Anda di halaman 1dari 38

LAPORAN PRAKTIKUM FARMASKOGNOSI

IDENTIFIKASI JAMU SERBUK DALAM KEMASAN “GADING RAPAT”

Oleh:
Kelompok 3

Ahmad Rizal NIM.F17088


Amelia Desy Anggeryni NIM.F17089
Maria Theresa NIM.F17107
Martinah NIM.F17108
Nur Ayu Amelia NIM.F17120
Nur Fitri Yanti NIM.F17121
Siti Rudiah NIM.F17134

PROGRAM STUDI FARMASI


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SARI MULIA
BANJARMASIN
2018
DAFTAR ISI

Cover ........................................................................................................................1
DAFTAR ISI ............................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................3
1.1. Latar Belakang ..........................................................................................3
1.2. Kompetensi Praktikum ..............................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................4
2.1. Deskripsi tentang praktikum .....................................................................4
BAB III METODE PRAKTIKUM ........................................................................18
3.1. Alat ..........................................................................................................18
3.2. Bahan .......................................................................................................18
3.3. Prosedur Kerja .........................................................................................18
BAB IV HASIL .....................................................................................................23
BAB V PEMBAHASAN .......................................................................................28
5.1. Deskripsi Jamu Gading Rapat .................................................................28
5.2. Uji Organoleptis Jamu Gading Rapat ......................................................32
5.3. Ekstrak Maserasi Jamu Gading Rapat .....................................................32
5.2. Identifikasi Senyawa Metabolit Sekunder ...............................................32
5.2. Indikasi Simplisia dan Jamu Gading Rapat .............................................35
BAB VI KESIMPULAN .......................................................................................36
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................37
JAWABAN PERTANYAAN ................................................................................38

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Masyarakat indonesia sering menggunakan tanaman-tanaman untuk
mengatasi penyakit ringan. Mereka menggunakan tanaman secara empiris atau
pembuatan tanaman sebagai obat secara turun-temurun. Tanaman yang
digunakan sebagai obat atau mengatasi penyakit dikenal dengan jamu di
masyarakat Indonesia dari sejak dulu. Kandungan jamu secara khusus tidak
dapat diketahui karena masih berupa campuran dari banyak senyawa-senyawa
metabolik sekunder.
Pada era zaman yang semakin maju jamu banyak mengalami perubahan
bentuk, jika dulu jamu dibikin dengan cara tradisional sekarang jamu bisa
dibuat secara besar-besaran atau dalam skala pabrik dengan menggunakan
mesin. Proses pengelolaannya pun menjadi lebih baik dan efisien. Tetapi
banyak orang-orang yang tidak bertanggung jawab mencampurkan bahan
kimia ke dalam jamu sehingga membahayakan bagi masyarakat karena
memiliki efek samping yang berbahaya. Dalam hal ini, jamu harus
diidentifikasi kandungannya apakah sesuai dengan indikasi yang tertera pada
kemasan dan bahan-bahan sesuai dengan komposisinya tersebut.

1.2. Kompetensi Praktikum


Mahasiswa mampu melakukan identifikasi kualitatif pada sediaan jamu
serbuk dalam kemasan.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Deskripsi tentang praktikum

A. Jamu
Merupakan bahan atau ramuan bahan tumbuhan, hewan, mineral, atau
campuran bahan tersebut yang secara tradisional digunakan untuk
penyembuhan berdasarkan pengalaman turun temurun. Jamu yang diproduksi
dan diedarkan Industri Obat Tradisional (IOT) harus ada izin produksi dan izin
edar. Jamu yang diedarkan ini harus memenuhi standar mutu dan keamanan.
Proses pembuatan herus memenuhi ketentuan Cara Pembuatan Obat
Tradisional Yang Baik Dan Benar (CPOTB), terutama untuk IOT.

Rapet gading adalah obat rapet vagina herbal asli Kalimantan yang
dikemas dalam bentuk serbuk rasa buah jeruk segar, obat khusus wanita yang
mengandung majakani dan bahan- bahan herbal asli kalimantan ini sangat
berhasiat untuk menjadikan vagina jadi semakin rapet, kencang dan dapat
mencengkram erat penis saat bercinta dan menciptakan sensasi rasa seperti
bersetubuh dengan gadis virgin, sudah teruji hasiatnya sangat manjur dan aman
karena sudah terdaftar di badan DEPKES RI.
Sediaan Rapat Gading obat rapet vagina kalimantan ini sangat cocok
dipakai oleh semua wanita baik oleh ibu rumah tangga, remaja gadis, para
janda, wanita karir dan semua wanita. Buat ibu rumah tangga yang habis
melahirkan maka rapet gading akan berhasiat untuk merapatkan vagina dan
mengembalikan fungsi dan daya cengkram vagina sehingga dapat kembali
normal seperti saat seebelum melahirkan. Untuk para gadis maka rapet gading
ini akan makin merapatkan vagina, setelah minum obat sari rapet gading asli
Kalimantan ini maka vagina akan terasa sangat sempit seperti virgin kembali.

4
Rapet gading majakani asli Kalimantan ini dikemas dalam bentuk serbuk,
khasiatnya pun sangat manjur dan terbukti nyata, tidak seperti minum jamu
yang umumnya berasa pahit. Khasiat dari obat rapet gading asli Kalimantan ini
adalah:
a. Merapatkan dan menyempitkan vagina.
b. Mengembalikan dan menyempitkan vagina sehabis melahirkan.
c. Dapat mencegah penyakit kelamin.
d. Mencegah dan mengobati keputihan.
e. Mengurangi lendir berlebihan pada vagina.

B. Proses Persiapan Bahan Baku


Prosedur untuk mengolah simplisia ada tujuh prosedur yaitu :
1. Pengumpulan bahan baku
Faktor yang paling berperan dalam tahapan ini adalah masa panen.
Berdasakan garis besar pedoman panen, pengambilan bahan baku tanaman
dilakukan sebagai berikut :
a. Biji, pengambilan biji dapat dilakukan pada saat mulai
mengeringnyabuah atau sebelum semuanya pecah.
b. Buah, panen buah dilakukan berdasarkan tujuan dan pemanfaatan
kandungan aktifnya.
1. Menjelang masak.
2. Setelah benar-benar masak.
3. Melihat perubahan warna atau bentuk dari buah yang
bersangkutan
c. Bunga, bunga dilakukan berdasarkan tujuan dan pemanfaatan
kandungan aktifnya.
1. Menjelang penyerbukan
2. Bunga masih kuncup
3. Bunga sudah mulai mekar

5
d. Daun
1. Pemetikan daun dilakukan pada saat proses fotosintesis
berlangsung maksimal, dengan ciri-ciri tanaman mulai
berbunga atau buah mulai masak.
2. Pemetikan pucuk daun, dianjurkan pemetikan dilakukan saat
warna pucuk daun berubah menjadi daun tua.
e. Kulit batang, panen kulit batang hanya dilakukan pada tanaman
yang sudah cukup umur. Saat panen yang paling baik adalah awal
usim kemarau.
f. Umbi lapis, panen umbi dilakukan pada saat akhir pertumbuhan.
g. Rimpang, panen rimpang dilakukan pada saat awal musim kemarau.
h. Akar, panen akar dilakukan pada saat proses pertumbuhan berhenti
atau tanaman sudah cukup umur.
2. Sortasi Basah
Proses memilih hasil panen ketika tanaman masih segar (baru dipanen).
Sortasi dilakukan terhadap :
1. Tanah dan kerikil
2. Rumput – rumputan
3. Bahan tanaman lain atau bagian lain dari tanaman yang tidak
digunakan
4. Bagian tanaman yang rusak (dimakan ulat atau sebagainya)
3. Pencucian
Pencucian simplisia dilakukan untuk membersihkan kotoran yang
melekat dari dalam tanah atau yang tercemar pestisida. Pencucian bisa
dilakukan dengan menggunakan air yang berasal dari sumber mata air, air
sumur dan air PDAM.
4. Perubahan bentuk
Perubahan bentuk simplisia bertujuan untuk memperluas permukaan
bahan baku. Semakin luas permukaan bahan baku maka akan mempercepat
pengeringan. Beberapa proses pengubahan bentuk adalah sebagai berikut :
1. Perajangan untuk rimpang, daun dan herba

6
2. Pengupasan untuk buah, kulit kayu dan biji – bijian yang
ukurannya besar
3. Pemipilan khusus untuk jagung, yaitu biji dipisahkan dengan
bonggolnya
4. Pemotongan untuk akar, batang, kayu, kulit kayu dan ranting.
5. Penyerutan untuk kayu
5. Pengeringan
Tujuan pengeringan simplisia adalah sebagai berikut :
1. Menurunkan kadar air sehingga bahan tersebut tidak mudah
ditumbuhi kapang dan bakteri.
2. Menghilangkan aktivitas enzim yang bisa menguraikan lebih
lanjut kandungan zat aktif.
3. Memudahkan dalam hal pengelolaan proses selanjutnya
(ringkas, mudah disimpan, tahan lama dan sebagainya).
Faktor –faktor yang dapat mempengaruhi pengeringan :
1. Waktu pengeringan, semakin lama dikeringkan akan semakin
kering bahan tersebut.
2. Suhu pengeringan, semakin tinggi suhunya semakin cepat
kering, tetapi harus dipertimbangkan daya tahan kandungan zat
aktif di dalam sel yang kebanyakan tidak tahan panas.
3. Kelembapan udara di sekitarnya dan kelembapan bahan atau
kandungan air dari bahan.
4. Ketebalan bahan yang dikeringkan.
5. Sirkulasi udara
6. Luas permukaan bahan. Semakin luas permukaan bahan
semakin mudah kering.
Cara pengeringan untuk bahan – bahan tertentu dijelaskan sebagai berikut
1. Untuk tanaman rendah, misalnya lumut, jamur, thallus, agar –
agar dan rerumputan laut, dikeringkan dengan cara dijemur
dibawah sinar matahari. Setelah kering, disimpan dalam
kantung kedap udara.

7
2. Untuk bahan berupa akar, pengeringan dilakukan dengan cara
dirajang atau dipotong – potong pendek, kemudian dijemur
langsung dibawah sinar matahari langsung.
3. Untuk bahan berupa buah seperti jeruk bisa dibelah terlebih
dahulu, baru dijemur. Buah dapat diperam terlebih dahulu baru
dijemur.
4. Untuk bahan berupa bunga hanya diangin – anginkan ditempat
yang teduh atau jika menggunakan oven maka suhu diatur
rendah sekitar 25̊ - 35̊C.
5. Untuk bahan berupa kulit batang umumnya dibelah terlebih
dahulu, diserut atau dipecah, kemudian langsung dijemur
dibawah matahari langsung.
6. Untuk bahan berupa rimpang harus dirajang terlebih dahulu
untuk memperluas permukaan, kemudiaan dijemur dibawah
matahari tidak langsung (ditutup kain hitam). Tujuannya untuk
menghindari penguapan yang terlalu cepat yang dapat berakibat
menurunkan mutu minyak atsiri dalam bahan.
7. Bahan – bahan eksudat seperti getah (opium dan sebagainya),
daging dan lidah buaya, dan biji jarak (Ricinus communis) yang
akan diambil minyak lemaknya tidak perlu dilakukan proses
pengeringan.
8. Untuk bahan berupa daun atau bunga yang akan diambil minyak
atsirinya maka cara pengeringan yang dianjurkan adalah
menghindari penguapan terlalu cepat dan proses oksidasi udara.
6. Sortasi Kering
Sortasi kering merupakan pemilihan bahan setelah mengalami proses
pengeringan. Pemilihan dilakukan terhadap bahan – bahan yang terlalu
gosong, terkena lindasan ban motor atau dibersikan dari kotoran hewan.
7. Pengepakan dan penyimpanan
Setelah tahap pengeringan dan sortasi kering selesai maka simplisia
perlu ditempatkan dalam suatu wadah tersendiri agar tidak saling
bercampur antara simplisia satu dengan yang lainnya. Selanjutnya, wadah

8
– wadah yang berisi simplisia disimpan dalam rak pada tempat
penyimpanan.

C. Pengolahan Jamu
1. Sortir bahan
Yaitu melakukan penyortiran terhadap bahan baku sebelum melangkah
pada tahap awal. Sortir bahn baku ini bertujuan untuk menjamin
kebersihan dan kelayakan bahan baku tersebut untuk memasuki proses
selanjutnya, yaitu dengan memisahkan material- material yang mungkin
saja masuk ke dalam tumpukan bahan tersebut.
2. Penimbangan
Yaitu melakukan penimbangan terhadap bahan baku yang telah
dibutuhkan dalam membuat suatu jenis jamu. Ukuran timbangan tersebut
sudah ditentukan oleh perusahaan sebagai formula atau campuran dalam
membuat suatu jenis jamu tertentu.
3. Penggorengan
Proses ini adalah melakukan penggorengan terhadap bahan baku yang
dimaksudkan agar bahan tersebut kering dan mudah digiling serta rendah
kadar air yang melekat didalamnya. Penggorengan ini dilakukan dengan
menggunakan mesin penggoreng yang dilakukan oleh tenaga listrik dan
dengan compressor untuk menghidupkan kompos minyak tanah.
4. Penggilingan I dan Penggilingan II
Proses penggilingan yang dilakukan sebanyak 2 tahap, yaitu tahap awal
yang berarti tahap penggilingan bahan- bahan yang telah digoreng agar
dihasilkan serbuk yang bahan- bahannya sudah tercampur secara otomatis.
Kemudian penggilingan tahap berikutnya adalah melakukan penggilingan
yang dimaksudkan untuk mendapatkan serbuk yang lebih halus dan mudah
diayak. Kedua proses penggilingan ini dilakukan dengan menggunakan 2
buah mesin penggiling listrik untuk tiap- tiap tahapnya.

9
5. Pengayakan
Proses pengayakan ini dilakukan dengan menggunakan mesin
pengayak listrik, sehingga dapat dihasilkan serbuk jamu lembut dalam
jumlah yang lebih banyak dan dalam tempo yang lebih singkat.
6. Pengantongan
Proses pengantongan ini adalah memasukkan serbuk jamu ke dalam
kemasan sachet yang berupa rol- rolan. Proses ini dilakukan dengan
menggunakan mesin rol- rolan yang memiliki kapasitas melebihi kecepatan
tenaga manusia dalam proses pengantongannya.
7. Pengemasan
Sachet- sachet yang telah tersedia dimasukkan ke dalam amplop yang
disebut BL (Bungkus Luar) sebanyak 2 sachet, kemudian dimasukkan ke
dalam kotak jamu yang dapat berisi 10 amplop, setelah ini kotak jamu
tersebut dibungkus dengan plastik kaca dan terakhir dimasukkan ke dalam
dos/ karton sebanyak 100 kotak. Tiap- tiap karton jamu tersebut di bungkus
kembali dengan plastik bal- balan untuk melindungi dari bias air dan
kelembaban, atau terhadap kotoran seperti debu dan lain- lain.
8. Penyimpanan di Gudang
Proses terakhir adalah penyimpanan di dalam gudang produk jadi serta
memelihara dan menjaga kemudahan dan keamanan barang tersebut agar
tidak mudah rusak selama dalam masa penyimpanan.

D. Ekstraksi
Ekstraksi adalah pemisahan suatu zat dari campurannya dengan
pembagian sebuah zat terlarut antara dua pelarut yang tidak dapat tercampur
untuk mengambil zat terlarut tersebut dari satu pelarut ke pelarut yang lain.
Ekstraksi bertujuan untuk melarutkan senyawa-senyawa yang terdapat dalam
jaringan tanaman ke dalam pelarut yang dipakai untuk proses ekstraksi
tersebut.

10
Faktor-faktor yang menpengaruhi laju ekstraksi adalah:
1. Tipe persiapan sample
2. Waktu ekstraksi
3. Kuantitas pelarut
4. Suhu pelarut
5. Tipe pelarut
Hal yang mempengaruhi dalam ekstrak yaitu sebagai berikut:
1. Jenis pelarut, pelarut yang digunakan adalah pelarut organik, karena
cepat menguap sehingga cepat terjadi sirkulasi uap.
2. Volume pelarut, jika volume dalam jumlah sedikit maka akan
menghasilkan ekstrak yang sedikit karena kontak antar uap pelarut
dengan simplisia sedikit sekali dan sebaliknya.
3. Ukuran partikel, semakin halus ukuran partikel akan semakin mudah
mendapatkan ekstrak tetapi akan mempengaruhi warna ekstrak yang
dihasilkan.
4. Pengadukan, untuk mempercepat terjadinya reaksi antara pelarut
dengan solute
5. Lama waktu, semakin lama waktu maka semakin banyak ekstrak
yang diperoleh.
Berdasarkan bentuk campuran yang diekstraksi, dapat dibedakan dua
macam ekstraksi yaitu :

1. Ekstraksi padat – cair


Jika substansi yang di ekstraksi terdapat didalam campurannya yang
berbentuk padat. Proses ini paling banyak ditemui didalam usaha untuk
mengisolasi suatu substansi yang terkandung didalam suatu bahan alam.
2. Ekstraksi cair – cair
Jika substansi yang diekstraksi terdapat didalam campurannya yang
berbentuk cair. Berdasarkan proses pelaksanaannya ekstraksi dapat
dibedakan :
a. Ekstraksi yang berkesinambungan (Continous Extraction)
Dalam pereaksi ini pelarut yang sama dipakai berulang – ulang
sampai proses ekstraksi selesai.

11
b. Ektraksi bertahap (Bath Extraction)
Dalam ekstraksi ini pada tiap tahap selalu dipakai pelarut yang
baru sampai proses ekstraksi selesai. Dalam proses ekstraksi padat
– cair diperlukan kontak yang sangat lam antara pelarut dan
padatan. Yang berperan penting dalam menentukan sempurnanya
proses ekstraksi adalah sifat – sifat bahan alam dan juga bahan
yang akan diekstraksi.
6. Jenis-jenis ekstraksi bahan alam yang sering dilakukan adalah :
a. Ekstraksi Cara Dingin
Metoda ini artinya tidak ada proses pemanasan selama proses
ekstraksi berlangsung, tujuannya untuk menghindari rusaknya
senyawa yang dimaksud rusak karena pemanasanan. Jenis
ekstraksi dingin adalah maserasi dan perkolasi.
b. Ekstraksi Cara Panas
Metoda ini pastinya melibatkan panas dalam prosesnya,
dengan adanya panas secara otomatis akan mempercepat proses
penyarian dibandingkan cara dingin. Metodanya adalah refluks,
ekstraksi dengan alat soxhlet dan infusa.
A. Metode ekstraksi cara dingin
1. Metode Maserasi
Maserasi merupakan cara penyarian yang sederhana. Maserasi
dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari.
Cairan penyari akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga
sel yang mengandung zat aktif, zat aktif akan larut dengan karena adanya
perbedaan konsentrasi antara larutan zat aktif di dalam sel dengan yang di
luar sel, maka larutan yang terpekat didesak keluar. Peristiwa tersebut
berulang sehingga terjadi keseimbangan konsentrasi antara larutan di luar
sel dan di dalam sel.
2. Metode Perkolasi
Perkolasi adalah proses penyarian simplisia dengan jalan
melewatkan pelarut yang sesuai secara lambat pada simplisia dalam suatu
percolator. Perkolasi bertujuan supaya zat berkhasiat tertarik seluruhnya

12
dan biasanya dilakukan untuk zat berkhasiat yang tahan ataupun tidak
tahan pemanasan. Cairan penyari dialirkan dari atas ke bawah melalui
serbuk tersebut, cairan penyari akan melarutkan zat aktif sel-sel yang
dilalui sampai mencapai keadaan jenuh. Gerak kebawah disebabkan oleh
kekuatan gaya beratnya sendiri dan cairan di atasnya, dikurangi dengan
daya kapiler yang cenderung untuk menahan. Kekuatan yang berperan
pada perkolasi antara lain: gaya berat, kekentalan, daya larut, tegangan
permukaan, difusi, osmosa, adesi, daya kapiler dan daya geseran (friksi).
B. Metode ekstraksi cara panas
1. Metode Soxhlet
Sokletasi adalah suatu metode atau proses pemisahan suatu
komponen yang terdapat dalam zat padat dengan cara penyaringan
berulang-ulang dengan menggunakan pelarut tertentu, sehingga semua
komponen yang diinginkan akan terisolasi. Sokletasi digunakan pada
pelarut organik tertentu. Dengan cara pemanasan, sehingga uap yang timbul
setelah dingin secara kontinyu akan membasahi sampel, secara teratur
pelarut tersebut dimasukkan kembali ke dalam labu dengan membawa
senyawa kimia yang akan diisolasi tersebut. Pelarut yang telah membawa
senyawa kimia pada labu distilasi yang diuapkan dengan rotary evaporator
sehingga pelarut tersebut dapat diangkat lagi bila suatu campuran organik
berbentuk cair atau padat ditemui pada suatu zat padat, maka dapat diekstrak
dengan menggunakan pelarut yang diinginkan.

E. Uji Identifikasi Senyawa Metabolit Sekunder


Senyawa metabolit sekunder merupakan senyawa kimia yang umumnya
mempunyai kemampuan bioaktifitas dan berfungsi sebagai pelindung
tumbuhan tersebut dari gangguan hama penyakit untuk tumbuhan itu sendiri
atau lingkungannya. Secara umum kandungan metabolit sekunder dalam bahan
alam hayati dikelompokkan berdasarkan sifat dan reaksi khas suatu metabolit
sekunder dengan pereaksi tertentu. kandungan metabolit sekunder dapat
dikelompokkan sebagai berikut :

13
a. Flavonoid
Flavonoid merupakan salah satu kelompok senyawa metabolit
sekunder yang paling banyak ditemukan didalam jaringan tanaman.
Flavonoid termasuk dalam golongan senyawa phenolik dengan struktur
kimia C6 – C3 – C6. Flavonoid adalah turunan senyawa fenolat,
sehingga untuk identifikasi awal dapat digunakan pereaksi FeCl3 dan
pereaksi uji Shinoda.
Pereaksi FeCl3, bereaksi dengan ion fenolat. Membentuk ion
komplek. Test fenolat memberikan hasil positif jika setelah beberapa
saat terbentuk warna hijau, merah, ungu, biru atau hitam kuat. Pereaksi
lain untuk identifikasi fenol adalah larutan vanillin – HCL. Test positif
memberikan warna merah jambu biru, merah bata atau merah beberapa
saat setelah penambahan pereaksi. Uji shinoda ditambahkan serbuk
magnesium ditetesi HCL warna menjadi merah jingga menunjukan
adanya flavonoid.
b. Tanin
Tanin merupakan metabolit sekunder tanaman yang bersifat
astrigen dengan rasa khas yang sepat. Tanin merupakan substansi yang
tersebar luas dalam tanaman, seperti daun, buah yang belum matang,
batang dan kulit kayu. Pada buah yang belum matang, tanin digunakan
sebagai energi dalam proses metabolisme dalam bentuk oksidasi tanin.
Tanin yang dikatakan sebagai sumber asam pada buah. Tingginya
kandungan tanin dari bagian yang dihasilkan secara in vitro dapat
dipahami karena produksi metabolit sekunder pada kalus in vitro
dipengaruhi oleh berbagai faktor diantaranya komposisi media yang
digunakan dan zat pengatur tumbuh yang diaplikasikan.
Tanin secara ilmiah didefenisikan sebagai senyawa polipenol yang
mempunyai berat molekul tinggi dan memounyai gugus hidroksil dan
gugus lainnya (seperti karboksil) sehingga dapat membentuk kompleks
dengan protein dan makromolekul lainnya dibawah kondisi lingkungan
tertentu. Identifikasi Tanin dapat dilakukan dengan cara :

14
1. Diberikan larutan FeCl3 berwarna biru tua / hitam kehijauan.
2. Ditambahkan Kalium Ferrisianida + amoniak berwarna coklat.
3. Diendapkan dengan garam Cu, Pb, Sn dan larutan Kalium
Bikromat berwarna coklat.
4. Gelatin 10% terjadi endapan putih.
c. Glikosida
Glikosida adalah senyawa yang terdiri atas gabungan dua bagian
senyawa, yaitu gula dan bukan gula. Keduanya dihubungkan oleh suatu
bentuk ikatan berupa jembatan oksigen (O – glikosida, diocsin),
jembatan nitrogen (N-glikosida, adenosine), jembatan sulfur
(Sglikosida, sinigrin), maupun jembatan karbon (C-glikosida, arbaloin).
Bagian gula bisa disebut glikon sedangkan bagian bukan gula disebut
sebagai aglikon atau genin.
Apabila glikon dan aglikon saling terikat maka senyawa ini disebut
glikosida. Identifikasi glikosida pada ekstrak dilakukan dengan dua
cara yaitu uji pereaksi Keller-killiani hasilnya positif jika terbentuk
cincin warna merah cokelat pada batas cairan terbentuk cincin warna
merah cokelat pada batas cairan dan uji pereaksi Liebermann-Burchard
positif jika mengalami perubahan warna biru atau hijau yang
menandakan ada kandungan glikosida jantung, semua senyawa steroid
dan triterpen.
d. Alkaloid
Alkaloid adalah suatu golongan senyawa organik yang terbanyak
ditemukan dialam. Hampir seluruh senyawa alkaloida berasal dari
tumbuh-tumbuhan dan tersebar luas dalam berbagai jenis tumbuhan.
Semua alkaloida mengandung paling sedikit satu atom nitrogen yang
biasanya bersifat basa dan sebagian besar atom nitrogen ini merupakan
bagian dari cincin heterosiklik. Hampir semua alkaloida yang
ditemukan dialam mempunyai keaktifan biologis tertentu, ada yang
sangat beracun tetapi ada pula yang sangat beguna dalam pengobatan.
Alkaloida umumnya ditemukan dalam kadar yang kecil dan harus

15
dipisahkan dari campuran senyawa yang rumit yang berasal dari
jaringan tumbuhan.
Alkaloida biasanya diperoleh dengan cara mengekstraksi bahan
tumbuhan memakai air yang diasamkan yang melarutkan alkaloid
sebagai garam, atau bahan tumbuhan dapat dibasakan dengan natrium
karbonat dan sebagainya dan basa bebas diekstraksi dengan pelarut
organik seperti kloroform, eter dan sebagainya.
Identifikasi alkaloid pada ekstrak katuk dilakukan dengan 2 cara
yaitu uji pereaksi Dragendorff dan uji pereaksi Mayer. Uji pereaksi
Dragendorff jika hasilnya positif berubah menjadi oranye mendekati
merah menandakan adanya senyawa alkaloida. Uji pereaksi Mayer
terbentuk endapan putih yang menandakan adanya senyawa alkaloid.
e. Steroid
Steroid adalah suatu golongan senyawa triterpenoid yang
mengandung inti siklopentana perhidrofenantren yaitu dari 3 cincin
sikloheksana dan sebuah cincin siklopetana. Dahulu sering digunakan
hormon kelamin, asam empedu, dan lain-lain. Tetapi pada tahun-tahun
terakhir ini makin banyak senyawa steroid yang ditemukan dalam
jaringan tumbuhan. Tiga senyawa yang biasa disebut fitosterol terdapat
pada hampir setiap tumbuhan tinggi, yaitu: sitosterol, stigmasterol, dan
kampestrol. Identifikasi steroid dengan pereaksi Liebermann burchard
terbentuk cincin warna hijau kebiruan yang menandakan ada senyawa
golongan steroid. identifikasi steroid dengan pereaksi Salkowaski
positif jika terbentuk cincin warna kuning dan akan berubah menjadi
warna merah setelah 2 menit menunjukkan senyawa golongan steroid.
f. Saponin
Saponin adalah senyawa aktif permukaan yang dapat membentuk
buih jika dikocok dalam air. Saponin juga mempunyai sifat hemolisis,
dan jika diinjeksikan langsung kedalam aliran darah akan sangat toksik,
namun akan tidak berbahaya jika digunakan melalui mulut, karena itu
saponin biasa dipakai untuk bahan tambahan dalam minuman non
alkohol/beverages. Saponin larut dalam etanol dan air tetapi tidak larut

16
dalam eter. Saponin mempunyai berat molekul yang tinggi dan
isolasinya yang membutuhkan kemurnian cukup sulit sebagai glikosida,
saponin terhidrolisis oleh as memberikan aglikon (sapogenin)
triterpenoid atau steroid, bermacam gula (glukosa, galakto pentosa atau
metil pentosa dan asam uronat. Berdasarkan struktur sapogenin, dikenal
dua macam saponin, yaitu steroid (biasanya teraskiklik triterpenoid)
dan tipe pentasiklik triterpenoid. Identifikasi saponin menggunakan
cara penambahan air panas positif jika dikocok buih tidak hilang dan
menggunakan uji pereaksi liberman burcahrd. Positif jika terbentuk
warna hijau-biru.

17
BAB III
METODE PRAKTIKUM

3.1. Alat
1. Pipet tetes
2. Kertas saring
3. Gelas ukur
4. Gelas beker
5. Tabung reaksi
6. Kertas perkamen

3.2. Bahan
1. Metanol
2. Reagen-reagen uji identifikasi senyawa metabolit sekunder

3.3. Prosedur kerja


A. Uji Organoleptis

Siapkan jamu serbuk Melakukan pengamatan


gading rapat dengan pengujian rasa,
bau, dan warna dari jamu
serbuk.

Bagan 3.3. sistematika uji organoleptis jamu gading rapat

B. Metode Maserasi
ekstrak yg didapat
Disiapkan jamu ekstraksi jamu selanjutnya diuji
serbuk gading rapat serbuk dengan kandungan terhadap
sebanyak 5 bungkus pelarut etanol 100ml flavonoid, terpenoid,
steroid,
glukosa,alkaloida,
sapononin, dan tanin

Bagan 3.3. sistematika metode maserasi jamu gading rapat

18
C. Identifikasi senyawa metabolit sekunder
1. Identifikasi Flavonoid
Uji Shinoda

Ekstrak daun tambahkan 2-3 Tambahkan serbuk magnesium


katuk diuapkan tetes etanol. dan 5-6 tetes HCl 2 N. amati
hingga kering. perubahan warna yang terjadi.
Warna merah jingga sampai
merah menunjukkan adanya
flavon,flavonol,flavononol dan
dihidroflavonol.
Larutan FeCl3

Siapkan ekstrak Tambahkan larutan FeCl3 flavonoid yang


daun katuk memiliki gugus hidroksil bebas pada cincin
A atau B akan menimbulkn warna hijau biru

Bagan 3.3. sistematika identifikasi senyawa metabolit sekunder flavonoid

2. Identifikasi Tanin
Larutan Gelantin 10%
Siapkan Tambahkan 1-2 Amati reaksi yang
ekstrak daun ml larutan terjadi apabila
katuk gelatin 10% terbentuk endapan
kedalam ekstrak. putih maka
menunjukkan adanya
tanin.

Larutan FeCl3

Siapkan Terbentuk
tambahkan 5-10 tetes
ekstrak warna hijau
larutan FeCl3 3%
daun katuk biru hingga
kehitaman.

Bagan 3.3. sistematika identifikasi senyawa metaboit sekunder tanin

19
3. Identifikasi Glikosida
Uji Keller Kiliani

Siapkan ekstrak tambahkan 3 ml


tambahkan 5-10 tetes
daun katuk, asetat dengan sedikit
larutan FeCl3.
uapkan pemanasan,
dipenangas air kemudian dinginkan

Tambahkan
Setelah beberpa menit diatas campuran 3 ml asam
cincin akan berwarna biru sulfat dan 1 tetes
merupakan adanya glikosida FeCl3 0,3 M
dan glikon gula 2-dioksi. terbentuk cincin
warna merah cokelat
pada batas cairan.
Uji Liebermann Burchard

1 ml sari kloroform Tambahkan pereaksi liebermann


diencerkan dengan metanol burchard. Warna biru atau hijau ( yang
3x lipat volume asal. positif tidak hanya glikosida jantung,
tapi semua steroid dan triterpen).

Bagan 3.3. sistematika identifikasi senyawa metabolit sekunder glikosida

4. Identifikasi Alkaloid
Uji Dragendroff
Siapkan ekstrak, Warna oranye
Tambahkan
masukkan mendekati merah yang
pereaksi
kedalam tabung terbentuk menunjukkan
Dragendorff
reaksi. asanya senyawa
alkaloida

Uji Mayer

Siapkan ekstrak, Tambahkan pereaksi mayer.


masukkan Endapan putih yag terbentuk
kedalam tabung menunjuukan adanya senyawa
reaksi. alkaloida.

Bagan 3.3. sistematika identifikasi sentawa metabolit sekunder alkaloid

20
5. Identifikasi Steroid
Uji Liebermann Burchard

Siapkan ekstrak yang Larutkan ekstrak Tambahkan


telah di keringkan. dalam kloroform. beberapa tetes
asam hidrat.

Terbentuknya cincin warna Tambahkan asam


hijau kebiruan menunjukkan sulfat melalui
senyawa golongan steroid. dinding tabung.

Uji Salkowaski
Siapkan ekstrak Larutkan ekstrak Tambahkan asam sulfat
yang telah dalam pekat melalui dinding
dikeringkan. kloroform. tabung. Terbentuknya
cincin warna kuning dan
akan berubah menjadi
merah setelah 2 menit
menunjukkan senyawa
golongan steroid

Bagan 3.3. sistematika identifikasi senyawa metabolit sekunder steroid

21
6. Identifikasi Saponin
Penambahan air panas
Masukkan 1 ml Tambahkan 10 ml
ekstrak daun air panas, Kocok kuat-kuat
katuk dalam kemudian selama 10 detik.
tabung reaksi dinginkan.

Terdapat saponin Amati hasil


Tambahkan 1 tetes dengan ciri pengujian.
HCl 2N, buih tidak terbentuknya buih
hilang. yang berthan
selama 10 menit,
setinggi 1-10 cm.
Uji Liebermann Burchard

Siapkan ekstrak. Tambahkan 3-5 tetes pereaksi


liebermann burchard. Terbentuk
warna hijau hingga biru.

Bagan 3.3. sistematik identifikasi senyawa metabolit sekunder saponin

22
BAB IV
HASIL

4.1. Deskripsi Jamu Gading Rapat

Jamu gading rapat memiliki berat bersih 4 gram dengan komposisi yang
terdiri Parameriae cortex 1.700 mg, Kaemfperiae rontundae rhizoma 1.200 mg,
Curcumae domesticae rhizoma 800 mg dan Boesenbergiae rhizoma 300 mg
serta mengandung Quercus infectoria gall sampai 100% sebagai bahan
tambahan. Khasiat dari jamu Gading rapat adalah membantu mengurangi
lendir yang berlebihan, mengurangi bau yang tidak sedap pada oergan
kewanitaan, mengencangkan dan menguatkan otot organ kewanitaan.

4.2.Uji Organoleptis Jamu Gading Rapat

No Jenis Pengujian Hasil Gambar

1 Rasa Pahit

2 Bau Khas

3 Warna Coklat

23
4.3. Identifikasi Senyawa Metabolit Sekunder
A. Identifikasi flavonoid
Pereaksi Hasil Keterangan Gambar
Uji Negatif Mengalami
Shinoda perubahan warna
- Flavanon
merah jingga-
- Flavanonol merah
- Dihidroflavononol

Larutan Negatif Tidak mengalami


FeCl3 perubahan warna
Flavonoid yang
menjadi hijau biru
memiliki gugus
hidroksil bebas
pada cincin A atau
B.

B. Identifikasi tanin
Pereaksi Hasil Keterangan Gambar
Larutan Positif membentuk
gelatin endapan putih
- Tanin
10%

Larutan Positif Mengalami


FeCl3 -Tanin perubahan warna
biru hingga
kehitaman

24
C. Identifikasi glikosida
Pereaksi Hasil Keterangan Gambar
Keller- Negatif Tidak terbentuk
Kiliani cincin warna
-Glikosida
merah cokelat
-Gula 2-dioksi pada batas cairan.

Liebermann- Negatif Tidak mengalami


Burchard
- Glikosida jantung perubahan warna
- Steroid menjadi biru atau
triterpen hijau

D. Identifikasi alkaloid
Pereaksi Hasil Keterangan Gambar
Dragendorff Positif Warnanya
berubah menjadi
-Alkaloid
oranye mendekati
merah.

Mayer Positif Terjadi endapan


putih.
-Alkaloida

25
E. Identifikasi steroid
Pereaksi Hasil Keterangan Gambar
Liebermann Negatif Tidak terbentuk
burchard cincin warna hijau
Golongan steroid
kebiruan

Salkowaski Negatif Tidak terbentuk


cincin warna
Golongan steroid
kuning dan tidak
berubah menjadi
merah setelah 2
menit.

F. Identifikasi saponin
Pereaksi Hasil Keterangan Gambar
Penambahan Positif Ekstrak katuk
air panas terbentuk buih
-Saponin
yang bertahan
selama 10 menit
dan tinggi buih 1-
10 cm, kemudian
ditambahkan 1
tetes HCl 2N,
buih tidak hilang.

Liebermann Negatif Tidak terbentuk


burchard warna hijau
-Saponin
hingga biru.

26
4.4.Indikasi Simplisia Dan Jamu Gading Rapat
Nama Kandungan
No Netto Indikasi Simplisa Indikasi Jamu
simplisia Simplisia
Astringensia,
Parameriae
Flavonoid, obat bersalin Membantu
1 Cortex
saponin, agar rahimnya mengurangi lendir
(Kayu
1.700 mg dan tanin cepat yang berlebihan.
rapet)
mengempes.
penghambatan
Kaempferia
pertumbuhan Mengurangi bau
e rotundae Saponin,
Staphylococcus yang tidak sedap
2 rhizoma 1.200 mg minyak
aureus dan pada organ
(Kunyit atsiri
Candida kewanitaan.
putih)
albicans
saponin,
Curcumae flavanoid, Antijamur, Mengencangkan
domesticae tanin, mencegah dan menguatkan
3 800 mg
rhizoma minyak keputihan dan otot organ
(Kunyit) atsiri, bau badan. kewanitaan.
alkaloid.
Boesenbergi Flavonoid
ae rhizoma 300 mg dan flavon,
4 obat keputihan
(Temu minyak
Kunci) atsiri
Adstringensia,
Quercus
Secukup Flavonoid, anti jamur,
5 infectoria nya
tanin, fenol mencegah
gall sampai
100% keputihan

27
BAB V
PEMBAHASAN

5.1. Deskripsi Jamu Gading Rapat


Jamu gading rapat memiliki berat bersih 4 gram dengan komposisi yang
terdiri Parameriae cortex 1.700 mg, Kaemfperiae rontundae rhizoma 1.200 mg,
Curcumae domesticae rhizoma 800 mg dan Boesenbergiae rhizoma 300 mg
serta mengandung Quercus infectoria gall sampai 100% sebagai bahan
tambahan. Khasiat dari jamu Gading rapat adalah membantu mengurangi
lendir yang berlebihan, mengurangi bau yang tidak sedap pada oergan
kewanitaan, mengencangkan dan menguatkan otot organ kewanitaan.
Berikut merupakan uraian dari kandungan jamu Gading Rapat :
1. Kunyit (Curcuma domestica Val.)
Kunyit memiliki nama latin Curcuma domestica Val. Kunyit
termasuk salah satu suku tanaman temu-temuan (Zingiberaceae).
Menurut Winarto (2003), dalam taksonomi tanaman kunyit
dikelompokkan sebagai berikut:

Kingdom : Plantae
Devisio : Spermatophyta
Sub devisio : Angiospermae
Class : Monocotyledonae
Ordo : Zingiberales
Family : Zingiberaceae
Genus : Curcuma
species : Curcuma domestica Val
Khasiat kunyit diantaranya sebagai antioksidan, anti karsinogen, anti
alzeimer dan juga anti kanker.Tanaman temu-temuan yang berkerabat
dekat dengan kunyit dan dikenal masyarakat antara lain: temulawak
(Curcuma xanthorrhiza), jahe (Zingiberofficinale), dan kencur
(Kaempferia galanga). Berikut ini disajikan struktur kimia kurkumin,
demetoksikurkumin, bisdemetoksikurkumin. Kandungan Senyawa
Kunyit (Curcuma domestica Val.), kandungan utama dalam rimpang
kunyit diantaranya adalah minyak atsiri, kurkumin, resin, oleoresin,

28
desmetoksikurkumin, bidesmetoksikurkumin, lemak, protein, kalsium,
fosfor dan besi Keton Seskuiterpen yang terdapat dalam rimpang.

Kunyit memiliki kandungan bioaktif dengan manfaat kesehatan


yang yang sangat baik. Akhir-akhir ini, sains mulai mengumpulkan fakta
mengenai informasi yang dimiliki oleh orang India selama bertahun-
tahun bahwa kunyit memang memiliki kandungan yang bermanfaat
untuk pengobatan. Kandungan ini dikenal dengan nama kurkuminoid,
dan kandungan paling penting dari kurkuminoid adalah kurkumin.

Kurkumin adalah bahan aktif utama dalam kunyit. Kurkumin


memiliki kandungan anti-inflamasi yang sangat kuat dan antioksidan
yang sangat tinggi. Namun, kandungan kurkumin dalam kunyit tidaklah
tinggi hanya sekitar 3% dari beratnya. Kurkumin adalah senyawa yang
berasal dari tanaman kunyit dan sejenisnya. Kurkumin dapat
dimanfaatkan sebagai senyawa antioksidan. Tubuh memerlukan
antioksidan yang dapat membantu melindungi tubuh dari serangan
radikal bebas dengan meredam dampak negatif senyawa ini. Kunyit
(Curcuma domestica Val.) meningkatkan kapasitas antioksidan tubuh
secara drastis.

2. Majakani
Manjakani (Quercus infectoria) adalah tumbuhan yang merupakan
spesies dari Quercus, serta digunakan dalam pengobatan tradisional di
Asia.Dalam pengobatan tradisional di India, manjakani digunakan dalam
bentuk bubuk sebagai obat untuk sakit gigi dan peradangan gusi. Secara
farmakologi; manjakani memiliki zat antidiabetik, antitremorin, anastesi
lokal, anti virus, anti bakteri, anti jamur, larvasida, dan anti inflamasi.

29
Kingdom : Plantae
Ordo : Fagales
Family : Fagaceae
Genus : Quercus
species : Quercus infectoria

3. Kayu Rapat
Tumbuhan kayu rapet yang bernama latin parameria L. Termasuk
suku Apocynaceae tumbuhan ini sering digunakan untuk mengobati luka-
luka, koreng, disentri dan rahim nyeri sehabis melahirkan. Bagian bagian
tumbuhan yang digunakan adalah kulit kayunya (batang) dan kayunya
sendiri. Tumbuhan ini mengandung zat kautsyuk dan zat getah perca.
Didalam kulit kayu dan akarnya terkandung senyawa kimia seperti
flavanoid dan polifenol sedangkan daunnya mengandung saponin dan
tanin. Adapaun klasifikasi tumbuhan kayu rapet yaitu :

Kingdom : Plantae
Devisio : Magnoliophyta (berbunga)
Class : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Ordo : Gentianales
Family : Apocynaceae
Genus : Parameria
species : Parameria laevigata (Juss.) Moldenke

4. Temu Kunci
Boesenbergia pandurata telah lama dimanfaatkan dalam pengobatan
tradisional untuk mengobati gangguan perut, diare, kolik, batuk kering,
karies gigi, iritasi rongga mulut, rematisme, dan infeksi jamur. Selain itu
telah diuji juga sebagai antiseptik pada luka terbuka, antimutagenik,
antitumor, antiinflamasi, antioksidan, antibakterial, antiviral, antiparasit,
antiulkus, antiobesitas, dan pencegah hiperpigmentasi. Minyak atsiri
rimpang temu kunci berefek pada pengurangan pertumbuhan Entamoeba
coli, Staphylococcus aureus, dan Candida albicans. Selain itu, dapat
berefek pula dalam pelarutan batu ginjal kalsium secara in-vitro. Perasan

30
dan infus rimpang temu kunci juga memiliki daya analgetik dan
Antipiretik.

Kingdom : Plantae
Devisio : Spermatophyta
Class : Monocotyledoneae
Ordo : Zingiberales
Family : Zingiberaceae
Genus : Boesenbergia
species : Boesenbergia pandurata Roxb.

5. Temu Rapet
Temu rapet atau kunci pepet (Kaempferia rotunda L.), atau kadang
kala disebut kunir putih, adalah sejenis rempah-rempah rimpang yang
masih berkerabat dekat dengan kencur. Temu rapet lebih khusus dipakai
untuk khasiat pengobatannya. Temu rapet mengandung senyawa
metabolit sekunder yaitu Flavonoid.
Rimpang kunci pepet ini digunakan sebagai obat sakit perut dan
disentri. Kaempferia rotunda digunakan dalam pembuatan harum-
haruman, anti serangga, serta dijadikan bahan makanan sebagai sayuran
atau lalapan. Rimpang dan umbinya yang didestilasi dapat menghasilkan
minyak atsiri yang mengandung sineol, zat yang berbau kamper.

Kingdom : Plantae
Devisio : Magnoliophyta (berbunga)
Class : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Ordo : Gentianales
Family : Apocynaceae
Genus : Parameria
species : Parameria laevigata (Juss.) Moldenke

31
5.2.Uji Organoleptis Jamu Gading Rapat
Dari hasil percobaan organoleptis yaitu jamu Gading Rapat memiliki rasa
yang pahit karena jamu Gading Rapat memiliki kandungan tanin, warnanya
coklat dan bau yang khas dari berbagai tanaman asalnya yaitu rimpang-
rimpangan yang memiliki komposisi terbesar dalam kandungan jamu Gading
Rapat.

5.3.Ekstrak Maserasi Jamu Gading Rapat


Jamu bubuk Gading Rapat dilarutkan dengan pelarut etanol 95%
kemudian didiamkan kurang lebih 30 menit untuk mendapatkan ekstrak jamu
yang cair dan encer, kemudian untuk mengentalkannya diuapkan di waterbath
sampai ekstrak menjadi cukup kental. Tujuan dari maserasi ini agar
mendapatkan hanya senyawa metabolik sekunder dengan prinsip difusi agar
kandungan metabolik sekunder keluar dari membran dan dengan proses
penguapan mengurangi kadar etanol yang ada pada larutan ekstraksi.

5.4. Identifikasi Senyawa Metabolik Sekunder


Senyawa metabolit sekunder merupakan senyawa kimia yang umumnya
mempunyai kemampuan biokatifitas dan berfungsi sebagai pelindung
tumbuhan dari gangguan hama penyakit untuk tumbuhan tersebut atau
lingkungan. Senyawa metabolit sekunder digunakan sebagai zat warna, racun,
aroma makanan,dan obat tradisional pada kehidupan sehari-hari (Meta, 2011).
Senyawa metabolik sekunder terdiri dari flavanoid, tanin, glikosida, alkaloid,
terpenoid, steroid, dan saponin. Pada praktikum kali ini jamu serbuk Gading
Rapat akan di identifikasi senyawa metaboliknya untuk mengetahui
kandungan senyawa metabolik sekundernya. Jamu Gading Rapat terdiri
simplisia kayu rapat, simplisia temu rapet, simplisia rimpang kunyit, simplisia
temu kunci dan simplisia majakani. Banyak faktor yang mempengaruhi
kandungan dalam suatu tanaman yaitu lingkungan dimana tanaman tersebut
bertumbuh dan lain-lain.

32
5.4.1. Uji Identifikasi Flavonoid

Uji identifikasi flavanoid pada ekstrak jamu serbuk Gading Rapat


adalah dengan 2 cara yaitu uji shinoda dan penambahan larutan FeCl3.
Uji shinoda dengan penambahan 2-3 tetes etanol, serbuk magnesium dan
penambahan 5-10 tetes HCl 5 M pada ekstrak katuk. Hasil yang diperoleh
dari uji shinoda adalah positif karena terbentuk warna merah jingga
sampai merah pada larutan ekstrak katuk menandakan
terindentifikasinya senyawa kandungan flavanon, flavonol, flavanonol
dan dihidroflavonol. Dan untuk yang kedua yaitu penambahan larutan
FeCl3 pada ekstrak katuk dan hasilnya negatif karena larutan tidak
mengalami perubahan warna menjadi hijau biru sehingga tidak
mengandung gugus hidroksil bebas pada cincin A atau B. Hasil dari
identifikasi flavonoid sesuai dengan literatur bahwa jamu serbuk Gading
rapat positif mengandung flavanon, flavonol, flavanonol, dan
dihidroflavonol pada uji shinoda, dan untuk penambahan FeCl 3% pada
eksrak jamu Gading Rapat juga sesuai dengan literatur yang menyatakan
tidak adanya flavonoid yang memiliki gugus hidroksil bebas pada cincin
A atau B.

5.4.2. Uji Identifikasi Tanin

Uji identifikasi tanin pada ekstrak jamu serbuk Gading Rapat yaitu
dengan penambahan 1-2 ml gelatin 10% dan hasilnya positif karena
terbentuk endapan putih yang menandakan adanya tanin dan hasil
tersebut sesuai dengan literatur. Uji identifikasi tanin pada ekstrak jamu
serbuk Gading Rapat yaitu dengan penambahan 5 tetes larutan FeCl3 3%
terbentuk warna hijau biru hingga kehitaman maka hasilnya positif dan
hasil tersebut sesuai dengan literatur.

5.4.3. Uji Identifikasi Glikosida

Identifikasi glikosida pada ekstrak jamu serbuk Gading Rapat


dilakukan dengan dua cara yaitu uji pereaksi Keller-killiani dan uji
pereaksi Liebermann-Burchard. Uji pereaksi Keller-killiani dengan

33
ekstrak yang diuapkan dipenangas air , ditambahkan 3 ml asam asetat
dengan sedikit pemanasan, kemudian didinginkan, ditambahkan 5-10
tetes larutan FeCl3 0,3 M, ditambahkan 3 ml asam sulfat dan terakhir 1
tets FeCl3. Hasil yang diperoleh adalah negatif karena tidak terbentuk
cincin warna merah cokelat pada batas cairan yang menandakan tidak
adanya glikosida gula 2-dioksi. Dan cara yang kedua yaitu uji pereaksi
Liebermann-Burchard dengan 1 ml kloroform diencerkan dengan
metanol 3x lipat volume asal dan ditambahkan dengan pereaksi
Liebermann burchard. Hasilnya negatif karena tidak mengalami
perubahan warna biru atau hijau yang menandakan tidak ada kandungan
glikosida jantung, semua senyawa steroid dan triterpen. Dari kedua uji
tersebut sesuai dengan literatur.

5.4.4. Uji Identifikasi Alkaloid

Identifikasi alkaloid pada ekstrak jamu serbuk Gading Rapat


dilakukan dengan 2 cara yaitu uji pereaksi Dragendorff dan uji pereaksi
Mayer. Pada uji pereaksi Dragendorff, ekstrak ditambahkan dengan
pereaksi Dragendorff dan hasilnya positif karena berubah menjadi oranye
mendekati merah menandakan adanya senyawa alkaloida dan hasil
tersebut sesuai dengan literatur. Cara kedua yaitu uji pereaksi Mayer
dengan ekstrak katuk ditambahkan pereaksi Mayer dan hasilnya positif
dikarenakan terbentuk endapan putih yang menandakan adanya
senyawa alkaloid. Hasil kedua uji sama dengan literatur yang
menyatakan adanya alkaloid.

5.4.5. Uji Identifikasi Steroid

Identifikasi steroid dengan pereaksi Liebermann burchard yaitu


ekstrak katuk dilarutkan dengan kloroform, ditambahkan beberapa tetes
asam anhidrat dan hasilnya negatif karena tidak terbentuk cincin warna
hijau kebiruan yang menandakan tidak ada senyawa golongan steroid.
Hasil tersebut berbeda dengan literatur yang dimana ekstrak katuk
mengandung steroid. Cara kedua yaitu identifikasi steroid dengan
pereaksi Salkowaski yaitu ekstrak katuk dilarutkan dengan kloroform

34
dan ditambahkan dengan aam sulfat pekat dan hasilnya negatif, karena
tidak terbentuk cincin warna kuning dan akan berubah menjadi warna
merah setelah 2 menit tidak menunjukkan senyawa golongan steroid dan
hasil tersebut tidak sesuai dengan literatur, dikarenkan identifikasi
steroid menggunakan ekstrak cair, sedangkan pada uji steroid
memerluakan ekstrak yang kental. Ekstrak tersebut encer dikarenakan
hanya di maserasi ± 30 menit.

5.4.6. Uji Identifikasi Saponin

Masukkan 0,5 gram ekstrak jamu serbuk Gading Rapat kedalam


tabung reaksi, tambahkan 1 ml air panas, kemudian didinginkan. Terakhir,
kocok kuat-kuat selama 10 detik. Terbentuk buih yang bertahan selama 10
menit dan tinggi 1 sampai 10 cm. Ditambahkan 1 tetes HCl 2 N dan buih
tidak hilang menandakan ekstrak katuk postif mengandung saponin dan
sesuai dengan literatur yang dimana ekstrak katuk mengandung saponin.
Ekstrak jamu serbuk Gading Rapat ditambahkan 3-5 tetes Lieberman-
Burchard tidak mengalami perubahan warna dari hijau hingga biru
menandakan negatif adanya saponin dan hasil tersebut tidak sesuai dengan
literatur.

5.5.Indikasi Simplisia Dan Jamu Gading Rapat


Menurut literatur jamu serbuk Gading Rapat memiliki kandungan
flavonoid, tanin, alkaloid, terpenoid, steroid, dan saponin karena mempunyai
banyak kombinasi berbagai simplisia yang terdiri dari kayu rapat (Parameriae
rhizoma), temu rapet (Kaempferia rotunda rhizoma), rimpang kunyit
(Curcuma domesticae rhizoma), temu kunci (Boesenbergia rhizoma), dan
majakani (Quercus rhizoma), namun dalam praktikum yang tidak sesuai
dengan literatur yang kami temukan adalah saponin dengan identifikasi
pereaksi Lieberman burchard dan semua uji identifikasi steroid dikarenakan
hasilnya yang negatif, seharusnya hasilnya positif. Pada praktikum uji ini
terdapat kesalahan atau kurang telitinya pada melakukan uji praktikum dan
pengaruh kualitas bahan yang digunakan.

35
BAB VI
KESIMPULAN

Organoleptis pada jamu serbuk Gading Rapat yaitu rasanya pahit, warnanya
coklat dan memiliki bau yang khas. Jamu serbuk Gading Rapat dimaserasi dengan
pelarut etanol 95% selama 30 menit untuk mendapatkan ekstrak jamu yang cair dan
encer, kemudian diuapkan di waterbath sampai ekstrak menjadi cukup kental.
Menurut literatur jamu serbuk Gading Rapat memiliki kandungan flavonoid, tanin,
alkaloid, terpenoid, steroid, dan saponin karena terdiri dari kayu rapat (Parameriae
rhizoma), temu rapet (Kaempferia rotunda rhizoma), rimpang kunyit (Curcuma
domesticae rhizoma), temu kunci (Boesenbergia rhizoma), dan majakani (Quercus
rhizoma), namun dalam praktikum yang tidak sesuai dengan literatur yang kami
temukan adalah saponin dengan identifikasi pereaksi Lieberman burchard dan
semua uji identifikasi steroid dikarenakan hasilnya yang negatif, seharusnya
hasilnya positif. Pada praktikum uji ini terdapat kesalahan atau kurang telitinya
pada melakukan uji praktikum dan pengaruh kualitas bahan yang digunakan.

36
DAFTAR PUSTAKA

E-journal, 2012. Skreaning Fitokimia. https://ejournal.unri.ac.id/./. Diakses pada


tanggal 1 Juni 2018
Juke, 2014. Potential Of Katuk Leaf. juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/.
Diakse pada tanggal 1 Juni 2018.

Sudjadi, Drs., (1986), "Metode Pemisahan", UGM Press, Yogyakarta

Wikipedia, 2011. Metabolit Sekunder. http://www.wikipedia.com. Diakses pada


tanggal 1 Juni 2018.

Mustaqimah, M.Si., Apt, dkk. 2018. Modul Praktikum Farmakognosi.


Banjarmasin.

37
JAWABAN PERTANYAAN

1. Apakah yang dimaksud dengan jamu?

2. Jelaskan khasiat dari jamu serbuk kelompok anda?

Jawaban:

1. Jamu dibuat dari bahan-bahan alami, berupa bagian dari tumbuhan


seperti rimpang (akar-akaran), daun-daunan, kulit batang, dan buah. Ada juga
menggunakan bahan dari tubuh hewan, seperti empedu kambing, empedu ular,
atau tangkur buaya. Seringkali kuning telur ayam kampung juga dipergunakan
untuk tambahan campuran pada jamu gendong. Jamu biasanya terasa pahit
sehingga perlu ditambah madu sebagai pemanis agar rasanya lebih dapat
ditoleransi peminumnya. Bahkan ada pula jamu yang ditambah dengan anggur.
Selain sebagai pengurang rasa pahit, anggur juga berfungsi untuk
menghangatkan tubuh.
2. Untuk membuat otot wanita jadi rapet dan singset, cocok untuk ibu ibu yang
habis melahirkan agar vagina nya kembali repat dan tidak longgar. Jamu sari
rapet ini terbuat dari bahan bahan alami dengan resep ramuan madura kuno yang
diolah secara higienis dan bersih sesuai standard pabrik jamu modern.

38

Anda mungkin juga menyukai