Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH BIOLOGI SEL DAN MOLEKUL

Struktur Dan Fungsi Protein

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 1

AFRA NURUL ILMI ( PO713203201003 )

DARA AISYIAH RIDHAWATY (PO713203201009)

INTAN PURNAMASARI PAMA (PO713203201018)

NURAISYAH ANDINI (PO713203201032)

RAHMATIAH AZIZATUNNISA (PO713203201039)

RINA YUNITA (PO713203201042)

SUDARMAWATI (PO713203201044)

PROGRAM STUDI D-III TLM TINGKAT II/A

POLTEKKES KEMENKES MAKASSAR

TAHUN AJAR 2021/2021

i
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang. Sholawat serta salam kita curahkan pada junjungan Nabi besar Muhammad
SAW. Berkat rahmat dan limpahannya, sehingga kami kelompok 1 dapat menyelesaikan
makalah ini guna memenuhi tugas mata kuliah Biologi Sel dan Molekul, adapun judul
makalah kami yaitu Struktur dan Fungsi Protein .

Semoga makalah ini dapat memnerikan wawasan yang lebih luas dan menjadi
sumber pemikiran kepada para pembaca. Kami menyadari bahwa makalah ini masih
memiliki banyak kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran dari pembaca demi
perbaikan makalah ini akan kami terima dengan senang hati guna menyempurnakan
makalah ini. Akhir kata semoga dengan adanya makalah ini dapat bermanfaat untuk
penyusun maupun pembacanya.

Makassar, 12 Desember 2021

DAFTAR ISI

i
KATA PENGANTAR.............................................................................................................i
DAFTAR ISI......................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................................1
1.1 Latar Belakang........................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................................2
1.3 Tujuan........................................................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................................ 3
2.1 Pengertian Protein.....................................................................................................3
2.2 Struktur Protein.......................................................................................................... 4
2.3 Fungsi Protein.......................................................................................................... 11
BAB III PENUTUP............................................................................................................. 15
3.1 Kesimpulan..............................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................... 16

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari, protein dapat kita jumpai di dalam tahu, tempe, kacang-
kacangan, buah-buahan (misal pisang, durian, apokat), beras, jagung yang sering kita
kenal sebagai protein nabati karena berasal dari tumbuh-tumbuhan. Selain itu kita juga
mengenal protein hewani yaitu protein yang berasal dari hewan seperti ikan laut, ikan air
tawar, daging (daging ayam, kerbau, kambing, sapi, kelinci dan hewan yang lain, baik
hewan berkaki empat maupun berkaki dua) dan juga yang berasal dari produk hewan
seperti susu, telur, keju.
Protein di dalam tubuh manusia maupun hewan memegang peranan yang penting.
Protein berperan sebagai komponen penyusun struktur sel (protein trans membran,
Gambar 4.3). Protein juga berfungsi sebagai antibodi, protein hemoglobin, protein
myoglobin, sebagai hormon, protein sebagai enzim. Protein juga sebagai bahan baku
energi, contohnya ketika tidak makan nasi seperti kebiasaan orang Jawa, tetapi Anda
makan steack yang bahannya daging maka Anda sudah tidak terasa lapar.
Enzim adalah satu protein yang berperan sebagai biokatalisator dalam reaksi kimia
yang berlangsung di dalam tubuh manusia maupun di dalam organisme yang lain seperti
hewan, tumbuhan, mikroorganisme seperti bakteri, dan jamur. Enzym β-Galaktosidase
yang dimiliki oleh bakteri yang memfermentasikan laktosa seperti Escherichia coli,
Klebsiella pneumoniae, Enterobacter cloacae. Enzym β-Galaktosidase mampu
menghidrolisa laktosa sebagai disakarida menjadi dua monosakarida yaitu glukosa dan
galaktosa. Contohnya koloni Escherichia coli, Klebsiella pneumoniae, Enterobacter
cloacae pada media Mac-Conkey (MC) warnya merah jambu, karena menghasilkan
Enzym β-Galaktosidase, sehingga mampu menghidrolisa laktosa yang terdapat pada
media MC menjadi glukosa dan galaktosa, kemudian glukosa difermentasi hasilnya asam,
pada suasana asam indikator neutral red pada MC berwarna merah jambu, sehingga
koloni bakteri tersebut berwarna merah jambu.
Selain itu, protein juga berfungsi sebagai penyusun hormon. Anda pasti sudah
mengetahui bahwa hormon insulin berperan dalam regulasi pengaturan jumlah glukosa
dalam darah. Saat ini banyak penderita Diabetes Mellitus (DM) -orang awam
menyebutnya sakit gula-. Cukup banyak penderita DM yang harus mendapatkan suntikan

1
insulin dalam tubuhnya. Hormon insulin terbentuk dari protein, yang dihasilkan oleh
pankreas. Dimana gen insulin yang ada pada sel pankreas akan mensintesis protein yang
merupakan hormon insulin. Dan hormon insulinlah yang berperan dalam pengaturan
kadar gula di dalam darah, apabila insulin ada masalah maka berakibat pada kadar gula
darah yang dialami oleh penderita DM

1.2     Rumusan Masalah
Adapun yang menjadi rumusan masalah yang dibahas pada makalah ini antara lain:
1. Apa definisi dari protein?
2. Apa saja struktur dari protein?
3. Apa fungsi dari protein?

1.3     Tujuan
Adapun yang menjadi tujuan dari penyusunan makalah ini antara lain sebagai
berikut:
1. Untuk mengetahui definisi amnion
2. Untuk mengetahui struktur dari protein
3. Untuk mengetahui fungsi protein

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1  PENGERTIAN PROTEIN
stilah protein berasal dari bahasa Yunani “protos” yang berarti ‘yang paling utama’.
Protein di dalam sel mempunyai peranan penting sehingga diartikan ‘yang paling utama’.
Seberapa penting peranan protein di dalam sel? Pada kenyataannya protein adalah
makromolekul paling melimpah di dalam sel. Protein melakukan paling banyak pekerjaan
di dalam sel. Fungsi protein antara lain : perlindungan terhadap infeksi, katalis reaksi
metabolik, dukungan dan kekuatan mekanik. Semua fungsi protein tersebut adalah
essensial untuk kehidupan sel. Protein merupakan kelompok molekul makanan yang
penting karena protein menyediakan organisme tidak hanya karbon dan hidrogen, tetapi
juga nitrogen dan sulfur. Nitrogen dan sulfur tidak tersedia pada lemak dan karbohidrat
yang merupakan kelompok molekul makanan utama lainnya.

Protein dapat digambarkan sebagai untaian sederetan residu asam amino dengan
urutan spesifik. Residu asam amino tersebut dihubungkan oleh ikatan peptida. Istilah
“residu” menandakan bahwa air telah hilang ketika satu asam amino bergabung dengan
asam amino lainnnya. Untaian deretan residu asam amino pada suatu protein,
sesungguhnya tidak linear tetapi melipat membentuk struktur yang kompleks seperti
coils, zikzaks, turns dan loops. Lebih dari 50 tahun yang lalu, bentuk tiga dimensi
(konformasi) protein telah ditentukan. Konformasi adalah penataan ruang atomatom
yang tergantung pada rotasi dari sebuah ikatan. Konformasi suatu molekul seperti
protein dapat berubah tanpa memutus ikatan kovalen, sedangkan konformasi bermacam
molekul dapat berubah hanya oleh pemutusan dan pembentukan kembali ikatan kovalen.

Setiap protein mempunyai sejumlah bentuk potensial konformasi karena setiap residu
asam amino mempunyai sejumlah kemungkinan konformasi dan ada banyak residu
asam amino pada suatu protein. Kebanyakan protein melipat membentuk struktur stabil
yang dikenal sebagai konformasi native. Fungsi biologi suatu protein tergantung pada
bentuk konformasi nativenya. Oleh sebab itu, setiap protein mempunyai struktur tiga
dimensi yang merefleksikan fungsinya. Suatu protein mungkin untai polipeptida tunggal
atau mungkin tersusun dari beberapa untai polipeptida yang berikatan satu dengan
lainnya melalui interaksi lemah. Beberapa polipeptida mengandung hanya 100 residu

3
asam amino dengan Mr sekitar 11.000. Protein lainnya mengandung untai polipeptida
yang sangat besar yang ukurannya lebih dari pada 2.000 residu asam amino dengan Mr
sekitar 220.000.

Protein bervariasi bentuknya. Walaupun demikian bentuk protein dapat


dikelompokkan dua yaitu protein globular dan protein fibrous. Protein globular
merupakan protein yang larut didalam air. Makromolekul ini berbentuk seperti ’bola’
dengan karakteristik pada bahagian dalam protein hidrofobik dan pada permukaan
protein hidrofilik. Oleh sebab itu, protein globular larut di dalam air. Kebanyakan protein
globular adalah enzim. Protein fibrous adalah protein struktural yang menyediakan
dukungan mekanik pada sel dan organisme. Protein fibrous dirancang khusus seperti
‘kabel besar’ atau ‘lembaran’. Sebagai contoh adalah α-keratin, komponen utama rambut
dan kuku; collagen, komponen utama tanduk, kulit, tulang dan gigi. Contoh lain protein
struktural adalah komponen protein virus, bacteriophage, spora dan pollen.

2.2 STRUKTUR PROTEIN


Molekul protein memiliki empat tingkatan struktur yaitu struktur primer, struktur
sekunder, struktur tersier, dan struktur quartener. Struktur primer menggambarkan
sekuens linier dari Minda Azhar 139 residu asam amino pada protein. Tenaga yang
memelihara struktur primer adalah ikatan peptida yang merupakan ikatan kovalen.
Struktur tiga dimensi protein digambarkan oleh tiga tingkatan tambahan yaitu struktur
sekunder, struktur tersier dan struktur quartener. Tenaga untuk memelihara atau
menstabilkan tiga struktur ini terutama adalah ikatan nonkovalen. Struktur sekunder
merefer kepada pengaturan memelihara konformasi lokal oleh ikatan hidrogen antara
hidrogen amida dan oksigen karbonil dari back-bone peptida. Kebanyakan struktur
sekunder adalah α-helis, βstrands, dan turn.
A. Struktur Primer Protein
Struktur primer protein adalah urutan residu asam amino pada rantai protein yang
dihasilkan dari pembentukan ikatan peptida antara residu asam amino di dalam rantai.
Ikatan yang memelihara struktur primer adalah ikatan peptida yang merupakan ikatan
kovalen. Setiap protein mempunyai struktur primer yang dibedakan oleh jumlah,
urutan dan macam residu asam amino yang terletak sepanjang rantai protein. Struktur
primer heksapeptida dimuat pada Gambar 84. Prefiks ‘heksa’ pada kata ‘peptida’
bukan menunjukkan jumlah ikatan peptida tetapi menunjukkan jumlah residu asam

4
aminonya. Jumlah ikatan peptida heksapeptida (terbentuk dari 6 asam amino) adalah
lima.

Gambar 1. C

di sebelah kiri dan residu asam amino C-terminal di sebelah kanan. Protein adalah
polimer L-α-asam amino dimana gugus karboksil dari satu asam amino dihubungkan
dengan gugus amino dari asam amino lainnya. Ikatan peptida adalah ikatan amida
yang terbentuk antara gugus α-karboksilat (–COO-) dari satu asam amino dengan
gugus α-amino (-NH3 +) dari asam amino lainnya. Reaksi ini adalah reaksi dehidrasi
karena molekul air hilang dan ikatan peptida dibentuk. Residu asam amino dengan
gugus α-NH3 + bebas dikenal sebagai amino terminal atau residu N-terminal. Residu
asam amino dengan gugus –COO- dikenal sebagai karboksil atau residu C-terminal.
Urutan residu asam amino suatu protein ditulis dengan residu asam amino N-terminal
Struktur primer adalah urutan residu asam amino yang diikat secara kovalen.
Peptida Leu-Gly-Thr-Val-Arg-Asp-His mempunyai sruktur primer yang berbeda
dengan Val-His-Asp-Leu-Gli-Arg-Thr walaupun keduanya mempunyai jumlah dan
jenis asam amino yang sama. Sebagai catatan bahwa urutan dari asam amino dapat
ditulis pada satu garis. Struktur primer adalah struktur satu dimensi yang merupakan
langkah pertama untuk menentukan struktur tigadimensi suatu protein. Beberapa ahli
biokimia mendefinisikan struktur primer dengan memasukkan semua interaksi
kovalen, termasuk ikatan disulfida yang dibentuk oleh sistein. Bagaimanapun juga
ikatan disulfida merupakan bagian struktur tersier.

5
Gambar 2. Struktur Primer Lysozyme Dari Putih Telur Ayam

Struktur primer suatu protein adalah translasi dari informasi yang terdapat pada
gen. Sekuens basa nukleotida pada gen dapat berubah karena proses mutasi. Mutasi
suatu gen dapat mengakibatkan perubahan sekuens residu asam amino dari sebuah
protein yang dikodenya. Dengan demikian, mutasi dapat merubah struktur primer
protein. Hal ini dapat diartikan bahwa, jika dua spesies dari organime menyimpang
menjadi spesies baru dalam waktu yang sangat dekat, maka perbedaan sekuens
residu asam amino dari proteinnya akan sangat sedikit. Lain halnya jika mereka
berbeda berjuta-juta tahun yang lalu ada banyak perbedaan dalam sekuens residu
asam amino proteinnya. Sebagai akibatnya kita dapat membandingkan hubungan
evolusi diantara spesies dengan membandingkan struktur primer protein yang hadir
pada kedua spesies tersebut.
B. Struktur Sekunder Protein
Dua aspek struktur tiga-dimensi dari rantai tunggal polipeptida adalah struktur
sekunder dan struktur tersier. Struktur sekunder polimer didefinisikan sebagai
konformasi lokal dari backbone polimernya. Struktur sekunder protein merefer ke
penataan ruang dari residu asam amino yang berdekatan di dalam segmen suatu
polipeptida. Sifat geometri ikatan peptida adalah prasyarat untuk mengerti struktur ini.
Struktur sekunder protein terbentuk akibat ikatan hidrogen antara hidrogen amida dan
oksigen karbonil sepanjang ikatan peptida dari protein tersebut. Bentuk struktur

6
sekunder protein adalah α-helix, β-sheet, loop (ikalan) dan turn (belokan). Struktur α-
helix dan β-sheet merupakan struktur yang berulang pada interval yang teratur.
Struktur α-helix seperti spiral dan hanya melibatkan satu polipeptida, sedangkan
struktur β-sheet dapat melibatan satu atau lebih polipeptida. Struktur helix merupakan
penataan paling sederhana dari rantai polipeptida yang oleh Pauling dan Corey
dinamakan dengan α-helix.
1. α- Helix
Struktur sekunder rantai protein yang paling umum adalah berpilin ke kiri yang
dikenal dengan α-helix. Mengapa struktur α- helix yang terbentuk dibandingkan
kemungkinan struktur lainnya? Sebagian jawabannya adalah bahwa struktur α-
helix membuat optimal penggunaan ikatan hidrogen. Struktur ini distabilkan oleh
ikatan hidrogen yang sejajar dengan sumbu helix di dalam backbone rantai tunggal
polipeptida. Jika struktur α-helix mulai terbentuk dari ujung N-terminal, maka atom
O pada gugus C-O dari setiap residu asam amino berikatan hidrogen dengan atom
H pada gugus N-H dari residu ke-4 asam amino. Konformasi helix memungkinkan
penataan linier dari atom-atom yang terlibat di dalam ikatan hidrogen. Hal ini
memberikan kekuatan ikatan maksimum yang membuat konformasi helix sangat
stabil. Setiap putaran helix terdapat 3,6 residu asam amino dengan panjang
putaran 5,4ºA. Dengan demikian, panjang residu asam amino pada α-helix adalah
0,15 nm.

Gambar 3. Struktur Sekunder α- helix (Murray et al, 2009)


Sekuens residu asam amino pada polipeptida mempengaruhi kestabilan α-
helix. Tidak semua residu asam amino pada polipeptida dapat membentuk struktur

7
α-helix yang stabil. Alanin memperlihatkan kecendrungan terbesar untuk
membentuk α-helix di dalam kebanyakan sistem eksperimen. Posisi dari suatu
residu asam amino relatif dengan residu asam amino lainnya adalah penting.
Interaksi antara rantai samping residu asam amino dapat menstabilkan atau
menggoyahkan struktur α-helix. Sebagai contoh jika segmen suatu rantai
polipeptida terdiri dari Glu, maka pada bagian ini tidak akan terbentuk α-helix pada
pH 7. Mengapa? Muatan negatif gugus karboksil menolak dengan kuat residu
asam amino Gln yang berdekatan pada segmen ini, sebagai akibatnya mencegah
pembentukan struktur α-helix. Begitu juga jika banyak berdekatan residu Lys dan
atau residu Arg.
2. β- Sheet
Pada tahun 1951, Pauling dan Corey memperkirakan tipe struktur sekunder
protein yang kedua yaitu konformasi β. Pada konformasi β, rantai polipeptida saling
berdekatan bahkan dengan rantai polipeptida yang lain. Penataan atom pada
konformasi β, rantai polipeptida yang saling berdekatan tersebut dinamakan
βsheet. Bagian rantai polipeptida yang hampir sepenuhnya teregang membentuk
β-sheet dimanakan β strand. Panjang masing-masing residu pada β strand sekitar
0,32 sampai 0,34 nm, sebaliknya panjang residu asam amino pada α-helix adalah
0,15 nm.

Gambar 4. Struktur Sekunder β- pleated (Campbell et al, 2009)

8
3. Loop And Turn
Loop dan turn menghubungkan α-helix dan β-sheet yang memungkinkan rantai
polipeptida melipat dan menghasilkan bentuk tiga dimensi dalam struktur
nativenya. Sebanyak sepertiga dari residu asam amino pada protein ditemukan
struktur nonrepetitif seperti loop dan turn. Loop sering mengandung residu asam
amino hidrofilik dan biasanya ditemukan pada permukaan protein dimana residu
tersebut diekspos ke pelarut dan membentuk ikatan hidrogen dengan air.
Beberapa loop terdiri dari banyak residu asam amino dari struktur nonrepetitif.
Sekitar 10% residu dapat ditemukan daerah demikian. Polimer glycine cendrung
membentuk struktur coil.
Loop mengandung hanya sedikit (sampai 5) residu asam amino yang direfer
sebagai turn jika urutan tersebut menyebabkan perubahan mendadak dalam arah
dari sebuah rantai polipeptida. Tipe yang paling umum dari turn ketat dinamakan
reverse turn (berputar balik).
C. Struktur Tersier Protein
Teknik eksperimen yang digunakan untuk menentukan struktur tersier protein
adalah kristalografi sinar-X (X-ray crystallography). Kristal sempurna dari beberapa
protein dapat ditumbuhkan dengan hati-hati pada kondisi yang dikontrol. Pada kristal
demikian semua molekul protein mempunyai konformasi tiga-dimensi yang sama dan
mempunyai orientasi yang sama. Kristal dengan kualitas seperti ini dapat terbentuk
dari protein dengan kemurnian yang sangat tinggi. Dengan demikian, tidak akan
diperoleh struktur protein jika protein tidak dapat dikristalkan. Mengkristalkan protein
untuk menentukan struktur tersiernya merupakan areal riset yang berkembang saat
ini. Struktur tersier suatu protein misalnya exoinulinase, endoinulinase telah
ditemukan dan dapat dilihat pada basis data Protein Data Bank (PDB).
Struktur tersier glutathione synthetase diperoleh dengan teknik kristalografi sinar-X.
Pada struktur tersier glutathione synthetase terdapat 4 buah daerah helix yaitu A-helix
(residu asam amino 5-11), B-helix (23-34), C-helix (86-99), D-helix (105-109). Daerah
β-sheet (40- 43, 47-50). Daerah yang berbelok dan berpilin tidak beraturan adalah
daerah loop dan turn Untuk mengerti struktur tiga dimensi suatu protein kita perlu
menganalisa pola pelipatannya. Kami mulai dengan pendefinisian dua istilah penting

9
yang menggambarkan pola struktur protein atau pola struktur bagian dari sebuah
rantai protein yaitu motif dan domain.
1. Motif
Motif disebut juga struktur supersekunder. Motif adalah kombinasi dari α-helix,
β-sheet dan loop yang terdapat pada sejumlah protein yang berbeda. Kadang-
kadang motif berhubungan dengan fungsi khusus. Meskipun suatu motif secara
struktural mirip mungkin mempunyai fungsi yang berbeda pada protein yang
berbeda. Satu motif yang paling sederhana adalah helix-loop-helix. Struktur ini
terjadi pada sejumlah protein yang mengikat Calsium. Residu Glutamat dan
Aspartat pada loop dari protein ini membentuk bagian sisi pengikatan Calsium.
Versi protein mengikat DNA dari struktur supersekunder dinamakan motif
helix-turn-helix karena residu yang menghubungkan bentuk helix membentuk putar
balik. Pada protein ini, residu dari α-helix mengikat DNA. Beberapa bentuk umum
struktur supersekunder atau motif adalah helix-loop-helix, coiled, helix bundle, βαβ
unit, hairpain, β meander, Greek key, β-sandwich.
2. Domain
Istilah kedua untuk menggambarkan pola struktural adalah domain. Sebuah
domain didefinisikan sebagai bagian dari sebuah rantai polipebtida yang stabil
secara bebas atau dapat mengalami pergerakan sebagai sebuah kesatuan tunggal
dengan respect ke seluruhan protein. Pada domain terdapat pelipatan yang
terpisah secara bebas. Polipeptida dengan lebih dari pada ratusan residu asam
amino sering melipat membentuk dua atau lebih domain yang kadang-kadang
dengan fungsi yang berbeda. Protein kecil biasanya mempunyai hanya satu
domain.
Setiap domain merupakan unit kompak berbeda yang terdiri dari bermacam
struktur sekunder. Domain biasanya dihubungkan oleh loop tetapi domain juga
diikat satu sama lain melalui interaksi yang lemah yang dibentuk oleh rantai
samping residu asam amino pada permukaan setiap domain. Pada umumnya,
protein dapat dikelompokkan ke dalam famili menurut kemiripan struktur domain
dan sekuens asam aminonya.

10
D. Struktur Kuartener Protein
Beberapa protein mengandung dua atau lebih rantai polipeptida yang berbeda atau
sama. Rantai polipeptida pada protein ini dinamakan subunit. Masing-masing subunit
merupakan polipeptida yang terpisah. Proteinnya dinamakan dengan protein
multisubunit. Protein multisubunit dapat terdiri dari 2 subunit (dimer), 3 subunit
(trimer), 4 subunit (tetramer), dan bahkan lebih dari 4 subunit. Protein yang terdiri dari
sejumlah kecil subunit dinamakan oligomer. Protein dengan hanya satu subunit
adalah monomer. Subunit pada protein multisubunit mungkin identik atau berbeda.
Subunit identik dominan pada dimer dan tetramer.
Penataan polipeptida-polipeptida pada protein multisubunit dalam struktur tiga-
dimensinya dinamakan struktur quartener. Struktur quartener berhubungan dengan
topologi, penataan ruang dari dua atau lebih rantai polipeptida. Struktur quartener
merupakan penataan dan pengorganisasian subunit-subunit protein menjadi protein
kompleks yang fungsional. Interaksi antara subunit pada protein multisubunit
dimediasi oleh interaksi nonkovalen seperti ikatan hidrogen, interaksi hidrofobik, dan
interaksi elektrostatik.

Gambar 5. Beberapa Contoh Bentuk Struktur Kuartener

2.3 FUNGSI PROTEIN


A. Enzim Pencernaan
Kandungan protein di dalam tubuh yang ideal adalah konstan. Untuk menghindari
kekurangan protein, maka setiap hari harus mengkonsumsi minimum 30 gram protein.

11
Di negara-negara industri, kandungan protein dalam makanan jauh lebih tinggi (100
gram). Protein yang hilang dari tubuh kita melalui intestinum dan ginjal, yaitu melalui
urin/kencing. Pada Orang dewasa, setiap hari terjadi proteolisis protein menjadi asam
amino rata-rata 300-400 gram setiap hari yang diimbangi dengan biosintesis protein.
Beberapa protein short-lived (berumur singkat) seperti enzim pada metabolisme
antara, dan ada protein yang long-lived (umurnya panjang) seperti histon (protein
yang mengemas DNA menjadi nukleolus), hemoglobin, cytoskeleton.
Pencernaan protein yang terjadi di dalam mulut adalah pencernaan mekanik, yaitu
mengubah ukuran dari bahan yang di makan saja. Hal ini terjadi karena tidak adanya
enzym di dalam mulut yang berperan dalam pencernaan protein. Setelah di lambung
terjadi pencernaan enzymatik oleh enzym pepsin, hasilnya sebagian protein menjadi
asam amino, tetapi sebagian besar menjadi olygopeptida. Setelah sampai di usus
halus, maka akan terjadi pencernaan olygopeptida-olygopeptida oleh macam-macam
enzym yang ada di dalam usus halus.
B. Antibodi
Protein merupakan polimer dari monomer-monomerasam amino yang
dihubungkan satu sama lain dengan ikatan peptida. Molekul protein mengandung
karbon, hidrogen, oksigen, nitrogen dan kadang kala sulfur serta fosfor. Protein
berperan penting dalam struktur dan fungsi semua sel makhluk hidup. Kebanyakan
protein merupakan enzim atau subunit enzim. Protein terlibat dalam sistem kekebalan
(imun) sebagai antibodi, sistem kendali dalam bentuk hormon, sebagai komponen
penyimpanan (dalam biji) dan juga dalam transportasi hara.Sebagai salah satu
sumber gizi, protein berperan sebagai sumber asam amino bagi organisme yang tidak
mampu membentuk asam amino (Rijal, 2011).

C. Hemoglobin
Hemoglobin merupakan suatu protein tetramerik eritrosit yang mengikat molekul
bukan protein, yaitu senyawa porfirin besi yang disebut heme. Hemoglobin
mempunyai dua fungsi pengangkutan penting dalam tubuh manusia, yakni
pengangkutan oksigen ke jaringan dan pengangkutan karbondioksida dan proton dari
jaringan perifer ke organ respirasi. Jumlah hemoglobin dalam eritrosit rendah, maka
kemampuan eritrosit membawa oksigen ke seluruh jaringan tubuh juga akan menurun
dan tubuh menjadi kekurangan O2 Hal ini akan menyebabkan terjadinya anemia
(Gunadi, Mewo, dan Tiho, 2016).

12
Hemoglobin adalah suatu senyawa protein dengan Fe yang dinamakan konjugat
protein. Inti Fe dan rangka protoperphyrin dan globin (tetra phirin) menyebabkan
warna darah merah. Hb berikatan dengan karbondioksida menjadi karboksi
hemoglobin dan warnanya merah tua. Darah arteri mengandung oksigen dan darah
vena mengandung karbondioksida (Sudikno dan Sandjaja, 2016).

13
14
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Istilah protein berasal dari bahasa Yunani “protos” yang berarti ‘yang paling
utama’. Protein di dalam sel mempunyai peranan penting sehingga diartikan
‘yang paling utama’. Seberapa penting peranan protein di dalam sel? Pada
kenyataannya protein adalah makromolekul paling melimpah di dalam sel.
Protein melakukan paling banyak pekerjaan di dalam sel. Fungsi protein antara
lain : perlindungan terhadap infeksi, katalis reaksi metabolik, dukungan dan
kekuatan mekanik. Semua fungsi protein tersebut adalah essensial untuk
kehidupan sel. Protein merupakan kelompok molekul makanan yang penting
karena protein menyediakan organisme tidak hanya karbon dan hidrogen,
tetapi juga nitrogen dan sulfur. Nitrogen dan sulfur tidak tersedia pada lemak
dan karbohidrat yang merupakan kelompok molekul makanan utama lainnya.

15
DAFTAR PUSTAKA

Azhar, M. (2016). Biomolekul Sel, Karbohidrat, Protein dan Enzim. ITB: Bandung.

Gunadi., Mewo., & Tiho. (2016). Gambaran Kadar Hemoglobin pada Pekerja Bangunan.
Jurnal E-Biomedik. 4(2), 2–7

Muhamma, R. (2011). Biokima Dasar. Prodi Ilmu Politik. Universitas Islam Negeri Alauddin
Makassar.

Nurhayati, B., & Darmawati , S. (2017). Biologi Sel dan Molekuler. Jakarta Selatan.
Sudikno, S., & Sandjaja, S. (2016). Prevalensi dan Faktor Risiko Anemia pada Wanita
Usia Subur di Rumah Tangga Miskin di Kabupaten Tasikmalaya dan Ciamis,
Provinsi Jawa Barat. Jurnal Kesehatan Reproduksi Reproduksi, 7(2).

16

Anda mungkin juga menyukai