Dosen Pengampu :
1. Dra. Ike Yulia Wiendarlina, M.Farm., Apt
2. Yulianita, M.Farm.
3. Novi Fajar Utami, M.Farm., Apt.
4. Merybet Tri R.H, M.Farm., Apt
5. Mindiya Fatmi, M.Farm., Apt
6. Cyntia Wulandari, M.Farm
7. Nadhira Nhestricia, MKM., Apt.
Asisten dosen :
1. Andhika Edvis
2. Juju Julianti
3. Riffa Kurnia Meidistiana
4. Rani Meilana Wulandari
5. Fany Yuliana
UNIVERSITAS PAKUAN
BOGOR
2020
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang
Pembuatan Simplisia ini dengan baik meskipun masih terdapat banyak kekurangan. Kami
sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan kita dalam Mata Kuliah Farmakognosi. Kami juga menyadari sepenuhnya
bahwa di dalam makalah ini terdapat banyak kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh
sebab itu, kami berharap adanya kritik atau saran untuk perbaikan makalah yang telah kami
buat di masa yang akan datang. Mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran
yang membangun. Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi setiap orang yang
membacanya dan juga dapat berguna bagi kami sendiri maupun bagi orang yang
membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang
kurang berkenaan.
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...........................................................................................................................1
DAFTAR ISI.........................................................................................................................................2
BAB I....................................................................................................................................................3
1.1 LATAR BELAKANG...........................................................................................................3
1.2 TUJUAN................................................................................................................................3
BAB II...................................................................................................................................................4
2.1 PENGERTIAN......................................................................................................................4
2.2 CARA PEMBUATAN...........................................................................................................4
BAB III................................................................................................................................................10
3.1 KESIMPULAN......................................................................................................................10
3.2 SARAN..................................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................11
2
BAB I
PENDAHULUAN
Di Indonesia banyak berbagai macam tumbuhan obat yang telah diteliti oleh para ahli
yang mana sampai sekarang tercantum pada buku-buku maupun artikel obat tradisional.
Tumbuhan obat atau yang biasa dikenal dengan obat herbal adalah sediaan obat baik berupa
obat tradisional, fitofarmaka dan farmasetika, dapat berupa simplisia ( bahan segar atau
yang dikeringkan ) ekstrak, kelompok senyawa atau senyawa murni berasal dari alam, yang
dimaksut dengan obat alami adalah obat asal tanaman. Indonesia sangat kaya akan
kekayaan alam yang melimpah, mulai dari tanaman herbal sampai mineral tersimpat dalam
bumi pertiwi. Dijaman yang berkembang banyak Ilmuwan bahkan Mahasiswa dari berbagai
universitas berlomba-lomba untuk mengembangkan tanaman obat.
Simplisia merupakan bahan alami yang digunakan untuk obat tradisional dan belum
mengalami perubahan proses apa pun, kecuali proses pengeringan. Simplisia telah lama
dikenal masyarakat sebagai bahan dasar obat tradisional yang bermanfaat untuk mengobati
suatu penyakit tanpa menimbulkan efek samping apapun. Agar dapat bermanfaat dengan
optimal simplisia harus memenuhi syarat sebagai simplisia yang aman, berkhasiat dan
bermutu baik. Simplisia yang aman dan berkhasiat adalah simplisia yang tidak mengandung
bahaya bagi kesehatan serta simplisia yang masih mengandung bahan aktif yang berkhasiat
bagi kesehatan. Jenis simplisia sangat beragam, terutama simplisia jenis tumbuhan.
Simplisia jenis tumbuhan merupakan simplisia yang diambil daribagian tumbuhan yang
dapat dimanfaatkan seperti daun, bunga, buah,biji, rimpang, batang dan akar.
1.2 TUJUAN
Mengetahui cara pembuatan simplisia yang baik sesuai dengan standar
3
BAB II
PEMBAHASAN
2 PENGERTIAN
Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum
mengalami pengolahan apapun juga dan kecuali diyatakan lain simplisia merupakan
bahan yang dikeringkan. Simplisia dapat berupa simplisia nabati, simplisia hewani
dan simplisia pelikan atau mineral.
1 . Jenis Simplisia
a. Simplisia nabati adalah simplisia yang berupa tanaman utuh, bagian tanaman atau
eksudat tanaman. Yang dimaksud dengan eksudat tanaman adalah isi sel yang secara
spontan keluar dari tanaman atau yang dengan cara tertentu dikeluarkan dari selnya,
atau zat-zat nabati lainnya yang dengan cara tertent dipisahkan dari tanamannya.
b. Simplisia hewani adalah simplisia yang berupa hewan utuh , bagian hewan atau
zat-zat berguna yang dihasilkan oleh hewan dan belum berupa zat kimia murni.
c. Simplisia mineral atau pelikan adalah simplisia yang berupa bahan pelikan atau
mineral yang belum diolah atau telah diolah dengan cara sederhana dan belum
berupa zat kimia murni.
Agar simplisia memenuhi persyaratan minimal yang ditetapkan, maka ketiga faktor
tersebut haus memenuhi persyaratan minimalyang ditetapkan.
3 CARA PEMBUATAN
Pada umumya pembuatan simplisia melalui tahapan sebagai berikut :
A. PENGUMPULAN BAHAN BAKU
Kadar senyawa aktif dalam suatu simplisia berbeda-beda antara lain
tergantung pada :
1. Bagian tanaman yang digunakan.
4
2. Umur tanaman yang digunakan.
3. Waktu panen.
4. Lingkungan tempat tumbuh.
1. Tanaman yang pada saat panen diambil bijinya yang telah tua seperti
kedawung (Parkia rosbbrgii), pengambilan biji ditandai dengan telah mengeringnya
buah. Sering pula pemetikan dilakukan sebelum kering benar, yaitu sebelum buah
pecah secara alami dan biji terlempar jauh, misal jarak (Ricinus cornrnunis).
2. Tanaman yang pada saat panen diambil buahnya, waktu pengambilan sering
dihubungkan dengan tingkat kemasakan, yang ditandai dengan terjadinya perubahan
pada buah seperti perubahan tingkat kekerasan misal labu merah (Cucurbita
n~oscllata). Perubahan warna, misalnya asam (Tarnarindus indica), kadar air buah,
misalnya belimbing wuluh (Averrhoa belimbi), jeruk nipis (Citrui aurantifolia)
perubahan bentuk buah, misalnya mentimun (Cucurnis sativus), pare (Mornordica
charantia).
5
mempunyai mutu yang terbaik. Contoh tanaman yang diambil daun pucuk ialah
kumis kucing (Orthosiphon starnineus).
4. Tanaman yang pada saat panen diambil daun yang telah tua, daun yang
diambil dipilih yang telah membuka sempurna dan terletak di bagian cabang atau
batang yang menerima sinar matahari sempurna. Pada daun tersebut terjadi kegiatan
asimilasi yang sempurna. Contoh panenan ini misal sembung (Blumea balsamifera).
5. Tanaman yang pada saat panen diambil kulit batang, pengambilan dilakukan
pada saat tanaman telah cukup umur. Agar pada saat pengambilan tidak mengganggu
pertumbuhan, sebaiknya dilakukan pada musim yang menguntungkan pertumbuhan
antara lain menjelang musim kemarau.
6. Tanaman yang pada saat panen diambil umbi lapis, pengambilan dilakukan
pada saat umbi mencapai besar maksimum dan pertumbuhan pada bagian di atas
tanah berhenti misalnya bawang merah (Allium cepa).
B. SORTASI BASAH
C. PENCUCIAN
6
pada permukaan bahan tersebut dapat menipercepat pertumbuhan mikroba. Bakteri
yang umumnya terdapat dalam air adalah Pseudomonas, Proteus,Micrococcus,
Bacillus, Streptococcus, Enterobacter dan Escherishia. Pada simplisia akar, batang
atau buah dapat pula dilakukan pengupasan kulit luarnya untuk mengurangi jumlah
mikroba awal karena sebagian besar jumlah mikroba biasanya terdapat pada
permukaan bahan simplisia. Bahan yang telah dikupas tersebut mungkin tidak
memerlukan pencucian jika cara pengupasannya dilakukan dengan tepat dan bersih.
D. PERAJANGAN
E. PENGERINGAN
Pada tumbuhan yang masih hidup pertumbuhan kapang dan reaksi enzimatik
yang merusak itu tidak terjadi karena adanya keseimbangan antara proses-proses
metabolisme, yakni proses sintesis, transformasi dan penggunaan isi sel.
Keseimbangan ini hilang segera setelah sel tumbuhan mati. Sebelum tahun 1950,
sebelum bahan dikeringkan, terhadap bahan simplisia tersebut lebih dahulu
dilakukan proses stabilisasi yaitu proses untuk menghentikan reaksi enzimatik. Cara
yang lazim dilakukan pada saat itu, merendam bahan simplisia dengan etanol 70 %
atau dengan mengaliri uap panas. Dari hasil penelitian selanjutnya diketahui bahwa
reaksi enzimatik tidak berlangsung bila kadar air dalam simplisia kurang dari 10%.
7
pengeringan adalah suhu pengeringan, kelembaban udara, aliran udara, Waktu
pengeringan dan luas permukaan bahan. Pada pengeringan bahan simplisia tidak
dianjurkan rnenggunakan alat dari plastik. Selama proses pengeringan bahan
simplisia, faktor-faktor tersebut harus diperhatikan sehingga diperoleh simplisia
kering yang tidak mudah mengalami kerusakan selama penyimpanan. Cara
pengeringan yang salah dapat mengakibatkan terjadinya "Face hardening", yakni
bagian luar bahan sudah kering sedangkan bagian dalamnya masih basah. Hal ini
dapat disebabkan oleh irisan bahan simplisia yang terlalu tebal, suhu pengeringan
yang terlalu tinggi, atau oleh suatu keadaan lain yang menyebabkan penguapan air
permukaan bahan jauh lebih cepat daripada difusi air dari dalam ke permukaan
tersebut, sehingga permukaan bahan menjadi keras dan menghambat pengeringan
selanjutnya. "Face hardening" dapat mengakibatkan kerusakan atau kebusukan di
bagian dalarn bahan yang dikeringkan.
F. SORTASI KERING
Sirnplisia dapat rusak, mundur atau berubah mutunya karena berbagai faktor
luar dan dalam, antara lain :
8
berpengaruh pada bentuk simplisia, misalnya, yang semula cair dapat berubah
menjadi kental atau padat, berbutir-butir dan sebagainya.
3. Reaksi kimia intern : perubahan kimiawi dalam simplisia yang dapat disebabkan
oleh reaksi kimia intern, misalnya oleh enzim, polimerisasi, oto-oksidasi dan
sebagainya.
4. Dehidrasi : Apabila kelembaban luar lebih rendah dari simplisia, maka simplisia
secara perlahan-lahan akan kehilangan sebagian airnya sehingga rnakin lama
makin mengecil (kisut).
8. Kapang : Bila kadar air dalam simplisia terlalu tinggi, maka simplisia dapat
berkapang. Kerusakan yang timbul tidak hanya terbatas pada jaringan simplisia,
tetapi juga akan merusak susunan kimia zat yang dikandung dan malahan dari
kapangnya dapat mengeluarkan toksin yang dapat mengganggu kesehatan.
9
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum
mengalami pengolahan apapun juga dan kecuali diyatakan lain simplisia
merupakan bahan yang dikeringkan. Pembuatan simplisia secara umum meliputi
tahapan sebagai berikut :
Sortasi basah
Pencucian
Perajangan
Pengeringan
Sortasi kering
3.2 SARAN
Hendaknya orang-orang yang memanfaatkan bahan simplisia sebagai obat
tradisional senantiasa memperhatikan kualitas, kebersihannya karena mungkin
saja bahan simplisia para pengumpul bahan simplisia memiliki mutu yang rendah
10
DAFTAR PUSTAKA
11