DISUSUN OLEH :
Afifatuljannah 34190282
LABORATORIUM FARMAKOGNOSI
YOGYAKARTA
2019/2020
1
DAFTAR ISI
1. Tujuan praktikum............................................................................................................3
2. Dasar teori ........................................................................................................................
................................................................................................................................................
B. PEMBUATAN SIMPLISIA.................................................................................................9
C. CARA KERJA...................................................................................................................10
a. Rimpang dan umbi........................................................................................................11
b. Akar...............................................................................................................................12
c. Batang............................................................................................................................12
d. Kayu..............................................................................................................................12
e. Daun..............................................................................................................................13
f. Herba (seluruh bagian tanaman atau seluruh bagian tanaman kecuali akar).................13
g. Bunga............................................................................................................................14
h. Buah..............................................................................................................................14
2
A. PENGOLAHAN PASCA PANEN
1. Tujuan Praktikum:
a. Pada akhir praktikum mahasiswa diharapkan dapat secara benar mengolah dan
menangani tanaman obat dimulai setelah pasca panen.
b. Pada akhir praktikum mahasiswa diharapkan dapat membuat simplisia rajangan
dan serbuk, termasuk uji kualitasnya secara sederhana secara makroskopik dan
organoleptis.
2. Dasar Teori
Pengobatan tradisional menggunakan bahan dari tanaman umumnya telah di lakukan
secara turun-temurun. Pemakaian dan cara pengolahannya sangat sederhana. Untuk
itu, jenis tanaman obat yang digunakan haruslah tepat, karena setiap tanaman
memiliki efek farmakologi yang sangat beragam. Menurut Depkes, yang dimaksud
dengan obat tradisional ialah obat yang berasal dari bahan tumbuh-tumbuhan, hewan,
mineral atau Sediaan galeniknya atau campuran dari bahan-bahan tersebut yang
belum mempunyai data klinis dan dipergunakan dalam usaha pengobatan hanya
berdasarkan empiris / pengalaman. Bahan yang digunakan bisa dalam keadaan segar
ataupun dalam bentuk kering yang disebut simplisia, dapat berupa rimpang, akar,
herba, daun, batang, bunga dan buah. Secara umum yang dinamakan simplisia adalah
bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum mengalami pengolahan
apapun kecuali dinyatakan lain, berupa bahan yang telah di7keringkan.
Untuk menunjang kegiatan industri, suatu produksi harus dimulai dari cara
mendapatkan bahan baku yang tepat, baik dari segi kuantitas ataupun kualitasnya.
Faktor yang sangat berpengaruh dalam hal ini adalah aspek budidaya dan pascapanen
yang tepat. Proses pembuatan simplisia di tingkat petani masih dilakukan secara
tradisional, dan kadang-kadang tidak memenuhi cara-cara pengolahan yang baik dan
benar, sehingga untuk mendapatkan mutu yang baik agak sulit dicapai.
3
Dalam upaya mendapatkan simplisia dengan kualitas yang tings diperlukan suatu
tindakan pengamanan dimulai dari :
1. Prapanen
2. pada saat panen
3. Pascapanen
Tahap-tahap pengolahan yang dilakukan, tergantung pada bahan yang akan diolah.
Bahan baku tanaman obat sumbernya sangat beragam, antara lain yang berasal dari
akar, daun, bunga, biji, buah, rimpang/umbi dan kulit kayu. Beberapa bahan tanaman
obat, biasanya ada yang dipanen dari tanaman liar dan baru sebagian kecil yang telah
dibudidayakan di areal pertanaman yang cocok secara agronomis serta menggunakan
bibit unggul. Bila tanaman telah dibudidayakan, dapat dipantau secara mudah
keseragaman umur, masa panen, dan varietas. Sementara, jika di panen dari tanaman
liar, maka banyak kendala dan variabilitas yang tidak bisa dikendalikan seperti asal
tanaman, jenis tanaman, umur tanaman, dan lingkungan tumbuhnya.
PASCAPANEN
Pascapanen merupakan salah satu tahapan pengolahan dari bahan-bahan yang telah
dipanen, dan harus dilakukan secara baik dan benar, karena akan berpengaruh
terhadap kuantitas, kualitas dan zat berkhasiat yang terkandung didalamnya. Tahap-
tahap pengolahan yang dilakukan, tergantung pada jenis bahan yang akan diolah,
seperti akar, daun, bunga, biji, buah, rimpang dan kulit kayu.
Secara umum tahap pemanenan pada bahan jamu adalah sebagai berikut : Waktu dan
Cara Pemanenan Tanaman Obat
1. Daun
4
• Waktu yang tepat untuk pemanenan tanaman obat yang diambil daunnya
adalah sewaktu tanaman mulai berbunga.
• Dan diambil daun yang sudah tumbuh sempurna ( tidak muda dan kering di
pohon)
Contohnya : salam, dan Jati belanda
2. Buah
• Waktu yang tepat untuk pemanenan tanaman obat yang diambil buahnya
adalah sewaktu buah sudah masak.
Contohnya ; makuto dewo dan lada hitam
3. Biji
• Waktu yang tepat untuk pemanenan tanaman obat yang diambil bijinya adalah
sewaktu tanaman mulai berbunga dan berbuah euundwas Contohnya : adas
4. Bunga
• Waktu yang tepat untuk pemanenan tanaman obat yang diambil bunganya
adalah sewaktu tanaman berbunga sebelum mekar atau mekar secara
sempurna. Contohnya; cengkeh dan rosmarine
5. Umbi
• Waktu yang tepat untuk pemanenan tanaman obat yang diambil umbinya
adalah ketika proses pertumbuhannya telah sempurna atau berhenti.
Contohnya ; kunyit, temulawak, temuireng, kencur dan jahe
6. Akar
• Waktu yang tepat untuk pemanenan tanaman obat yang diambil akarnya
adalah ketika proses pertumbuhannya telah sempurna atau berhenti.
Contohnya : pasak bumi, pule pandak, senggugu
7. Kulit batang
• Waktu yang tepat untuk pemanenan tanaman obat yang diambil kulit
batangnya adalah ketika tanaman minimal sudah berusia 4 tahun. Contohnya ;
Kayu manis dan pulai
8. Batang ( Ligna )
• Waktu yang tepat untuk pemanenan tanaman obat yang diambil batangnya
adalah ketika tanaman sudah galih/sempurna/tua atau minimal sudah berusia 4
tahun.
Contohnya ; secang, cendana, dan bidara laut
9. Semua bagian Tanaman ( Herba)
5
• Waktu yang tepat untuk pemanenan tanaman obat yang diambil semua bagian
tanamannya adalah ketika proses pertumbuhannya telah sempurna.
Contohnya : meniran dan sambiloto
Pengeringan merupakan salah satu upaya untuk menurunkan kadar air bahan
sampai ketingkat yang diinginkan. Pengeringan dapat dilakukan dengan sinar
matahari dan pemakaian alat. Masing-masing mempunyai kelebihan dan kekurangan.
Pengeringan yang diinginkan adalah yang mampu mengeringkan bahan sampai pada
tingkat kekeringan yang aman tanpa mengalami perubahan fisik, kimia, biokimia,
efisien dalam penggunaan waktu, biaya operasional bahan bakar, dan upah pekerja.
Pada proses pengeringan menggunakan matahari langsung, kemungkinan akan terjadi
kontaminasi dari lingkungan, seperti debu, insekta, kotoran burung dan rodensia.
Untuk itu, diperlukan tempat penjemuran yang cukup luas karena bila tidak luas,
kadangkadang bisa terjadi proses fermentasi bila tidak diperlakukan secara benar,
susut pengeringan lebih besar, suhu tidak dapat dikontrol. Dari segi ekonomis,
matahari akan lebih menguntungkan karena tanpa menggunakan bahan bakar atau
tambahan energi. Pengeringan matahari tidak dapat diterapkan di semua daerah karena
kondisi cuaca yang tidak sama.
6
dapat diatur sesuai keinginan. Beberapa tipe alat pengering mekanik, antara lain tipe
rak dan tipe berputar.
1. Tumbuhan berkhasiat obat yang diambil daun, batang, kulit batang. semua bagian
tanaman, akar dan buah, setelah dibersihkan kemudian dipotong-potong, agar saat
penjemuran mudah kering dan pada saat penyimpanan tidak ada bagian yang
masih basah.
2. Tumbuhan berkhasiat obat yang diambil umbinya, setelah dibersihkan (sortir
basah & dicuci) kemudian dipotong-potong, disesuaikan dengan lintasan seratnya
dan ketebalannya agar saat penjemuran mudah kering dan pada saat penyimpanan
tidak ada bagian yang masih basah.
Suhu terbaik pengeringan 60° C, Untuk kayu, biji, kulit bisa sampai 90 C
Untuk bahan yang mengandung senyawa mudah menguap dan rusak oleh panas
3040 C
7
8
B. PEMBUATAN SIMPLISIA
Pengertian Simplisia
9
Simplisia adalah bentuk jamak dari simpleks yang berasal dari kata simple, yang
berarti satu atau sederhana. Istilah simplisia dipakai untuk menyebut bahan-bahan
obat alam yang masih berada dalam wujud aslinya atau belum mengalami perubahan
bentuk. Departemen Kesehatan RI membuat batasan tentang simplisia sebagai
berikut: simplisia adalah bahan alami yang digunakan untuk obat dan belum
mengalami perubahan proses apapun, dan kecuali dinyatakan lain umumnya berupa
bahan yang telah dikeringkan (Gunawan, 2004: 9). Secara umum pemberian nama
atau penyebutan simplisia didasarkan atas gabungan nama spesies diikuti dengan
nama bagian tanaman. Sebagai contoh, merica dengan nama spesies Piperis albi maka
nama simplisianya disebut Piperis albi fructus. Fructus menunjukkan nama bagian
tanaman yang digunakan yaitu buahnya (Gunawan, 2004: 9). Perlu juga diketahui
bahwa banyak referensi yang tidak menganut sistem penyebutan simplisia yang telah
disebutkan seperti contoh berikut ini:
• Calami Rhizoma:
menunjukkan penyebutan nama berdasarkan nama belakang dari spesies Acirus
calamus ( dlingo) yang diikuti dengan nama bagian yang digunakan (Rhizoma =
rimpang).
• Brugmansia folia: nama genus dari Brugmansia candida diikuti
folia = daun
• Oleum Arachidis: minyak kacang ( Arachis hypogea ) tanpa
nama bagian tanaman
• Lycopodium: nama spora, hanya ditulis Lycopodium saja
• Chinae Cortex: menggunakan nama daerah, dari tanaman
Cinchona succirubra. Nama daerahnya chinae (kina)
Penggolongan Simplisia
1. Simplisia nabati
Adalah simplisia yang berupa tanaman utuh, bagian tanaman dan eksudat tanaman.
Eskudat tanaman ialah isi yang spontan keluar dari tanaman atau isi sel yang
dikeluarkan dari selnya, dengan cara tertentu atau zat yang dipisahkan dari
tanamannya dengan cara tertentu yang masih belum berupa zat kimia murni.
2. Simplisia hewani Adalah simplisia berupa hewan utuh, bagian hewan atau zat-zat
berguna yang dihasilkan oleh hewan dan belum berupa zat kimia murni.
10
3. Simplisia mineral Adalah simplisia yang berupa bahan pelican (mineral) yang belum
diolah atau telah diolah dengan cara sederhana dan belum berupa zat kimia murni.
C. CARA KERJA
1. Kain Hitam
2. Blender II. Penggiling serbuk
3. Timbangan Digital 4. Oven
5. Pengukur kadar air
6. Plastik pembungkus
7. Wadah/Toples plastik tertutup rapat
8. Nesid
9. Talenan
10. Sarung tangan
11. Tampah/baki alumuniuim untuk menjemur
12. Keranjang peniris
13. Gunting
14. Sikat
15. Sarung Tangan
16. Pisau
Cara Kerja :
Cara kerja pembuatan dan pengujian masing-masing simplisia adalah sebagai berikut:
Ingat! Setiap sebelum dan sesudah perlakuan terhadap simplisia, masing-
masingmasing bahan simplisia harus ditimbang dan dicatat beratnya!
11
dirajang/diiris dergan ketebalan tertentu, kemudian dikeringkan. Atur
sedemikian rupa sehings memungkinkan pengeringan efektif.
• Temulawak
Dipotong melintang dengan ketebalan 7-8 mm dan 3-4 mm masing masing
disendirikan
• Kunyit
Dipotong membujur dengan ketebalan 3-4 mm Temu ireng Dipotong
melintang dengan ketebalan 7 mm dan 3-4 mm
• Jahe
Dipotong membujur dengan ketebalan 4-6 mm
• Kencur
Dipotong membujur dengan ketebalan 3-4 mm Setelah kering, ambillah,
kemudian sebagian disimpan dalam bentuk simplisia rajangan, dan sebagian
digiling/diserbuk.
2. Cara Pengujian
Makroskopi. Periksa kadar airnya secara sederhana tanpa alat dan dengan alat.
Amati bentuk, ukuran dan catat hasil pengamatan saudara beserta pemeriksaan
organoleptisnya.
b. Akar
a.) Cara pembuatan :
Akar dicuci dengan air bersih sampai bersih. Jika ada yang sulit dibersihkan,
boleh mempergunakan sikat atau alat lainnya. Selanjutnya ditiriskan hingga
sisa air cucian dapat habis. Kemudian dirajang/diiris atau ada pula yang
dengan alat gunting, kemudian dikeringkan. Atur sedemikian rupa sehingga
memungkinkan pengeringan efektif.
b.) Cara Pengujian:
Makroskopi. Periksa kadar airnya secara sederhana tanpa alat dan dengan alat.
Amati bentuk, ukuran dan catat hasil pengamatan saudara beserta pemeriksaan
organoleptisnya.
c. Batang
a.) Cara pembuatan:
Batang dipotong, bagian yang masih muda dihilangkan. Bagian yang lain
dipotong 20 cm, dicuci dengan air bersih mengalir sampai bersih. Dipotong
12
potong dengan panjang antara 3 cm sampai 4 cm. Selanjutnya ditiriskan
hingga sisa air cucian habis, kemudian dikeringkan. Setelah kering, panenlah,
kemudian sebagian disimpan dalam bentuk simplisia rajangan, dan sebagian
digiling/diserbuk.
b.) Cara Pengujian
Makroskopi. Amati bentuk, ukuran dan catat hasil pengamatan saudara beserta
pemeriksaan organoleptisnya.
d. Kayu
Bagian yang dipergunakan: kayu tanaman Caesalpinia sappan (L)
1.) Cara Pembuatan:
Batang tumbuhan yang telah berumur 1-2 tahun ditebang, kemudian
dipotongpotong dengan panjang antara 50-60 cm. Potongan-potongan tersebut
dicuci dengan air bersih sampai bersih. Selanjutnya ditiriskan hingga sisa air
cucian habis. Potongan-potongan batang atau cabang yang telah bersih dan
telah dibebaskan dari sisa-sisa air cucian dikupas kulitnya, kemudian dipotong
kecilkecil atau diserut. Hasil potongan atau serutan tersebut dikeringkan.
Setelah kering, panenlah, kemudian sebagian disimpan dalam bentuk simplisia
rajangan, dan sebagian digiling/diserbuk.
2.) Cara Pengujian Makroskopi. Amati bentuk, ukuran dan catat hasil pengamatan
saudara beserta pemeriksaan organoleptisnya. Daun 1) Cara Pembuatan
Pengumpulan Bahan Daun-daun tersebut kemudian dicuci dengan air bersih
sampai bersih. Selanjutnya ditiriskan hingga sisa air cucian habis.
e. Daun
1.) Cara Pembuatan
Pengumpulan bahan daun – daun dicuci dengan air bersih sampai bersih.
Selanjutnya tiriskan hingga sisa air cucian habis. Daun yang telah bersih dan
telah dibebaskan dari sisa-sisa air cucian tersebut dikeringkan. Secara berkala
dibolak-balik agar pengeringan dapat merata.. Setelah kering. panenlah,
kemudian sebagian disimpan dalam bentuk simplisia rajangan, dan sebagian
digiling/diserbuk
2.) Cara Pengujian Makroskopi. Amati bentuk, ukuran dan catat hasil pengamatan
saudara beserta pemeriksaan organoleptisnya.
13
f. Herba (seluruh bagian tanaman atau seluruh bagian tanaman kecuali akar)
1.) Cara Pembuatan: Daun-daun dipetik pada saat tanaman mulai berbunga.
tersebut kemudian dicuci dengan air bersih sampai bersih. Selanjutnya
unepunea ditiriskan hingga sisa air cucian habis. Kemudian angin-anginkan
sebentar. Daun-daun yang telah bersih dan telah dibebaskan dari sisa-sisa air
cucian tersebut dikeringkan. Setelah kering. panenlah, kemudian sebagian
disimpan dalam bentuk simplisia rajangan, dan sebagian digiling/diserbuk
2.) Cara Pengujian Makroskopi. Amati bentuk, ukuran dan catat hasil pengamatan
saudara beserta pemeriksaan organoleptisnya.
g. Bunga
1.) Cara Pembuatan
Bunga yang telah mekar sempurna dikumpulkan. Kemuadian dikeringkan.
Setelah kering. panenlah, kemudian sebagian disimpan dalam bentuk simplisia
rajangan, dan sebagian digiling/diserbuk
2.) Cara Pengujian
Makroskopi. Amati bentuk, ukuran dan catat hasil pengamatan saudara beserta
pemeriksaan organoleptisnya.
h. Buah
1.) Cara Pembuatan
Buah yang telah tua tetapi belum masak dikumpulkan. Kemudian dicuci
dengan air bersih sampai bersih. Selanjutnya ditiriskan hingga sisa air cucian
habis. Kemudian buah yang perlu dipotong/dirajang/diiris maka potonglah
tipis, bijinya dibuang, kemudian dikeringkan. . Setelah kering, panenlah,
kemudian sebagian disimpan dalam bentuk simplisia rajangan, dan sebagian
digiling/diserbuk
2.) Cara Pengujian Makroskopi. Amati bentuk, ukuran dan catat hasil pengamatan
saudara beserta pemeriksaan organoleptisnya.