Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH KIMIA ORGANIK

SENYAWA METABOLIT SEKUNDER


“Terpenoid : Mentol”

DISUSUN OLEH
Melina
(170219005)

PROGRAM KEKHUSUSAN BIONUTRISI DAN INOVASI PANGAN


FAKULTAS TEKNOBIOLOGI
UNIVERSITAS SURABAYA
2020

i
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL........................................................................................................... i
DAFTAR ISI........................................................................................................................... ii
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................................. iii
BAB 1 PENDAHULUAN...................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang...................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah................................................................................................. 1
1.3 Tujuan.................................................................................................................... 1
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA............................................................................................ 3
2.1 Identifikasi Mentha arvensis................................................................................. 3
2.2 Budidaya Mentha arvensis.................................................................................... 4
2.2.1 Kutivasi........................................................................................................ 4
2.2.2 Panen............................................................................................................ 4
2.2.3 Pasca panen.................................................................................................. 5
2.2.4 Penyimpanan................................................................................................ 5
2.3 Metode Identifikasi Mentol................................................................................... 5
2.3.1 Pemisahan..................................................................................................... 5
2.3.2 Pemurnian..................................................................................................... 7
2.3.3 Identifikasi mentol........................................................................................ 7
2.4 Uji Aktivitas Biologi Mentol................................................................................. 8
2.4.1 Uji Anti bakteri............................................................................................. 8
2.4.2 Uji Algesik................................................................................................... 8
2.4.3 Uji Fumigan.................................................................................................. 9
2.5 Produksi Mentol.................................................................................................... 9
2.6 Pengolahan Mentol................................................................................................ 10
2.7 Future Perspective................................................................................................ 10
BAB 3 PENUTUP.................................................................................................................. 12
3.1 Kesimpulan............................................................................................................ 12
DAFTAR PUSATAKA........................................................................................................... 13

ii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Tanaman mint Mentha arvensis.......................................................................... 3


Gambar 2.1 Destilasi uap........................................................................................................ 5
Gambar 2.2 Destilasi air.......................................................................................................... 6
Gambar 2.3 Struktur mentol.................................................................................................... 8
Gambar 2.4 Kristal mentol...................................................................................................... 10

iii
1

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia memiliki keanekaragaman tumbuhan yang sangat banyak dan hampir
terdapat di seluruh Nusantara. Tumbuhan sendiri mempunyai peranan yang sangat penting
bagi kehidupan manusia, salah satunya adalah tanaman daun poko (Mentha arvensis L.)
yang merupakan tanaman keluarga mint dari keluarga Labiatae dan merupakan tanaman
perennial herbaceous dengan batang halus. Bila tanaman M. arvensis tumbuh di daerah
tropik seperti Indonesia, tanaman M. arvensis akan tumbuh melata dengan ukuran daun
kecil, stolon banyak dan tidak berbunga.
Tanaman M. arvensisi ini juga merupakan tanaman penghasil minyak atsiri yang
terkenal khasiatnya. Tanaman ini menghasilkan minyak mint yang mengandung mentol,
menthone, dan mentil asetat. Oleh sebab itu minyak mint ini banyak digunakan sebagai
penambah aroma dan rasa pada makanan dan minuman, digunakan pada obat, untuk
parfum, pada komestik dan produk penyegar lainnya. Dalam skala laboratorium, ekstrak
M. arvensis menunjukkan aktivitas biologi seperti antibakteri, analgesik dan fumigan yang
efektif.
Melihat begitu banyak manfaat M. arvensis ini maka tanaman ini perlu untuk
dibudidayakan agar dapat menghasilkan minyak mint berkualitas dan nantinya di ekstraksi
senyawa mentolnya yang dapat diaplikasikan dalam berbagai bidang.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka masalah dapat
dirumuskan sebagai berikut :
1. Bagaimana identifikasi tanaman Mentha arvensis?
2. Bagaimana budidaya tanaman Mentha arvensis?
3. Bagaimana identifikasi senyawa mentol?
4. Bagaimana aktivitas biologi senyawa mentol?
5. Bagaimana produksi mentol dengan kualitas yang konsisten?
6. Bagaimana pengolahan mentol menjadi produk dengan kualitas terstandarkan?
7. Bagaimana peluang pemanfaatan mentol di masa mendatang?

1.3 Tujuan
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka tujuan dapat
dirumuskan sebagai berikut :
1. Mengetahui identifikasi tanaman Mentha arvensis.
2. Mengetahui budidaya tanaman Mentha arvensis.
3. Mengetahui identifikasi senyawa mentol.
4. Mengetahui aktivitas biologi senyawa mentol.
5. Mengetahui produksi mentol dengan kualitas yang konsisten.
6. Mengetahui pengolahan mentol menjadi produk dengan kualitas terstandarkan.
7. Mengetahui peluang pemanfaatan mentol di masa mendatang.

2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Identifikasi Mentha arvensis


Tanaman mentha termasuk dalam keluarga Labiatae dan merupakan salah satu
tanaman yang banyak dimanfaatkan minyak atsirinya. Tanaman ini tumbuh dan tersebar
luas di daerah tropis dan subtropics di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Tanaman mint
mempunyai 25 sampai 30 spesies, beberapa diantaranya adalah M. aquatica, M. arvensis,
M. canadines, M. longifolia, M. piperita, M. suaveolus, M. pulegium dan M. spicata.
Diantara beberapa spesies mint tersebut, Mentha arvensis merupakan yang paling banyak
terdapat di Indonesia (Padalia, et al, 2013).

Gambar 1.1 Tanaman mint Mentha arvensis L.


Kebanyakan Mentha arvensis dapat tumbuh dengan baik pada suhu yang dingin dan
dapat tumbuh juga di daerah tropis. Tumbuh di daerah lembap pada dataran tinggi dengan
tanah yang gembur dan banyak mengandung bahan organik. Pertumbuhan batang tegak
dan sedikit menjalar, tinggi tanaman berkisar 30–60 cm, dan memiliki percabangan
simpodial. Batang Mentha arvensis lunak berbulu, bentuk daun bulat telur, bergerigi,
menyirip dan berwarna hijau. Tangkai daun dan permukaan daun juga diselimuti oleh
bulu-bulu berwarna kuning kehijauan dengan tekstur permukaan daun licin. Bunganya
berwarna ungu (De Padua, et al, 1999)
Klasifikasi Mentha arvensis adalah sebagai berikut :
Divisi : Magnoliophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Tubiflorae
Famili : Lameaceae / Labiatae

3
Genus : Mentha
Species : Mentha arvensis L.
(Hadipoentyanti, 2012)
Minyak atsiri dalam daun M. arvensis mengandung campuran senyawa
monoterpenoid dengan kandungan utama yaitu mentol (sering disebut juga monoterpene
alkohol), menthone, isomenthone, piperiton dan mentil asetat, dengan mentol sebagai
kandungan tertinggi (70%–90%). Mentol banyak banyak dimanfaatkan dalam bidang
pangan sebagai perasa, bidang pengobatan, campuran parfum, pasta gigi dan kosmetik
(Sastrohamidjojo, 2002). Selain itu, minyak mint dari daun M. arvensis juga mempunyai
aktivitas sebagai insektisida, anti jamur dan anti mikroba (Singh, et al, 1994)

2.2 Budidaya Mentha arvensis


2.2.1 Kutivasi
Lahan yang cocok untuk tanaman M. arvensis adalah lahan yang memiliki
curah hujan sedang, lebih tepatnya lagi pada lahan yang berada di dataran tinggi
dan beriklim sejuk Penanaman daun M. arvensis pada dataran tinggi mengalami
pertumbuhan yang lebih cepat dari pada menanam di daerah dataran rendah.
Semakin tinggi lahan maka semakin cepat tanaman M. arvensis berkembang dan
ciri khasnya yaitu daun yang semakin lebar dan warna hijaunya akan semakin
menarik (Nizar, 2010).
Untuk media tanam yang baik adalah tanah yang gembur atau tanah yang
biasa untuk menanam tanaman jenis biji-bijian yaitu dengan mencampurkan tanah,
sekam, dan pupuk organik dengan perbandingan 1 : 1 : 1. Sekam padi akan sangat
baik digunakan sebagai pendukung media untuk menanam M. arvensis. Jenis tanah
sawah juga dapat menjadi pilihan yang baik dalam menanam M. arvensis (Seto,
2011).
Dalam menanam bibit M. arvensis, yang harus diperhatikan adalah jarak
tanam. Sebaiknya untuk 1 meter persegi lahan, cukup ditanam dengan 4 batang mint
saja. Lahan yang dipersiapkan sebaiknya ada di lokasi yang terbuka, sehingga
tanaman ini dapat memperoleh sinar matahari cukup. Penting pula untuk
memperhatikan pasokan air. Di saat musim panas, intensitas penyiraman air dapat
dilakukan dua kali sehari. Media tanah tempat menanam M. arvensis harus dijaga
dalam kondisi lembap agar daun M. arvensis dapat berkembang cepat (Nizar, 2010).
2.2.2 Panen
Minyak M. arvensis dengan mutu terbaik diperoleh dari herba yang dipanen
pada stadia berbunga penuh. Tanaman M. arvensis tergolong tanaman hari panjang,
yaitu membutuhkan penyiraman 16-18 jam agar tanaman dapat berbunga. Bunda
merupakan indikator terbaik untuk menentukan waktu panen, karena kadar minyak
dan total mentolnya mencapai maksimum pada masa pembungaan penuh. Panen

4
daun M. arvensis dapat dilakukan saat usia tanam sudah memasuki usia 6 bulan.
Pemanenan daun M. arvensis dapat dilakukan sampai dengan usia tanaman 2 tahun
(Balittro, 1988).
2.2.3 Pasca panen
Setelah panen, dilakukan sortasi basah daun M. arvensis dengan memisahkan
terhadap kotoran, bahan asing, gulma dan tanah yang terbawa. Selain itu juga
dilakukan pemisahan bagian-bagian tanaman yang rusak atau tidak terpakai.
Setelah itu dilakukan pencucian dengan air mengalir kemudian segera diangin-
anginkan. Proses pengeringan dilakukan selama 3–4 hari dengan tidak
menggunakan sinar matahari langsung karena dapat menyebabkan penguapan
minyak dan terjadi reaksi polimerisasi. Kemudian setelah pengeringan, dilakukan
sortasi kering dengan memisahkan kembali benda asing seperti kotoran yang
masing tertinggal dan bagian tanaman yang tidak diinginkan (Widiyastuti, 2015).
2.2.4 Penyimpanan
Penyimpanan daun M. arvensis dilakukan pada temperatur 0oC dan
kelembapan >95% untuk mengoptimalkan kualitas dan masa simpan. Masa simpan
yang diharapkan adalah 3 minggu di temperatur 0oC dan 2 minggu di temperatur
5oC. Di lingkungan dengan oksigen rendah dan karbok dioksida tinggi akan
memberikan banyak manfaat karena mengurangi tingkat respirasi dan efek
merugikan etilen (Rifqi, 2017).

2.3 Metode Identifikasi Mentol


2.2.1 Pemisahan
Ada banyak cara yang digunakan untuk mengekstraksi minyak mint dari
tanaman M. arvensis seperti dengan destilasi air, destilasi uap, ekstraksi microwave
dan lain-lain.
a. Destilasi uap
Destilasi uap adalah salah satu cara yang paling
sering digunakan untuk mengekstraksi minyak atsiri
(minyak mint) karena cukup ekonomis. Destilasi ini
dilakukan pada temperatur yang rendah agar
memungkinan pemisahan senyawa yang tidak
mudah menguap dengan senyawa yang tidak dapat
tercampur dalam air di bawah titik didih dari setiap
komonen terpisah. Destilasi uap konvensional pada
alat destilasi uap 2-L digunakan untuk
mengekstraksi minyak mint dari M. arvensis. Ketika
tetes pertama dari minyak mint telah masuk ke dalam
Gambar 2.1 wadah pemisah, itu menjadi awal mula dari setiap
Destilasi uap minyak mint akan dihitung. Hasil minyak mint yang

5
di dapat dari metode ini adalah 74–79% dan temperatur yang digunakan
untuk ekstraksi ini adalah 35–40oC (Batool, et al, 2018).
b. Destilasi air

Gambar 2.2 Destilasi air


Destilasi air adalah salah satu cara untuk mendapakan minyak mint
dari M. arvensis. Daun M. arvensis dikeringan pada oven di temperatur
30oC kemudian daun kering M. arvensis dihancurkan dan 100 gram dari
daun kering yang telah dihancurkan tersebut dijadikan sampel di dalam
alat destilasi air selama 3 jam. Daun sampel direndam bersama dengan air
hangat di atas pemanas. Setelah itu campuran uap akan melewati
condenser dan akan masuk ke dalam wadah pemisah (tempat dimana air
dan minyak mint terpisah), air dapat menuju ke wadah awal kembali atau
keluar ke wadah lainnya menjadi air beraroma. Hasil minyak mint yang
telah di destilasi air akan dikeringan dengan natrium sulfat anhidrat.
Minyak mint hasil ekstraksi kemudian di simpan di temperatur -4oC untuk
kemudian dianalisis. Hasil komponen pada minyak mint yang di dapat
melalui metode ini adalah 78–81% (Batool, et al, 2018).
C. Ekstraksi microwave
Rotasi dipol dan konduksi ion adalah dua hal penting yang
menghasilkan panas dan menjadi dasar pada metode ini, sementara output
atau efisiensinya bergantung pada sifat dielektrik sampel. Proses ekstraksi
ini adalah ketika air yang terdapat dalam daun sampel menyerap energi
yang dihasilkan oleh microwave dan menyebabkan peningkatan tekanan
di dalam bahan daun sehingga struktur sel kemudian pecah dan pelarut
dapat menembus ke dalam matriks sel. Metode ini dapat digunakan untuk
mengekstraksi minyak mint. Percobaan dilakukan dengan mengambil 2
gram bubuk daun M. arvensis dengan 60 mL campuran pelarut ethanol-
hexane. Penyaringan vakum bahan yang diekstrasi dilakukan
menggunakan kertas saring whatman no. 1 and dibilas dengan campuran

6
pelarut, yang kemudian dipisahkan dari minyak dengan penguapan
menggunakan alat rotary evaporator dengan melakukan pemanasan pada
temperatur 66oC pada 55 rpm. Ketika campuran pelarut ethanol dan
hexane digunakan, maka hasil komponen yang diekstrasi seperti mentol,
menthone, dan menthofuran akan naik. (Batool, et al, 2018).

2.2.2 Pemurnian
Adsorpsi kromatografi dapat digunakan untuk mengisolasi mentol dari
minyak mint yang telah diekstraksi. Adapun komponen yang paling banyak
ditemukan pada minyak mint adalah mentol dan menthone. Hasil kuantitatif mentol
dan menthone dapat diperoleh dalam prosedur langsung menggunakan adsorben
dan eluant khusus. Minyak mint akan melewati adsorben dimana bahan adsorben
setelah itu dicuci dengan eluant untuk kemudian mentol dan menthone di isolasi
menjadi bagian yang jelas. Adsorben yang biasa digunakan pada adsorpsi
kromatografi adalah arang dalam bentuk aktifnya. Ketika penyerapan minyak mint
telah mencapai bagian atas kolom dan setelah itu dibilas dengan pelarut yang tepat
maka zat terlarut yang teradsorpsi akan berpindah melalui kolom. Dalam kondisi
ini, komponen yang tidak teradsorpsi kuat akan bergerak cepat dan komponen yang
teradsorpsi kuat akan bergerak dengan laju lambat. Karena relokasi yang berbeda
ini, komponen yang teradsorpsi secara bertahap diisolasi satu sama lain. Afinitas
adsorpsi komponen utama dalam minyak mint secaar berurutan yaitu mentol,
menthone, metil ester dan hidrokarbon terpena. Dalam sebuah penelitian, minyak
mint terdiri dari hampir 65,2% mentol, 12,5% menton dan 1,8% metil ester
digunakan sebagai bahan baku (Batool, et al, 2018).
2.2.3 Identifikasi Mentol
Dalam mengidentifikasi komponen dalam minyak mint dapat digunakan
teknik Gas Chromatography-Mass Spectrometry (GC-MS). Kondisi pengujian
sendiri dapat berbeda sesuai dengan sampel minyak mint yang akan dianalisis dan
penggunaan kolom untuk identifikasi. Percobaan GC-MS sering dilakukan dengan
injektor (dimana diinjeksikan sampel yang ingin diidentifikasikan) dan detektor
dimana temperatur dari injektor diatur untuk tetap berada pada 250 oC dan detector
paad temperatur 270oC dengan menggunakan oven yang awalnya diatur 50oC
selama 2-3 menit dan kemudian naik 3–10oC setiap menit hingga mencapai 200–
240oC. Identifikasi kuantitas berbagai komponen minyak mint dapat dideteksi
dalam kromatografi gas. Waktu retensi puncak adalah faktor utama dalam
mengenali masing-masing sementara area puncak menunjukkan kuantitas setiap
komponen tunggal yang ada dalam minyak mint. Data yang dikumpulkan kemudian
dapat dibandingkan dengan standar referensi untuk mengetahui kemurniannya
(Batool, et al, 2018).
Mentol adalah alkohol monoterpene siklik dan merupakan senyawa organik
kovalen yang dapat dibuat secara sintetis atau diperoleh dari minyak mint tanaman

7
mint. Mentol merupakan substansi kristal berwarna jernih atau putih yang pada
pada suhu kamar dan meleleh pada suhu yang cukup tinggi. Bentuk utama mentol
adalah (-)-mentol dengan konfigurasi 1R, 2S, 5R. Mentol memiliki karakterisistik
khas yaitu memiliki cooling sensation dengan bau yang menyegarkan. Sifat mentol
sendiri terlarut pada pelarut ethanol, aseton, chloroform dan hexane (Bicchi, et al,
2008)

Gambar 2.3 Struktur Mentol

2.4 Uji Aktivitas Biologi Mentol


2.4.1 Uji Antibakteri
Menurut penelitian Tabari (2012), dikatakan bahwa minyak mint memiliki
aktivitas antibakteri yang kuat terhadap bakteri Staphylococcus aureus. Aktivitas
antibakteri pada minyak mint disebabkan adanya senyawa terpenoid terutama
mentol (Sartoratto, et al,2004). Mekanisme mentol sebagai antibakteri yaitu
mengganggu fraksi lipid pada plasma membran sehingga merubah permeabilitas
membran sel bakteri (Trombetta, et al, 2005).
Penelitian oleh Tyagi dan Malik (2011) tentang potensial komponen
antibakteri dalam minyak mint membuktikan bahwa minyak mint dapat
menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dengan Minimum
Inhibition Concentration (MIC) sebesar 1,13 mg/ml dan Minimum Bactericidal
Concentration (MBC) sebesar 2,25 mg/ml.
2.4.2 Uji Analgesik
Mentol menghasilkan aktivitas analgesik melalui interaksi dengan jaringan
saraf yang terdapat pada persimpangan kulit dan epidermis kulit. Minyak mint daun
M. arvensis menstimulasi reseptor yang sensitif dingin pada kulit sehingga rasa
nyeri dapat di modifikasi secara lokal. Dalam sebuah penelitian oleh Patwary, et al
(2013) menunjukkan efek analgesik ekstrak mentol dengan menggunakan uji hot
plate terlihat pada dosis 500 mg/kgBB tikus secara i.p. Kemudian pada pengujian
mengguanakan metode geliat dengan asam asetat sebagai penginduksi rasa nyeri,
menunjukkan efek dari ekstrak mentol daun M. arvensis pada dosis yang sama
sebanding dengan efek analgesik terhadap obat uji.

8
2.4.1 Uji Fumigan
Lashgari, et al. (2014) melaporkan M. arvensis memiliki efek fumigan yang
menyebabkan kematian, serta memiliki aktifitas repelen terhadap imago T.
castaneum. Senyawa mentol yang merupakan senyawa utama tanaman pepermin
M. piperita memiliki efek repelen terhadap Anopheles tessellatus dan Culex
quinquefasciatus (Samarasekera, et al, 2008). Beberapa perusahaan di Amerika
Serikat telah memproduksi secara komersial pestisida nabati berbahan minyak mint
seperti mentol untuk mengendalikan rayap (Hartati 2012).
Penelitian oleh Syam, et al (2017) menunjukkan bahwa fraksi n-heksana
pepermint (FHP) dari minyak mint tanaman M. arvensis merupakan fraksi yang
aktif terhadap mortalitas larva dan imago T. castaneum. FHP juga menghambat
perkembangan dan bersifat repelen terhadap T. castaneum. Senyawa kimia yang
terdapat pada FHP terdiri atas mentol, β-pinen, limonen, isopulegol, menton,
isomenton, pulegon, dan transcarane.

2.5 Produksi Metabolit Sekunder


Dalam usaha menghasilkan mentol yang memiliki kualitas yang konsisten maka
salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan menggunakan teknik kultur jaringan
pada tanaman M. arvensis. Melalui kultur jaringan, pertumbuhan M. arvensis dapat
dikontrol sehingga menyebabkan kandungan mentol didalam daun M. arvensis pun
menjadi lebih terkontrol.
Kultur jaringan sendiri memiliki keuntungan dalam memproduksi senyawa
metabolit sekunder dengan kualitas terkontrol dan tidak berubah-ubah diantaranya yaitu
kultur jaringan tidak bergantung pada faktor lingkungan (hama, penyakit, iklim, ataupun
hambatan geografis), sistem produksi yang dapat diatur dan dapat menghasilkan kualitas
produk yang lebih konsisten.
Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) seperti sitokinin banyak digunakan dalam kultur
jaringan. Benzylaminopurin (BAP) adalah yang paling banyak digunakan untuk memacu
pembentukan tunas karena BAP termasuk sitokinin yang dapat mendorong pembelahan
sel (George dan Sherington, 1984). Pada penelitian oleh Balai Penelitian Tanaman Obat
dan Aromatik, kultur jaringan M. arvensis menggunakan ZPT BAP dan Kinetik untuk
merangsang multiplikasi tunasnya. Setelah satu bulan inkubasi, 1 eksplan M. arvensis
dapat menghasilkan hingga 21 tunas, keadaan ini dapat tercapai apabila di dalam media
ditambahkan sitokinin dengan konsentrasi 10 mg/L.
Menurut Ahloowalia, et al (2004), semua bagian dari tanaman dapat menjadi
sumber eksplan. Bagian tanaman yang biasa digunakan sebagai eksplan adalah meristem
pucuk, tunas, tunas aksilar, pucuk, bagian kecil batang, nuselus, dan embrio zygotik.
Media kultur jaringan M. arvensis yang biasa digunakan adalah media dasar Murashige-
Skoog (MS). Media ini merupakan media yang kaya dan dapat dipakai untuk perbanyakan
vegetatif (Balittro, 1987).

9
2.6 Pengolahan Mentol
Menjadikan mentol menjadi produk kristal mentol dengan kualitas yang
terstandarkan dilakukan dalam beberapa tahapan :
a. Kristalisasi
Minyak mint dari M. arvensis secara perlahan dan bertahap didinginkan
secara progresif ke suhu yang lebih rendah di mana kristal mentol terbentuk.
Proses pembekuan biasanya terdiri dari tiga langkah (I) dinginkan pada 14 oC
(II) 10oC dan (III) -5oC selama berjam-jam. Terkadang, proses sebenarnya
membutuhkan waktu 48 jam dan pendinginan hingga -20oC. Beberapa produsen
menggunakan kompartemen kulkas besar. Pabrik besar dilengkapi dengan
ruang beku biasa. Pendinginan bertahap dan lambat memungkinkan
pembentukan kristal besar dan lebih teratur.
b. Pemisahan kristal mentol
Hal ini dilakukan dengan terlebih dahulu menuangkan sisa minyak cair dari
kristal dan menyentrifugasi kristal dalam sentrifugal besar yang berputar pada
kecepatan sekitar 1200rpm. Beberapa produsen mencuci kristal dengan sedikit
air selama proses sentrigusasi.
c. Pengeringan kristal mentol
Kristal-kristal yang disentrifugasi tersebar di atas nampan di kompartemen
besar atau ruang khusus yang dikeringkan selama sekitar 36 jam dalam aliran
udara lambat pada suhu sekitar 26ºC. Tahapan ini harus dilakukan dengan
sangat hati-hati. Kristal mentol pun siap untuk pengemasan dan pemasaran.

Gambar 2.4 Kristal mentol

2.7 Future Perspective


Mentol yang memiliki karakteristik aroma dan rasa yang menyegarkan
menjadikannya memiliki potensi untuk dikembangkan di masa mendatang salah satunya
adalah dengan menjadikannya sebagai bahan aditif permen mengkudu untuk menutupi
aroma dan rasa buah mengkudu yang kurang disukai masyarakat sehingga harapannya

10
dengan ekstrak daun M. arvensis yang mengandung mentol dapat meningkatkan kesukaan
aroma dan rasa permen mengkudu di masyarakat, mengingat banyaknya khasiat terhadap
kesehatan yang dimiliki oleh mengkudu.
Sebelumnya sudah ada penelitian dari Syafiatul dan Irma (2010) mengenai permen
mengkudu dengan menambahkan sari buah. Tetapi pada hasil pengujian dalam masyarakat
masih terdapat aroma buah mengkudu yang kurang disukai. Melihat karakteristik mentol
dalam daun M. arvensis yang memiliki aroma dan rasa menyegarkan yang juga disukai
oleh masyarakat membuat dengan adanya tambahan ekstran daun M. arvensis dapat
menutupi aroma dan rasa buah mengkudu dari permen mengkudu agar nantinya permen
mengkudu mentol ini dapat lebih mudah diterima oleh masyarakat dan disukai.
Pengaplikasian bahan aditif mentol untuk menutupi rasa dan aroma yang kurang
disukai menjadi sangat mungkin untuk dilakukan di kemudian hari pada bahan-bahan
pangan yang berkhasiat tinggi tetapi memiliki rasa dan aroma yang kurang dapat diterima
oleh masyarakat. Diharapkan kedepannya tidak hanya rasa dan aroma dari permen buah
mengkudu saja yang dapat tergantikan dengan rasa dan aroma segar dari mentol daun M.
arvensis tetapi juga produk-produk pangan lainnya yang memiliki permasalahan serupa.

11
BAB 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Daun dari tanaman M. arvensis memiliki kandungan minyak mint yang tinggi
kandungan mentol (70–90%). Mentol adalah alkohol monoterpene siklik yang memiliki
karakteristik beraroma dan memiliki rasa yang kuat dan menyegarkan. Untuk
mendapatkan mentol dari daun M. arvensis dilakukan dengan cara ekstraksi melalui
metode seperti destilasi uap, destilasi air dan ekstraksi microwave. Setelah itu dilakukan
isolasi mentol dari minyak mint hasil ekstraksi dengan adsorpsi kromatografi. Mentol yang
di dapat kemudian dapat diidentifikasi dengan Gas Chromatography-Mass Spectrometry.
Mentol juga memiliki aktivitas biologi yaitu anti bakteri, analgesic dan fumigant yang
efektif. Dalam memperoleh kualitas mentol yang konsisten dilakukan dengan kultur
jaringan M. arvensis. Melihat dari karakteristik mentol yang kuat, maka mentol memiliki
banyak peluang dalam pengaplikasikannya di masa mendatang terutama di bidang pangan
untuk memberikan rasa dan aroma segar pada produk-produk yang sebelumnya kurang
diminati karena memiliki rasa dan aroma yang kurang nyaman untuk dinikmati.

12
DAFTAR PUSTAKA

Ballitro. 1988. Penelitian Pendahuluan Penanaman Mentha di KP Manoko. Bogor.


Batool, I., Nisar, S., Hamrouni, L., Jilani, M. (2018). Extraction, Production and Analysis
Techniques for Menthol : A Review. International Journal of Chemical and Biochemical
Sciences, 14(2018), 71-76
Bicchi, C., Liberto, E., Matteodo, M., Modello, L., Zellner, B., Costa, R., Rubiolo, P. (2008).
Quantitative Analysis of Essential Oils : A Complex Task. Flavour and Fragrance
Journal, 23(6), 382–391.
De Padua, L. S., Bunyapraphatsara, N., Lemmens, R. H. 1999. Plant Resources of South East
Asia. Netherlands : Backhyus Publisher.
Hadipoentyanti, E. 2012. Pedoman Teknis Mengenal Tanaman Mentha (Mentha arvensis L.)
dan Budidayanya. Bogor : Balain Penelitian Rempah dan Obat.
Hartati, S.Y. (2012) Prospek Pengembangan Minyak Atsiri sebagai Pestisida Nabati. Jurnal
Perspektif, 11(1), 45–58.
Lashgari, A., Mashayekhi, S., Javadzadeh, M. & Marzban, R. (2014). Effect of Mentha piperita
and Cuminum cyminum Essential Oil on Tribolium castaneum and Sitophilus oryzae. Arch
Phytopathology Plant Protect, 4 (3), 324–329.
Padalia, R. C., Verma R. S., Chauhan, A., Sundaresan, V., Chanotiya, C. S. (2013). Essential
Oil Composition of Sixteen Elite Cultivars of Mentha from Western Himalayan Region.
International Journal Scientific Technology, 7(1), 83–93.
Patwary, M., Hajjaj, Y., Yousuf, M., Bhattacherjee, Nusrat, N., Kumar, D. (2013). Analgesic,
Anti-Inflammatory and Antipyretic Effect of Mentha spicata (Spearmint). British Journal
of Pharmaceutical Research, 3(4), 854–864.
Rifqi, M. 2017. Penanganan Pascapanen Daun Mint. Laporan. Universitas Muhammadiyah
Yogyakarta : Fakultas Pertanian.
Samarasekera, R., Weerasinghe, I.S. & Hemalal, K.D.P. (2008). Insecticidal Activity of
Menthol Derivatives Against Mosquitoes. Pest Manag Science, 64,290–295
Sartoratto, A., Machado, M.A.L., Delarmelina, C., Figueria, G.M., Duarte, M.C.T., Rehder,
V.L.G. (2004). Composition and Antimicrobial Activity of Essensial Oils From Aromatic
Plants Used in Brazil. Braz Journal Microbial, 3(5), 275–280.
Sastrohamidjojo, H. 2002. Kimia Minyak Atsiri. Yogyakarta : Universitas Gajah Mada.
Seto, M. 2011. Budidaya Daun Mint di Dataran Tinggi Gunung Bromo. Yogyakarta : Kanisius.
Singh, M., Srivastava, S., Chauhan, S. (1994). Effect of Japanese Mint (Mentha arvensis) Oil
as Fumigant on Nutritional Quality of Stored Sorgum. Plant Foods for Human Nutrition,
47(1995),109–114.

13
Syam, S., Harahap, I., Dadang (2017). Efek Fumigan dan Repelen Fraksi Minyak Atsiri
Mentha piperita terhadap Tribolium castaneum. Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan
Obat, 28(2), 181–190.
Tabari. (2012). Comparison of Antibacterial Effect of Mentha and Combination of Them on
Staphylococcus aureus and Escheria coli Isolates. Department of Pharmacology, 536–
540.
Trombetta, D., Casteli, F., Sarpietro,M.G., Venuti., Cristani,M., Daniele, C., Saija.S.,
Mazzanti, G., and Bisignano, G. (2005). Mechanism of Antibacterial Action of Three
Monoterpense. Antimicrobial Agents Chemotherapy, 49, 2472–2478.
Tyagi, A.K., Malik, A. (2011). Antimicrobial Potential and Chemical Composition of Mentha
piperita Oil in Liquid and Vapour Phase Againt Food Spoiling Microorganism. Food
Control, 22, 1707–1741.
Widyastusi, Y. 2015. Budidaya, Panen dan Pascapanen Tanaman Obat. Jakarta : Lembaga
Penerbit Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.

14

Anda mungkin juga menyukai