Disusun oleh:
Anisah Azizah
3212212007
Jurusan Kimia
Fakultas Sains dan Informatika
Universitas Jenderal Achmad Yani
Cimahi, 2022
HALAMAN PENGESAHAN
Proposal Penelitian
Uji Aktivitas Antijamur Ekstrak Etanol Kelopak Bunga Rosella (Hibiscus sabdariffa)
Diusulkan oleh
Anisah Azizah
3212212007
Menyetujui,
Mengetahui,
Jamur merupakan salah satu mikroorganisme yang menjadi penyebab paling sering
penyakit infeksi pada kulit. Prevalensi kejadian infeksi kulit yang diakibatkan oleh jamur
lebih sering dibandingkan oleh bakteri maupun virus. Malassezia furfur, Pityrosporum ovale,
dan Trichopython mentagrophytes merupakan contoh jamur atau ragi yang paling sering
menjadi penyebab penyakit infeksi pada kulit. Ragi M. furfur dan P. ovale menjadi penyebab
utama dermatitis seboroik dan ketombe, sedangkan jamur T. mentagrophytes menjadi
penyebab utama beberapa jenis tinea. Penggunaan tanaman obat menjadi alternatif dari obat
sintetis yang dapat mengakibatkan resistensi serta timbulnya efek samping. Salah satu
tanaman obat yang diyakini berpotensi sebagai obat antijamur ialah tanaman Rosella.
Tanaman ini mengandung senyawa flavonoid dan antosianin yang diyakini memiliki efek
antijamur. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan mengetahui aktivitas antijamur pada
ekstrak etanol kelopak bunga Rosella. Hasil dari penelitian ini diharapkan ekstrak etanol
kelopak bunga Rosella dapat menghambat pertumbuhan jamur M. furfur, P. ovale, dan T.
mentagrophytes, sehingga dapat digunakan sebagai obat alternatif. Pengujian antijamur
dilakukan dengan menggunakan metode disk diffusion atau difusi cakram. Metode ini
dilakukan dengan cara menempatkan kertas cakram yang telah diresapi oleh ekstrak etanol
kelopak bunga Rosella dengan variasi konsentrasi di media agar yang terdapat jamur M.
furfur, P. ovale, dan T. mentagrophytes. Senyawa antijamur pada ekstrak akan berdifusi ke
media agar dan mengakibatkan jamur tidak dapat tumbuh disekitar kertas cakram.
Kata Kunci: antijamur, disk diffusion, ekstrak etanol, Hibiscus sabdariffa, Rosella
i
DAFTAR ISI
RINGKASAN............................................................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii
DAFTAR GAMBAR...............................................................................................................iii
DAFTAR TABEL...................................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.........................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................................2
1.3 Tujuan Penelitian.....................................................................................................2
1.4 Manfaat Penelitian...................................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................................3
2.1 Rosella (Hibiscus sabdariffa)..................................................................................3
2.2 Antijamur.................................................................................................................4
2.3 Malassezia furfur.....................................................................................................5
2.4 Pityrosporum ovale..................................................................................................5
2.5 Trichophyton mentagrophytes.................................................................................6
2.6 Disk Diffusion..........................................................................................................7
BAB III METODE PENELITIAN.........................................................................................8
3.1 Diagram Alir............................................................................................................8
3.2 Alat dan Bahan.........................................................................................................8
3.2.1 Alat...................................................................................................................8
3.2.2 Bahan................................................................................................................8
3.3 Prosedur Penelitian..................................................................................................9
3.3.1 Preparasi Tanaman Bunga Rosella...................................................................9
3.3.2 Ekstraksi Bunga Rosella...................................................................................9
3.3.3 Pengujian Aktivitas Antijamur.........................................................................9
BAB IV BIAYA DAN JADWAL PENELITIAN................................................................10
4.1 Biaya Penelitian.....................................................................................................10
4.2 Jadwal Penelitian...................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................10
LAMPIRAN............................................................................................................................13
ii
DAFTAR GAMBAR
iii
DAFTAR TABEL
iv
1
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
bahwa pada kelopak bunga Rosella terkandung senyawa alkaloid, polifenol, flavonoid,
antosianin, tanin, dan saponin. Senyawa antosianin termasuk salah satu senyawa dengan
jumlah paling banyak di kelopak bunga Rosella, yaitu sebesar 53,19%. Senyawa ini
memiliki efek fungistatik dan fungisida. Efek fungisida yaitu dapat membunuh koloni
jamur sedangkan efek fungistatik yaitu dapat menghambat pertumbuhan koloni jamur.
Antosianin bekerja dengan cara mendenaturasi protein, sehingga dapat menyebabkan
gangguan pada saat pembentukan protein bahkan menyebabkan sel mati (Kusumanegara
dkk., 2017).
Bunga Rosella banyak dimanfaatkan dalam pengobatan tradisional. Hal ini
dikarenakan dalam ekstraknya memiliki beberapa macam bioaktivitas seperti sebagai
antibakteri, antijamur, antioksidan, antikolesterol, antidiabetes, serta antihipertensi (Da-
Costa-Rocha dkk., 2014). Ekstrak etanol:air (1:1) daun bunga Rosella pada konsentrasi
250,0 mg/mL menunjukkan hasil aktif terhadap beberapa mikroba, seperti A. fumigatus,
A. niger, B. cinerea, P. digitatum, R. nigricans, dan T. mentagrophytes (Ross, 2003).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh (García dkk., 2006) ekstrak air kelopak
bunga Rosella aktif terhadap jamur T. mentagrophytes dengan nilai MIC sebesar 4,0
mg/mL. Penelitian yang dilakukan oleh (Kusumanegara dkk., 2017) menunjukkan hasil
ekstrak air kelopak bunga Rosella aktif terhadap jamur C. albicans dengan rerata besar
zona inhibisi pada konsentrasi 5% (18,53 mm), 10% (22,40 mm), 20% (26,20 mm), dan
40% (29,47 mm). Kelopak bunga Rosella ini juga sering dikonsumsi dalam bentuk teh,
yang mana teh Rosella ini diyakini memiliki khasiat mengobati batuk, asam urat,
mengurangi panas dalam, menetralkan racun (detoksifikasi), serta menetralisir asupan
makanan yang berlemak. Selain dimanfaatkan sebagai obat tradisional, kelopak bunga
Rosella juga banyak dimanfaatkan sebagai bahan makanan, seperti dalam pembuatan
selai, sirup, es krim, serta sebagai perisa (Haidar, 2016).
2.2 Antijamur
Aktivitas antijamur seharusnya memiliki sifat toksisitas yang selektif, yaitu obat
tersebut hanya berbahaya bagi mikroba dan tidak membahayakan inangnya. Terdapat
beberapa mekanisme kerja penghambatan dari antijamur, yaitu:
1. Mengganggu komponen penyusun sel. Struktur pada dinding sel dapat dirusak
dengan cara menghambat pembentukannya atau merubahnya setelah terbentuk.
2. Bereaksi dengan membran sel sehingga mengakibatkan terjadinya perubahan
permeabilitas serta kehilangan komponen penyusun sel.
3. Menghambat sintesis protein dan asam nukleat sehingga mengakibatkan kerusakan
pada sel (Hakim, Arif, 2009).
Salah satu senyawa yang dapat berfungsi sebagai antijamur, yaitu antosianin.
Senyawa antosianin pada tumbuhan berfungsi sebagai pertahanan dari infeksi dan
kerusakan yang diakibatkan oleh jamur, serta menjadi kamuflase terhadap hama. Selain
pada tumbuhan, antosianin juga digunakan sebagai bahan pengganti natrium nitrit dalam
fermentasi produk daging. Kualitas dari karakteristiknya yang hampir menyerupai
natrium nitrit ini membuat antosianin tidak akan menimbulkan kerusakan pada bahan
maupun kemasan, karena memiliki aktivitas salah satunya sebagai antijamur (Priska
dkk., 2018).
Selain antosianin, terdapat beberapa senyawa lain yang diyakini memiliki aktivitas
sebagai antijamur, yaitu alkaloid, saponin, tanin, polifenol, flavonoid, dan terpenoid.
Keberadaan senyawa fenol yang tinggi efektif untuk mengikat protein mikrotubulus
dalam sel serta menggangu fungsi mitosis, hal ini akan mengakibatkan pertumbuhan
jamur terhambat. Senyawa terpenoid pada tumbuhan dapat menghambat pertumbuhan
jamur, spora, dan miselium. Terpenoid bekerja dengan cara mengganggu permeabilitas
5
Gambar 2.5. Hasil Pengujian Metode Disk Diffusion Obat Antijamur A) (Flukonazol,
Posakonazol, Caspofungin, dan Amfoterisin) dan B) (Caspofungin dan Posakonazol)
Dengan Ukuran Tablet Lebih Besar
(Espinel-Ingroff, 2007)
Adapun titik kritis yang perlu diperhatikan pada pengujian metode ini, yaitu
konsentrasi dari mikroorganisme patogen yang terdapat pada media agar. Oleh karena itu
sebelum dilakukan pengujian, suspensi mikroorganisme distandardisasi menggunakan
standar McFarland. Standar ini merupakan suspensi barium sulfat atau partikel lateks
yang dapat memungkinkan perbandingan visual kepadatan bakteri. Terdapat beberapa
8
standar McFarland, yaitu 0,5; 1,0; 2,0; dan 3,0. Namun, standar McFarland yang paling
sering digunakan ialah 0,5 McFarland yang setara antara 1x108 CFU/mL sampai 2x108
CFU/mL E. coli (Hudzicki, 2009). Kekeruhan berbagai jenis standar McFarland dapat
dilihat pada Gambar 2.6.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.2.2 Bahan
Bahan yang digunakan pada penelitian ini ialah aseton, etanol 70%, jamur
Malassezia furfur, jamur Pityrosporum ovale, jamur Trichophyton mentagrophytes,
kelopak bunga Rosella (Hibiscus sabdariffa), media agar Potato Dextrose Agar
(PDA), media cair Potato Dextrose Broth (PDB), dan standar 0,5 McFarland.
3.3 Prosedur Penelitian
3.3.1 Preparasi Tanaman Bunga Rosella
Kelopak bunga Rosella diperoleh dari salah satu daerah di desa Balongan,
Kuningan. Sebanyak lima kg kelopak bunga Rosella dipotong kecil-kecil dan
dipisahkan dari bijinya. Kelopak bunga Rosella selanjutnya dikeringkan di bawah
sinar matahari. Setelah itu kelopak bunga Rosella yang sudah kering digiling
hingga menjadi serbuk.
3.3.2 Ekstraksi Bunga Rosella
Serbuk kelopak bunga Rosella dimaserasi menggunakan etanol 70% sebanyak
2,5 L dan dilakukan pengocokan. Proses maserasi dilakukan selama 3x24 jam
dengan penggantian pelarut yang dilakukan setiap 1x24 jam. Filtrat yang diperoleh
dari proses maserasi dipekatkan menggunakan evaporator, sehingga diperoleh
ekstrak pekat.
3.3.3 Pengujian Aktivitas Antijamur
Pengujian aktivitas antijamur dilakukan dengan menggunakan metode Kirby-
Bauer yang telah dimodifikasi (Kusumanegara et al., 2017). Adapun tahapan yang
dilakukan sebagai berikut:
Sterilisasi Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang akan digunakan disterilisasi terlebih dahulu
menggunakan autoclave pada suhu 121°C selama 15 menit.
Penyediaan Jamur Uji
Jamur uji, yaitu Malassezia furfur, Pityrosporum ovale dan Trichophyton
mentagrophytes ditanam di atas permukaan media agar PDA menggunakan
kawat ose steril. Media selanjutnya diinkubasi pada suhu 30°C selama 18-24
jam.
Persiapan dan Standardisasi Suspensi Jamur
Jamur yang telah tumbuh di media agar PDA disuspensikan ke media cair
PDB dan diinkubasi selama 18-24 jam pada suhu 30°C. Kekeruhan suspensi
jamur distandardisasi menggunakan standar 0,5 McFarland.
Uji Antijamur
Cawan petri yang berisi media agar PDA disiapkan pada suhu kamar selama
10-15 menit. Suspensi jamur divortex agar homogen. Suspensi jamur yang telah
homogen dioleskan secara merata pada lapisan media agar PDA menggunakan
cotton swab dan didiamkan selama lima menit agar bakteri terdapat pada media.
Diteteskan sebanyak 15 µL ekstrak etanol kelopak bunga Rosella pada kertas
cakram steril dan selanjutnya kertas cakram diletakkan di permukaan media
agar PDA yang telah dioles suspensi jamur. Selanjutnya media agar PDA
diinkubasi selama 18-24 jam pada suhu 30°C dan kemudian dilakukan
pengamatan serta diukur zona inhibisi yang terbentuk. Pengukuran dilakukan
dengan cara mengukur diameter atau jari-jari zona inhibisi yang terbentuk
menggunakan jangka sorong.
10
BAB IV
BIAYA DAN JADWAL PENELITIAN
DAFTAR PUSTAKA
Arwati, T. (2020). Studi Literatur Identifikasi Dermatofita Pada Penderita Tine Pedis
[Skripsi. Politeknik Kemenkes Bandung]. http://repo.poltekkesbandung.ac.id/1293/
Borda, L. J., & Wikramanayake, T. C. (2015). Seborrheic Dermatitis and Dandruff: A
Comprehensive Review. Journal of Clinical & Investigative Dermatology, 3(2).
https://doi.org/doi.org/10.13188%2F2373-1044.1000019
Da-Costa-Rocha, I., Bonnlaender, B., Sievers, H., Pischel, I., & Heinrich, M. (2014).
Hibiscus sabdariffa L. - A phytochemical and pharmacological review. Food Chemistry,
165, 424–443. https://doi.org/10.1016/J.FOODCHEM.2014.05.002
Espinel-Ingroff, A. (2007). Standardized Disk Diffusion Method for Yeasts. Clinical
11
Ljubojević, S., Skerlev, M., Lipozenčić, J., & Basta-juzbašić, A. (2002). The Role of
Malassezia furfur in Dermatology. Clinics in Dermatology, 20(2), 179–182.
https://doi.org/10.1016/S0738-081X(01)00240-1
Midgley, G. (1989). The diversity of Pityrosporum (Malassezia) yeasts in vivo and in vitro.
Mycopathologia, 106(3), 143–153. https://doi.org/10.1007/BF00443055
Minarni, A., Widarti, & Rahman. (2020). Uji Daya Hambat Beberapa Jenis Obat Antijamur
pada Jamur yang di Isolasi dari Kuku Kaki. Jurnal Media Analis Kesehatan, 11(2), 119–
126. https://doi.org/10.32382/mak.v11i2.1784
Nawaliya, A., Sinuhaji, B., & Triana, D. (2021). Kejadian Infeksi Trichophyton
mentagrophytes Terkait Personal Hygiene Antara Nelayan Dengan Pengolah Ikan
Rumahan di Wilayah Pesisir Kota Bengkulu. Jurnal Kesehatan Kusuma Husada, 12(1),
74–81. https://doi.org/10.34035/jk.v12i1.582
Nenoff, P., Krüger, C., Ginter-Hanselmayer, G., & Tietz, H.-J. (2014). Mycology-an update.
Part 1: Dermatomycoses: Causative agents, epidemiology and pathogenesis. Journal of
The German Society of Dermatology, 12(3), 188–210. https://doi.org/10.1111/ddg.12245
Obouayeba, A. P., Diarrassouba, M., Soumahin, E. F., & Kouakou, T. H. (2015).
Phytochemical Analysis, Purification and Identification of Hibiscus Anthocyanins.
Journal of Pharmaceutical, Chemical and Biological Sciences, 3(2), 156–168.
http://www.jpcbs.info
Okereke, C. N., Iroka, F. C., & Chukwuma, M. O. (2015). Phytochemical analysis and
medicinal uses of Hibiscus sabdariffa. International Journal of Herbal Medicine, 2(6),
16–19. https://www.researchgate.net/publication/304157698
Okokon, E. O., Verbeek, J. H., Ruotsalainen, J. H., Ojo, O. A., & Bakhoya, V. N. (2015).
Topical antifungals for seborrhoeic dermatitis. Cochrane Database of Systematic
Reviews, 5. https://doi.org/10.1002/14651858.CD008138.PUB3
Pedrosa, A. F., Lisboa, C., & Rodrigues, A. G. (2018). Malassezia infections with systemic
involvement: Figures and facts. Journal of Dermatology, 45(11), 1278–1282.
https://doi.org/10.1111/1346-8138.14653
Priska, M., Peni, N., Carvallo, L., & Ngapa, Y. D. (2018). REVIEW: ANTOSIANIN DAN
PEMANFAATANNYA. Cakra Kimia (Indonesian E-Journal of Applied Chemistry),
6(2), 79–97.
Puteri, I. (2017). Prevalensi Dermatofitosis di Poliklinik Kulit Dan Kelamin RSUD Dr. H.
Chasan Boesorie Ternate Periode Januari 2015 - Desember 2016. [Skripsi]. Universitas
Hasanuddin.
Ross, I. A. (2003). Hibiscus sabdariffa. In K. Hoather-Potter (Ed.), Medicinal Plants of the
World (2 ed., Vol. 1, hal. 267–275). Humana Press. https://doi.org/10.1007/978-1-
59259-365-1
Rufaidah, A., Pribadi, E. S., & Adnyane, I. K. M. (2020). Teknik Memanen Makrokonidia
Dermatofita Microsporum gypseum dan Trichophyton mentagrophytes. Jurnal Mikologi
Indonesia, 4(2), 182–192. https://doi.org/10.46638/jmi.v4i2.87
Sari, S. A. (2010). Efek Antifungi Ekstrak Kelopak Bunga Rosella (Hibiscus sabdariffa)
Terhadap Pertumbuhan Trichophyton rubrum in vitro. [Skripsi]. Universitas Sebelas
Maret.
13
Schoch, C. L., Ciufo, S., Domrachev, M., Hotton, C. L., Kannan, S., Khovanskaya, R., Liepe,
D., Mcveigh, R., O’Neill, K., Robbertse, B., Sharma, S., Soussov, V., Sullivan, J. P.,
Sun, L., Turner, S., & Karsch-Mizrachi, I. (2020). NCBI Taxonomy: a comprehensive
update on curation, resources and tools. Database (Oxford), 2020.
https://doi.org/10.1093/database/baaa062
Segal, E., & Frenkel, M. (2015). Dermatophyte infections in environmental contexts.
Research in Microbiology, 166(7), 564–569.
https://doi.org/10.1016/j.resmic.2014.12.007
Sugiester, F., Joko, T., & Nurjazuli. (2021). Literature Review: Kualitas Sumur Gali Dan
Personal Hygien Berhubungan Dengan Gangguan Kesehatan Kulit di Indonesia. An-
Nadaa: Jurnal Kesehatan Masyarakat, 8(1), 63–72.
https://ojs.uniska-bjm.ac.id/index.php/ANN/article/view/4772/3092
LAMPIRAN
2. Peralatan Penunjang
Justifikasi Harga Satuan Harga Peralatan
Peralatan Kuantitas
Pemakaian (Rp) Penunjang (Rp)
Beaker Glass 1 L Wadah filtrat 2 111.000 222.000
Jerigen 20 L Wadah ekstraksi 1 44.000 44.000
Sub Total (Rp) 266.000
3. Perjalanan
Justifikasi Harga Satuan Harga
Perjalanan Kuantitas
Pemakaian (Rp) Perjalanan (Rp)
Perjalanan ke
Analisa 15 35.000 525.000
kampus
Sub Total (Rp) 525.000
4. Lain-Lain
Lain-Lain Justifikasi Kuantitas Harga Satuan Biaya (Rp)
14
Pemakaian (Rp)
Uji Antijamur Pengujian 3 jamur 230.000 690.000
ATK Alat tulis 1 100.000 100.000
Laporan Tugas Print, fotokopi, cetak
1 1.000.000 1.000.000
Akhir laporan
Sub Total (Rp) 1.790.000