PRAKTIKUM FITOKIMIA
Disusun Oleh:
Tim Pembina Praktikum
1. Abdul Rahman W, M.Farm,
Apt
2. Alvi Kusuma Wardani, M.Farm.,
Apt
3. Yuli Fitriana, M.Farm.,
Apt
1
VISI PROGRAM STUDI
2
Menjadi Program Studi Farmasi yang unggul dalam bidang pelayanan farmasi
komunitas, profesional, serta berdaya saing di kawasan Nusa
Tenggara berlandaskan nilai islami pada tahun 2028”
KATA PENGANTAR
3
penulisan buku petunjuk praktikum ini adalah sebagai buku pegangan para
mahasiswa atau peneliti yang mengikuti praktikum maupun melakukan
penelitian fitokimia.
Penyusun
4
TATA TERTIB
5
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
TATA TERTIB 4
DAFTAR ISI 5
PENDAULUAN
6
PENDAHULUAN
7
pertimbangan utama yang harus diperhatikan adalah tujuan dilakukannya
analisis, macam kandungan tanaman pengganggu dan ketersediaan alat.
Masalah aktual yang banyak memerlukan ketepatan pemilihan metode analisis
adalah pembuktian kebenaran komposisi dan standarisasi kadar kandungan
aktif atau zat identitas sediaan.
Pemeriksaan mutu simplisia umumnya diawali begitu sampai pada tahap
akhir proses penyimpanan simplisia, yaitu setelah dilakukan sortasi kering.
Untuk memeriksa mutu simplisia sudah ada pedoman resmi dari Departemen
Kesehatan RI yaitu monografi-monografi yang tertera dalam Farmakope
Indonesia (FI), Ekstra farmakope Indonesia (EFI), dan Materia Medika
Indonesia(MMI). Pengujian mutu simplisia meliputi pemeriksaan :
1. Organoleptis
2. Kebenaran jenis simplisia, yang dapat ditentukan secara
1. Makroskopik dan mikroskopik
2. Kimia, identifikasi komponen kimiawi dominan dalam simplisia secara
kualitatif dan kuantitatif
3. Kadar air dan susut pengeringan dengan metode resmi yang berlaku
atau metode lain yang sesuai
4. Kemurnian sari yang terlarut dalam etanol, batas bahan organik asing
dan kadar abu
5. Pemeriksaan aktivitas farmakologi
6. Untuk simplisia asal kultur jaringan dilakukan pemeriksaan cemaran
pestisida (apabila diperlukan)
8
PERCOBAAN I
PEMBUATAN SIMPLISIA
TUJUAN
Pada akhir praktikum ini peserta didik:
1. Mampu memahami dan melaksanakan proses pembuatan simplisia
2. Mampu memahami secara umum tahap pembuatan simplisia
3. Mampu memahami kerusakan simplisia dan faktor yang
mempengaruhinya
4. Mempu mampu membuat simplisia dari salah satu tanaman
TEORI
Pengertian simplisia menurut Departemen Kesehatan RI adalah bahan
alami yang digunakan untuk obat dan belum mengalami perubahan proses apa
pun, dan kecuali dinyatakan lain umumnya berupa bahan yang telah
Dikeringkan. Simplisia dibagi menjadi tiga golongan, yaitu :
a. Simplisia Nabati
Simplisia nabati adalah simplisia yang dapat berupa tanaman utuh,
bagian tanaman, eksudat tanaman, atau gabungan antara ketiganya,
misalnya Datura Folium dan Piperis nigri Fructus. Eksudat tanaman
adalah isi sel yang secara spontan keluar dari tanaman atau dengan cara
tertentu sengaja dikeluarkan dari selnya. Eksudat tanaman dapat
berupa zat-zat atau bahan-bahan nabati lainnya yang dengan cara
tertentu dipisahkan/diisolasi dari tanamannya.
b. Simplisia Hewani
9
Simplisia hewani adalah simplisia yang dapat berupa hewan utuh atau
zat-zat berguna yang dihasilkan oleh hewan dan belum berupa bahan kimia
murni, misalnya minyak ikan (Oleum iecoris asselli) dan madu (Mel
depuratum).
c. Simplisia Pelikan atau Mineral
Simplisia pelikan atau mineral adalah simplisia berupa bahan
pelikan atau mineral yang belum diolah atau telah diolah dengan cara
sederhana dan belum berupa bahan kimia murni, contoh serbuk seng dan
serbuk tembaga ( Dep.Kes RI,1989).
10
Pasca panen merupakan kelanjut-an dari proses panen terhadap
tanaman budidaya atau hasil dari penambangan alam yang fungsinya antara
lain untuk membuat bahan hasil panen tidak mudah rusak dan memiliki
kualitas yang baik serta mudah disimpan untuk diproses selanjutnya.
Untuk memulai proses pasca panen perlu diperhatikan cara dan tenggang
waktu pengumpulan bahan tanaman yang ideal setelah dilakukan proses
panen tanaman tersebut. Selama proses pasca panen sangat
penting diperhatikan keber-sihan dari alat-alat dan bahan yang
digunakan, juga bagi pelaksananya perlu memperhatikan perlengkapan
seperti masker dan sarung tangan. Tujuan dari pasca panen ini untuk
menghasilkan simplisia tanaman obat yang bermutu, efek terapinya tinggi
sehingga memiliki nilai jual yang tinggi.
c. Sortasi basah
d. Pencucian
11
Pencucian bertujuan menghilang-kan kotoran-kotoran dan mengurangi
mikroba-mikroba yang melekat pada bahan.Pencucian harus segera
di- lakukan setelah panen karena dapat mempengaruhi mutu bahan. Pen-
cucian menggunakan air bersih seperti air dari mata air, sumur
atau PAM. Penggunaan air kotor menye-babkan jumlah mikroba pada
bahan tidak akan berkurang bahkan akan bertambah. Pada saat
pencucian per-hatikan air cucian dan air bilasan-nya, jika masih
terlihat kotor ulangi pencucian/pembilasan sekali atau dua kali
lagi.Perlu diperhatikan bahwa pencucian harus dilakukan dalam waktu
yang sesingkat mung-kin untuk menghindari larut dan terbuangnya zat
yang terkandung dalam bahan.
e. Pengeringan
12
kan sinar matahari), kelembaban udara,
13
aliran udara dan tebal bahan (tidak saling menumpuk). Penge-ringan bahan
dapat dilakukan secara tradisional dengan menggunakan sinar matahari
ataupun secara mo-dern dengan menggunakan alat pe-ngering seperti oven,
rak pengering, blowerataupun dengan freshdryer.
f. Sortasi kering
g. Pengemasan
15
dengan isi dan kalau boleh mempunyai bentuk dan rupa yang
menarik.Berikan label yang jelas pada tiap kemasan tersebut yang isinya
menuliskan; nama bahan, bagian dari tanaman bahan yang digunakan, tanggal
pengemasan, nomor/kode produksi, nama/alamat penghasil, berat bersih,
metode pe-nyimpanan.
h. Penyimpanan
METODE
Daun, kulit, batang, buah, atau bunga diSortasi basah dan dikeringkan
selama 12 jam pada suhu 50 oC, bahan yang sudah kering kemudian
disortasi kering, dan dihaluskan. Selanjutnya serbuk yang diperoleh
dikumpulkan dan disimpan dalam wadah tertutup rapat.
16
PERCOBAAN II
EKSTRAKSI DINGIN
(Metode Maserasi dan Perkolasi)
TUJUAN
Pada akhir praktikum ini peserta didik :
1. Mampu memahami dan melaksanakan proses pembuatan ekstrak
metode maserasi dan perkolasi
2. Mampu memahami secara umum tahap pembuatan ekstrak metode
maserasi dan perkolasi
3. Mampu memahami faktor yang mempengaruhi pada proses pembuatan
ekstrak metode maserasi
4. Mampu membuat pembuatan ekstrak
TEORI
Keterangan gambar :
17
B.Tutup.
18
dan dibiarkan
19
selama 5 hari terlindung dari cahaya sambil berulang-ulang diaduk. Setelah 5
hari sari diserkai dan ampas diperas. Ampas ditambah cairan penyari
secukupnya , diaduk, dan diserkai sehingga diperoleh seluruh sari sebanyak
100 bagian. Bejana ditutup dan dibiarkan ditempat sejuk terlindung dari
cahaya selama 2 hari. Endapan kemudian dipisahkan
METODE
Sebanyak 20 gram serbuk simplisia dimasukkan dalam bejana dan
bejana tersebut diisi etanol 70% sebanyak 400 ml, campuran diaduk dengan
distirer selama 3 jam lalu direndam selama 24 jam. Proses ekstraksi ke-2
dan ke3 dilakukan dengan pelarut 300 dan 200 ml. Maserat total diuapkan
dengan suhu dikontrol 50oC hingga diperoleh ekstrak kental.
20
EKSTRAKSI
(Metode Perkolasi)
TEORI
Keterangan gambar :
B. Penyaring
22
hingga mencapai keadaan jenuh. Gerak ke bawah disebabkan oleh kekuatan
gaya beratnya sendiri dan cairan di atasnya, dikurangi daya kapiler yang
cenderung untuk menahan.
Kekuatan yang berperan pada perkolasi antara lain gaya berat,
kekentalan, daya larut, tegangan permukaan, difusi, osmosa, adesi,
daya kapiler dan daya geseran (friksi).
Cara perkolasi lebih baik dibandingkan dengan cara maserasi karena :
23
ketat (Voigt, 1984)
METODE
Sebanyak20 gram serbuk simplisia dimasukan kedalam bejana dan
bejana tersebut diisi dengan 30 ml cairan penyari, campuran didiamkan
selama 3 jam, massa selanjutnya dipindahkan sedikit demi sedikit ke dalam
perkolator dan perkolator diisi etanol 70% sebanyak 150 ml. Campuran
didiamkan selama 24 jam. Selanjutnya perkolator diatur sehingga perkolat
mengalir dengan kecepatan 1 ml/menit menuju bejana penampung.
Cairan penyari selalu ditambah ke dalam perkolator hingga diperoleh warna
perkolat sama dengan warna pelarut. Perkolattotal diuapkan dengan
rotaryevaporatordengan suhu dikontrol 50oC hingga diperoleh ekstrak
kental. Kekentalan ekstrak ditandai dengan hilangnya bau etanol dan
ekstrak masih dapat dituang.
24
PERCOBAAN III
TEORI
Keterangan gambar :
A. Kondenser
B. Salur limpahan
C. Tempat simplisia
25
Gambar 3. Alat Soxhlet (Anonim, 1986)
26
harus murni atau campuran azeotrop(Voigt, 1984).
METODE
Sebanyak 20 gram serbuk simplisia dibungkus dengan kertas saring dan
dimasukkan dalam alat Sokhlet. Kemudian ditambahkan penyari etanol 70%
melalui pipa refluks hingga 2 kali sirkulasi. Bagian atas alat ditutup dengan
kapas agar tidak terjadi penguapan. Penyarian dilakukan hingga didapatkan
cairan yang sudah jernih. Saridipekatkan diuapkan dengan rotaryevaporator
dengan suhu dikontrol 50oC hingga diperoleh ekstrak kental.
27
EKSTRAKSI
(Metode Infundasi dan dekokta)
TEORI
Infundasi adalah proses penyarian yang umumnya digunakan untuk
menyari zat kandungan aktif yang larut dalam air dari bahan-bahan nabati.
Penyarian dengan cara ini menghasilkan sari yang tidak stabil dan mudah
tercemar oleh kuman dan kapang. Oleh sebab itu sari yang diperoleh dengan
cara ini tidak boleh disimpan lebih dari 24 jam.Sedangkan dekok adalah
proses infus yang terjadi selama skitar 30 menit lebih,
Infusa dan dekok adalah sediaan cair yang dibuat dengan mengekstraksi
simplisia nabati dengan air pada suhu 90ºC selama 15 menit. Proses
pembuatan infusa adalah mencampur simplisia yang telah dihaluskan dalam
panci infus dengan air secukupnya, dipanaskan di atas tangas air selama 15
menit terhitung mulai suhu 90 ºC sambil sesekali diaduk. Serkai selagi panas
dengan kain flanel, tambahkan air panas secukupnya melalui ampas hingga
diperoleh volume infus yang dikehendaki.
Keuntungan dari infundasi dan dekok yaitu merupakan metode yang
paling mudah dan praktis untuk digunakan karena prinsip kerjanya yang
sederhana, selain itu metode ini sering digunakan masyarakat.
Sedangkan kerugian metode ini adalah menghasilkan sari yang tidak stabil
dan mudah tercemar oleh kuman dan kapang.
METODE
28
Simplisia dengan derajat halus yang sesuai dalam panci dengan air
secukupnya,panaskan di atas tangas air selama 15 menitterhitung mulai suhu
mencapai 90OC sambil sekali-sekali diaduk-aduk.Saring selagipanas melalui
kain flanel, tambahkan air panassecukupnya melalui ampas hingga diperoleh
volume infus yangdikehendaki. Infussimplisia yang mengandung
minyak atsiri disaringsetelah dingin. Infus simplisia yangmengandung
lendir tidak bolehdiperas. Infus simplisia yang mengandung glikosida
antarkinon,ditambah larutan natrium karbonat P 10% dari bobot simplisia.
Kecualidinyatakan lain dan kecuali untuk simplisia yang tertera dibawah,
infusyang mengandungbukan bahan berkhasiat keras, dibuat
denganmenggunakan 10% simplisia.
Simplisia dengan derajat halus yang sesuai dalam panci dengan air
secukupnya,panaskan diatas tangas air selama 30 menitterhitung mulai suhu
90oC sambil sekali-sekali diaduk. Serkai selagipanas melalui kain
flanel, tambahkan air panas secukupnya melalui ampas hingga diperoleh
volume dekok yang dikehendaki.
29
PERCOBAAN IV
TUJUAN
Pada akhir praktikum ini peserta didik :
1. Mampu memahami dan melaksanakan proses penyulingan minyak atsiri
2. Mampu memahami secara umum tahap penyulingan minyak atsiri
3. Mampu memahami faktor yang mempengaruhi pada proses penyulingan
minyak atsiri
TEORI
Penyulingan adalah pemisahan komponenkomponen suatu campuran
dari dua jenis cairan atau lebih berdasarkan perbedaan tekanan uap dari
masing- masing zat tersebut. Dalam industri minyak atsiri dikenal tiga
macam metode penyulingan, yaitu:
1. Penyulingan dengan air (waterdestilation). Bahan yang akan disuling kontak
langsung dengan air mendidih. Bahan tersebut mengapung di atas air atau
terendam sempurna tergantung dari bobot jenis dan jumlah bahan yang
disuling. Air dipanaskan dengan metode pemanasan yaitu panas langsung,
mantel uap, pipa uap melingkar tertutup, atau memakai pipa uap
berlingkar terbuka dan berlubang.
2. Penyulingan dengan air dan uap (water and steam destilation). Bahan
diletakkan diatas rak-rak atau saringan berlubang. Ketel suling diisi
dengan air sampai permukaan air berada tidak jauh di bawah
saringan. Air
30
dipanaskan dengan uap jenuh yang basah dan bertekanan rendah. Ciri khas
dari metode ini: 1) uap selalu dalam keadaan basah, jenuh dan tidak terlalu
panas. 2) bahan yang disuling hanya berhubungan dengan uap dan
tidak dengan air panas
Penyulingan dengan uap (steamdestilation), metode ini prinsipnya sama
dengan di atas kecuali air tidak diisikan dalam ketel. Uap yang digunakan
adalah uap jenuh atau uap kelewat panas pada tekanan lebih dari 1
atmosfir. Uap dialirkan melalui pipa uap berlingkar yang berpori yang terletak
di bawah bahan, dan uap bergerak ke atas melalui bahan yang terletak di
atas saringan.
METODE
Bahan segar dicuci bersih, diiris dengan ketebalan ±0,2 cm,
kemudian dikeringkan dengan cara dibiarkan di tempat terbuka yang tidak
terkena sinar matahari langsung dan dimasukkan dalam ketel suling dan
ditutup dengan rapat. Steamdari boiler dialirkan ke ketel suling dengan
tekanan selama 1 jam. Cairan yang keluar dari condenser didiamkan selama
15 menit untuk memisahkan air dan minyak. Pada tahap pemurnian,
minyak ditambahkan dengan Na2SO4 diaduk selama 15 menit, kemudian
didiamkan selama 15 menit (Muniro etal., 2010).
31
PERCOBAAN V
KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS (KLT)
TUJUAN
Mahasiswa dapat mengidentifikasi kandungan senyawa yang terdapat dalam
simplisia dengan cara KLT dengan menggunakan pereaksi semprot
TEORI
Pemisahan yang terjadi pada kromatografi lapis tipis ( KLT)
berdasarkan pada : adsorpsi, partisi atau kombinasi dari kedua efek
(tergantung pada jenis lempeng, fase diam dan fase gerak yang digunakan).
KLT dipilih untuk tujuan identifikasi karena mempunyai keuntungan yaitu :
a. Sederhana dan mudah
b.Memberikan pilihan fase gerak yang lebih beragam
c. Untuk analisa kuantitatif dan isolasi skala preparative.
d.Resolusi KLT jauh lebih tinggi daripada kromatografi kertas karena laju
difusi sangat kecil pada lapisan fase gerak.
e. Zat berwarna dapat terlihat secara langsung, maupun dengan pereaksi
penyemprot.
f. Jumlah sampel uji lebih sedikit (0,01-10 µg)
Fase diam adalah salah satu komponen dalam kromatografi yang dilalui
fase gerak untuk memisahkan komponen-komponen yang ada di campuran
sampel. Fase diam yang umum dipakai adalah : silika gel ditambah kalsium
sulfat yang menambah lekat pada fase diam. Selulosa, poliamide,
alumina, sefadek dan celite. Fase gerak adalah zat yang digunakan untuk
memisahkan
32
komponen-komponen yang ada dalam campuran.
Kromatogram pada KLT merupakan bercak-bercak yang terpisah setelah
visualisasi dengan atau tanpa pereaksi deteksi (penyemprot) pada sinar
tamapak atau sinar UV pada panjang gelombang 254 dan 366. Jarak
rambat senyawa pada kromatogram dinyatakan dengan nilai Rf
(retardationfactor) atau hRf (hundredretardationfactor).
jarak rambat senyawa dari titik awal penotolan hingga pusat bercak
R = jarak rambat fase gerak dari titik awal penotolan hingga garis depan
Nilai Rf yang diperoleh selalu berupa pecahan dan akan lebih mudah jika
Rf dikalikan dengan 100 yang dinyatakan dengan hRf.
KLT dapat digunakan untuk :
a. pemeriksaan identitas kemurnian senyawa obat
b. pemeriksaan simplisia tanaman dan hewan
c. pemeriksaan komposisi dan komponen aktif sediaan obat menurut label
d. penentuan kuantitatif masing-masing senyawa aktif campuran obat
33
3.Prosedur kerja
• Larutan bahan uji (ekstrak, hasil salah satu fraksi dan hasil kromatografi
kolom) danpembanding yang sudah disiapkan ditotolkan pada lempeng
(jarak penotolan 1-1,5 cm) dengan volume tertentu. Dan diberikan
jarak1,5- 2 cm dari tepi bawah lempeng (batas bawah). Diameter
totolan dibiarkan mengering. Pada jarak yang dikehendaki diberi tanda
(batas atas)
• Lempeng dimasukkan dalam bejana (yang telah jenuh dengan fase gerak),
dengan posisi tegak dan bagian tepi bawah tercelup dalam fase
gerak, tetapi totolan tidak sampai terendam.
• Bejana ditutup rapat dan fase gerak dibiarkan merambat hinga batas
jarak rambat.
• Lempeng dikeluarkan dan dikeringkan di udara. Perhatikan bercak yang
timbul pada sinar tampak, UV 254 dan 366nm.
• Diukur dan dicatat jarak rambat setiap bercak yang timbul.
• Hitung nilai Rf dan atau Rx (Rx= jarak rambat bercak dibagi jarak
rambat pembanding)
• Lempeng disemprot dengan pereaksi yang sesuai dan pengamatan
dilakukan di (sinar tampak, UV 254 dan 366 nm). Warna yang terjadi
dicatat. Kadang warna yang terjadi sesudah disemprot memerlukan
suhu lebih tinggi agar pem
bentukan warna lebih optimum.
Note : apabila dilakukan KLT dua (2) arah, sebelum dimasukkan pada fase
gerak kedua, lempeng dikeringkan dulu dari fase gerak pertama.
34