Pengampu
MODUL
PENGEMBANGAN BAHAN ALAM
(Penyediaan Bahan Baku Obat Dalam bentuk Simplisia Yang Berkualitas)
Daun jambu biji (Psidium guajava L.) merupakan daun tunggal yang
berbentuk bulat telur, ujungnya tumpul, pangkal membulat dan tepinya rata. Daun
jambu biji (Psidium guajava L.) memiliki panjang 6-14 cm dan lebar 3- 6 cm.
Daun ini berwarna hijau kekuningan dan mempunyai pertualangan yang menyirip.
Simplisia rimpang kencur (Kaempferia galanga L.) adalah bahan tanaman obat
yang berasal dari bagian rimpang kencur yang dikeringkan dengan menggunakan
oven atau matahari.
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat
dan karunianya penulis dapat menyelesaikan modul yang berjudul ” Penyediaan
Bahan Baku Obat Dalam bentuk Simplisia Yang Berkualitas”. Penulis juga
mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Ibu Apt. Husnunnisa,
M.Farm selaku dosen mata kuliah pengembangan bahan alam Sekolah Tinggi
Farmasi Indonesia yang sudah memberikan kepercayaan kepada penulis untuk
menyelesaikan tugas ini.
Penulis sangat berharap modul ini dapat bermanfaat dalam rangka
menambah pengetahuan juga wawasan menyangkut materi mengenai penyediaan
bahan baku obat dalam bentuk simplisia yang berkualitas. Penulis pun menyadari
bahwa di dalam modul ini masih terdapat banyak kekurangan dan jauh dari kata
sempurna. Oleh sebab itu, Penulis mengharapkan adanya kritik dan saran demi
perbaikan makalah yang akan Penulis buat di masa yang akan dating.
Mudah-mudahan modul ini dapat dipahami oleh semua orang khususnya
bagi para pembaca. Penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya jika terdapat kata-
kata yang kurang berkenan.
Kelompok 1
ii
DAFTAR ISI
ABSTRAK................................................................................................................i
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
1.1. Latar Belakang..........................................................................................1
1.2. Identifikasi Masalah..................................................................................2
1.3. Tujuan Penelitian.......................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................3
2.1. Simplisia....................................................................................................3
2.2. Cara Pembuatan Simplisia.........................................................................5
2.3. Rimpang Kencur (kaempferia galangal l)...............................................11
2.4. Daun Jambu Biji (Psidium Guajava)......................................................20
BAB III PENUTUP...............................................................................................31
3.1. Kesimpulan..............................................................................................31
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................32
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
persyaratan asal bahan dari budi daya dan ketentuan proses pengelolaan
pascapanen.
Pada uraian ini bertujuan untuk membuat modul guna dapat digunakan
untuk menjadi panduan belajar atau sumber informasi dalam penyediaan
bahan baku obat dalam bentuk simplisia yang berkualitas dari simplisia daun
jambu biji (psidium guajava) dan Rimpang kencur (kaempferia galanga).
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1.
2.
2.
2.1. Simplisia.
2. Simplisia Hewani.
Ialah simplisia berupa hewan utuh, bagian hewan atau zatzat
berguna yang dihasilkan oleh hewan dan belum berupa zat kimia
murni. Contoh: Oleum iecoris asselli, Mel depuratum.
3
1. Uji Organoleptis.
Pengujian organoleptik adalah pengujian yang didasarkan pada
proses pengindraan. Pengindraan diartikan sebagai suatu proses
fisiopsikologis, yaitu kesadaran.
2. Uji Makroskopik.
Makroskopik merupakan pengujian yang dilakukan dengan mata
telanjang atau dengan bantuan kaca pembesar terhadap berbagai organ
tanaman yang digunakan untuk simplisia.
3. Uji Mikroskopik.
Pengujian mikroskopis, yaitu pengujian yang dilakukan dengan
menggunakan mikroskop dengan pembesaran tertentu yang
disesuaikan dengan keperluan simplisia yang diuji dapat berupa
sayatan melintang, membujur atau berupa serbuk. Fungsinya untuk
mengetahui unsur-unsur anatomi jaringan yang khas dari simplisia.
4. Uji Histokimia.
Pengujian histokimia, yaitu pengujian yang dilakukan dengan cara
mentetesi serbuk simplisia dengan berbagai macam pereaksi yang
spesifik.
4
Pengujian susut pengeringan, adalah kadar bagian yang menguap
suatu zat. pegujian yang dilakukan dengan mengoven serbuk simplisia
sebanyak gram yang diperlukan yang dilakukan berkali – kali hingga
diperoleh bobot yang konstan.
1. Pemanenan
Pada waktu panen peralatan dan tempat yang digunakan harus
bersih dan bebas dari cemaran dan dalam keadaan kering.Alat yang
diguna-kan dipilih dengan tepat untuk mengurangi terbawanya bahan
atau tanah yang tidak diperlukan. Seperti rimpang, alat untuk panen
dapat menggunakan garpu atau cangkul. Bahan yang rusak atau busuk
harus segera dibuang atau dipisahkan. Penempatan dalam wadah
(keran-jang, kantong, karung dan lain-lain) tidak boleh terlalu penuh
sehingga bahan tidak menumpuk dan tidak rusak. Selanjutnya dalam
waktu pengangkutan diusahakan supaya bahan tidak terkena panas
yang berlebihan, karena dapat menyebab-kan terjadinya proses
fermentasi/ busuk. Bahan juga harus dijaga dari gang-guan hama
(hama gudang, tikus dan binatang peliharaan).
Sumber : seputargk.id
Gambar 2.1 Pemanenan
5
memiliki kualitas yang baik serta mudah disimpan untuk diproses
selanjutnya. Untuk memulai proses pasca panen perlu diperhatikan
cara dan tenggang waktu pengumpulan bahan tanaman yang ideal
setelah dilakukan proses panen tanaman tersebut. Selama proses pasca
panen sangat penting diperhatikan kebersihan dari alat-alat dan bahan
yang digunakan, juga bagi pelaksananya perlu memperhatikan
perlengkapan seperti masker dan sarung tangan. Tujuan dari pasca
panen ini untuk menghasilkan simplisia tanaman obat yang bermutu,
efek terapinya tinggi sehingga memiliki nilai jual yang tinggi.
Sumber : rumahumkm.net
Gambar 2.2 Kegiatan penanganan pasca panen.
3. Penyortiran (Segar).
Penyortiran segar dilakukan setelah selesai panen dengan tujuan
untuk memisahkan kotoran-kotoran atau bahan-bahan asing, bahan
yang tua dengan yang muda atau bahan yang ukurannya lebih besar
atau lebih kecil. Bahan nabati yang baik memiliki kandungan
campuran bahan organik asing tidak lebih dari 2%. Proses penyortiran
pertama bertujuan untuk memisahkan bahan yang busuk atau bahan
yang muda dan yang tua serta untuk mengurangi jumlah pengotor yang
ikut terbawa dalam bahan.
6
Sumber : magfood.com
Gambar 2.3 Proses sortasi segar
4. Pencucian.
Pencucian bertujuan menghilang-kan kotoran-kotoran dan
mengurangi mikroba-mikroba yang melekat pada bahan.Pencucian
harus segera di-lakukan setelah panen karena dapat mempengaruhi
mutu bahan. Pen-cucian menggunakan air bersih seperti air dari mata
air, sumur atau PAM. Penggunaan air kotor menye-babkan jumlah
mikroba pada bahan tidak akan berkurang bahkan akan bertambah.
Pada saat pencucian per-hatikan air cucian dan air bilasan-nya, jika
masih terlihat kotor ulangi pencucian/pembilasan sekali atau dua kali
lagi.Perlu diperhatikan bahwa pencucian harus dilakukan dalam waktu
yang sesingkat mung-kin untuk menghindari larut dan terbuangnya zat
yang terkandung dalam bahan. Pencucian bahan dapat dilakukan
dengan beberapa cara antara lain.
Sumber : magfood.id
Gambar 2.4 Proses pencucian
5. Perajangan.
7
Perajangan pada bahan dilakukan untuk mempermudah proses
selanjutnya seperti pengeringan, pengemasan, penyulingan minyak
atsiri dan penyimpanan. Perajangan biasanya hanya dilakukan pada
bahan yang ukurannya agak besar dan tidak lunak seperti akar, rim-
pang, batang, buah dan lain-lain. Ukuran perajangan tergantung dari
bahan yang digunakan dan ber-pengaruh terhadap kualitas simplisia
yang dihasilkan. Perajangan terlalu tipis dapat mengurangi zat aktif
yang terkandung dalam bahan. Sedangkan jika terlalu tebal, maka
pengurangan kadar air dalam bahan agak sulit dan memerlukan waktu
yang lama dalam penjemuran dan kemungkinan besar bahan mudah
ditumbuhi oleh jamur.
Sumber : researchgate.net
Gambar 2.5 proses perajangan
6. Pengeringan.
Pengeringan adalah suatu cara pengawetan atau pengolahan pada
bahan dengan cara mengurangi kadar air, sehingga proses pem-
busukan dapat terhambat. Dengan demikian dapat dihasilkan simplisia
terstandar, tidak mudah rusak dan tahan disimpan dalam waktu yang
lama Dalam proses ini, kadar air dan reaksi-reaksi zat aktif dalam
bahan akan berkurang, sehingga suhu dan waktu pengeringan perlu
diperhati-kan. Suhu pengeringan tergantung pada jenis bahan yang
dikeringkan. Pada umumnya suhu pengeringan adalah antara 40 –
600C dan hasil yang baik dari proses pengeringan adalah simplisia
8
yang mengandung kadar air 10%. Demikian pula de-ngan waktu
pengeringan juga ber-variasi, tergantung pada jenis bahan yang
dikeringkan seperti rimpang, daun, kayu ataupun bunga. Hal lain yang
perlu diperhatikan dalam pro-ses pengeringan adalah kebersihan
(khususnya pengeringan mengguna-kan sinar matahari), kelembaban
udara, aliran udara dan tebal bahan (tidak saling menumpuk). Penge-
ringan bahan dapat dilakukan secara tradisional dengan menggunakan
sinar matahari ataupun secara mo-dern dengan menggunakan alat pe-
ngering seperti oven, rak pengering, blower ataupun dengan fresh
dryer.
Sumber : muaraindonesia.com
Gambar 2.6 Proses pengeringan simplisia
7. Sortasi Kering.
Penyortiran dilakukan bertujuan untuk memisahkan benda-benda
asing yang terdapat pada simplisia, misalnya akar-akar, pasir, kotoran
unggas atau benda asing lainnya. Proses penyortiran merupakan tahap
akhir dari pembuatan simplisia kering sebelum dilakukan pengemasan,
penyimpanan atau pengolahan lebih lanjut. Setelah penyortiran
simplisia ditimbang untuk mengetahui rendemen hasil dari proses
pasca panen yang dilakukan.
9
Sumber : magfood.id
Gambar 2.7 Proses sortasi kering
8. Pengemasan.
Pengemasan dapat dilakukan terhadap simplisia yang sudah
dikeringkan. Jenis kemasan yang digunakan dapat berupa plastik,
kertas maupun karung goni. Persyaratan jenis kemasan yaitu dapat
menjamin mutu produk yang dikemas, mudah dipakai, tidak
mempersulit penanganan, dapat melindungi isi pada waktu
pengangkutan, tidak beracun dan tidak bereaksi dengan isi dan kalau
boleh mempunyai bentuk dan rupa yang menarik. Berikan label yang
jelas pada tiap kemasan tersebut yang isinya menuliskan ; nama bahan,
bagian dari tanaman bahan yang digunakan, tanggal pengemasan,
nomor/kode produksi, nama/alamat penghasil, berat bersih, metode
penyimpanan.
Sumber : magfood.id
Gambar 2.8 Proses pengemasan simplisa.
9. Penyimpanan.
10
Penyimpanan simplisia dapat di-lakukan di ruang biasa (suhu
kamar) ataupun di ruang ber AC. Ruang tempat penyimpanan harus
bersih, udaranya cukup kering dan ber-ventilasi. Ventilasi harus cukup
baik karena hama menyukai udara yang lembab dan panas.
Sumber : Magfood.id
Gambar 2.9 Proses penyimpanan simplisa
Sumber : agrotek.id
Gambar 2.10 tanaman kencur
1.
2.
2.1.
2.2.
2.3.
2.3.1. Klasifikasi Kencur.
Devisi : Spermatophyta.
11
Subdivisi : Angiospermae.
Kelas : Monocotyledonae.
Bangsa : Zingiberales.
Suku : Zingiberaceae.
Spesies : Kaempferia galangal linn
Karakteristik Kriteria
Jenis tanah Latosol, Andosol, Regosol
Tipe iklim (Schmidt & Ferguson) A, B, C
Tinggi tempat (m dpi.) 50-600
Jumlah curah hujan (mm/tahun) 2.500 -4.000
Jumlah bulan basah/tahun 5-9
Suhu udara (°C) 26-30
12
Tingkat naungan (%) 0-30
Tabel 2.1 karakteristik kencur.
2. Pesemaian.
Rimpang hasil panen, mengalami masa dorman antara 2-3 bulan.
Apabila rimpang benih sudah disimpan sekitar 3 bulan dan nampak
rimpang sudah mulai bertunas, maka benih bisa langsung ditanam. Tetapi
jika digunakan rimpang yang baru dipanen, pemecahan dormansi
dilakukan dengan cara menjemur rimpang selama + 3 hari dari pukul 7.00
- 11.00. Tahapan-tahapan pesemaian sebagai berikut: Pemilihan lokasi
pesemaian, di tempat yang teduh, Dapat digunakan rak bambu untuk
pesemaian, Penjemuran rimpang, Pendederan benih, dialas dan ditutup
jerami (3-5 lapis), Pemeliharaan pesemaian, disiram setiap hari, Seleksi
benih.
3. Seleksi Benih.
13
Untuk memperoleh bibit yang benar-benar berkualitas baik, maka
seleksi di pembibitan yang merupakan seleksi akhir, hal ini sangat penting.
Dengan melakukan seleksi akhir ini diharapkan dapat diperoleh bibit yang
benar-benar baik dan seragam. Pekerjaan seleksi meliputi kegiatan untuk
memisahkan rimpang yang tidak bertunas, terserang hama/penyakit.
Kriteria benih yang baik : Bobot 5-10 gram, Mempunyai 2-3 bakal mata
tunas yang baik, Tinggi tunas < 1 cm.
14
penyakit layu pada tanaman kencur di lapangan adalah daun menguning,
kemudian menggulung . Sedangkan pada rimpang ditandai dengan gejala
keriput dan bau busuk yang menyengat.
15
Rimpang kencur busuk terserang bakteri.
2.3.8. Panen
1. Umur Panen.
Pemanenan rimpang kencur dilakukan tergantung dari penggunaan
kencur itu sendiri. Rimpang untuk konsumsi dipanen pada umur 6-10
bulan, sedangkan rimpang untuk benih dipanen pada umur 10-12 bulan.
Selain itu, kencur dari pertanaman diatas 1 tahun, kurang baik untuk benih.
16
2. Cara Panen.
Cara panen yang baik adalah dengan membongkar seluruh
rimpangnya dengan hati-hati menggunakan alat garpu atau cangkul.
Usahakan agar rimpang kencur jangan sampai terluka kemudian dibuang
akar dan rimpang airnya. Selanjutnya tanah dan kotoran lainnya yang
menempel pada rimpang dibersihkan dan dicuci.
3. Periode Panen.
Berbeda dengan jahe, waktu panen kencur dapat ditunda sampai
musim berikutnya, bahkan sampai tiga tahun. Dalam kondisi demikian
tidak ada efek yang buruk terhadap mutu rimpang, bahkan produksinya
akan bertambah, hanya ukuran rimpang semakin kecil.
2. Pembenihan.
Seleksi benih perlu dilakukan dari pertanaman yang sehat, bebas dari
serangan penyakit, terutama layu bakteri (Ralstonia solanacearum).
Setelah rimpang dipanen, seleksi dilanjutkan untuk membuang benih yang
kurang bernas, terserang hama dan penyakit. Rimpang kencur secara
umum dapat dibedakan menjadi 2 bagian, yaitu rimpang utama yang
17
berukuran besar dan rimpang cabang yang ukurannya lebih kecil. Kedua
bagian rimpang tersebut dapat digunakan sebagai bahan benih.
a) Rimpang tersebut cukup tua.
b) Berasal dari pertanaman berumur 10 bulan dengan ciri utama ketika
dibelah dengan tangan berbunyi.
c) Kulit mengkilat dan tekstur daging rimpangnya agak keras.
d) Sebaiknya mempunyai 2-3 bakal mata tunas yang baik dengan bobot
sekitar 5-10 g.
3. Persiapan Bahan.
Pengolahan tanah dilakukan dengan cara menggarpu dan mencangkul
tanah sedalam 30 cm. Tanah hendaknya dibersihkan dari ranting-ranting
dan sisa-sisa tanaman yang sukar lapuk. Untuk tanah dengan lapisan olah
tipis, pengolahan tanahnya harus hati-hati disesuaikan dengan lapisan
tanah tersebut dan jangan dicangkul atau digarpu terlalu dalam sehingga
tercampur antara lapisan olah dengan lapisan tanah bawah, hal ini dapat
mengakibatkan tanaman kurang subur tumbuhnya. Saluran drainase harus
diperhatikan, terutama pada lahan yang datar jangan sampai terjadi
genangan (drainase kurang baik). Genangan diantara tanaman akan
memacu berkembangnya benih penyakit terutama penyakit busuk
rimpang.
18
4. Jarak Tanam.
Penanaman dapat dilakukan secara bedengan atau disesuaikan dengan
kondisi lahan. Benih ditanam sedalam 5-7 cm dengan tunas menghadap ke
atas, jangan terbalik, karena dapat menghambat pertumbuhan. Jarak tanam
yang digunakan untuk penanaman monokultur bervariasi antara 15 cm x
15 cm atau 20 cm x 15 cm. Untuk penanaman dalam sistem tumpangsari
menggunakan jarak tanam 20 cm x 20 cm atau dilihat berdasarkan jenis
tanah dan jenis tanaman lainnya.
5. Pemupukan.
Pupuk kandang (pukan) sapi atau kambing yang sudah matang,
diberikan pada saat tanam dan diletakkan di dalam lubang tanam dengan
dosis 20-30 ton/ha, tergantung kondisi lahan. Pada lahan yang miskin hara
dan teksturnya padat diberikan pukan 30 ton/ha, sedangkan lahan yang
cukup subur cukup 20 ton/ha. Pukan yang kurang matang, harus disebar di
lubang tanam paling tidak 2 minggu sebelum tanam. Sedangkan pupuk
buatan diberikan secara tugal atau dilarik dengan jarak 5 cm dari tanaman.
Dosis yang diberikan adalah: Urea 200-250 kg/ha, SP-36 250-300 kg/ha,
KCl 250-300 kg/ha, atau bergantung kepada kesuburan tanah. Urea
diberikan 3 kali, yaitu pada saat tanaman berumur 1, 2 dan 3 bulan setelah
tumbuh (BST), masingmasing 1/3 dosis. Sedangkan SP-36 dan KCl
diberikan satu kali pada saat tanam atau ditunda sebulan apabila curah
hujan belum cukup.
6. Pola Tanam.
Kencur dapat ditanam dengan sistem monokultur dan pada batasbatas
tertentu dengan sistem polikultur, untuk meningkatkan produktivitas
lahan. Sistem polikultur dilakukan pada waktu mulai tanam sampai
berumur 3-6 bulan dengan cara ditumpangsarikan atau disisipkan.
Umumnya pola tanam kencur dikombinasikan dengan tanaman palawija
(jagung, kacang tanah, ketela pohon, jenis kacangkacangan lain) dan
19
tanaman hortikultura (ketimun, buncis). Pola tanam kencur yang paling
menguntungkan dari segi usahatani adalah dengan kacang tanah, dengan 2
kali penanaman kacang tanah.
7. Pemeliharaan
a) Penyiangan gulma, Sampai tanaman berumur 6-7 bulan banyak tumbuh
gulma di sekitar tanaman kencur. Untuk menjaga agar pertumbuhan
kencur tidak terganggu harus dilakukan penyiangan gulma paling tidak
2 minggu sekali dengan hati-hati agar tidak mengganggu perakaran
kencur. Pada saat curah hujan tinggi, pertumbuhan gulma sangat cepat,
sehingga penyiangan perlu dilakukan lebih intensif.
b) Penyisipan, terhadap tanaman mati dilakukan pada saat tunas muncul di
permukaan tanah dengan cara menanam rimpang bertunas atau
memindahkan tanaman yang menumpuk pada lubang tanam yang lain.
c) Pembumbunan, ulai dilakukan pada waktu rumpun sudah terbentuk.
Apabila curah hujan tinggi, pembumbunan harus dilakukan lebih
intensif, karena cucuran air hujan akan menurunkan bedengan, sehingga
tanaman akan terendam. Selain itu, pembumbunan juga dilakukan agar
rimpang selalu tertutup tanah. Apabila rimpang muncul di permukaan
tanah, akan mengurangi kualitas rimpang tersebut (berwarna hijau) dan
tidak bertambah besar.
Sumber : Agrotek.id
Gambar 2.16 Daun jambu biji.
20
1.
2.
2.1.
2.2.
2.3.
2.4.
2.4.1. Klasifikasi Jambu Biji.
Divisi : Spermatophyta.
Subdivisi : Angiospermae.
Kelas : Dicotyledonae.
Bangsa : Myrtales.
Suku : Myrtaceae
Marga : Psidium
Jenis : Psidium guajava L.
21
Daun jambu biji memiliki kandungan flavonoid yang sangat tinggi,
terutama quercetin. Senyawa tersebut bermanfaat sebagai antibakteri,
kandungan pada daun Jambu biji lainnya seperti saponin, minyak atsiri,
tanin, anti mutagenic, flavonoid, dan alkaloid.
Flavonoid adalah senyawa yang terdiri dari dari 15 atom karbon
yang umumnya tersebar di dunia tumbuhan. Quercetin adalah zat sejenis
flavonoid yang ditemukan dalam buah-buahan, sayuran, daun dan
bijibijian. Hal ini juga dapat digunakan sebagai bahan dalam suplemen,
minuman atau makanan. Saponin adalah jenis glikosida yang banyak
ditemukan dalam tumbuhan. Saponin memiliki karakteristik berupa buih.
Sehingga ketika direaksikan dengan air dan dikocok maka akan
terbentuk buih yang dapat bertahan lama. Minyak atsiri adalah kelompok
besar minyak nabati yang berwujud cairan kental pada suhu ruang
namun mudah menguap sehingga memberikan aroma yang khas. Minyak
atsiri merupakan bahan dasar dari wangi-wangian atau minyak gosok
(untuk pengobatan) alami. Tanin merupakan substansi yang tersebar luas
dalam tanaman dan digunakan sebagai energi dalam proses metabolisme
dalam bentuk oksidasi, Tanin juga sebagai sumber asam pada buah.
Alkaloid adalah sebuah golongan senyawa basa bernitrogen yang
kebanyakan heterosiklik dan terdapat didunia tumbuhan (tetapi ini tidak
mengecualikan senyawa yang berasal dari hewan).
22
Berdasarkan hasil penelitian, telah berhasil diisolasikan suatu zat
flavonoid dari daun jambu biji yang dapat memperlambat penggandaan
(replika) Human Immunodeficiency Virus (HIV) penyebab penyakit
AIDS. Zat ini bekerja dengan cara menghambat pengeluaran enzim
reserved transriptase yang dapat mengubah RNA virus menjadi DNA di
dalam tubuh manusia.
23
anginkan selama 24 jam (sehari semalam). Biji tersebut direndam
dengan larutan asam dengan perbandingan 1:2 dari air & larutan asam yg
terdiri dari asam chlorida (HCl) 25% Asam Sulfat (H2S04) BJ : 1.84,
caranya direndam selama 15 menit kemudian dicuci dengan air tawar yg
bersih sebanyak 3 kali berulang/dengan air yg mengalir selama 10 menit,
kemudian dianginkan selama 24 jam. utk menghidari jamur, biji dapat
dibalur dengan larutan Dithane 45, Attracol 70 WP atau fungisida
lainnya. Setelah batang pokok telah mencapai ketinggia 5-6 meter bibit
yg disemaikan baru dapat dilakukan okulasi /cangkok yg kira-kira telah
bergaris tengah 1cm & tumbuh lurus, kemudian dengan menggunakan
pisau okulasi dilakukan pekerjaan okulasi & setelah selesai
pencangkokan ditaruh dlm media tanah baik dlm bedengan maupun
didalam pot/kantong plastik, setelah tanaman sudah cukup kuat baru
dipindah kelokasi yg telah disiapkan.
24
helai maka bibit dapat dipindahkan dari bedeng persemaian ke bedeng
penanaman. Setelah mencapai keinggian 5-6 m, kurang lebih telah
berumur 6-9 bulan pencangkokan atau okulasi dapat dimulai dengan
mengerat cabang sepanjang 10-15 cm kemudian diberi media tanah yg
telah diberi pupuk kandang, kemudian dibalut dengan sabut kelapa atau
plastik yg telah diberi lubang-lubang sirkulasi, kemudian diikat dengan
tali plastik supaya menjaga petumbuhan akar tdk mengalami hambatan.
Akar akan tumbuh dengan cepat, sekitar 2-3 bulan. Mulai dlakukan
okulasi dengan mata tangkai yg telah berumur 1 th, melalui cara Forkert
yng disempurnakan, dengan lebar 0,8 cm setinggi 10 cm dari permukaan
tanah, setelah dikupas kulitya sebesar 2/3 pada bagian bibir kulit &
setelah berumur 2-3 minggu tali dilepas jika kelihatan mata tetap
konndisi hijau, okulasi dianggap berhasil & pohon pangkal diatas
okulasi setinggi 5 cm direndahakan supaya memberi kesempatan mata
terebut utk berkembang & setelah itu pohon pangkal dipotong, bibit hasil
okulasi dapat dipindah pada pot-pot atau kantong plastik, kemudian
dilakukan pemotongan pada akar tunggang sedikit supaya akar akan
lebih cepat berkebang. Setelah itu baru dilakukan penanaman dlm
lobang-lobang bedengan yg telah dipersiapkan.
2.4.9. Pemindahan Bibit.
Cara pemindahan bibit yg telah berkecambah atau telah di cangkok
maupun diokulasi dapat dengan mencungkil atau membuka plastik yg
melekat pada media penanaman dengan cara hati-hati jangan sampai
akar menjadi rusak, & pencungkilan dilakukan dengan kedalaman 5 cm,
agar tumbuh akar lebih banyak maka dlm penanaman kembali akar
tunggangnya dipotong sedikit utk menjaga terjadinya penguapan yg
berlebihan, kemudian lebar daun dipotong separuh. Ditanam pada
bedeng pembibitan dengan jarak 6-7 m & ditutupi dengan atap yg
dipasang miring lebih tinggi di timur, dengan harapan dapat lebih
banyak kena sinar mata hari pagi. & dilakukan penyiraman secara rutin
tiap hari 2 kali, kecuali ditanam pada musim penghujan.
25
2.4.10. Pengapuran.
Pengapuran dilakukan apabila dataran yg berasal dari tambak &
juga dataran yang baru terbentuk tdk bisa ditanami, selain tanah masih
bersifat asam juga belum terlalu subur. Caranya dengan menggali
lobang-lobang dengan ukuran 1 x 1 m, dasar lobang ditaburkan kapur
sebanyak 0,5 liter utk setiap lobang, guna menetralkan pH tanah hingga
mencapai 4,5-8,2. Setelah 1 bulan dari penaburan kapur diberi pupuk
kandang.
2.4.11. Pemupukan.
Setelah jangka waktu 1 bulan dari pemberian kapur pada lubang-
lubang yg ditentukan kemudian diberikan pupuk kandang dengan urutan
pada bulan pertama diberi NPK dengan dosis 12:24:81 ons/pohon, bulan
kedua dilakukan sama dengan bulan pertama, pada bulan ketiga diberi
NPK dengan dosis 15:15:15 ons/pohon & bulan ke 4 sampai tanaman
berbuah, supaya jambu tetap bebuah gunakan pupuk kandang yang
sudah matang & ditanamkan sejauh 30 cm dari batang tanaman.
Pemupukan merupakan bagian terpenting yg peggunaannya tdk dapat
sembarangan, terlebihlebih kalau menggunakan pupuk buatan seperti
NPK, kalau dilakukan berlebihan akan berakibat adanya perubahan sifat
dari pupuk menjadi racun yg akan membahayakan tanaman itu sendiri.
26
rumput-rumputan & harus disiangi sampai radius 1,5-2 m sekeliling
tanaman rambutan. Apabila bibit tdk tumbuh dengan baik segera
dilakukan penggantian dengan bibit cadangan. & apabila tumbuh
tanaman terlalu jauh jaraknya maka perlu dilakukan penyulaman &
sebaliknya apabila tumbuhnya sangat berdekatan penjarangan.
2. Penyiangan.
Selama 2 minggu setelah bibit yg berasal dari cangkokan/ okulasi
ditanam di lahan perlu penyiangan dilakukan hanya pada batang dahan
tua (warna coklat) dengan dahan muda (warna hijau) & apabila buah
terlalu banyak, tunas yg ada dlm satu ranting bisa dikurangi, dengan
dikuranginya tunas yang tdk diperlukan akan berakibat buah menjadi
besar & menjadi manis rasanya. Khusus jambu non biji dengan
membatasi percabangan buahnya maksimal 3 buah setelah panjang 30-
50 cm dilakukan pangkasan, & setelah tumbuh cabang tersier segera
dilenturkan ke arah mendatar, guna utk merangsang tunas bunga & buah
yg akan tumbuh.
3. Pembubunan.
Supaya tanah tetap gembur & subur pada lokasi penanaman bibit
jambu biji perlu dilakukan pembalikan & penggemburan tanah supaya
tetap dlm keadaan lunak, dilakukan setiap 1 bulan sekali hingga tanaman
bisa dianggap telah kuat betul.
4. Perempalan.
Agar supaya tanaman jambu biji mendapatkan tajuk yg rimbun,
setelah tanaman berumur 2 tahun segera dilakukan perempelan/
pemangkasan pada ujung cabang-cabangnya. Disamping utk
memperoleh tajuk yg seimbang juga berguna memberi bentuk tanaman,
juga memperbanyak & mengatur produksi agar tanaman tetap terpelihara
& pemangkasan juga perlu dilakukan setelah masa panen buah berakhir,
27
dengan harapan agar muncul tajuk-tajuk baru sebagai tempat munculnya
bunga baru pada musim berikutnya dengan hasil lebih meningkat atau
tetap stabil keberadaannya.
28
2. Cara Panen.
Cara pemanenan yg terbaik adalah dipetik beserta tangkainya, yg
sudah matang (hanya yg sudah masak) sekaligus melakukan
pemangkasan pohon agar tidak menjadi rusak, waktunya setelah 4 bulan
umur buah kemudian dimasukkan ke dalam keranjang yg dibawa oleh
pemetik & setelah penuh diturunkan dengan tali yang telah disiapkan
sebelumnya, hingga pemanenan selesai dilakukan. Pemangkasan
dilakukan sekaligus panen supaya dapat bertunas kembali dengan baik
dengan harapan dapat cepat berbuah kembali.
3. Periode Panen.
Periode pemanenan setelah buah jambu biji dilakukan pembatasan
buah dlm satu rantingnya kurang lebih 2-3 buah, hal ini dimaksudkan
agar buah dapat berkembang besar & merata. Dengan sistem ini
diharapkan pemanenan buah dapat dilakukan dua kali dlm setahun (6
bulan) atau sekitar 2-3 bulan setelah berbuah, dengan dicari buah yg
masak, & yg belum masak supaya ditinggal & kemudian dipanen
kembali, catatan apabila buah sudah masak tetapi tdk dipetik maka akan
berakibat datangnya binatang pemakan buah seperti kalong, tupai.
29
atau bijian & perlu diingat bahwa dlm penyortiran diusahakan sama
besar & sama baik mutunya. & dilakukan sesuai dengan jenis jambu biji,
jangan dicampur adukkan dengan jenis yg lain.
3. Penyimpanan.
Penyimpanan jambu biji biasanya tdk terlalu lama mengingat daya
tahan jambu biji tdk bisa terlalu lama & sementara belum dapat dijual ke
pasar ditampung dulu dlm gubug-gubug atau gudang dengan
menggunakan kantong PE, suhu sekitar 23-25oC & jambu dapat bertahan
hingga 15 hari dlm kantong PE & ditambah 7 hari setelah dikeluarkan
dari kantong PE, sehingga dapat meningkatkan daya simpan 4,40 kali
dibandingkan tanpa perlakuan. Tekanan yg baik adalah -1013 mbar &
dapat menghasilkan kondisi PE melengket dengan sempurna pada
permukaan buah, konsentrasi C0² sebesar 5,21% & kerusakan 13,33%
setelah penyimpanan dlm kantong PE. Jalan yg terbaik utk penyimpanan
buah jambu dengan jalan diawetkan, biasanya dilakukan dengan jalan
dibuat asinan atau manisan & dimasukkan dlm kaleng atau botol atau
dapat juga dengan menggunakan kantong plastik. Hal ini dapat menjaga
kesterilan & ketahanan sehingga dapat lama dlm penyimpanannya. Serta
biasanya dibuat minuman atau koktail.
30
diletakkan di bagian bawah, sebaiknya pembuatan peti dilakukan jarang-
jarang guna utk memberi kebebasan udara utk keluar masuk dlm peti.
Sebelumnya buah jambu dipilih & di pak. Setelah itu disusun berderet
berbentuk sudut terhadap sisi peti, yg sebelumnya dialasi dengan
lumut/sabut kelapa, atau bahan halus & lembut lainnya. Kemudian
setelah penuh lapisan atas dilapisi lagi dengan sabut kelapa yg terakhir
ditutup dengan papan, sebaiknya kedua sisi panjang dibentuk agak
gembung, biasanya penempatan peti bagian yg pendek ditempatkan
dibawah didalam perjalanan.
31
BAB III
PENUTUP
1.
2.
3.
3.
3.1. Kesimpulan
32
DAFTAR PUSTAKA
Retno, Aria Ningrum. 2013. Pemanfaatan Tumbuhan Jambu biji Sebagai Obat
Tradisional. Universitas Negeri Yogyakarta: Jogjakarta
33