Anda di halaman 1dari 72

SIMPLISIA

(Crude drug)

Dwi Syah Fitra Ramadhan,S.Farm.,M.S.Farm.


Pengertian

– Simplisia merupakan bentuk jamak dari kata simpleks yang berasal dari kata
simple, yang berarti satu atau sederhana.
– Istilah simplisia digunakan untuk menyebutkan bahan- bahan obat alam yang
masih berada dalam wujud aslinya atau belum mengalami perubahan bentuk.
– Jadi dengan kata lain simplisia adalah bahan alami yang digunakan untuk obat
dan belum mengalami perubahan proses apapun , kecuali dinyatakan lain.
– Umumnya berupa bahan yang telah dikeringkan.
Simplisia dibagi menjadi 3
golongan :
a. Simplisia Nabati
Simplisia nabati adalah simplisia yang berupa tanaman utuh, bagian
tanaman, eksudat tanaman, atau gabungan antara ketiganya.
Misalnya :
Datura folium dan piperis nigri fructus.
Eksudat tanaman adalah isi sel yang secara spontan keluar dari
tanaman atau dengan cara tertentu dengan sengaja dikeluarkan dari
selnya. Eksudat ini dapat berupa zat- zat atau bahan- bahan nabati
lainnya dengan cara tertentu dipisahkan / diisolasi dari tanamannya.
Lanjutan…

b. Simplisia Hewani
Simplisia hewani adalah simplisia yang berupa hewan utuh
atau zat-zat berguna yang dihasilkan oleh hewan dan
belum berupa bahan kimia murni.
Misalnya :
Minyak ikan ( Oleum iecoris asselli) dan maddu ( sel Mel
depuratum)
Lanjutan…

c. Simplisia Pelikan atau Mineral


Simplisia pelican atau mineral adalah simplisia berupa
bahan pelikan atau mineral yang belum diolah atau telah
diolah dengan cara sederhana dan belum berupa bahan
kimia murni.
Contoh :
Serbuk seng dan serbuk tembaga
HERBAL RAW MATERIAL
=
CRUDE DRUG
CRUDE DRUG
Drug (fr. Drogue- dried herbs), medication, medicament:
Substance administered to humans and animals for
diagnosis or treatment of disease

Drug Preparations
What are the differences?
1. Crude-
2. Pure-
3. Phamaceutical-
CRUDE DRUG
A crude drug preparation
retains most or all of the active
and inactive compounds
contained in the natural source
from which it was derived.
After a pure drug compound
(e.g., morphine) is extracted
from a crude drug preparation
(in this case, opium), it is
possible to manufacture
pharmaceutical preparations
that are suitable for
administration of a particular
dose to the patient.
CRUDE DRUG CLASIFICATION
organized crude drugs :
obtained from the direct parts of the plants and
containing cellular tissues
Rhizomes, barks, leaves, fruits, entire plants, hairs and
fibres.
unorganized crude drugs :
prepared from plants by some intermediate physical
processes such as incision, and not containing any
cellular plant tissues
Aloe juice, opium latex, agar, gambir, gelatin,
tragacanth, benzoin, honey, beeswax, lemon grass oil
difference between
organized and unorganized crude drugs
Organized Drugs Unorganized Drugs
These may be of plant or These may be of plant,
animal origin animal or mineral origin.
These are direct part of These are the product of
plant or animal. plant or animals.
These have cellular These do not have well
structure defined cellular structure.
Generally identified by Generally identified by
morphological character. organoleptic properties.
ORGANIZED CRUDE DRUGS

Andrographis herbs Clove


Quassia woods Senna leaves

Temulawak rhizome Anise fruit Cardamomi seed


Cinchona bark
UNORGANIZED CRUDE DRUGS

opium Guar gum Cottonseed oil


aloe

honey bentonite
CRUDE DRUG
Untuk menjamin bahwa kualitas herbal sama pada
setiap produksinya dan memenuhi standar minimal
maka harus ada penetapan standar dari hulu ke hilir.
yang harus diperhatikan ialah dari mana tumbuhan itu
berasal, bagaimanakah cara panennya, dan bagaimana
proses selanjutnya.

Derived from plant, animal and mineral


Plants: Alkaloids >>Morphine
Microbes: Antibiotics >> Penicillin, streptomycin
Animal tissues: Hormones>> growth hormone
Minerals: Lithium (Psychotherapy)
Faktor- faktor yang mempengaruhi
kualitas simplisia

a. Bahan baku Simplisia

Tanaman • Banyak kendala dan variabilitaas yang tidak bias


liar dikendalikan seperti asal tanaman, umur, dan
tempat tumbuh

Budidaya
• Keseragaman umur, masa panen, dan galur ( asal usul
garis keturunan) tanaman dapat dipantau.
Simplisia tanaman obat sebagai produk hasil pertanian atau pengumpulan
tumbuhan liar kandungan kimianya tidak dapat dijamin selalu ajeg karena :
1. Adanya variabel bibit
2. Lingkungan tempat tumbuh
3. Iklim
4. Cara penanaman
5. Perlakuan selama masa tumbuh,
6. Kondisi panen
7. Proses pascapanen
8. Preparasi akhir
b. Proses Pembuatan Simplisia

1) Pengumpulan bahan baku


2) Sortasi Basah
3) Pencucian
4) Penirisan
5) Pengubahan bentuk
6) Pengeringan
7) Sortasi kering
8) Pengepakan
9) penyimpanan
1.Pengumpulan Bahan Baku

Bagian Tanaman Pengambilan bahan baku


Biji Mulai mengeringnya buah atau sebelum semuanya pecah

Buah Tergantung tujuan dan pemanfaatan kandungan aktifnya. Panen buah bisa dilakukan saat menjelang masak ( misalnya piper
nigrum), setelah benar – benar masak (misalnya adas), atau dengan cara melihat perubahan warna /bentuk dari buah yang
bersangkutan (misalnya jeruk, asam, dan pepaya)

Bunga menjelang penyerbukan, saat bunga masih kuncup (seperti pada Jasminum sambac, melati) atau saat bunga sudah mulai
mekar (misalnya, Rosa sinensis, mawar)

Daun dan Herba saat proses fotosintesis berlangsung maksimal, yaitu ditandai dengan saat – saat tanaman mulai berbunga atau buah mulai
masak. Untuk pengambilan pucuk daun, dianjurkan dipungut pada saat warna pucuk daun berubah menjadi daun tua.

Kulit Batang Pemanenan kulit batang hanya dilakukan pada tanaman yang sudah cukup umur. Saat panen yang paling baik adalah awal
musim kemarau

Umbi lapis Panen umbi dilakukan pada saat akhir pertumbuhan

Rimpang Panen rimpang dilakukan pada saat awal musim kemarau

Akar Panen akar dilakukan pada saat proses pertumbuhan berhenti atau tanaman sudah cukup umur. Panen yang dilakukan
terhadap akar umumnya akan mematikan tanaman yang bersangkutan
2. Sortasi basah

Sortasi basah adalah pemilahan hasil panen ketika tanaman


masih segar. Sortasi dilakukan terhadap :
a. Tanah dan kerikil
b. Rumput – rumputan
c. Bahan tanaman lain atau bagian lain dari tanaman yang tidak
digunakan, dan
d. Bagian tanaman yag rusak (dimakan ulat dan sebagainya)
3. Pencucian

Pencucian simplisia dilakukan untuk membersihkan


kotoran yang melekat, terutama bahan – bahan yang
berasal dari dalam tanah dan juga bahan – bahan yang
tercemar pestisida.
Lanjutan….
Pencucian bisa dilakukan dengan menggunakan air yang berasal dari beberapa sumber sebgai
berikut :
a. Mata air
Pencucian yang dilakukan dengan mengunakan air yang berasal dari mata air harus
memperhatikan kemungkinan pencemaran yang diakibatkan oleh adanya mikroba dan
pestisida
b. Sumur
Pencucian mengunakan air sumur perlu memperhatikan pencemar yang mungkin timbul
akibat mikroba dan air limbah buangan rumah tangga
c. PAM
Pencucian mengunakan fasilitas air PAM (Ledeng) sering tercemar oleh kapur khlor
4. Penirisan

Simplisia yang telah dicuci bersih ditiriskan pada rak-rak yang telah diatur sedemikian
rupa untuk mencegah pembusukan atau bertambahnya kandungan air. Bahan
dibolak-balik untuk mempercepat penguapan , dilakukan di tempat teduh dengan
aliran udara cukup agar terhindar dari fermentasi dan pembusukan.
5. Perubahan Bentuk

Pada dasarnya tujuan pengubahan bentuk simplisia adalah untuk memperluas


permukaan bahan baku. Semakin luas permukaan maka bahan baku akan semakin
cepat kering. Proses pengubahan bentuk ini meliputi beberapa perlakuan berikut.
a. Perajangan untuk rimpang, daun, dan herba
b. Pengupasan untuk buah, kayu kulit kayu, dan biji – bijian yang ukurannya besar.
c. Pemipliran khusus untuk jagung, yaitu biji dipisahkan dengan bonggolnya
d. Pemotongan untuk akar, batang, kayu, kulit kayu, dan ranting
e. Penyerutan untuk kayu
6. pengeringan

Proses pengeringan simplisia, terutama bertujuan sebagai berikut :


a. Menurunkan kadar air sehingga bahan tersebut tidak mudah
ditumbuhi kapang dan bakteri
b. Menghilangkan aktivitas enzim yang bisa menguraikan lebih
lanjut kandungan zat aktif
c. Memudahkan dalam hal pengelolaan proses selanjutnya ( ringkas,
mudah disimpan, tahan lama, dan sebagainya)
– Pengeringan panas sinar matahari langsung: Kayu, Kulit kayu, biji yang
kandungan kimianya relative stabil

– Diangin-anginkan: Bagian tanaman lunak seperti bunga, daun, dan bagian


yang mengandung senyawa yang volatile.

Penyebab Face Hardening :


Irisan terlalu tebal
Suhu terlalu tinggi
Keadaan yang menyebabkan bagian luar mengeras
Berikut ini faktor yang
mempengaruhi pengeringan

– Waktu pengeringan, semakin lama dikeringkan akan semakin kering bahan


tersebut
– Suhu pengeringan, semakin tinggi suhunya semakin cepat kering, tetapi harus
dipertimbangkan daya tahan kandungan zat aktif di dalam sel yang kebanyakan
tidak tahan panas.
– Kelembapan udara di sekitarnya dan kelembapan bahan atau kandungan air dari
bahan
– Ketebalan bahan yang dikeringkan
– Sirkulasi udara
– Luas permukaan bahan. Semakin luas permukaan bahan semakin mudah kering.
Cara pengeringan bahan – bahan
tertentu dijelaskan sebagai berikut :

– Untuk tanaman rendah, misalnya lumut, jamur, thallus, agar –


agar dan rerumputan laut, dikeringkan dengan cara dijemur
dibawah sinar matahari. Setelah kering, disimpan dalam
kantung kedap udara.
– Untuk bahan berupa akar, pengeringan dilakukan dengan cara
dirajang atau dipotong – potong pendek, kemudian dijemur
langsung dibawah sinar matahari. Oleh karena akar termasuk
bahan keras maka sebaiknya dijemur dibawah matahari
langsung atau tanpa pelindung
Lanjutan….

– Untuk bahan berupa buah seperti jeruk bisa dibelah terlebih


dahulu, baru dijemur. Dapat pula buah diperam (misalnya
asam), baru dijemur.
– Untuk bahan berupa bunga hanya diangin - anginkan di
tempat yang teduh atau jika menggunakan oven maka suhu
diatur rendah sekitar 25 – 35 0 C
Lanjutan…

– Untuk bahan berupa kulit batang umumnya dibelah terlebih


dahulu, diserut, atau dipecah, kemudian langsung dijemur
dibawah matahari langsung
– Untuk bahan beru;a rimpang harus dirajang terlebij dahulu
untuk memperluas permukaan, kemudian dijemur di bawah
matahari tidak langsung (ditutup kain hitam). Tujuannya untuk
menghindari penguapan yang terlalu cepat yang dapat
berakibat menurunkan mutu minyak atsiri dalam bahan.
Penjemuran tidak langsung dengan pancaran gelombang ultra
violet
Lanjutan…

– Bahan – bahan eksudat seperti getah (opium dan


sebagainya), daging daun lidah buaya, dan biji jarak
(Ricinus communis) yang akan diambil minyak lemaknya
tidak perlu dilakukan proses pengeringan
– Untuk bahan berupa daun atau bunga yang akan diambil
minyak atsirinya maka cara pengeringan yang dianjurkan
adalah menghindari penguapan terlalu cepat dan proses
oksidasi udara
7) Sortasi Kering

Sortasi kering adalah pemilihan bahan setelah


mengalami proses pengeringan. Pemilihan
dilakukan terhadap bahan – bahan yang terlalu
gosong, bahan yang rusak akibat terlindas roda
kendaraan (misalnya dikeringkan di tepi jalan raya ),
atau dibersihkan dari kotoran hewan
8) pengepakan dan penyimpanan

Setelah tahap pengeringan dan sortasi kering selesai


makan simplisia perlu ditempatkan dalam suatu
wadah tersendiri agar tidak saling bercampur antara
simplisia satu dengan lainnya. Selanjurnya, wadah –
wadah yang berisi simplisia disimpan dalam rak pada
gudang penyimpanan
Penyimpanan merupakan upaya untuk menjaga kualitas fisik dan kestabilan kandungan senyawa
aktif agar tetap memenuhi persyaratan mutu yang ditetapkan. Faktor yang dapat menyebabkan
turunnya kualitas yaitu:
 Cahaya
 Reaksi kimia internal: proses fermentasi, polimerisasi, autooksidasi
 Oksidasi
 Dehidrasi: Proses kehilangan udara (shrinkage)
 Absorpsi air (Higroskopis
 Kontaminasi
 Serangga
 Kapang
Parameter Standar Umum Simplisia
Standardisasi
serangkaian parameter, prosedur dan cara pengukuran
yang hasilnya merupakan unsur-unsur terkait paradigma
mutu kefarmasian, mutu dalam artian memenuhi syarat
standar (kimia, biologi dan farmasi), termasuk jaminan
(batas-batas) stabilitas sebagai produk kefarmasian
umumnya.

proses menjamin bahwa produk akhir (obat, ekstrak atau


produk ekstrak) mempunyai nilai parameter tertentu yang
konstan (ajeg) dan ditetapkan (dirancang dalam formula)
terlebih dahulu
 Parameter Spesifik
Parameter spesifik merupakan tolok ukur khusus yang dapat
dikaitkan dengan jenis tanaman yang digunakan dalam proses
standardisasi.
Parameter spesifik yang akan ditetapkan pada penelitian ini adalah
• identitas simplisia,
• uji organoleptis (pemerian),
• uji makroskopik dan mikroskopik,
• penetapan kadar sari yang larut dalam air,
• penetapan kadar sari yang larut dalam etanol,
• penetapan kandungan minyak atsiri,
• penetapan kadar bahan aktif dan sidik jari (fingerprint) simplisia.
• Identitas simplisia

– Parameter identitas simplisia meliputi nama latin tumbuhan (sistematika


botani), bagian tumbuhan yang digunakan, dan nama daerah tumbuhan.
Penentuan parameter ini dilakukan untuk memberikan identitas objektif
dari nama dan spesifik dari senyawa identitas, yaitu senyawa tertentu yang
menjadi petunjuk spesifik dengan metode tertentu (Departemen Kesehatan
RI, 2000).
Tinjauan tentang tanaman

– Klasifikasi tanaman
– Divisi : Spermatophyta
– Sub divisi : Angiospermae
– Kelas : Dicotyledonae
– Ordo : Guttiferanales
– Famili : Clusiaceae
– Genus : Garcinia
– Spesies : Garcinia mangostana L.
Uji organoleptis

– Parameter organoleptis simplisia meliputi pendeskripsian bentuk,


warna, bau dan rasa menggunakan pancaindra.
– Penentuan parameter ini dilakukan untuk memberikan pengenalan
awal yang sederhana dan seobjektif mungkin.
Uji mikroskopik dan uji makroskopik

• Uji Makroskopik Perikarpium Manggis

No. Bagian yang Diperiksa Hasil Pengamatan


1 Bentuk perikarpium secara Bagian dalam perikarpium lunak, kulit
umum keras. Permukaan luar berwarna coklat
kehitaman dan mengkilat, permukaan
dalam berwarna merah. Tebal lebih
kurang sekitar 1 cm.
2 Bagian tepi perikarpium
- bentuk permukaan berombak, tidak rata
- warna coklat tua
3. Bagian tengah perikarpium
- warna kemerahan
– Perikarpium manggis segar

Rajangan perikarpium manggis

Serbuk simplisia
perikarpium manggis
Irisan melintang perikarpium manggis dengan pembesaran 400 X

Kutikula Epikarpium

Mesokarpium

Berkas
pembuluh
Senyawa terlarut dalam
pelarut tertentu
– Parameter senyawa terlarut dalam pelarut tertentu ditentukan dengan cara
melarutkan ekstrak dengan pelarut (alkohol atau air) untuk ditentukan
jumlah solut yang identik dengan jumlah senyawa kandungan secara
gravimetri. Dalam hal tertentu dapat diukur senyawa yang terlarut dalam
pelarut lain, misalnya heksana, diklorometan, metanol Penentuan parameter
ini dilakukan untuk memberikan gambaran awal jumlah senyawa kandungan
(Departemen Kesehatan RI, 2000).
Penetapan Kadar Sari yang Larut dalam
Air dan Etanol

AIR ETANOL

Serbuk 5,0 g dimaserasi 24 jam dg 100 Serbuk 5,0 g dimaserasi 24 jam


mL air yg meng. 0,5 ml kloroform dg 100 mL etanol 95%

6 jam pertama dikocok, kemudian 6 jam pertama dikocok,


didiamkan kemudian didiamkan

disaring, diuapkan 20 mL filtrat ad disaring, diuapkan 20 mL filtrat


kering dalam cawan ad kering dalam cawan

dipanaskan pada suhu 105oC ad dipanaskan pada suhu 105oC ad


bobot tetap bobot tetap

ditimbang % sari yang larut dalam air ditimbang % sari yang larut
dalam etanol
Kadar senyawa kimia tertentu

– Dengan tersedianya kandungan kimia yang berupa senyawa identitas atau


senyawa kimia ataupun kandungan kimia lainnya, maka secara kromatografi
instrumental dapat dilakukan penetapan kadar kandungan kimia tersebut.
– Instrumen yang dapat digunakan adalah
• KLT-densitometer,
• Kromatografi Gas (KG),
• Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) atau
• instrumen lain yang sesuai.
– Metode penetapan kadar harus diuji dahulu validitasnya, yakni batas deteksi,
selektivitas, linieritas, ketelitian, ketepatan dan lain-lain (Departemen
Kesehatan RI, 2000).
Penetapan sidik jari
(fingerprint) simplisia

– Pemeriksaan sidik jari bertujuan untuk


menetapkan metode untuk identifikasi
dan memeriksa keaslian (authenticity)
bahan mentah, sebagai pelengkap data
farmakognostik untuk tujuan kontrol
kualitas obat herbal.
– Pemeriksaan sidik jari ini dapat dilakukan dengan metode kromatografi
dengan menggunakan
• Kromatografi Lapis Tipis (KLT),
• Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT),
• Kromatografi Gas (KG)
– maupun dengan metode spektrofotometri yakni
• spektrofotometer ultraviolet (UV)
• spektrofotometer infrared (IR)
– (Jamal, 2006).
Penetapan Sidik Jari Menggunakan KLT-
Densitometer

0,5 g serbuk simplisia+ 3 mL etanol 96%, dimaserasi


semalam dlm tb.reaksi

divortex 5’+ 3 mL etanol 96%, divortex 5’, disaring,


dimasukkan labu ukur 10,0 mL

sisanya dibilas, di+ etanol 96% ad tanda

diambil 500 μL, dimasukkan labu ukur 5 mL, di+ etanol


96% ad tanda

ditotolkan 2 μL pd plat KLT

dieluasi dg heksan:EA= 3:2

Plat dipayar dg densitometer pd λ maks.


– Pemeriksaan sidik jari dengan metode kromatografi memiliki
keuntungan dalam pemisahan sistem yang kompleks menjadi
subsistem yang relatif sederhana dan kemudian diwujudkan dalam
bentuk kromatogram.

Kromatogram standar α-mangostin


kromatogram ekstrak perikarpium manggis yang
dan dieluasi dengan heksan: etil
dihasilkan dari eluasi heksan: etil asetat (3:2)
asetat (3:2)
Standar α-mangostin Standar α-mangostin

Ekstrak
perikarpium
manggis

– Spektra standar α-mangostin (kiri) dan overlay standart


α-mangostin dengan ekstrak perikarpium manggis
(kanan) dengan menggunakan KLT-densitometer
Penetapan Sidik Jari Menggunakan
Spektrofotometer IR

Sedikit sampel Serbuk KBr

dicampur ad homogen

campuran ditekan ad terbentuk pelet


tipis

pelet dimasukkan pada


spektrofotometer IR, diamati pada 4000-
450 cm-1
Penetapan Sidik Jari standar α-mangostin Menggunakan FTIR
Penetapan Sidik Jari ekstrak perikarpium manggis Menggunakan FTIR
Interpretasi bilangan gelombang pada spektra standar
α-mangostin dan ekstrak etanol 96% perikarpium
manggis

Bilangan gelombang
Pada spektra Pada spektra ekstrak
Gugus teoritis (cm-1) standar α-
mangostin Perikarpium manggis
(Silverstein,1981)

O-H (ulur) 3550-3200 3421,58 3400,9

C=O (ulur) 1715-1680 1643,55 1643,15

C-O (ulur) 1330-1050 1076,68 1076,16

C-H aromatis (ulur) 1300-1000 1280,53 1281,12

C-C cincin (ulur) 1500-1400 1454,54 1453,14

C-C 1200-800 1169,66 1168,19

C-O siklik 1150-1085 1076,68 1076,16


Parameter Nonspesifik

– Parameter nonspesifik merupakan tolok ukur baku yang dapat berlaku


untuk semua jenis simplisia, tidak khusus untuk jenis simplisia dari tanaman
tertentu ataupun jenis proses yang telah dilalui.
Ada beberapa parameter nonspesifik yang
ditetapkan untuk simplisia antara lain :

• Penetapan kadar abu


• Penetapan kadar abu yang tidak larut dalam asam
• Penetapan kadar abu yang larut dalam air
• Penetapan kadar air
• Penetapan susut pengeringan.
• Penetapan Kadar Cemaran Logam Berat
• Penentuan Kadar Cemaran Mikroba
• Penetapan kadar residu pestisida
Penetapan kadar abu
– Prinsip dari penetapan kadar abu adalah bahan dipanaskan pada
temperatur dimana senyawa organik dan turunannya terdestruksi dan
menguap, sehingga yang tertinggal adalah unsur mineral dan anorganik.
– Tujuan penetapan kadar abu adalah memberikan gambaran kandungan
mineral internal dan eksternal yang berasal dari proses awal sampai
terbentuknya ekstrak (Departemen Kesehatan RI, 2000).
Penetapan Kadar Abu

ditimbang dipijar perlahan didinginkan,


Krus 1 dipijar
zat 2-3 g ad arang habis ditimbang

Bila arang tak dapat dihilangkan + air panas

disaring dg kertas saring bebas abu

filtrat Kertas saring+sisa

Krus 2 dipijar krus 2 krus 1

dipijarkan ad bobot tetap

dihitung kadar abu


Penetapan Kadar Abu yang Penetapan Kadar Abu
Tidak Larut dalam Asam Larut dalam Air

abu dari PK Abu abu dari PK Abu

dididihkan dg 25 mL HCl encer P 5’ dididihkan dengan 25 mL air 5’

disaring dengan kertas saring bebas disaring dengan kertas saring bebas
abu abu

dicuci dengan air panas dicuci dengan air panas

kertas saring + sisa dipijar kertas saring + sisa dipijar15’ pd suhu tak
lebih dari 450oC ad bobot tetap

ditimbang ditimbang

dihitung kadar abu tak larut asam dihitung kadar abu larut dalam air
Penetapan kadar air
– Penetapan kadar air memiliki pengertian pengukuran kandungan air yang
berada didalam bahan, dilakukan dengan cara yang tepat diantara cara titrasi,
destilasi dan gravimetri.
– Tujuan penetapan kadar air ini adalah memberikan batasan minimal atau
rentang tentang besarnya kandungan air didalam bahan (Departemen
Kesehatan RI, 2000).
Penetapan susut
pengeringan
– Susut pengeringan adalah kadar bagian yang
menguap suatu zat (Departemen Kesehatan RI,
2000).
– Pengertian lain menyebutkan bahwa susut
pengeringan merupakan pengukuran sisa zat setelah
pengeringan pada temperatur 1050C selama 30
menit atau sampai berat konstan, yang dinyatakan
sebagai nilai prosen.
– Tujuan dilakukannya penetapan susut pengeringan
adalah untuk memberikan batasan maksimal
(rentang) tentang besarnya senyawa yang hilang
Penetapan kadar cemaran logam berat

– Prinsip penetapan parameter ini adalah menentukan kandungan logam berat


secara spektroskopi serapan atom atau lainnya yang lebih valid.
– Tujuannya adalah memberikan jaminan bahwa ekstrak (bahan) tidak
mengandung logam berat tertentu (Hg, Pb, Cd, dll) melebihi nilai yang
ditetapkan, karena berbahaya (toksik) bagi kesehatan (Departemen
Kesehatan RI, 2000).
Penetapan kadar cemaran mikroba

– Prinsip penetapan parameter ini adalah menentukan (mengidentifikasi)


adanya mikroba yang patogen secara analisis mikrobiologis. Tujuannya
adalah memberikan jaminan bahwa ekstrak (bahan) tidak boleh
mengandung mikroba patogen dan tidak mengandung mikroba
nonpatogen melebihi batas yang ditetapkan karena berpengaruh pada
stabilitas ekstrak (bahan) dan berbahaya (toksik) bagi kesehatan
– (Departemen Kesehatan RI, 2000).
Penetapan kadar residu
pestisida
– Prinsip penetapan parameter ini adalah menentukan kandungan sisa
pestisida yang mungkin saja pernah ditambahkan atau mengontaminasi
pada bahan simplisia maupun ekstrak.
– Tujuannya adalah memberikan jaminan bahwa ekstrak tidak mengandung
pestisida melebihi nilai yang ditetapkan karena berbahaya (toksik) bagi
kesehatan (Departemen Kesehatan RI, 2000).
PK Cemaran Logam Berat
Logam berat yang diperiksa: Pb, Cd, Cu, As, Hg

Pemeriksaan Cemaran Mikroba


 Angka Lempeng Total (ALT)
 ALT kapang
 ALT khamir
 Salmonella
 E.coli
 Staphylococcus aureus
 Pseudomonas aeruginosa

Pemeriksaan Residu Pestisida


 Golongan organoklorin
 Golongan organofosfat
 Golongan karbamat
EKSTRAK
Definisi Ekstrak (Menurut Farmakope Indonesia Edisi 4) :

Ekstrak adalah Sediaan kental yang diperoleh dengan mengekstraksi


senyawa aktif dari simplisia nabati atau hewani menggunakan pelarut
yang sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan
massa atau serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian hingga
memenuhi baku yang telah ditetapkan

Ekstrak tumbuhan obat yang dibuat dari simplisia nabati dapat


dipandang sebagai :
-bahan awal teknologi farmasi diproses menjadi produk jadi
-bahan antara diproses lagi menjadi fraksi-fraksi, isolat senyawa
tunggal ataupun tetap sebagai campuran dengan
ekstrak lain
-bahan produk jadi sediaan yang siap digunakan /dikonsumsi
Proses Pembuatan Ekstrak

1. Pembuatan serbuk simplisia dan klasifikasinya

- Makin halus serbuk simplisia, proses ekstraksi


makin efektif-efisien.

- Selama penggunaan peralatan penyerbukan dimana


ada gerakan dan interaksi dengan benda keras
(logam) maka akan timbul panas (kalor) yang dapat
berpengaruh pada senyawa kandungan
Organoleptis Ekstrak Etanol 96% Perikarpium Manggis

• Warna : Coklat tua


• Bau :-
• Rasa : Agak pahit
Identitas Ekstrak
Identitas ekstrak etanol 96% perikarpium manggis adalah sebagai
berikut:
A. Deskripsi tata nama
Nama ekstrak : Garciniae Pericarpii Extractum
(ekstrak perikarpium manggis)
Nama latin tumbuhan : Garcinia mangostana L.

Bagian tumbuhan yang digunakan : Garciniae pericarpium

Nama Indonesia tumbuhan : Manggis

B. Senyawa identitas adalah α-mangostin


Proses Pembuatan Ekstrak

1. Cairan pelarut

faktor utama dalam pemilihan cairan penyari :

 Selektivitas
 Kemudahan bekerja dan proses dgn cairan tsb
 Ekonomis
 Ramah lingkungan
 Keamanan
Proses Pembuatan Ekstrak

2. Separasi dan pemurnian


Tujuan dari tahapan ini adalah menghilangkan
(memisahkan) senyawa yang tidak dikehendaki
semaksimal mungkin tanpa berpengaruh pada
senyawa kandungan yang dikehendaki, sehingga
diperoleh ekstrak yang lebih murni.

3. Pemekatan / penguapan (vaporasi dan evaporasi)


Pemekatan berarti peningkatan jumlah partial solute
(senyawa terlarut) secara penguapan pelarut tanpa
sampai menjadi kondisi kering, ekstrak hanya menjadi
kental/pekat
Proses Pembuatan Ekstrak

4. Pengeringan ekstrak
Pengeringan berarti menghilangkan pelarut dari
bahan sehingga menghasilkan serbuk, massa kering-
rapuh, tergantung dari peralatan yang digunakan.

Anda mungkin juga menyukai