Anda di halaman 1dari 34

BUKU PETUNJUK

PRAKTIKUM FITOKIMIA
Disusun Oleh:
Tim Pembina Praktikum
1. Abdul Rahman W, M.Farm,
Apt
2. Alvi Kusuma Wardani, M.Farm.,
Apt
3. Yuli Fitriana, M.Farm.,
Apt

PROGRAM STUDI D3 FARMASI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MATARAM
2020/2021

1
VISI PROGRAM STUDI

2
Menjadi Program Studi Farmasi yang unggul dalam bidang pelayanan farmasi
komunitas, profesional, serta berdaya saing di kawasan Nusa
Tenggara berlandaskan nilai islami pada tahun 2028”

MISI PROGRAM STUDI

1. Menyelenggarakan dan mengembangkan proses pembelajaran berbasis


pelayanan kefarmasian melalui kurikulum yang menunjang kompetensi
farmasi komunitas.
2. Membekali mahasiswa dengan skil kefarmasian melalui praktikum dan
praktek kerja farmasi dengan pemanfaatan iptek dalam bidang
kefarmasian
3. Melaksanakan penelitian di bidang kefarmasian dalam upaya
pengembangan ilmu kefarmasian
4. Melaksanakan kegiatan pengabdian masyarakat dalam bidang kesehatan
terutama di Desa binaan
5. Melaksanakan pendidikan Al-Islam dan Kemuhammadiyahan dalam rangka
menyiapkan tenaga teknis kefarmasian yang beriman, bertakwa dan
berakhlak mulia.
6. Menyelenggarakan kerjasama perguruan tinggi dalam bidang kefarmasian.

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirobilalamin atas karunia-Nya sehingga Buku Petunjuk Praktikum


Farmakognosi II ini dapat diselesaikan. Adapun maksud dan tujuan utama
dari

3
penulisan buku petunjuk praktikum ini adalah sebagai buku pegangan para
mahasiswa atau peneliti yang mengikuti praktikum maupun melakukan
penelitian fitokimia.

Saran dan kritik untuk penyempurnaan edisi mendatang sangat kami


harapkan. Semoga buku ini dapat banyak memberikan manfaat, amin.

Mataram, April 2021

Penyusun

4
TATA TERTIB

1. Wajib Datang tepat waktu ketika praktikum dilaksanakan dan sudah


mengikuti tutorial.
2. Setiap Tutorial wajin membuat laporan sementara dan di tandatangani oleh
dosen pembimbing praktikum
3. Setiap memasuki praktikum selanjutnya Wajib mengumpulkan laporan resmi
mata praktikum sebelumnya.
4. Menjaga kebersihan dan keamanan laboratorium selama berada di dalam
laboratorium.
5. Mematikan lampu ruangan jika tidak dipergunakan.
6. Menjaga kebersihan dan keamanan serta bertanggung jawab terhadap alat-
alat laboratorium selama penggunaan alat tersebut, jika ada alat yang
rusak segera melaporkan kepada dosen atau asisten yang ditunjuk.
7. Dilarang makan dan minum selama berada di laboratorium.
8. Mengenakan jas laboratorium,masker dan sepatu selama di laboratorium.
9. Wajib mengganti alat gelas/alat lain yang dirusakkan/dipecahkan.
10. Tetap mematuhi protocol Covid-19 dengan memakai alat pelindung
diri pribadi (masker dan HS) selama praktikum dan tutorial

5
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

TATA TERTIB 4

DAFTAR ISI 5

PENDAULUAN

PERCOBAAN I. PEMBUATAN SIMPLISIA 8

PERCOBAAN II. EKSTRAKSI (Metode Maserasi dan perkolasi) 14

PERCOBAAN III. EKSTRAKSI (Metode Soxhlet, infundasi dekokta) 20

PERCOBAAN IV. PENYULINGAN (AIR DAN AIR DAN UAP) 26

PERCOBAAN V. KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS (KLT) 28

6
PENDAHULUAN

Indonesia kaya akan berbagai jenis tumbuhan obat yang banyak


digunakanuntuk pengobatan oleh masyarakat zaman dahulu sampai sekarang.
Pengetahuantentang khasiat berbagai tumbuhan pada masyarakat biasanya
diwariskan secara turuntemurun berdasarkan kebiasaan. Penelitian-
penelitian ilmiah perludilakukan agar pengobatan secara tradisional ini dapat
dipertanggungjawabkan(Harun & Hoesin, 1988).
Tumbuh-tumbuhan merupakan salah satu sumber senyawa kimia yang
penting dalam pengobatan. Umumnya senyawa kimia ini berupa
senyawa metabolit sekunder seperti alkaloid, flavonoid, fenolik, terpenoid,
steroid, dan lain-lain yang memiliki aktifitas biologis yang beragam. Hal ini
mendorong para ahli kimia untuk mengisolasi zat aktif biologis yang terdapat
dalam beraneka ragam tumbuhan. Diharapkan nantinya dapat menghasilkan
berbagai zat kimia yang dapat digunakan sebagai obat, baik untuk
kesehatan manusia maupun agronomi.
Sebagaimana diketahui bahwa kebenaran akan suatu senyawa obat
dalam tanaman sangat berpengaruh terhadap kualitas tanaman yang
dihasilkan, oleh karena itu dibutuhkan tahapan “Identifikasi” dalam
menyeleksi komponen- komponen obat yang hendak dipergunakan. Proses
identifikasi komponen obat alamiah dapat dilakukan dengan reaksi kimia
yang spesifik, ditambah lagi kemunculan instrument-instrumen yang
mempermudah proses identfikasi, tetapi kemudahan-kemudahan diatas
tetap perlu didikung dari hasil pengamatan visual.
Dalam ruang lingkup obat tradisional (OT) dan fitofarmaka

7
pertimbangan utama yang harus diperhatikan adalah tujuan dilakukannya
analisis, macam kandungan tanaman pengganggu dan ketersediaan alat.
Masalah aktual yang banyak memerlukan ketepatan pemilihan metode analisis
adalah pembuktian kebenaran komposisi dan standarisasi kadar kandungan
aktif atau zat identitas sediaan.
Pemeriksaan mutu simplisia umumnya diawali begitu sampai pada tahap
akhir proses penyimpanan simplisia, yaitu setelah dilakukan sortasi kering.
Untuk memeriksa mutu simplisia sudah ada pedoman resmi dari Departemen
Kesehatan RI yaitu monografi-monografi yang tertera dalam Farmakope
Indonesia (FI), Ekstra farmakope Indonesia (EFI), dan Materia Medika
Indonesia(MMI). Pengujian mutu simplisia meliputi pemeriksaan :

1. Organoleptis
2. Kebenaran jenis simplisia, yang dapat ditentukan secara
1. Makroskopik dan mikroskopik
2. Kimia, identifikasi komponen kimiawi dominan dalam simplisia secara
kualitatif dan kuantitatif
3. Kadar air dan susut pengeringan dengan metode resmi yang berlaku
atau metode lain yang sesuai
4. Kemurnian sari yang terlarut dalam etanol, batas bahan organik asing
dan kadar abu
5. Pemeriksaan aktivitas farmakologi
6. Untuk simplisia asal kultur jaringan dilakukan pemeriksaan cemaran
pestisida (apabila diperlukan)

8
PERCOBAAN I
PEMBUATAN SIMPLISIA

TUJUAN
Pada akhir praktikum ini peserta didik:
1. Mampu memahami dan melaksanakan proses pembuatan simplisia
2. Mampu memahami secara umum tahap pembuatan simplisia
3. Mampu memahami kerusakan simplisia dan faktor yang
mempengaruhinya
4. Mempu mampu membuat simplisia dari salah satu tanaman

TEORI
Pengertian simplisia menurut Departemen Kesehatan RI adalah bahan
alami yang digunakan untuk obat dan belum mengalami perubahan proses apa
pun, dan kecuali dinyatakan lain umumnya berupa bahan yang telah
Dikeringkan. Simplisia dibagi menjadi tiga golongan, yaitu :
a. Simplisia Nabati
Simplisia nabati adalah simplisia yang dapat berupa tanaman utuh,
bagian tanaman, eksudat tanaman, atau gabungan antara ketiganya,
misalnya Datura Folium dan Piperis nigri Fructus. Eksudat tanaman
adalah isi sel yang secara spontan keluar dari tanaman atau dengan cara
tertentu sengaja dikeluarkan dari selnya. Eksudat tanaman dapat
berupa zat-zat atau bahan-bahan nabati lainnya yang dengan cara
tertentu dipisahkan/diisolasi dari tanamannya.
b. Simplisia Hewani

9
Simplisia hewani adalah simplisia yang dapat berupa hewan utuh atau
zat-zat berguna yang dihasilkan oleh hewan dan belum berupa bahan kimia
murni, misalnya minyak ikan (Oleum iecoris asselli) dan madu (Mel
depuratum).
c. Simplisia Pelikan atau Mineral
Simplisia pelikan atau mineral adalah simplisia berupa bahan
pelikan atau mineral yang belum diolah atau telah diolah dengan cara
sederhana dan belum berupa bahan kimia murni, contoh serbuk seng dan
serbuk tembaga ( Dep.Kes RI,1989).

Cara Pembuatan Simplisia


a. Pemanenan

Pada waktu panen peralatan dan tempat yang digunakan harus


bersih dan bebas dari cemaran dan dalam keadaan kering.Alat yang
diguna-kan dipilih dengan tepat untuk mengurangi terbawanya bahan atau
tanah yang tidak diperlukan. Seperti rimpang, alat untuk panen dapat
menggunakan garpu atau cangkul. Bahan yang rusak atau busuk harus
segera dibuang atau dipisahkan. Penempatan dalam wadah (keran-jang,
kantong, karung dan lain-lain) tidak boleh terlalu penuh sehingga bahan tidak
menumpuk dan tidak rusak. Selanjutnya dalam waktu pengangkutan
diusahakan supaya bahan tidak terkena panas yang berlebihan, karena
dapat menyebab-kan terjadinya proses fermentasi/ busuk. Bahan juga
harus dijaga dari gang- guan hama (hama gudang, tikus dan binatang
peliharaan).

b. Penanganan Pasca Panen

10
Pasca panen merupakan kelanjut-an dari proses panen terhadap
tanaman budidaya atau hasil dari penambangan alam yang fungsinya antara
lain untuk membuat bahan hasil panen tidak mudah rusak dan memiliki
kualitas yang baik serta mudah disimpan untuk diproses selanjutnya.
Untuk memulai proses pasca panen perlu diperhatikan cara dan tenggang
waktu pengumpulan bahan tanaman yang ideal setelah dilakukan proses
panen tanaman tersebut. Selama proses pasca panen sangat
penting diperhatikan keber-sihan dari alat-alat dan bahan yang
digunakan, juga bagi pelaksananya perlu memperhatikan perlengkapan
seperti masker dan sarung tangan. Tujuan dari pasca panen ini untuk
menghasilkan simplisia tanaman obat yang bermutu, efek terapinya tinggi
sehingga memiliki nilai jual yang tinggi.

c. Sortasi basah

Penyortiran basah dilakukan setelah selesai panen dengan tujuan untuk


memisahkan kotoran-kotoran atau bahan-bahan asing, bahan yang tua
dengan yang muda atau bahan yang ukurannya lebih besar atau lebih
kecil. Bahan nabati yang baik memiliki kandungan campuran bahan organik
asing tidak lebih dari 2%. Proses penyortiran pertama bertujuan
untuk memisahkan bahan yang busuk atau bahan yang muda dan yang
tua serta untuk mengurangi jumlah pengotor yang ikut terbawa dalam
bahan.

d. Pencucian
11
Pencucian bertujuan menghilang-kan kotoran-kotoran dan mengurangi
mikroba-mikroba yang melekat pada bahan.Pencucian harus segera
di- lakukan setelah panen karena dapat mempengaruhi mutu bahan. Pen-
cucian menggunakan air bersih seperti air dari mata air, sumur
atau PAM. Penggunaan air kotor menye-babkan jumlah mikroba pada
bahan tidak akan berkurang bahkan akan bertambah. Pada saat
pencucian per-hatikan air cucian dan air bilasan-nya, jika masih
terlihat kotor ulangi pencucian/pembilasan sekali atau dua kali
lagi.Perlu diperhatikan bahwa pencucian harus dilakukan dalam waktu
yang sesingkat mung-kin untuk menghindari larut dan terbuangnya zat
yang terkandung dalam bahan.

e. Pengeringan

Pengeringan adalah suatu cara pengawetan atau pengolahan pada bahan


dengan cara mengurangi kadar air, sehingga proses pem-busukan dapat
terhambat. Dengan demikian dapat dihasilkan simplisia terstandar,
tidak mudah rusak dan tahan disimpan dalam waktu yang lama Dalam
proses ini, kadar air dan reaksi-reaksi zat aktif dalam bahan akan
berkurang, sehingga suhu dan waktu pengeringan perlu diperhati-kan.
Suhu pengeringan tergantung pada jenis bahan yang dikeringkan.
Pada umumnya suhu pengeringan adalah antara 40 – 600C dan hasil
yang baik dari proses pengeringan adalah simplisia yang mengandung
kadar air 10%. Demikian pula de-ngan waktu pengeringan juga ber-
variasi, tergantung pada jenis bahan yang dikeringkan seperti rimpang,
daun, kayu ataupun bunga. Hal lain yang perlu diperhatikan dalam pro-
ses pengeringan adalah kebersihan (khususnya pengeringan mengguna-

12
kan sinar matahari), kelembaban udara,

13
aliran udara dan tebal bahan (tidak saling menumpuk). Penge-ringan bahan
dapat dilakukan secara tradisional dengan menggunakan sinar matahari
ataupun secara mo-dern dengan menggunakan alat pe-ngering seperti oven,
rak pengering, blowerataupun dengan freshdryer.

Pengeringan dapat menyebabkan perubahan-perubahan hidrolisa enzi-


matis, pencokelatan, fermentasi dan oksidasi. Ciri-ciri waktu pengering-
an sudah berakhir apabila daun atau-pun temu-temuan sudah dapat di-
patahkan dengan mudah. Pada umumnya bahan (simplisia) yang sudah
kering memiliki kadar air ±8 – 10%. Dengan jumlah kadar air tersebut
kerusakan bahan dapat ditekan baik dalam pengolahan mau-pun waktu
penyimpanan.

f. Sortasi kering

Penyortiran dilakukan bertujuan untuk memisahkan benda-benda asing


yang terdapat pada simplisia, misalnya akar-akar, pasir, kotoran
unggas atau benda asing lainnya. Proses penyortiran merupakan tahap
akhir dari pembuatan simplisia kering sebelum dilakukan pengemasan,
penyimpanan atau pengolahan lebih lanjut. Setelah penyortiran
simplisia ditimbang untuk mengetahui rendemen hasil dari proses pasca
panen yang dilakukan.

g. Pengemasan

Pengemasan dapat dilakukan terhadap simplisia yang sudah di-


keringkan. Jenis kemasan yang di-gunakan dapat berupa plastik, kertas
maupun karung goni.Persyaratan jenis kemasan yaitu dapat menjamin
mutu produk yang dikemas, mudah dipakai, tidak mempersulit penanganan,
14
dapat melindungi isi pada waktu pengangkutan, tidak beracun dan tidak
bereaksi

15
dengan isi dan kalau boleh mempunyai bentuk dan rupa yang
menarik.Berikan label yang jelas pada tiap kemasan tersebut yang isinya
menuliskan; nama bahan, bagian dari tanaman bahan yang digunakan, tanggal
pengemasan, nomor/kode produksi, nama/alamat penghasil, berat bersih,
metode pe-nyimpanan.

h. Penyimpanan

Penyimpanan simplisia dapat di-lakukan di ruang biasa (suhu kamar)


ataupun di ruang ber AC. Ruang tempat penyimpanan harus bersih,
udaranya cukup kering dan ber-ventilasi. Ventilasi harus cukup baik
karena hama menyukai udara yang lembab dan panas. Perlakuan sim-plisia
dengan iradiasi sinar gamma dosis 10 kGy dapat menurunkan jumlah
patogen yang dapat meng-kontaminasi simplisia tanaman obat. Dosis ini
tidak merubah kadar air dan kadar minyak atsiri simplisia selama
penyimpanan 3 – 6 bulan. Jadi sebelum disimpan pokok utama yang harus
diperhati-kan adalah cara penanganan yang tepat dan higienes

METODE
Daun, kulit, batang, buah, atau bunga diSortasi basah dan dikeringkan
selama 12 jam pada suhu 50 oC, bahan yang sudah kering kemudian
disortasi kering, dan dihaluskan. Selanjutnya serbuk yang diperoleh
dikumpulkan dan disimpan dalam wadah tertutup rapat.

16
PERCOBAAN II
EKSTRAKSI DINGIN
(Metode Maserasi dan Perkolasi)

TUJUAN
Pada akhir praktikum ini peserta didik :
1. Mampu memahami dan melaksanakan proses pembuatan ekstrak
metode maserasi dan perkolasi
2. Mampu memahami secara umum tahap pembuatan ekstrak metode
maserasi dan perkolasi
3. Mampu memahami faktor yang mempengaruhi pada proses pembuatan
ekstrak metode maserasi
4. Mampu membuat pembuatan ekstrak

TEORI

Gambar 1. Alat Maserasi(Anonim, 1986)

Keterangan gambar :

A. Bejana untuk maserasi berisi bahan yang sedang


dimaserasi.

17
B.Tutup.

C. Pengaduk yang digerakkan secara mekanik.

Gambar alat maserasi seperti terlihat pada gambar 7. Maserasi


berarti mengairi atau melunakkan.Maserasi merupakan cara penyarian yang
sederhana. Maserasi dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia dalam
cairan penyari. Cairan penyari akan menembus dinding sel yang mengandung
zat aktif. Zat aktif kemudian akan larut dan karena adanya perbedaan
antara konsentrasi larutan zat aktif di dalam sel dengan di luar sel, maka
larutan yang terpekat didesak ke luar. Peristiwa ini terjadi berulang
sehingga terjadi keseimbangan konsentrasi antara larutan di luar sel dan di
dalam sel.
Maserasi digunakan untuk penyarian simplisia yang mengandung zat
aktif mudah larut dalam cairan penyari,tidak mengandung zat yang mudah
mengambang dalam cairan penyari, tidak mengandung benzoin, stirak dan
lain- lain.Cairan penyari yang digunakan dapat berupa air, etanol, air-etanol
atau pelarut lain. Bila cairan penyari digunakan air maka untuk mencegah
timbulnya kapang dapat ditambahkan bahan pengawet yang diberikan pada
awal penyarian.

Keuntungan penyarian dengan cara maserasi adalah cara pengerjaan


dan penyarian yang digunakan sederhana dan mudah diusahakan. Sedangkan
kerugian cara maserasi adalah pengerjaanya lama dan penyariannya
kurang sempurna.Maserasi pada umumnya dilakukan dengan cara sebagai
berikut: 10 bagian simplisia dengan derajat halus yang cocok dimasukkan ke
dalam bejana. Kemudian dituangi dengan 75 bagian cairan penyari, ditutup

18
dan dibiarkan

19
selama 5 hari terlindung dari cahaya sambil berulang-ulang diaduk. Setelah 5
hari sari diserkai dan ampas diperas. Ampas ditambah cairan penyari
secukupnya , diaduk, dan diserkai sehingga diperoleh seluruh sari sebanyak
100 bagian. Bejana ditutup dan dibiarkan ditempat sejuk terlindung dari
cahaya selama 2 hari. Endapan kemudian dipisahkan

Pada penyarian dengan cara maserasi, perlu dilakukan pengadukan


untuk meratakan konsentrasi larutan di luar butir serbuk simplisia,
sehinggaadanya derajat perbedaan konsentrasi yang sekecil-kecilnya
antara larutan di dalam sel dengan larutan di luar sel tetap terjaga.Hasil
penyarian dengan cara maserasi perlu didiamkan selama waktu
tertentuuntuk mengendapkan zat-zat yang tidak diperlukan (misalnya
malam) tetapi ikut terlarut dalam cairan penyari seperti malam dan lain-
lain.

METODE
Sebanyak 20 gram serbuk simplisia dimasukkan dalam bejana dan
bejana tersebut diisi etanol 70% sebanyak 400 ml, campuran diaduk dengan
distirer selama 3 jam lalu direndam selama 24 jam. Proses ekstraksi ke-2
dan ke3 dilakukan dengan pelarut 300 dan 200 ml. Maserat total diuapkan
dengan suhu dikontrol 50oC hingga diperoleh ekstrak kental.

20
EKSTRAKSI
(Metode Perkolasi)

TEORI

Keterangan gambar :

A. Bejana tempat bahan dan pelarut

B. Penyaring

C. Tap pengatur kecepatan tetes


pelarut

Gambar 2. Alat Perkolasi (Anonim,


2011).

Gambar alat perkolasi seperti terlihat pada gambar 8. Perkolasi


berarti penetesan.Perkolasi adalah cara penyarian yang dilakukan
dengan mengalirkan cairan penyari melalui serbuk simplisia yang telah
dibasahi.

Prinsip perkolasi adalah sebagai berikut : Serbuk simplisia


ditempatkan dalam suatu bejana silinder yang bagian bawahnya diberi sekat
berpori. Cairan penyari dialirkan dari atas ke bawah melalui serbuk
tersebut. Cairan penyari akan melarutkan zat aktif yang ada pada sel-sel
21
yang dilalui

22
hingga mencapai keadaan jenuh. Gerak ke bawah disebabkan oleh kekuatan
gaya beratnya sendiri dan cairan di atasnya, dikurangi daya kapiler yang
cenderung untuk menahan.
Kekuatan yang berperan pada perkolasi antara lain gaya berat,
kekentalan, daya larut, tegangan permukaan, difusi, osmosa, adesi,
daya kapiler dan daya geseran (friksi).
Cara perkolasi lebih baik dibandingkan dengan cara maserasi karena :

1. Aliran cairan penyari menyebabkan adanya pergantian larutan yang


terjadi dengan larutan yang konsentrasinya lebih rendah sehingga
meningkatkan derajat perbedaan konsentrasi.

2. Ruangan di antara butir-butir serbuk simplisia membentuk saluran tempat


mengalir cairan penyari. Karena kecilnya saluran kapiler tersebut, maka
kecepatan pelarut cukup untuk mengurangi lapisan batas sehingga dapat
meningkatkan perbedaan konsentrasi.
Alat yang digunakan untuk perkolasi disebut perkolator. Cairan yang
digunakan untuk menyari disebut cairan penyari atau menstrum, larutan zat
aktif yang keluar dari perkolator disebut sari atau perkolat, sedang sisa
setelah dilakukannya penyarian disebut ampas atau sisa perkolasi.
Bentuk perkolator ada 3 macam yaitu perkolator berbentuk tabung,
perkolator berbentuk paruh dan perkolator berbentuk corong. Pemilihan
percolator tersebut tergantung pada jenis serbuk simplisia yang akan
disari. (Anonim, 1986) Keuntungan metode penyarian perkolasi yaitu hasil
ekstraksi diperoleh bahan aktif yang tinggi kadarnya dan pemanfaatan
simplisia secara optimal. Kelemahannya yaitu menuntut pengawasan dan
pengamatan yang

23
ketat (Voigt, 1984)

METODE
Sebanyak20 gram serbuk simplisia dimasukan kedalam bejana dan
bejana tersebut diisi dengan 30 ml cairan penyari, campuran didiamkan
selama 3 jam, massa selanjutnya dipindahkan sedikit demi sedikit ke dalam
perkolator dan perkolator diisi etanol 70% sebanyak 150 ml. Campuran
didiamkan selama 24 jam. Selanjutnya perkolator diatur sehingga perkolat
mengalir dengan kecepatan 1 ml/menit menuju bejana penampung.
Cairan penyari selalu ditambah ke dalam perkolator hingga diperoleh warna
perkolat sama dengan warna pelarut. Perkolattotal diuapkan dengan
rotaryevaporatordengan suhu dikontrol 50oC hingga diperoleh ekstrak
kental. Kekentalan ekstrak ditandai dengan hilangnya bau etanol dan
ekstrak masih dapat dituang.

24
PERCOBAAN III

EKSTRAKSI CARA PANAS


(Metode Soxhlet, Infundasi dan dekokta)
TUJUAN
Pada akhir praktikum ini peserta didik :
1. Mampu memahami dan melaksanakan proses pembuatan ekstrak
metode soxhlet, infundasi dan dekokta
2. Mampu memahami secara umum tahap pembuatan ekstrak metode
soxhlet, infundasi dan dekokta
3. Mampu memahami faktor yang mempengaruhi pada proses pembuatan
ekstrak metode soxhlet, infundasi dan dekokta

TEORI

Keterangan gambar :

A. Kondenser

B. Salur limpahan

C. Tempat simplisia

D. Labu penampung ektrak dan pelarut

25
Gambar 3. Alat Soxhlet (Anonim, 1986)

Gambar alat Soxhlet seperti terlihat pada gambar 9. Penyarian


dengan alat Sokhletmerupakan penyarian berkesinambungan. Alat Soxhlet
terdiri dari refluks, pipa uap dan labu (Anonim 1986). Prinsip kerja alat
Soxhlet adalah bahan yang akan diektraksi diletakkan pada kantung
ekstraksi (terbuat dari kertas saring) dan ditempatkan pada bagian dalam
alat Soxhlet. Pada bagian bawah kemudian dipasang labu alas bulat yang
berisi pelarut. Pelarut dipanaskan pada suhu tertentu sehingga menguap.
Uap pelarut akan dikondensasi pada saat melewati pendingin dan menetes
menuju kantong yang berisi bahan yang diekstraksi. Setelah larutan
terkumpul mencapai tinggi maksimal, secara otomatis larutan akan turun
ke dalam labu alas bulat, dengan demikian bahan dikatakan telah
mengalami 1 kali sirkulasi. Proses penyarian ini akan terjadi terus-
menerus secara otomatis. Ektraksi akan dihentikan bila larutan
berwarna sama dengan warna pelarut (Voigt, 1995).

Keuntungan cara Soxhhlet adalah cairan penyari yang diperlukan


lebih sedikit, dan secara langsung diperoleh hasil yang lebih pekat, serbuk
simplisia disari oleh cairan penyari yang murni, sehingga dapat menyari zat
aktif lebih banyak serta penyarian dapat diteruskan sesuai dengan
keperluan, tanpa menambah volume cairan penyari. Kerugian dari
cara Soxhlet yaitu larutan dipanaskan terus-menerus, sehingga zat
aktif yang tidak tahan pemanasan kurang cocok. Ini dapat diperbaiki
dengan menambah peralatan dan mengurangi tekanan udara. Kerugian
lain yaitu cairan penyari didihkan terus-menerus sehingga cairan
penyari yang berupa air

26
harus murni atau campuran azeotrop(Voigt, 1984).

METODE
Sebanyak 20 gram serbuk simplisia dibungkus dengan kertas saring dan
dimasukkan dalam alat Sokhlet. Kemudian ditambahkan penyari etanol 70%
melalui pipa refluks hingga 2 kali sirkulasi. Bagian atas alat ditutup dengan
kapas agar tidak terjadi penguapan. Penyarian dilakukan hingga didapatkan
cairan yang sudah jernih. Saridipekatkan diuapkan dengan rotaryevaporator
dengan suhu dikontrol 50oC hingga diperoleh ekstrak kental.

27
EKSTRAKSI
(Metode Infundasi dan dekokta)
TEORI
Infundasi adalah proses penyarian yang umumnya digunakan untuk
menyari zat kandungan aktif yang larut dalam air dari bahan-bahan nabati.
Penyarian dengan cara ini menghasilkan sari yang tidak stabil dan mudah
tercemar oleh kuman dan kapang. Oleh sebab itu sari yang diperoleh dengan
cara ini tidak boleh disimpan lebih dari 24 jam.Sedangkan dekok adalah
proses infus yang terjadi selama skitar 30 menit lebih,
Infusa dan dekok adalah sediaan cair yang dibuat dengan mengekstraksi
simplisia nabati dengan air pada suhu 90ºC selama 15 menit. Proses
pembuatan infusa adalah mencampur simplisia yang telah dihaluskan dalam
panci infus dengan air secukupnya, dipanaskan di atas tangas air selama 15
menit terhitung mulai suhu 90 ºC sambil sesekali diaduk. Serkai selagi panas
dengan kain flanel, tambahkan air panas secukupnya melalui ampas hingga
diperoleh volume infus yang dikehendaki.
Keuntungan dari infundasi dan dekok yaitu merupakan metode yang
paling mudah dan praktis untuk digunakan karena prinsip kerjanya yang
sederhana, selain itu metode ini sering digunakan masyarakat.
Sedangkan kerugian metode ini adalah menghasilkan sari yang tidak stabil
dan mudah tercemar oleh kuman dan kapang.

METODE

28
Simplisia dengan derajat halus yang sesuai dalam panci dengan air
secukupnya,panaskan di atas tangas air selama 15 menitterhitung mulai suhu
mencapai 90OC sambil sekali-sekali diaduk-aduk.Saring selagipanas melalui
kain flanel, tambahkan air panassecukupnya melalui ampas hingga diperoleh
volume infus yangdikehendaki. Infussimplisia yang mengandung
minyak atsiri disaringsetelah dingin. Infus simplisia yangmengandung
lendir tidak bolehdiperas. Infus simplisia yang mengandung glikosida
antarkinon,ditambah larutan natrium karbonat P 10% dari bobot simplisia.
Kecualidinyatakan lain dan kecuali untuk simplisia yang tertera dibawah,
infusyang mengandungbukan bahan berkhasiat keras, dibuat
denganmenggunakan 10% simplisia.
Simplisia dengan derajat halus yang sesuai dalam panci dengan air
secukupnya,panaskan diatas tangas air selama 30 menitterhitung mulai suhu
90oC sambil sekali-sekali diaduk. Serkai selagipanas melalui kain
flanel, tambahkan air panas secukupnya melalui ampas hingga diperoleh
volume dekok yang dikehendaki.

29
PERCOBAAN IV

PENYULINGAN DENGAN METODE


AIR DAN AIR DAN UAP

TUJUAN
Pada akhir praktikum ini peserta didik :
1. Mampu memahami dan melaksanakan proses penyulingan minyak atsiri
2. Mampu memahami secara umum tahap penyulingan minyak atsiri
3. Mampu memahami faktor yang mempengaruhi pada proses penyulingan
minyak atsiri
TEORI
Penyulingan adalah pemisahan komponenkomponen suatu campuran
dari dua jenis cairan atau lebih berdasarkan perbedaan tekanan uap dari
masing- masing zat tersebut. Dalam industri minyak atsiri dikenal tiga
macam metode penyulingan, yaitu:
1. Penyulingan dengan air (waterdestilation). Bahan yang akan disuling kontak
langsung dengan air mendidih. Bahan tersebut mengapung di atas air atau
terendam sempurna tergantung dari bobot jenis dan jumlah bahan yang
disuling. Air dipanaskan dengan metode pemanasan yaitu panas langsung,
mantel uap, pipa uap melingkar tertutup, atau memakai pipa uap
berlingkar terbuka dan berlubang.
2. Penyulingan dengan air dan uap (water and steam destilation). Bahan
diletakkan diatas rak-rak atau saringan berlubang. Ketel suling diisi
dengan air sampai permukaan air berada tidak jauh di bawah
saringan. Air
30
dipanaskan dengan uap jenuh yang basah dan bertekanan rendah. Ciri khas
dari metode ini: 1) uap selalu dalam keadaan basah, jenuh dan tidak terlalu
panas. 2) bahan yang disuling hanya berhubungan dengan uap dan
tidak dengan air panas
Penyulingan dengan uap (steamdestilation), metode ini prinsipnya sama
dengan di atas kecuali air tidak diisikan dalam ketel. Uap yang digunakan
adalah uap jenuh atau uap kelewat panas pada tekanan lebih dari 1
atmosfir. Uap dialirkan melalui pipa uap berlingkar yang berpori yang terletak
di bawah bahan, dan uap bergerak ke atas melalui bahan yang terletak di
atas saringan.

METODE
Bahan segar dicuci bersih, diiris dengan ketebalan ±0,2 cm,
kemudian dikeringkan dengan cara dibiarkan di tempat terbuka yang tidak
terkena sinar matahari langsung dan dimasukkan dalam ketel suling dan
ditutup dengan rapat. Steamdari boiler dialirkan ke ketel suling dengan
tekanan selama 1 jam. Cairan yang keluar dari condenser didiamkan selama
15 menit untuk memisahkan air dan minyak. Pada tahap pemurnian,
minyak ditambahkan dengan Na2SO4 diaduk selama 15 menit, kemudian
didiamkan selama 15 menit (Muniro etal., 2010).

31
PERCOBAAN V
KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS (KLT)

TUJUAN
Mahasiswa dapat mengidentifikasi kandungan senyawa yang terdapat dalam
simplisia dengan cara KLT dengan menggunakan pereaksi semprot

TEORI
Pemisahan yang terjadi pada kromatografi lapis tipis ( KLT)
berdasarkan pada : adsorpsi, partisi atau kombinasi dari kedua efek
(tergantung pada jenis lempeng, fase diam dan fase gerak yang digunakan).
KLT dipilih untuk tujuan identifikasi karena mempunyai keuntungan yaitu :
a. Sederhana dan mudah
b.Memberikan pilihan fase gerak yang lebih beragam
c. Untuk analisa kuantitatif dan isolasi skala preparative.
d.Resolusi KLT jauh lebih tinggi daripada kromatografi kertas karena laju
difusi sangat kecil pada lapisan fase gerak.
e. Zat berwarna dapat terlihat secara langsung, maupun dengan pereaksi
penyemprot.
f. Jumlah sampel uji lebih sedikit (0,01-10 µg)
Fase diam adalah salah satu komponen dalam kromatografi yang dilalui
fase gerak untuk memisahkan komponen-komponen yang ada di campuran
sampel. Fase diam yang umum dipakai adalah : silika gel ditambah kalsium
sulfat yang menambah lekat pada fase diam. Selulosa, poliamide,
alumina, sefadek dan celite. Fase gerak adalah zat yang digunakan untuk
memisahkan

32
komponen-komponen yang ada dalam campuran.
Kromatogram pada KLT merupakan bercak-bercak yang terpisah setelah
visualisasi dengan atau tanpa pereaksi deteksi (penyemprot) pada sinar
tamapak atau sinar UV pada panjang gelombang 254 dan 366. Jarak
rambat senyawa pada kromatogram dinyatakan dengan nilai Rf
(retardationfactor) atau hRf (hundredretardationfactor).

jarak rambat senyawa dari titik awal penotolan hingga pusat bercak
R = jarak rambat fase gerak dari titik awal penotolan hingga garis depan

Nilai Rf yang diperoleh selalu berupa pecahan dan akan lebih mudah jika
Rf dikalikan dengan 100 yang dinyatakan dengan hRf.
KLT dapat digunakan untuk :
a. pemeriksaan identitas kemurnian senyawa obat
b. pemeriksaan simplisia tanaman dan hewan
c. pemeriksaan komposisi dan komponen aktif sediaan obat menurut label
d. penentuan kuantitatif masing-masing senyawa aktif campuran obat

2.Alat dan bahan


• Alat: Lempeng kromatografi, rak penyimpanan (untuk meletakkna
lempeng bial diperlukan pemanasan untuk mengaktifkan fase gerak),
bejana kromatografi (chamber), Pipet mikro (micro-syringe), alat
penyemprot pereaksi, lampu UV 254 dan 366 nm
• Bahan: Fase gerak, pereaksi semprot, bahan uji.

33
3.Prosedur kerja
• Larutan bahan uji (ekstrak, hasil salah satu fraksi dan hasil kromatografi
kolom) danpembanding yang sudah disiapkan ditotolkan pada lempeng
(jarak penotolan 1-1,5 cm) dengan volume tertentu. Dan diberikan
jarak1,5- 2 cm dari tepi bawah lempeng (batas bawah). Diameter
totolan dibiarkan mengering. Pada jarak yang dikehendaki diberi tanda
(batas atas)
• Lempeng dimasukkan dalam bejana (yang telah jenuh dengan fase gerak),
dengan posisi tegak dan bagian tepi bawah tercelup dalam fase
gerak, tetapi totolan tidak sampai terendam.
• Bejana ditutup rapat dan fase gerak dibiarkan merambat hinga batas
jarak rambat.
• Lempeng dikeluarkan dan dikeringkan di udara. Perhatikan bercak yang
timbul pada sinar tampak, UV 254 dan 366nm.
• Diukur dan dicatat jarak rambat setiap bercak yang timbul.
• Hitung nilai Rf dan atau Rx (Rx= jarak rambat bercak dibagi jarak
rambat pembanding)
• Lempeng disemprot dengan pereaksi yang sesuai dan pengamatan
dilakukan di (sinar tampak, UV 254 dan 366 nm). Warna yang terjadi
dicatat. Kadang warna yang terjadi sesudah disemprot memerlukan
suhu lebih tinggi agar pem
bentukan warna lebih optimum.
Note : apabila dilakukan KLT dua (2) arah, sebelum dimasukkan pada fase
gerak kedua, lempeng dikeringkan dulu dari fase gerak pertama.

34

Anda mungkin juga menyukai