaman.
Bunga betina (tongkol) muncul dari axillary apical tajuk. Bunga
jantan (tassel) berkembang dari titik tumbuh apikal diujung
tanaman. Rambut jagung (silk) adalah pemanjangan dari saluran
stylar ovary yang matang pada tongkol. Hampir 95 % dari
persariannya berasal dari serbuk sari tanaman lain, dan hanya 5 %
yang berasal dari serbuk sari tanaman sendiri. Karena itu disebut
juga tanaman bersari bebas (cross pollinated crop). Buah jagung
terdiri atas tongkol, biji, dan daun pembungkus. Biji jagung
mempunyai bentuk, warna dan kandungan endosperm yang
bervariasi, tergantung pada jenisnya. Pada umumnya, biji jagung
tersusun dalam barisan yang melekat secara lurus atau
berkelok-kelok dan berjumlah antara 8 – 20 baris biji. Biji jagung
terdiri atas tiga bagian utama, yaitu kulit biji (seedcoat), endosperm
dan embrio (Rukmana, 2009)
II.3.2 Morfologi Kacang Almond ( Canarium indicum L.)
Batang berkayu, cabang-cabangnya tumbuh lurus dan melebar.
Daun yang berlawanan berbentuk bulat telur dengan tepi
bergelombang. Tulang daun primer dan sekunder menonjol. Bunga
keluar dari ketiak daun, didalam tandan sederhana yang
penjangnya 8-15 m. Termasuk bunga hermaprodit, memiliki pedicel
panjang 0,5-1 cm, berbentuk tabung tertutup granula dengan
diameter 1,5 cm.
Kelopak berbilang 5 dengan panjang 5-6 cm berbentuk oval,
bagian dasarnya panjang menyempit, bagian tepi bergerigi.
Memiliki 10 stamen (benang sari) monadelfian dengan filamen
berpusat, dan kepala sari terbuka. Bunga individu berwarna kuning
cerah dan beraroma ringan. Buah berbentuk bulat telur dengan
ujung runcing, panjangnya sekitar 3 cm, matang dari hijau menjadi
oranye atau merah.Biji dua biji tertutup dalam satu
II.3.3 Kandungan Kimia Jagung
Jagung mengandung beragam nutrisi, seperti karbohidrat, protein, serat,
dan sejumlah vitamin dan mineral yang baik untuk kesehatan tubuh.
Vitamin yang terdapat pada jagung manis antara lain folat, vitamin A,
vitamin, C, dan vitamin B. Sedangkan mineral yang banyak terdapat pada
popcorn antara lain mangan, kalsium, zat besi, kalium, fosfor, magnesium,
seng, dan tembaga. Jagung mengandung lemak dalam jumlah sedikit,
namun jenis lemak ini adalah lemak. Jagung mengandung antioksidan
seperti ; asam ferulat, phytic acid, zat antosianin, zat zeaxanthin dan lutein
yaitu karotenoin (Suharyati,2020).
II.3.4 Kandungan Kimia Kacang Almond
Kandungan senyawa antioksidan berupa flavonol dan flavon -3-ols yang
terdapat pada kacang almond. Selan itu, kacang almond memiliki
kandungan serat yang tinggi dan memiliki fungsi prebiotik ( Choudhury,
dkk, 2014).
II.3.5 Manfaat Tanaman Jagung
II.3.6 Manfaat Tanaman Kacang Almond
Kacang almond memiliki banyak manfaat pada saluran pencernaan serta
dapat menjadi antivirus, anti-inflamasi, anti alergi, anti-mutagenik, anti
kanker dan anti kolesterol.
Dan dapat menjadi bahan baku produk yoghurt nabati karena kandungan
serat yang tinggi (Choudhury, dkk, 2014).
BAB III
METODE KERJA
III.1 Alat dan Bahan
III.1.1 Alat
Adapun alat yang digunakan yang digunakan pada percobaan ini
yaitu oven simplisia, pisau, timbangan simplisia, tissue dan wadah
simplisia (toples kaca ).
III.1.2 Bahan
Adapun Bahan yang digunakan pada percobaan ini yaitu bayam
duri, beras hitam, brokoli, jagung, kacang almond, kacang hijau, kacang
merah, kacang mete, kacang tanah, pala, singkong, dan ubi jalar.
III.2 Cara Kerja
III.2.1 Pengolahan Simplisia
1. Dilakukan pengumpulan bahan
2. Dilakukan sortasi basah pemilahan terhadap bahan yang sudah rusak
3. Dilakukan pencucian terhadap bahan hingga bersih ditimbang sampel
bahan dan diicatat sebagai bobot segar
4. Dilakukan pengecilan/ pemotongan ukuran sampel bahan
5. Dikeringkan menggunakan oven dengan suhu 40°C
6.Dihaluskan menggunakan blender bila sudah kering, ditimbang sampel
bahan yang telah dihaluskan dan dicatat sebagai bobot kering
7. Disimpan di wadah yang sesuai dan diberi label
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.1 Hasil
NO SIMPLISIA (Nama Bobot Bobot Nilai %
dan Bagian Simplisia Simplisia Susut
Tanaman) Basah Kering Pengeringan
(gram) (gram)
1. Brokoli (Bunga) 307 26
2. Kacang Tanah (Biji) 631 435
3. Jagung (Biji) 293 56
4. Kacang Almond (Biji) 290 206
5. Ubi Jalar (Umbi)
6. Kacang Hijau (Biji)
7. Pala (Buah) 600 449
8. Kacang Merah (Biji)
9. Singkong (Umbi) 1000 286
10. Kacang Mete (Biji) 500
11. Bayam Duri (Daun)
12. Beras Hitam (Biji)

IV.2 Pembahasan
BAB V
PENUTUP
V.1 Kesimpulan
V.2. Saran
V.2. 1 Saran Untuk Dosen
Diharapkan untuk tetap senantiasa mendampingi praktikan selama
praktikum berlangsung.
V.2.2 Saran Untuk Asisten
Diharapkan agar kerja sama antara praktikan dapat dipertahankan
dan tetap mengawasi praktikan agar tidak terjadi kesalahan selama
praktikum.
V.2.3 Saran Untuk Laboratorium
Diharapkan agar ketersediaan dan kelengkapan alat agar paa saat
praktikum dapat berjalan dengan lancar.

DAFTAR PUSTAKA
Abdillah, Anderetti. 2021. Metode Penelitian dan Analisis Data Struktur
Sel. Cirebon: Insania
Abdurahman, Deden. 2016. “Biologi Kelompok Pertanian dan
kesehatan”. Grafindo: Bandung
Campbell, N. A, J. B. Reece & Mitchell. 2014. Biologi Jilid 1 Edisi
Kedelepan. Jakarta: Erlangga.
Dirjen, POM. 1976. Farmakope Indonesia Edisi III.Jakarta: Departeman
Kesehatan RI.
Dirjen, POM. 2014. Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta:
Departeman Kesehatan RI.
Dalimartha. 2016. Tanaman Obat di Lingkungan Sekitar. Surabaya:
UNAIR Press.
Gade, M. 2014. Definisi sel. Jakarta: Universitas Indonesia
Jemima. 2021. Struktur sel. IPusnas: Jakarta.
Lang, Ingeborg. 2014. Plasmolysis: Loss of Turgor and Beyond. Made
Subagiartha. 2018. Sel Struktur, Fungsi, dan Regulasi Bali:
Universitas Udayana.
Maradjo. 2016. Kandungan Kimia pada Bawang Merah. Jakarta: Hikam
Pustaka.
Nugroho. 2014. Plasmolisis pada Sel Tumbuhan. Yogyakarta: UGM
Press.
Made. 2018. Pengantar Biologi Sel. Bandung: UNPAS Bandung.
Mulyani, Asep. 2014. “Representasi Visual Buku Biologi SMA pada
Materi Kingdom Plantae”. Jurnal Scientiae Educatia, Vol. 3 No. 1
Priska Nur Kartika, Fithri Choirun Nisa. 2015. Jurnal Pangan dan
Agroindustri. Malang: Universitas Brawijaya
Putrasamedja. 2015. Karasteristik Bawang Merah. UGM Press:
Yogyakarta
Rahmawati, Dian. 2014. Sel Program Studi Biologi, Jurusan Pendidikan
Ilmu Pengetahuan Alam. Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan.
Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah.
Ramadina. 2017. “Biologi sel”. Surabaya. Selembar papyrus
Randy. 2013. “Pengertian Tumbuhan”. Yogyakarta: Nusan medika
Rukmana. 2015. “Deskripsi Tanaman Bawang Merah”. Lampung: Bina
Aksara.
Salisbury, F. B. & Ross, C. W. 2016. Fisiologi Tumbuhan Jilid 1.
Bandung: ITB
Salisbury, F. B. & Ross, C. W. 2016. Fisiologi Tumbuhan Jilid 2. Bandung:
ITB
Sinurat.2018. Karasteristik Kentang. Pranadya Paramitha: Jakarta;
Sri harti, Dra. Agnes. 2013. Biologi Medik Cetakan Pertama. Yogyakarta.
Tjitrosoepomo, Gembong. 2018. Morfologi Tumbuhan. Yogyakarta:
Universitas Gadjah Mada.
Ulum. 2014. Sel Tumbuhan. Grasindo: Jakarta.
Zakky. 2019. Bagian-Bagian Sel. Media Kompentindo: Jakarta.
LAMPIRAN
NO GAMBAR KETERANGAN

1 Disiapkan alat dan bahan

2 Dilakukan sortasi basah pemilahan


terhadap bahan yang sudah rusak.

Dilakukan pencucian terhadap


3 bahan hingga bersih, ditimbang
bahan dan dicatat sebagai bobot
segar.
4
Dilakukan perajangan / pengecilan
ukuran sampe ( bila diperlukan) l

Dikeringkan menggunakan oven


5
dengan suhu 40°C

Dihaluskan menggunakan blender


6 bila sampel sudah kering ditimbang
dan dicatat sebagai bobot kering

Disimpan di wadah yang sesuai dan


7
diberi label

SKEMA KERJA
1. Pengolahan Simplisia
2. Pengamatan Plasmolisis

Anda mungkin juga menyukai