Anda di halaman 1dari 44

BAB V

SIMPLISIA DAN EKSTRAK

1. Pengertian Simplisia
Simplisia merupakan bentuk jamak dari kata simpleks yang berasal dari
kata simple, yang berarti satu atau sederhana. Istilah simplisia digunakan untuk
menyebutkan bahan- bahan obat alam yang masih berada dalam wujud aslinya
atau belum mengalami perubahan bentuk. Jadi dengan kata lain simplisia adalah
bahan alami yang digunakan untuk obat dan belum mengalami perubahan proses
apapun , kecuali dinyatakan lain. Umumnya berupa bahan yang telah dikeringkan.
Simplisia dibagi menjadi 3 golongan yaitu :
a. Simplisia Nabati
Simplisia nabati adalah simplisia yang berupa tanaman utuh, bagian
tanaman, eksudat tanaman, atau gabungan antara ketiganya. Misalnya : Datura
folium dan piperis nigri fructus. Eksudat tanaman adalah isi sel yang secara
spontan keluar dari tanaman atau dengan cara tertentu dengan sengaja dikeluarkan
dari selnya. Eksudat ini dapat berupa zat- zat atau bahan- bahan nabati lainnya
dengan cara tertentu dipisahkan / diisolasi dari tanamannya.
b. Simplisia Hewani
Simplisia hewani adalah simplisia yang berupa hewan utuh atau zat-zat
berguna yang dihasilkan oleh hewan dan belum berupa bahan kimia murni.
Misalnya : Minyak ikan ( Oleum iecoris asselli) dan maddu ( sel Mel depuratum)
c. Simplisia Pelikan atau Mineral
Simplisia pelican atau mineral adalah simplisia berupa bahan pelikan atau
mineral yang belum diolah atau telah diolah dengan cara sederhana dan belum
berupa bahan kimia murni. Contoh : Serbuk seng dan serbuk tembaga

Tata Nama Simplisia


Pemberian nama atau penyebutan simplisia didasarkan atas gabungan
nama spesies diikuti dengan nama bagian tanaman. Contoh merica dengan nama
spesies piperis albi maka nama simplisianya disebut sebagai piperis albi
fructus.ructus menunjukan nama bagian tanaman yang artinya buah.
Contoh penamaan simplisia :
Calami Rhizome : Menunjukkan penyebutan nama berdasarkan pada nama
belakang dari spesies ( Acorus calamus ) yang diikuti dengan nama bagian
tanaman ( Rhizome = Rimpang)
Brugmansia Folia : Nama genus dari Brugmansia candida diikuti Folia =
daun.
Oleum Arachidis : Minyak kacang ( Aracbis hypogea) tanpa anama bagian
tanaman.
Nama Latin dari Bagian Tanamaan yang Digunakan Dalam Tata Nama Simplisia
Nama Latin Bagian Tanaman

Radix Akar
Rhizoma Rimpang
Tubera Ubi
Bulbus Umbi Lapis
Fructus Buah
Semen Biji
Lignum Kayu
Cortex Kulit Kayu
Caulis Batang
Folia Daun
Herba Seluruh tanaman
Amyllum Pati
Thallus Bagian dari tanaman rendah

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Simplisia


1. Bahan Baku Simplisia
a) Tanaman liar : Banyak kendala dan variabilitaas yang tidak bisa
dikendalikan seperti asal tanaman, umur, dan tempat tumbuh
b) Budidaya : Keseragaman umur, masa panen, dan galur ( asal
usul garis keturunan) tanaman dapat dipantau.
2. Proses Pembuatan Simplisia :
a. Pengumpulan bahan baku
Bagian Tanaman Pengambilan Bahan Baku
Biji Mulai mengeringnya buah atau sebelum semuanya pecah

Buah Tergantung tujuan dan pemanfaatan kandungan aktifnya. Panen buah


bisa dilakukan saat menjelang masak ( misalnya piper nigrum), setelah
benar – benar masak (misalnya adas), atau dengan cara melihat
perubahan warna /bentuk dari buah yang bersangkutan (misalnya jeruk,
asam, dan pepaya)

Bunga Menjelang penyerbukan, saat bunga masih kuncup (seperti pada


Jasminum sambac, melati) atau saat bunga sudah mulai mekar
(misalnya, Rosa sinensis, mawar)

Daun dan herba saat proses fotosintesis berlangsung maksimal, yaitu ditandai dengan
saat – saat tanaman mulai berbunga atau buah mulai masak. Untuk
pengambilan pucuk daun, dianjurkan dipungut pada saat warna pucuk
daun berubah menjadi daun tua.

Kulit batang Pemanenan kulit batang hanya dilakukan pada tanaman yang sudah
cukup umur. Saat panen yang paling baik adalah awal musim kemarau

Umbi Lapis Panen umbi dilakukan pada saat akhir pertumbuhan

Rimpang Panen rimpang dilakukan pada saat awal musim kemarau

Akar Panen akar dilakukan pada saat proses pertumbuhan berhenti atau
tanaman sudah cukup umur. Panen yang dilakukan terhadap akar
umumnya akan mematikan tanaman yang bersangkutan

b. Sortasi basah
Sortasi basah adalah pemilahan hasil panen ketika tanaman masih
segar. Sortasi dilakukan terhadap :
a. Tanah dan kerikil
b. Rumput – rumputan
c. Bahan tanaman lain atau bagian lain dari tanaman yang tidak digunakan,
dan
d. Bagian tanaman yag rusak (dimakan ulat dan sebagainya)
c. Pencucian
Pencucian simplisia dilakukan untuk membersihkan kotoran yang
melekat, terutama bahan – bahan yang berasal dari dalam tanah dan juga
bahan – bahan yang tercemar pestisida.
Pencucian bisa dilakukan dengan menggunakan air yang berasal dari
beberapa sumber sebgai berikut :
a. Mata air
Pencucian yang dilakukan dengan mengunakan air yang berasal
dari mata air harus memperhatikan kemungkinan pencemaran yang
diakibatkan oleh adanya mikroba dan pestisida
b. Sumur
Pencucian mengunakan air sumur perlu memperhatikan pencemar
yang mungkin timbul akibat mikroba dan air limbah buangan rumah
tangga
c. PAM
Pencucian mengunakan fasilitas air PAM (Ledeng) sering tercemar
oleh kapur khlor
d. Perubahan bentuk
Pada dasarnya tujuan pengubahan bentuk simplisia adalah untuk
memperluas permukaan bahan baku. Semakin luas permukaan maka bahan
baku akan semakin cepat kering. Proses pengubahan bentuk ini meliputi
beberapa perlakuan berikut.
 Perajangan untuk rimpang, daun, dan herba
 Pengupasan untuk buah, kayu kulit kayu, dan biji – bijian yang
ukurannya besar.
 Pemipliran khusus untuk jagung, yaitu biji dipisahkan dengan
bonggolnya
 Pemotongan untuk akar, batang, kayu, kulit kayu, dan ranting
 Penyerutan untuk kayu
e. Pengeringan
Proses pengeringan simplisia, terutama bertujuan sebagai berikut :
 Menurunkan kadar air sehingga bahan tersebut tidak mudah ditumbuhi
kapang dan bakteri
 Menghilangkan aktivitas enzim yang bisa menguraikan lebih lanjut
kandungan zat aktif
 Memudahkan dalam hal pengelolaan proses selanjutnya ( ringkas,
mudah disimpan, tahan lama, dan sebagainya)
Faktor yang mempengaruhi pengeringan :
• Waktu pengeringan, semakin lama dikeringkan akan semakin kering
bahan tersebut
• Suhu pengeringan, semakin tinggi suhunya semakin cepat kering, tetapi
harus dipertimbangkan daya tahan kandungan zat aktif di dalam sel
yang kebanyakan tidak tahan panas.
• Kelembapan udara di sekitarnya dan kelembapan bahan atau kandungan
air dari bahan
• Ketebalan bahan yang dikeringkan
• Sirkulasi udara
• Luas permukaan bahan. Semakin luas permukaan bahan semakin
mudah kering.
f. Sortasi Kering
Sortasi kering adalah pemilihan bahan setelah mengalami proses
pengeringan. Pemilihan dilakukan terhadap bahan – bahan yang terlalu
gosong, bahan yang rusak akibat terlindas roda kendaraan (misalnya
dikeringkan di tepi jalan raya ), atau dibersihkan dari kotoran hewan.
g. Pengepakan dan Penyimpanan
Setelah tahap pengeringan dan sortasi kering selesai makan
simplisia perlu ditempatkan dalam suatu wadah tersendiri agar tidak saling
bercampur antara simplisia satu dengan lainnya. Selanjurnya, wadah –
wadah yang berisi simplisia disimpan dalam rak pada gudang
penyimpanan

Pentingnya Kontrol Mutu

Simplisia sebagai produk pertanian atau tumbuhan liar memiliki kualitas


mutu yang dipengaruhi oleh:
 Variasi bibit: Identitas (spesies)
 Tempat tumbuh dan iklim : lingkungan (tanah dan atmosfer), energi
(cuaca, temperatur, cahaya) dan materi (air, senyawa organik dan
anorganik)
 Proses tumbuh (fertilizer, pestisida,...)
 Kondisi panen (umur dan cara): Periode pemanenan hasil tumbuhan:
dimensi waktu terkait metabolisme pembentukan senyawa terkandung
 Proses pasca panen dan preparasi akhir:
Untuk simplisia dari tumbuhan hasil budidaya, dipengaruhi juga oleh
proses GAP (Good Agricultural Practice)
Untuk simplisia dari tubuhan liar (wild crop), dipengaruhi juga oleh proses
pengeringan yang umumnya dilakukan di lapangan.

Standardisasi
Serangkaian parameter, prosedur dan cara pengukuran yang hasilnya
merupakan unsur-unsur terkait paradigma mutu kefarmasian, mutu dalam artian
memenuhi standar (kimia, biologi dan farmasi), termasuk jaminan (batas-batas)
stabilitas sebagai produk kefarmasian umumnya. Proses menjamin bahwa produk
akhir (obat, ekstrak atau produk ekstrak) mempunyai nilai parameter tertentu yang
konstan dan ditetapkan (dirancang dalam formula) terlebih dahulu. Tujuannya
yaitu agar diperoleh bentuk bahan baku atau produk kefarmasian yang bermutu,
aman serta bermanfaat.
5.1.5.Syarat Baku Simplisia
 Kadar air : tidak lebih dari 10%
 Angka lempeng total : tidak lebih dari 10
 Angka kapang dan khamir : tidak lebih dari 10
 Mikroba pathogen : Negatif
 Aflatoksin : tidak lebih dari 30 bagian per juta

Sari Jamu:
 Diperbolehkan mengandung etanol tidak lebih dari 1% v/v (20oC)
 Kadar methanol : tidak lebih dari 0,1% dari kadar etanol
2. Ekstrak
Ekstrak adalah sediaan kental yang diperoleh dengan cara mengekstraksi
senyawa aktif dari simplisia menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua
atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa
diperlakukan sedemikian rupa sehingga memenuhi baku yang telah ditetapkan.
Ekstrak cair adalah sediaan dari simplisia yang mengandung etanol sebagai
pelarut atau sebagai pengawet. Biasanya pada tiap ml ekstrak, mengandung
senyawa aktif dari 1 g simplisia yang memenuhi syarat. Infus adalah sediaan cair
yang dibuat dengan mengekstraksi simplisia dengan air pada suhu 90 oC selama 15
menit.
Produk ekstrak harus memenui persyaratan:
 Parameter standar umum
 Parameter standar spesifik
 Buku monografi

Faktor yang Mempengaruhi Mutu Ekstrak


Faktor biologi : bahan asal tumbuhan
 Identitas (spesies)
 Lokasi tumbuhan asal : lingkungan (tanah dan atmosfer),
energi (cuaca, temperatur, cahaya) dan materi (air, senyawa organik dan
anorganik)
 Periode pemanenan hasil tumbuhan : dimensi waktu terkait
 metabolisme pembentukan senyawa terkandung
 Penyimpanan bahan tumbuhan : berpengaruh pada stabilitas bahan
(kontaminasi biotik dan abiotik)
 Umur tumbuhan dan bagian yang digunakan
 Untuk simplisia dari tumbuhan hasil budidaya, dipengaruhi juga oleh
proses GAP (Good Agricultural Practice)
 Untuk simplisia dari tubuhan liar (wild crop), dipengaruhi juga oleh proses
pengeringan yang umumnya dilakukan di lapangan.
Faktor Kimia:
a. Faktor internal:
 Jenis senyawa aktif dalam bahan
 Komposisi kualitatif senyawa aktif
 Komposisi kuantitatif senyawa aktif
 Kadar total rata-rata senyawa aktif
b. Faktor eksternal:
 Metode ekstraksi
 Perbandingan ukuran alat ekstraksi dan tinggi alat) :
a. Ukuran, kekerasan dan kekeringan bahan
b. Pelarut yang digunakan dalam ekstraksi
c. Kandungan logam berat
d. Kandungan pestisida
Mutu ekstrak berkaitan dengan senyawa kimia yang dikandung karena
respon biologis yang diakibatkan oleh ekstrak disebabkan oleh senyawa kimia.
Ditinjau dari asalnya, senyawa kimia dalam ekstrak terbagi menjadi:
 Senyawa kandungan asli dari tumbuhan asal : senyawa yang memang
sudah ada sejak masa tumbuhan tersebut hidup
 Senyawa hasil perubahan dari senyawa asli: Dari penelitian telah
diprediksi terjadinya perubahan kimia senyawa asli karena sifat
fisikokimia yang labil
 Senyawa kontaminasi: polutan atau aditif
 Senyawa hasil interaksi kontaminasi dengan senyawa asli atau senyawa
perubahan

Parameter Spesifik dan Non Spesifik


1. Parameter Non Spesifik
 Kadar air dan Susut Pengeringan
 Kadar abu
 Sisa Pelarut
 Residu Pestisida
 Cemaran logam berat
 Cemaran mikroba
 Kadar sari larut air dan etanol
2.Parameter Spesifik
 Identitas:
Meliputi deskripsi tata nama, bagian tumbuhan yang digunakan dan
senyawa identitas.
 Organoleptik
Meliputi penggunaan panca indera untuk mendeskripsikan bentuk
(padat, serbuk, kental, cair), warna, bau dan rasa
 Kandungan kimia
Untuk memberikan gambaran awal jumlah senyawa terkandung

Uji Kandungan Kimia Ekstrak


 Pola kromatogram: KLT, KCKT, KG
 Kadar Total Golongan Kandungan Kimia:
spektrofotometri, titrimetri, volumetri, gravimetri
 Kadar kandungan kimia tertentu: senyawa identitas atau senyawa kimia
utama atau senyawa aktif
 Densitometer, KG, KCKT

Kesimpulan :
1. Simplisia adalah bahan alami yang digunakan untuk obat dan belum
mengalami perubahan proses apapun
2. Simplisia dibagi menjadi tiga golongan yaitu, simplisia nabati, simplisia
hewani, dan simplisia pelican atau mineral
3. Standardisasi bertujuan agar memperoleh bentuk bahan baku atau produk
kefarmasian yang bermutu, aman serta bermanfaat.
4. Ekstrak adalah sediaan kental yang diperoleh dengan cara mengekstraksi
senyawa aktif dari simplisia menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian
semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang
tersisa diperlakukan sedemikian rupa sehingga memenuhi baku yang telah
ditetapkan.
5. Produk ekstrak harus memenui persyaratan : Parameter standar umum,
Parameter standar spesifik, Buku monografi
BAB VI
EKSTRAKSI BAHAN ALAM

Ekstraksi adalah proses pemisahan active substances dari simplisia secara


kimia atau fisika dengan menggunakan pelarut yang sesuai. Pada proses ekstraksi
diperlukan:
1. bahan yang diekstraksi,
2. solvent/pelarut untuk mengekstraksi,
3. ekstraktor/alat pengekstraksi.
Ekstrak adalah sediaan yang diperoleh dengan mengekstraksi senyawa
aktif dari simplisia nabati, hewani dengan menggunakan pelarut yang sesuai
kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang
tersisa diperlakukan sedemikian hingga memenuhi baku yg telah ditetapkan.
Berikut adalah istilah-istilah yang berkaitan dengan ekstraksi :
1. Menstrum : pelarut atau campuran pelarut yang digunakan untuk
mengekstraksi.
2. Miscella: pelarut yg sdh terlarut didalamnya hasil ekstrak.
3. Rinsing: terlarutnya senyawa terekstraksi keluar dari sel.
4. Lixiviation/leaching: ekstraksi dengan menggunakan pelarut air.

Pelarut atau solvent yang digunakan yaitu :


1. Aliphatic hydrocarbon: petroleum ether, n-hexane, n-heptane, n-octane,
cyclohexane.
2. Aromatic hydrocarbon: benzene, toluene.
3. Chlorinated hydrocarbon: dichlormethan, chloroform, carbon tetrachloride.
4. Alcohols: methanol, ethanol, n-propanol, butanol.
5. Ketones: acetone, butanone.
6. Carboxylic acid: acetic acid
7. Esters: ethyl acetate
8. Ethers: diethylether
9. Water
10. Oils
11. Solvent mixture: a.l. air dan pelarut-pelarut organik.
Untuk pelarut yang digunakan harus memenuhi persyaratan yang telah
ditetapkan yaitu Pelarut yang menunjukkan selektivitas maksimal, kapasitas
terbaik ditinjau dari koefisien saturasi produk, dan kompatibel dengan bahan-
bahan yang diekstraksi. Biasanya pelarut yang umum dipakai, yaitu :
1. Alkohol alifatik: methanol, ethanol, propanol.
2. Campuran alkohol air, merupakan campuran pelarut dengan daya ekstraktif
terbesar untuk semua bahan alam yang berbobot molekul rendah (alkaloid,
terpenoid, steroid, flavanoid)
3. Ethanol merupakan pelarut pilihan untuk memperoleh ekstrak secara klasik
(a.l. Tincture)
4. Alkohol alifatik sampai dengan tiga atom karbon atau campurannya dengan air
merupakan pelarut dengan daya ekstraktif terbesar untuk semua bahan alam
berbobot molekul rendah.
5. Perbandingan ideal alkohol air untuk ekstraksi kayu atau kulit tanaman berkisar
7:3 atau 8:2 perbandingan 1:1 dicegah terjadinya ekstraksi khlorophyl atau yg
bersifat resin.
6. Ethanol : lebih selektif, kapang dan bakteri sulit tumbuh, tdk beracun, netral,
absorbsinya baik, dapat bercampur dgn air, panas yg diperlukan untuk
penguapan lebih sedikit.
7. Kekurangannya: ethanol mahal.
8. Air: murah dan mudah didapat, stabil, tdk mudah menguap, tdk mudah
terbakar, tdk beracun, alamiah.
9. Kekurangannya: tdk selektif, mdh ditumbuhi jamur, waktu pengeringan lama.
Hal-hal yang jadi pertimbangan dalam pemilihan pelarut/solvent:
a. Sesuai dengan senyawa yg akan diekstrak
b. Mudah diperoleh/mudah ditangani
c. Murah
d. Aman bagi lingkungan
e. Tidak beracun
Berikut tahap-tahap ekstraksi :
1. Penghalusan simplisia (Comminution/pulveration)
Penghalusan adalah menghaluskan simplisia atau memecah menjadi
bagian-bagian dengan ukuran yang dikehendaki sesuai ketentuan untuk tiap
simplisia. Memperoleh simplisia yg bersih, sesuai ukuran, bebas debu/serpihan
halus. Tujuan penghalusan yaitu untuk memudahkan proses penyarian. Tiap jenis
simplisia mempunyai persyaratan derajat kehalusan masing-masing. Untuk tipe
communition yg dipakai tergantung pada sifat fisik bahan (hard and tough)
sehingga ada yg disebut: hard communition, medium hard comminution, soft
comminution.
Homogenitas ukuran partikel menjadi syarat utama; karena hal ini akan
mempengaruhi keseragaman tahapan ekstraksi dan kelancaran aliran; itulah
gunanya dilakukan classifikasi stlh penghalusan. Ukuran partikel juga
mempengaruhi kecepatan difusi zat ke dalam pelarut. Secara teoritis semakin
halus ukuran serbuk semakin cepat terjadi proses ekstraksi . Kehalusan simplisia
tergantung keperluan, jenis simplisia, dan metode ekstraksi.
a. fine shredded (<2mm) biasanya untuk sediaan teabags atau sediaan
phytopharmaka dalam bentuk sache.
b. Semi-fine shredded (medium 40-2mm ) untuk keperluan sediaan tea dan
infus.
c. Coarse (200-40mm) untuk ekstraksi.
Namun, pada kondisi ekstraksi tertentu bahan yang terlalu halus malah
dapat mengganggu kelancaran proses ekstraksi. Misalnya pada percolasi kl terlalu
halus akan mengganggu kelancaran keluarnya ekstrak melelui penetesan;
Sehingga kehalusan ditentukan oleh jenis dan sifat bahan serta metode ekstraksi
yg diterapkan.
Alat yang digunakan untuk penghalusan adalah :
 Shredding mills: digunakan untuk ssimplisia spt folia dan herba; cara ini
terutama efektif untuk bahan yng tdd ranting halus. Alat ini juga hanya
menghasilkan sedikit serpihan halus yg tdk diinginkan; dan terutama dipakai
untuk menghasilkan ‘coarse comminuition’ (0,2-2mm)
 Hammer mills, alat ini biasanya digunakan untuk bahan yg mengandung
resin.
 Pin mills, seringkali digunakan untuk bahan yang mengandung fat atau
ethereal oils.
 Fluted roller grinders, untuk bahan dengan kandungan tinggi ethereal oils.

Setelah comminuition diikuti dengan classification yaitu memisahkan


sesuai ukuran partikelnya. Penghalusan beberapa bahan :
 Roots and barks (akar dan kulit kayu) seringkali keras contoh: Cortex
Cinnamom, Cortex Frangulae, radix ipecacuanha, Radix Valerian, Rhizoma Iridis,
Rhizoma Zingiber.
 Proses communition untuk akar dan kulit kayu: diawali dari purification,
yaitu membuang kotoran atau yg lainnya dgn magnetic separator;
shredding/breaking untuk mendaptakan square cut digunakan shredder mills,
grinding menggunakan hammer mills atau fine mills with sieves.
 Seeds and fruits. Biasanya agak lebih sulit karena banyak mengandung
lemak dan ethereal oils. Biasanya menggunakan fine mills with sieves, shredder
and fine mills. Cold grinding terutama utk biji dan buah; yaitu dgn cara bahan
didinginkan dulu dgn nitrogen cair dan penghalusan dilakukan dgn grinder yg
juga didinginkan. Pendinginan dimaksudkan utk terjadinya sticking krn timbulnya
panas.
 Flowers and parts of flowers; shredder mills digunakan untuk flowers
diikuti dgn grinding utk membuang material yang tidak dikehendaki.
 Elastic substance dilakukan dengan repeated grinding on a pin mill.

1. Pembasahan
Pembasahan dan pembengkakan (steeping and swelling) dilakukan sebelum
ekstraksi dengan tujuan :
a.untuk meningkatkan porositas dinding sel yang akan mempermudah difusi zat
aktif dari sel menuju pelarut.
b.untuk memberikan kesempatan sebesar-besarnya kepada cairan penyari
memasuki seluruh rongga utk mempermudah penyarian selanjutnya.
Pembasahan dilakukan di luar alat ekstraksi dgn alasan:
a. Mencegah pemelaran secara tiba-tiba yang akan berakibat kepada alat
ekstraktor.
b. Untuk menjamin proses pembasahan agar merata.
Bahan yang biasa digunakan untuk pembasahan: cairan penyari, air, Na carbonat
atau ammonia.
2. Penyarian (Pelaksanaan Proses Ekstraksi)
Menurut Muravev et al. Proses ekstraksi senyawa aktif dari simplisia pindah ke
solvent terjadi dalam tiga tahap:
a. Penetrasi solvent ke dalam sel dan pengembangan sel.
b. Pelepasan (dissolution) extractive substance.
c. Difusi extractive substance keluar dari sel.

Faktor yang mempengaruhi ekstraksi secara umum, yaitu:


 Jumlah simplisia
 Derajat halus simplisia
 Jenis pelarut yang digunakan
 Suhu penyarian
 Lama waktu penyarian.
 Proses ekstraksi yang digunakan.

Dasar pemilihan cara ekstraksi, yaitu :


 Jumlah simplisia yang diekstraksi
 Jenis dan sifat simplisia yang akan diekstraksi
 Jenis dan sifat senyawa aktif yang akan diekstrak (tahan panas atau tidak;
mudah menguap atau tidak)
 Jumlah/volume (skala produksi) ekstrak yang dikehendaki.

Dasar proses ekstraksi :


1. Berdasarkan pencapaian keseimbangan konsentrasi. Ekstraksi berakhir pada
saat tercapainya kesetimbangan konsentrasi yg berarti distribusi antara senyawa
aktif dlm micelle dan dalam residu mencapai nilai K=1; atau dapat dikatakan
gradient concentrasi senyawa aktif dlm micelle dan residu sama dengan nol.
2. Proses berdasarkan ‘extracted exhaustively’ Exhaustive extraction; penyaria
senyawa aktif dihentikan sampai habis terekstraksi; dan ampasnya dibuang.

Dasar pencapaian keseimbangan konsentrasi :


 Metode pencapaian konsentrasi seimbang.
Pada metode ini, proses ekstraksi akan berhenti disaat distribusi ‘extractive
substance’ yang terdapat dalam miscella dan residue mencapai keseimbangan
yaitu bila gradient concentrasi antara miscella dan residu menjadi nol (proses sdh
berhenti).
 Faktor-faktor yang mempengaruhi proses pencapaian keseimbangan
concentrasi:
a. Perbandingan antara simplisia dan pelarut; yield berkurang dgn jumlah solvent
yg constant tetapi simplisia bertambah.
b. Pengeluaran substances dari sel (Dissolution from disintegrated cells) senyawa
yg keluar dari sel yg sdh pecah lebih cepat dari sel yg utuh.
c.derajat halus bahan
d. Proses pembasahan dan pengembangan simplisia of comminuition of drug
e. Difusi senyawa keluar dari sel; kemampuansenyawa berdifusi;
f. Rate of establishment of equilibrium
g. Suhu, pada suhu yg lebih tinggi tentu akan mempercepat proses.
h. pH
i. Interaction of dissolved constituents with insoluble support material of plants.
J. Degree of lipophylicity.

Contoh ekstraksi berdasarkan capaian ttk kesetimbangan :


 Maserasi sederhana (simple maceration)
 Remaceration
 Kinetic maceration
 Digestion
 Vortical extraction
 Ultrasound extraction
 Extraction by electrical energy
Prosedur umum maserasi :
 Simplisia yg akan diekstrak, dihaluskan dgn ukuran tertentu, dilembabkan
terlebih dahulu dengan solvent sama banyak atau 30% dari bobot simplisia
apabila simplisia dalam jumlah banyak. Simplisia yg sudah lembab ditempatkan
di dalam bejana ekstraktor dituangi cairan penyari jumlah tertentu (umumnya
perbandingan 1:10).
 Dibiarkan ditempat teduh/suhu kamar selama beberapa hari (umumnya 5
hari) sambil sekali-sekali diaduk.
 Setelah selesai waktu macerasi, micelle didecantasi, cairan dipisahkan dan
residunya diperas. Residu diperas lalu perasan dicampur dengan micelle lalu
didecantasi lagi kemudian disaring.
 Ekstrak yg diperoleh dicukupkan volumenya dengan solvent yg sama.

Ekstraktor untuk maserasi:


 Alat untuk macerasi sederhana (mixer tanpa stirrer): mixing barrel, twin
cone mixer, inclined twin cone mixer, cubic mixer, tetrahedral mixer.
 Alat untuk maserasi kinetik : alat dengan stirrer.
 Horizontal drum extractor, batch extractor with tilting device, nauta mixer.
 Berbagai modifikasi dilakukan terhadap alat dan cara ekstraksi macerasi
dengan tujuan dapat menyari senyawa aktif dari simplisia semaksimal mungkin.

Penerapan Cara Maserasi :


 Cara maserasi banyak diterapkan di laboratorium karena dapat digunakan
walaupun simplisianya sangat sedikit.
 Hampir semua jenis simplisia dapat diekstraksi secara maserasi malah
untuk simplisia yg mengandung mucus atau gel hanya dapat dilakukan secara
macerasi.
 Kekurangan cara macerasi ialah bahwa tidak semua bahan aktif tersari
(penyarian tidak sempurna) masih banyak yang tertinggal pada residu/ampas
(absorbed fraction).
 Untuk memperoleh senyawa aktif dalam residu, dilakukan treatment
terhadap residu. Ada dua cara treatment: a. Expression of the drug residue; b.
Expulsion of the solvent by warming with or without pressure reduction.

Remacerasi → Seperti pada cara macerasi, tetapi setelah penyaringan


residu dimacerasi lagi dengan sisa pelarut, lalu filtratnya
digabungkan.
Kinetic maceration → dilaksanakan pada suhu kamar, seperti macerasi biasa
hanya saja bahan yang diekstrak dalam keadaan ‘constant
stirrer’. Dengan cara ini diperoleh yield yang sama dgn
macerasi biasa dgn waktu proses lebih pendek
Digestion → Macerasi pada suhu sekitar 40-50 C dengan cara ini
diharapkan kekentalan pelarut berkurang, dan melarutkan
meningkat karena dengan pemanasan efeknya mirip dengan
pengadukan.
Vertical extraction → Ekstraksi dilakukan dengan putaran pd kecepatan
tinggi. Cell bahan akan ‘dirusak’ dgn cepat. Proses diffusi
terjadi melalui membran sel yang sudah dirusak. Energy
yang timbul karena pengocokan dgn kecepatan tinggi, akan
meningkatkan suhu shg dapat berakibat terurain senyawa
aktif.
Ultrasound extraction → Gelombang ultrasound akan mengakselerasi ekstraksi
pada ultrason ekstraksi.Prinsip ultrasound extraction are:
meningkatkan permeabilitas dinding sel; menghasilkan
cavitations/rongga/ruang,vmeningkatkan tekanan mekanik
pada sel.

Extraction by electric energy → Mempercepat ekstraksi dan meningkatkan yield.


Efek mekanik dari muatan listrik :
a. Menghasilkan cavitation/rongga/ruang;
b. Pemerataan tekanan gelombang oleh muatan listrik pada ultrasonic velocity
(kecepatan ultrasonic).
Treatment of the drug residue → Pada cara ekstraksi dengan prinsip
kesetimbangan, di akhir ekstraksi diperlukan perlakuan
khusus terhadap residu mengingat bahwa penyarian yg
dilakukan tidak tersari sempurna. Ada dua cara yaitu
pemerasan residu dengan alat khusus.
Exhaustive extraction → ekstraksi yang dilakukan sedemikian rupa untuk
mendapatkan penyarian yang maksimal atau
menyari senyawa yg dikehendaki semaksimal
mungkin kemudian membuang residunya; ekstraksi
secara kuantitatif. Cara ini karena menyari sampai
habis (exhausted) sehinggadigunakan sejumlah besar
solvent.
Prosedur umum percolasi :
 Simplisia dilakukan penghalusan (sesuai kebutuhan); bila dalam percolasi
bahan terlalu halus maka akan menghambat proses kemungkinan malah menutup
aliran perkolat.
 Kemudian dilakukan swelling dan diikuti dengan intermediate maceration.
Umumnya digunakan cairan pengembang 30% dari bobot simplisia kl jumlah
simplisia besar dan jumlah sama banyak kalau simplisianya sedikit. Lalu
didiamkan 2 jam.
 Simplisia yg sudah mengembang dituangkan ke dalam perkolator;
 Tumpukan simplisia yg sudah di dalam percolator sedikit ditekan untuk
mencegah adanya ruang udara diantara simplisia yg dapat mengakibatkan
mengalirnya solvent melalui ruang tersebut.
 Permukaan atas simplisia ditutup dengan kertas saring lalu diberi pemberat
a.l. Berupa butiran gelas.
 Lalu dituangi dengan solvent sementara stopcock dalam keadaan terbuka;
pada saat tetesan pertama keluar segera stopcock ditutup.
 Dibiarkan dalam percolator selama 24 jam sebelum percolasi dijalankan.
 Tetesan diatur 4-6 tetes/menit untuk 100 gram bahan.
 Simplisia harus terendam secara terus menerus untuk itu diatur agar aliran
cairan penyari yang masuk sama dengan tetesan perkolat yang keluar.
 Percolasi dihentikan apabila bahan aktif sudah habis tersari yang
ditunjukkan dengan: a. Diuji dengan pereaksi (alkaloid, steroid dsbnya); b. Untuk
senyawa yg belum diketahui diuji organoleptis: warna, rasa, dan bau.
 Perkolasi sederhana, simplisia diekstraksi dgn pelarut sampai tersari
sempurna. Disini digunakan jumlah pelarut yang sangat banyak dan waktu
ekstraksi yang lama.
 Repercolation/reperkolasi, simplisia diekstraksi pertama kali dgn solvent
kemudian percolasi diulangi terhadap bahan baru dengan menggunakan perkolat
dari perkolasi pertama sebagai solvent.
 Continuous countercurrent extraction (ekstraksi berlawanan arah),
simplisia bergerak berlawanan arah dengan arah gerakan pelarut. Simplisia
memasuki perkolator bertemu dengan solvent kemudian keluar dan bertemu lagi
dgn pelarut baru.

Beberapa percolator :
 Perkolator sederhana (tradsional)
 Perkolator berlawanan arah (soxhlet)
 Perkolator U
 Helical countercurrent extractor
 Carousel extractor
 Extractor centrifuges
 Column extractor

Aplikasi perkolasi :
 Perkolasi umum digunakan dalam proses ekstraksi baik di laboratorium
untuk analisa maupun di skala industri.
 Menguntungkan dari segi ekstraksi karena dengan cara perkolasi substansi
yang dikehendaki tersari habis. (maksimal).

Faktor yang memprngaruhi perkolasi :


 Pemilihan pelarut
 Derajat halus simplisia
 Kualitas pembasahan dan pembengkakan
 Jumlah tetesan permenit (flow rate) kalau terlalu cepat menyebabkan
perkolat yang keluar encer dan belum tersari sebagaimana mestinya.

 Sokletasi
√ Keuntungan menggunakan refluks:
1. Dapat digunakan untuk sampel dengan tekstur yang lunak dan tidak tahan
terhadap pemanasan secara langsung
2. Pemanasannya dapat diatur
√ Kerugian menggunakan refluks :
1. Karena pelarut didaur ulang, ekstrak yang terkumpul pada wadah di sebelah
bawah terus-menerus dipanaskan sehingga dapat menyebabkan reaksi peruraian
oleh panas.
2. Bila dilakukan dalam skala besar, mungkin tidak cocok untuk menggunakan
pelarut dengan titik didih yang terlalu tinggi.
3. Jumlah total senyawa-senyawa yang diekstraksi akan melampaui kelarutannya
dalam pelarut tertentu sehingga dapat mengendap dalam wadah dan membutuhkan
volume pelarut yang lebih banyak untuk melarutkannya.

 Ekstraksi panas : digesti


√ maserasi kinetik (dengan pengadukan kontiniu) pada temperatur yang lebih
tinggi dari suhu kamar , secara umum dilakukan pada suhu 40-50 c
√ Keuntungan menggunakan digesti :
1. Kekentalan pelarut brkurang, sehingga dapat mengakibatkan berkurangnya
lapisan2 batas
2. Daya melarutkan cairan penyari akan meningkat
3. Koefisien difusi berbanding lurus dengan suhu absolut dan berbanding terbalik
dengan kekentalan
 Ekstraksi panas : infus & dekok
√ Infus : Ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur penangas air
(benjana infus tercelup dalam penangas air mendidih, temperatur
terukur 96-98 C) selama waktu tertentu (15-20 menit)
√ Dekok : Infus pada waktu yang lebih lama dan (>30 menit) dan temperatur
sampai titik didih air.

 Destilasi uap
√ Ekstraksi senyawa dengan kandungan yang mudah menguap (minyak atsiri) dari
bahan (segar atau simplisia) dengan
√ Sifat yang fundamental dari distilasi uap adalah dapat mendistilasi campuran
senyawa di bawah titik didih dari masing-masing senyawa campurannya
√ Digunakan pada campuran senyawa-senyawa yang memiliki titik didih
mencapai 200 °C atau lebih.
√ Dapat menguapkan senyawa-senyawa ini dengan suhu mendekati 100 °C dalam
tekanan atmosfer dengan menggunakan uap atau air mendidih.
√ Dapat digunakan untuk campuran yang tidak larut dalam air di semua
temperatur, tapi dapat didistilasi dengan air.
√ Prinsip kerja Destilasi Uap :
Penyarian minyak menguap dengan cara simplisia dan air ditempatkan
dalam labu berbeda. Air dipanaskan dan akan menguap, uap air akan masuk ke
dalam labu sampel sambil mengekstraksi minyak menguap yang terdapat dalam
simplisia, uap air dan minyak menguap yang telah terekstraksi menuju kondensor
dan akan terkondensasi, lalu akan melewati pipa panjang, campuran air dan
minyak menguap akan masuk ke dalam corong pisah, dan akan memisah antara
air dan minyak atsiri.

4. Pemurnian/clarifikasi micelle
Seringkali ekstrak/micelle yg diperoleh terkotorkan oleh komponen yang
tidak dikehendaki misalnya: tannins yg dpt menyebabkan kekeruhan, adanya
pigment; substansi-substansi yg mungkin mengganggu stabilitas micelle, mikroba
yg berkontaminasi.Tujuan pemurnian/penjernihan juga untuk membuang
konstituent yg tidak diinginkan tanpa merusak ‘extracted substances’.
Tujuan pemurnian micelle: membuang constituent yg tidak dikehendaki
secara kuantitatif tanpa merusak bahan aktif ekstrak atau menimbulkan perubahan
yg akan mengakibatkan kerusakan misalnya mengurangi stabilitas. Seringkali
pada micelle terdapat bahan yg tdk dikehendaki seperti: tannin yg dpt
menyebabkan kekeruhan, pigments ataupun residu lainnya.

Cara Pemurnian :
 Cara fisika
a. Separasi secara sedimentasi dan sentrifugasi.
sentrifugasi biasanya dilakukan untuk partikel ukuran kecil.
b. Dekantasi; cara sederhana yg sudah dikenal lama serta umum
digunakan. Biasanya dekantasi dilakukan pada endapan-endapan halus dan
melayang; caranya didiamkan beberapa waktu sampai semua terpisah di dasar
bejana; kemudian cairan dituang dengan hati-hati untuk dipisahkan.
 Filtrasi: dengan penyaringan menggunakan penyaring manual ataupun
dengan mesin.
 Type: clear filtration (when the clear filtrate is the product obtained);
separation filtration (when the residue is the product obtained); analytical
filtration (when filtrae and residue are the products obtained).
Type filtrat: sieve filtration, cake filtration.
 Decantasi
 centrifugai
 Filtrasi (sieve filtration, cake filtration,
(Note: clear filtration jk yg diperlukan adalah filtrat; separation filtration,
bila residu yg diinginkan; analytical filtration, apabila filtrat dan residu keduanya
diambil). Pada pemurnian ekstrak adalah ‘clear filtartion’
 Cara fisiko-kimia:
a. Adsorption (adsopban: activated charcoal, silica gel, aluminium oksida)
b. Ion exchange
 Sterilisasi
a. Pasteurisasi
b. UHT
 Pemilihan alat dan cara filtrasi tergantung jenis micelle-nya.
 Pada penyaringan ada kondisi tertentu yg harus diperhatikan misalnya
menyaring bahan yang mucilaginous harus dengan tekanan dan suhu panas
dsbnya.
 Sieve filtration: partikel tersisa di permukaan; contohnya membrane
filtration; ultrafiltartion.
 Cake filtration, in which the filter retains the particles on its surface like a
sieve so that a filter cake is built up during the filtarion process.
 Adsorption; yaitu pemurnian dgn cara mengadsorpsi bahan atau kumpulan
bahan melalui adsorbants.
contoh adsorbants: activated charcoal, silica gel, activated aluminium
okside, fueller’s earth, polyvinylpirrolidone, sephadex.
 ion exchange

5. Pemekatan micelle
Pemekatan dilakukan setelah pemurnian micelle.Pemekatan artinya
peningkatan jumlah substansi dalam larutan dengan cara menguapkan cairan tanpa
merusak kandungan aktif didalamnya.
Kadar pemekatan yang dilakukan tergantung tergantung keperluan.
a. Secara partial atau total tergantung apakah untuk memperoleh ekstrak cair,
kental
b. Dipekatkan dan diekstraksi lagi untuk mendapatkan senyawa tertentu.
 Micelle yang sudah dimurniksn diperlukan pemekatan untuk memperoleh
ekstrak sesuai standar.
 Prinsip vaporation:
 Procedure in simplebvaporation
 Multistage vaporation
 Vapor compression

6. Pengeringan ekstrak
Pengeringan ekstrak dilakukan apabila memang diperlukan untuk sediaan
bentuk kering ataupun dengan tujuan mengawetkan. Ekstrak disimpan dalam
keadaan kering merupakan salah satu cara menjaga stabilitasnya. Ekstrak dalam
keadaan kering juga memudahkan dalam pengangkutan. Tipe pengeringan:
a. evaporation drying
b. vaporation drying
 Cara pengeringan berdasarkan sumber panas:
a. Convecting drying
b. Contact drying
c. Reduksi
d. Dielectic drying
 Menurut nama alat:
a. Spray drying; freeze drying; vaccum drying etc.
 Cara-cara pengeringan:
a. Vaccum freeze dryers
b. Vaccum belt drying
c. Rolled drying
d. Oven drying
e. Spray dryer

 Spray drying :
Umum digunakan untuk sediaan fitofarmaka sebagai contoh: spray-dried
tea.
Banyak digunakan baik di laboratorium maupun di industri mulai dari
mengeringkan 1kg larutan/jam (skala lab) sampai 10-50kg/jam dan ada yang
sampai 80 ton/jam.
Parameters : larutan yg digunakan, suhu udara yg masuk dan suhu udara yg
dialirkan.
Cara kerja spray drying: spray drying merubah ekstrak cair menjadi bahan
kering dalam satu kali proses.Berlangsung cepat dengan panas udara yang tinggi
tanpa merusak bahan yang dikeringkan. Sehingga cocok dilakukan untuk bahan
labil atau bahan yg peka terhadap pemanasan.Bahan-bahan yg dikeringkan: bahan
farmasi,, bahan makanan, minuman,bahan organik dll.
Tiga proses dalam spray drying:
a. Atomization
b. Spray – air mixing and moisture evaporation
c. Separation of dry product from the exit air.

 Freeze drying
Freeze drying disebut juga lyophylization, cryodessication; proses
ygumum digunakan untuk mengawetkan bahan atau memudahkan untuk
keperluan transportasi.Prinsipnya yaitu freezing material, reducing the
surrounding pressure, adding enough heat to allw the frozen water in the material
to sublime directly from the solid phase to gas phase.
Ada 4 tahapan pada Freeze drying; yaitu: a. Pretreatment (concentrating,
formulating etc), b. Freezing ( menempatkan material di dlm ferzee drying flask
and rotary flask in bath, c. Primary drying, pada fase ini butiran es dibuang c.
Secondary drying, membuang moleku air yg tdk terfrozen. Bagian alat pada freeze
dryer: a. Drying chamber with a temperature controlling device; b. A pump for
sucking up water vapor and air; c. A condensor of absorber.
Bahan yang dikeringkan dgn freeze drying a.l. Ekstrak air dari biota laut;
selain untuk menguapkan untuk untuk memisahkan kandungan garam dalam
ekstrak.

7. Penyimpanan ekstrak
Penyimpanan ekstrak hendaknya dalam botol warna coklat, ditempat yang
dingin dan kering. Pada etiket tercantum: nama ekstrak, kadar, pelarut, tgl
pembuatan.

Kesimpulan
 Ekstraksi adalah proses pemisahan active substances dari simplisia secara
kimia atau fisika dengan menggunakan pelarut yang sesuai.
 Untuk pelarut yang digunakan harus memenuhi persyaratan yang sudah
ditetapkan dan sesuai dengan senyawa ekstrak yang digunakan.
 Tahapan ekstraksi yaitu Penghalusan simplisia
(Comminution/pulveration), Pembasahan simplisia (Steeping/swelling), Penyarian
simplisia (proses ekstraksi), Pemurnian (clarification) micelle/ekstrak, Pemekatan
micelle ekstrak, Pengeringan ekstrak, Pembakuan/standardisasi ekstrak,
Stabilisasi ekstrak
 Untuk tahap penghaluskan dipisahkan sesuai ukuran dan bahan yang
digunakan
 Cara ekstraksi yang digunakan harus sesuai dengan bahan yang digunakan.
BAB VII
KERAGAMAN METABOLIT SEKUNDER

Mutu atau kualitas metabolit sekunder sangat bervariasi tergantung


pada tempat pertumbuhan, penanganan saat panen dan pasca panen yang benar.
Metabolit sekunder dari bahan alam juga merupakan hasil resultan berbagai
faktor, baik itu inheren (genetik) maupun faktor eksternal (lingkungan) sehingga
kandungan bahan aktifnya tidak dapat dijamin selalu tetap.
Spesies tumbuhan sama namun ada perbedaan tempat tumbuh sehingga
kandungan kimia akan berbeda disebut fenomena chemodem:
Faktor luar:
 unsur hara
 air
 suhu
 ketinggian
 tumbuhan yg tumbuh disekitarnya (alelopati)
 Sinar matahari
Faktor dalam
 tumbuhan itu sendiri (ada hama, infeksi)
Teknik budidaya maupun pasca panen merupakan salah satu rantai
proses untuk mencapai jaminan mutu dalam menghasilkan bahan yang memenuhi
spesifikasi dan parameter bahan aktif yang jelas. Bahan-bahan hasil panen masih
belum terbebas sepenuhnya dari berbagai aktivitas biokimia. Namun dengan cara
budidaya dan penanganan pasca panen yang tepat, variasi kandungan bahan aktif
dalam simplisia diharapkan dapat diperkecil, diatur atau distandarkan.

1. Pengeringan
Pengeringan adalah suatu cara pengawetan atau pengolahan pada bahan
dengan cara mengurangi kadar air, sehingga proses pembusukan dapat terhambat. 
Dengan demikian dapat dihasilkan simplisia terstandar, tidak mudah rusak dan
tahan disimpan dalam waktu yang lama. Dalam proses ini, kadar air dan reaksi-
reaksi zat aktif dalam bahan akan berkurang, sehingga suhu dan waktu
pengeringan perlu diperhatikan. Suhu pengeringan tergantung pada jenis bahan
yang dikeringkan.  Pada umumnya suhu pengeringan  adalah antara 40-600C dan
hasil yang baik dari proses pengeringan adalah simplisia yang mengandung kadar
air kurang dari 10%.
Pengeringan dapat dilakukan dengan :
1. Sinar matahari, secara tidak langsung namun ditutup dengan kain hitam.
2. Oven, suhu 40-60 derajat C
3. Dikering anginkan

Komponen komponen kimia seperti enzim (Hidrolase, Oksidase,


Polymerase, dll) yang tertinggal pada jaringan yang dipanen belum berhenti.
Enzim bisa terdapat dalam jaringan, selain itu enzim juga masih mempunyai
aktivitas diluar sel hidup. Oleh karenanya sering terlihat adanya kerusakan hasil
panen yang merubah penampilan fisik menjadi berwarna coklat akibat aktivitas
enzim oksidase. Enzim memiliki sifat tidak tahan terhadap pemanasan, dengan
demikian tingginya kadar air pada hasil panen dapat menjadi wahana untuk
aktivitas berikutnya, baik dalam merubah tampilan fisik (warna) maupun
kandungan bahan kimianya. Kerusakan fisik karena kadar air yang kurang
terkontrol juga berkaitan erat dengan timbulnya cemaran, khususnya mikroba.
Teknik budidaya maupun pasca panen merupakan salah satu rantai
proses untuk mencapai jaminan mutu dalam menghasilkan bahan yang memenuhi
spesifikasi dan parameter bahan aktif yang jelas. Dengan cara budidaya dan
penanganan pasca panen yang tepat, variasi kandungan bahan aktif dalam
simplisia diharapkan dapat diperkecil, diatur atau distandarkan.

2. Budidaya Tanaman
Tanaman obat ditanam bukan sekadar diambil biomassanya, tetapi lebih
dititikberatkan pada kandungan bahan aktifnya atau lazim juga dikenal dengan
istilah metabolit sekunder. Tindakan budidaya tanaman obat bertujuan untuk
dapat memanipulasi, mengubah atau juga meningkatkan kandungan bahan
aktifnya.
 Saat panen
a. Biji
Pemanenan biji dilakukan pada saat biji telah masak fisiologis. Fase ini
ditandai dengan sudah maksimalnya pertumbuhan buah atau polong dan biji
yang di dalamnya telah terbentuk dengan sempurna. Kulit buah atau polong
mengalami perubahan warna misalnya kulit polong yang semula warna hijau
kini berubah menjadi agak kekuningan dan mulai mengering.
b. Buah
Buah harus dipanen setelah masak fisiologis dengan cara memetik. 
Pemanenan sebelum masak fisiologis akan menghasilkan buah dengan
kualitas yang rendah dan kuantitasnya berkurang. Pemanenan yang terlambat
akan menyebabkan penurunan kualitas karena akan terjadi perombakan bahan
aktif yang terdapat di dalamnya menjadi zat lain.
c. Daun
Pemanenan daun dilakukan pada saat tanaman telah tumbuh maksimal
dan sudah memasuki periode matang fisiologis dan dilakukan dengan
memangkas tanaman. tanaman jati belanda dapat dipanen pada umur 1-1,5
tahun, jambu biji pada umur 6-7 bulan setelah tanam.  Pada beberapa tanaman
pemanenan yang terlambat akan mempersulit proses panen. 
d. Rimpang
Untuk jenis rimpang waktu pemanenan bervariasi tergantung peng-
gunaan.  Tetapi  pada umumnya pemanenan dilakukan pada saat tanaman
berumur 8-10 bulan.  Seperti rimpang jahe, untuk  kebutuhan ekspor dalam
bentuk segar jahe dipanen pada umur 8-9 bulan setelah tanam
e. Bunga
Bunga yang digunakan dalam bentuk segar, pemanenan dilakukan pada
saat bunga kuncup atau setelah pertumbuhannya maksimal. Berbeda  dengan
bunga yang digunakan dalam bentuk kering, pemanenan dilakukan pada saat
bunga sedang mekar.  Seperti bunga piretrum, bunga yang dipanen dalam
keadaan masih kuncup  menghasilkan kadar piretrin yang lebih tinggi
dibandingkan dengan bunga yang sudah mekar.
f. Herba
Pada beberapa tanaman semusim, waktu panen yang tepat adalah pada
saat pertumbuhan vegetatif tanaman sudah maksimal dan akan memasuki fase
generatif atau dengan kata lain pemanenan dilakukan seb. Pemanenan yang
dilakukan terlalu awal mengakibatkan produksi tanaman yang kita dapatkan
rendah dan kandungan bahan aktifnya juga rendah.  Sedangkan jika
pemanenan terlambat akan menghasilkan mutu rendah karena jumlah daun
berkurang, dan batang tanaman sudah berkayu.  elum tanaman berbunga

 Pasca Panen
Pentingnya penanganan pasca panen dengan benar adalah karena
sebagai produk biologis, baik sebelum maupun setelah jadi simplisia, masih
berada dalam kondisi yang riskan terhadap kerusakan. Kemungkinan
terjadinya perubahan yang berpengaruh terhadap mutu atau kualitas simplisia
masih besar karena belum terbebas sepenuhnya dari berbagai aktivitas
biokimia.
Kegiatan pasca panen :
1. Pengangkutan hasil panen
2. Sortasi
Untuk memisahkan kotoran-kotoran atau bahan-bahan asing, bahan
yang tua dengan yang muda atau bahan yang ukurannya lebih besar atau lebih
kecil.  Bahan nabati yang baik memiliki kandungan campuran bahan organik
asing tidak lebih dari 2%.
3. Pencucian
Bertujuan menghilangkan kotoran-kotoran dan mengurangi mikroba-
mikroba yang melekat pada bahan
4. Penirisan
5. Perajangan
Perajangan biasanya hanya dilakukan pada bahan yang ukurannya agak
besar dan tidak lunak seperti akar, rimpang, batang, buah dan lain-lain. 
Perajangan terlalu tipis dapat mengurangi zat aktif  yang terkandung dalam
bahan.  Sedangkan jika terlalu tebal, maka pengurangan kadar air dalam bahan
agak sulit dan memerlukan waktu yang lama dalam penjemuran  dan
kemungkinan besar bahan mudah ditumbuhi oleh jamur.
6. Pengeringan
Pengeringan adalah suatu cara pengawetan atau pengolahan pada bahan
dengan cara mengurangi kadar air, sehingga proses pembusukan dapat
terhambat.  Dengan demikian dapat dihasilkan simplisia terstandar, tidak
mudah rusak dan tahan disimpan dalam waktu yang lama.
Pada umumnya suhu pengeringan  adalah antara 40-600C dan hasil yang
baik dari proses pengeringan adalah simplisia yang mengandung kadar air
kurang dari 10%. Pengeringan bahan dapat dilakukan secara tradisional
dengan menggunakan sinar matahari ataupun secara modern dengan
menggunakan alat pengering seperti oven, rak pengering, blower ataupun
dengan fresh dryer. Tetapi terdapat beberapa bahan yang rusak jika
dikeringkan dibawah sinar matahari yang mengandung sinar ultra violet, misal
bahan yang mengandung minyak Atsiri, pro-Vit A, zat zat antioksidan.
7. Pengemasan dan Penyimpanan
Simplisia yang sudah bersih serta kering dan bahan baku yang bukan
simplisia yang telah lulus dari pemeriksaan mutu bila tidak langsung
digunakan hendaklah disimpan dalam wadah tertutup dan diberi label yang
menunjukkan status simplisia dan bahan baku tersebut. Persyaratan jenis
kemasan yaitu dapat menjamin mutu produk yang dikemas, mudah dipakai,
tidak mempersulit penanganan, dapat melindungi isi pada waktu
pengangkutan, tidak beracun dan tidak bereaksi dengan isi.
Pasca panen sebagai mata rantai proses untuk memperoleh jaminan
mutu bagi simplisia, secara umum sangat dipengaruhi oleh :
(1) kandungan air bahan,
(2) pengaruh sinar ultra violet
(3) pengaruh suhu (pemanasan),
(4) pengaruh pH

3. Metabolit Sekunder
Metabolit Primer adalah senyawa yg secara langsung memiliki fungsi/
terlibat dalam proses metabolisme utama, jalur katabolisme & anabolisme pada
tumbuhan. Penyusun utama dari makhluk hidup , Misal: asam amino, asam lemak,
nukleotida, karbohidrat, protein, dan lain-lain. Metabolit Sekunder tidak memiliki
fungsi langsung untuk pertumbuhan & perkembangan secara langsung. Penting
untuk kelangsungan hidup dan interaksi dgn lingkungan , Terdapat pada berbagai
macam tumbuhan. Misal: alkaloid, terpena, flavonol, dan sebagainya.
 Proses Metabolisme Primer
Keseluruhan proses sintesis (penyusunan) & perombakan zat-zat-utama
penyusun tubuh (polisakarida, protein, asam lemak, dll)
 Proses Metabolisme Sekunder
Proses-proses kimia jenis lain yang hanya terjadi pada spesies tertentu
sehingga memberikan produk yang berlainan, sesuai dgn spesiesnya
 Proses Metabolisme Intermediet
Reaksi-reaksi yang memungkinkan terjadinya pertukaran materi antara
tahap-tahap metabolisme dan tahap yang menghasilkan energi yang
dibutuhkan baik oleh sel maupun organisme utuh.
Fungsi metabolit sekunder
1. Proteksi terhadap serangan mikroba
Fitoaleksin  senyawa pertahanan yg dpt diinduksi
a) struktur bermacam-macam
b) disintesis di dalam sel di sekitar sel yg terinfeksi
c) terakumulasi dlm konsentrasi yg tinggi pada sel yg mati
Elisitor  senyawa kimia spesifik yg menginduksi respon mekanisme
pertahanan tumbuhan
2. Proteksi terhadap serangan/gangguan herbivora
Umumnya bersifat konstitutif. Pestisida alami pada tumbuhan dapat
mencapai 10% . Berat kering  tumbuhan liar memiliki potensi sebagai
toksin
3. Proteksi terhadap gangguan lingkungan
Proteksi terhadap UV  antosianin, kutikula
Osmoproteksi  prolin, glisin
4. Agen Alelopati
Menghambat pertumbuhan tanaman di sekitarnya (kompetisi)
5. Menarik serangga pollinator & hewan herbivora untuk membantu
penyebaran biji
6. Farmakologi
Berbagai macam obat-obatan
 Fungsi utama metabolit sekunder untuk interaksi tumbuhan dengan
lingkungan

Faktor yang mempengaruhi kandungan kimia tanaman:


 Kesuburan tanah (kandungan nutrisi tanaman)
 Iklim lingkungan
 Waktu panen
 Umur tanaman
 Organ/ bagian tanaman
 Cara pengolahan
Biosintesis Metabolit Sekunder
Sangat beragam tergantung dari golongan senyawa yang bersangkutan
1. Jalur Asam Asetat
Poliketida (poliasetilena, prostaglandin, antibiotika makrolida,
antrakinon, tetrasiklina)
2. Jalur Asam Sikimat
Merupakan jalur alternatif menuju senyawa aromatik, terutama L-
fenilalanin, L-tirosina dan L-triptofan. Berlangsung dlm mikroorganisme dan
tumbuhan, tidak berlangsung pada hewan
3. Jalur Asam Mevalonat
Terpenoid mrpkan btk senyawa dgn keragaman struktur yg besar dlm
produk alami yg diturunkan dr unit isoprena (C5) yg bergandengan dlm model
kepala ke ekor, sdgkan unit isoprena diturunkan dari metabolisme asam asetat
oleh jalur asam mevalonat

Metabolit sekunder atau produk alami tumbuhan/ senyawa bahan alam umumnya
terbagi menjado 3 kelompok utama, didasarkan pada asal mula biosintesisnya:
1. Terpenoid
2. Alkaloids dan senyawa nitrogen terkait
3. Fenilpropanoid dan senyawa fenolat
 Terpena
Senyawa yg termsk kelompok metabolit sekunder golongan lipida,
tersusun dari senyawa2 yang mengandung suatu gabungan kepala ke ekor dari
satuan-satuan kerangka isoprena (2-metil butadiena) atau senyawa yang
mempunyai hubungan struktural dengan isoprene. Kebanyakan mempunyai
karbon yg jumlahnya kelipatan 5  C5; Klasifikasi terpenoid didasarkan pada
jumlah unit 5C. Sering dinamakan isoprenoid walaupun isoprene bukan
merupakan prekursor biologis. Berasal dari fusi berulang dari cabang 5C dari
unit struktur isopentenyl. Monomernya disebut sebagai unit isoprene. Terpena
merupakan gol. hidrokarbon yang banyak dihasilkan tumbuhan dan terutama
terkandung pada getah dan vakuola sel. Pada hewan, terutama serangga dan
beberapa hewan laut
 Terpenoid
Struktur yg mirip dgn terpena dan mengandung unsur – unsur lain
(gugus fungsi) disamping C dan H. Terpenoid dapat mengandung gugus
hidroksil, gugus karbonil, gugus karboksilat, dan lain-lain .Terpenoid berperan
untuk bau harum (pada pohon kayu putih), selera/rasa dari kayu manis, jahe,
cengkih, warna bunga yang kuning
 Monoterpen (C-10)
Molekul dengan rantai terbuka atau siklis. Umumnya bersifat volatil&
biasanya mrpkan penyusun minyak atsiri, memberi aroma khas pada tumbuhan.
Monoterpen dikelompokkan menjadi:
- asiklik (misal: geraniol)
- monosiklik (misal: limonene)
- bisiklik (misal: pinene)
 Diterpen (C-20)
Resin yang dihasilkan beberapa tumbuhan digunakan utk menutup luka
akibat herbivora. Manusia menggunakan salah satu senyawa diterpen utk obat anti
kanker (taxol dr pacific yew). Pada pinus-pinusan dan klerodan  merupakan zat
penolak makan bagi serangga
 Triterpenes (C-30)
Sterol, hormon, saponins. Bersifat toksik. Berstruktur: steroid. Contoh:
cardenolides (toksin utk jantung); Azadirachtin (zat penolak makan bagi serangga)
saponins: struktur menyerupai detergent.
 Sesquiterpen (C-15)
Kelompok terbesar terpenoids, lebih dari 200 . Struktur cincin yg
berbeda merupakan penyusun minyak atsiri. Banyak yg berperan dlm mekanisme
pertahanan tumbuhan. Misal : poligodial & warburganal  mrpkan zat penolak
makan berbagai jenis serangga. Berasa pahit.

Biosintesis Terpenoid dari metabolit primer dibagi mjd 4 tahap:


1. Sintesis IPP (isopentenyl diphosphate)
2. Isomerasi IPP menjadi DMAPP, penambahan berulang IPP dan DMAPP
3. Elaborasi molekul prenil difosfate
4. Modifikasi secara enzimatis pada kerangka terpenoid

Penyusunan Isoprena
1. DMAPP berkondensasi secara kepala ke ekor dgn IPP menghasilkan
geranil pirophosphate
2. DMAPP berperan sebagai pondasi tempat diletakkan unit-unit IPP
3. Kombinasi IPP dan DMAPP yg terkontrol enzim, atom karbon C5 dari
GPP, berkaitan dgn gas alkohol dan DMAPP  mengalami inversi
konfigurasi
GPP, GGPP, GFP, GFPP  mrpkan nama-nama ester pirophosphate bebas yang
terbentuk dari unit isoprene

 Alkaloid
Merupakan kelompok basa yang mengandung gugus nitrogen 
sebagian besar berasal dari asam amino dan hanya beberapa yang berasal dari
purin atau pirimidin (misal: kafein). Sering bersifat beracun bagi manusia & byk
mempunyai kegiatan fisiologis yang menonojol  banyak digunakan dalam
bidang pengobatan. Biasanya tidak berwarna, sering bersifat optis aktif,
kebanyakan berbentuk kristal tetapi hanya sedikit yang berupa cairan (misal:
nikotina) pada suhu kamar. Uji sederhana (tdk sempurna)  utk alkaloid dalam
daun atau buah segar adalah rasa pahitnya di lidah.
Alkaloid merupakan golongan heterogen, berkisar senyawa sederhana
spt konina (alkaloid utama Coninum maculatum) sampai struktur pentasiklik spt
strikhnina (racun pada kulit Strychnos); amina tumbuhan (misal: meskalina) dan
basa purin dan pirimidin (misal: kafein). Banyak alkaloid yg bersifat terpenoid &
bbrp (misal: solanina: alkaloid pada kentang)  sebaiknya ditinjau dari segi
biosintesis sbg terpenoid termodifikasi. Alkaloid lain: berupa senyawa aromatik
(misal: kholkisin, alkaloid-tropolon umbi Crocus : mengandung gugus basa sbg
gugus rantai samping. Ditemukan pada bagian daun, akar,, biji, batang dan kulit
kayu. Byk ditemukan pd angiospermae, umumnya tdk terdpt dlm gymnospermae,
paku-pakuan, lumut dan tumbuhan tingkat rendah. Fungsi: pelindung (penghalau
atau penarik) tumbuhan dari serangan hama dan penyakit, pengatur tumbuh, sbg
basa mineral untuk mempertahankan keseimbangan ion.
Reaksi utama yg mendasari biosintesis senyawa alkaloid adl reaksi
mannich antara suatu aldehid dan suatu amina primer dan sekunder, dan suatu
senyawa enol atau fenol. Biosintesis alkaloid juga melibatkan reaksi rangkap
oksidatif fenol dan metilasi. Selain itu juga jalur poliketida dan mevalonat
Pemanfaatan Alkaloid
o Pharmaceuticals
-Scopolamine: anestesi
-Sanguinarine: anti bakteri
o Stimulan : nicotine, caffein
o Narcotic : cocaine, morphine
o Racun : tubocurarine

 Alkaloid turunan ornithin


Ornithin mrpkan prekursor pirolidin siklis yg terdapat dalam alkaloid
pada tembakau (nikotin) dan tumbuhan solanaceae lainnya. Nikotin merupakan
senyawa pemula dari sejumlah alkaloid tembakau lainnya.

 Alkaloid turunan lisin


Lisine merupakan senyawa prekursor piperidin yang membentuk
rangka dari beberapa alkaloid, antara lain: lupin, lupinin dan lupan.
Lycopodine merupakan senyawa yg dihasilkan dari tumbuhan . Lycopodium,
termasuk ke dalam alkaloid turunan lisin.
 Alkaloid turunan tirosin
Tirosin mrpkan produk awal dari sejumlah besar senyawa alkaloid.
Senyawa intermediet: dopamin yg merupakan prekursor untuk biosintesis
berberine, papaverine, morfin. Sintesis morfin: dua cincin tirosin bergabung dan
membentuk struktur dasar morfin. Colchicine merupakan alkaloid dari tumbuhan
Colchicum autumnale dan C. byzantium (jg termsk alkaloid turunan tirosin)

 Senyawa Fenol
Biosintesis :
Beberapa eksperimen menunjukkan fenol terbentuk dari phenillalanin
melalui p-coumarin acid (btk trans p-coumaric acid)  diubah menjadi asam
benzoat  oxidatively decarboxylated  fenol
Meliputi aneka ragam senyawa yang berasal dari tumbuhan, mempunyai ciri sama
cincin aromatik yang mngandung satu atau dua penyulih hidroksil. Cenderung
mudah larut dalam air karena umumnya sering berikatan dgn gula sbg glikosida
(biasanya terdpt dalam vakuola sel). Golongan terbesar yaitu flavonoid, selain
fenolonosiklik sederhana, fenilpropanoid dan kuinon fenolik. Bagi biokimiawan
tumbuhan  senyawa fenol tumbuhan dapat menimbulkan gangguan besar krn
kemampuan dalam membentuk senyawa kompleks dgn protein melalui ikatan
hidrogen yaitu menghambat kerja enzim pada ekstrak tumbuhan

 Fenol
Sangat peka thd oksidasi enzim. Peranan beberapa golongan senyawa
fenol:
- Lignin : bahan pembangun dinding sel
- Antosianin : pigmen bunga
- Flavol : potong pada pengaturan pengendalian tumbuh
pada tanaman kacang Pisum sativum
- Flavonoid : pada kebiasaan makan serangga tubuh

 Fenolik
Fenolik merupakan senyawa yg byk ditemukan pada tumbuhan. Fenolik
memiliki cincin aromatik dgn satu atau lebih gugus hidroksi (OH-) & gugus lain
penyertanya. Bersifat asam karena kemampuan disosiasi gugus OH-nya. Fenolik
Memiliki kemampuan untuk membentuk kompleks chelat dengan logam . Mudah
teroksidasi membentuk polimer (agregat berwarna gelap)  menghambat
pertumbuhan. Misal: pencoklatan pada potongan tumbuhan atau tumbuhan mati.
Contoh: coumarins, asam sinamat, asam sinapinat, coniferyl alcohols. Sebagian
besar senyawa fenolik termasuk dalam flavonoid
Pada sebagian besar senyawa fenolik, produk awal biosintesisnya
adalah shikimate. Senyawa fenolat ada hubungannya dgn lignin terikat sebagaia
ester atau terdapat di daun dlm fraksi tidak larut dlm etanol atau mungkin dalam
fraksi larut dalam air yaitu sebagai glikosida sederhana. Degradasi flavonoid dan
fenol kompleks lainnya dalam suasana basa menghasilkan satu fenol sederhana
atau lebih dan asam fenolik. Tan memproduksi bbrp senyawa yg terdiri atas satu
atau lebih residu fenolik, yg dibagi dalam kelompok besar berdasarkan jumlah
atom karbon
fenil propanoid.
Senyawa fenol alam yang mempunyai cincin aromatik dgn rantai
samping terdiri atas tiga karbon yang merupakan turunan asam amino protein
aromatik, yaitu fenilalanin dan fenilpropanoid (dpt mengandung satu sisa C6 –
C3). Contoh:
- Hidroksisinamat: sbg bangunan dasar liginin dan berkaitan dengan pengaturan
tumbuh dan pertahanan terhadap penyakit
- Hidroksikumarin, fenilpropena, lignan

 Flavonoid
Semua flavonoid, menurut strukturnya mrpkan turunan senyawa induk
flavon (berupa tepung putih pada tumbuhan). Kerangka penyusun flavonoid: C6-
C3-C6. Flavonoid disatukan melalui jalan kecil phenylpropanoid-acetat dlm
semua tanaman tingkat tinggi. Flavonoid biasanya berikatan dgn gugusan gula shg
membentuk glikosida yg larut dalam air. Flavonoid mengandung sistem aromatik
terkonjugasi & krn itu menunjukkan pita serapan kuat pada daerah spektrum UV
dan spektrum tampak. Ditemukan dalam tingkat sangat tinggi pada buah apel,
bawang-bawangan, tomat dan teh.
Struktur dasar flavonoid berasal dari pola C15 flavon. Perbedaan dgn
senyawa fenolat lain: Tingkat oksidasi cincin pyran di bagian tengah dan sifat
biologisnya. Beberapa kelompok (misal: flavonon tidak berwarna) . Fungsinya
yaitu pembentukan pigmen, anti oksidatif atau agen alergi

 Anthocyanin
Merupakan pewarna paling penting dam paling banayak tersebar dalam
tumbuhan. Turunan suatu struktur aromatik tunggal, yaitu sianidin dgn
penambahan atau pengurangan gugus hidroksil atau metilasi atau glikosilasi.
Umumnya berwarna merah atau kuning, tergantung pada pH. Warna biru
diperoleh dari hasil pembentukan chelat dengan ion logam tertentu, misal: Fe atau
Al. Keragaman flavonoid sebagian besar didasarkan pada pola hidroksilasi dan
atau metilasi dari tiga sistem cincin. Antosianidin yaitu aglikon antosianin yg
terbentuk jika antosianin dihidrolisis dgn asam

 Quinon
Kelompok fenolat berfungsi sebagai ko-faktor. Senyawa fenolat pada
tumbuhan umumnya dalam bentuk terikat dgn molekul lain, seringkali dgn residu
glucosyl, sulphate atau asetil. Dalam keadaan bebas terdetoksifikasi secara parsial
yaitu toksik. Senyawa fenol dgn BM rendah (misal: thymol digunakan sebagai
obat antiseptik). Ikatan antara flavonoid (misal: anthocyan) dan residu glycosyl 
mempengaruhi warna bunga. Glikosilasi flavonoid yaitu proteksi terhadap hama
dan hewan lainnya. Khalkon, auron, flavonon, hidrokhalkon isoflavon disebut
falvonoid minor karena penyebaran pada kelas terbatas. Misal: Isoflavon hanya
terdapaat pada leguminosae dan iridaceae.

 Flavonoid minor
Khalkon dan auron merupakan antoklor, yaitu pigmen kuning yg
dideteksi berdsrkan kenyataan bhw bila daun bunga berwarna kuning diasapi dgn
asap basa atau diuapi dgn uap amonia warnanya berubah mjd jingga atua merah
(terdpt dlm klas compositae). Dihidrokhalkon pada rosacea dan Ericaceae.
Floridin (senyawa dihidrokhalkon diisolasi dari apel berkaitan dgn ketahanan
tumbuhan thd penyakit). Tersebar dlm tumbuhan, baik sbg ko-pigmen dalam daun
bunga maupun tumbuhan tinggi , sering terdapat dalam bentuk glikosida. Contoh
flavonol: kemferol, kuersetin, mirisetin

 Flavonol dan flavon


Flavon berbeda dengan flavonol , flavon tidak terdapat penyulihan 3
hidroksi dan ini berpengaruh thd serapan UV, gerakan kromatografi serta reaksi
warna. Contoh flavon: apigenin, luteolin.

 Senyawa Aromatis
Senyawa yang rumus strukturnya sekurang-kurangnya mengandung
satu cincin benzene. Klasifikasi :
 Senyawa aromatis sederhana
 Benzokuinon
 Turunan Fenantrena
 Naptokuinon
 Fenil Propano umum
 Turunan fenilpropano rantai terbuka
 Kumarin dan isokumarin
 Furano dan Pirano kumarin
 Lignan dan lignin
 Asam Humat
 Tanin terhidrolisa

Kesimpulan :
1. Metabolit sekunder dari bahan alam merupakan hasil resultan berbagai
faktor, baik itu inheren (genetik) maupun faktor eksternal (lingkungan)
sehingga kandungan bahan aktifnya tidak dapat dijamin selalu tetap.
2. Teknik budidaya maupun pasca panen merupakan salah satu rantai proses
untuk mencapai jaminan mutu dalam menghasilkan bahan yang memenuhi
spesifikasi dan parameter bahan aktif yang jelas.
3. Metabolit primer adalah senyawa yg secara langsung memiliki fungsi/
terlibat dalam proses metabolisme utama, jalur katabolisme & anabolisme
pada tumbuhan. Penyusun utama dari makhluk hidup ,
4. Metabolit Sekunder tidak memiliki fungsi langsung untuk pertumbuhan &
perkembangan secara langsung. Penting untuk kelangsungan hidup dan
interaksi dgn lingkungan , Terdapat pada berbagai macam tumbuhan.

Anda mungkin juga menyukai