Anda di halaman 1dari 24

TUGAS PAPER DASAR BUDIDAYA TANAMAN

“PANEN DAN PASCA PANEN”

Disusun Oleh
Nama : Atifa Putri Utami
NIM : 205040201111166
Kelas :N
Dosen : Dr. Ir. Setyono Yudo Tyasmoro, MS

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2021
1. Panen dan Waktu Panen

Panen merupakan pekerjaan akhir dari budidaya tanaman (bercocok tanam)


namun merupakan awal dari pekerjaan pasca panen, yaitu melakukan persiapan
untuk penyimpanan dan pemasaran. Komoditas yang dipanen tersebut selanjutnya
akan melalui jalur-jalur tataniaga, sampai berada di tangan konsumen. Panjang-
pendeknya jalur tataniaga tersebut menentukan tindakan panen dan pasca panen
yang bagaimana yang sebaiknya dilakukan (Sunarpi dkk., 2007).
Menurut Tino Mutiarawati (2007) pada dasarnya yang dituju pada perlakuan
panen adalah mengumpulkan komoditas dari lahan penanaman pada taraf
kematangan yang tepat dengan kerusakan yang minimal serta dilakukan secepat
mungkin dengan biaya yang rendah. Untuk mendapatkan hasil panen yang baik,
ada dua hal utama yang perlu diperhatikan pada pemanenan, yaitu:
a. Menentukan waktu panen yang tepat
Yaitu menentukan “kematangan” yang tepat dan saat panen yang sesuai,
dapat dilakukan berbagai cara, yaitu :
 Cara visual / penampakan
Misal dengan melihat warna kulit, bentuk buah, ukuran, perubahan bagian
tanaman seperti daun mengering dan lain-lain
 Cara fisik
Misal dengan perabaan, buah lunak, umbi keras, buah mudah dipetik dan
lain-lain.
 Cara komputasi
Yaitu menghitung umur tanaman sejak tanam atau umur buah dari mulai
bunga mekar.
 Cara kimia
Yaitu dengan melakukan pengukuran/analisis kandungan zat atau senyawa
yang ada dalam komoditas, seperti: kadar gula, kadar tepung, kadar asam,
aroma dan lain-lain.
b. Melakukan penanganan panen yang baik
Yaitu menekan kerusakan yang dapat terjadi. Dalam suatu usaha
pertanian (bisnis) cara-cara panen yang dipilih perlu diperhitungankan,
disesuaikan dengan kecepatan atau waktu yang diperlukan (sesingkat
mungkin) dan dengan biaya yang rendah.
Untuk menetukan waktu panen mana atau kombinasi cara mana yang sesuai
untuk menentukan kematangan suatu komoditas, kita harus mengetahui proses
pertumbuhan dan kematangan dari bagian tanaman yang akan dipanen. Misalnya:
 Tomat adalah sayuran buah, proses pertumbuhannya dari buah terbentuk,
buah kecil, membesar sampai suatu ketika ukurannya tidak bertambah
lagi, kemudian baru terjadi perubahan warna buah yang dapat terlihat
sebagai kriteria matang. Perubahan warna pada tomat dari hijau - hijau
kekuningan - kuning kemerahan - merah merata.
 Pada cabai, proses pertumbuhannya dimulai dari buah warna hijau - hijau
kemerahan – merah merata - merah tua.
 Kentang adalah umbi batang. Umbi dalam tanah dapat mulai terbentuk
pada umur tanaman 3 minggu . Pembesaran umbi terjadi selama daun
tanaman masih hijau. Pematangan umbi terjadi setelah daun tanaman
menguning dan kering, kulit yang tadinya mudah terkelupas akan melekat/
lengket. Ini merupakan ciri umbi telah tua.
 Pada bawang merah, umbi bawang merupakan pembesaran dari pelepah
daun, jadi berlapis-lapis. Pembesaran umbi terjadi selama daun masih
hijau, pematangan dicirikan dari pertumbuhan yang terhenti, kemudian
“leher” mengecil/lunak/menutup. Lapisan paling luar akan mengering dan
berfungsi sebagai kulit yang melindungi bagian dalam dari umbi.
 Jagung dapat dipanen sebagai jagung semi (baby corn = bunga betina yang
belum terserbuki), jagung putri, jagung sayur, jagung biji kering dan
jagung untuk benih.
Menentukan waktu panen atau kematangan yang tepat juga tergantung dari
komoditas dan tujuan/ jarak pemasarannya atau untuk tujuan disimpan. Untuk
serealia (biji-bijian), hasil tanaman dipanen saat biji sudak tua dan mengering.
Pada buah-buahan, untuk pemasaran jarak dekat, komoditas dapat dipanen saat
sudah matang benar dan ini umumnya tidak sulit untuk ditentukan, tapi untuk
pemasaran jarak jauh atau untuk dapat disimpan lama, kita harus
mempertimbangkan jarak atau waktu tersebut dengan proses kematangan yang
terjadi dari tiap komoditas. Bila panen terlalu awal, kualitas hasil akan rendah,
begitu juga bila panen terlambat, komoditas tidak tahan lama disimpan.Di bawah
ini contoh patokan-patokan yang dapat dipakai untuk menentukan waktu panen
dengan tujuan penyimpanan.
 Pada tomat yaitu ketika ukuran buah sudah tidak membesar lagi dan
perubahan warna mulai terjadi (kuning).
 Pada cabai yaitu ketika perubahan warna sudah terjadi, untuk
mendapatkan warna merah yang baik, pemanenan harus dilakukan bila
warna merahnya lebih dari 50%.
 Pada kentang yaitu ketika daun / tanaman telah mengering lebih dari
75% kemudian dibiarkan 4 – 7 hari, baru digali.
 Pada bawang merah ketika daun tanaman harus sudah mengering lebih
dari 70%, leher batang lunak dan kulit umbi sudah terbentuk (berwarna
merah).
 Pada jagung pipil pada biji sudah terbentuk “Black-layer”, biji keras,
kelobot kering atau daun menguning
 Pada kedelai dan kacang hijau: polong sudak mengering.
Selain menentukan kematangan yang tepat, saat akan melakukan panen juga
harus memperhatikan kondisi lingkungan yang sesuai. Misalnya untuk sayuran
buah seperti tomat dan cabai, panen sebaiknya dilakukan tidak terlalu pagi atau
bila kabut telah lewat dan hari tidak hujan. Kelembaban yang terbawa pada buah
dapat menyebabkan buah mudah terserang penyakit, sehingga mudah busuk.
Untuk kentang dan bawang merah panen harus dilakukan saat udara cerah
dan ada sinar matahari, karena kentang dan bawang setelah dikeluarkan dari
dalam tanah perlu pengeringan/perawatan kulit (curing), dengan dijemur sebentar,
agar terbentuk penebalan kulit dan penyembuhan luka. Selain itu juga agar tanah
yang menempel di kulit dapat segera kering, mudah terlepas dan umbi menjadi
bersih. Pembersihan tanah dari umbi ini tidak boleh dilakukan dengan cara dicuci.
Pekerjaan perawatan ini harus dilakukan segera setelah panen dan tidak boleh
ditunda.
Untuk jagung biji kering dan juga biji-bijian yang lain, panen sebaiknya
dilakukan pada saat udara cerah, karena setelah panen perlu segera dijemur untuk
mengurangi kadar air biji. Pada panen jagung, biji yang tidak segera kering mudah
terserang Aflatoxin yang merupakan racun bila digunakan sebagai makanan
ternak.
Pada saat melakukan kegiatan penanganan panen ada beberapa hal yang
perlu diperhatikan, diantaranya :
a. Lakukan persiapan panen dengan baik . Siapkan alat-alat yang dibutuhkan,
tempat penampungan hasil dan wadah-wadah panen, serta pemanen yang
terampil dan tidak ceroboh.
b. Pada pemanenan, hindari kerusakan mekanis dengan melakukan panen
secara hati-hati. Panen sebaiknya dilakukan dengan tangan atau
menggunakan alat bantu yang sesuai. Misal tomat dan cabai dipetik
dengan tangan, bawang merah dicabut dan pada kentang, tanah di sekitar
tanaman dibongkar dengan menggunakan cangkul atau kored dan umbi di
keluarkan dari dalam tanah. Hindari kerusakan/luka pada umbi saat
pembongkaran tanah.
c. Memperhatikan bagian tanaman yang dipanen. Misal: Tomat dipanen
tanpa tangkai untuk menghindari luka yang dapat terjadi karena tangkai
buah yang mengering menusuk buah yang ada di atasnya. Cabai dipetik
dengan tangkainya, bawang merah dicabut dengan menyertakan daunnya
yang mengering, kentang dipanen umbinya, dilepaskan dari tangkai yang
masih menempel. Jagung sayur dipanen berikut klobotnya.
d. Gunakan tempat / wadah panen yang sesuai dan bersih, tidak meletakkan
hasil panen di atas tanah atau di lantai dan usahakan tidak menumpuk hasil
panen terlalu tinggi.
e. Hindari tindakan kasar pada pewadahan dan usahakan tidak terlalu banyak
melakukan pemindahan wadah. Pada tomat, hindari memar atau lecet dari
buah karena terjatuh, terjadi gesekan atau tekanan antar buah atau antar
buah dengan wadah. Meletakan buah dengan hati-hati, tidak dengan cara
dilempar-lempar.
f. Sedapat mungkin pada waktu panen pisahkan buah atau umbi yang baik
dari buah atau umbi yang luka, memar atau yang kena penyakit atau hama,
agar kerusakan tersebut tidak menulari buah atau umbi yang sehat.
2. Indikator Panen /Metode Penentuan Kemasakan Komoditas

Kemasakan suatu tanaman dapat ditentukan berdasarkan lima indikator,


diantaranya :
a. Indikator kenampakan visual/morfologi
Metode ini merupakan metode yang paling banyak digunakan baik pada
komoditas buah maupun sayuran. Indikator ini disebut juga dengan indikator
morfologi karena pada indikator ini mengamati perubahan yang terjadi pada
warna, ukuran dan bentuk dari tanaman. Kelemahan indikator ini adalah sangat
subyektif. Hal ini dikarenakan dari indra penglihatan manusia dan sering salah
sehingga pemanenan terkadang dilakukan terlalu muda/awal atau terlalu tua/sudah
lewat panen. Contohnya yaitu mangga, pisang, belimbing, tomat.
b. Indikator fisik
Metode ini sering digunakan pada komoditas buah. Indikator ini didasari
oleh mudah tidaknya buah dilepaskan dari tangkai buah dan uji ketegaran buah
(penetrometer). Mudah atau tidaknya buah yang telah masak dilepaskan dari
tangkai buah disebabkan karena pada buah yang telah masak terdapat abscission
layer. Abscission layer atau lapisan absisi merupakan proses alami, berupa
pemisahan bagian (organ) tanaman dari tanaman induk seperti daun, bunga, dan
buah. Faktor alami seperti panjang hari, suhu rendah, suhu panas, kekeringan,
dapat mempengaruhi proses absisi. Dalam proses absisi akan terjadi perubahan-
perubahan metabolisme dalam dinding sel dan perubahan secara kimia dari pektin
pada lamela tengah. Adakalanya kerontokan pada tanaman buah-buahan
dilakukan sebelum tiba masa panen karena jumlah buah yang terlalu banyak
sehingga perlu penjarangan. Menurut Dwinanti & Damanhuri, (2021), kerontokan
buah dapat terjadi karena aktifnya lapisan absisi yang berada di dekat tangkai
buah. Faktor kondisi lingkungan seperti kelembaban tanah dan udara, status air
tanah dan fotoperiode serta nutrisi merupakan faktor penting yang
mempengaruhi pembungaan dan pembentukan buah.
Adanya auxin dapat merangsang pertumbuhan daun atau tunas yang belum
tua dan menyebar ke luar organ turun ke pedicel atau petiole yang
kemudian mencegah pembentukan lapisan absisi. Hubungan antara absisi dengan
auksin ditentukan oleh konsentrasi auksin itu sendiri. Konsentrasi auksin yang
tinggi akan menghambat terjadinya absisi, dan sebaliknya. Hal ini berhubungan
dengan peran asam absisi pada tanaman, yang berfungsi sebagai inhibitor
pertumbuhan. Pada konsentrasi auksin yang tinggi asam absisi tidak berfungsi.
Jadi sebagai zat pengatur tumbuh auksin memiliki kemampuan bereaksi dengan
tanaman untuk menghasilkan senyawa yang berperan sebagai inhibitor. Bila etilen
terbentuk dalam jumlah besar pada tanaman yang aktif tumbuh, maka etilen dapat
merangsang pembentukan asam absisi yang menyebabkan terjadinya peluruhan,
perontokan (absisi) dari berbagai organ tanaman seperti daun, bunga, dan
buah. Bila kandungan auksin pada tanaman besar, pembentukan senyawa
etilen dalam jumlah besar dapat dicegah (Pangaribuan, 2004).
Menurut Nawawi & Damanhuri, (2021), ketegaran buah merupakan salah
satu indikator fisik dalam menentukan umur panen buah. Semakin keras buah
maka umur buah semakin tua. Selain itu, ketegaran buah dipengaruhi oleh zat
pektin didalamnya. Uji ketegangan buah lebih bersifat objektif karena dapat
dikuantitatifkan. Prinsip dari uji ketegangan buah ini adalah buah ditusuk dengan
suatu alat. Besarnya tekanan yang diperlukan untuk menusuk buah menunjukkan
ketegaran. Semakin besar tekanan yang diperlukan menunjukkan bahwa buah
akan semakin tegar sehingga proses pengisian buah sudah maksimal atau masak
fisiologis dan siap dipanen. Indikator ini dapat diteraplkanContohnya yaitu buah
apel, pear,sawo dan sirsak.
c. Indikator fisiologis
Indikator utama dari metode ini yaitu laju respirasi. Respirasi adalah suatu
proses yang melibatkan terjadinya penyerapan oksigen (O2) dan pengeluaran
karbondioksida (CO2) serta energi yang digunakan untuk mempertahankan reaksi
metabolisme dan reaksi lainnya yang terjadi di dalam jaringan (Nurjanah, 2002).
Selama proses respirasi akan terjadi pematangan, pembentukan aroma dan
keanisan, berkurang atau terbentuknya warna tertentu, berkurangnya keasamaan,
melunaknya buah-buahan akibat degradasi pektin pada kulit buah, berkurangnya
bobot karena kehilangan air dan sebagaianya (Sutrisno, 2007). Laju respirasi
sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan seperti suhu. Semakin tinggi suhu
maka semakin tinggi pula laju respirasi. Disamping itu kondisi lingkungan
atmosfer terutama kandungan oksigen dan karbondioksida juga berpengaruh
terhadap laju respirasi, dimana semakin rendah kandungan oksigen dan semakin
tinggi kandungan karbondioksida maka laju respirasi akan cenderung menurun
(Naibaho, 2014).
Berdasarkan aktivitas respirasi, sifat hasil tanaman diklarifikasikan
menjadi yang bersifat klimaterik dan non klimaterik. Buah klimaterik merupakan
buah yang laju respirasinya terus mengalami peningkatan setelah dipanen
hinggamencapai puncaknya, lalu menurun lagi dan setelah itu proses pematangan
dimulai. Sedangkan buah non klimaterik merupakan buah yang laju respirasinya
terus menurun setelah dipanen, tidak memiliki puncak dan tidak disertai dengan
proses pematangan (Fransiska et al., 2013).Pada buah klimaterik terjadi kenaikan
respirasi dan kenaikan kadar etilen selama proses pematangan , sedangkan buah
non klimaterik adalah buah yang tidak mengalami lonjakan respirasi maupun
etilen setelah di panen (Sari & Simbolon, 2020).
Indikator fisiologis sangat cocok pada komoditas yang bersifat klimaterik
(kurang cocok pada komunitas yang non klimaterik). Saat komunitas mencapai
masak fisiologis, respirasinya mencapai klimaterik (paling tinggi). Sehingga dapat
disimpulkan bahwa saat laju respirasi sutau komoditas sudah mencapai klimaterik,
maka siap panen.

d. Analisis Kimiawi
Analisi kimiawi lebih banyak dipergunakan pada komoditas buah serta
biasanya dilakukan oleh perusahaan besar karena pada indikator ini memburuhkan
biaya yang relatif lebih besar dan mahal. Pengamatan berupa kandungan zat padat
terlarut, kandungan asam, kandungan pati, dan kandungan gula. Metode analisis
kimia lebih objektif daripada visual karena pada metode ini lebih terukur. Pada
dasarnya dalam buah terjadi perubahan kimiawi selama proses pemasakan.
Perubahan yang sering terjadi diantaranya perubahan pati menjadi gula, kadar
asam menurun serta meningkatnya zat padat terlarut.
e. Komputasi
Metode komputasi merupaka menghitung umur tanaman sejak tanam atau
umur buah dari mulai bunga mekar. Metode ini dapat diterapkan pada komoditas
buah maupun sayuran. Misalnya pada tanaman padi yang pada umumnya berumur
110-115 setelah tanam. Kemudian pada buah semangka yang dapat dipanen
apabila telah berumur 70-100 hari setelah tanam atau setelah 35 hari setelah
berbunga (3 minggu setelah berbunga).
3. Penanganan Panen

Berikut ini merupakan cara yang dilakukan dalam pemanenan :


a. Menggunakan alat yang tepat
Pemanenan dapat dilakukan dengan cara manual maupun menggunakan
alat.
 Semi mekanis
a) Menggunakan cangkul/gathul, digunakan pada kentang, ketela rambat,
singkong

b) Sabit bergerigi, digunakan untuk memanen padi tradisional.

c) Gunting petik, misalnya pada buah dan sayur, seperti apel,


semangka,cokelat, timun, tomat dan juga teh.
 Mekanis
Biasanya mesin panen secara mekanis itu lebih spesifik pada salah satu
tanaman saja, meskipun beberapa dapat digunakan untuk jenis tanaman yang
berbeda.
a) Mesin pemetik teh

b) Mesin Penen padi

c) Mesin panen sayur


Mesin pemanen kubis ini bekerja dengan cara manarik kubis dari tanaman
menggunakan kontra twin auger, yang kemudian dipotong sebatas daun terluar,
dan kemudian dialirkan ke kontainer menggunakan ban berjalan. Sistem
pemindahan container dilakukan menggunakan fork-lift. Mesin ini dapan
memanen 1 kubis setiap 2 detik. Kapasitas kontainernya 150 kubis, mempunyai
kapasitas lapang 3 are per jam, atau sekitar 33 jam perhektar.

Adapun prinsip kerja mesin combine harvester melalui beberapa tahapan


sebagai berikut, menggaet dan mengarahkan tanaman menuju bagian pemotong
(reel), memotong batang jagung (cutting platform), , memisahkan jagung dan
kotoran (separation and cleaning), dan memotong atau menghancurkan batang
jagung (chopping).

Alat ini kemudian mencabut umbi wortel dalam jumlah yang banyak,
kemudian ada bagian yang langsung memotong bagian daunnya tanpa merusak
wortelnya.
d) Mesin pemetik buah

(Alat Pemanen Jeruk)

(Alat Panen Apel)

(Alat Panen Kopi)

Pemanen buah dari pohon secara mekanis umumnya dilakukan dengan


menggetarkan pohon sehingga buah rontok. Buah yang rontok tersebut
ditampung dengan dua cara:
 Dikumpulkan dengan bidang pengumpul yang berbentuk seperti payung
besar (lihat gambar dibawah).
 Untuk buah-buah berkulit keras dibiarkan jatuh ketanah.
Mesin pemanen buah umumnya mempunyai dua komponen utama yaitu
penggetar pohon (tree shaker) and sistem pemungut (pick-up system). Pada alat
panen buah memiliki getaran dengan kekuatan tertentu. Getaran akan disesuaikan
dengan buah yang masak agar buah yang tidak dikehendaki tidak ikut terjatuh
akibat getarannya.
b. Menempatkan hasil panen pada wadah khusus,seperti pada keranjang
plastik maupun pada keranjang yang terbuat dari kayu.
c. Dipanen pada waktu dan kemasakan yang tepat,karena setiap komoditas
memiliki waktu dan kemasakan yang berbeda maka harus menyesuaikan
dengan waktu panen dari komoditas yang ditanam.
4. Penanganan Pasca Panen

Penanganan pascapanen merupakan rangkaian kegiatan setelah panen yang


bertujuan untuk meningkatkan dan mempertahankan mutu produk. berupa
karakteristik tampilan (bentuk, ukuran, warna dan bebas dari cacat-cela), tekstur,
cita rasa, nilai nutrisi dan keamanan pangan. Disamping itu, penanganan
pascapanen juga diharapkan dapat meningkatkan nilai tambah dan daya saing
produk hortikultura tersebut (Tino Mutiarawati, 2007). Kegiatan pasca panen :.
a. Pendinginan
Pedinginan/Pre Cooling merupakan upaya untuk menghilangkan panas
lapang pada produk yang baru dipanen untuk mengurangi penguapan pada produk
agar kesegaran produk bertahan lama. Penyejukan harus dilakukan dengan
Memperhatikan sirkulasi udara atau air yang baik dan waktu yang cukup.
b. Pembersihan
Pembersihan merupakan kegiatan menghilangkan kotoran dengan cara
pencucian, perendaman, penyikatan, pengelapan, dan pengayakan. Air untuk
mencuci hasil panen harus bersih atau tidak terkontaminasi dengan organisme dan
bahan Pencemar lainnya. Sikat untuk membersihkan hasil panen harus lembut
agar tidak melukai hasil panen. Kain lap harus bersih dan bebas dari cemaran.
c. Penyortiran
Penyortiran merupakan pemisahan/pengelompokan berdasarkan mutu yang
erat kaitannya dengan kondisi fisik (busuk, lecet, memar) bahan sedangkan
grading lebih kearah nilai estetikanya (warna, dimensi) (Muhammad, 2006).
Sortasi harus dilakukan dengan hati-hati agar hasil panen tidak rusak.
d. Grading
Pengkelasan atau grading merupakan kegiatan pengelompokan produk
hortikultura hasil sortasi/pemilahan berdasarkan standar mutu atau kriteria yang
telah ditentukan. Pemilahan produk hortikutura dapat dilakukan secara manual
Dengan melibatkan banyak tenaga kerja atau secara Mekanis menggunakan mesin
pemilah (grader). Grading hampir sama dengan sortasi. Kalau sortasi adalah
pemisahan/pengelompokan berdasarkan mutu grading lebih kearah nilai
estetikanya (warna, dimensi) (Muhammad, 2006) .
e. Membuat produk Matang
Produk olahan seperti minyak goreng, bumbu masakan, keripik, dll dapat
menambah keuntungan karena memiliki nilai jual yang lebih tinggi daripada
produk mentah.
f. Pengemasan
Pengemasan dilakukan dengan tujuan melindungi produk dari kerusakan
mekanik dan lingkungan. Mekanik meliputi gesekan, tekanan, getaran dan
lingkungan meliputi temperatur, kelembaban, angin. Selain itu, berikan
keterangan tertulis yang bertujuan untuk memberikan informasi tentang produk
hortikultura. yang Sesuai dengan ketentuan dan aturan pemerintah, bisa berupa
kandungan gizi, komposisi jika produk olahan, dsb.
g. Penyimpanan
Penyimpanan merupakan kegiatan untuk mengamankan produk
hortikultura sebelum diproses atau dikirim. Pada proses penyimpanan kondisi
suhu ruangan harus sesuai dengan karakteristik produk tersebut.
h. Distribusi
Pengangkutan atau distribusi merupakan upaya memindahkan atau
mengantarkan produk dari tempat penyimpanan kepada konsumen. Menyiapkan
alat pengangkutan yang bersih serta Dapat melindungi produk dari kontak
langsung sinar matahari dan hujan.
Beberapa bahan tambahan sebelum pengemasan yang bisa ditambahkan antara
lain:
1. Insektisida atau fungisida untuk mencegah seranngan hama dan penyakit
setelah panen pada benih. Seperti contoh pemberian fungisida pada
bawang merah.
2. Pemberian ethylene absorb, untuk mengikat gas etilen yang timbul selama
penyimpanan buah agar pematangan buah dapat diperlambat, (banyak
digunakan untuk buah yang akan diekspor). Sebagai contoh penggunaan
kalium permanganat (KMN04) untuk mempertahankan warna hijau pada
kelopak buah manggis.
3. Pemberian etilen untuk mempercepat pematang, contohnya pemberian
karbit (kalsium karbida ) pada mangga.
4. Pelilinan untuk menekan laju respirasi yang ada dipermukaan (biasanya
pada buah). eranan lapisan lilin pada produk hortikultura sebagai
pelindung terhadap kehilangan air yang terlalu banyak akibat penguapan
serta mengatur kebutuhan oksigen selama respirasi. Oleh karena itu,
pelilinan dapat mengurangi kerusakan buah setelah panen yang
diakibatkan oleh proses respirasi tersebut. Pelilinan yang terlalu tipis tidak
berpengaruh nyata pada pengurangan penguapan air dan usaha dalam
menghambatkan respirasi dan transpirasi kurang efektif. Jika lapisan lilin
terlalu tebal dapat menyebabkan kerusakan, bau dan rasa yang
menyimpang (akibat udara di dalam sayuran dan buah-buahan terlalu
banyak mengandung CO2 dan sedikit O2.) Tujuan pelilinan untuk
memperbaiki penampilan kulit buah, memperpanjang daya simpan,
mencegah susut bobot buah, menutup luka atau goresan kecil, mencegah
timbulnya jamur, mencegah busuk dan mempertahankan warna. Biasanya
pelilinan diikuti dengan pemberian fungisida atau zat lainnya yang dapat
menjaga kesegaran buah.
Prosedur/perlakuan dari penanganan pasca panen berbeda untuk berbagai
bidang kajian antara lain:
a. Penanganan pasca panen pada komoditas perkebunan
Penanganan pasca panen pada komoditas perkebunan yang ditanam dalam
skala luas seperti kopi, teh, tembakau dll., sering disebut pengolahan primer,
bertujuan menyiapkan hasil tanaman untuk industri pengolahan, perlakuannya
bisa berupa pelayuan, penjemuran, pengupasan, pencucian, pemeramani dll.
Sebegai contoh pada penangan pasca panen tembakau. Dilakukan dengan tahapan
sortasi, bertujuan untuk memilah daun sesuai tingkat kemasakan sebelum
dilakukan pemeraman, sehingga diperoleh daun yang seragam tingkat
kemasakannya dngn waktu yang sama pula.
Selanjutnya pemeraman bertujuan untuk meningkatkan suhu agar aktivitas
enzim berjalan lebih tinggi dalam merombak klorofil dan pati, sehingga diperoleh
daun yang berwarna kuning dengan aroma yang khas. Selanjutnya menghilangkan
ibu tulang daun dan melakukan penggulungan. Lalu dilakukan perajangan dan
pengeringan, dan terakhir pembungkusan.
b. Penanganan pasca panen pada produksi benih
Penanganan pasca panen pada produksi benih bertujuan mendapatkan benih
yang baik dan mempertahankan daya kecambah benih dan vigornya sampai waktu
penanaman. Vigor kemampuan benih menumbuhkan tanaman normal pada
kondisi sub-optimum, keseragaman dari pertumbuhan dan daya tumbu, dan
kemampuan untuk tumbuh normal pada rentang kondisi lingkungan yang luas.
Pengelolaan benih dalam rangka mempertahankan mutu fisiologis tidak
dapat dilakukan secara parsial (sepotong-sepotong), melainkan harus dilakukan
secara simultan (menyeluruh) dan sistematis dengan menerapkan kaidah-kaidah
pengelolaan benih secara benar, mulai saat panen hingga penyimpanan. Teknologi
benih meliputi pemilihan buah, pengambilan biji, pembersihan, penjemuran,
sortasi, pengemasan, penyimpanan, dll.
c. Penanganan pasca panen pada komoditas tanaman pangan
Penanganan pasca panen pada komoditas tanaman pangan yang berupa biji-
bijian (cereal/grains), ubi-ubian dan kacangan yang umumnya dapat tahan agak
lama disimpan, bertujuan mempertahankan komoditas yang telah dipanen dalam
kondisi baik serta layak dan tetap enak dikonsumsi. Penanganannya dapat berupa
pemipilan/perontokan, pengupasan, pembersihan, pengeringan (curing / drying),
pengemasan, penyimpanan, pencegahan serangan hama dan penyakit, dll.
d. Penanganan pasca panen hasil holtikultura
Penanganan pasca panen hasil hortikultura yang umumnya dikonsumsi
segar dan mudah “rusak” (perishable), bertujuan mempertahankan kondisi
segarnya dan mencegah perubahan-perubahan yang tidak dikehendaki selama
penyimpanan, seperti pertumbuhan tunas, pertumbuhan akar, batang bengkok,
buah keriput, polong alot, ubi berwarna hijau (greening), terlalu matang, dll.
Perlakuan dapat berupa: pembersihan, pencucian, pengikatan, curing, sortasi,
grading, pengemasan, penyimpanan dingin, pelilinan, dll.
Penanganan pasca panen yang baik akan menekan kehilangan (losses), baik
dalam kualitas maupun kuantitas (Tino Mutiarawati, 2007). Untuk menekan
kehilangan tersebut perlu diketahui beberapa hal:
 Transpirasi (pengupaan ) merupakan pelepasan uap air atau gas dari
jaringan bahan pertanian ke lingkungan sekitar. Komoditas mmelakukan
tranpirasi ini dngn tujuan untuk mengatur suhu agar ttp normal.
Transpirasi ini berpengaruh pada kualitas atau mutu dari komodits sendiri:
a. Tekstur bahan kurang baik krna air dalam bahan semakin
berkurang sehingga kualitas menjadi menurun dan tidak menarik.
b. Penyimpanan akan meningkatkan proses transpirasi dan
menyebabkan penurunan kandungan vit. C
c. Mengurangi kualitas prosduk karena akan menjadi layu dan kriput.
d. Mengakibatkan susut berat.
 Respirasi merupakan proses metabolisme yang mengakibatkan perubahan
senyawa makromolekul (karbo, protein, lemak) menjadi CO2, air, dan
energi. Proses respirasi yag berjalan dengan cepat akan mempercepat
proses kebusukan pada bahan pertanian
 Etilen merupakan senyawa organik yang berperan sebagai hormom dalam
mempercepat pertumbuahan, perkembangan, serta kelayuan. Sehingga
produksi etilen pada buah ini akan mempercepat pembusukan dan
kelayuan pada buah.
5. Pasar

Pasar adalah tempat pertemuan penjual dan pembeli atau sekelompok


orang-orang yang melakukan tawar menawar sehingga terbentuk harga.
a. Pasar Domestik :
 Pasar tradisional
Pasar tradisional ialah pasar yang sifatnya tradisional dimana para pembeli
dan penjual dapat saling tawar menawar secara langsung. Berbagai jenis
barang yang diperjualbelikan merupakan barang yang berupa barang
kebutuhan pokok sehari-hari.

 Non tradisional
Pasar modern merupakan suatu pasar yang sifatnya modern dimana
terdapat berbagai macam barang diperjualbelikan dengan harga yang
sudah pas dan dengan layanan sendiri. Tempat berlangsungnya pasar
modern adalah di plaza, mal dan tempat-tempat yang lainnya.

b. Pasar Internasional
Pasar internasional merupakan suatu pasar yang membeli dan menjual
produk dari berbagai negara. Dapat juga dikatakan luas jangkauan dari
pasar tersebut adalah di seluruh dunia.
Pemasaran adalah suatu kegiatan usaha/bisnis untuk memenuhi kebutuhan
dan keinginan konsumen melalui pendistribusian suatu produk. Beberapa ahli
memberikan bermacam-macam defenisi tentang pemasaran, antara lain:
1. Philip dan Duncan: Pemasaran meliputi semua langkah yang dipergunakan
untuk menempatkan barang-barang nyata ketangan konsumen.
2. P.H. Nyistrom: Pemasaran meliputi segala kegiatan mengenai penyaluran
barang atau jasa dari tangan produsen ketangan konsumen.
3. American Marketing Association: Pemasaran pelaksanaan kegiatan usaha
niaga yang diarahkan pada arus aliran barang dan jasa dari produsen
kekonsumen.
Tujuan pemasaran adalah mencari keuntungan dengan memenuhi
kebutuhan dan keinginan konsumen sehingga dapat memuaskan konsumen itu
sendiri. Kepuasan konsumen akan tercapai apabila produk berkualitas dan
memenuhi kebutuhan konsumen, harga dapat terjangkau oleh konsumen target,
dan pelayanan kepada konsumen memuaskan.
Kepuasan pelanggan sangat tergantung pada persepsi dan ekspektasi
pelanggan, maka sebagai pemasok produk perlu mengetahui faktor-faktor yang
mempengaruhinya. Menurut (Wijaya, 2017) faktor yang dapat mempengaruhi
kepuasan seorang konsumen yaitu:
1. Harga
Menurut Laksana (2008) mengungkapkan bahwa harga merupakan jumlah
uang yang diperlukan sebagai penukar dari produk dan jasa. Harga berperan
penting dalam menentukan keputusan konsumen untuk membeli barang atau jasa.
Konsumen akan sangat sensitif mengenai harga karena konsumen akan
membandingkan harga dengan apa yang didapat.
2. Kualitas Produk
Kesan kualitas adalah penilaian konsumen tentang keunggulan produk
secara keseluruhan atau superioritas. Pelanggan akan merasa puas bila hasil
evaluasi mereka menunjukkan bahwa produk yang mereka gunakan berkualitas.
Berbagai macam penentu kualitas seringkali digunakan seperti:
 Ukuran
 Warna
 Kondisi dan kerusakan
3. Kualitas Pelayanan
Pelanggan akan merasa puas jika mereka mendapatkan pelayanan yang
baik atau sesuai dengan harapannya. Pengertian pelayanan menurut Kotler (2003)
yaitu setiap tindakan atau kegiatan yang dapat ditawarkan oleh satu pihak
kepada pihak lain pada dasarnya tidak berwujud dan tidak mengakibatkan
kepemilikan apapun. Dengan kata lain, pelayanan sebagai tindakan yang
menciptakan manfaat dengan mewujudkan perubahan yang diinginkan
konsumen sehingga pelayanan memberikan nilai tersendiri bagi konsumen.
DAFTAR PUSTAKA

Acquahh, George . 2005 . Horticulture, Principles and Practices. Chapter 7


Dwinanti, A. W., & Damanhuri, D. (2021). Uji Daya Hasil Calon Varietas
Hibrida Tomat (Lycopersicum esculentum Mill.) pada Musim Hujan.
PLANTROPICA: Journal of Agricultural Science, 6(1), 38–48.
https://doi.org/10.21776/ub.jpt.2020.006.1.5
Fransiska, A., Hartanto, R., Lanya, B., Mahasiswa, S., Teknik, J., Pertanian, F., &
Lampung, U. (2013). KARAKTERISTIK FISIOLOGI MANGGIS( Garcinia
Mangostana L .) DALAM PENYIMPANAN ATMOSFER
TERMODIFIKASI. 2(1), 1–6.
Hong Seok-In 2006. Packaging Technology for Fresh Produce. One Day
International Seminar “Post-Harvest Losses of Cole Crops (Brassica
vegetables) Causes and Solutions. FTIP, Unpad – Bandung.
Iswari K. 2012. Kesiapan teknologi panen dan pascapanen padi dalam menekan
kehilangan hasil dan meningkatkan mutu beras. Jurnal Litbang Pertan.
31(2):58-67
Kotler, Philip. (2003). Manajemen Pemasaran. 11th Edition. Jakarta: Indeks
Kelompok Gramedia
Laksana, Fajar. (2008). Manajemen Pemasaran. Yogyakarta: Graha Ilmu
Muhammad, Y. . (2006). Pengaruh Penanganan Pasca Panen Terhadap Mutu
Komoditas Hortikultura. Pengaruh Penanganan Pasca Panen, 8(1), 31–
36.
Mutiarawati, Tino. 2007. Penanganan Pasca Panen Hasil Pertanian. Workshop
Pemandu Lapangan I (Pl-1) Sekolah Lapangan Pengolahan Dan
Pemasaran Hasil Pertanian (Sl-Pphp). Dep. Pertanian. Bandung.
Naibaho, B. (2014). Penggunaan Beberapa Jenis Kemasan untuk Memperpajang
Masa Simpan Buah Jambu Biji ( Psidium guajava L .). Wahana Inovasi,
3(1), 23–38.
Nawawi, M. F. R., & Damanhuri, D. (2021). Uji Daya Hasil Labu (Cucurbita
moschata Duch.) Tipe Crookneck di Dataran Menengah. PLANTROPICA:
Journal of Agricultural Science, 6(1), 30–37.
https://doi.org/10.21776/ub.jpt.2020.006.1.4
Nurjanah, S. (2002). KAJIAN LAJU RESPIRASI DAN PRODUKSI ETILEN
SEBAGAI DASAR PENENTUAN WAKTU SIMPAN SAYURAN DAN
BUAH-BUAHAN. Bionatura, 4(3), 148–156.
Pangaribuan, N. (2004). Peranan Auksin dalam Usaha Menekan Kelayuan Buah
Muda Kakao (Theobroma Kakao L.). Jurnal Matematika, Sains, Dan
Teknologi, 5(1), 31–38.
Sari, M., & Simbolon, J. (2020). Prediksi laju respirasi terong dengan persamaan
arrhenius. Jurnal Agroteknosains, 4(2), 21–27.
Srivastava.A.K.A, Georing,R.P, Rohrbach. 1993. Enginering Principles of
Agricultural Macchines. ASAE Texbook Number 6. American Society of
Agricultural Enginner.
Surtinah, 2008. Menentukan Umur panen yang tepat dengan menguji kadar gula
biji jagung manis. J. Ilmu Pertanian 4(2): 15- 21. Agustus 2008.
Sutrisno, S. (2007). Pengendalian Respirasi Untuk Mempertahankan Mutu Pasca
Panen Produk Segar Hortikultura. In Jurnal Keteknikan Pertanian (Vol.
21, Issue 3, p. 21998).
Wijaya, C. V. (2017). Kepuasan Konsumen Depot Madiun Masakan Khas Bu
Rudy. Agora, 5(1). https://media.neliti.com/media/publications/53507-ID-
pengaruh-harga-kualitas-pelayanan-dan-ku.pdf
Yaqin, N. 2014. Peramalan Waktu Panen Tiga Varietas Tanaman Bawang Merah
(Allium ascolanicum L.) Berbasis Heat Unit Pada Berbagai Kerapatan
Tanaman. J. Produksi Tanaman. 3 (5) : 20-28.

Anda mungkin juga menyukai