DISUSUN OLEH
Melina
(170219005)
i
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL........................................................................................................... i
DAFTAR ISI........................................................................................................................... ii
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................................. iii
BAB 1 PENDAHULUAN...................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang...................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah................................................................................................. 1
1.3 Tujuan.................................................................................................................... 1
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA............................................................................................ 3
2.1 Identifikasi Mentha arvensis................................................................................. 3
2.2 Budidaya Mentha arvensis.................................................................................... 4
2.2.1 Kutivasi........................................................................................................ 4
2.2.2 Panen............................................................................................................ 4
2.2.3 Pasca panen.................................................................................................. 5
2.2.4 Penyimpanan................................................................................................ 5
2.3 Metode Identifikasi Mentol................................................................................... 5
2.3.1 Pemisahan..................................................................................................... 5
2.3.2 Pemurnian..................................................................................................... 7
2.3.3 Identifikasi mentol........................................................................................ 7
2.4 Uji Aktivitas Biologi Mentol................................................................................. 8
2.4.1 Uji Anti bakteri............................................................................................. 8
2.4.2 Uji Algesik................................................................................................... 8
2.4.3 Uji Fumigan.................................................................................................. 9
2.5 Produksi Mentol.................................................................................................... 9
2.6 Pengolahan Mentol................................................................................................ 10
2.7 Future Perspective................................................................................................ 10
BAB 3 PENUTUP.................................................................................................................. 12
3.1 Kesimpulan............................................................................................................ 12
DAFTAR PUSATAKA........................................................................................................... 13
ii
DAFTAR GAMBAR
iii
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka tujuan dapat
dirumuskan sebagai berikut :
1. Mengetahui identifikasi tanaman Mentha arvensis.
2. Mengetahui budidaya tanaman Mentha arvensis.
3. Mengetahui identifikasi senyawa mentol.
4. Mengetahui aktivitas biologi senyawa mentol.
5. Mengetahui produksi mentol dengan kualitas yang konsisten.
6. Mengetahui pengolahan mentol menjadi produk dengan kualitas terstandarkan.
7. Mengetahui peluang pemanfaatan mentol di masa mendatang.
2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
3
Genus : Mentha
Species : Mentha arvensis L.
(Hadipoentyanti, 2012)
Minyak atsiri dalam daun M. arvensis mengandung campuran senyawa
monoterpenoid dengan kandungan utama yaitu mentol (sering disebut juga monoterpene
alkohol), menthone, isomenthone, piperiton dan mentil asetat, dengan mentol sebagai
kandungan tertinggi (70%–90%). Mentol banyak banyak dimanfaatkan dalam bidang
pangan sebagai perasa, bidang pengobatan, campuran parfum, pasta gigi dan kosmetik
(Sastrohamidjojo, 2002). Selain itu, minyak mint dari daun M. arvensis juga mempunyai
aktivitas sebagai insektisida, anti jamur dan anti mikroba (Singh, et al, 1994)
4
daun M. arvensis dapat dilakukan saat usia tanam sudah memasuki usia 6 bulan.
Pemanenan daun M. arvensis dapat dilakukan sampai dengan usia tanaman 2 tahun
(Balittro, 1988).
2.2.3 Pasca panen
Setelah panen, dilakukan sortasi basah daun M. arvensis dengan memisahkan
terhadap kotoran, bahan asing, gulma dan tanah yang terbawa. Selain itu juga
dilakukan pemisahan bagian-bagian tanaman yang rusak atau tidak terpakai.
Setelah itu dilakukan pencucian dengan air mengalir kemudian segera diangin-
anginkan. Proses pengeringan dilakukan selama 3–4 hari dengan tidak
menggunakan sinar matahari langsung karena dapat menyebabkan penguapan
minyak dan terjadi reaksi polimerisasi. Kemudian setelah pengeringan, dilakukan
sortasi kering dengan memisahkan kembali benda asing seperti kotoran yang
masing tertinggal dan bagian tanaman yang tidak diinginkan (Widiyastuti, 2015).
2.2.4 Penyimpanan
Penyimpanan daun M. arvensis dilakukan pada temperatur 0oC dan
kelembapan >95% untuk mengoptimalkan kualitas dan masa simpan. Masa simpan
yang diharapkan adalah 3 minggu di temperatur 0oC dan 2 minggu di temperatur
5oC. Di lingkungan dengan oksigen rendah dan karbok dioksida tinggi akan
memberikan banyak manfaat karena mengurangi tingkat respirasi dan efek
merugikan etilen (Rifqi, 2017).
5
di dapat dari metode ini adalah 74–79% dan temperatur yang digunakan
untuk ekstraksi ini adalah 35–40oC (Batool, et al, 2018).
b. Destilasi air
6
pelarut, yang kemudian dipisahkan dari minyak dengan penguapan
menggunakan alat rotary evaporator dengan melakukan pemanasan pada
temperatur 66oC pada 55 rpm. Ketika campuran pelarut ethanol dan
hexane digunakan, maka hasil komponen yang diekstrasi seperti mentol,
menthone, dan menthofuran akan naik. (Batool, et al, 2018).
2.2.2 Pemurnian
Adsorpsi kromatografi dapat digunakan untuk mengisolasi mentol dari
minyak mint yang telah diekstraksi. Adapun komponen yang paling banyak
ditemukan pada minyak mint adalah mentol dan menthone. Hasil kuantitatif mentol
dan menthone dapat diperoleh dalam prosedur langsung menggunakan adsorben
dan eluant khusus. Minyak mint akan melewati adsorben dimana bahan adsorben
setelah itu dicuci dengan eluant untuk kemudian mentol dan menthone di isolasi
menjadi bagian yang jelas. Adsorben yang biasa digunakan pada adsorpsi
kromatografi adalah arang dalam bentuk aktifnya. Ketika penyerapan minyak mint
telah mencapai bagian atas kolom dan setelah itu dibilas dengan pelarut yang tepat
maka zat terlarut yang teradsorpsi akan berpindah melalui kolom. Dalam kondisi
ini, komponen yang tidak teradsorpsi kuat akan bergerak cepat dan komponen yang
teradsorpsi kuat akan bergerak dengan laju lambat. Karena relokasi yang berbeda
ini, komponen yang teradsorpsi secara bertahap diisolasi satu sama lain. Afinitas
adsorpsi komponen utama dalam minyak mint secaar berurutan yaitu mentol,
menthone, metil ester dan hidrokarbon terpena. Dalam sebuah penelitian, minyak
mint terdiri dari hampir 65,2% mentol, 12,5% menton dan 1,8% metil ester
digunakan sebagai bahan baku (Batool, et al, 2018).
2.2.3 Identifikasi Mentol
Dalam mengidentifikasi komponen dalam minyak mint dapat digunakan
teknik Gas Chromatography-Mass Spectrometry (GC-MS). Kondisi pengujian
sendiri dapat berbeda sesuai dengan sampel minyak mint yang akan dianalisis dan
penggunaan kolom untuk identifikasi. Percobaan GC-MS sering dilakukan dengan
injektor (dimana diinjeksikan sampel yang ingin diidentifikasikan) dan detektor
dimana temperatur dari injektor diatur untuk tetap berada pada 250 oC dan detector
paad temperatur 270oC dengan menggunakan oven yang awalnya diatur 50oC
selama 2-3 menit dan kemudian naik 3–10oC setiap menit hingga mencapai 200–
240oC. Identifikasi kuantitas berbagai komponen minyak mint dapat dideteksi
dalam kromatografi gas. Waktu retensi puncak adalah faktor utama dalam
mengenali masing-masing sementara area puncak menunjukkan kuantitas setiap
komponen tunggal yang ada dalam minyak mint. Data yang dikumpulkan kemudian
dapat dibandingkan dengan standar referensi untuk mengetahui kemurniannya
(Batool, et al, 2018).
Mentol adalah alkohol monoterpene siklik dan merupakan senyawa organik
kovalen yang dapat dibuat secara sintetis atau diperoleh dari minyak mint tanaman
7
mint. Mentol merupakan substansi kristal berwarna jernih atau putih yang pada
pada suhu kamar dan meleleh pada suhu yang cukup tinggi. Bentuk utama mentol
adalah (-)-mentol dengan konfigurasi 1R, 2S, 5R. Mentol memiliki karakterisistik
khas yaitu memiliki cooling sensation dengan bau yang menyegarkan. Sifat mentol
sendiri terlarut pada pelarut ethanol, aseton, chloroform dan hexane (Bicchi, et al,
2008)
8
2.4.1 Uji Fumigan
Lashgari, et al. (2014) melaporkan M. arvensis memiliki efek fumigan yang
menyebabkan kematian, serta memiliki aktifitas repelen terhadap imago T.
castaneum. Senyawa mentol yang merupakan senyawa utama tanaman pepermin
M. piperita memiliki efek repelen terhadap Anopheles tessellatus dan Culex
quinquefasciatus (Samarasekera, et al, 2008). Beberapa perusahaan di Amerika
Serikat telah memproduksi secara komersial pestisida nabati berbahan minyak mint
seperti mentol untuk mengendalikan rayap (Hartati 2012).
Penelitian oleh Syam, et al (2017) menunjukkan bahwa fraksi n-heksana
pepermint (FHP) dari minyak mint tanaman M. arvensis merupakan fraksi yang
aktif terhadap mortalitas larva dan imago T. castaneum. FHP juga menghambat
perkembangan dan bersifat repelen terhadap T. castaneum. Senyawa kimia yang
terdapat pada FHP terdiri atas mentol, β-pinen, limonen, isopulegol, menton,
isomenton, pulegon, dan transcarane.
9
2.6 Pengolahan Mentol
Menjadikan mentol menjadi produk kristal mentol dengan kualitas yang
terstandarkan dilakukan dalam beberapa tahapan :
a. Kristalisasi
Minyak mint dari M. arvensis secara perlahan dan bertahap didinginkan
secara progresif ke suhu yang lebih rendah di mana kristal mentol terbentuk.
Proses pembekuan biasanya terdiri dari tiga langkah (I) dinginkan pada 14 oC
(II) 10oC dan (III) -5oC selama berjam-jam. Terkadang, proses sebenarnya
membutuhkan waktu 48 jam dan pendinginan hingga -20oC. Beberapa produsen
menggunakan kompartemen kulkas besar. Pabrik besar dilengkapi dengan
ruang beku biasa. Pendinginan bertahap dan lambat memungkinkan
pembentukan kristal besar dan lebih teratur.
b. Pemisahan kristal mentol
Hal ini dilakukan dengan terlebih dahulu menuangkan sisa minyak cair dari
kristal dan menyentrifugasi kristal dalam sentrifugal besar yang berputar pada
kecepatan sekitar 1200rpm. Beberapa produsen mencuci kristal dengan sedikit
air selama proses sentrigusasi.
c. Pengeringan kristal mentol
Kristal-kristal yang disentrifugasi tersebar di atas nampan di kompartemen
besar atau ruang khusus yang dikeringkan selama sekitar 36 jam dalam aliran
udara lambat pada suhu sekitar 26ºC. Tahapan ini harus dilakukan dengan
sangat hati-hati. Kristal mentol pun siap untuk pengemasan dan pemasaran.
10
dengan ekstrak daun M. arvensis yang mengandung mentol dapat meningkatkan kesukaan
aroma dan rasa permen mengkudu di masyarakat, mengingat banyaknya khasiat terhadap
kesehatan yang dimiliki oleh mengkudu.
Sebelumnya sudah ada penelitian dari Syafiatul dan Irma (2010) mengenai permen
mengkudu dengan menambahkan sari buah. Tetapi pada hasil pengujian dalam masyarakat
masih terdapat aroma buah mengkudu yang kurang disukai. Melihat karakteristik mentol
dalam daun M. arvensis yang memiliki aroma dan rasa menyegarkan yang juga disukai
oleh masyarakat membuat dengan adanya tambahan ekstran daun M. arvensis dapat
menutupi aroma dan rasa buah mengkudu dari permen mengkudu agar nantinya permen
mengkudu mentol ini dapat lebih mudah diterima oleh masyarakat dan disukai.
Pengaplikasian bahan aditif mentol untuk menutupi rasa dan aroma yang kurang
disukai menjadi sangat mungkin untuk dilakukan di kemudian hari pada bahan-bahan
pangan yang berkhasiat tinggi tetapi memiliki rasa dan aroma yang kurang dapat diterima
oleh masyarakat. Diharapkan kedepannya tidak hanya rasa dan aroma dari permen buah
mengkudu saja yang dapat tergantikan dengan rasa dan aroma segar dari mentol daun M.
arvensis tetapi juga produk-produk pangan lainnya yang memiliki permasalahan serupa.
11
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Daun dari tanaman M. arvensis memiliki kandungan minyak mint yang tinggi
kandungan mentol (70–90%). Mentol adalah alkohol monoterpene siklik yang memiliki
karakteristik beraroma dan memiliki rasa yang kuat dan menyegarkan. Untuk
mendapatkan mentol dari daun M. arvensis dilakukan dengan cara ekstraksi melalui
metode seperti destilasi uap, destilasi air dan ekstraksi microwave. Setelah itu dilakukan
isolasi mentol dari minyak mint hasil ekstraksi dengan adsorpsi kromatografi. Mentol yang
di dapat kemudian dapat diidentifikasi dengan Gas Chromatography-Mass Spectrometry.
Mentol juga memiliki aktivitas biologi yaitu anti bakteri, analgesic dan fumigant yang
efektif. Dalam memperoleh kualitas mentol yang konsisten dilakukan dengan kultur
jaringan M. arvensis. Melihat dari karakteristik mentol yang kuat, maka mentol memiliki
banyak peluang dalam pengaplikasikannya di masa mendatang terutama di bidang pangan
untuk memberikan rasa dan aroma segar pada produk-produk yang sebelumnya kurang
diminati karena memiliki rasa dan aroma yang kurang nyaman untuk dinikmati.
12
DAFTAR PUSTAKA
13
Syam, S., Harahap, I., Dadang (2017). Efek Fumigan dan Repelen Fraksi Minyak Atsiri
Mentha piperita terhadap Tribolium castaneum. Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan
Obat, 28(2), 181–190.
Tabari. (2012). Comparison of Antibacterial Effect of Mentha and Combination of Them on
Staphylococcus aureus and Escheria coli Isolates. Department of Pharmacology, 536–
540.
Trombetta, D., Casteli, F., Sarpietro,M.G., Venuti., Cristani,M., Daniele, C., Saija.S.,
Mazzanti, G., and Bisignano, G. (2005). Mechanism of Antibacterial Action of Three
Monoterpense. Antimicrobial Agents Chemotherapy, 49, 2472–2478.
Tyagi, A.K., Malik, A. (2011). Antimicrobial Potential and Chemical Composition of Mentha
piperita Oil in Liquid and Vapour Phase Againt Food Spoiling Microorganism. Food
Control, 22, 1707–1741.
Widyastusi, Y. 2015. Budidaya, Panen dan Pascapanen Tanaman Obat. Jakarta : Lembaga
Penerbit Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.
14