OLEH:
JURUSAN BIOLOGI
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat serta kesehatan dan kesempatan, sehingga kami bisa menyusun dan menyelesaikan
makalah Critical Jurnal Review ini .
Adapun tujuan kami menulis Critical Jurnal ini tidak lain untuk meningkatkan
kemampuan kita dalam menilai sebuah buku. Dan kami juga tidak bermaksud untuk
menyudutkan beberapa pihak tertentu.
Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna untuk itu kami selaku
mahasiswa yang menyusun makalah ini ingin mengucapkan maaf untuk kesalahan dalam
penempatan bahasa dan kekurangan dalam setiap materi atau bab yang kami tuliskan. Atas
segalanya kami mengucapkan terima kasih dan kami berharap bahwa makalah ini bisa
memberikan manfaat.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................................................
DAFTAR ISI................................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................................
2.1. Protein...................................................................................................................................
3.2. Pendahuluan..........................................................................................................................
BAB IV PEMBAHASAN............................................................................................................
4.2. Kelebihan..............................................................................................................................
4.3. Kekurangan...........................................................................................................................
BAB V PENUTUP.......................................................................................................................
5.1. Kesimpulan............................................................................................................................
5.2. Saran......................................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
Critical Jurnal Review ( CJR) secara singkat dapat diartikan sebagai evaluasi
terhadap suatu jurnal yang akan direview. Latar belakang kami membuat critical jurnal
ini yaitu untuk mengevaluasi, seperti mengulas atau mereview, menginterprestasi serta
menganalisis isi sebuah jurnal, yang menitik beratkan pada evaluasi ( penjelasan,
interprestasi dan analisis) mengenai keunggulan dan kelemahan jurnal, apa yang menarik
dari buku tersebut, bagaimana isi jurnal tersebut bisa mempengaruhi cara berfikir
pembaca dan menambah pemahaman pembaca terhadap suatu bidang kajian tertentu.
Dengan kata lain, melalui CJR ini pembaca (reviewer) menguji pikiran pengarang atau
penulis berdasarkan sudut pandang pembaca berdasarkan pengetahuan dan pengalaman
yang dimiliki.
1.2 Tujuan
1. Untuk mengulas isi sebuah jurnal
2. Untuk mencari dan mengetahui informasi yang ada dalam jurnal
3. Untuk membandingkan isi jurnal pertama, kedua dan ketiga
1.3 Manfaat
1. Untuk menambah pengetahuan tentang protein dan asam amino.
2. Untuk menambah wawasan tentang mengerti meriview sebuah jurnal.
BAB II
RINGKASAN MATERI
Pengertian Protein
Protein berasal dari kata Yunani “proteios” yang berarti pertama atau kepentingan
utama. Sesuai namanya, protein sangat penting sebagai penyusun dari semua kehidupan sel
dan merupakan kelompok kimia terbesar didalam tubuh setelah air. Daging rata-rata
mengandung 75% air, 16% protein, 65% lemak , dan 3% abu. Protein merupakan komponen
esensial dari inti sel dan protoplasma sel. Oleh sebab itu protein jumlahnya besar dalam
jaringan otot karkas, organ -organ dalam, syaraf, dan kulit.
Protein adalah senyawa organik yang sangat komplek dengan berat molekul tinggi.
Seperti halnya karbohidrat dan lemak, protein tersusun dari unsur-unsur C, H, dan O.
Umumnya protein mengandung 16% unsur N dan kadang-kadang mengandung unsur fosfor
atau sulfur. Protein mempunyai struktur dasar yang berbeda dari makromolekul biologi
penting lainnya seperti karbohidrat dan lemak. Karbohidrat dan lemak mempunyai struktur
dasar yang disusun oleh unit-unit yang sama atau pengulangan unit yang sama (misalnya
pengulangan unit glukosa dalam pati, glikogen dalam selulosa). Sedangkan protein
mempunyai lebih dari 100 unit dasar penyusun yang berbeda. Unit dasar penyusun protein
adalah asam-amino. Dengan demikian protein dapat tersusun oleh rangkaian asam-amino
yang bervariasi dan berderet, tidak hanya dalam komposisi protein tetapi juga dalam bentuk
protein.
Klasifikasi Protein
a. Protein Serat/Fibrosa
Protein fibrosa adalah protein hewani yang tidak larut yang pada umumnya tidak
dapat dihancurkan oleh enzim penghancur. Protein fibrosa rantai-rantai peptidanya seperti
filamen yang memanjang. Contoh yang termasuk protein fibrosa adalah kolagen (protein
yang berperan dalam hubungan jaringan), elastin (terdapat dalam jaringan yang elastis seperti
arteri dan tendon) dan keratin (yang terdapat dalam rambut, kuku, wool dan kuku mamalia).
b. Protein Globular
Protein globular adalah proyein yang berbentuk bulat. Protein globular rantai
peptidanya melilit padat, contohnya adalah enzim, antigen dan hormon. Protein globular
dapat dipecah lebih lanjut menjadi albumin (larut dalam air, dapat terkuagulasi oleh panas,
terdapat pada telur, susu, darah dan tanaman), globulin (tidak larut dalam air atau larut sedikit
demi sedikit, terdapat dalam telur, susu dan darah, dan gunanya sebagai cadangan protein
yang terdapat dalam biji tanaman), dan histon (protein dasar yang berberat molekul rendah,
larut dalam air, terdapat dalam inti sel yang bergabung dengan deoxyribonucleic acid -
DNA).
c. Protein Konjugasi
Protein konjugasi adalah gabungan antara protein dan non protein. Contoh yang
termasuk dalam kelompok ini adalah fosfoprotein (kasein dalam susu, fosfitin dalam kuning
telur), glikoprotein (sekresi lendir), lipoprotein (memberan sel), kromoprotein (hemoglobin,
hemosianin, sitokrom, flavoprotein) dan nukleoprotein (gabungan protein dengan asam
nucleic yang terdapat dalam inti sel).
Protein di alam ditemukan dalam bentuk koloid, kelarutan protein di dalam air
berbeda-beda, dari yang tidak larut (keratin) sampai yang mempunyai kelarutan tinggi
(albumin). Protein dapat didenaturasi oleh panas, asam kuat, alkali, alkohol, aseton, urea dan
garam dari logam berat. Denaturasi adalah proses yang mengubah struktur molekul tanpa
memutuskan ikatan kovalen. Denaturasi dapat pula didefinisternak sebagai perubahan yang
besar dalam struktur alami yang tidak melibatkan perubahan dalam urutan asam-amino.
Denaturasi biasanya diiringi dengan hilangnya aktivitas biologi dan perubahan yang berarti
pada beberapa sifat fisika dan fungsi. Jika protein didenaturasi, protein akan kehilangan
struktur uniknya dan karena itu sifat-sifat kimia, fisik dan bilogi yang dimilikinya akan
berubah. Contoh dalam kasus ini adalah enzim yang diinaktifkan oleh panas. Denaturasi dan
koagulasi protein merupakan aspek kestabilan yang dapat berkaitan dengan susunan dan
urutan asam-amino dalam protein.
Sumber Protein
Kebutuhan protein pada setiap orang berbeda-beda. Tergantung pada berat badan,
usia, jenis kelamin, serta jumlah jaringan tubuh yang aktif.
Sumber protein dapat berasal dari hewani maupun nabati. hewani antara lain daging, ayam,
telur, ikan, dan susu sedangkan sumber protein nabati antara lain kacang-kacangan, tempe,
tahu, dan brokoli. Beberapa jenis makanan yang mengandung protein tinggi yaitu kacang
kedelai, kacang almond, keju, tempe, bayam dan susu.
Sintesis Protein
Sintesis protein, yaitu proses penyusunan senyawa protein dengan membentuk
rangkaian rantai polipeptida. Sintesis protein ini terjadi di dalam ribosom dan pengaturan
sintesis protein dilakukan oleh gen (DNA) di dalam inti.
Secara garis besar, tahapan proses sintesis protein antara lain seperti berikut :
1. Transkripsi
DNA membuka menjadi 2 rantai terpisah. Karena mRNA berantai tunggal, maka
salah satu rantai DNA ditranskripsi (dicopy). Rantai yang ditranskripsi dinamakan DNA
sense atau template dan kode genetik yang dikode disebut kodogen. Sedangkan yang tidak
ditranskripsi disebut DNA antisense/komplementer. RNA Polimerase membuka pilinan rantai
DNA dan memasukkan nukleotida-nukleotida untuk berpasangan dengan DNA sense
sehingga terbentuklah rantai mRNA. Contoh transkripsi:
2. Translasi
mRNA / RNAd yang sudah terbentuk keluar dari anak inti sel menuju rRNA. Disana
mRNA masuk ke rRNA / RNAr diikuti oleh tRNA / RNAt. Ketika antikodon pada tRNA
cocok dengan kodon mRNA kemudian rantai bergeser ke tengah. Kodon mRNA berikutnya
dicocokkan dengan tRNA kemudian asam amino yang pertama berikatan dengan asam amino
kedua. tRNA pertama keluar dari rRNA. Proses ini berlangsung hingga kodon stop, ribosom
subunit besar dan kecil terpisah, mRNA dan tRNA keluar dari ribosom. Kodon stop :
UAA,UAG, UGA
Fungsi Protein
Protein dapat dikatabolisasi menjadi sumber energi atau sebagai substrat penyusun
Protein diperlukan dalam tubuh untuk penyusun hormon, enzim dan substansi
Asam amino adalah unit dasar dari struktur protein. Semua asam amino sekurang-
kurangnya mempunyai satu gugus asam karboksil ( -COOH) satu gugus amino (-NH2) pada
posisi alfa dari rantai karbon yang asimetris, sehingga dapat terjadi beberapa isomer.
Walaupun lebih dari 100 jenis asam amino yang berbeda yang telah diisolasi dari bahan-
bahan biologi, tapi hanya ada 25 jenis yang sering dijumpai dalam protein. Dengan adanya
dua gugusan tersebut, asam amino dapa t bertindak sebagai buffer yang berfungsi menahan
perubahan pH. Seperti halnya karbohidrat sederhana, asam amino mempunyai sifat optik
aktif dengan adanya isomerisasi. Asam amino dalam larutan bersifat amfoter yaitu dapat
bereaksi dengan asam basa tergantung dari lingkungannya.
Klasifikasi Asam Amino
Asam amino dengan gugus karboksil menyebabkan sifat asam karena gugus [-COOH]
dapat melepas ion H+ membentuk COO.
Asam amino dengan gugus amino menyebabkan sifat basa karena gugus [-NH2] dapat
melepas ion H+ membentuk – NH3+.
Sifat senyawa demikian disebut amfoter (bereaksi baik dengan asam maupun basa)
Pembentukan ion tersebut disebut dengan ion zwitter.
1. jika direaksikan dengan asam, maka asam amino akan menjadi suatu kation.
2. jika direaksikan dengan basa, maka asam amino akan menjadi suatu anion.
Semua senyawa asam amino mempunyai atom C asimetris (spiral) sehingga bersifat optis
aktif, artinya dapat memutar bidang polarisasi kecuali glisin.
Glisin adalah satu-satunya asam amino yang tidak bersifat optis aktif.
BAB III
REVIEW JURNAL
I. IDENTITAS JURNAL
2. SUBJEK PENELITIAN
Jurnal 1
Kadar Protein Dan Profil Asam Amino Daging Kambing Peranakan Etawah (PE)
Jantan Dan Peranakan Boer (PB) Kastrasi.
Jurnal 2
Fermentasi Substrat Padat Pada Onggok Dengan Aspergillus oryzae : Evaluasi
Kandungan Protein Dan Asam Amino , Kecernaan Dan Ketersediaan Energi Pada
Ayam Broiler.
Jurnal 3
Kualitas Protein dan Komposisi Asam Amino Ampas Sagu Hasil Fermentasi
Aspergillus niger dengan Penambahan Urea dan Zeolit.
3. ASSEMENT DATA
Jurnal 1
Data dianalisis dengan uji-t. Hasil penelitian menunjukkan bahwa daging kambing
filial boer yang dikebiri memiliki kandungan protein yang lebih tinggi secara
signifikan dan 7 asam amino esensial yaitu lisin, leusin, arginin, fenilalanin, isolusin,
valin dan histidin dibandingkan dengan daging kambing etawah filial.
Jurnal 2
Onggok difermentasi denganAspergillus oryzae secara aerobik menggunakan metode
fermentasi substrat padat selama 72 (OF-72) dan 144 jam (OF-144), dan dilanjutkan
inkubasi anaerobik selama 48 jam.
JURNAL 3
Data dianalisis dengan Uji Ragam dan deskriptif. Data berbeda nyata pada Uji Ragam
dilanjutkan dengan Uji Jarak Berganda Duncan.
4. KATA KUNCI
Jurnal 1
Protein, profil asam amino dan daging kambing.
Jurnal 2
Onggok, Fermentasi, Aspergillus oryzae, Kecemaan, Ketersediaan energi, Broiler).
Jurnal 3
A. niger, ampas sagu, asam amino, urea, zeolit
III. METODE
1. METODE PENELITIAN
Jurnal 1
Penelitian ini menggunakan metode penelitian percobaan, dengan menggunakan uji t
(t test) untuk membandingkan antara 2 macam perlakuan.
Jurnal 2
Onggok difermentasi dengan Aspergillus oryzae secara aerobik menggunakan metode
fermentasi substrat padat selama 72 (OF-72) dan 144 jam (OF-144), dan dilanjutkan
inkubasi anaerobik selama 48 jam.
Jurnal 3
Metode penelitian dilakukan dengan cara menggunakan Rancangan Acak Lengkap
(RAL) pola faktorial dengan 2 faktor dan 3 ulangan. Perlakuan yang digunakan, yaitu
penambahan urea dan zeolit, masing-masing dengan tiga level (0, 2,5, dan 5).
2. LANGKAH PENELITIAN
Jurnal 1
Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah daging bagian loin, paha depan
dan paha belakang dari kambing Peranakan Etawah (PE) jantan dan Peranakan Boer
(PB) kastrasi, umur sekitar 8 bulan. Sampel dipersiapkan menurut metode yang
diuraikan dalam Anonymous (1998) dan peralatan yang digunakan dalam pengujian
ini adalah High Speed Amino Acid Analyzer
Hitachi model 835 dengan metode HPLC khusus untuk deteksi ninhydrin
postcolumnreaction. Kolom: resin penukar kation (cation exchanger) 4,6 x 150 nm,
suhu 53oC, resin filter amonia 4 x 5,0 nm. Kecepatan alir: 0,225 ml/menit (bufer) dan
0,3 ml/menit (ninhidrin). Eluasi gradien dengan 4 macam buffer dan 1 macam cairan
untuk regnerasi kolom. Deteksi: pereaksi warna ninhidrin (suhu 96oC)(post coloum
reaction) untuk semua asam amino berwarna keunguan kuali prolin pada 440 m
(channel 2) berwarna kekuningan. Penelitian ini menggunakan metode penelitian
percobaan, dengan menggunakan uji t (t test) untuk membandingkan antara 2
macam perlakuan.
Jurnal 2
Onggok kering giling dicampur dengan air dengan perbandingan 1 : 1, dikukus
selama 60 menit, kemudian didinginkan sampai mencapai suhu kamar. Selanjutnya
onggok dicampur secara merata dengan 1% (wlw) wea dan 0,lo/o (v/w) medium
Czapek's yang dimodifikasi (5 g NaNOr, 1 g KrHPOo, 1 g KHrPOu, 0,5 g KCl, 0,019
FeSOo.7HrO,0,5 g MgSOo.THrO dalam 1000 ml akuades) berdasarkan bahan kering
onggok.
Jurnal 3
Bahan yang diperlukan untuk penelitian adalah ampas sagu, kapang A. niger, urea,
dan zeolit. Ampas sagu yang diambil dari pengolahan tepung sagu dikeringkan dan
digiling. Zeolit dalam bentuk tepungdigunakan sebanyak 0, 2,5, dan 5% dari bahan
keringampas sagu. Kedua bahan tersebut dicampur hinggahomogen kemudian
ditambahkan aquades untukmencapai kadar air sekitar 75%. Selanjutnya disterili-
sasi dengan menggunakan autoclave dengan suhu 120 ºC dan tekanan 250 psi
selama 15 menit. Setelah dingin dicampur dengan urea sebanyak 0, 2,5, dan 5% dari
bahan kering ampas sagu.ditambahkan starter A.niger ampas sagu.Campuran
kemudian dalam ruang fermentasi dan enam hari pada suhu 28-32 ºC. Setelah
inkubasi selesai dilakukan pemanenan dengan meng-hentikan aktivitas kapang dengan
cara dikeringkan dioven pada suhu 60 ºC selama 48 jam. Ampas sagu Hasil
fermentasi digiling dengan disk saringan 0,6 mm.
BAB IV
Muhsafaat, dkk. 2015. Kualitas Protein dan Komposisi Asam Amino Ampas Sagu
Hasil Fermentasi Aspergillus niger dengan Penambahan Urea dan Zeolit. Jurnal Ilmu
Pertanian Indonesia (JIPI). Vol.20 (2) : 124-130, ISSN : 0853-4217.
Mursyid, dkk. 2005. Fermentasi Substrat Padat Pada Onggok Dengan Aspergillus
oryzae : Evaluasi Kandungan Protein Dan Asam Amino , Kecernaan Dan
Ketersediaan Energi Pada Ayam Broiler. Jurnal Buletin Peternakan. Vol. 29 (2): 71-
78, ISSN : 0126-4400.
Purnomo, dkk. 2012. Kadar Protein Dan Profil Asam Amino Daging Kambing
Peranakan Etawah (PE) Jantan Dan Peranakan Boer (PB) Kastrasi. Jurnal Ilmu dan
Teknologi Hasil Ternak. Vol.7 (1) : 1-5, ISSN : 1978 – 0303.