Anda di halaman 1dari 15

KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, kami
panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan
inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah ini
adalah tugas pada mata kuliah farmakognosi fitokimia 1 pada Program Studi Farmasi UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu baik secara langsung maupun tidak langsung hingga terselesaikannya makalah ini.
Makalah ini disusun berdasarkan berbagai literatur dan artikel-artikel yang ada di internet
yang dianggap relevan dan dapat dijadikan sebagai acuan pustaka.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kami menerima kritik dan saran dari berbagai pihak demi perbaikan makalah ini. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat baik kepada penyusun maupun kepada pembaca makalah ini.

Penyusun

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................. 1


DAFTAR ISI................................................................................................................. 2
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................ 3
1.1 Latar Belakang Masalah ................................................................................................. 3
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................................ 4
1.3 Tujuan Penulisan.............................................................................................................. 4
BAB II ISI .................................................................................................................... 5
2.1 Morfologi Manna Ash .................................................................................................... 5
2.2 Deskripsi Tanaman Manna Ash ................................................................................... 6
2.3 Habitat dan Ekologi ................................................................................................ 6
2.4 Sumber biologi dan Geografi...................................................................................6
2.5 Pengumpulan Bahan............................................................................................................7
2.6 Kandungan Manna Ash......................................................................................................7
2.7 Uji Kimia.............................................................................................................................9
2.8 Subtituen............................................................................................................................
2.9 Manfaat dan Efek...............................................................................................................
BAB III PENUTUP ................................................................................................... 19
3.1 Kesimpulan ..................................................................................................................... 19
3.2 Saran ................................................................................................................................ 19
DAFTAR PUSTAKA .............................................. Error! Bookmark not defined.0

2
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pemanfaatan tanaman obat sebagai obat sebagai obat tradisional merupakan suatu produk
pelayanan kesehatan yang strategis karena berdampak positif terhadap tingkat kesehatan dan
kesejahteraan masyarakat. Tanaman obat atau yang biasa dikenal dengan obat herbal adalah
sediaan obat baik berupa obat tradisional, fitofarmaka, maupun farmasetika. Dapat berupa
simplisia (bahan segar atau yang dikeringkan), ekstrak, kelompok senyawa atau senyawa
murni yang berasal dari alam.

Tanaman obat dapat memberikan nilai tambah apabila diolah lebih lanjut menjadi
berbagai jenis produk. Tanaman obat tersebut dapat diolah menjadi berbagai macam produk,
seperti simplisia (rajangan), serbuk, minyak atsiri, ekstrak kental, ekstrak kering, kapsul
maupun tablet.
Simplisia merupakan bahan alami yang digunakan sebagi bahan baku obat yang belum
mengalami pengolahan atau baru dirajang saja, tetapi sudah dikeringkan. Permintaan bahan
baku simplisia sebagai bahan baku obat-obatan semakin meningkat dengan bertambahnya
industri jamu. Selain itu, juga dikarenakan efek samping penggunaan tanaman obat untuk
mengobati suatu penyakit lebih kecil dibandingkan obat sintetis.
Produk hasil tanaman obat tidak hanya sampai pada bentuk simplisia, namun juga sampai
pada bentuk ekstrak sebagai komoditi agrobisnis, melalui industri ekstrak. Untuk
memperoleh keajegan dari mutu ekstrak yang diproduksi, maka setiap ekstrak harus
dilakukan standarisasi.
Keampuhan pengobatan herbal banyak dibuktikan melalui berbagai pengalaman.
Berbagai macam penyakit yang tidak dapat disembuhkan secaramedis ternyata masih bisa
diatasi dengan pengobatan herbal, contohnya penyakit kanker (Agromedia, 2008).

3
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa nama lain atau sinonim dari tanaman Manna Ash?
2. Dari mana sumber biologi tanaman Manna Ash?
3. Bagaimana sumber geografi Manna Ash?
4. Bagaimana pengumpulan bahan dari Manna ash ?
5. Apa itu tanaman Manna Ash ?
6. Apa saja kandungan kimia yang terdapat dalam tanaman Manna ash?
7. Bagaimana uji-uji kima terhadap tanaman Manna Ash?
8. Apa saja subtituen/pencampur dalam Manna Ash?
9. Apa saja kegunaan Manna Ash dalam dunia kesehatan?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Mengetahui sinonim dari Manna ash.
2. Mengetahui sumber biologi dari Manna ash.
3. Mengetahui sumber geografi dari Manna Ash.
4. Mengetahui pengumpulan bahan dari Manna Ash.
5. Mengetahui deskripsi dari tanaman Manna Ash.
6. Mengetahui kandungan kimia tanaman Manna Ash.
7. Mengetahui bagaimana uji-uji kimia dari Manna Ash.
8. Mangetahui subtituen/ pencampur Manna Ash.
9. Mengetahui apa saja kegunaan Manna Ash dalam bidang kesehatan.

4
BAB 2
ISI
2.1 Morfologi Manna Ash

Kingdom : Plantae
Subkingdom : Viridiplantae,
Infrakingdom : Streptophyta,
Superdivision : Embryophyta,
Division : Tracheophyta,
Subdivision : Spermatophytina,
Class : Magnoliopsida,
Superorder : Asteranae,
Order : Lamiales,
Family : Oleaceae,
Genus : Fraxinus,
Specie : Fraxinus Ornus
Sinonim

 Bahasa Arab: Shajarat El-mann, American Derdar;


 Bahasa Inggris: abu berbunga, manna, manna ash;
 Perancis: frêne à fleurs, frêne à manne, orne à manne;
 Jerman: Blumen-Esche, Manna-Esche;
 Spanyol: fresno de flor, maná de Calabria;

5
2.2 Deskripsi Tanaman
Manna ash (Fraxinus ornus L.) adalah pohon gugur kecil hingga sedang, tumbuh
jarang hingga 25m dan berdiameter 1 meter. Kulitnya berwarna abu-abu gelap, biasanya
sangat halus bahkan di pohon-pohon tua. Mahkota sering tidak simetris, setengah bola atau
rata dengan batang lurus, cabang berliku-liku mengarah ke atas dan sering bercabang, dan
pengisap akar melimpah di pangkalan. Tunas berwarna coklat keabu-abuan yang tertutup
rapat oleh uban pendek. Dedaunan berwarna hijau-zaitun dan berubah menjadi kuning dan
merah muda pada musim gugur. Daunnya majemuk, panjangnya 25-30cm, menyengat aneh,
disusun dalam 5-9 selebaran, yang bertulang, berumum, bergerigi, berlekuk di atas, dan
berbulu pada sendi, sepanjang 7-10 cm. Bunganya melimpah dan dikelompokkan dalam
perbungaan besar sepanjang 10-20cm, yang muncul pada akhir musim semi pada saat yang
sama dengan daun. Bunga beraroma dan menarik berbagai serangga penyerbuk (terutama
lebah dan kumbang), meskipun mereka tidak menghasilkan nektar. Penyerbukan angin juga
bisa terjadi. Bunga-bunga sempit tunggal berwarna putih krem dengan empat kelopak linear,
panjang 6mm.

2.3 Habitat dan Ekologi


Manna ash biasanya terdapat di Mediterania hutan kolonial-pegunungan sedang. Di
bagian utara jangkauannya dan di ketinggian yang lebih tinggi, biasanya ditemukan di lereng
yang menghadap ke selatan, di mana ia dapat menemukan kehangatan yang diperlukan untuk
tumbuh. Di Eropa tengah dan timur tumbuh terutama pada tanah berkapur, sementara di
daerah selatan juga tumbuh di substrat silikat, dan yang terbaik di tanah dengan pH di sekitar
netral. Rata-rata curah hujan tahunan yang diperlukan adalah antara 500 dan 650mm,
meskipun memiliki ketahanan terhadap kekeringan yang baik, menyimpan air di akar
bercabang yang padat, dan mengurangi transpirasi. Sistem akar dikembangkan secara luas,
membutuhkan tanah berbutir, beruap dan terkuras. Spesies pohon ini tidak berumur panjang
dan jarang mencapai 100 tahun. Manna ash ini ditemukan di beberapa komunitas hutan,
biasanya di hutan berdaun lebar campuran sebagai pohon dan juga sebagai semak di bawah.
Hal ini terkait dengan pohon ek Mediterania (Quercus pubescens, Q. cerris, Q. frainetto, Q.
coccifera, Q. infectoria), chestnut (Castanea sativa), hornbeams (Carpinus spp.), Hop
hornbeam (Ostrya carpinifolia) dan maple (Acer spp.). Di Yunani dan Turki dapat ditemukan
di maquis belts dengan semak daun berdaun gugur atau evergreen lainnya, dan kadang-
kadang di hutan konifer campuran dengan cedar Libanon (Cedrus libani), pinus hitam (Pinus
nigra) dan kadang-kadang dengan cemara Mediterania (Abies spp.)

2.4 Sumber Biologi dan Geografi


Tanaman Manna Ash Tumbuh liar di wilayah Mediterania dan selatan Eropa
tengah,utara ke selatan Ceko Republik dan Rumania utara-timur. Tanaman manna merupakan
pohon kecil yang gugur dengan bunga putih kecil berkelompok dalam perbungaan yang
mencolok. Bunganya beraroma dan menarik berbagai serangga (terutama lebah dan
kumbang), meskipun mereka tidak menghasilkan nektar; Namun, penyerbukan angin juga
bisa terjadi. Pembungaan terjadi pada musim semi pada saat yang sama ketika daun siram.

6
Variasi besar dalam produksi buah dapat diamati antara tahun, karakteristik umum dari
spesies abu. Tahun perkawinan cenderung bergantian dengan tahun-tahun tidak produktif.
Reproduksi biologi Manna Ash tetap tidak diketahui sampai tahun 1999, ketika laporan
ilmiah pertama mengungkapkan sistem pemuliaan yang tidak biasa dari spesies ini. Sampai
saat itu, literatur botani menggambarkannya sebagai hermafrodite: mengandung bunga
sempurna dengan organ reproduksi pria dan wanita. Namun, pemeriksaan yang dilakukan di
lapangan mengungkapkan bahwa separuh dari pohon-pohon di populasi tersebut memiliki
bunga dengan bagian betina yang belum sempurna, dan karenanya pohon-pohon itu
berperilaku seperti jantan. Kemunculan bersama jantan dan hermafrodit, dengan tidak adanya
betina, dikenal sebagai androdioecy dan merupakan sistem pemuliaan yang sangat langka
Fraxinus ornus bukanlah spesies kayu yang penting. Kayunya tidak pernah mencapai
dimensi besar. Stem cakram ditandai dengan cincin tahunan yang sempit dan perbedaan kecil
dalam warna kekuningan antara empulur dan sapwood. Kayu lebih ringan dari dua spesies
abu Eropa lainnya, dengan kepadatan sekitar 650 kg / m3. Meskipun F. ornus wood memiliki
sifat yang baik, ia memiliki beberapa kegunaan industri karena bentuk dan kualitas bagasi
yang buruk. Namun, ini digunakan untuk gagang perkakas, komponen roda gerobak, dan
penggunaan rumah tangga lainnya. Ini adalah spesies pohon multiguna yang masih
memainkan peran penting di banyak bagian Mediterania sebagai sumber pakan untuk ternak,
kambing dan domba (dikelola oleh pollarding) dan juga sebagai sumber kayu bakar, yang
biasanya dikelola oleh perbudakan.

2.5 Pengumpulan Bahan


Fraxinus ornus adalah sumber manna, eksudat kering yang teroksidasi dari kulit
pohon muda yang dulunya digunakan sebagai pencahar. Awalnya hanya dikumpulkan dari
pohon dengan kulit kayu yang rusak, tetapi kemudian di Italia selatan dan perkebunan Sisilia
utara didirikan untuk produksi manna, di mana kulit kayu sengaja dirusak untuk eksudasi dan
pengumpulan manna. Manna masih diproduksi di Sisilia, terutama di daerah Castelbuono dan
Pollina Pohon-pohon ditanam di perkebunan dengan jarak sekitar 2 m. Koleksi manna dapat
dimulai ketika pohon-pohon berusia 8-10 tahun, dan batangnya setidaknya 8 cm. Pada bulan
Juli-Agustus serangkaian vertikal sayatan miring dibuat di kulit pada sisi lain dari batang.
Cairan ketan memancar dari potongan ini, mengeras karena mengoksidasi di udara menjadi
massa kristal kekuningan dengan rasa pahit, dan kemudian dipanen. Pemanenan dapat
berlanjut hingga sembilan tahun, setelah pohon dipotong dan satu batang dibiarkan
beregenerasi. Cuaca yang kering dan hangat sangat penting untuk menghasilkan manna yang
baik. Potongan-potongan yang lebih besar, yang dikumpulkan pada bulan September-Oktober
ketika panas telah mulai moderat, dikenal sebagai flake manna: ini adalah produk dengan
kualitas tertinggi.
Kualitas dan hasil manna F. ornus tergantung pada kultivar yang digunakan serta
pada kondisi iklim. Komponen utama manna adalah manitol alkaloid; itu juga mengandung
glukosa, laevulosa dan resin. Banyak sifat obat yang bermanfaat telah dikaitkan dengan itu,
terutama untuk masalah pencernaan.

2.6 Kandungan Manna ash


Analisis kimia kulit kayu, daun dan bunga Fraxinus Ornus mengungkapkan kehadiran
banyak orang. Senyawa terutama milik kelompok hydroxycoumarins, glukosida secoiridoid,
phenylethanoids dan flavonoid. Fraxinus Ornus adalah kaya hydroxycoumarins. Esculin,
esculetin, fraxin dan fraxetin adalah komponen utama kulit kayu.

7
β-sitosterol, asam lemak, asam ursolat, rhamnetin, quercetin, quercetin-3, 7-O-
digalactoside, quercetin- 3-O-galactoside [hyperoside], quercetin-3-O rhamnoside
[quercitrin] dan rutin diisolasi dari bunga dari Fraxinus ornu. Glukosida secoiridoid,
hydroxyframoside A, hydroxyframoside B, ornoside; secoiridoids hydroxyornoside,
ligstroside, framoside, oleuropein, lignan l-hydroxypinoresinol glukosida, tyrosol turunan
[ornosol] dan coumarin-secoiridoid [escuside] diisolasi sebagai campuran dari Ekstrak etanol
dari Fraxinus ornus bark [47-49]. Fraxinus Ornus kaya akan hydroxycoumarins. Mereka
terjadi gratis atau sebagai glukosida. Esculin, esculetin, fraxin dan fraxetin adalah komponen
utama kulit kayu, sementara coumarin hadir dalam jumlah kecil. Itu total konten tertinggi dari
coumarin ditemukan selama periode pematangan buah: 4,6% di daun, 2,7% di tunas dan di
kulit kayu. Daun dan bunga mengandung cichoriin sebagai komponen utama dan esculin,
esculetin, fraxin dan fraxetin sebagai yang kecil. Variasi musiman esculin, esculetin, fraxin
dan cichoriin dalam kulit kayu, tunas dan daun diamati. Jenis glukosida golongan oleoside
ditemukan di kulit kayu dan daunnya. Kulit batang terkandung ligstroside, insularoside,
hydroxyornoside, oleuropein, framoside, hydroxyframoside A dan hydroxyframoside B.
Hanya ligstroside, insularoside dan hydroxyornoside diisolasi dari daun. Flavonoid apigenin,
quercetin, rutin, quercetin 3-O galactoside dan quercetin 3-O-glukosida adalah diisolasi dari
daun. Rhamnetin, quercetin, rutin, quercetin 3-O-galactoside, quercetin 3- O digalactoside
dan quercetin 3-O-rhamnoside adalah diperoleh dari bunga. Quercetin, quercetin 3-O
rhamnoside dan quercetin 3-O-galactoside adalah terdeteksi di kulit kayu. Ester asam caffeic
diidentifikasi sebagai glukosida phenylethanoid [isolugrandoside], lima glikosida
phenylethanoid [2- [4-hydroxyphenyl] - etil- [6-O-caffeoyl] -beta-D-glucopyranoside,
calceolarioside B, verbascoside, isoacteoside dan lugrandoside] diisolasi dari Fraxinus ornus
kulit. Calceolarioside diisolasi dari daun. Tirosol dan ornosol diisolasi dari kulit kayu. Asam
organik, asam caffeic, gallic dan p-coumaric diisolasi dari kulit kayu. Caffeic, p-coumaric,
asam galat dan ursolat terdeteksi di daun. Asam ursolat diisolasi dari bunga. Tanin 2% dan
lignan 1-hydroxypinoresinol-4-β- glucoside diisolasi dari kulit kayu. Kulit dan daun
mengandung Mg, Ca, Zn, Mn, Cu, Co dan Ni. Menanam manna mengandung manitol,
glukosa, fruktosa dan oligosakarida [37, 50-51]. Analisis kimia dari bunga tanaman
menunjukkan kehadiran kelompok-kelompok berikut: tanin, 8 asam amino, polifenol
[flavonoid dan coumarin], gula gratis, triterpen, lendir. Itu ekstrak petroleum eter
mengungkapkan adanya β - sitosterol, akuuric, miristis, palmitat, palmitoleat, bantuan steatic,
oleic, linoleic dan linolenic. Asam ursolat diisolasi dari ekstrak eter. Quercetin-3-7-
diagalactoside, aesculetin, fraxin, aesculin, cichoriin, phamnetin, guercetin, guercetin-3-
galactoside, guercetrin dan rutin diisolasi dari etanol ekstrak [52-53].

Analisis GC / MS dari fraksi unsaponifiable dari Fraxinus ornus ekstrak biji heksana
menunjukkan bahwa itu terdiri dari 16 senyawa. Hidrokarbon disajikan dalam persentase
tinggi, 46.378%, di mana n-hexacosane adalah yang utama diwakili [13.614%]. Sterol
mewakili [10,26%] dari total fraksi unsaponifiable; sterol utama adalah β- sitosterol
[9,008%]. Serta konten hidrokarbon, triterpenoid diidentifikasi untuk mewakili tinggi
persentase fraksi unsaponifiable [43,35%]; diidentifikasi sebagai lupeol dan α-amyrin, [32,99
dan 10,36, masing-masing]. Namun, enam belas senyawa diisolasi dari biji ornus Fraxinus
termasuk: n- Heptadecane 1.769%, n-oktadekana 2.185%, n- nonadecane 1.883%, n-eicosane

8
2.043%, n-heneicosane 5.552%, n-docosane 1.575%, n-tricosane 2,535%, n-tetracosane
8.238%, n-pentacosane 4.237%, n-hexacosane 13.614%, n-heptacosane 1,249%, n-
oktacosana 1,498%, 5α-kolestan 1,249%, β-sitosterol 9,008%, α-amyrin 10,366% dan lupeol
32,992% [54]. Manna mengandung sekitar 70% mannite atau gula manna, senyawa kristal,
manis. Mannite putih, inodorous, dan dapat dikristalkan dalam jarum transparan semi dari
rasa manis. Juga mengandung senyawa fluorescent yang disebut fraxin, yang sesekali
memberi warna kehijauan pada manna Gula. Manna juga mengandung gula sejati, kecil
kuantitas lendir dan mineral. Manna-ash [kulit] terkandung: hydroxycoumarins; coumarin,
esculin; glukosida secoiridoid; phenylethanoids dan flavonoid.

2.7 Uji Kimia

Gula alkohol dengan jumlah atom C 5 (Pentitol) atau 6 (hekxitol) Gula alkohol telah
dikonsumsi oleh manusia dan beberapa spesies hewan sejak lama secara alami terdapat pada
buah, daun palma dan tanaman lainnya. MANNA : makanan yang menakjubkan yang
digunakan oleh orang Israel jika mereka bepergian ke hutan Makanan nomaden dari Arab
Exudate kering yang manis dari beberapa jenis pohon di Eropa, terutama Fraxinus ornus
mengandung D-manitol Produk yang dihasilkan oleh serangga (family Coccoidea) yaitu
Trabutina mannipara dan Majacoccus serpentinus yang memakan tamarisk (Tammarix
mannifera). D-manitol banyak dijumpai sebagai exudat tanaman dengan konsentrasi yang
tinggi. Beberapa rumput laut mengandung lebih dari 35% (db) manitol. Sejarah (evolusi)
pembentukan gula alkohol penting untuk memahami gula alkohol sebagai salah satu pangan
fungsional.

A. Uji Manitol (MSA)

Mannitol salt agar merupakan media pertumbuhan bakteri selektif yang


mengandung 7,5% NaCl, yang dapat menghambat pertumbuhan kebanyakan bakteria
selain Streptococcus. Kebanyakan bakteri tidak dapat bertahan hidup dalam lingkungan,
sangat saline hipertonik. Namun Staphylococcus genus ini juga disesuaikan dengan
lingkungan garam dan tumbuh dengan baik di media ini. Medium ini juga mengandung
mannitol, fenol red sebagai indikator pH yang berguna untuk mendeteksi adanya asam
yang dihasilkan oleh Staphylococcus yang memfermentasi mannitol dapat menghasilkan
zona berwarna kuning di sekitar pertumbuhannya, sedangkan yang tidak dapat
memfermentasikan manitol tidak akan menimbulkan perubahan warna. Hal ini digunakan
untuk isolasi selektif patogen dugaan staphlococcus.

Produk limbah yang dihasilkan bakteri, metabolit asam organik, mengubah


indikator pH di MSA dari merah menjadi kuning cerah. Patogen Staph, seperti
Staphylococcus aureus, adalah fermentor manitol, dan ketika tumbuh di Salt Agar
Manitol, limbah mereka mengubah MSA warna kuning cerah.

Sebaliknya, nonpathogenic Staph seperti Staphylococcus epidermidis(alias Staph


epi), flora normal yang tumbuh pada kulit manusia, tidak memfermentasi manitol. Ketika

9
Staph epi tumbuh di Salt Manitol, warna alami oranye-merah muda agar tidak berubah,
karena Staphylococcus epidermidis tidak makan manitol atau menghasilkan limbah asam
yang dihasilkan organik.

Hasil yang diharapkan :


a. Gram + fermentasi manitol staphylococcus : Media berubah menjadi kuning
b. Gram + fermentasi manitol tidak staphylococcus : Media tidak berubah warna
c. Gram + streptococcus : Menghambat pertumbuhan
d. Gram - : Pertumbuhan terhambat

CARA MELAKUKAN UJI MANNITOL


Tujuan : untuk mengetahui bakteri yang dapat memfermentasikan mannitol
Media : MSA (Mannitol Salt Agar)
Reagen : indikator fenol red
Cara kerja :
1. Bakteri diinokulasi pada media MSA yang mengandung indikator fenol red dengan
cara distrik biasa
2. Lalu di inkubasi pada suhu 37oC selama 24 jam
3. Amati apakah terjadi perubahan warna pada media
Interpretasi hasil :
 Positif : media menjadi kuning, memfermentasikan mannitol menjadi asam
 Negative : media tetap berwarna merah, tidak memfermentasikan mannitol

Contoh bakteri :

Streptococcus hemolythicus dan staphylococcus aureus

10
2.8 Subtituen

Mannitol

Mannitol (D-Mannitol) adalah sejenis alcohl gula fungsional dengan kinerja yang
sangat baik. Formula molekulernya adalah C6H14O6 dan berat molekulnya adalah
182,17. Ini adalah bubuk kristal nonhygroscopic, tidak berbau, putih atau tidak berwarna. Hal
ini dapat digunakan dalam farmasi, makanan, dan industri lainnya.

a. Struktur kimia manitol

b. Sifat fisiko kimia manitol


Rumus kimia manitol C6H14O6 dengan BM 182,17. Manitol mengandung tidak
kurang dari 96,0% dan tidak lebih dari 101,5% C6H14O6, dihitung terhadap zat yang telah
dikeringkan, total gula,polihidrat alkohol lain, heksitol anhidrat, jika terdeteksi tidak
termasuk dan tidak dihitung sebagai cemaran lain. pemerian serbuk hablur putih atau granul
mengalir bebas, tidak berbau, rasa manis. Kelarutan mudah larut dalam air, larut dalam
larutan basa, sukar larut dalam piridin, sangat sukar larut dalam etanol, praktis tidak larut
dalam eter. Jarak lebur antara 165-169o

c. Susut pengeringan tidak lebih dari 0,3% lakukan pengeringanpada suhu 105o C selama 4
jam.
Injeksi manitol adalah larutan steril atau larutan lewat jenuh manitol dalam air untuk
injeksi. Jika terjadi penghabluran perlu dilakukan penghangatan atau pemanasan dalam
autoklaf sebelum digunakan. Mengandung tidak kurang dari 95,0% dan tidak lebih dari
105,0% C6H14O6 , dari jumlah yang tertera pada etiket. Tidak mengandung zat antimikroba.
Wadah dan penyimpanan manitol injeksi dalam wadah dosis tunggal, dari kaca atau plastik,
sebaiknya dari kaca tipe I atau II (FI, 2014).

Farmakokinetik
Setelah injeksi intravena, manitol keluar ke darah ekstra seluler, hanya sedikit yang
dimetabolisme dan secara cepat diekskresikan oleh ginjal. Dengan nilai laju filtrasi
glomerulus yang normal, waktu paruh dalam plasma sekitar 2,2 jam. Manitol terfiltrasi secara
bebas oleh glomerulus dan sisanya kurang dari 10% direabsorbsi oleh tubulus tanpa disekresi
sel tubulus. Manitol menghambat reabsorbsi air dan beberapa elektrolit (Na+, Cl-, Mg2+ dan
elektrolit lain) pada tubulus proksimal, dan terutama pada lengkung Henle (wordpress.com,
2012).

Farmakologi
Manitol merupakan diuretik osmotik. Manitol disaring dengan mudah di glomerulus
ginjal, tidak direabsorpsi dan tidak disekresi di tubulus ginjal. Manitol mempengaruhi
reabsorpsi air di tubulus serta meningkatkan ekskresi natrium dan klorida dengan cara
meningkatkan osmolaritas dari filtrat glomerulus. Peningkatan osmolaritas ekstraseluler
akibat pemberian Manitol secara intravena akan menginduksi perpindahan air intraseluler
menuju ekstraseluler dan intravaskuler (sanbe-farma.com).

11
Kontra indikasi
Edema paru, perdarahan intrakranial kecuali selama prosedur kraniotomi, gagal
jantung kongestif, edema metabolik dengan fragilitas kapiler abnormal, gagal ginjal, anuria,
dehidrasi berat, edema pulmonari (IAI, 2014).

Interaksi obat
Diuretik hemat kalium dapat menyebabkan hiperkalemia, terutama pada pada
penderita penyakit ginjal kronik atau diabetes dan penderita yang diberikan ACE inhibitor,
ARB, AINS, atau suplemen kalium secara bersamaan. Eplerenon dapat meningkatkan faktor
resiko hiperkalemia dan kontraindikasi dengan penderita gangguan fungsi ginjal atau diabetes
tipe 2disertai proteinurea. Spronolakton dapat menyebabkan ginekomastia pada 10%
penderita, efek ini jarang terjadi pada pengguna eplerenon (Sukandar dkk, 2009).
a. Ciclosporin
Nefrotoksisitas dapat terjadi ketika mengkonsumsi ciclosporin dengan diuretik
(manitol)
b. Ketotofen
Terjadi gagal ginjal akut pada wanita melakukan pembedahan underwent retinal
setelah mengkonsumsi manitol dan ketotofen.
c. Losartan (ARB)
Jika seorang yang menderita dianetes mengkonsumsi manitol dan losartan akan
menginduksi terjadinya gagal ginjal akut (Baxter, 2008).

2.9 Manfaat dan Efect dari Manna

Manna adalah tanaman yang getah keringnya digunakan untuk membuat oabat-
obatan, orang menggunakan getah manna sebagai pencahar untuk sembelit. Manna
mengandung manitol kimia, yang berfungsi sebagai pencahar. Mereka juga
menggunakannya sebagai pelunak tinja untuk mengurangi rasa sakit saat buang air besar
disebabkan oleh retakan disekitar anus (anal fissures), wasir, dan operasi dubur. Manna
mengandung manitol kimia, yang berfungsi sebagai pencahar.

Manna tampaknya aman bagi kebanyakan orang, bila digunakan jangka pendek. Pada
beberapa orang, manna mungkin menyebabkan mual atau gas, jika kalian memiliki penyakit
obstruksi usus (ileus) maka sebaiknya menghindari penggunaan manna.

Manna adalah pencahar, beberapa obat pencahar dapat menurunkan kadar kalium
dalam tubuh. Kadar kalium rendah dapat meningkatkan resiko efek samping yaitu digoxin
(lanoxin). Pada beberapa orang manna dapat menyebabkan diare. Diare dapat meningkatkan
efek warfarin dan meningkatkan resiko pendarahan.

A. Efek Anti Inflamasi

Ekstrak total etanol kulit batang Fraxinus Ornus dan esculin konstituennya
menghambat jalur klasik dan jalur pelengkap alternatif aktivasi dalam serum tikus.
Intraperitoneal administrasi ekstrak etanol total ditampilkan aktivitas antiinflamasi di kedua

12
zymosan- dan carrageenan-induced paw edema pada tikus. Efek antiinflamasi setidaknya
sebagian karena konstituen coumarin dari Fraxinus ornus.

Efek anti-inflamasi dari merebus 96% ekstrak alkohol kulit batang Fraxinus ornus
dipelajari menggunakan zymosan dan karaginan induced odema pada tikus. Setelah
pemberian intraperitoneum, ekstrak total menunjukkan aktivitas antiinflamasi di kedua edema
cakar zymosan- dan karagenan-diinduksi. Dosis efektif sekitar 5-15 mg / kg sebanding
dengan efek penghambat lipoksigenase lainnya seperti phenidone. Ekstrak etanol total dari
kulit buah Fraxinus ornus mengandung zat berkhasiat tinggi yang mampu menghambat jalur
klasik dan aktivitas pelengkap jalur alternatif. Perbandingan antara efek yang diperoleh
dengan total ekstrak etanol dan esculin dalam uji penghambatan hemolitik menunjukkan
bahwa tindakan anticomplementary dari total ekstrak tidak hanya disebabkan oleh esculin.

B. Efek Anti Mikroba

Esculetin, fraxin dan fraxetin adalah senyawa yang terutama bertanggung jawab untuk
sifat antimikroba dari ekstrak kulit Fraxinus ornus. Investigasi antibakteri ekstrak etanol dan
rebusan dari kulit pohon Fraxinus ornus. mengungkapkan efek antibakteri terhadap
Staphylococcus aureus dan Bacillus subtilis, serta aktivitas yang ditandai terhadap Leptospira
ponoma.

Aktivitas antimikroba dari fraksi n-heksana dari biji Fraxinus ornus dipelajari
terhadap Streptococcus pneumonia, Bacillus subtilis, Streptococcus pyogenes, Enterococcus
faecalis, Pseudomonas aeruginosa, Escherichia coli,Klebsiella penumoniae, Neisseria
gonorrhoeae, Asperagillius fumigatus dan Candida albicans. Fraksi n-heksana dari biji
Fraxinus ornus memiliki aktivitas antibakteri dan antijamur. Aktivitas antibakteri terhadap
bakteri Gram positif lebih tinggi dibandingkan dengan bakteri Gram negatif dan fungi.
Aktivitas antibakteri terhadap N. gonorrhoeae adalah yang tertinggi diikuti oleh B. subtilis,
K. penumoniae dan E. faecalis. Aktivitas antibakteri ringan dicatat terhadap S.Pneumonia, S.
pyogenes dan E. coli. Selanjutnya ia menggunakan aktivitas antijamur terhadap C. albicans
dan A. Fumigates.

Dalam mempelajari aktivitas antimikroba dari berbagai kulit kayu (coumarin,


secoiridoids dan phenylethanoids). Ternyata ada korelasi yang jelas antara struktur dan
aktivitas antibakteri terhadap S. aureus dan E. coli. Dibandingkan dengan aglucones [MIC =
500 dan 125 μg / ml, glucosides menunjukkan aktivitas yang dapat diabaikan [MIC = 1000
μg / ml]. Ternyata metilasi fenolik OH menurunkan aktivitas, sedangkan asetilasi tidak
mengubah aktivitas. Fraxetin dan diasetatnya muncul inhibitor paling kuat dari S. aureus.
Glukosida secoiridoid dan phenylethanoid ornosol menghambat pertumbuhan S. aureus dan
Cladosporium cucumerinum. Ester-ester caffeoyl dari glikosida phenylethanoid tidak
menunjukkan aktivitas melawan Pseudomonas stutzeri.

Esculetin [6,7-dihydroxycoumarin] dideklarasikan dari kulit batang kering dari pohon


dewasa Fraxinus ornus, dan diasetatnya menunjukkan efek penghambatan yang ditandai pada
replikasi virus penyakit Newcastle dalam kultur sel pada konsentrasi 36 μm dan 62 μm,
masing-masing.

13
C. Efek Antiprotozoa

Efek proteksi potensial dari Fraxinus ornus terhadap infeksi eksperimental dengan
Eimeria tenella diselidiki pada ayam broiler. Perawatan dengan lasalocid atau Fraxinus ornus
pada tingkat yang lebih rendah dimasukkan ke dalam ransum mengungkapkan signifikan
penurunan ekskresi oocyst sedangkan efek ini tidak signifikan ketika fraxinus ornus
dimasukkan ke dalam air minum. Skor lesi caecal juga tertekan oleh suplementasi Fraxinus
ornus dan lasalocid tetapi tidak signifikan. Selain itu, suplementasi nutrisi Ornus pada
makanan memicu efek pertumbuhan yang signifikan pada ayam pedaging yang tidak
terinfeksi.

D. Efek Dermatologi

Sifat regenerasi kulit dari ekstrak batang etanol dan esculin komponen utamanya
diinvestigasi pada tikus jantan dengan luka oval standar. Luka-luka itu dilapisi secara merata,
sekali sehari selama 15 hari, dengan propilena glikol (pelarut), 14,2% ekstrak solusi atau
larutan esculin 3,45%. Tikus diobati dengan ekstrak kulit, menunjukkan epitelisasi yang lebih
intens dari luka dibandingkan dengan kelompok kontrol di semua tahap penyelidikan. Efek
regenerasi yang lebih lemah ditemukan pada kelompok yang diterapi dengan esculin.

Empat ekstrak kulit batang termasuk ekstrak metanol total dan eter petroleum eter,
etilasetat dan metanol, yang dibuat dengan pelarut-pelarut dari total ekstrak metanol yang
diuji untuk pencegahan kerusakan sel ragi photodynamic. Faktor proteksi untuk aglucones
(94,7-97,6) pada konsentrasi 20 mg/l lebih tinggi dibandingkan dengan glukosida yang sesuai
(72,8-26,3) pada konsentrasi 50 mg/l. Efek perlindungan dari senyawa asam caffeic adalah
98,2 pada 25 mg/l yang sebanding dengan asam p-aminobenzoic.

E. Efek Antioksidan.

Aktivitas antioksidan dan kekuatan konsentrasi yang berbeda dari ekstrak etanol dari
kulit Fraxinus ornus, serta esculetin, esculin, fraxetin dan fraxin dipelajari selama autoksidasi
pada 100 ° C dari triasgliserol murni dari lemak babi (TGL) dan triasilgliserol minyak bunga
matahari (TGSO). Ekstrak menunjukkan aktivitas antioksidan yang diucapkan. Esculetin dan
fraxetin sangat memperlambat proses di kedua sistem lipid, ini menjadi lebih signifikan
dalam substrat lipid yang kurang teroksidasi (TGL0. Fraxetin terbukti menjadi inhibitor yang
lebih efisien dan lebih kuat daripada esculetin. Fraxin dan esculin menunjukkan aksi
antioksidan yang sangat lemah

14
DAFTAR PUSTAKA
Ali Esmail Al-Snafi., Chemical Constituents and Pharmacological Effects of Fraxinus
Ornus- A Review, Indo Am. J. P. Sci, 2018; 05(03). PDFhttps://zenodo.org › record ›
files › 52.F...
BPOM RI, 2008, Informatorium Obat Nasional Indonesia, Sugeng Seto, Jakarta
Caudullo, G., de Rigo, D., 2016. Fraxinus Ornus In Europe: Distribution, Habitate, Usage
and Threats. In: San-Miguel-Ayanz, J.
DEPKES RI, 2014, Farmakope Indonesia V, Kemenkes RI, Jakarta
IAI, 2014, ISO Indonesia, ISFI Penerbitan, Jakarta
ISO Farmakoterapi, ISFI Penerbitan, Jakarta
Stenova Z, Neychev H, Ivanovska N, Kostova I.Pengaruh ekstrak keseluruhan dari Fraxinus
ornus Kulit batang dan esculin pada zymosan dan karagenan diinduksi edema kaki
pada tikus .J Ethnopharmacol 199; 46:101-6.
Sukandar. E. Y., Andrajati. R., Sigit. J. I., Adnyana. I. K., Setiadi. A. A. P., Kusnandar, 2009
Quinn P.J, B.K Markey, M.E Carter, W.J Donnelly and F.C Leonard. 2002 Veterinary
Microbiology and Microbial Disease. Blackwell Publishing. USA.

15

Anda mungkin juga menyukai