(UJI PRAKLINIK),
dimana bahan alam ini belum diketahui mempunyai
efek farmakologi atau tidak, sehingga perlu diujikan
pada hewan.
(UJI KLINIS),
dimana bahan alam ini diujikan kembali pada
manusia untuk melihat dan mengetahui adanya efek
farmakologi.
TAHAP-TAHAP PENELITIAN BAHAN ALAM :
1. PENELITIAN FARMAKOGNOSI, FARMAKOLOGI,
TOKSISITAS SIMPLISIA, SEHINGGA HASILNYA DAPAT
DIGUNAKAN SEBAGAI OBAT TRADISIONAL (JAMU).
• 2. G M P
(GOOD MANUFACTURING PRACTICE)
PROSES PEMBUATAN SIMPLISIA
PEMBUATAN SIMPLISIA
Pengumpulan
Sortasi Kering
Bahan Baku
Pencucian Perajangan
Pengumpulan Bahan Baku
Kadar senyawa aktif dalam suatu simplisia berbeda-beda antara lain tergantung pada :
(a) Bagian tanaman yang digunakan.
(b) Umur tanaman yang digunakan.
(c) Waktu panen.
(d) Lingkungan tempat tumbuh.
Waktu panen sangat erat hubungannya dengan pembentukan senyawa aktif di dalam
bagian tanaman yang akan dipanen. Waktu panen yang tepat pada saat bagian tanaman
tersebut mengandung senyawa aktif dalam jumlah yang terbesar.
Sortasi Basah
Pencucian dilakukan untuk menghilangkan tanah dan pengotoran lainnya yang melekat
pada bahan simplisia. Pencucian dilakukan dengan air bersih, misalnya air dari mata air, air
sumur atau air PAM. Bahan simplisia yang mengandung zat yang mudah larut di dalam air
yang mengalir, pencucian agar dilakukan dalam waktu yang sesingkat mungkin. Cara
sortasi dan pencucian sangat mempengaruhi jenis dan jumlah rnikroba awal simplisia.
Misalnya jika air yang digunakan untuk pencucian kotor, maka jumlah mikroba pada
permukaan bahan simplisia dapat bertambah dan air yang terdapat pada permukaan bahan
tersebut dapat mempercepat pertumbuhan mikroba.
Perajangan
Beberapa jenis bahan simplisia perlu mengalami proses perajangan. Perajangan bahan
simplisia dilakukan untuk mempermudah proses pengeringan, pengepakan dan
penggilingan. Tanaman yang baru diambil jangan langsung dirajang tetapi dijemur dalam
keadaan utuh selama 1 hari. Perajangan dapat dilakukan dengan pisau, dengan alat mesin
perajang khusus sehingga diperoleh irisan tipis atau potongan dengan ukuran yang
dikehendaki. Semakin tipis bahan yang akan dikeringkan, semakin cepat penguapan air,
sehingga mempercepat waktu pengeringan. Akan tetapi irisan yang terlalu tipis juga dapat
menyebabkan berkurangnya atau hilangnya zat berkhasiat yang mudah menguap.
Sehingga mempengaruhi komposisi bau dan rasa yang diinginkan. Oleh karena itu bahan
simplisia seperti temulawak, temu giring, jahe, kencur dan bahan sejenis lainnya dihindari
perajangan yang terlalu tipis untuk mencegah berkurangnya kadar minyak atsiri.
Pengeringan
Tujuan pengeringan ialah untuk mendapatkan simplisia yang tidak mudah rusak, sehingga dapat
disimpan dalam waktu yang lebih lama. Dengan mengurangi kadar air dan menghentikan reaksi
enzimatik akan dicegah penurunan mutu atau perusakan simplisia. Air yang masih tersisa dalam
simplisia pada kadar tertentu dapat merupakan media pertumbuhan kapang dan jasad renik lainnya.
Enzim tertentu dalam sel, masih dapat bekerja, menguraikan senyawa aktif sesaat setelah sel mati
dan selama bahan simplisia tersebut masih mengandung kadar air tertentu. Pada tumbuhan yang
masih hidup pertumbuhan kapang dan reaksi enzimatik yang merusak itu tidak terjadi karena adanya
keseimbangan antara proses-proses metabolisme, yakni proses sintesis, transformasi dan
penggunaan isi sel. Keseimbangan ini hilang segera setelah sel tumbuhan mati. Reaksi enzimatik
tidak berlangsung bila kadar air dalam simplisia kurang dari 10%.
• Hal-hal yang perlu diperhatikan selama proses pengeringan adalah suhu
pengeringan, kelembaban udara, aliran udara, waktu pengeringan dan luas
permukaan bahan. Pada pengeringan bahan simplisia tidak dianjurkan
menggunakan alat dari plastik. Selama proses pengeringan bahan simplisia,
faktor-faktor tersebut harus diperhatikan sehingga diperoleh simplisia kering
yang tidak mudah mengalami kerusakan selama penyimpanan. Cara
pengeringan yang salah dapat mengakibatkan terjadinya “Face hardening”,
yakni bagian luar bahan sudah kering sedangkan bagian dalamnya masih
basah. Hal ini dapat disebabkan oleh irisan bahan simplisia yang terlalu tebal,
suhu pengeringan yang terlalu tinggi, atau oleh suatu keadaan lain yang
menyebabkan penguapan air permukaan bahan jauh lebih cepat daripada difusi
air dari dalam ke permukaan tersebut, sehingga permukaan bahan menjadi
keras dan menghambat pengeringan selanjutnya. “Face hardening” dapat
mengakibatkan kerusakan atau kebusukan di bagian dalarn bahan yang
dikeringkan.
• Ekstrak kental
• Esktrak kering
Pembuatan ekstrak
Metode ekstraksi :
a. Dingin (maserasi, perkolasi)
b. Panas (destilasi, refluks, sokhletasi, infusa, dekokta)
KLASIFIKASI
BAHAN ALAM
Klasifikasi Yang Digunakan Adalah Klasifikasi
Berdasarkan Aktivitas Fisiologisnya Dengan Beberapa
Pertimbangan, Yakni :
1. Klasifikasi Berdasarkan Taksonomi dan Biogenesis Masih Dalam
Tahap Perkembangan dan Masih Mungkin Terjadi Banyak
Perubahan.
2. Klasifikasi Berdasarkan Struktur Kimia Sudah Banyak Dilakukan,
Bahkan Hampir Semua Buku Kimia Bahan Alam Menggunakan
Klasifikasi Ini.
3. Klasifikasi Berdasarkan Struktur Kimia Sudah Banyak Dilakukan,
Bahkan Hampir Semua Buku Kimia Bahan Alam Menggunakan
Klasifikasi Ini.
Penggolongan Aktivitas Fisiologis dan
Khasiat Terapeutik Bahan Alam Yang
Digunakan Didasarkan Pada
Penggolongan Menurut Wagner (1993),
Weiss (1991), Hansel (1991), Reuter
(1997), dan Evans (1989).
1. Obat Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah
2. Obat Yang Bekerja Pada SSP
3. Obat Penyakit Pernapasan
4. Obat Gastroenterologika
5. Obat Antirematik dan antiflogistik
6. Obat Urologika
7. Obat Sitostatika
8. Obat Endokrinologika
9. Obat Antiparasit
10. Obat-Obat Untuk Kontrasepsi Oral