Anda di halaman 1dari 21

LABORATORIUM FARMAKOGNOSI-FITOKIMIA

PROGRAM STUDI FARMASI


UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI

PERCOBAAN II
PEMERIKSAAN BAHAN NABATI RIMPANG LENGKUAS MERAH
(Alpinia purpurata K. Schum)

Disusun oleh:

Jehan Azizah
1811015220015

KELOMPOK II
SHIFT I

PROGRAM STUDI S1 FARMASI


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU
SEPTEMBER 2019
PERCOBAAN II

PEMERIKSAAN BAHAN NABATI RIMPANG LENGKUAS MERAH


(Alpinia purpurata K. Schum)

KELOMPOK II
SHIFT I

Mengetahui, Nilai Laporan Awal Nilai Laporan Akhir


Asisten

Tanggal : Tanggal :
(Nur Azizah Putri Nada Hanifah) 27 September 2019 07 Oktober 2019

PROGRAM STUDI S1 FARMASI


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU
SEPTEMBER 2019
PERCOBAAN II
PEMERIKSAAN BAHAN NABATI RIMPANG LENGKUAS MERAH
(Alpinia purpurata K. Schum)

I. LATAR BELAKANG
Tanaman obat ialah tanaman yang dapat dimanfaatkan untuk tujuan
pengobatan karena secara alami mengandung senyawa bioaktif yang mampu
menyembuhkan berbagai penyakit. Tanaman obat merupakan tanaman yang
memiliki dua karakteristik utama yaitu sebagai obat pencegahan dan untuk
pengobatan penyakit. Tanaman obat telah terbukti memiliki komponen senyawa
aktif yang telah dikarakterisasi mampu mencegah munculnya beberapa penyakit.
Oleh karena ada pencegahan, maka dapat membantu pengurangan penggunaan
obat kimia ketika suatu penyakit muncul. Untuk pengobatan, komponen-
komponen kimia dalam tanaman obat dapat berinteraksi secara sinergis atau
bersamaan sehingga penggunaannya dapat bersifat melengkapi, merusak atau
menetralisir kemungkinan efek negatifnya (Widaryanto & Azizah, 2018).
Obat-obat tradisional selain menggunakan bahan ramuan dari tumbuh-
tumbuhan tertentu yang mudah didapat di sekitar pekarangan rumah kita sendiri,
juga tidak mengandung resiko yang membahayakan bagi pasien dan mudah
dikerjakan/dibuat oleh siapa saja dalam keadaan mendesak sekalipun. Kemajuan
ilmu pengetahuan dan teknologi modern yang semakin pesat dan canggih di
zaman sekarang ini ternyata tidak mampu menggeser atau mengesampingkan
begitu saja peranan obat-obatan tradisional, tetapi justru berdampingan dan
saling melengkapi. Peminat obat tradisional tidak sebanyak peminat obat
modern. Hal ini dikarenakan kurang tahunya masyarakat mengenai kandungan
pada tanaman (Thomas, 1989).
Tanaman obat disajikan dalam berbagai bentuk. Ada tanaman segar,
simplisia, teh, serbuk yang dimasukkan ke kapsul, dan kapsul ekstrak. Tentu
bentuk kapsul serbuk dan kapsul ekstrak harus memenuhi standar pembuatan
obat yang baik agar higienis dan mutu terjamin. Proses pembuatan obat juga
harus memperhatikan penyimpanan di gudang yaitu menyangkut bahan baku,
bahan kemasan, dan produk jadi. Bahan baku harus disimpan secara teratur dan
rapi untuk mencegah resiko tercamput dengan bahan lain serta memudahkan
pemeriksaan pengambilan dan pemeliharaannya. Dalam gudang penyimpanan
setiap tanaman obat harus diketahui identitas, kondisim jumlah, mutu, dan cara
penyimpanan yang benar. Untuk skala industri bahan baku yang akan
dimasukkan ke gudang harus diperiksa lebih dahulu secara fisik maupun dalam
laboratorium. Suhu gudang yang diperlukan 29oC dengan kelembaban 65%
(Permadi, 2008).

II. TUJUAN PRAKTIKUM


Tujuan praktikum ini adalah praktikan dapat mrngidentifikasi simplisia
haksel dan serbuk. Serta praktikan dapat menyebutkan ciri khas simplisia.

III. TINJAUAN PUSTAKA


3.1 Pengertian dan Klasifikasi Simplisia
Simplisia berasal dari kata simpleks atau simple yang berarti sederhana.
Dalam hubungannya dengan pemanfaatan tanaman obat, istilah simplisia
digunakan untuk menjelaskan bahan baku obat yang berasal dari alam dan
bentuknya masih belum berubah atau masih asli. Sementara itu, kementrian
kesehatan menerangkan definisi simplisia ialah bahan alami yang digunakan
untuk obat dan belum mengalami perubahan melalui proses apapun kecuali
dinyatakan lain misalnya berupa bahan yang telah dikeringkan (Widaryanto &
Azizah, 2018).
Simplisia sering digunakan sebagai bahan penelitian dalam dunia
farmasi, pada umumnya simplisia terdiri dari beberapa macam salah satunya
simplisia daun. Suatu simplisia dapat dikatakan bermutu apabila sudah
memenuhi persyaratan yang tertera dalam monografi simplisia. Persyaratan
mutu suatu simplisia berlaku pada semua simplisia yang digunakan sebagai
bahan pengobatan dan pemeliharaan kesehatan. Untuk mengetahui kualitas mutu
dari suatu simplisia maka perlu dilakukan proses karakterisasi (Handayani et al.,
2019).
Tanaman obat yang dikelompokkan berdarakan organ tanaman yang
digunakan untuk simplisia dapat dibagi menjadi 8 golongan, yaitu: simplisia
herba atau simplisia yang berasal dari organ tanaman, simplisia akar, simplisia
daun, simplisia bunga, simplisia buah, simplisia biji, simplisia rimpang, dan
simplisia kulit kayu. Simplisia dapat digolongkan menjadi tiga jenis,
berdasarkan bahan bakunya, yaitu:
1. Simplisia Nabati
Simplisia nabati ialah simplisia yang dibuat dari tanaman, baik berupa
keseluruhan, bagian organ ataupun eksudat tanaman. Eksudat ialah
bagian isi sel yang keluar secara spontan atau sengaja dikeluarkan dari
selnya dengan teknik tertentu, atau zat nabati yang diekstrak dari
tanaman. Contoh bagian organ tanaman yang dapat dimanfaatkan untuk
membuat simplisia ialah herba, akar, umbi, rimpang, batang, daun,
bunga, buah, biji, pati, getah, damar, minyak, malam, dan kulit kayu
2. Simplisia Hewani
Simplisia hewani ialah simplisia yang bahan dasarnya berasal dari
hewan. Simplisia jenis ini dapat berupa hewan utuh atau zat yang
dihasilkan oleh hewan dan belum berwujud senyawa kimia murni seperti
madu dan minyak ikan.
3. Simplisia Pelikan atau Mineral
Simplisia pelican ialah simplisia yang berwujud bahan mineral atau
pelikan. Sumber bahannya masih belum mengalami proses pengolahan
atau sudah diolah namun dengan teknik yang sederhana dan masih belum
berbentuk zat kimia murni. Sebagai contoh adalah serbuk tembaga dan
seng
(Widaryanto & Azizah, 2018).
3.2 Standar Mutu dan Pengujian Simplisia
Standar simplisia dalam hal sebagai bahan baku dan produk siap
dikonsumsi langsung dapat dipertimbangkan tiga konsep untuk menyusun
parameter standar mutu simplisia, yaitu sebagai berikut:
1. Bahwa simplisia sebagai bahan kefarmasian seharusnya mempunyai tiga
parameter mutu umum suatu bahan yaitu kebenaran jenis, kemurnian
(bebas dari kontaminasi kimia dan biologis), serta aturan penstabilan
(wadah, penyimpanan dan transportasi).
2. Bahwa simplisia sebagai bahan dan produk konsumsi manusia sebagai
obat tetap diupayakan memiliki tiga paradigm seperti produk
kefarmasian lainnya yaitu Quality-Safety-Efficacy.
3. Bahwa simplisia sebagai bahan dengan kandungan kimia yang
bertanggung jawab terhadap respons biologis untuk mempunyai
spesifikasi kimia, yaitu informasi komposisi (kadar dan jenis) senyawa
kandungan
(Depkes RI, 1979).
Analisis yang dilakukan dalam pengujian simplisia meliputi analisis
kuantitatif dan analisis kualitatif. Analisis kuantitatif terdiri atas:
1. Uji organoleptik, meliputi pemeriksaan warna, bau dan rasa dari bahan.
2. Uji makroskopik, meliputi pemeriksaan ciri-ciri bentuk luar yang
spesifik
3. Uji fisika dan kimiawi, meliputi tetapan fisika (indeks bias, titik lebur
dan kelarutan) serta reaksi-reaksi ientifikasi kimiawi seperti reaksi warna
dan pengendapan.
4. Uji biologi, meliputi penetapan angka kuman, pencemaran dan
percobaan terhadap binatang.
(Gunawan, 2004).
3.3 Tahapan Pembuatan dan Kriteria Simplisia
Simplisia harus memenuhi persyaratan minimal yaitu bahan baku yang
baik, cara pengepakan dan penyimpanan simplisia serta proses pembuatan
simplisia. Tahapan pembuatan simplisia adalah sebagai berikut:
1. Pengumpulan bahan baku
Kadar senyawa aktif dalam suatu simplisia berbeda-beda. Antara lain
tergantung pada bagian tanaman yang digunakan, umur tanaman atau
bagian tanaman saat panen, waktu panen, dan lingkungan tempat
tumbuh.
2. Sortasi basah
Kegiatan sortasi perlu dilakukan untuk membuang bahan lain yang tidak
berguna atau berbahaya. Misalnya rumput, kotoran binatang, bahan-
bahan yang busuk dan benda lain yang bisa mempengaruhi kualitas
simplisia.
3. Pencucian
Agar bahan baku bebas dari tanah atau kotoran yang melekat dan bersih
harus dilakukan pencucian. Pencucian bisa dilakukan dengan
menggunakan air PDAM, air sumur, atau sumber air lain yang bersih.
Bahan simplisia yang mengandung zat yang mudah larut dalam air dicuci
sesingkat mungkin.
4. Perajangan
Beberapa jenis bahan simplisia perlu mengalami proses perajangan.
Perajangan simplisia dilakukan untuk mempermudah pengeringan,
pengepakan, dan penggilingan. Tanaman yang baru diambil sebaiknya
dijemur dulu dalam keadaan utuh selama 1 hari sebelum dirajang.
Perajangan adalah untuk memperoleh irisan tipis atau potongan dengan
ukuran yang dikehendaki atau seragam.
5. Pengeringan
Tujuan pengeringan adalah untuk mendapatkan simplisia yang tidak
mudah rusak, sehingga dapat disimpan dalam waktu lama. Mengurangi
kadar air dan menghentikan reaksi enzimatik bisa mencegah mutu atau
kerusakan simplisia. Pengeringan simplisia dilakukan dengan
menggunakan sinar matahari atau alat pengering. Dalam mengeringkan
simplisa tidak dianjurkan menggunakan alat atau bahan dari plastic.
6. Sortasi kering
Tujuan sortasi adalah untuk memisahkan benda-benda asing, seperti
bagian-bagian tanaman yang tidak diinginkan dan pengotoran-
pengotoran lain yang masih tertinggal
7. Pengepakan dan Penyimpanan
Tujuan pengepakan dan penyimpanan adalah untuk melindungi agar
simplisia tidak rusak atau berubah mutunya karena beberapa faktor, baik
dari dalam maupun luar seperti cahaya, oksigen, reaksi kimia intern,
deidrasi, penyerapan ir, kototsn atau serangga
8. Pemeriksaan mutu
Simplisia harus memenuhi persyaratan umum untuk simplisia seperti
yang disebutkan dalam buku Farmakope. Secara umum, simplisia harus
memenuhi persyaratan kadar air yang tepat, tidak berjamur, tidak
mengandung lender, tidak berubah warna dan berubah bau, serta tidak
terserang serangga
(Tini & Amri, 2003).
Kriteria yang digunakan dalam proses pemilihan alternatif simplisia,
yaitu :
a. Efek Samping (K1) Kriteria untuk mengukur apakah simplisia tersebut
memiliki efek samping yang dapat memperburuk kondisi pasien.
b. Harga (K2) Kriteria untuk mengukur apakah simplisia tersebut tergolong
mudah terjangkau masyarakat dalam hal ekonomi atau tidak. c. Khasiat
(K3) Kriteria untuk mengukur apakah simplisia tersebut dapat mengatasi
penyakit tertentu secara langsung (tanpa tambahan simplisia lain)
d. Penyediaan Barang (K4) Kriteria untuk mengukur apakah simplisia
mudah didapatkan atau tidak, serta apakah simplisia tersebut efektif
dalam mengatasi penyakit.
e. Rasa (K5) Kriteria untuk mengukur apakah rasa simplisia pahit atau
tidak, karena akan semakin mendukung kemauan pasien dalam
mengkonsumsi simplisia tersebut.
(Perwitasari et al., 2015).
3.4 Klasifikasi Bahan
Lengkuas merah (Alpinia purpurata) merupakan salah satu jenis rempah-
rempah yang banyak dimanfaatkan sebagai produk fitofarmaka. Rimpang
lengkuas merah diketahui memiliki kandungan minyak atsiri yang bersifat aktif
sebagai antijamur dan antibakteri. kandungan minyak atsiri lengkuas yang
berwarna kuning kehijauan dalam rimpang lengkuas ± 1 %, dengan komponen
utamanya metilsinamat 48 %, sineol 20-30 %, 1 % kamfer, dan sisanya d-pinen,
galangin, dan eugenol penyebab rasa pedas pada lengkuas merah (Rahmah et
al., 2017).
Gambar 1. Lengkuas Merah (Alpinia purpurata) (Agromedia, 2007)
Domain : Eukaryota
Kingdom : Plantae
Filum : Spermatophyta
Subfilum : Angiospermae
Kelas : Monocotyledonae
Ordo : Zingiberaceae
Genus : Alpinia
Species : Alpinia purpurata
(Xuan et al., 2019).

IV. METODE PRAKTIKUM


4.1 Alat
Alat-alat yang digunakan pada percobaan ini antara lain :
1. Gelas objek
2. Gelas penutup (cover)
3. Kaca pembesar
4. Lampu spiritus
5. Mikroskop
6. Pipet tetes
7. Silet
4.2 Bahan
Bahan-bahan yang digunakan pada percobaan ini antara lain:
1. Fluoroglesin
2. Haksel rimpang lengkuas merah (Alpinia purpurata K. Schum)
3. Serbuk rimpang lengkuas merah (Alpinia purpurata K. Schum)
4.3 Cara Kerja
4.3.1 Pemeriksaan Serbuk dengan Mikroskopik

Serbuk

· Diletakkan di atas gelas objek.


· Ditetesi fluoroglusin sebanyak 1 tetes.
· Ditutup dengan gelas penutup.
· Dihangatkan di atas lampu spiritus dan
dijaga agar jangan sampai mendidih.
· Diamati di bawah mikroskop dengan
perbesaran lemah dan perbesaran kuat.

Hasil
4.3.2 Pemeriksaan Serbuk dengan Uji Organoleptis

Serbuk

· Dicium aroma bahan.


· Dikecap rasa bahan.
· Diamati warna bahan.
· Dibandingkan dengan uji organoleptis
fenalis lain.

Hasil
4.3.3 Pemeriksaan Haksel dengan Uji Makroskopik
Haksel

· Digunakan kaca pembesar untuk


pemeriksaan.
· Diamati warna bahan.
· Diamati bentuk bahan.
· Diraba tekstur bahan.

Hasil
4.3.4 Pemeriksaan Haksel dengan Uji Organoleptis
Haksel
· Dicium aroma bahan.
· Dikecap rasa bahan.
· Diamati warna bahan.
· Dibandingkan dengan uji organoleptis
fenalis lain.

Hasil
4.3.5 Pemeriksaan Haksel dengan Uji Mikroskopik

Haksel
· Diletakkan di atas gelas objek.
· Ditetesi fluoroglusin sebanyak 1 tetes.
· Ditutup dengan gelas penutup.
· Dihangatkan di atas lampu spiritus dan
dijaga agar jangan sampai mendidih.
· Diamati di bawah mikroskop dengan
perbesaran lemah dan perbesaran kuat.
Hasil

4.3.6 Pemeriksaan Bahan Segar dengan Uji Makroskopik


Lengkuas segar

· Digunakan kaca pembesar untuk


pemeriksaan.
· Diamati warna bahan.
· Diamati bentuk bahan.
· Diraba tekstur bahan.
Hasil
4.3.7 Pemeriksaan Bahan Segar dengan Uji Organoleptis
Lengkuas segar

· Dicium aroma bahan.


· Dikecap rasa bahan.
· Diamati warna bahan.
· Dibandingkan dengan uji organoleptis
fenalis lain.

Hasil

V. HASIL
5.1 Hasil Pemeriksaan Bahan Nabati Rimpang Lengkuas Merah dengan
Mikroskop
Gambar Keterangan Literatur

1. Epidermis
2. Parenkim
korteks

Haksel Rimpang Lengkuas


Merah (Khoerunnisa, 2015).
1. Epidermis
2. Parenkim

Serbuk Rimpang Lengkuas


Merah (Khoerunnisa, 2015).

5.2 Hasil Uji Organoleptis Serbuk


Nama Organoleptis
No. Aroma Rasa Warna
Bahan
1. Rimpang
Lengkuas
Merah

Bau khas lengkuas Pedas


Coklat muda
yang agak
menyengat

5.3 Hasil Uji Organoleptis Haksel


Nama Organoleptis
No. Aroma Rasa Warna
Bahan
1. Rimpang
Lengkuas
Merah

Bau khas lengkuas Manis dan terasa Coklat agak


pedas di
kehitaman atau
tenggorokan
putih kecoklatan
5.4 Hasil Uji Organoleptis Bahan Segar
Nama Organoleptis
No. Aroma Rasa Warna
Bahan
1. Rimpang
Lengkuas
Merah

Bau khas lengkuas Sangat pedas Bagian luar


berwarna merah
muda dan
bagian dalam
berwarna putih

5.5 Hasil Uji Makroskopik Haksel


Nama Makroskopik
No. Bentuk Tekstur Warna
Bahan
1. Rimpang
Lengkuas Tidak beraturan Kasar berserat,
kasar dan kaku.
Merah

Coklat agak
kehitaman atau
putih kecoklatan
5.6 Hasil Uji Makroskopik Bahan Segar
Nama Makroskopik
No. Bentuk Tekstur Warna
Bahan
1. Rimpang
Lengkuas Tidak beraturan Keras, berserat dan
mengandung air
Merah

Bagian luar
berwarna merah
muda dan
bagian dalam
berwarna putih

VI. PEMBAHASAN
Judul dari praktikum kali ini adalah Pemeriksaan Bahan Nabati Rimpang
Lengkuas Merah (Alpinia purpurata K. Schum). Tujuan praktikum kali ini
adalah praktikan dapat mengidentifikasi simplisia haksel dan serbuk. Serta
praktikan dapat menyebutkan ciri khas simplisia.
Simplisia berasal dari kata simpleks atau simple yang berarti sederhana.
Dalam hubungannya dengan pemanfaatan tanaman obat, istilah simplisia
digunakan untuk menjelaskan bahan baku obat yang berasal dari alam dan
bentuknya masih belum berubah atau masih asli. Sementara itu, kementrian
kesehatan menerangkan definisi simplisia ialah bahan alami yang digunakan
untuk obat dan belum mengalami perubahan melalui proses apapun kecuali
dinyatakan lain misalnya berupa bahan yang telah dikeringkan (Widaryanto &
Azizah, 2018).
Simplisia dapat digolongkan menjadi tiga jenis, berdasarkan bahan
bakunya, yaitu:
1. Simplisia Nabati
Simplisia nabati ialah simplisia yang dibuat dari tanaman, baik berupa
keseluruhan, bagian organ ataupun eksudat tanaman. Eksudat ialah
bagian isi sel yang keluar secara spontan atau sengaja dikeluarkan dari
selnya dengan teknik tertentu, atau zat nabati yang diekstrak dari
tanaman. Contoh bagian organ tanaman yang dapat dimanfaatkan untuk
membuat simplisia ialah herba, akar, umbi, rimpang, batang, daun,
bunga, buah, biji, pati, getah, damar, minyak, malam, dan kulit kayu
2. Simplisia Hewani
Simplisia hewani ialah simplisia yang bahan dasarnya berasal dari
hewan. Simplisia jenis ini dapat berupa hewan utuh atau zat yang
dihasilkan oleh hewan dan belum berwujud senyawa kimia murni seperti
madu dan minyak ikan.
3. Simplisia Pelikan atau Mineral
Simplisia pelican ialah simplisia yang berwujud bahan mineral atau
pelikan. Sumber bahannya masih belum mengalami proses pengolahan
atau sudah diolah namun dengan teknik yang sederhana dan masih belum
berbentuk zat kimia murni. Sebagai contoh adalah serbuk tembaga dan
seng
(Widaryanto & Azizah, 2018).
Syarat simplisia adalah sebagai berikut:
1. Kadar air tidak lebih dari 10%
2. Angka lempeng total tidak lebih dari 107
3. Angka kapang dan khamir tidak lebih dari 104
4. Tidak boleh tercemar semua jenis mikroba yang bersifat pathogen
5. Aflatoksin tidak lebih dari 30 bagian persejuta (bpj)
6. Tidak berbau busuk
7. Tidak berlendir
(Mursito, 2003).
Simplisia menurut bentuknya dibedakan menjadi simplisia serbuk dan
simplisia haksel. Simplisia serbuk adalah bentuk serbuk dari simplisia dengan
ukuran derajat kehalusan tertentu. Sesuai dengan derajat kehalusannya, dapat
berupa sebuk sangat kasar, kasar, agak kasar, halus dan sangat halus. Serbuk
simplisia tidak boleh mengandung fragmen jaringan dan benda asing yang
bukan merupakan komponen asli dari simplisia yang bersangkutan (Depkes RI,
2008). Haksel adalah bentuk simplisia berupa rajangan atau potongan potongan
tipis. Haksel dapat diolah menjadi serbuk sedangkan serbuk tidak bisa diolah
menjadi haksel.
Uji yang dilakukan pada praktikum kali ini adalah uji organoleptik, uji
mikroskopik dan uji makroskopik. Uji organoleptik adalah uji dengan
menggunakan indera manusia. Uji ini ditujukan untuk mengetahui kualitas dari
segi warna, bau dan rasa. (Purwadi et al., 2017). Uji makroskopik merupakan
suatu uji untuk mengetahui morfologi dari suatu sampel. Uji ini sedikit lebih
akurat dibandingkan uji organoleptik karena menggunakan kaca pembesar. Uji
makroskopik mengenai warna, tekstur dan bentuk. Uji mikroskopik adalah uji
untuk melihat bagian yang sangat kecil dan tidak bisa dilihat hanya dengan mata
telanjang. Uji mikroskopik bertujuan untuk mengetahui struktur dan bentuk sel
yang menyusun suatu sampel. (Gunawan, 2004).
Tahapan pembuatan simplisia adalah sebagai berikut:
1. Pengumpulan bahan baku
Kadar senyawa aktif dalam suatu simplisia berbeda-beda. Antara lain
tergantung pada bagian tanaman yang digunakan, umur tanaman atau
bagian tanaman saat panen, waktu panen, dan lingkungan tempat
tumbuh.
2. Sortasi basah
Kegiatan sortasi perlu dilakukan untuk membuang bahan lain yang tidak
berguna atau berbahaya. Misalnya rumput, kotoran binatang, bahan-
bahan yang busuk dan benda lain yang bisa mempengaruhi kualitas
simplisia.
3. Pencucian
Agar bahan baku bebas dari tanah atau kotoran yang melekat dan bersih
harus dilakukan pencucian. Pencucian bisa dilakukan dengan
menggunakan air PDAM, air sumur, atau sumber air lain yang bersih.
Bahan simplisia yang mengandung zat yang mudah larut dalam air dicuci
sesingkat mungkin.
4. Perajangan
Beberapa jenis bahan simplisia perlu mengalami proses perajangan.
Perajangan simplisia dilakukan untuk mempermudah pengeringan,
pengepakan, dan penggilingan. Tanaman yang baru diambil sebaiknya
dijemur dulu dalam keadaan utuh selama 1 hari sebelum dirajang.
Perajangan adalah untuk memperoleh irisan tipis atau potongan dengan
ukuran yang dikehendaki atau seragam.
5. Pengeringan
Tujuan pengeringan adalah untuk mendapatkan simplisia yang tidak
mudah rusak, sehingga dapat disimpan dalam waktu lama. Mengurangi
kadar air dan menghentikan reaksi enzimatik bisa mencegah mutu atau
kerusakan simplisia. Pengeringan simplisia dilakukan dengan
menggunakan sinar matahari atau alat pengering. Dalam mengeringkan
simplisa tidak dianjurkan menggunakan alat atau bahan dari plastic.
6. Sortasi kering
Tujuan sortasi adalah untuk memisahkan benda-benda asing, seperti
bagian-bagian tanaman yang tidak diinginkan dan pengotoran-
pengotoran lain yang
masih tertinggal
7. Pengepakan dan Penyimpanan
Tujuan pengepakan dan penyimpanan adalah untuk melindungi agar
simplisia tidak rusak atau berubah mutunya karena beberapa faktor, baik
dari dalam maupun luar seperti cahaya, oksigen, reaksi kimia intern,
deidrasi, penyerapan ir, kotoran atau serangga
8. Pemeriksaan mutu
Simplisia harus memenuhi persyaratan umum untuk simplisia seperti
yang disebutkan dalam buku Farmakope. Secara umum, simplisia harus
memenuhi persyaratan kadar air yang tepat, tidak berjamur, tidak
mengandung lender, tidak berubah warna dan berubah bau, serta tidak
terserang serangga
(Tini & Amri, 2003).
Cara kerja uji organoleptik adalah dengan menyiapkan rimpang lengkuas
merah segar, haksel rimpang lengkuas merah dan serbuk rimpang lengkuas
merah. Kemudian diamati bentuk dan warnanya dengan mata telanjang. Dicium
aromanya, dan di kecap rasanya pada masing-masing sampel. Lalu catat
hasilnya. Uji ini bertujuan untuk mendekskripsikan secara umum warna, bau
dan rasa sampel. Uji kedua yaitu uji makroskopik. Pertama siapkan sampel
berupa haksel dan serbuk rimpang lengkuas merah. Diamati warna, tekstur dan
bentuk masing-masing sampel menggunakan bantuan kaca pembesar. Tujuan
dilakukannya uji makroskopik adalah untuk mengetahui morfologi sampel.
Uji yang ketiga adalah uji mikroskopik. Uji ini menggunakan dua sampel
yaitu sampel haksel dan sampel serbuk. Pertama haksel dipotong tipis dengan
silet, agar mudah dibaca di mikroskop. Diletakkan haksel yang sudah di potong
dan serbuk masing-masing ke atas kaca objek. Ditetesi fluoroglusin masing-
masing secukupnya. Setelah itu ditutup dengan cover glass dan di hangatkan
dengan lampu spiritus. Lalu diamati dibawah mikroskop dan dicatat hasilnya.
Penggunaan fluoroglusin berfungsi untuk memudahkan dalam pembacaan
mikroskopik. Sampel simplisia sudah kehilangan air karena proses pengeringan
oleh karena itu diperlukan suatu senyawa yang dapat mengembangkan sel-
selnya.
Lengkuas merah (Alpinia purpurata K.Schum) mengandung mengandung
minyak atsiri juga mengandung golongan senyawa flavonoid, fenol dan
terpenoid. Karena rimpang Lengkuas memiliki kandungan senyawa flavonoid
yang diduga mampu menghambat pertumbuhan bakteri yang telah resisten
terhadap antibiotik (Abubakar et al., 2019). Berdasarkan kandungan senyawa
dari sirih merah yaitu senyawa polifenolat, tanaman ini juga dapat berpotensi
sebagai antibakteri (Puspita et al., 2018). Daun kelor mengandung vitamin,
mineral dan asam amino esensial. Daun kelor terbukti ampuh mengatasi
penyakit diabetes, hepatitis, jantung dan kolesterol tinggi. Daun sirih
mengandung flavonoid, alkaloid, tannin dan minyak astiri. Daun sirih dapat
mengurangi glukosa darah. (Mardiana, 2012). Daun matoa mengandung vitamin
yang dapat berfungsi sebagai antioksidan dan mencegah kanker. Daun kasturi
mengandung tartarat, asam format, asam sitrat, asam malat, kalium, sukrosa dan
glukosa. Daun kasturi berkhasiat sebagai obat dan pencegahan penyakit
pencernaan, hipertensi, diabetes dan menaikkan nafsu makan (Ulung, 2014).
Jahe merah mengandung gingerol, minyak terbang, limonene, asam karpilik,
asam klorogenik dan farnesol. Efek farmakologisnya adalah memperlambat
penuaan, merangsang regenerasi sel kulit, bahan pewangi dan menghangatkan
tubuh (Hariana, 2013).
Hasil uji organoleptis serbuk adalah rasa pedas, aroma khas lengkuas yang
agak menyengat dan warna coklat muda. Hasil uji organoleptis haksel adalah
aroma khas lengkuas, rasa manis dan terasa pedas di tenggorokan, warna coklat
agak kehitaman atau putih kecoklatan. Hasil uji organoleptis bahan segar adalah
bau khas lengkuas rasa sangat pedas, bagian luar berwarna merah muda dan
bagian dalam berwarna putih. Uji makroskopik haksel adalah bentuk tidak
beraturan, tekstur kasar berserat, dan kaku, warna coklat agak kehitaman atau
putih kecoklatan. Hasil uji makroskopik bahan segar adalah bentuk tidak
beraturan, tekstur keras, berserat dan mengandung air, bagian luar berwarna
merah muda dan bagian dalam berwarna putih. Hasil uji organoleptis dan
makroskopik yang kami dapat sudah sesuai dengan literatur, yaitu rimpang
segar berwarna putih kemerahan, bau aromatis dan rasa pedas. Serbuk
berwarna coklat, berbau aromatis dan berasa pedas. hasil uji mikroskopik
menunjukkan adanya epidermis dan korteks dan sudah sesuai dengan literatur
(Khoerunnisa, 2015).

VII. KESIMPULAN
Kesimpulan dari percobaan ini adalah:
1. Simplisia adalah bahan obat yang belum mengalami proses apapun kecuali
pengeringan. Simplisia dikelompokkan menjadi simplisia nabati, simplisia
hewani dan simplisia pelikan atau mineral
2. Haksel merupakan bagian-bagian tanaman yang dipotong menjadi tipis
dan dikeringkan. Dapat berupa rajangan, irisan dan fragmen. Serbuk
adalah bahan kering yang dihaluskan menjadi butiran butiran kecil yang
memiliki derajat kehalusan tertentu.
3. Hasil uji organoleptis haksel dan serbuk adalah berwarna coklat, aroma
khas lengkuas yang agak menyengat dan pedas. uji organoleptis bahan
segar berwarna merahmuda dibagian luar dan putih dibagian dalam,
berbau khas lengkuas dan rasa sangat pedas. Hasil uji makroskopik sampel
adalah bentuk tidak beraturan dan tekstur keras berserat. Hasil
mikroskopik menunjukkan terdapat epidermis dan korteks.

Anda mungkin juga menyukai