OLEH
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas anugerah dan kemurahan Tuhan sehingga penulis dapat
menyelesaikan tulisan tugas proposal tentang Studi Literatur: Upaya Mengurangi Efek
Paparan Pestisida Pada Petani. Selesai tugas ini tidak terlepas dari dukungan dan
bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terimakasi kepada:
Penulis.
ii
Halaman
DAFTAR ISI
iii
H.Uraian Hasil temuan dari peneliti lain . Error! Bookmark not defined.
BAB IV BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN ..... Error! Bookmark not defined.
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pertanian adalah kegiatan pemanfaatan sumber daya hayati yang dilakukan
manusia untuk menghasilkan bahan pangan,bahan baku industri atau sumber
energi,serta untuk mengelola lingkungan hidupnya. Usaha dibidang pertanian
khususnya holtikultura sangatlah beresiko tinggi, musim yang tidak menentu
serta tingginya serangan organisme pengganggu tumbuhan (OPT) ,memaksa
para petani selalu menggunakan pestisida secara terus-menerus. Aplikasi
penggunaan pestisida ini dalam jumlah, dosis, frekuensi yang cendrung
meningkat .(1)
Dampak negatif penggunaan pestisida bagi petani tidak menyurutkan
petani untuk mengurangi penggunaan pestisida. Adanya peningkatan
penggunaan pestisida dapat berdampak pada ketidakstabilan ekosistem, adanya
residu pada hasil panen dan bahan olahannya, pencemaran lingkungan dan
keracunan bahkan kematian pada manusia. Petani menggunakan pestisida untuk
membasmi hama tanaman dengan harapan hasil produk pertanian meningkat.
Penggunaan pestisida oleh petani semakin hari kian meningkat, namun tidak
diimbangi dengan peningkatan pemahaman petani dalam menggunakan
pestisida(2)
Dalam beberapa penelitian menunjukkan bahwa residu pestisida dapat
masuk ke dalam perairan budidaya ikan, terlebih pada tempat yang dekat dengan
persawahan tanaman padi, dengan konsentrasi residu pestisida tertinggi terdapat
pada ikan, kemudian tanah dan terendah pada air. (3) , selain itu dalam
penelitian lain bahwa paparan pestisida pada petani dapat menimbulkan berbagai
gangguan Kesehatan seperti anemia, hipertensi,diabetes melitus, hipotiroid pada
Wanita, gangguan system reproduksi, gangguan kesuburan pria, gangguan
system syaraf,gangguan Kesehatan fisik berupa tremor, dan gangguan kesehatan
lainnya yang juga dipicu oleh paparan pestisida seperti iritasi kulit, pusing,
1
2
mual, batuk, sakit kepala dan kesulitan bernapas. Paparan pestisida yang dialami
oleh petani dapat melalui berbagai kegiatan petani seperti proses membawa
pestisida menuju lahan pertanian, proses pencampuran pestisida, proses
penyemprotan pestisida di lahan pertanian dan mencuci alat yang sudah
digunakan menyemprot, semua aktivitas ini berpotensi menimbulkan paparan
pada petani baik melalui kulit atau pun pernapasan(4).
Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti bertujuan menganalisis
berbagai hasil penelitian tentang upaya mengurangi efek paparan pestisida pada
petani.
B. Perumusan Masalah
1) Dalam beberapa penelitian menunjukan terjadi gangguan Kesehatan pada
para petani akibat paparan pestisida yang digunakan sehari-hari dalam dunia
pertanian maka,peneliti ingin meneliti upaya mengurangi efek paparan
pestisida pada petani
2) Apakah upaya yang harus dilakukan untuk mengurangi efek paparan
pestisida pada petani?
C. Tujuan
1) Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui upaya mengurangi efek paparan
Pestisida pada Manusia
2) Tujuan Khusus
a) Mendeskripsikan cara masuk pestisida ke dalam tubuh manusia
b) Mendeskripsikan faktor penyebab paparan pestisida terhadap manusia
c) Mendeskripsikan dampak pestisida terhadap manusia
d) Mendeskripsikan Upaya mengurangi efek paparan pestisida pada
manusia
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro
3
TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengetian Pestisida
a. Istilah pestisida berasal dari bahasa Inggris, yaitu pesticide. Secara harfiah
kata “pest” artinya hama atau pengganggu yang sebenarnya hanya merujuk
pada organisme hewan (serangga maupun mamalia). Sedangkan kata “cide”
berarti basmi atau bunuh. Jadi secara sempit pestisida berarti “pembasmi
hama”. Untuk lebih menyederhanakan, istilah pestisida lebih diperluas tidak
hanya pembasmi hama saja tetapi sebagai juga mencakup organisme
pengganggu baik pada tanaman, hewan, maupun pada bangunan. Organisme
pengganggu yang dimaksud tidak hanya hewan dan serangga tetapi juga
untuk mikroorganisme dari golongan fungi / cendawan maupun bakteri. (5)
b. Dalam Peraturan Menteri Pertanian Nomor 24/Permentan/SR.140/4/2011
yang dimaksud dengan Pestisida adalah semua zat kimia dan bahan lain
serta jasad renik dan virus yang dipergunakan untuk:
1) Memberantas atau mencegah hama-hama dan penyakit yang merusak
tanaman, bagian-bagian tanaman atau hasil- hasil pertanian;
2) Memberantas rerumputan;
3) Mematikan daun dan mencegah pertumbuhan yang tidak diinginkan;
4) Mengatur atau merangsang pertumbuhan tanaman atau bagian-bagian
tanaman tidak termasuk pupuk;
5) Memberantas atau mencegah hama-hama luar pada hewan-hewan
piaraan dan ternak;
6) Memberantas atau mencegah hama-hama air;
7) Memberantas atau mencegah binatang-binatang dan jasad-jasad renik
dalam rumah tangga, bangunan dan dalam alatalat pengangkutan;
dan/atau
4
5
saat ini dari jenis organik seperti golongan organoklorin (yang sebagian
sudah dilarang atau dibatasi), organosulfur, organofosfat. Sebagian jenis
organik merupakan analog atau tiruan dari senyawa beracun yang
terdapat pada tanaman atau dari mikroorganisme. Sejauh ini banyak yang
menganggap pestisida organik adalah yang berasal dari tumbuhan atau
natural seperti ekstrak tanaman. Pestisida yang berasal dari tumbuhan
atau isolat racun mikroorganisme bisa saja digolongkan organik karena
memiliki gugus karbon dalam susunan kimianya. Akan tetapi pestisida
organik tidak semuanya berasal dari tumbuhan atau mikroorganisme.
2) Pestisida anorganik Adalah pestisida yang dalam susunan kimia bahan
aktifnya tidak terdapat gugus karbon. Pestisida generasi terdahulu
banyak yang jenis anorganik dan saat ini pemakaiannya dibatasi bahkan
dilarang oleh komisi pestisida karena daya racunnya yang sangat kuat
dan sulit terurai. Contoh yang populer adalah aldrin, senyawa-senyawa
arsenik, sianida (potassium sianida / potas), merkuri. Sedangkan yang
masih boleh dipergunakan hingga sekarang seperti beberapa fungisida
tembaga (tembaga oksida, tembaga hidroksida, tembaga oksi sulfat),
sulfur, asam fosfida, borate (insektisida), zinc fosfida (rodentisida) dan
ammonium sulfamat (herbisida).
4. Pestisida menurut asal dan proses pembuatan bahan aktifnya :
1) Pestisida alami (natural) : Adalah pestisida yang bahan aktifnya berasal
dari alam Ada yang menyebut jenis ini dengan istilah pestisida organik
karena Adalah pestisida yang bahan aktifnya berasal dari alam. Ada
yang menyebut jenis ini dengan istilah pestisida organik karena memang
ada bahan-bahan yang berasal dari organisme (mahluk hidup).
Jenis-jenisnya antara lain :
Botanical, yang bahan aktifnya berasal dari tanaman misalnya
piretrin dari crysanthemum pirethrum, azadirachtin dan
nimbidin dari mimba, rotenon dari ektrak tuba, dan nikotin dari
ekstrak tembakau, ryanodin dari ryania speciosa. Ada lagi
limbah penggilingan jagung yang disebut gluten sebagai
7
6. Pemanfaatan Pestisida
Pestisida digunakan untuk mengendalikan keberadaan hama yang diyakini
membahayakan. Misal nyamuk yang dapat membawa berbagai penyakit
mematikan seperti virus Nil Barat, demam kuning, dan malaria. Pestisida juga
ditujukan kepada hewan yang mampu menyebabkan alergi seperti lebah, tawon,
semut, dan sebagainya. Insektisida pun digunakan di peternakan dalam
mencegah kehadiran serangga yang mampu menularkan penyakit dan menjadi
parasit. Pestisida pun digunakan dalam pengawetan makanan, seperti mencegah
tumbuhnya jamur pada bahan pertanian dan mencegah serta membunuh tikus
yang biasa memakan hasil pertanian yang disimpan. Herbisida juga digunakan
dalam transportasi seperti membunuh gulma di pinggir jalan dan trotoar.
Tumbuhan dan hewan invasif juga dapat ditanggulangi dan dicegah dengan
pestisida. Herbisida dan algasida telah digunakan untuk mengendalikan
pertumbuhan alga dan tumbuhan air di perairan. Hama seperti rayap dan jamur
dapat merusak struktur bangunan yang terbuat dari kayu. Pestisida dapat
menyelamatkan usaha pertanian dengan mencegah hilangnya hasil pertanian
akibat serangga dan hama lainnya. Di Amerika Serikat, diperkirakan setiap dolar
yang dikeluarkan untuk pestisida menyelamatkan empat dolar uang yang dapat
hilang karena hama. Studi lainnya menemukan bahwa tanpa penggunaan
pestisida, hasil pertanian dapat turun sekitar 10%. Studi lainnya yang dilakukan
pada tahun 1999 menemukan bahwa pelarangan pestisida di Amerika Serikat
dapat menyebabkan kenaikan harga pangan, hilangnya lapangan pekerjaan, dan
meningkatnya penderita kelaparan(7)
11
7. Dampak Pestisida
a) Persebaran di udara
12
c) Persebaran di tanah
Berbagai senyawa kimia yang digunakan sebagai pestisida merupakan bahan
pencemar tanah yang persisten, yang dapat bertahan selama beberapa
dekade. Penggunaan pestisida mengurangi keragaman hayati secara umum
di tanah. Tanah yang tidak disemprot pestisida diketahui memiliki kualitas
yang lebih baik,[ dan mengandung kadar organik yang lebih tinggi sehingga
meningkatkan kemampuan tanah dalam menahan air. Hal ini diketahui
memiliki dampak positif terhadap hasil pertanian di musim kering. Telah
diketahui bahwa pertanian organik menghasilkan 20-40% lebih banyak
dibandingkan pertanian konvensional ketika musim kering berlangsung.
Kadar organik yang rendah juga meningkatkan kemungkinan pestisida
meninggalkan lahan dan menuju perairan, karena bahan organik tanah
mampu mengikat pestisida. Bahan organik tanah juga bisa mempercepat
proses pelapukan bahan kimia pestisida. Tingkat degradasi dan pengikatan
merupakan faktor yang mempengaruhi tingkat persistensi pestisida di tanah.
Tergantung pada sifat kimiawi pestisida, proses tersebut mengendalikan
14
perpindahan pestisida dari tanah ke air secara langsung, yang lalu berpindah
ke tempat lainnya termasuk udara dan bahan pangan. Pengikatan
mempengaruhi bioakumulasi pestisida yang tingkat aktivitasnya bergantung
pada kadar organik tanah. Asam organik yang lemah diketahui memiliki
kemampuan pengikatan oleh tanah yang rendah karena tingkat keasaman dan
strukturnya. Bahan kimia yang telah terikat oleh partikel tanah juga telah
diketahui memiliki dampak yang rendah bagi mikrorganisme, dan bahan
organik tanah mempercepat pengikatan tersebut. Mekanisme penyimpanan
dan pelapukan pestisida di tanah masih belum diketahui banyak, namun
lamanya waktu singgah (residence time) di tanah sebanding dengan
peningkatan resistensi degradasi pestisida.(8)
d) Manusia dan pertaniannya
Dalam penerapannya, tidak semua pestisida sampai ke sasaran. Kurang dari
20% pestisida sampai ke tumbuhan. Selebihnya lepas begitu saja. Akumulasi
dari pestisida dapat mencemari lahan pertanian dan apabila masuk dalam
rantai makanan, dapat menimbulkan macam-macam penyakit, misalnya
kanker, mutasi, bayi lahir cacat, dan CAIDS. Pestisida yang paling merusak
adalah pestisida sintesis, yaitu golongan organoklorin. Tingkat kerusakan
yang dihasilkan lebih tinggi ketimbang senyawa lain, mengingat jenis ini
peka akan sinar matahari dan tidak mudah terurai. Di Indonesia, kasus
pencemaran karena pestisida telah menimbulkan kerugian. Di Lembang dan
Pangalengan, tanah disekitar pertanian kebun wortel, tomat, kubis dan
buncis tercemar oleh organoklorin. Sungai Cimanuk juga tercemar akibat
hasil- hasil pertanian yang tercemar pestisida. Menurut data WHO yang
dipublikasikan pada tahun 1990, dampak dan risiko penggunaan pestisida
kimia selama ini 25 juta kasus dan meningkat pada tiap tahunnya. Data lain
dari ILO pada tahun 1996 menunjukkan 14% pekerja di pertanian terkena
bahaya pestisida dan 10%-nya terkena bahaya yang fatal. Fenomena seperti
ini juga terjadi di sentra pertanian Indonesia seperti Brebes dan Tegal.
Penelitian FAO pada tahun '92 menunjukkan, ada 19 gejala keracunan yang
disebabkan pestisida pada petani cabe dan bawang. Di perkebunan Luwu,
15
e) Kehidupan Akuatik
Ikan dan biota akuatik lainnya dapat mengalami efek buruk dari perairan
yang terkontaminasi pestisida. Aliran permukaan yang membawa pestisida
hingga sungai membawa dampak yang mematikan bagi kehidupan di
perairan, dan dapat membunuh ikan dalam jumlah besar. Penerapan
herbisida di perairan dapat membunuh ikan ketika tanaman yang mati
membusuk dan proses pembusukan tersebut mengambil banyak oksigen di
dalam air, sehingga membuat ikan kesulitan bernafas. Beberapa herbisida
mengandung tembaga sulfit yang beracun bagi ikan dan hewan air lainnya.
Penerapan herbisida pada perairan dapat mematikan tanaman air yang
menjadi makanan dan penunjang habitat ikan, menyebabkan berkurangnya
populasi ikan. Pestisida dapat terakumulasi di perairan dalam jangka panjang
dan mampu membunuh zooplankton, sumber makanan utama ikan kecil.
Beberapa ikan memakan serangga; kematian serangga akibat pestisida dapat
menyebabkan ikan kesulitan mendapatkan makanan. (8)
16
Lama kerja adalah lama seseorang petani bekerja setiap harinya dalam
setiap jam dan beberapa hari dalam seminggu dalam satuan hari,sehingga
semakin lama jam kerja petani dalam sehari maka akan semakin banyak
pula jumlah pestisida yang diterima oleh tubuh petani tersebut, dan akan
terakumulasi dalam beberapa hari kerja selama seminggu maka akan
semakin terakumulasi dalam kurun waktu yang semakin lama.36 WHO
mensyaratkan lama bekerja di tempat kerja yang berisiko keracunan
pestisida, yaitu 5 jam per hari atau 30 jam per minggu. Hasil uji chi-
square didapatkan nilai signifikansi sebesar 0,015, hal ini menujukkan
bahwa ada hubungan antara lama kerja penyemprotan per hari dengan
gangguan keseimbangan tubuh petani hortikultura di Desa Sumberejo
Kecamatan Ngablak Magelang dikarenakan p < 0,05. Hasil RP = 2,676
dengan 95% CI: 1,207-5,930). Maka dari hasil tersebut dapat dikatakan
bahwa petani yang lama kerjanya > 5 jam per hari mempunyai peluang
berisiko lebih dari 2,6 kali untuk mengalami gangguan keseimbangan
dibandingkan dengan petani yang masa kerjanya . (11)
3. Penelitian ini menunjukkan pencampuran dengan jumlah penggunaan
pestisida yang baik adalah 80% dan yang tidak baik 20%. Pencampuran
pestisida dalam satu aplikasi, meliputi jenis herbisida, insektisida,
fungsida dan pelekat. Setiap satu aplikasi petani bawang merah
mencampur pestisida yang berfungsi untuk membunuh telur ulat, ulat
dan sekaligus penyubur daun. Alasan pencampuran ini adalah karena jika
hanya satu jenis pestisida menurut petani tidak akan mampu membunuh
hama yang menyerang tumbuhan bawang merah seperti ulat, rayap dan
grandong (telur ulat). Pencampuran juga membuat petani tidak bekerja
dua kali dalam penyemprotan sehingga ketika menyemprot dengan
tujuan untuk membunuh hama juga menyuburkan tanaman bawang
merah. Daun bawang merah yang lebat menandakan umbi bawang merah
akan berukuran besar. Jika umbi bawang merah besar maka hasil panen
akan meningkat. Pencampuran pestisida mulai dari 2–8 macam merk
pestisida. Merk pestisida sudah terdaftar di Kementerian Pertanian yang
23
Dari hasil-hasil penelitian diatas, penulis ingin meneliti tentang upaya mengurangi
paparan pestisida pada petani.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Metode penelitian yag digunakan dalam penelitian ini adalah studi kepustakaan
( Library Research), dengan sumber data yang digunakan adalah data sekunder
yang diperoleh dari database Technology Index (SINTA), Google Scholar dengan
rentan waktu 2017-2021 (5 tahun). Kata kunci yang digunakan : pestisida, petani,
gangguan Kesehatan, APD. terhadap sejumlah artikel yang sesuai dengan tema
penelitian. Peneliti menggunakan beberapa literatur yang diperoleh dari hasil
pencarian melalui database yang telah ditentukan. Sebanyak 20 artikel diperoleh
dengan memasukkan kata kunci untuk mempermudah proses pencarian artikel.
Proses selanjutnya yaitu dilakukan skrinning terhadap artikel yang diperoleh.
Sehingga diperoleh sebanyak 15 artikel memenuhi kriteria yaitu sesuai dengan tema
penelitian. Selanjutnya, dilakukan skrinning kembali untuk memperoleh artikel yang
sesuai dengan kriteria inklusi. Hasil skrinning yaitu sebanyak 10 artikel yang dapat
dianalisis berdasarkan kesesuaian kriteria inklusi dan assesment kelayakan,
sementara 10 artikel diantaranya tidak dapat dianalisis karena tidak memenuhi
kesesuaian dengan kriteria inklusi.
28
29
C. Sumber Data
Sumber data yang digunakan berupa data sekunder yang diperoleh dari database
Technology Index (SINTA), Google Scholar dengan rentan waktu 2017-2021 (5
tahun). Kata kunci yang digunakan : pestisida, petani, gangguan Kesehatan, APD.
Sehingga diperoleh 10 artikel ilmiah yang dapat dianalisis.
D. Tehnik pengumpulan Data
1. Editing
Melakukan pemeriksaan kembali data yang diperoleh terutama dari segi
kelengkapan, kejelasan makna dan keselarasan makna antara satu dengan yang
lain
2. Organizing
Mengorganisir data sesuai kerangka yang diperlukan
3. Finding
Melakukan analisis lanjutan terhadap hasil pengorganisasian data dengan
menggunakan kaidah-kaidah, teori dan metode yang telah ditentukan sehingga
ditemukan kesimpulan yang merupakan hasil jawaban dari rumusan masalah
30
E. Analisis Data
1) Secara deduktif
Yaitu pemikiran yang bertolak pada fakta-fakta yang umum kemudian ditarik
pada suatu kesimpulan yang bersifat khusus. Dalam penelitian ini akan dianalisa
pengaruh pestisida terhadap Kesehatan manusia kemudian menghubungkan
pengaruh pestisida dengan upaya mengurangi paparan pestisida
2) Secara Historis
1. Angaran Biaya
Kegiatan ini tidak membuthkan biaya, karena penelitian dilakukan dengan
metode literatur review (Studi kepustakaan)
2. Jadwal Kegiatan
Kegiatan penelitian ini dilakukan selama 3 bulan yaitu dari bulan September
2021 s/d bulan November 2021, dengan tekniknya melalui editing, organising
dan finding.
31
DAFTAR PUSTAKA
32
33
t_Kerja_Sektor_Pertanian/links/5cb9c499a6fdcc1d499ff0f7/Pedoman-Pestisida-
Aman-dan-Sehat-di-Tempat-Kerja-Sektor-Pertanian.pdf?origin=publicati
14. Wijaya. JK Unila jurnal kedokteran universitas lampung. Univ Lampung. 2017;1.
15. Putri1 MS, Kasjono2 HS, Dwi Astuti3. HUBUNGAN CARA PENANGANAN
PESTISIDA DENGAN TINGKAT KERACUNAN PESTISIDA PADA PETANI
DI DUSUN BANJARREJO DESA KEMBANG KUNING KECAMATAN
CEPOGO KABUPATEN BOYOLALI. 2012;2(2):35–43.
16. Yuantari MGC, Widiarnako B, Sunoko HR. Tingkat Pengetahuan Petani dalam
Menggunakan Pestisida ( Studi Kasus di Desa Curut Kecamatan Penawangan
Kabupaten Grobogan ). Semin Nas Pengelolaan Sumberd Alam dan Lingkung
2013. 2013;142–8.
34