Anda di halaman 1dari 38

Paraf Dosen Nilai

Pengampu

MODUL
PENGEMBANGAN BAHAN ALAM
(Penyediaan Bahan Baku Obat Dalam bentuk Simplisia Yang Berkualitas)

Dosen Pengampu : Apt. Husnunnisa, M.Farm


Kelompok/Kelas : Kelompok 1 / Reguler Sore 2020
Nama/NPM : Andrey Septian Permana / A 202 001
Kania Cahyati / A 202 005
M.Zidane Mulia.A / A 202 006

SEKOLAH TINGGI FARMASI INDONESIA


YAYASAN HAZANAH
BANDUNG
2022
ABSTRAK

Simplisia merupakan bahan alami yang digunakan untuk obat tradisional


dan belum mengalami perubahan proses apa pun, kecuali proses pengeringan.
Pembuatan simplisia meliputi tahap penyortiran, pencucian, pemotongan,
pengeringan dan penyortiran kering. Proses pengeringan merupakan salah satu
tahap kritis karena mempengaruhi kualitas produk akhir dari simplisia.
Penjemuran secara langsung di tempat terbuka menyebabkan kualitas simplisia
yang dihasilkan kurang baik. Simplisia kurang baik pada segi kebersihan dan
warna karena terkena cemaran kotoran, debu dan serangga. Selain itu, cahaya
matahari mengandung sinar ultra violet yang dapat merusak kandungan aktif yang
ada pada simplisia.

Daun jambu biji (Psidium guajava L.) merupakan daun tunggal yang
berbentuk bulat telur, ujungnya tumpul, pangkal membulat dan tepinya rata. Daun
jambu biji (Psidium guajava L.) memiliki panjang 6-14 cm dan lebar 3- 6 cm.
Daun ini berwarna hijau kekuningan dan mempunyai pertualangan yang menyirip.
Simplisia rimpang kencur (Kaempferia galanga L.) adalah bahan tanaman obat
yang berasal dari bagian rimpang kencur yang dikeringkan dengan menggunakan
oven atau matahari.

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat
dan karunianya penulis dapat menyelesaikan modul yang berjudul ” Penyediaan
Bahan Baku Obat Dalam bentuk Simplisia Yang Berkualitas”. Penulis juga
mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Ibu Apt. Husnunnisa,
M.Farm selaku dosen mata kuliah pengembangan bahan alam Sekolah Tinggi
Farmasi Indonesia yang sudah memberikan kepercayaan kepada penulis untuk
menyelesaikan tugas ini.
Penulis sangat berharap modul ini dapat bermanfaat dalam rangka
menambah pengetahuan juga wawasan menyangkut materi mengenai penyediaan
bahan baku obat dalam bentuk simplisia yang berkualitas. Penulis pun menyadari
bahwa di dalam modul ini masih terdapat banyak kekurangan dan jauh dari kata
sempurna. Oleh sebab itu, Penulis mengharapkan adanya kritik dan saran demi
perbaikan makalah yang akan Penulis buat di masa yang akan dating.
Mudah-mudahan modul ini dapat dipahami oleh semua orang khususnya
bagi para pembaca. Penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya jika terdapat kata-
kata yang kurang berkenan.

Bandung,04 Oktober 2022

Kelompok 1

ii
DAFTAR ISI

ABSTRAK................................................................................................................i
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
1.1. Latar Belakang..........................................................................................1
1.2. Identifikasi Masalah..................................................................................2
1.3. Tujuan Penelitian.......................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................3
2.1. Simplisia....................................................................................................3
2.2. Cara Pembuatan Simplisia.........................................................................5
2.3. Rimpang Kencur (kaempferia galangal l)...............................................11
2.4. Daun Jambu Biji (Psidium Guajava)......................................................20
BAB III PENUTUP...............................................................................................31
3.1. Kesimpulan..............................................................................................31
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................32

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang.

Dalam dasawarsa terakhir, penggunaan tanaman obat di Indonesia sebagai


bahan baku obat meningkat secara signifikan. Namun, perkembangan
teknologi di bidang industri obat belum diikuti dengan perkembangan di
bidang teknologi produksi bahan baku yang terstandar. Parameter standar
simplisia nabati adalah bahan alam yang digunakan sebagai bahan baku obat
tradisional, belum mensyaratkan keterjaminan mutu hasil budi daya dan
koleksi yang baik. Simplisia bermutu hanya dapat diperoleh dari
serangkaian proses yang dimulai dari pemilihan sumber bahan yang benar,
serta penerapan teknik budi daya dan pascapanen yang baik.
Konsistensi mutu simplisia hanya dapat dihasilkan dari budi daya dan
pascapanen tanaman obat yang baik. Pengaruh suhu lingkungan tumbuh,
paparan dan intensitas cahaya, ketersediaan air, nutrisi, periode dan waktu
pemanenan, umur dan bagian dari tanaman yang dipanen dapat dimanipulasi
melalui penerapan teknik budi daya dan pascapanen untuk menghasilkan
simplisia yang bermutu. Selain meningkatkan kualitas simplisia, budi daya
akan menjamin kebenaran dan meminimalkan kekeliruan dalam pemilihan
bahan. Penggunaan simplisia dari tumbuhan liar berisiko tercampur dengan
tanaman lain yang mirip secara morfologi. Hal itu dapat menyebabkan
ketidakefektifan terapi.
Sampai saat ini, tanaman obat merupakan sumber utama bahan baku obat
tradisional di Indonesia dan hampir di seluruh dunia. Simplisia sebagai
bahan baku obat tradisional, berupa tanaman atau bagian tanaman obat wajib
mengikuti parameter standar yang tercantum dalam Materia Medika
Indonesia atau Farmakope Herbal Indonesia yang ditetapkan oleh Menteri
Kesehatan15. Ketentuan parameter standar simplisia ditetapkan dalam
rangka menjaga kestabilan mutu produk obat tradisional dari batch ke batch.
Permasalahan parameter standar simplisia yang berlaku saat ini, belum
mencantumkan rujukan standar botani tanaman sumber serta tidak ada

1
persyaratan asal bahan dari budi daya dan ketentuan proses pengelolaan
pascapanen.

1.2. Identifikasi Masalah.

Dibutuhkannya modul atau sumber informasi dari penyediaan bahan baku


obat dalam bentuk simplisia yang berkualitas dari simplisia daun jambu biji
(psidium guajava) dan Rimpang kencur (kaempferia galanga).

1.3. Tujuan Penelitian.

Pada uraian ini bertujuan untuk membuat modul guna dapat digunakan
untuk menjadi panduan belajar atau sumber informasi dalam penyediaan
bahan baku obat dalam bentuk simplisia yang berkualitas dari simplisia daun
jambu biji (psidium guajava) dan Rimpang kencur (kaempferia galanga).

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

1.
2.
2.

2.1. Simplisia.

Menurut Departemen Kesehatan RI Simplisia adalah bahan alami yang


digunakan untuk obat dan belum mengalami perubahan proses apa pun, dan
kecuali dinyatakan lain umumnya berupa bahan yang telah dikeringkan.

2.1.1. Macam-macam simplisia.


1. Simplisia Nabati.
Ialah simplisia berupa tanaman utuh, bagian tanaman atau eksudat
tanaman. Eksudat tanaman ialah isi sel yang secara spontan keluar dari
tanaman atau isi sel yang dengan cara tertentu dikeluarkan dari selnya,
atau zat-zat nabati lainnya yang dengan cara tertentu dipisahkan dari
tanamannya dan belum berupa zat kimia murni. Contoh: Datura
folium, Piperis nigri Fructus.

2. Simplisia Hewani.
Ialah simplisia berupa hewan utuh, bagian hewan atau zatzat
berguna yang dihasilkan oleh hewan dan belum berupa zat kimia
murni. Contoh: Oleum iecoris asselli, Mel depuratum.

3. Simplisia Pelikan (Mineral).


Ialah simplisia yang berupa bahan pelikan (mineral) yang belum
diolah atau telah diolah dengan cara sederhana dan belum berupa zat
kimia murni. Contoh: serbuk seng, serbuk tembaga.

2.1.2. Uji Standarisasi Simplisia.

3
1. Uji Organoleptis.
Pengujian organoleptik adalah pengujian yang didasarkan pada
proses pengindraan. Pengindraan diartikan sebagai suatu proses
fisiopsikologis, yaitu kesadaran.
2. Uji Makroskopik.
Makroskopik merupakan pengujian yang dilakukan dengan mata
telanjang atau dengan bantuan kaca pembesar terhadap berbagai organ
tanaman yang digunakan untuk simplisia.

3. Uji Mikroskopik.
Pengujian mikroskopis, yaitu pengujian yang dilakukan dengan
menggunakan mikroskop dengan pembesaran tertentu yang
disesuaikan dengan keperluan simplisia yang diuji dapat berupa
sayatan melintang, membujur atau berupa serbuk. Fungsinya untuk
mengetahui unsur-unsur anatomi jaringan yang khas dari simplisia.

4. Uji Histokimia.
Pengujian histokimia, yaitu pengujian yang dilakukan dengan cara
mentetesi serbuk simplisia dengan berbagai macam pereaksi yang
spesifik.

5. Uji Kadar Abu.


Pengujian kadar abu, adalah pengujian yang dilakukan dengan
membakar serbuk simplisia hingga membentuk arang dan menjadi abu.

6. Uji Kadar Air.


Pengujian kadar air, adalah kadar bagian yang mengandung air.
dilakukan dengan mengoven serbuk simplisia sebanyak gram yang
diinginkan, dan dilakukan berkali –kali hingga diperoleh bobot yang
konstan.

7. Uji Susut Pengeringan.

4
Pengujian susut pengeringan, adalah kadar bagian yang menguap
suatu zat. pegujian yang dilakukan dengan mengoven serbuk simplisia
sebanyak gram yang diperlukan yang dilakukan berkali – kali hingga
diperoleh bobot yang konstan.

2.2. Cara Pembuatan Simplisia.

1. Pemanenan
Pada waktu panen peralatan dan tempat yang digunakan harus
bersih dan bebas dari cemaran dan dalam keadaan kering.Alat yang
diguna-kan dipilih dengan tepat untuk mengurangi terbawanya bahan
atau tanah yang tidak diperlukan. Seperti rimpang, alat untuk panen
dapat menggunakan garpu atau cangkul. Bahan yang rusak atau busuk
harus segera dibuang atau dipisahkan. Penempatan dalam wadah
(keran-jang, kantong, karung dan lain-lain) tidak boleh terlalu penuh
sehingga bahan tidak menumpuk dan tidak rusak. Selanjutnya dalam
waktu pengangkutan diusahakan supaya bahan tidak terkena panas
yang berlebihan, karena dapat menyebab-kan terjadinya proses
fermentasi/ busuk. Bahan juga harus dijaga dari gang-guan hama
(hama gudang, tikus dan binatang peliharaan).

Sumber : seputargk.id
Gambar 2.1 Pemanenan

2. Penanganan Pasca Panen.


Pasca panen merupakan kelanjutan dari proses panen terhadap
tanaman budidaya atau hasil dari penambangan alam yang fungsinya
antara lain untuk membuat bahan hasil panen tidak mudah rusak dan

5
memiliki kualitas yang baik serta mudah disimpan untuk diproses
selanjutnya. Untuk memulai proses pasca panen perlu diperhatikan
cara dan tenggang waktu pengumpulan bahan tanaman yang ideal
setelah dilakukan proses panen tanaman tersebut. Selama proses pasca
panen sangat penting diperhatikan kebersihan dari alat-alat dan bahan
yang digunakan, juga bagi pelaksananya perlu memperhatikan
perlengkapan seperti masker dan sarung tangan. Tujuan dari pasca
panen ini untuk menghasilkan simplisia tanaman obat yang bermutu,
efek terapinya tinggi sehingga memiliki nilai jual yang tinggi.

Sumber : rumahumkm.net
Gambar 2.2 Kegiatan penanganan pasca panen.

3. Penyortiran (Segar).
Penyortiran segar dilakukan setelah selesai panen dengan tujuan
untuk memisahkan kotoran-kotoran atau bahan-bahan asing, bahan
yang tua dengan yang muda atau bahan yang ukurannya lebih besar
atau lebih kecil. Bahan nabati yang baik memiliki kandungan
campuran bahan organik asing tidak lebih dari 2%. Proses penyortiran
pertama bertujuan untuk memisahkan bahan yang busuk atau bahan
yang muda dan yang tua serta untuk mengurangi jumlah pengotor yang
ikut terbawa dalam bahan.

6
Sumber : magfood.com
Gambar 2.3 Proses sortasi segar
4. Pencucian.
Pencucian bertujuan menghilang-kan kotoran-kotoran dan
mengurangi mikroba-mikroba yang melekat pada bahan.Pencucian
harus segera di-lakukan setelah panen karena dapat mempengaruhi
mutu bahan. Pen-cucian menggunakan air bersih seperti air dari mata
air, sumur atau PAM. Penggunaan air kotor menye-babkan jumlah
mikroba pada bahan tidak akan berkurang bahkan akan bertambah.
Pada saat pencucian per-hatikan air cucian dan air bilasan-nya, jika
masih terlihat kotor ulangi pencucian/pembilasan sekali atau dua kali
lagi.Perlu diperhatikan bahwa pencucian harus dilakukan dalam waktu
yang sesingkat mung-kin untuk menghindari larut dan terbuangnya zat
yang terkandung dalam bahan. Pencucian bahan dapat dilakukan
dengan beberapa cara antara lain.

Sumber : magfood.id
Gambar 2.4 Proses pencucian

5. Perajangan.

7
Perajangan pada bahan dilakukan untuk mempermudah proses
selanjutnya seperti pengeringan, pengemasan, penyulingan minyak
atsiri dan penyimpanan.  Perajangan biasanya hanya dilakukan pada
bahan yang ukurannya agak besar dan tidak lunak seperti akar, rim-
pang, batang, buah dan lain-lain.  Ukuran perajangan tergantung dari
bahan yang digunakan dan ber-pengaruh terhadap kualitas simplisia
yang dihasilkan. Perajangan terlalu tipis dapat mengurangi zat aktif 
yang terkandung dalam bahan.  Sedangkan jika terlalu tebal, maka
pengurangan kadar air dalam bahan agak sulit dan memerlukan waktu
yang lama dalam penjemuran  dan kemungkinan besar bahan mudah
ditumbuhi oleh jamur.

Sumber : researchgate.net
Gambar 2.5 proses perajangan

6. Pengeringan.
Pengeringan adalah suatu cara pengawetan atau pengolahan pada
bahan dengan cara mengurangi kadar air, sehingga proses pem-
busukan dapat terhambat. Dengan demikian dapat dihasilkan simplisia
terstandar, tidak mudah rusak dan tahan disimpan dalam waktu yang
lama Dalam proses ini, kadar air dan reaksi-reaksi zat aktif dalam
bahan akan berkurang, sehingga suhu dan waktu pengeringan perlu
diperhati-kan. Suhu pengeringan tergantung pada jenis bahan yang
dikeringkan. Pada umumnya suhu pengeringan adalah antara 40 –
600C dan hasil yang baik dari proses pengeringan adalah simplisia

8
yang mengandung kadar air 10%. Demikian pula de-ngan waktu
pengeringan juga ber-variasi, tergantung pada jenis bahan yang
dikeringkan seperti rimpang, daun, kayu ataupun bunga. Hal lain yang
perlu diperhatikan dalam pro-ses pengeringan adalah kebersihan
(khususnya pengeringan mengguna-kan sinar matahari), kelembaban
udara, aliran udara dan tebal bahan (tidak saling menumpuk). Penge-
ringan bahan dapat dilakukan secara tradisional dengan menggunakan
sinar matahari ataupun secara mo-dern dengan menggunakan alat pe-
ngering seperti oven, rak pengering, blower ataupun dengan fresh
dryer.

Sumber : muaraindonesia.com
Gambar 2.6 Proses pengeringan simplisia

7. Sortasi Kering.
Penyortiran dilakukan bertujuan untuk memisahkan benda-benda
asing yang terdapat pada simplisia, misalnya akar-akar, pasir, kotoran
unggas atau benda asing lainnya. Proses penyortiran merupakan tahap
akhir dari pembuatan simplisia kering sebelum dilakukan pengemasan,
penyimpanan atau pengolahan lebih lanjut. Setelah penyortiran
simplisia ditimbang untuk mengetahui rendemen hasil dari proses
pasca panen yang dilakukan.

9
Sumber : magfood.id
Gambar 2.7 Proses sortasi kering

8. Pengemasan.
Pengemasan dapat dilakukan terhadap simplisia yang sudah
dikeringkan. Jenis kemasan yang digunakan dapat berupa plastik,
kertas maupun karung goni. Persyaratan jenis kemasan yaitu dapat
menjamin mutu produk yang dikemas, mudah dipakai, tidak
mempersulit penanganan, dapat melindungi isi pada waktu
pengangkutan, tidak beracun dan tidak bereaksi dengan isi dan kalau
boleh mempunyai bentuk dan rupa yang menarik. Berikan label yang
jelas pada tiap kemasan tersebut yang isinya menuliskan ; nama bahan,
bagian dari tanaman bahan yang digunakan, tanggal pengemasan,
nomor/kode produksi, nama/alamat penghasil, berat bersih, metode
penyimpanan.

Sumber : magfood.id
Gambar 2.8 Proses pengemasan simplisa.

9. Penyimpanan.

10
Penyimpanan simplisia dapat di-lakukan  di ruang biasa (suhu
kamar) ataupun di ruang ber AC. Ruang tempat penyimpanan harus
bersih, udaranya cukup kering dan ber-ventilasi.  Ventilasi harus cukup
baik karena hama menyukai udara yang lembab dan panas.

Sumber : Magfood.id
Gambar 2.9 Proses penyimpanan simplisa

2.3. Rimpang Kencur (kaempferia galangal l).

Sumber : agrotek.id
Gambar 2.10 tanaman kencur

1.
2.
2.1.
2.2.
2.3.
2.3.1. Klasifikasi Kencur.
Devisi : Spermatophyta.

11
Subdivisi : Angiospermae.
Kelas : Monocotyledonae.
Bangsa : Zingiberales.
Suku : Zingiberaceae.
Spesies : Kaempferia galangal linn

2.3.2. Morfologi tanaman kencur.


1. Daun.
Daunnya melebar letaknya mendatar hampir rata dengan permukaan
tanah. Pelapah daunnya berdaging, letaknya tersembunyi di dalam
tanah.
2. Bunga.
Bunganya tersusun dalam bulir atau bongkol setengah duduk. Mahkota
bunga berjumlah 4-12 warnanya putih dengan bibir berwarna
lembayung.
3. Rimpang.
Rimpangnya bercabang cabang banyak sekali sebagian terletak
diatasctanah, pada akarnya sering kali terdapat umbi yang bentuknya
bulat, warnanya putih kekuningan bagian tengahnya berwarna putih
sedang bagian pinggirnya coklat berbau harum.

2.3.3. Kriteria Iklim Dan Tanah Kencur.


Untuk pertumbuhan yang optimal kencur memerlukan tanah dengan
agroklimat yang sesuai, yang meliputi jenis tanah, tingkat kesuburan tanah,
jumlah curah hujan dan hari hujan, suhu udara harian.

Karakteristik Kriteria
Jenis tanah Latosol, Andosol, Regosol
Tipe iklim (Schmidt & Ferguson) A, B, C
Tinggi tempat (m dpi.) 50-600
Jumlah curah hujan (mm/tahun) 2.500 -4.000
Jumlah bulan basah/tahun 5-9
Suhu udara (°C) 26-30

12
Tingkat naungan (%) 0-30
Tabel 2.1 karakteristik kencur.

2.3.4. Pembibitan Kencur.


Kencur diperbanyak dengan menggunakan rimpang. Tingginya
kontaminasi bakteri layu (penyaldt tular benih) di dalam rimpang untuk
benih, maka seleksi benih perlu dilakukan dari pertanaman yang sehat, bebas
dari serangan organisme pengganggu tanaman (OPT), terutama layu bakteri
(Ralstonia solanacearum).

1. Penyediaan Bahan Tanaman.


Rimpang kencur yang dijadikan benih adalah : Berasal dari
pertanaman sehat di lahan yang bebas pathogen, Umur panen rimpang 10
bulan, Kulit rimpang mengkilat (bernas), tekstur daging agak keras, Bebas
hama dan penyakit dan tidak cacat.

2. Pesemaian.
Rimpang hasil panen, mengalami masa dorman antara 2-3 bulan.
Apabila rimpang benih sudah disimpan sekitar 3 bulan dan nampak
rimpang sudah mulai bertunas, maka benih bisa langsung ditanam. Tetapi
jika digunakan rimpang yang baru dipanen, pemecahan dormansi
dilakukan dengan cara menjemur rimpang selama + 3 hari dari pukul 7.00
- 11.00. Tahapan-tahapan pesemaian sebagai berikut: Pemilihan lokasi
pesemaian, di tempat yang teduh, Dapat digunakan rak bambu untuk
pesemaian, Penjemuran rimpang, Pendederan benih, dialas dan ditutup
jerami (3-5 lapis), Pemeliharaan pesemaian, disiram setiap hari, Seleksi
benih.

3. Seleksi Benih.

13
Untuk memperoleh bibit yang benar-benar berkualitas baik, maka
seleksi di pembibitan yang merupakan seleksi akhir, hal ini sangat penting.
Dengan melakukan seleksi akhir ini diharapkan dapat diperoleh bibit yang
benar-benar baik dan seragam. Pekerjaan seleksi meliputi kegiatan untuk
memisahkan rimpang yang tidak bertunas, terserang hama/penyakit.
Kriteria benih yang baik : Bobot 5-10 gram, Mempunyai 2-3 bakal mata
tunas yang baik, Tinggi tunas < 1 cm.

2.3.5. Teknik Pemupukan.


Faktor penting dalam pengelolaan tanaman semusim adalah in put
teknologi yang relatif tinggi, terutama pupuk. Pemupukan memegang
peranan penting untuk meningkatkan hasil rimpang, yaitu pupuk organik
untuk memperbaiki tekstur dan aerasi tanah, dan pupuk anorganik, terutama
N, P dan K.

Sumber : teknologi unggulan kencur


Gambar 2.11 teknik pemupukan
Selain pupuk, faktor penting lain yang perlu diperhatikan dalam
pengelolaan kencur adalah: Pengolahan tanah dengan kedalaman 30 cm -
Jarak tanam 15 x 15 cm/15 x 20 cm (monokultur) ; 20 x 20 cm (polikultur),
Kedalaman tanam: 5-7 cm, tunas menghadap ke atas, Penyiangan gulma,
Pembumbunan.

2.3.6. Pengendalian OPT Utama.


Organisme pengganggu tanaman (OPT) utama yang menyerang
pertanaman kencur, dan menyebabkan kerugian besar adalah penyakit layu
yang disebabkan oleh bakteri Ralstonia solanaceraum. Gejala serangan

14
penyakit layu pada tanaman kencur di lapangan adalah daun menguning,
kemudian menggulung . Sedangkan pada rimpang ditandai dengan gejala
keriput dan bau busuk yang menyengat.

Sumber : Teknologi unggulan kencur.


Gambar 2.12 penyakit layu bakteri
Gejala Penyakit Layu Bakteri Pada Tanaman Kencur

Sumber : Teknologi unggulan kencur.


Gambar 2.13 perbandingan kencur sehat dan sakit.
Rimpang sehat (Kiri), Terserang layu bakteri (Kanan)

Sumber : Teknologi Unggulan Kencur


Gambar 2.14 rimpang busuk.

15
Rimpang kencur busuk terserang bakteri.

2.3.7. Pola Tanam Kencur.


Kencur dapat ditanam dengan sistem monokultur dan pada batas-batas
tertentu dengan sistem polikultur, untuk meningkatkan produktivitas lahan.
Sistem polikultur dilakukan pada waktu mulai tanam sampai berumur 3-6
bulan dengan cara ditumpangsarikan atau disisipkan tanaman semusim
(tanaman pendek) seperti padi gogo, kacang-kacangan, daun bawang, buncis,
ketimun, dll. Polatanam kencur dikombinasikan dengan tanaman palawija
(tanaman tinggi) jagung, ketela pohon, dengan jarak tanam antar baris 1,5 - 2
m, agar tingkat naungannya + 30%. Polatanam kencur yang paling
menguntungkan dari segi usahatani adalah dengan kacang tanah, dengan 2
kali penanaman kacang tanah. Selain itu, kencur juga dapat dijadikan
tanaman lantai diantara tegakan pohon kelapa atau tanaman kehutanan seperti
sengon, jati dll, dengan tingkat naungan 土 30%.

Sumber : Teknologi unggulan kencur.


Gambar 2.15 pola tanam kencur

2.3.8. Panen
1. Umur Panen.
Pemanenan rimpang kencur dilakukan tergantung dari penggunaan
kencur itu sendiri. Rimpang untuk konsumsi dipanen pada umur 6-10
bulan, sedangkan rimpang untuk benih dipanen pada umur 10-12 bulan.
Selain itu, kencur dari pertanaman diatas 1 tahun, kurang baik untuk benih.

16
2. Cara Panen.
Cara panen yang baik adalah dengan membongkar seluruh
rimpangnya dengan hati-hati menggunakan alat garpu atau cangkul.
Usahakan agar rimpang kencur jangan sampai terluka kemudian dibuang
akar dan rimpang airnya. Selanjutnya tanah dan kotoran lainnya yang
menempel pada rimpang dibersihkan dan dicuci.

3. Periode Panen.
Berbeda dengan jahe, waktu panen kencur dapat ditunda sampai
musim berikutnya, bahkan sampai tiga tahun. Dalam kondisi demikian
tidak ada efek yang buruk terhadap mutu rimpang, bahkan produksinya
akan bertambah, hanya ukuran rimpang semakin kecil.

4. Perkiraan Hasil Panen.


Dengan menggunakan calon varietas unggul kencur Balittro (Galesia)
dan cara budidaya yang direkomendasikan, dihasilkan rimpang segar 12-
16 ton/ha.

2.3.9. Budidaya Tanaman Kencur.


1. Bahan Tanam.
Untuk menjamin stabilitas dan kepastian hasil dalam budidaya
kencur, diperlukan bahan tanaman bermutu yang berasal dari varietas
unggul yang jelas asal usulnya, bebas hama dan penyakit, serta tidak
tercampur dengan varietas lain.

2. Pembenihan.
Seleksi benih perlu dilakukan dari pertanaman yang sehat, bebas dari
serangan penyakit, terutama layu bakteri (Ralstonia solanacearum).
Setelah rimpang dipanen, seleksi dilanjutkan untuk membuang benih yang
kurang bernas, terserang hama dan penyakit. Rimpang kencur secara
umum dapat dibedakan menjadi 2 bagian, yaitu rimpang utama yang

17
berukuran besar dan rimpang cabang yang ukurannya lebih kecil. Kedua
bagian rimpang tersebut dapat digunakan sebagai bahan benih.
a) Rimpang tersebut cukup tua.
b) Berasal dari pertanaman berumur 10 bulan dengan ciri utama ketika
dibelah dengan tangan berbunyi.
c) Kulit mengkilat dan tekstur daging rimpangnya agak keras.
d) Sebaiknya mempunyai 2-3 bakal mata tunas yang baik dengan bobot
sekitar 5-10 g.

Sebelum ditanam rimpang benih ditunaskan terlebih dahulu dengan


cara menyemai rimpang di tempat yang teduh ditutup dengan jerami dan
disiram setiap hari. Untuk penyimpanan benih, biasa digunakan wadah
atau rak-rak terbuat dari bambu atau kayu sebagai alas. Penanaman
dilakukan apabila hujan sudah mulai turun. Benih rimpang bertunas yang
siap ditanam di lapangan sebaiknya yang baru keluar tunasnya (tinggi
tunas < 1 cm), sehingga dapat beradaptasi langsung dan tidak mudah
rusak. Apabila hujan terlambat turun, lebih baik rimpang ditanam
langsung di lapangan, tanpa ditunaskan terlebih dahulu. Karena berbeda
dengan jahe, rimpang kencur bisa ditanam pada saat hujan belum turun
asal rimpangnya belum bertunas. Rimpang akan beradaptasi dengan
lingkungan, pada saat hujan turun tunas akan tumbuh dengan serempak

3. Persiapan Bahan.
Pengolahan tanah dilakukan dengan cara menggarpu dan mencangkul
tanah sedalam 30 cm. Tanah hendaknya dibersihkan dari ranting-ranting
dan sisa-sisa tanaman yang sukar lapuk. Untuk tanah dengan lapisan olah
tipis, pengolahan tanahnya harus hati-hati disesuaikan dengan lapisan
tanah tersebut dan jangan dicangkul atau digarpu terlalu dalam sehingga
tercampur antara lapisan olah dengan lapisan tanah bawah, hal ini dapat
mengakibatkan tanaman kurang subur tumbuhnya. Saluran drainase harus
diperhatikan, terutama pada lahan yang datar jangan sampai terjadi
genangan (drainase kurang baik). Genangan diantara tanaman akan
memacu berkembangnya benih penyakit terutama penyakit busuk
rimpang.

18
4. Jarak Tanam.
Penanaman dapat dilakukan secara bedengan atau disesuaikan dengan
kondisi lahan. Benih ditanam sedalam 5-7 cm dengan tunas menghadap ke
atas, jangan terbalik, karena dapat menghambat pertumbuhan. Jarak tanam
yang digunakan untuk penanaman monokultur bervariasi antara 15 cm x
15 cm atau 20 cm x 15 cm. Untuk penanaman dalam sistem tumpangsari
menggunakan jarak tanam 20 cm x 20 cm atau dilihat berdasarkan jenis
tanah dan jenis tanaman lainnya.

5. Pemupukan.
Pupuk kandang (pukan) sapi atau kambing yang sudah matang,
diberikan pada saat tanam dan diletakkan di dalam lubang tanam dengan
dosis 20-30 ton/ha, tergantung kondisi lahan. Pada lahan yang miskin hara
dan teksturnya padat diberikan pukan 30 ton/ha, sedangkan lahan yang
cukup subur cukup 20 ton/ha. Pukan yang kurang matang, harus disebar di
lubang tanam paling tidak 2 minggu sebelum tanam. Sedangkan pupuk
buatan diberikan secara tugal atau dilarik dengan jarak 5 cm dari tanaman.
Dosis yang diberikan adalah: Urea 200-250 kg/ha, SP-36 250-300 kg/ha,
KCl 250-300 kg/ha, atau bergantung kepada kesuburan tanah. Urea
diberikan 3 kali, yaitu pada saat tanaman berumur 1, 2 dan 3 bulan setelah
tumbuh (BST), masingmasing 1/3 dosis. Sedangkan SP-36 dan KCl
diberikan satu kali pada saat tanam atau ditunda sebulan apabila curah
hujan belum cukup.

6. Pola Tanam.
Kencur dapat ditanam dengan sistem monokultur dan pada batasbatas
tertentu dengan sistem polikultur, untuk meningkatkan produktivitas
lahan. Sistem polikultur dilakukan pada waktu mulai tanam sampai
berumur 3-6 bulan dengan cara ditumpangsarikan atau disisipkan.
Umumnya pola tanam kencur dikombinasikan dengan tanaman palawija
(jagung, kacang tanah, ketela pohon, jenis kacangkacangan lain) dan

19
tanaman hortikultura (ketimun, buncis). Pola tanam kencur yang paling
menguntungkan dari segi usahatani adalah dengan kacang tanah, dengan 2
kali penanaman kacang tanah.

7. Pemeliharaan
a) Penyiangan gulma, Sampai tanaman berumur 6-7 bulan banyak tumbuh
gulma di sekitar tanaman kencur. Untuk menjaga agar pertumbuhan
kencur tidak terganggu harus dilakukan penyiangan gulma paling tidak
2 minggu sekali dengan hati-hati agar tidak mengganggu perakaran
kencur. Pada saat curah hujan tinggi, pertumbuhan gulma sangat cepat,
sehingga penyiangan perlu dilakukan lebih intensif.
b) Penyisipan, terhadap tanaman mati dilakukan pada saat tunas muncul di
permukaan tanah dengan cara menanam rimpang bertunas atau
memindahkan tanaman yang menumpuk pada lubang tanam yang lain.
c) Pembumbunan, ulai dilakukan pada waktu rumpun sudah terbentuk.
Apabila curah hujan tinggi, pembumbunan harus dilakukan lebih
intensif, karena cucuran air hujan akan menurunkan bedengan, sehingga
tanaman akan terendam. Selain itu, pembumbunan juga dilakukan agar
rimpang selalu tertutup tanah. Apabila rimpang muncul di permukaan
tanah, akan mengurangi kualitas rimpang tersebut (berwarna hijau) dan
tidak bertambah besar.

2.4. Daun Jambu Biji (Psidium Guajava).

Sumber : Agrotek.id
Gambar 2.16 Daun jambu biji.

20
1.
2.
2.1.
2.2.
2.3.
2.4.
2.4.1. Klasifikasi Jambu Biji.
Divisi : Spermatophyta.
Subdivisi : Angiospermae.
Kelas : Dicotyledonae.
Bangsa : Myrtales.
Suku : Myrtaceae
Marga : Psidium
Jenis : Psidium guajava L.

2.4.2. Morfologi Daun Jambu Biji.


Daun jambu biji tergolong daun tidak lengkap karena hanya terdiri
dari tangkai (Petiolus) dan helaian (Lamina) saja yang disebut daun
bertangkai. Dilihat dari letak bagian terlebarnya pada daunnya bagian
terlebar daun jambu biji (P. Guajava L.) berada ditengah-tengah dan
memiliki bagian jorong karena perbandingan panjang : lebarnya adalah
1,5 - 2 : 1 (13 - 15 : 5,6 - 6 Cm). Daun jambu biji (P. Guajava L.)
memiliki tulang daun yang menyirip yang mana daun ini memiliki 1 ibu
tulang yang berjalan dari pangkal ke ujung dan merupakan terusan
tangkai daun dari ibu tulang ke samping,keluar tulang-tulang cabang,
sehingga susunannya mengingatkan kita pada susunan sirip ikan. Jambu
biji memiliki ujung daun yang tumpul, pada umumnya warna daun
bagian atas tampak lebih hijau jika dibandingkan sisi bawah daun.
Tangkai daun berbentuk selindris dan tidak menebal pada bagian
tangkainya.

2.4.3. Kandungan Kimia.

21
Daun jambu biji memiliki kandungan flavonoid yang sangat tinggi,
terutama quercetin. Senyawa tersebut bermanfaat sebagai antibakteri,
kandungan pada daun Jambu biji lainnya seperti saponin, minyak atsiri,
tanin, anti mutagenic, flavonoid, dan alkaloid.
Flavonoid adalah senyawa yang terdiri dari dari 15 atom karbon
yang umumnya tersebar di dunia tumbuhan. Quercetin adalah zat sejenis
flavonoid yang ditemukan dalam buah-buahan, sayuran, daun dan
bijibijian. Hal ini juga dapat digunakan sebagai bahan dalam suplemen,
minuman atau makanan. Saponin adalah jenis glikosida yang banyak
ditemukan dalam tumbuhan. Saponin memiliki karakteristik berupa buih.
Sehingga ketika direaksikan dengan air dan dikocok maka akan
terbentuk buih yang dapat bertahan lama. Minyak atsiri adalah kelompok
besar minyak nabati yang berwujud cairan kental pada suhu ruang
namun mudah menguap sehingga memberikan aroma yang khas. Minyak
atsiri merupakan bahan dasar dari wangi-wangian atau minyak gosok
(untuk pengobatan) alami. Tanin merupakan substansi yang tersebar luas
dalam tanaman dan digunakan sebagai energi dalam proses metabolisme
dalam bentuk oksidasi, Tanin juga sebagai sumber asam pada buah.
Alkaloid adalah sebuah golongan senyawa basa bernitrogen yang
kebanyakan heterosiklik dan terdapat didunia tumbuhan (tetapi ini tidak
mengecualikan senyawa yang berasal dari hewan).

2.4.4. Manfaat Daun Jambu Biji.


Daun jambu biji ternyata memiliki khasiat tersendiri bagi tubuh
kita, baik untuk kesehatan ataupun untuk obat penyakit tertentu. Dalam
penelitian yang telah dilakukan ternyata daun jambu biji memiliki
kandungan yang banyak bermanfaat bagi tubuh kita. Diantaranya, anti
inflamasi, anti mutagenik, anti mikroba dan analgesik.8 Pada umumnya
daun jambu biji (P. Guajava L.) digunakan untuk pengobatan seperti
diare akut dan kronis, perut kembung pada bayi dan anak, kadar
kolesterol darah meninggi, sering buang air kecil, luka, sariawan, larutan
kumur atau sakit gigi dan demam berdarah.

22
Berdasarkan hasil penelitian, telah berhasil diisolasikan suatu zat
flavonoid dari daun jambu biji yang dapat memperlambat penggandaan
(replika) Human Immunodeficiency Virus (HIV) penyebab penyakit
AIDS. Zat ini bekerja dengan cara menghambat pengeluaran enzim
reserved transriptase yang dapat mengubah RNA virus menjadi DNA di
dalam tubuh manusia.

2.4.5. Media Tanam Jambu Biji.


1. Tanaman jambu biji sebenarnya dapat tumbuh pada semua jenis tanah.
2. Jambu biji dapat tumbuh baik pada lahan yg subur & gembur serta
banyak mengandung unsur nitrogen, bahan organik atau pada tanah yg
keadaan liat & sedikit pasir.
3. Derajat keasaman tanah (pH) tdk terlalu jauh berbeda dengan tanaman
lainnya, yaitu antara 4,5-8,2 & bila kurang dari pH tersebut maka perlu
dilakukan pengapuran terlebih dahulu.
4. Jambu biji dapat tumbuh subur pada daerah tropis dengan ketinggian
antara 5-1200 m dpl.

2.4.6. Pembibitan Jambu Biji.


Untuk langkah ini anda bisa menentukan sendiri, anda akan
menggunakan bibit mana. Anda Bisa memakai bibit dari hasil stek dan
cangkok, lalu bisa juga anda pakai bibit yang berasal dari biji buah
langsung. Lebih baik anda pakai bibit hasil dari stek atau cangkok sebab
jelas kualitas buahnya, lebih lagi anda tahu asal usul tanaman jambu
kristal itu. Jika tidak ingin ribet mencangkok, saat ini sudah banyak
orang yang menjual bibit hasil cangkokan. jadi anda bisa membeli
bibitnya langsung.

2.4.7. Penyiapan Benih Jambu Biji.


Setelah buah dikupas & diambil bijinya, lalu disemaikan dengan
jalan fermentasi biasa (ditahan selama 1-2 hari) sesudah itu di angin-

23
anginkan selama 24 jam (sehari semalam). Biji tersebut direndam
dengan larutan asam dengan perbandingan 1:2 dari air & larutan asam yg
terdiri dari asam chlorida (HCl) 25% Asam Sulfat (H2S04) BJ : 1.84,
caranya direndam selama 15 menit kemudian dicuci dengan air tawar yg
bersih sebanyak 3 kali berulang/dengan air yg mengalir selama 10 menit,
kemudian dianginkan selama 24 jam. utk menghidari jamur, biji dapat
dibalur dengan larutan Dithane 45, Attracol 70 WP atau fungisida
lainnya. Setelah batang pokok telah mencapai ketinggia 5-6 meter bibit
yg disemaikan baru dapat dilakukan okulasi /cangkok yg kira-kira telah
bergaris tengah 1cm & tumbuh lurus, kemudian dengan menggunakan
pisau okulasi dilakukan pekerjaan okulasi & setelah selesai
pencangkokan ditaruh dlm media tanah baik dlm bedengan maupun
didalam pot/kantong plastik, setelah tanaman sudah cukup kuat baru
dipindah kelokasi yg telah disiapkan.

2.4.8. Teknik Penyemaian Benih Jambu Biji.


Pilih lahan yg gembur & sudah mendapat pengairan serta mudah
dikeringkan disamping itu mudah diawasi utk penyemaian. Cara
penyemaian adalah sebagai berikut: tanah dicangkul sedalam 20-30 cm
sambil dibersihkan dari rumput-rumput, batu-batu & sisa pepohonan &
benda keras lainnya, kemudian tanah dihaluskan sehingga menjadi
gembur & dibuat bedengan yg berukuran lebar 3-4 m & tinggi sekitar 30
cm, panjang disesuaikan dengan lahan yg idel sekitar 6-7 m, dengan
keadaan bedengan membujur dari utara ke selatan, supaya mendapatkan
banyak sinar matahari, dengan jarak antara bedeng 1 m, & utk
menambah kesuburan dapat diberi pupuk hijau, kompos/pupuk kandang
sebanyak 40 kg dengan keadaan sudah matang & benih siap disemaikan.
Selain melalui proses pengecambahan biji juga dapat langsung
ditunggalkan pada bedeng-bedang yg sudah disiapkan, utk menyiapkan
pohon pangkal lebih baik melalui proses pengecambahan, biji-biji
tersebut ditanam pada bedeng-bedeng yg berjarak 20-30 cm setelah
berkecambah sekitar umur 1-2 bulan, sudah tumbuh daun sekitar 2-3

24
helai maka bibit dapat dipindahkan dari bedeng persemaian ke bedeng
penanaman. Setelah mencapai keinggian 5-6 m, kurang lebih telah
berumur 6-9 bulan pencangkokan atau okulasi dapat dimulai dengan
mengerat cabang sepanjang 10-15 cm kemudian diberi media tanah yg
telah diberi pupuk kandang, kemudian dibalut dengan sabut kelapa atau
plastik yg telah diberi lubang-lubang sirkulasi, kemudian diikat dengan
tali plastik supaya menjaga petumbuhan akar tdk mengalami hambatan.
Akar akan tumbuh dengan cepat, sekitar 2-3 bulan. Mulai dlakukan
okulasi dengan mata tangkai yg telah berumur 1 th, melalui cara Forkert
yng disempurnakan, dengan lebar 0,8 cm setinggi 10 cm dari permukaan
tanah, setelah dikupas kulitya sebesar 2/3 pada bagian bibir kulit &
setelah berumur 2-3 minggu tali dilepas jika kelihatan mata tetap
konndisi hijau, okulasi dianggap berhasil & pohon pangkal diatas
okulasi setinggi 5 cm direndahakan supaya memberi kesempatan mata
terebut utk berkembang & setelah itu pohon pangkal dipotong, bibit hasil
okulasi dapat dipindah pada pot-pot atau kantong plastik, kemudian
dilakukan pemotongan pada akar tunggang sedikit supaya akar akan
lebih cepat berkebang. Setelah itu baru dilakukan penanaman dlm
lobang-lobang bedengan yg telah dipersiapkan.
2.4.9. Pemindahan Bibit.
Cara pemindahan bibit yg telah berkecambah atau telah di cangkok
maupun diokulasi dapat dengan mencungkil atau membuka plastik yg
melekat pada media penanaman dengan cara hati-hati jangan sampai
akar menjadi rusak, & pencungkilan dilakukan dengan kedalaman 5 cm,
agar tumbuh akar lebih banyak maka dlm penanaman kembali akar
tunggangnya dipotong sedikit utk menjaga terjadinya penguapan yg
berlebihan, kemudian lebar daun dipotong separuh. Ditanam pada
bedeng pembibitan dengan jarak 6-7 m & ditutupi dengan atap yg
dipasang miring lebih tinggi di timur, dengan harapan dapat lebih
banyak kena sinar mata hari pagi. & dilakukan penyiraman secara rutin
tiap hari 2 kali, kecuali ditanam pada musim penghujan.

25
2.4.10. Pengapuran.
Pengapuran dilakukan apabila dataran yg berasal dari tambak &
juga dataran yang baru terbentuk tdk bisa ditanami, selain tanah masih
bersifat asam juga belum terlalu subur. Caranya dengan menggali
lobang-lobang dengan ukuran 1 x 1 m, dasar lobang ditaburkan kapur
sebanyak 0,5 liter utk setiap lobang, guna menetralkan pH tanah hingga
mencapai 4,5-8,2. Setelah 1 bulan dari penaburan kapur diberi pupuk
kandang.

2.4.11. Pemupukan.
Setelah jangka waktu 1 bulan dari pemberian kapur pada lubang-
lubang yg ditentukan kemudian diberikan pupuk kandang dengan urutan
pada bulan pertama diberi NPK dengan dosis 12:24:81 ons/pohon, bulan
kedua dilakukan sama dengan bulan pertama, pada bulan ketiga diberi
NPK dengan dosis 15:15:15 ons/pohon & bulan ke 4 sampai tanaman
berbuah, supaya jambu tetap bebuah gunakan pupuk kandang yang
sudah matang & ditanamkan sejauh 30 cm dari batang tanaman.
Pemupukan merupakan bagian terpenting yg peggunaannya tdk dapat
sembarangan, terlebihlebih kalau menggunakan pupuk buatan seperti
NPK, kalau dilakukan berlebihan akan berakibat adanya perubahan sifat
dari pupuk menjadi racun yg akan membahayakan tanaman itu sendiri.

2.4.12. Pemeliharaan Tanaman.


Meskipun penanaman jambu biji mampu tumbuh & menghasilkan
tanpa perlu diperhatikan keadaan tanah & cuaca yg mempengaruhinya
tetapi akan lebih baik apabila keberadaannya diperhatikan, karena
tanaman yg diperhatikan dengan baik akan memberikan imbalan hasil yg
memuaskan.

1. Perajangan dan Penyulaman.


Karena kondisi tanah telah gembur & mudah tanaman lain akan
tumbuh kembali terutama Gulma (tanaman pengganggu), seperti

26
rumput-rumputan & harus disiangi sampai radius 1,5-2 m sekeliling
tanaman rambutan. Apabila bibit tdk tumbuh dengan baik segera
dilakukan penggantian dengan bibit cadangan. & apabila tumbuh
tanaman terlalu jauh jaraknya maka perlu dilakukan penyulaman &
sebaliknya apabila tumbuhnya sangat berdekatan penjarangan.

2. Penyiangan.
Selama 2 minggu setelah bibit yg berasal dari cangkokan/ okulasi
ditanam di lahan perlu penyiangan dilakukan hanya pada batang dahan
tua (warna coklat) dengan dahan muda (warna hijau) & apabila buah
terlalu banyak, tunas yg ada dlm satu ranting bisa dikurangi, dengan
dikuranginya tunas yang tdk diperlukan akan berakibat buah menjadi
besar & menjadi manis rasanya. Khusus jambu non biji dengan
membatasi percabangan buahnya maksimal 3 buah setelah panjang 30-
50 cm dilakukan pangkasan, & setelah tumbuh cabang tersier segera
dilenturkan ke arah mendatar, guna utk merangsang tunas bunga & buah
yg akan tumbuh.

3. Pembubunan.
Supaya tanah tetap gembur & subur pada lokasi penanaman bibit
jambu biji perlu dilakukan pembalikan & penggemburan tanah supaya
tetap dlm keadaan lunak, dilakukan setiap 1 bulan sekali hingga tanaman
bisa dianggap telah kuat betul.

4. Perempalan.
Agar supaya tanaman jambu biji mendapatkan tajuk yg rimbun,
setelah tanaman berumur 2 tahun segera dilakukan perempelan/
pemangkasan pada ujung cabang-cabangnya. Disamping utk
memperoleh tajuk yg seimbang juga berguna memberi bentuk tanaman,
juga memperbanyak & mengatur produksi agar tanaman tetap terpelihara
& pemangkasan juga perlu dilakukan setelah masa panen buah berakhir,

27
dengan harapan agar muncul tajuk-tajuk baru sebagai tempat munculnya
bunga baru pada musim berikutnya dengan hasil lebih meningkat atau
tetap stabil keberadaannya.

5. Pengairan Dan Penyiraman.


Selama dua minggu pertama setelah bibit yg berasal dari
cangkokan atau okulasi ditanam, penyiraman dilakukan sebanyak dua
kali sehari, pagi & sore. & minggu-minggu berikutnya penyiraman dapat
dikurangi menjadi satu kali sehari. Apabila tanaman jambu biji telah
tumbuh benar-benar kuat frekuensi penyiraman bisa dikurangi lagi yg
dapat dilakukan saat-saat diperlukansaja. & bila turun hujan terlalu lebat
diusahakan agar sekeliling tanaman tidak tegenang air dengan cara
membuat lubang saluran utk mengalirkan air. Sebaliknya pada musim
kemarau tanah kelihatan merekah maka diperlukan penyiraman dengan
menggunakan pompa air 3 PK utk lahan seluas kurang lebih 3000 m 2 &
dilakukan sehari sekali tiap sore hari.

2.4.13. Panen Jambu Biji.


1. Ciri dan Umur Panen.
Buah jambu biji umumnya pada umur 2-3 tahun akan mulai
berbuah, berbeda dengan jambu yg pembibitannya dilakukan dengan
cangkok/stek umur akan lebih cepat kurang lebih 6 bulan sudah bisa
buah, jambu biji yg telah matang dengan ciri-ciri melihat warna yg
disesuikan dengan jenis jambu biji yg ditanam & juga dengan mencium
baunya serta yg terakhir dengan merasakan jambu biji yg sudah masak
dibandingkan dengan jambu yg masih hijau & belum masak, dapat
dipastikan bahwa pemanenan dilakukan setelah jambu bewarna hijau
pekat menjadi muda ke putihputihan dlm kondisi ini maka jambu telah
siap dipanen.

28
2. Cara Panen.
Cara pemanenan yg terbaik adalah dipetik beserta tangkainya, yg
sudah matang (hanya yg sudah masak) sekaligus melakukan
pemangkasan pohon agar tidak menjadi rusak, waktunya setelah 4 bulan
umur buah kemudian dimasukkan ke dalam keranjang yg dibawa oleh
pemetik & setelah penuh diturunkan dengan tali yang telah disiapkan
sebelumnya, hingga pemanenan selesai dilakukan. Pemangkasan
dilakukan sekaligus panen supaya dapat bertunas kembali dengan baik
dengan harapan dapat cepat berbuah kembali.
3. Periode Panen.
Periode pemanenan setelah buah jambu biji dilakukan pembatasan
buah dlm satu rantingnya kurang lebih 2-3 buah, hal ini dimaksudkan
agar buah dapat berkembang besar & merata. Dengan sistem ini
diharapkan pemanenan buah dapat dilakukan dua kali dlm setahun (6
bulan) atau sekitar 2-3 bulan setelah berbuah, dengan dicari buah yg
masak, & yg belum masak supaya ditinggal & kemudian dipanen
kembali, catatan apabila buah sudah masak tetapi tdk dipetik maka akan
berakibat datangnya binatang pemakan buah seperti kalong, tupai.

2.4.14. Pasca Panen.


1. Pengumpulan.
Setelah dilakukan pemanenan yg benar buah jambu biji harus
dikumpulkan secara baik, biasanya dikumpulkan tdk jauh dari lokasi
pohon sehingga selesai pemanenan secara keseluruhan. Hasil panen
selanjutnya dimasukkan dlm keranjang dengan diberi dedauan menuju
ke tempat penampungan yaitu dlm gudang/gubug.

2. Penyortiran Dan Penggolongan.


Tujuan penyortiran buah jambu biji dimaksudkan jambu yg bagus
mempunyai harga jualnya tinggi, biasanya dipilih berdasarkan ukuran &
mutunya, buah yg kecil tetapi baik mutunya dapat dicampur dengan
buah yg besar dengan mutu sama, yg biasanya dijual dlm bentuk kiloan

29
atau bijian & perlu diingat bahwa dlm penyortiran diusahakan sama
besar & sama baik mutunya. & dilakukan sesuai dengan jenis jambu biji,
jangan dicampur adukkan dengan jenis yg lain.

3. Penyimpanan.
Penyimpanan jambu biji biasanya tdk terlalu lama mengingat daya
tahan jambu biji tdk bisa terlalu lama & sementara belum dapat dijual ke
pasar ditampung dulu dlm gubug-gubug atau gudang dengan
menggunakan kantong PE, suhu sekitar 23-25oC & jambu dapat bertahan
hingga 15 hari dlm kantong PE & ditambah 7 hari setelah dikeluarkan
dari kantong PE, sehingga dapat meningkatkan daya simpan 4,40 kali
dibandingkan tanpa perlakuan. Tekanan yg baik adalah -1013 mbar &
dapat menghasilkan kondisi PE melengket dengan sempurna pada
permukaan buah, konsentrasi C0² sebesar 5,21% & kerusakan 13,33%
setelah penyimpanan dlm kantong PE. Jalan yg terbaik utk penyimpanan
buah jambu dengan jalan diawetkan, biasanya dilakukan dengan jalan
dibuat asinan atau manisan & dimasukkan dlm kaleng atau botol atau
dapat juga dengan menggunakan kantong plastik. Hal ini dapat menjaga
kesterilan & ketahanan sehingga dapat lama dlm penyimpanannya. Serta
biasanya dibuat minuman atau koktail.

4. Pengemasan Dan Pengangkutan.


Jambu biji dengan hasil jual dapat tinggi tdk tergantung dari
rasanya saja, tetapi pada kenampakan & cara pengikatannya, apa
bilaakan di jual tdk jauh dari lokasi maka cukup dibawa dengan
dimasukkan dlm keranjang dengan melalui sarana sepeda atau kendaraan
bermotor. utk pengiriman dengan jarak yg agak jauh (antar pulau) yg
membutuhkan waktu hingga 2-3 hari lamanya perjalanan buah jambu
batu dilakukan dengan cara di pak dengan menggunakan peti yg
berukuran persegi panjang 60 x 28,5 x 28,5 cm, keempat sudutnya yg
panjang dengan jarak 1 cm, sisi yg pendek sebaiknya dibuat dari 1atau 2
lembar papan setebal 1cm, karena sisi ini dlm pengangkutan akan

30
diletakkan di bagian bawah, sebaiknya pembuatan peti dilakukan jarang-
jarang guna utk memberi kebebasan udara utk keluar masuk dlm peti.
Sebelumnya buah jambu dipilih & di pak. Setelah itu disusun berderet
berbentuk sudut terhadap sisi peti, yg sebelumnya dialasi dengan
lumut/sabut kelapa, atau bahan halus & lembut lainnya. Kemudian
setelah penuh lapisan atas dilapisi lagi dengan sabut kelapa yg terakhir
ditutup dengan papan, sebaiknya kedua sisi panjang dibentuk agak
gembung, biasanya penempatan peti bagian yg pendek ditempatkan
dibawah didalam perjalanan.

31
BAB III
PENUTUP

1.
2.
3.
3.

3.1. Kesimpulan

Simplisia merupakan bahan alami yang digunakan untuk obat tradisional


dan belum mengalami perubahan proses apa pun, kecuali proses pengeringan.
Untuk memperoleh simplisia yang berkualitas tentunya harus melalui
beberapa serangkaian proses mulai dari tahap budidaya tanaman dengan
menerapkan metode yang baik hingga tahap pembuatan simplisia. Proses
pembuatan simplisia meliputi penyortiran, pencucian, pemotongan,
pengeringan hingga tahap penyortiran kering. Simplisia yang dibahas pada
modul ini yaitu Daun jambu biji (Psidium guajava L.) dan rimpang kencur
(Kaempferia galanga L.). Pemilihan simplisia tersebut pada pembahasan
modul ini dimaksudkan karena mudah dijumpai dan biasa dikonsumsi oleh
masyarakat yang bertujuan untuk menambah pengetahuan bagi masyarakat
khususnya untuk penyusun bahwa bagaimana cara membudidayakan tanaman
dengan baik dan bagaimana cara mendapatkan simplisia yang berkualitas
sehingga akan menjadi bahan yang bermanfaat dan juga berkhasiat.

32
DAFTAR PUSTAKA

Rizki Kurnia Tohir, Pembuatan Simplisia Daun Lengkeng (Dimocarpus longan)


Sebagai Bahan Baku Tumbuhan Obat, Institut Pertanian Bogor, 2015.

Ginting, Herawati. 2010. Karakterisasi Simplisia dan Ananlisis Komponen


Minyak Atsiri dari Kulit Jeruk Purut (Cytrus Hystrix DC) Kering. Jurusan
Farmasi. FMIPA. USU. Sumatera Utara. Jurnal.

Retno, Aria Ningrum. 2013. Pemanfaatan Tumbuhan Jambu biji Sebagai Obat
Tradisional. Universitas Negeri Yogyakarta: Jogjakarta

Soedjito. 2008. Budi Daya Jambu Merah. Yogyakarta: Kanisius.

Afriastini, J.J. 1990. Bertanam Kencur. Wakarta Penebar Swadaya. Jakarta.

Agoest, G. 2007. Teknologi Bahan Alam. Bandung: Penerbit ITB.

Djamal, R. 2010. Kimia Bahan Alam: Prinsip-Prinsip Dasar Isolasi dan


Identifikasi. Padang: Universitas Baiturrahmah.

33

Anda mungkin juga menyukai