Anda di halaman 1dari 11

A.

Tujuan Praktikum
Mahasiswa dapat membuat simplisia dan melakukan pengamatan secara
mikriskopik dan makroskopik pada berbagai simplisia.

B. Dasar Teori

1. Pengertian

Pengetahuan tentang tanaman berkhasiat obat ini sudah lama


dimiliki oleh nenek moyang kita dan hingga saat ini telah banyak yang
terbukti secara ilmiah. Pemanfaatan tanaman obat Indonesia akan terus
meningkat mengingat kuatnya keterkaitan bangsa Indonesia terhadap
tradisi kebudayaan memakai jamu. Bagian-bagian tanaman yang
digunakan sebagai bahan obat yang disebut simplisia. Istilah simplisia
dipakai untuk menyebut bahan-bahan obat alam yang masih berada dalam
wujud aslinya atau belum mengalami perubahan bentuk (Gunawan, 2010).
Simplisia atau herbal adalah bahan alam yang telah dikeringkan yang
digunakan untuk pengobatan dan belum mengalami pengolahan, kecuali
dinyatakan lain sudah dilakukan pengeringan, suhu pengeringan simplisia
tidak lebih dari 60 0C (Ditjen POM, 2008).

Simplisia merupakan bahan awal pembuatan sediaan herbal. Mutu


sediaan herbal sangat dipengaruhi oleh mutu simplisia yang digunakan.
Oleh karena itu, sumber simplisia, cara pengolahan, dan penyimpanan
harus dapat dilakukan dengan cara yang baik. Simplisia adalah bahan alam
yang digunakan sebagai bahan sediaan herbal yang belum mengalami
pengolahan apapun dan kecuali dinyatakan lain simplisia merupakan
bahan yang telah dikeringkan (Ditjen POM, 2005)
2. Penggolongan Simplisia
Simplisia dibagi menjadi tiga golongan, yaitu:

a. Simplisia nabati adalah simplisia yang berupa tumbuhan utuh, bagian


tumbuhan atau eksudat tumbuhan. Eksudat tumbuhan adalah isi sel yang
secara spontan keluar dari tumbuhan atau dengan cara tertentu dikeluarkan
dari selnya atau zat nabati lain yang dengan cara tertentu dipisahkan dari
tumbuhannya (Ditjen POM, 1995).
b. Simplisia hewani adalah simplisia berupa hewan utuh atau zat-zat berguna
yang dihasilkan oleh hewan. Contohnya adalah minyak ikan dan madu
(Gunawan, 2010).
c. Simplisia pelikan atau mineral adalah simplisia berupa bahan pelikan atau
mineral yang belum diolah atau telah diolah dengan cara sederhana.
Contohnya serbuk seng dan serbuk tembaga (Gunawan, 2010)

3. Faktor - Faktor Penentu Kualitas Simplisia

a. Bahan Baku Simplisia


Berdasarkan bahan bakunya, simplisia bisa diperoleh dari tanaman liar
dan atau dari tanaman yang dibudidayakan. Tumbuhan liar umumnya
kurang baik untuk dijadikan bahan simplisia jika dibandingkan dengan
hasil budidaya, karena simplisia yang dihasilkan mutunya tidak
seragam.

b. Proses Pembuatan Simplisia


Dasar pembuatan simplisia meliputi beberapa tahapan, yaitu:
1. Pengumpulan bahan baku. Kadar senyawa aktif dalam suatu
simplisia berbeda - beda yang tergantung pada beberapa faktor,
antara lain: bagian tumbuhan yang digunakan, umur tumbuhan
atau bagian tumbuhan pada saat panen, waktu panen dan
lingkungan tempat tumbuh. Waktu panen sangat erat hubungannya
dengan pembentukan senyawa aktif di dalam bagian tumbuhan
yang akan dipanen. Waktu panen yang tepat pada saat bagian
tumbuhan tersebut mengandung senyawa aktif dalam jumlah yang
terbesar. Senyawa aktif akan terbentuk secara maksimal di dalam
bagian tumbuhan atau tumbuhan pada umur tertentu. Berdasarkan
garis besar pedoman panen, pengambilan bahan baku tanaman
dilakukan sebagai berikut:

a. Biji
Pengambilan biji dapat dilakukan pada saat mulai
mengeringnya buah atau sebelum semuanya pecah.
b. Buah
Panen buah bisa dilakukan saat menjelang masak (misalnya
Piper nigrum), setelah benar-benar masak (misalnya adas),
atau dengan cara melihat perubahan warna/ bentuk dari buah
yang bersangkutan (misalnya jeruk, asam, dan pepaya).
c. Bunga
Panen dapat dilakukan saat menjelang penyerbukan, saat
bunga masih kuncup (seperti pada Jasminum sambac,
melati), atau saat bunga sudah mulai mekar (misalnya Rosa
sinensis, mawar).

d. Daun atau herba


Panen daun atau herba dilakukan pada saat proses
fotosintesis berlangsung maksimal, yaitu ditandai dengan
saat-saat tanaman mulai berbunga atau buah mulai masak.
Untuk mengambil pucuk daun, dianjurkan dipungut pada saat
warna pucuk daun berubah menjadi daun tua.
e. Kulit batang
Tumbuhan yang pada saat panen diambil kulit batang,
pengambilan dilakukan pada saat tumbuhan telah cukup
umur. Agar pada saat pengambilan tidak mengganggu
pertumbuhan, sebaiknya dilakukan pada musim yang
menguntungkan pertumbuhan antara lain menjelang musim
kemarau.
f. Umbi lapis
Panen umbi dilakukan pada saat umbi mencapai besar
maksimum dan pertumbuhan pada bagian di atas berhenti.
Misalnya bawang merah (Allium cepa).
g. Rimpang
Pengambilan rimpang dilakukan pada saat musim kering
dengan tanda-tanda mengeringnya bagian atas tumbuhan.
Dalam keadaan ini rimpang dalam keadaan besar maksimum.
h. Akar
Panen akar dilakukan pada saat proses pertumbuhan berhenti
atau tanaman sudah cukup umur. Panen yang dilakukan
terhadap akar umumnya akan mematikan tanaman yang
bersangkutan

2. Sortasi basah

Sortasi basah adalah pemilihan hasil panen ketika tanaman masih


segar. Sortasi dilakukan terhadap:
a. Tanah atau kerikil,
b. Rumput-rumputan
c. Bahan tanaman lain atau bagian lain dari tanaman yang tidak
digunakan, dan
d. Bagian tanaman yang rusak (dimakan ulat atau sebagainya)

3. Pencucian
Pencucian simplisia dilakukan untuk membersihkan kotoran
yang melekat, terutama bahan-bahan yang berasal dari dalam tanah
dan juga bahan-bahan yang tercemar peptisida. Cara sortasi dan
pencucian sangat mempengaruhi jenis dan jumlah mikroba awal
simplisia. Misalnya jika air yang digunakan untuk pencucian kotor,
maka jumlah mikroba pada permukaan bahan simplisia dapat
bertambah dan air yang terdapat pada permukaan bahan tersebut
dapat mempercepat pertumbuhan mikroba. Bakteri yang umum
terdapat dalam air adalah Pseudomonas, Bacillus, Streptococcus,
Enterobacter, dan Escherichia.

4. Pengubahan bentuk
Pada dasarnya tujuan pengubahan bentuk simplisia adalah
untuk memperluas permukaan bahan baku. Semakin luas
permukaan maka bahan baku akan semakin cepat kering.
Perajangan dapat dilakukan dengan pisau, dengan alat mesin
perajangan khusus sehingga diperoleh irisan tipis atau potongan
dengan ukuran yang dikehendaki.
5. Pengeringan
Proses pengeringan simplisia, terutama bertujuan sebagai berikut:
a. Menurunkan kadar air sehingga bahan tersebut tidak mudah
ditumbuhi kapang dan bakteri.
b. Menghilangkan aktivitas enzim yang bisa menguraikan lebih
lanjut kandungan zat aktif .
c. Memudahkan dalam hal pengolahan proses selanjutnya
(ringkas, mudah disimpan, tahan lama, dan sebagainya).

6. Sortasi kering
Sortasi kering adalah pemilihan bahan setelah mengalami proses
pengeringan. Pemilihan dilakukan terhadap bahan - bahan yang
terlalu gosong atau bahan yang rusak.

7. Pengepakan dan penyimpanan


Setelah tahap pengeringan dan sortasi kering selesai maka
simplisia perlu ditempatkan dalam suatu wadah tersendiri agar
tidak saling bercampur antara simplisia satu dengan lainnya
(Gunawan, 2010)

4. Serbuk Simplisia Nabati


Serbuk simplisia nabati adalah bentuk serbuk dari simplisia nabati,
dengan ukuran derajat kehalusan tertentu. Sesuai dengan derajat
kehalusannya, dapat berupa serbuk sangat kasar, kasar, agak kasar, halus,
dan sangat halus. Serbuk simplisia nabati tidak boleh mengandung
fragmen jaringan dan benda asing yang bukan merupakan komponen asli
dari simplisia yang bersangkutan antara lain telur nematoda, bagian dari
serangga dan hama serta sisa tanah (Ditjen POM, 1995)
Serbuk adalah campuran homogen dua atau lebih obat yang diserbukkan.
Pada pembuatan serbuk kasar, terutama simplisia nabati, digerus lebih
dulu sampai derajat halus tertentu setelah itu dikeringkan pada suhu tidak
lebih dari 600C (Anief, 2007). Untuk simplisia nabati tidak boleh
menggunakan bagian pertama yang terayak, tetapi harus terayak habis dan
dicampur homogen, karena zat berkhasiat tidak terbagi rata pada semua
bagian simplisia. Sebagai contoh daun kering yang digerus halus dan
diayak maka muka daun yang terayak dulu, setelah itu baru urat daun
dapat terayak (Anief, 2007).

C. Kegiatan praktikum
1. Alat yang diperlukan
Mikroskop, objek glas, pipet tetes, beaker glass
2. Bahan yang diperlukan
a. Daun Sereh
b. Bunga Cengkeh
c. Daun Jati Belanda
d. Daun Sirsak
e. Daun Teh
3. Cara kerja
Pengujian makroskopik

Siapkan alat dan bahan yang akan didigunakan

Ambil beberapa lembar daun yang akan di amati

Amati warna bau, bentuk daun, tepi daun,


permukaan daun dan susunan tulang daun

Catat hasil pengamatan dan ulangi percobaan


tersebut pada berbagai simplisia
Pengujian mikroskopik

Siapkan alat dan bahan yang diperlukan

Ambil sedikit serbuk pada simplisia amati warna


nya dan letakan sedikit serbuk pada objek glas
kemudian tetesi 1-2 tetes klorahidrat dan segera
tutup dengan cover galas

Amati fragmen pengenal dari serbuk simplisia


yang disediakan di bawah mikroskop

D. Hasil pengamatan

Catat dan gambar hasil pengamatan


E. Pembahasan
1. Pengertian tumbuhan temulawak
Temulawak (Curcuma xanthorhiza Roxb) adalah salah satu tumbuhan
obat keluarga Zingiberaceae yang banyak tumbuh dan digunakan sebagai
bahan baku obat tradisional di Indonesia (Sidik et al. 1992). Tumbuhan
temulawak secara empiris banyak digunakan sebagai obat tunggal atau
campuran. Pada umumnya perbanyakan temulawak menggunakan
rimpang induk yang utuh. Rimpang temulawak merupakan bahan
pembuat obat paling utama. Khasiat temulawak sebagai upaya
pemeliharaan kesehatan, disamping sebagai upaya peningkatan kesehatan
atau pengobatan penyakit. Pengujian khasiat rimpang temulawak dapat
diketahui melalui bukti empiris, melalui pengujian secara in vitro,
pengujian praklinis kepada binatang dan uji klinis pada manusia (BPOM
2004). Secara empiris rimpang temulawak dipercaya mempunyai banyak
manfaat salah satunya sebagai antioksidan. Komponen aktif yang
bertanggung jawab sebagai antioksidan dalam rimpang temulawak adalah
kurkumin.

2. Klasifikasi temulawak
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledonae
Ordo : Zingiberale
Famili : Zingiberaceae
Spesies : Curcuma xanthoriza Roxb (Rukmana, 1995)

3. Morfologi rimpang temulawak


Rimpang induk temulawak bentuknya bulat seperti telur, dan berukuran
besar, sedangkan rimpang cabang terdapat pada bagian samping yang
bentuknya memanjang. Tiap tanaman memiliki rimpang cabang antara 3-
4 buah. Warna rimpang cabang umumnya lebih muda dari pada rimpang
induk. Warna kulit rimpang sewaktu masih muda maupun tua adalah
kuning kotor, atau coklat kemerahan. Warna daging rimpang kuning atau
orange tua, dengan cita rasa yang pahit, atau coklat kemerahan dan
berbau tajam, serta keharumanya sedang. Rimpang terbentuk dalam tanah
pada kedalaman kurang lebih 16 cm. tiap rumpun tanaman rimpang
temulawak umumnya memiliki enam buah rimpang tua dan lima buah
rimpang muda.

4. Morfologi daun temulawak


Tiap batang mempunyai daun 2-9 helai dengan bentuk bundar memanang
sampai bangun lanset, warna daun hijau atau cokelat keunguan terang
sampai gelap. Panjang daun 31- 84 cm, panjang tangkai daun termasuk
helaian 43-80 cm. mulai dari pangkalnya sudah memunculkan tangkai
daun panjang berdiri tegak. Tinggi tanaman antara 2 sampai 2,5 m dan
daunnya bundar panjang hampir menyerupai seperti daun kunyit.

5. Manfaat temulawak
a. Mengobati bau badan yang kurang lengkap
Ambilah sebuah rimpang temulawak, parut dan rebus dengan air
sebanyak 1 liter, dinginkan terlebih dahulu sebelum diminum.
b. Mengobati demam malaria dan sembelit serta dapat untuk
meperbanyak ASI
Rimpang diparut dan diperas airnya, kemudian diminum dapat
juga dengan meminum air rebusan rimpang temulawak yang
kering.
c. Menyegarkan tubuh
Ambil dan bersihkan rimpang temulawak sebanyak 50 gr. Parut
rimpang sampai halus dan tambahkan air secukupnya, lalu
diminum. Lakukan hal ini 2 kali sehari, cukup 1 gelas bila perlu
dapat ditambah dengan madu (Fauzi, 2009).

Anda mungkin juga menyukai