FARMAKOGNOSI II
Kayu Secang (Caesalpinia sappan L.)
Penyusun:
FAKULTAS FARMASI
INSTITUT SAIN DAN TEKNOLOGI NASIONAL
JAKARTA 2019
2
KATA PENGANTAR
bimbingan dari beberapa pihak yang pada akhirnya laporan ini dapat
diselesaikan.
Penyusun juga mengucapkan terima kasih kepada dosen mata kuliah Ibu
untuk menyusun makalah ini dengan baik. Dan pada Akhirnya kepada
Allah jualah penyusun mohon taufik dan hidayah, semoga usaha kami
mendapat manfaat yang baik. Serta mendapat ridho Allah SWT. Amin ya
rabbal alamin.
Penyusun
3
DAFTAR ISI
Kesimpulan ............................................................................................................. 39
BAB I
PENDAHULUAN
zaman sekarang ini. Pada saat itu orang hanya tahu suatu khasiat
tanaman berdasarkan dari cerita orang yang lebih tua seperti ibu ke
alam sebagai bahan penting dalam membuat obat. Para ahli sekarang ini
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
berasal dari Amerika tropik, tumbuh pada tanah yang gembur maupun
liat, pada tempat terbuka dan mengandung air cukup banyak. Pohon ini
liar dan dapat ditemukan pada ketinggian 1-1.200 m dpl. Jambu biji
berikut:
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Fabales
Famili : Caesalpiniaceae
Genus : Caesalpinia
(Plantamor.com)
7
ganda, panjang 25-40 cm, anak daun 10-20 pasang, bentuk lonjong,
pangkal romping, ujung bulat, tepi rata, panjang 10-25 mm, lebar 3-11
mm, hijau. Secang mulai berbunga 1 tahun setelah ditanam dan biasanya
yang tanahnya liat dan berkapur pada dataran rendah dan sedang.
Tanaman Secang kaya akan kandungan kimia dimana hasil uji ekstrak
secang menunjukkan adanya flavonoid, tanin dan fenolat. Selain itu, kayu
8
saponin.
1. Pengumpulan bahan
tumbuh.
2. Sortasi basah
3. Pencucuian
melekat pada bahan simplisia. Air yang digunakan sebaiknya adalah air
yang mengalir yang bersumber dari air bersih, seperti PAM,air sumur,
4. Perajangan
9
5. Pengeringan
aliran udara (ventilasi). Sumber suhu dapat berasal dari sinar matahari,
baik secara langsung maupun ditutupi dengan kain hitam atau dapat pula
tebal agar penguapan dapat berlangsung dengan cepat dan tidak terjadi
6. Sortasi kering
10
bagian tanaman yang tidak diinginkan dan kotoran lain, yang masih ada,
7. Pengemasan
kerusakan.
8. Penyimpanan
kloroform, CCl4, eter, atau pemberian bahan dengan cara yang sesuai
9. Pemeriksaan mutu
a. Kebenaran simplisia
11
b. Parameter nonspesifik
oleh pestisida, jamur, aflatoksin, logam berat, dan benda asing lainnya.
c. Parameter spesifik
bobot jenis, rotasi optic, titik lebur, kadar air, sifat simplisia di bawah sinar
sebagainya.
1.3 Maserasi
maseration berasal dari bahasa laitin macere, yang artiya merendam jadi.
Jadi masserasi dapat diartikan sebagai proses dimana obat yang sudah
meresap dan melunakan susunan sel, sehingga zat-zat yang mudah larut
akan melarut.
air (non polar) atau setengah air , misalnya etanol encer, selama periode
(Depkes RI,1995).
cara merendam serbuk dalam pelarut yang sesuai selama beberapa hari
kedalam sel tanaman melewati dididing sel. Isi sel akan larut karena
adanya perbedaan konsentrasi antara larutan didala sel dengan diluar sel.
Larutan yang konentrasinya tinggi akan terdeak keluar dan diganti oleh
2.4 Brazilin
danEscherichia coli).
terhadap larutan brazilin. Brazilin akan cepat membentuk warna merah ini
sebagai isoflavonoid.
14
dimiliki simplisia tersebut, hal lain yang perlu diperhatikan adalah ukuran
sudut kontak pelarut dan simplisia, tapi jangan terlalu halus karena
zat aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut
yang sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan
semula berada di dalam sel, ditarik oleh cairan penyari sehingga terjadi
bahan yang tidak dapat larut dengan pelarut cair. Secara umum terdapat
Dalam situasi seperti ini, metode umum yang digunakan untuk senyawa
kimia yang dapat diperoleh dari pustaka. Hal ini diikuti dengan uji kimia
dididihkan dalam air dan dekok dalam air untuk diberikan sebagai obat.
timbul jika tujuannya adalah untuk menguji organisme, baik yang dipilih
karena itu pemilihan metode ekstraksi yang sesuai untuk bioassay dan
umum hal ini dicapai dengan serangkaian pelarut, tetapi jumlah pelarut
yang digunakan harus dibatasi oleh skala program skrinning. Jika hanya
ada sedikit sampel yang diuji, dapat dibuat berbagai ekstrak dari sampel,
organisme
albumin).
Macam-macam Pelarut
c. Pelarut Polar
tanaman yang belum diketahui apakah zat aktif tersebut bersifat polar
ataupun non polar jadi digunakan metanol atau etanol yang bisa menarik
simplisia telah setimbang maka pelarut akan jenuh dan tidak bisa menarik
ulang warna hijau hilang sempurna, maka diasumsikan seluruh klorofil &
Ekstraksi:
dengan cara panas, serta dingin. Metode panas digunakan jika senyawa-
1) Dekok
menit.
2) Infus
3) Refluks
yang menguap.
dilakukan tiga kali sampai lima kali pengulangan proses pada residu
memiliki tekstur kasar. Kerugian: butuh volume total pelarut yang besar
Prosedur :
Bahan + pelarut -> dipanaskan -> pelarut menguap -> pelarut yang
menguap didinginkan oleh kondensor -> jatuh lagi -> menguap lagi karena
panas -> dan seterusnya. Proses ini umumnya dilakukan selama 1 jam.
4) Soxhletasi
dengan refluks. Metode ini lebih hemat dalam hal pelarut yang digunakan.
Soxhlet yang digunakan untuk ekstraksi lipida. Sampel yang bisa diperiksa
karena pelarut didaur ulang, maka ekstrak yang terkumpul pada wadah
besar, mungkin tidak cocok untuk menggunakan pelarut dengan titik didih
yang terlalu tinggi, jumlah total senyawa yang diekstraksi akan melampaui
melarutkannya.
5) Coque
6) Seduhan
suatu substansi yang mudah menguap dari substansi yang lain yang
relatif tidak mudah menguap. Proses destilasi terdiri dari tiga tahap, yaitu:
ke dalam ruangan yang ada di atasnya. Pada suatu saat jumlah molekul
tersebut dikatakan telah jenuh dengan uap dari cairan. Tekanan uap
dalam ruangan tersebut di katakan sebagai tekanan uap dari cairan yang
diisi air sampai pada batas saringan. Sampel diletakkan di atas saringan,
tetapi akan berhubungan dengan uap air di mana air yang menguap akan
dengan uap ketel dan ketel penyulingan terpisah. Ketel uap yang berisi air
yang dimaksud akibat proses pemanasan. Ekstraksi dingin antara lain (2) :
1) MASERASI
jam dan selanjutnya pelarut diganti dengan pelarut baru. Namun dari
pemanasan lemah, yaitu pada suhu 40 – 500C. Cara ini hanya dapat
bejana berbeda-beda.
4) Modifikasi remaserasi
dan diperas, ampas dimaserasi lagi dengan cairan penyari yang kedua.
2) PERKOLASI
adesi, daya kapiler dan daya geseran (friksi). Hasil perkolasi disebut
waktu yang lama, sedangkan komponen yang didapat relatif tidak banyak.
3) SOXHLET
atas sampel. Kondesat akan jatuh ke dalam timbel dan merendam sampel
Terdapat beberapa jenis ekstrak baik ditinjau dari segi pelarut yang
3) Ekstrak cair: bentuk dari ekstrak cair mirip dengan tinktur namun telah
ketentuan farmakope.
dua prinsip dasar, untuk menukar panas dan untuk memisahkan uap yang
industri kimia, contohnya garam diperoleh dari air asin jenuh (merupakan
oleh api yang menyala di bawah permukaan cairan, dimana gas yang
dimana api dan pembakaran gas dipisahkan dari cairan mendidih lewat
dimana uap atau uap lain yang dapat dikondensasi adalah sumber panas
kondensor.
4. Pompa vakum
digunakan.
35
BAB III
PEMBAHASAN
1. Pengumpulan bahan
tumbuh.
2. Sortasi basah
bahan asing lainnya dari bahan simplisia sehingga tidak ikut terbawa pada
3. Pencucuian
pada bahan simplisia. Air yang digunakan sebaiknya adalah air yang
mengalir yang bersumber dari air bersih, seperti PAM,air sumur, atau
mata air.
4. Perajangan
5. Pengeringan
proses atau reaksi enzimatik yang dapat menurunkan mutu. Factor yang
(ventilasi). Sumber suhu dapat berasal dari sinar matahari, baik secara
langsung maupun ditutupi dengan kain hitam atau dapat pula berasal dari
agar penguapan dapat berlangsung dengan cepat dan tidak terjadi proses
6. Sortasi kering
bagian tanaman yang tidak diinginkan dan kotoran lain, yang masih ada,
7. Pengemasan
37
8. Penyimpanan
terlindung dari sinar matahari, dan terlindung dari gangguan serangga dan
eter, atau pemberian bahan dengan cara yang sesuai sehingga tidak
9. Pemeriksaan mutu
a. Kebenaran simplisia
b. Parameter nonspesifik
c. Parameter spesifik
jenis, rotasi optic, titik lebur, kadar air, sifat simplisia di bawah sinar
sebagainya.
BAB IV
PENUTUP
VI.1 Kesimpulan
2.Sortasi basah
3.Pencucian
4.Pengubahan bentuk
5.Pengeringa
6.Sortasi kering
DAFTAR PUSTAKA
2. Bucle, K.A, R.A Edwards, G.H Fleet, dan M Wotoon, 1987. Ilmu
Pangan. Alih Bahasa Harri Purnomo dan Adiono.UI Press.Jakarta