Anda di halaman 1dari 15

Proposal Mini Riset

Biokimia

IDENTIFIKASI METABOLIT SEKUNDER EKSTRAK DAUN BAYAM BERURI


(Amaranthus spinosus L)

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK III
AGUSTINA SIMBOLON NIM : 4183220027
DWI INDRIANY NIM : 4183220031
NATALIA LUMBAN RAJA NIM : 4181220016
NOVARIA SILABAN NIM : 4182220016
M. DAFFA HAQ NIM : 4183220049

JURUSAN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

1
2019

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI..............................................................................................................2

BAB I PENDAHULUAN .........................................................................................3

1.1 Latar Belakang .....................................................................................................3


1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................4
1.3 Batasan Masalah...................................................................................................4
1.4 Tujuan ..................................................................................................................4
1.5 Manfaat penelitian ...............................................................................................4

BAB II TINJAUAN TEORITIS.................................................................................5

2.1 Daun bayam duri (Amaranthus spinosus)...........................................................5


2.1.1 Ciri-ciri daun bayam duri (Amaranthus spinosus)......................................5
2.1.2 Kandungan kimia daun bayam duri (Amaranthus spinosus)......................6
2.1.3 Manfaat daun bayam duri (Amaranthus spinosus)......................................6
2.2 Metabolit sekunder .............................................................................................7
2.2.1 Flavonoid.....................................................................................................8
2.2.2 Alkaloid...................................................................................................... 8
2.2.3 Saponin........................................................................................................9

BAB III METODE PENELITIAN...........................................................................10


3.1 Waktu dan Tempat ........................................................................................10
3.2 Alat dan Bahan...............................................................................................10
3.3 Prosedur Kerja...............................................................................................10
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................12
DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................................14

2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia memiliki keanekaragaman hayati terbesar kedua setelah Brazil.
Sekitar 30.000 jenis tumbuhan obat dimiliki Indonesia. Akan tetapi, sumber daya
alam tersebut belum dimanfaatkan secara optimal oleh masyarakat. Baru sekitar
1200 spesies tumbuhan obat yang dimanfaatkan dan diteliti sebagai obat
tradisional. Salah satu tumbuhan tersebut adalah tanaman bayam berduri
(Amaranthus spinosus).
Tanaman bayam berduri (Amaranthus spinosus) banyak tumbuh di sekitar
lingkungan tempat tinggal masyarakat seperti di halaman rumah, halaman
belakang rumah, lahan kosong, dan juga sering ditemukan di pinggir jalan.
Kebanyakan masyarakat sekarang menganggap bahwa tanaman bayam berduri
(Amaranthus spinosus) adalah rumput sehingga mereka membunuh tanaman
bayam berduri (Amaranthus spinosus) dan membuangnya begitu saja. Padahal
tanaman bayam berduri (Amaranthus spinosus) sangat banyak manfaatnya bagi
masyarakat.
Penggunaan tanaman obat sudah dimulai sejak zaman dahulu, tanaman obat
merupakan potensi kekayaan alam yang perlu dimanfaatkan. Masyarakat
Indonesia mengenal dan menggunakan tanaman obat sebagai salah satu upaya
untuk mengatasi berbagai masalah kesehatan sebelum ada pelayanan kesehatan
dan obat-obatan modern seperti sekarang. Penggunaan obat herbal alami dengan
formulasi yang tepat sangat penting dan tentunya lebih aman dan efektif. Salah
satu obat tanaman yaitu bayam berduri (Amaranthus spinosus).
Tetapi masyarakat sekarang banyak yang tidak mengetahui manfaat dari
tanaman pada bayam berduri (Amaranthus spinosus) yang sering digunakan

3
masyarakat zaman dahulu sebagai obat bisul, keputihan, demam, gangguan
pernapasan dan lain-lain.
Metabolit diklasifikasikan menjadi 2 yaitu metabolit sekunder dan metaboliit
primer. Metabolit primer yang dibentuk dalam jumlah terbatas merupakan factor
penting untuk pertumbuhan dan kehidupan mahluk hidup. Metabolit sekunder
tidak digunakan tanaman untuk pertumbuhan dan diproduksi lebih banyak pada
saat tanaman dalam kondisi stress. (Setyorini, 2016)
Pada penelitian ini kami menggunakan metode ekstrasi yang dinamakan
masarasi. Ekstraksi ini mengunakan pelarut, pelarut yang kami gunakan dalam
penelitian ini ialah etanol.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apa kandungan metabolit sekunder yang terdapat pada daun bayam
berduri (Amaranthus spinosus)?
1.3 Batasan Penelitian
1.3.1 Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah ekstrak dari daun
bayam duri. Dau bayam duri diperoleh dari lingkunga warga di daerah
Meterologi
1.3.2 Penelitian ini dibatasi pada uji Alkaloid, uji Flavonoid, dan uji saponin.
1.4 Tujuan Penelitian
1.4.1 Untuk mengetahui kandungan senyawa metabolit sekunder yang
terdapat pada daun bayam duri (Amaranthus spinosus)?
1.5 Manfaat Penelitian
1.5.1 Menambah wawasan tentang tanaman bayam duri menjadi salah satu
obat Ttradisional
1.5.2 Menjadi salah satu sumber informasi kepada masyarakat dan intenstasi
terkit mengenai pemanfaatan daun bayam duri sehingga masyarakat
dapat memanfaatkan tanaman bayam duri dengan baik

4
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2.1 Bayam duri (Amaranthus spinosus)
Bayam duri adalah tanaman bercabang banyak dengan daun halus dan
berbulu, kadang-kadang mengkilap. (Savitri, 2016)
Tanaman bayam duri dapat tumbuh sepanjang tahun baik daratan rendah
maupun daratan tinggi.pertumbuhan yang baik terdapat pada tanah yang subur
dan agak terbuka dengan pH tanah anatar 6-7. Bayam duri dapat tumbuh baik di
tmpat-tempat yang cukup mendapatkan sinar matahari. Tumbuhan ini banyak
tumbuh liar di kebun-kebun, tepi jalan dan tanah kosong dari daratan rendah
sampai dengan ketinggian 1.400 m dpl. Tumbuhan ini dapat dikembangbiakkan
melalui bijinya yang berbentuk bulat, kecil dan berwarna hitam. (Rukmana, 1994)
Menurut Tjitrosoepomo (1994) tanaman bayam berduri dalam taksonomi
tumbuhan di klasifikasikan sebagai berikut :
Divisio : Spermatophyta
Subdivisio : Angiospermae
Classis : Dicotyledonae
Ordo : Caryophyllales
Family : Amaranthceae
Genus : Amaranthus
Spesies : Amaranthus spinous

Sumber : biodiversitywarriors.org

2.1.1 Ciri-ciri bayam duri (Amaranthus spinosus)


Bayam duri (Amaranthus spinosus) merupakan herba semusim dan
tingginya mencapai 50-80 cm. tumbuhan ini memilliki akar tunggang. Batang
basah, berduri sering kali bercabang banyak, berbentuk bulat dan licin. Daun

5
berupa daun tunggal, berwarna kehijauan, bentuk bundar telur memanjang
(ovalis), panjang 1,5 cm-6,0 cm dan lebar 0,5 cm – 9,0 cm. tata letak daun
yang berselig-seling dengan bagian daun yang tidak lengkap, pada ujung daun
bayam terdapat di ujung daun ang terbelah. Bunga pada bayam duri adalah
bung yang tidak lengkap. Bunga dalam tkal yang rapat, bentuk bulir atau
bercabang pada pangkalnya. Bulir ujung sebagian bunga jantan, tidak berduri
menempel, mula-mula naik lalu menggantung. Tukal bunga dengan 2 duri
(prophylla) lurus yang lancip, dan menjauhi batang. Buah bulat memanjang
dengan tutup yang rontok dan berbiji. Biji kecil-kecil dan berwarna hitam.
(Steenis, 2005)
2.1.2 Kandungan kimia bayam duri (Amaranthus spinosus)
Bayam duri (Amaranthus spinosus) kaya akan karbohidrat, protein,
vitamin K, folat, riboflavin, vitamin A, vitamin B6, dan vitamin C. Tanaman
ini juga merupakan sumber terbaik dari mangan, zat besi, tembaga, kalsium,
magnesium, kalium, dan fosfor. (Savitri, 2016)
2.1.3 Manfaat bayam duri (Amaranthus spinosus)
1. Menjaga kesehatan pencernaan
Bayam duri tinggi akan kadar serat makanan sehingga dapat
meningkatkan kesehatan pencernaan dan mengurangi sembelit. Bayam
duri juga dapat mengobati penyakit disentri
2. Menjaga berat badan
Protein dalam daun membantu mengurangi kadar insulin dalam darah dan
melepaskan hormone yang memerintah kenyang.
3. Menurunkan kadar kolestrol jahat
Salah satu manfaat utama bayam duri adalah kemampuan menurunkan
kadar kolestrol. Dengan kandungan serat yang tinggi, sayuran berdaun
hijau ini efektif dalam mengurangi kadar LDL dalam darah. Kehadiran
tokotrienol, yakni sejenis vitamin E, juga membantu dalam aktivita
penurunan kolestrol

6
4. Mencegah anemia
Bayam duri kaya akan zat besi. Daun tanaman ini membantu
meningkatkan kogulasi hemoglobin dan jumlah sel darah merah
5. Mengurangi resiko penyakit kardiovaskuler
Daun bayam duri merupakan sumber pitosterol yang sangat baik untuk
menurunkan tekanan darah serta mencegah penyakit jantung dan stroke
6. Melawan kanker
Kandungan lisin (asam amino esensial), vitamin E, zat besi, magnesium,
fosfor dan kalium serta vitamin C membantu radikal bebas. Seperti kita
ketahui, radikal bebas bertangung jawab atas pembentukan sel-sel kanker
ganas
7. Mengurangi rambut rontok dan beruban
Selain konsumsi secara teratur, minum jus bayam duri dapat mencegah
kerontoka rambut serta menghambat munculnya rambut beruban dini
8. Mencegah penyakit kekurangan kalsium
Kandungan kalsium dalam daun bayam duri dua kali lebih banyak dari
pada kalsium susu. Oleh karena itu dapat mengurangi resiko oeteoporosis
dan penyakit kekurangan kalsium lainnya.
9. Mengatasi masalah keputihan
Minum air rebusan bayam duri dapat mengatasi masalah keputihan dan
penyakit infeksi alat kelami lainnya seperti kencing nanah
10. Mengobati sakit tenggorokan
Air rebusan bayam duri juga dapat mengobati sakit tenggorokan akibat
infeksi atau polusi. Menguyah daun bayam duri beberapa kali dalam
sehari dapat mengatasi masalah sakit gigi. (Savitri, 2016)
2.2 Metabolit sekunder

7
Senyawa alami secara umum adalah molekul kimia berupa mineral, metabolit
primer, dan metabolit sekunder. Secara family besar metabolit primer dan
sekunder adalah senyawa organic. Bahan alam dibedakan menjadi dua
berdasarkan fungsi terhadap mahluk hidup pembuatnya yakni metabolit primer
dan metabolit sekunder. (Saifudin, 2012)
Metabolit sekunder adalah senyawa yang disintesis oleh mahluk tumbuhan,
mikrobia atau hewan yang melewati prosesbiosintesis yang digunakan untuk
menunjang kehidupan namun tidak vital sebagaimana gula, asam amino dan
asam lemak. Metabolit ini memiliki aktivitas farmatologi an biologi. Di bidang
farmasi secara khusus, metabolit sekunder digunakan dan dipelajari sebagai
kandidat obat atau senyawa penuntun untuk melakukan optimasi agar dieroleh
senyawa yang lebih protein dengan toksisitas minimal. Salah satu ciri dari
metabolit sekunder ialah pemanfaatan oleh manusia untuk obat, parfum, aroma
bumbu, bahan rekreasi dan relaksasi. (Saifudin, 2012)
2.2.1 Flavonoid

Flavonoid merupakan senyawa metabolit sekunder yang terbentuk melalui


jalur sikimat. Sikimat diproduksi dari unit sinnamoil-CoA dengan perpanjangan
rantai menggunakan 3 malonil-CoA. Enzim khalkhon synthase menggabungkan
senyawa ini menjadi khalkon. Khalkon adalah prekursor turunan flavonoid pada
banyak tanaman (Rais, 2015)

Flavonoid berperan sebagai antioksidan dengan cara mendonasikan atom


hidrogennya atau melalui kemampuannya mengkelat logam, biasanya dalam
bentuk glukosida atau dalam bentuk aglikon (Cuppett, 1954). Antioksidan adalah
senyawa yang dapat menghambat oksidasi dengan cara menangkap radikal bebas
(Pokorny, 2001)

2.2.2 Alkaloid

8
Alkaloid merupakan metabolic sekunder terbesar pada tumbuhan. Alkaloid
merupakan senyawa yang bersifat basa yang mengandung satu atau lebih atom
nitrogen, biasanya dalam gabungan, sebagian dari system siklik. Alkaloid sering
beracun bagi manusia dan banyak yang mempunyai kegiatan fisiologi yng
mononjol, jadi digunakan secara luas dalam bidang pengobatan. Alkaloid
biasanya tanwarna, sering kali bersifat optis aktif, kebanyakan berbentuk Kristal
tetapi hanya sedikit yang berbentuk cairan (misalnya nikotin) pada suhu kamar.
Uji sederhana, tetapi sama sekali tidak sempurna, untuk alkaloid dalam daun atau
buah segar adalah rasa pahit di lidah. Senyawa penyusun alkaloid yang paling
umum adalah asam amino, meskipun sebenarnya biosintesis kebanyakan alkaloid
lebih murni. (Harbone, 1987)

Contoh dari kelompok yang mengandung nitrogen adalah alkaloid dan


glukosilat. Alkaloid dapat diketahui secara langsung dari tanaman karena
memberikan rasa pahit di lidah. Senyawa ini dapat beracun bagi mahluk hidup
namun dalam kondisi tertentu bermanfaat dalam pengobatan (Gunawan, 2004)

2.2.3 Saponin

Saponin pada umumnya berasa pahit, larut dalam pelarut organic seperti
kloroform karena senyawa ini merupakan senyawa glikosida maka hidroksilnya
menghasilkan aglikon bagian senyawa gula.

Saponin adalah glikosida triterpen dan sterol dan telah terdeteksi dalam lebih
dari 90 suku tumbuhan. Saponin merupakan senyawa aktif permukaan dan
bersifat seperti sabun, serta dapat dideteksi berdasarkan kemampuanya
membentuk busa dan menghemolisis sel darah. Pencarian saponin dalam tumbuh-
tumbuhantelah dirangsang oleh kebutuhan akan sumber sapogenin yang mudah
diperoleh dan dapat diubah di laboratorium menjadi sterol hewan yang berkhasiat
penting, misalnya kortison, estrogen kontraseptif dan lain-lain. (Harbone, 1987).

9
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilakukuan selama 3 minggu mulai pada 22 April – 6 Mei 2019
bertempat di Laboratorium Biologi Universitas Negeri Medan.

3.2 Alat dan Bahan

3.2.1 Alat

Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain, oven, belender,
bejana maserasi, evavorator, gelas kimia, cawan petri, pipit tetes, tabung
reaksi, rak tabung ,timbangan, gelas ukur, batang pengaduk, corong,
erlenmeyer, dan hair dryer.

3.2.2 Bahan

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain, daun bayam
berduri, etanol, HCl, Kristal Mg, air panas, dan pereaksi dragendrof.

3.3 Prosedur Kerja

3.3.1 Persiapan Sampel

1 kg daun bayam berduri di cuci bersih dengan air kemudian dikeringkan


dengan menggunakan oven selama 6 jam menggunakan aluminium foil.
setelah kering daun bayam duri dihaluskan dengan menggunakan blender
tanpa air. (Qalbi, 2017)

10
3.3.2 Persiapan Pembuatan Ekstrak

Ekstraksi dilakukan secara maserasi dengan menggunakan pelarut etanol.


Sebanyak 1 kg daun bayam duri yang sudah di blender lalu direndam
dengan 1 liter etanol di aduk, kemudian di tutup lalu di simpan selama
3x24 jam. Ekstrak yang diperoleh dipekatkan menggunakn evavorator
sampai kira-kira tinggal seperempat dari volume awal (ekstrak kental)
(Qalbi, 2017)

3.2.2 Persiapan Uji


Identifikasi kandungan metabolic sekunder pada ekstrak dilakukan
dengan uji sebagai berikut :
a. Uji flavonoid
Sebanyak 0,1 g ekstrak ditambhakan 0,2 g serbuk Mg, lalu
ditambahkan 5 mL asam klorida pekat. Apabila terbentuk warna jingga,
merah atau kuning menunjukkan adanya flavonoid (Harbone, 1997)
b. Uji Alkaloid
Larutan 0,5 mL ekstrak dengan 0.5mL HCl dan saring. Kemudian
filtrate diuji dengan menambahkan satu atau dua tetes pereaksi
dragendroff. Reaksi positif ditandai dengan adanya endapan orange.
(Raaman, 2006)
c. Uji Saponin
Saponin dapat dideteksi dengan uji busa dalam air panas. Busa yang
stabil aka terus terlihat selama 5 menit dan tidak hilang pada
penambahan 1 tetes HCl 2 N menunjukkan adanya saponin.(Harbone,
1997)

11
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Tabel Hasil Penelitian

No Nama Bahan Jenis Uji


Alkaloid Flavonoid Saponin
1 Daun Jarak + ++ +
2 Daun Salam +++ +++ +++
3 Daun Bayam duri + + -
4 Daun Jambu - - +
5 Daun Sidaguri +++ +++ +
6 Daun Pandan + + +

Keterangan :

+ : Sedikit

++ : Sedang

+++ : Banyak

- : Tidak ada
4.2 Pembahasan
Pada penelitian ini, senyawa, metabolit sekunder yang akan diidentifikasi
ialah alkaloid, flavinoid, dan saponin. Untuk mengidentigfikasi masing-masing
senyawa metabolit diatas kami menggunakan iodine.
Sampel yang kami gunakan ialah daun jarak, daun salam, daun bayam duri,
daun jambu, daun sidaguri dan daun pandan. Setelah dibuat ekstrak kemudian

12
ditambahkan larutan iodine ke dalam masing-masing ekstrak sampai warna berubah.
Semakin gelap warna maka akan semakin banyak alkaloid, flavinoid yang terkandung
di dalam ekstrak. Pada uji saponin semakin tahan lama buih maka semakin banyak
saponin yang terkandung dalam ekstrak.
Pada uji alkaloid masing-masing kami menambahkan ekstrak sebanyak 0,5
mL ditambahakan dengan 0,5 mL larutan HCl dan 1-2 tetes larutan dragendrof. Daun
yang paling banyak mengandung alkaloid ialah daun salam dan daun sidaguri, yang
paling sedikit pada daun jarak, daun bayam duri dan pada daun pandan, sedangkan
daun yang tidak mengandung alkaloid ialah daun jambu biji.
Pada uji flavonoid masing-masing ekstrak sebanyak 0,5 mL ditambahkan
dengan 0,5 mL larutan HCl dan ditambhakan 0,5 g serbuk Mg. Daun yang paling
banyak mengandung flavonoid ialah daun salam dan daun sidaguri, daun yang
mengandung flavonoid tidak terlalu banyak yaitu pada daun jarak, daun yang hanya
sedikit mengandung flavoid ialah daun pandan dan daun bayam duri, sedangkan daun
yang tidak mengandung flavonoid ama sekali ialah daun jambu biji.
Pada uji saponi masing-masing ekstrak sebanyak 0,5 mL ditambahkan
dengan 0,5 mL larutan HCl kemudian ditambahkan air panas sebanyak 5 mL lalu
dikocok, jika buih bertahan selama 5 menit maka di dalam ekstrak mengandung
saponin. Daun yang mengandunng saponin paling banyak ialah daun salam, daun
yang mengandung seikit saponiniala pada daun jarak, jambu, sidaguri, dan daun
pandan, sedangkan yang sama sekali tida mengandung saponi ialah daun bayam duri.
Setelah melakukan percobaan dapat disimpulkan bahwa daun yang banyak
mengandung alkaloid, flavonoid, dan saponin paling banyak ialah daun salam, daun
yang banyak mengandung alkaloid dan flavonoid ialah daun sidaguri, daun yang
sedikit mengandung alkaloid, flavonoid ialah dau jambu, dan daun yang yang tidak
mengandung saponin ialah daun bayam duri.

13
DAFTAR PUSTAKA

Alasa, dkk. 2017. Analia Kadar Total Metabolit Sekunder Ekstrak Etanol Daun
Tamoenju (Hibiscus surattensis L). Jurnal Kovalen. 3 (3) : 258-268 (9334-3049

Gunawan, I, dkk. 2004. Ilmu Obat Alam (Farmakogenesi) Jilid I. Jakarta : Erlangga

Harbone, J. 2006. Metode Fitokimia (Penuntun Cara Modern Menganalisis


Tumbuhan). Bandung : ITB

Pokorny, dkk. 2001. Antioxidant in Food: Practical Application. Boca Raton: CRC
Press.

Qalbi, dkk. 2017. Isolasi Dan Identifikasi Senyawa Metabolit Sekunder Ekstrak
Kloroform Daun Tumbuhan Iler (Coleus Scutellarioides, Linn, Benth). Jurnal
Chemica. 8 (1) : 48-55.(4671-11122-

Raaman, N. 2006. Phytochecical Teachniques. New Delhi : New India Publishing

Rais, I. 2015. Isolasi Dan Penentuan Kadar Flavonoid Ekstrak Etanolik Herba
Sambiluto (Andrographis paniculata (BURM.F.) NESS). Jurnal Parmaciana. 5
(1) : 101-106./ 2292-4324

Rukmana, R. 1994. Bayam, Bertanam dan Pengolahan Pascapanen. Yogyakarta :


Kanisius

Saifudin, A. 2012. Senyawa Alam Metabolit Sekunder Teori, Konsep, dan Tehnik
Pemurnian. Yogyakarta : CV Budi Utama

Savitri, A. 2016. Tanaman Ajaib Basmi Penyakit dengan TOGA (Tanaman Obat
Keluarga). Jawa Barat : Ibid

14
Setyorini, dkk. 2016. Peningkatan Kandungan Metabolit Sekunder Tanaman Aneka
Kacang Sebagai Respon Cekaman Biotik. Jurnal Iptek Tanaman Pangan. 11
(2) : 167-175

Steenis, V.2005. Flora “Untuk Sekolah Di Indonesia”. Jakarta : Pradnya Paramita

15

Anda mungkin juga menyukai