Anda di halaman 1dari 25

KERACUNAN PESTISIDA

TUGAS PRAKTIKUM
disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Kesehatan dan Keselamatan Kerja di
Wiayah Pertanian dan Perkebunan
Dosen pengampu: Ns. Latifa Aini S., M.Kep, Sp.Kom

Oleh:
Kelompok 1
Dian Diningrum T.P NIM 112310101004
Aldila Kurnia Putri NIM 112310101006
Haidar Dwi Pratiwi NIM 112310101012
Ria Rohmawati NIM 112310101015
Devintania K.N.H NIM 112310101017
Ajeng Dwi Retnani NIM 112310101020
Dicky Andriansyah NIM 112310101027

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


UNIVERSITAS JEMBER
2014

i
PRAKATA

Puji syukur ke hadirat Allah SWT. atas segala rahmat dan karunia-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Keracunan
Pestisida”. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Kesehatan dan
Keselamatan Kerja di Wiayah Pertanian dan Perkebunan pada Program Studi Ilmu
Keperawatan Universitas Jember.
Kami mengucapkan terima kasih kepada dosen pengampu mata kuliah
Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Wiayah Pertanian dan Perkebunan Ns. Latifa
Aini S., M.Kep, Sp.Kom yang telah membimbing kami sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan baik. Terima kasih pula kepada teman-teman
yang secara ikhlas mengerjakan tugas ini dengan semangat dan kerja sama yang
baik.
Kami menyadari bahwa makalah ini belum sempurna, maka kami menerima
kritik dan saran yang membangun dari semua pihak demi kesempurnaan makalah
ini.

Jember, November 2014

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL..................................................................................... i
PRAKATA.................................................................................................... ii
DAFTAR ISI................................................................................................. iii
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang............................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah....................................................................... 2
1.3 Tujuan........................................................................................... 2
1.4 Manfaat.......................................................................................... 2
BAB 2. TINJAUAN TEORI
2.1 Pengertian...................................................................................... 3
2.2 Keracunan Pestisida..................................................................... 4
2.3 Cara Masuk Pestisida Ke Tubuh................................................. 5
2.3.1 Kontaminasi Melalui Kulit (Dermal Contamination)......... 5
2.3.2 Terhisap Masuk Ke Dalam Saluran Pernapasan (Inhalation) 6
2.3.3 Masuk Ke Dalam Saluran Pencernaan Makanan Melalui
Mulut (Oral)......................................................................... 7
2.4 Gejala Keracunan Pestisida......................................................... 8
2.5 Mekanisme Kerja.......................................................................... 8
2.6 Pertolongan Pertama.................................................................... 9
2.7 Pencegahan Keracunan Pestisida................................................ 10
2.7.1 Pencegahan Tingkat Pertama (Primary Prevention)............ 11
2.7.2 Pencegahan Tingkat Kedua (Secondary Prevention)........... 15
2.7.3 Pencegahan Tingkat Ketiga (Tersier Prevention)................ 16
BAB 3. PENUTUP
3.1 Kesimpulan.................................................................................... 17
iii
3.2 Saran.............................................................................................. 17
3.2.1 Kepada Masyarakat............................................................... 17
3.2.2 Kepada Mahasiswa Keperawatan......................................... 18
3.2.3 Kepada Perawat.................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA

iv
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pestisida yang merupakan salah satu hasil teknologi modern telah terbukti
mempunyai peranan yang penting dalam peningkatan produksi pertanian.
Kenyataannya membuktikan bahwa di beberapa negara yang sedang berkembang,
produksi pertanian meningkat tinggi setelah aplikasi pestisida. Penggunaan bahan-
bahan beracun itu pada awalnya dianggap sebagai cara yang ampuh untuk
mematikan unsur-unsur pengganggu tanaman pertanian, kemudian penyebaran
racun ke tanaman pangan justru menimbulkan masalah baru yang lebih berat.
Resiko bagi keselamatan pengguna adalah kontak langsung terhadap
pestisida, yang dapat mengakibatkan keracunan, baik akut maupun kronis.
Keracunan akut dapat menimbulkan gejala sakit kepala, mual, muntah dan
sebagainya, bahkan beberapa pestisida dapat menimbulkan iritasi kulit dan
kebutaan. Keracunan kronis tidak selalu mudah diprediksi dan dideteksi karena
efeknya tidak segera dirasakan, walaupun akhirnya juga menimbulkan gangguan
kesehatan.
Selama ini, penggunaan pestisida oleh petani bukan atas dasar keperluan
pengendalian secara indikatif, namun dilaksanakan secara “Cover Blanket System”
artinya ada atau tidak ada hama tanaman, racun berbahaya ini terus disemprotkan
ke tanaman, teknik penyemprotan yang kadang melawan arah angin menyebabkan
petani memiliki kedudukan ganda yang di kenal sebagai pelaku dan penderita
keracunan pestisida. Sebagai pelaku karena sistem penggunaan yang tidak tepat
sasaran, sehingga dapat menimbulkan bahaya terhadap orang lain. Sebagai
penderita, petani akan mengalami ancaman keracunan akibat pekerjaannya.
Menurut Laode (2001), keracunan pestisida tersebut disebabkan juga bahwa
petani tidak melindungi dirinya dengan masker maupun kaos tangan saat
mencampur dan menyemprotkan cairan pestisidanya. Akibatnya, udara yang
1
dihirup bersamaan saat menyemprot itu masuk ke dalam jaringan tubuh, terlebih
saat bersamaan petani menghisap rokok.
Berdasarkan latar belakang di atas maka kelompok ingin membahas tentang
tinjauan konsep tentang keracunan pestisida beserta penatalaksanaan yang dapat
dilakukan sebagai upaya penanganan keracunan pestisida khususnya pada wilayah
pertanian dan perkebunan.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat ditarik rumusan masalah
yaitu bagaimana konsep teori terkait keracunan pestisida dan apa saja penanganan
pertama yang dapat dilakukan untuk menangani hal tersebut?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut.
1. Mendeskripsikan tinjauan konsep terkait keracunan pestisida;
2. Mendeskripsikan pertolongan pertama pada keracunan pestisida;
3. Mendemonstrasikan pertolongan pertama pada keracunan pestisida.

1.4 Manfaat
Adapun manfaat dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut.
1. Menambah perbendaharaan karya tulis ilmiah Universitas Jember.
2. Menambah pengetahuan penulis dan pembaca makalah.
3. Melatih penulis dalam penulisan karya tulis ilmiah.

2
BAB 2. TINJAUAN TEORI

2.1 Pengertian
Pestisida (Inggris: pesticide) berasal dari kata pest yang berarti hama dan
cide yang berarti mematikan/racun. Jadi pestisida adalah racun hama. Secara
umum pestisida dapat didefenisikan sebagai bahan yang digunakan untuk
mengendalikan populasi jasad yang dianggap sebagai pest (hama) yang secara
langsung maupun tidak langsung merugikan kepentingan manusia.
Menurut Peraturan Pemerintah No. 7 tahun 1973 tentang pengawasan atas
peredaran, penyimpanan dan penggunaan pestisida, pestisida adalah semua zat
kimia dan bahan lain serta jasad renik dan virus yang dipergunakan untuk :
a. Memberantas atau mencegah hama-hama dan penyakit-penyakit yang
merusak tanaman, bagian-bagian tanaman atau hasil-hasil pertanian
b. Memberantas rerumputan
c. Mematikan daun dan mencegah pertumbuhan yang tidak diinginkan
d. Mengatur atau merangsang pertumbuhan tanaman atau bagian-bagian
tanaman tidak termasuk pupuk
e. Memberantas atau mencegah hama-hama luar pada hewan-hewan piaraan
atau ternak
f. Memberantas atau mencegah hama-hama air
g. Memberantas atau mencegah binatang-binatang dan jasad-jasad renik
dalam rumah tangga, bangunan dan dalam alat-alat pengangkutan.
h. Memberantas atau mencegah binatang-binatang yang dapat menyebabkan
penyakit pada manusia atau binatang yang perlu dilindungi dengan
penggunaan pada tanaman, tanah atau air.

3
Menurut The United States Environmental Pesticide Control Act, pestisida
adalah sebagai berikut.
1. Semua zat atau campuran zat yang khusus digunakan untuk
mengendalikan, mencegah, atau menangkis gangguan serangga, binatang
pengerat, nematoda, gulma, virus, bakteri, jasad renik yang dianggap
hama, kecuali virus, bakteri atau jasad renik lainnya yang terdapat pada
manusia dan binatang.
2. Semua zat atau campuran zat yang digunakan untuk mengatur
pertumbuhan tanaman atau pengering tanaman (Djojosumarto, 2004).

2.2 Keracunan Pestisida


Keracunan pestisida adalah masuknya bahan-bahan kimia ke dalam tubuh
manusia melalui kontak langsung, inhalasi, ingesti, dan absorpsi sehingga
menimbulkan dampak negatif bagi tubuh. Penggunaan pestisida dapat
mengkontaminasi pengguna secara langsung sehingga mengakibatkan keracunan.
Dalam hal ini keracunan dikelompokkan menjadi 3 kelompok yaitu:
a. Keracunan akut ringan, menimbulkan pusing, sakit kepala, iritasi kulit
ringan, badan terasa sakit dan diare.
b. Keracunan akut berat, menimbulkan gejala mual, menggigil, kejang perut,
sulit bernafas, keluar air liur, pupil mata mengecil dan denyut nadi
meningkat, pingsan.
c. Keracunan kronis, lebih sulit dideteksi karena tidak segera terasa dan
menimbulkan gangguan kesehatan. Beberapa gangguan kesehatan yang
sering dihubungkan dengan penggunaan pestisida diantaranya: iritasi mata
dan kulit, kanker, keguguran, cacat pada bayi, serta gangguan saraf, hati,
ginjal dan pernafasan.
Ada 4 macam pekerjaan yang dapat menimbulkan kontaminasi dalam
penggunaan pestisida yakni:
a. Membawa, menyimpan dan memindahkan konsentrat pestisida (produk
pestisida yang belum diencerkan).
b. Mencampur pestisida sebelum diaplikasikan atau disemprotkan.
4
c. Mengaplikasikan atau menyemprotkan pestisida.
d. Mencuci alat-alat aplikasi sesudah aplikasi selesai.
Diantara keempat pekerjaan tersebut di atas yang paling sering
menimbulkan kontaminasi adalah pekerjaan mengaplikasikan, terutama
menyemprotkan pestisida. Namun yang paling berbahaya adalah pekerjaan
mencampur pestisida. Saat mencampur, kita bekerja dengan konsentrat (pestisida
dengan kadar tinggi), sedang saat menyemprot kita bekerja dengan pestisida yang
sudah diencerkan.

2.3 Cara Masuk Pestisida Ke Tubuh


Pestisida dapat masuk kedalam tubuh manusia melalui berbagai cara yakni:
kontaminasi memalui kulit (dermal contamination), terhisap masuk kedalam
saluran pernafasan (inhalation) dan masuk melalui saluran pencernaan makanan
lewat mulut (oral).

2.3.1 Kontaminasi Melalui Kulit (Dermal Contamination)


Pestisida yang menempel di permukaan kulit bias meresap masuk ke dalam
tubuh dan menimbulkan keracunan. Kejadian kontaminasi lewat kulit merupakan
kontaminasi yang paling sering terjadi, meskipun tidak seluruhnya berakhir
dengan keracunan akut. Lebih dari 90% kasus keracunan diseluruh dunia
disebabkan oleh kontaminasi lewat kulit. Risiko bahaya karena kontaminasi lewat
kulit dipengaruhi oleh faktor sebagai berikut:
a. Toksitas dermal (dermal LD 50) pestisida yang bersangkutan maka makin
rendah angka LD 50 makin berbahaya.
b. Konsentrasi pestisida yang menempel pada kulit, yaitu semakin pekat
pestisida maka semakin besar bahayanya.
c. Formulasi pestisida misalnya formulasi EC dan ULV atau formulasi cair
lebih mudah diserap kulit dari pada formulasi butiran.
d. Jenis atau bagian kulit yang terpapar yaitu mata misalnya mudah sekali
meresapkan pestisida. Kulit punggung tangan lebih mudah meresapkan
pestisida dari pada kulit telapak tangan.

5
e. Luas kulit yang terpapar pestisida yaitu makin luas kulit yang terpapar
makin besar risikonya.
f. Kondisi fisik yang bersangkutan. Semakin lemah kondisi fisik seseorang,
maka semakin tinggi risiko keracunannya.

Dalam penggunaanya atau aplikasi pestisida, pekerjaan-pekerjaan yang


menimbulkan risiko kontaminasi lewat kulit adalah sebagai berikut.
a. Penyemprotan dan aplikasi lainnya, termasuk pemaparan langsung oleh
droplet atau drift pestisidanya dan menyeka wajah dengan tangan, lengan
baju atau sarung tangan yang terkontaminasi pestisida.
b. Pencampuran pestisida.
c. Mencuci alat-alat pestisida.

2.3.2 Terhisap Masuk Ke Dalam Saluran Pernapasan (Inhalation)


Keracunan pestisida karena partikel pestisida terhisap lewat hidung
merupakan yang terbanyak kedua sesudah kontaminasi kulit. Gas dan partikel
semprotan yang sangat halus (misalnya, kabut asap dari fogging) dapat masuk
kedalam paru-paru, sedangkan partikel yang lebih besar akan menempel di selaput
lendir hidung atau di kerongkongan. Bahaya penghirupan pestisida lewat saluran
pernapasan juga dipengaruhi oleh LD 50 pestisida yang terhirup dan ukuran
partikel dan bentuk fisik pestisida.
Pestisida berbentuk gas yang masuk ke dalam paru-paru dan sangat
berbahaya. Partikel atau droplet yang berukuran kurang dari 10 mikron dapat
mencapai paru-paru, namun droplet yang berukuran lebih dari 50 mikron mungkin
tidak mencapai paru-paru, tetapi dapat menimbulkan gangguan pada selaput lendir
hidung dan kerongkongan. Gas beracun yang terhisap ditentukan oleh:
a. Konsentrasi gas di dalam ruangan atau di udara
b. Lamanya paparan
c. Kondisi fisik seseorang (pengguna)

6
Pekerjaan-pekerjaan yang menyebabkan terjadinya kontaminasi lewat
saluran pernafasan adalah sebagai berikut.
a. Bekerja dengan pestisida (menimbang, mencampur dan sebagainya) di
ruangan tertutup atau yang ventilasinya buruk.
b. Aplikasi pestisida berbentuk gas atau yang akan membentuk gas (misalnya
fumigasi), aerosol serta fogging, terutama aplikasi di dalam ruangan;
aplikasi pestisida berbentuk tepung (misalnya tepung hembus) mempunyai
risiko tinggi.
c. Mencampur pestisida berbentuk tepung (debu terhisap pernafasan)

2.3.3 Masuk Ke Dalam Saluran Pencernaan Makanan Melalui Mulut (Oral)


Peristiwa keracunan lewat mulut sebenarnya tidak sering terjadi
dibandingkan dengan kontaminasi kulit. Karacunan lewat mulut dapat terjadi
karena beberapa hal sebagai berikut:
a. Kasus bunuh diri.
b. Makan, minum, dan merokok ketika bekerja dengan pestisida.
c. Menyeka keringat di wajah dengan tangan, lengan baju, atau sarung tangan
yang terkontaminasi pestisida.
d. Drift (butiran halus) pestisida terbawa angin masuk ke mulut.
e. Meniup kepala penyembur (nozzle) yang tersumbat dengan mulut,
pembersihan nozzle dilakukan dengan bantuan pipa kecil.
f. Makanan dan minuman terkontaminasi pestisida, misalnya diangkut atau
disimpan dekat pestisida yang bocor atau disimpan dalam bekas wadah atau
kemasan pestisida.
g. Kecelakaan khusus, misalnya pestisida disimpan dalam bekas wadah
makanan atau disimpan tanpa label sehingga salah ambil.

7
2.4 Gejala Keracunan Pestisida

Gejala keracunan khususnya pestisida dari golongan organofosfat dan


karbamat tidak spesifik bahkan cenderung menyerupai gejala penyakit biasa
seperti: pusing, mual, dan lemah. Gejala klinik baru akan timbul bila aktivitas
kolinesterase 50% dari normal atau lebih rendah. Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada tabel gejala klinis tingkat keracunan pestisida dibawah ini.

Tabel 2.1 Gejala Klinis untuk Setiap Tingkatan Keracunan Dan Prognosisnya

Aktivitas
Tingkatan
Kolinesterase Gejala Klinis Prognosis
Keracunan
(%)
Lemah, sakit kepala, pening, mau
muntah, berliur banyak, mata Sadar dalam
50-75 Ringan
berair, miosis, detak jantung waktu 1-3 hari
cepat.
Lelah mendadak, penglihatan,
berliur banyak , berkeringat,
Sadar dalam
muntah diare, sukar bernafas,
25-50 Sedang waktu 1-2
hipertonia, tremor pada tangan
Minggu
dan kepala, miosis, nyeri dada,
sianosis pada membran mucosa
Tremor mendadak, kejang- Kematian
kejang, otot tidak dapat karena gagal
0-25 Berat
digerakkan, intensif sianosis, pernafasan dan
pembengkakan paru, koma. gagal jantung

2.5 Mekanisme Kerja


Pestisida meracuni tubuh manusia dengan mekanisme kerja sebagai berikut:
1. Mempengaruhi kerja enzim/hormon.

8
Enzim dan hormon terdiri dari protein komplek yang dalam kerjanya perlu
adanya aktivator atau kofaktor yang biasanya berupa vitamin. Bahan racun
yang masuk kedalam tubuh dapat menonaktifkan aktivator sehingga enzim
atau hormon tidak dapat bekerja atau langsung non aktif. Pestisida masuk
dan berinteraksi dengan sel sehingga akan menghambat atau mempengaruhi
kerja sel, contohnya gas CO menghambat haemoglobin dalam mengikat atau
membawa oksigen
2. Merusak jaringan sehingga timbul histamin dan serotin. Hal tersebut akan
menimbulkan reaksi alergi, juga kadang-kadang akan terjadi senyawa baru
yang lebih beracun.
3. Fungsi detoksikasi hati (hepar).
Pestisida yang masuk ketubuh akan mengalami proses detoksikasi
(dinetralisasi) di dalam hati oleh fungsi hati (hepar). Senyawa racun ini akan
diubah menjadi senyawa lain yang sifatnya tidak lagi beracun terhadap
tubuh.

2.6 Pertolongan Pertama


Pertolongan pertama korban keracunan akut pestisida di lapangan menurut
Djojosumarto (2008) adalah sebagai berikut.
1. Sikap dalam menghadapi keracunan akut pestisida.
Segera lakukan pertolongan pertama dan jangan menunggu datangnya ahli
untuk menolong.
a. Bekerja dengan tenang sesuai dengan metode.
b. Hindari kontaminasi diri selama melakukan pengobatan.
c. Tentukan tindakan apa yang harus lebih dahulu dilaksanakan seperti
mengatasi pernafasan dan menghentikan kontak lebih lanjut.
2. Tindakan dekontaminasi
a. Akhiri paparan
Pindahkan penderita, jauhkan dari kontaminasi selanjutnya.
Hindarkan kontak kulit dan/atau inhalasi dari uap atau debu pestisida.

9
b. Tanggalkan pakaian yang terkontaminasi seluruhnya dengan cepat,
termasuk sepatu. Kumpulkan pakaian dalam tempat yang terpisah
untuk di cuci sebelum digunakan lagi.
c. Bersihkan pestisida dari kulit, rambut, dan mata dengan
menggunakan air yang banyak.
3. Tindakan dalam pertolongan pertama
a. Umum
Penderita perlu dirawat dengan tenang karena penderita dapat
kembali mengalami agitasi. Tempatkan penderita dalam posisi sebaik
mungkin yang akan membantu mencegah penderita dari bahaya
komplikasi.
b. Posisi
Tempatkan penderita dalam posisi miring kesamping dengan kepala
lebih rendah dari tubuh dan kepala menoleh kesamping. Bila pasien
tidak sadar jaga agar saluran nafas tetap terbuka dengan menarik
dagu ke depan dan kepala ke belakang.
c. Suhu tubuh
Perawatan harus lebih berhati-hati dengan mengontrol suhu pada
penderita yang tidak sadar. Bila suhu tubuh penderita tinggi sekali
dan keringat berlebihan, dinginkan dengan menggunakan spon air
dingin. Bila penderita merasa kedinginan, dapat ditutupi dengan
selimut untuk mempertahankan suhu normal.
d. Pestisida yang tertelan
1) Induksi muntah umumnya tidak dianjurkan sebagai pertolongan
pertama.
2) Baca label produk untuk indikasi apakah induksi muntah boleh
atau tidak dilakukan atau bila produk sangat toksik, seperti
tanda tengkorak dengan tulang bersilang atau tanda "tangan
merah".
3) Induksi muntah hanya dilakukan pada penderita yang sadar.

10
e. Pernafasan
Bila terjadi henti nafas (muka atau lidah pasien dapat diputar) dan
kemudian dagu ditarik ke depan untuk mencegah lidah terdorong
kebelakang yang akan menutup jalan nafas.
f. Kejang-kejang
Tempatkan pengganjal padat diantara gigi-gigi dan cegah agar
penderita jangan sampai terluka.
g. Hal yang perlu di perhatikan yaitu jangan biarkan penderita merokok
atau minum alkohol.

2.7 Pencegahan Keracunan Pestisida


2.7.1 Pencegahan Tingkat Pertama (Primary Prevention)
Setiap orang yang dalam pekerjaannya sering berhubungan dengan pestisida
seperti petani penyemprot, harus mengenali dengan baik gejala dan tanda
keracunan pestisida. Tindakan pencegahan lebih penting daripada pengobatan.
Sebagai upaya pencegahan terjadinya keracunan pestisida sampai ke tingkat yang
membahayakan kesehatan, orang yang berhubungan dengan pestisida harus dapat
memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a. Memilih Pestisida
Memilih bentuk atau formulasi pestisida juga sangat penting dalam
penggunaan pestisida. Formulasi pestisida yang bagainana yang harus kita
pilih, apakah cairan, butiran, atau bentuk lainnya. Kalau dilihat dari bahaya
pelayangan di udara, pestisida berbentuk butiran paling sedikit
kemungkinannya untuk melayang. Pestisida yang berbentuk cairan, bahaya
pelayangannya lebih kecil jika dibandingkan dengan pestisida berbentuk
tepung. Disamping itu pertimbangan lain dalam memilih formulasi pestisida
adalah alat yang akan digunakan untuk menyebarkan pestisida tersebut. Bila
kita memiliki alat penyemprot tentunya kita lebih tepat menggunakan pestisida
berbentuk cairan Emulsible Concentrate (EC), Wettable Powder (WP), atau
Soluble Powder (SP). Apabila tidak ada alat sama sekali, kita pilih pestisida
yang berbentuk butiran.
11
b. Alat Yang Digunakan dalam Aplikasi Pestisida
Menurut Wudianto (2007) alat yang digunakan dalam aplikasi pestisida
tergantung formulasi yang digunakan. Pestisida yang berbentuk butiran
(granula) untuk menyebarkan tidak membutuhkan alat khusus, cukup dengan
ember atau alat lainnya yang bisa digunakan untuk menampung pestisida
tersebut dan sarung tangan agar tangan tidak berhubungan langsung dengan
pestisida. Pestisida berwujud cairan Emulsible Concentrate (EC) atau bentuk
tepung yang dilarutkan Wettable Powder (WP) atau Soluble Powder (SP)
memerlukan alat penyemprot untuk menyebarkan. Sedangkan pestisida yang
berbentuk tepung hembus bisa digunakan alat penghembus. Pestisida
berbentuk fumigant dapat diaplikasikan dengan alat penyuntik pohon kelapa
untuk jenis insektisida yang digunakan memberantas penggerek batang. Alat
penyemprot yang biasa digunakan yaitu penyemprot gendong, pengabut
bermotor tipe gendong (Power Mist Blower and Duster), mesin penyemprot
tekanan tinggi (High Pressure Power Sprayer), dan jenis penyemprot lainnya.
Penggunaan alat penyemprot ini disesuaikan dengan kebutuhan terutama yang
berkaitan dengan luas areal pertanian sehingga pemakaian pestisida menjadi
efektif.
c. Teknik dan Cara Aplikasi
Teknik dan cara aplikasi ini sangat penting diketahui oleh pengguna pestisida,
terutama untuk menghindarkan bahaya pemaparan pestisida terhadap tubunya,
orang lain dan lingkungannya. Ada beberapa petunjuk dan teknik serta cara
aplikasi pestisida yang diberikan oleh pemerintah yaitu:
1. Gunakanlah pestisida yang telah terdaftar dan memperoleh izin dari
menteri Pertanian R.I Jangan sekali-sekali menggunakan pestisida yang
belum terdaftar dan memperoleh izin.
2. Pilihlah pestisida yang sesuai dengan hama atau penyakit tanaman serta
jasad sasaran lainnya yang akan dikendalikan, dengan cara lebih dahulu
membaca keterangan kegunaan pestisida dalam label pada wadah
pestisida.

12
3. Belilah pestisida dalam wadah asli yang tertutup rapat dan tidak bocor juga
tidak rusak, dengan label asli yang berisi keterangan lengkap dan jelas,
jangan membeli dan menggunakan pestisida dengan label dalam bahasa
asing.
4. Bacalah semua petunjuk yang tercantum pada label pestisida sebelum
bekerja dengan pestisida itu.
5. Lakukanlah penakaran, pengenceran atau pencampuran pestisida di tempat
terbuka atau dalam ruangan dalam ventilasi baik.
6. Pakailah sarung tangan dan gunakanlah wadah, alat pengaduk dan alat
penakar khusus untuk pestisida.
7. Gunakanlah pestisida sesuai dengan takaran yang dianjurkan. Jangan
menggunakan pestisida dengan takaran yang berlebihan atau kurang
karena dapat mengurangi keefektifannya.
8. Periksalah alat penyemprot dan usahakanlah supaya dalam keadaan baik,
bersih dan tidak bocor.
9. Hindarkanlah pestisida terhirup melalui pernafasan atau terkena kulit,
mata, mulut dan pakaian.
10. Apabila ada luka pada kulit, tutuplah luka tersebut dengan baik sebelum
bekerja dengan perban. Pestisida lebih mudah terserap melalui kulit yang
terluka.
11. Pilihlah pestisida yang sesuai dengan hama atau penyakit tanaman serta
jasad sasaran lainnya yang akan dikendalikan, dengan cara lebih dahulu
membaca keterangan kegunaan pestisida dalam label pada wadah
pestisida.
12. Belilah pestisida dalam wadah asli yang tertutup rapat dan tidak bocor juga
tidak rusak, dengan label asli yang berisi keterangan lengkap dan jelas,
jangan membeli dan menggunakan pestisida dengan label dalam bahasa
asing.
13. Bacalah semua petunjuk yang tercantum pada label pestisida sebelum
bekerja dengan pestisida itu.

13
14. Lakukanlah penakaran, pengenceran atau pencampuran pestisida di tempat
terbuka atau dalam ruangan dalam ventilasi baik.
15. Pakailah sarung tangan dan gunakanlah wadah, alat pengaduk dan alat
penakar khusus untuk pestisida.
16. Gunakanlah pestisida sesuai dengan takaran yang dianjurkan. Jangan
menggunakan pestisida dengan takaran yang berlebihan atau kurang
karena dapat mengurangi keefektifannya.
17. Periksalah alat penyemprot dan usahakanlah supaya dalam keadaan baik,
bersih dan tidak bocor.
18. Hindarkanlah pestisida terhirup melalui pernafasan atau terkena kulit,
mata, mulut dan pakaian.
19. Apabila ada luka pada kulit, tutuplah luka tersebut dengan baik sebelum
bekerja dengan perban. Pestisida lebih mudah terserap melalui kulit yang
terluka.
20. Selama menyemprot pakailah alat pengaman, berupa masker penutup
hidung dan mulut, sarung tangan, sepatu boot, dan jaket atau baju
berlengan panjang.
21. Jangan menyemprot melawanan dengan arah angin.
22. Waktu yang baik untuk penyemprotan adalah pada waktu terjadi aliran
udara naik (thermik) yaitu antara pukul 08.00-11 WIB atau sore hari pukul
15-18.00 WIB. Penyemprotan terlalu pagi atau terlalu sore mengakibatkan
pestisida yang menempel pada bagian tanaman akan terlalu lama
mengering mengakibatkan tanaman yang disemprot keracunan.
23. Peyemprot segera mandi dengan bersih menggunakan sabun dan pakaian
yang digunakan segera dicuci.
24. Jangan makan dan minum atau merokok pada saat melakukan
penyemprotan.
25. Alat penyemprot segera dibersihkan setelah selesai digunakan. Air bekas
cucian sebaiknya dibuang ke lokasi yang jauh dari sumber air dan sungai.

14
d. Tempat menyimpan Pestisida
Tempat menyimpan pestisida biasa berupa almari atau peti khusus atau biasa
juga ruangan khusus yang tidak mudah dijangkau anak-anak atau hewan
piaraan. Bila perlu tempat penyimpanan ini dikunci kemudian letakkan tempat
penyimpanan ini jauh dari tempat bahan makanan, minuman, dan sumber api.
Peletakan pestisida tidak dianjurkan di gudang bahan makanan.
Usahakan tempat pestisida mempunyai ventilasi yang cukup, tidak terkena
matahari langsung, dan tidak terkena air hujan agar pestisida tidak rusak.
e. Mengelola wadah Pestisida
Pestisida harus tetap tersimpan dalam wadah atau bungkus aslinya yang
memuat label atau keterangan mengenai penggunaannya. Dengan demikian
bila ata keracunan akan digunakan lagi petujukya masih jelas. Wadah tidak
bocor dan tertutup rapat. Bila terkena uap air atau zat asam, pestisida bias rusak
dan tidak efektif lagi. Pindahkan isi bila wadah bocor ke tempat yang merek
dagangnya sama dengan petunjuk yang masih jelas. Bila tidak ada, pindahkan
ke tempat lain yang tertutup rapat dengan menuliskan keterangan mengenai
merek dagangnya, bahan aktifnya, kegunaannya, dan cara penggunaanya.
Wadah pestisida yang sudah tidak berguna dirusak agar tidak dimanfaatkan
untuk keperluan lain atau dengan cara mengubur wadah tersebut jauh dari
sumber air.

2.7.2 Pencegahan Tingkat Kedua (Secondary Prevention)


Dalam penanggulangan keracunan pestisida penting dilakukan untuk kasus
keracunan akut dengan tujuan menyelamatkan penderita dari kematian yang
disebabkan oleh keracunan akut. Adapun penanggulangan keracunan pestisida
adalah sebagai berikut:
a. Organofosfat, bila penderita tak bernafas segara beri nafas buatan , bila racun
terlelan lakukan pencucian lambung dengan air, bila kontaminasi dari kulit,
cuci dengan sabun dan air selama 15 menit. Bila ada berikan antidot:
pralidoxime(Contrathion). Pengobatan keracunan organofosfat harus cepat
dilakukan. Bila dilakukan terlambat dalam beberapa menit akan dapat
15
menyebabkan kematian. Diagnosis keracunan dilakukan berdasarkan terjadinya
gejala penyakit dan sejarah kejadiannya yang saling berhubungan. Pada
keracunan yang berat, pseudokholinesterase dan aktifits erytrocyt
kholinesterase harus diukur dan bila kandungannya jauh dibawah normal,
keracunan mesti terjadi dan gejala segera timbul. Beri atropine 2mg iv/sc tiap
sepuluh menit sampai terlihat atropinisasi yaitu: muka kemerahan, pupil
dilatasi, denyut nadi meningkat sampai 140 x/menit. Ulangi pemberian atropin
bila gejala-gejala keracunan timbul kembali. Awasi penderita selama 48 jam
dimana diharapkan sudah ada recovery yang komplit dan gejala tidak timbul
kembali. Kejang dapat diatasi dengan pemberian diazepam 5 mg iv, jangan
diberikan barbiturat atau sedativ yang lain.
b. Carbamat, penderita yang gelisah harus ditenangkan, recoverery akan terjadi
dengan cepat. Bila keracunan hebat, beri atropin 2 mg oral/sc dosis tunggal dan
tak perlu diberikan obat-obat lain.

2.7.3 Pencegahan Tingkat Ketiga (Tersier Prevention)


Upaya yang dilakukan pada pencegahan keracunan pestisida adalah:
1. Hentikan paparan dengan memindahkan korban dari sumber paparan, lepaskan
pakaian korban dan cuci/mandikan korban.
2. Jika terjadi kesulitan pernafasan maka korban diberi pernafasan buatan. Korban
diinstruksikan agar tetap tenang. Dampak serius tidak terjadi segera, ada waktu
untuk menolong korban.
3. Korban segera dibawa ke rumah sakit atau dokter terdekat. Berikan informasi
tentang pestisida yang memepari korban dengan membawa label kemasan
pestisida.
4. Keluarga seharusnya diberi pengetahuan/penyuluhan tentang tentang pestisida
sehingga jika terjadi keracunan maka keluarga dapat memberikan pertolongan
pertama.

16
BAB 3. PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pestisida merupakan suatu bahan kimia yang berfungsi untuk memusnahkan
hewan maupun tumbuhan liar (hama) yang dianggap mengganggu tanaman utama
yang dikembangbiakkan oleh petani. Konsumen yang utama dalam penggunaan
pestisida adalah petani untuk memelihara tanaman pertanian. Kandungan bahan
kimia yang terdapat di dalam pestisida bermacam-macam jumlahnya. Hampir
keseluruhan kandungan pestisida merupakan zat kimia berbahaya jika masuk ke
dalam tubuh manusia dalam jumlah yang banyak. Keracunan pestisida merupakan
masuknya zat kimia yang terkandung dalam pestisida melebihi ambang batas yang
dapat ditoleransi tubuh. Masuknya zat kimia di dalam pestisida ke dalam tubuh
dapat melalui beberapa cara yaitu melalui mulut (oral) bersama dengan makanan,
pernapasan (inhalasi) serta kontaminasi langsung melalui kulit. Jika zat kimia
yang masuk ke dalam tubuh berada pada jumlah yang banyak, hal tersebut dapat
mengakibatkan timbulnya gejala keracunan seperti mual, muntah, pusing, diare,
kejang bahkan hilang kesadaran hingga koma. Pertolongan pertama yang dapat
dilakukan pada pasien dengan keracunan pestisida yaitu dekontaminasi zat kimia
yang terpapar pada pasien. Untuk menghindari terjadinya keracunan pestisida,
diperlukan suatu tindakan pencegahan dalam penggunaan dan pengelolaan
pestisida baik berupa pencegahan primer, sekunder, maupun tersier.

3.2 Saran
3.2.1 Kepada Masyarakat
Masyarakat diharapkan untuk senantiasa melakukan prosedur yang benar
pada saat menyimpan dan memakai pestida dengan memperhatikan aspek-aspek
kesehatan dan keselamatan saat bekerja agar tidak terjadi keracunan pestisida.

3.2.2 Kepada Mahasiswa Keperawatan

17
Mahasiswa diharapkan dapat memberikan informasi kepada masyarakat
tentang tata cara pemakaian dan penyimpanan pestisida yang benar, pencegahan
agar tidak terjadi keracunan, beserta pertolongan pertama kepada keracunan
pestisida.

3.2.3 Kepada Perawat


Perawat khususnya perawat komunitas serta perawat bidang kesehatan dan
keselamatan kerja diharapkan untuk senantiasa memberikan informasi terkait
keracunan pestisida kepada masyarakat khususnya petani dan buruh serta rutin
terjun ke lapangan untuk melakukan observasi agar dapat mengetahui apakah
petani telah melakukan prosedur pencegahan terjadinya keracunan pestisida.

18
Lampiran Soal
1. Pak Bruno memiliki lahan seluas 1 hektar, untuk meningkatkan hasil
bertaninya Pak Bruno menyemprotkan pestisida ke tanaman di ladangnya.
Berdasarkan kasus tersebut, apa tujuan dilakukan dilakukan penyemprotan
pestisida?
a. Memberantas atau mencegah hama-hama dan penyakit-penyakit
yang merusak tanaman.
b. Merangsang pertumbuhan rumput liar
c. Meningkatkan serangan hama
d. Merangsang pertumbuhan tanaman gulma
e. Merangsang pertumbuhan ulat

2. Tuan Musa melakukan penyemprotan pestisida di ladang taninya, selama ini


Tuan Musa merasa nyaman dengan pekerjaannya, namun karena tetangga
sebelah rumahnya mengalami keracunan pestisida saat bertani maka Tuan
Musa mengalami ketakutan akan terjadinya keracunan sehingga tindakan
Tuan Musa lebih berhati-hati saat melakukan penyemprotan pestisida.
Berdasarkan kasus tersebut, hal apa yang sebaiknya dilakukan Tuan Musa
supaya aman dalam penyemprotan pestisida
a. Memakai APD lengkap yang terdiri dari topi, baju, sepatu boot,
sarung tangan, kaca mata, dan masker.
b. Menyemprot pestida berlawanan dengan arah angin
c. Tidak perlu menggunakan APD karena selama ini sudah dirasa aman
d. Hanya memakai topi saja karena untuk menghindari panasnya terik
matahari, dan merasa bahwa pestisida itu tidak bahaya
e. Menghentikan pekerjaannya sebagai petani

3. Pak Bernat melakukan penyemprotan pestisida ke tanaman di ladangnya, dan


tanpa disadari ternyata penyemprotan yang dilakukannya berlawanan dengan
arah angin, sehingga Pak Bernat mengalami keracunan. Berdasarkan kasus
tersebut, apa bahaya pestisida bila terhirup?
19
a. Tidak mempengaruhi organ tubuh
b. Merusak jaringan tubuh
c. Menguatkan sel tubuh
d. Tidak memiliki dampak yang signifikan bila terhirup
e. Pestisida tidak berbahaya apabila terhirup

4. Pak Patric ingin melakukan penyemprotan di ladang taninya. Hal apa yang
harus dilakukan Pak Patric sebelum melakukan penyampuran pestisida
sebelum melakukan penyemprotan, supaya aman saat penyampuran pestisida?
a. Bacalah semua petunjuk yang tercantum pada label pestisida sebelum
bekerja dengan pestisida itu.
b. Tak perlu membaca label pestisida
c. Langsung mencampur pestisida dengan air seperti biasanya
d. Tak perlu ragu saat melakukan penyampuran pestisida, meskipun tanpa
memakai pelindung
e. Semua jawaban salah

5. Pak Jatru mengalami masalah tubuh dengan tanda dan gejala lemah, sakit
kepala, pening, mau muntah, berliur banyak, mata berair, miosis, detak
jantung cepat, dengan kondisi yang demikian Pak Jatru kemudian pingsan dan
baru sadar setelah 1 hari. Berdasarkan kasus tersebut Pak Jatru diduga
mengalami keracunan pestida. Dari tanda gejala yang timbul, kira-kira Pak
Jatru mengalami keracunan pada grate...
a. Ringan
b. Sedang
c. Berat
d. Sangat berat
e. Semua jawaban benar

20
DAFTAR PUSTAKA

Djojosumarto, P. 2008. Pestisida dan Aplikasinya. Jakarta: PT. Agromedia


Pustaka

Sartono. 2002. Racun dan Keracunan. Jakarta: Widya Medika

Sembiring Dewan., 2007. Pengetahuan Sikap dan Tindakan Tentang Pengelolaan


Pestisida Pada Petani Jeruk Di Desa Sinaman Kecamatan Barus Jahe
Kabupaten Karo Tahun 2007. Skripsi. Medan: Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Sumatera Utara

Silaban, R. 2005. Strategi Pencegahan Keracunan Pestisida Pada Petani


Hortikultura di Kecamatan Jorlang Hataran Kabupaten Simalungun. Tesis.
Medan: Pasca Sarjana USU

Wudianto, R. 2010. Petunjuk Penggunaan Pestisida. Jakarta: Penebar Swadaya

21

Anda mungkin juga menyukai