Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH METABOLISME GIZI MAKRO

PENGKLASIFIKASI PROTEIN MENURUT

DAYA LARUTNYA

DI SUSUN OLEH :

MIFTAHUL RIZKIKA

NIM J1B119032

PROGRAM STUDI ILMU GIZI


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2020
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh Segala puji bagi Allah


SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga saya dapat menyelesaikan
makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan
sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam
semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad
SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di akhirat nanti. Penulis mengucapkan
syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik itu berupa sehat
fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan
pembuatan makalah mata kuliah ilmu Gizi dengan judul “Pengklasifikasian Protein
Berdasarkan Daya Larutnya”. Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih
jauh dari kata sempurna dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di
dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk
makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik
lagi. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon
maaf yang sebesar-besarnya. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak khususnya kepada dosen ilmu gizi kami yang telah membimbing
dalam menulis makalah ini. Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat.
Terima kasih.

Kendari, 13 Mei 2020

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .....................................................................................

KATA PENGANTAR ..................................................................................

DAFTAR ISI ...............................................................................................

BAB I ..........................................................................................................

A. Latarbelakang ........................................................................................
B. Rumusan Masalah ..................................................................................
C. Metode Penulisan ..................................................................................

BAB II PEMBAHASAN ..............................................................................

A. Landasan Teori ........................................................................................


1. Definisi Protein .................................................................................
2. Fungsi Protein ...................................................................................
3. Struktur Kimia Protein .....................................................................
4. Jenis-Jenis Protein ............................................................................
5. Sumber Protein .................................................................................
6. Klarifikasi Protein ............................................................................
B. KAJIAN PENELITIAN / JURNAL YANG RELEVAN
1. Jurnal Dalam Negeri / Nasional: .......................................................
2. Jurnal Internasional / Luar Negeri ...................................................

BAB III PENUTUP ......................................................................................

A. Kesimpulan ............................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latarbelakang

Istilah protein berasal dari kata Yunani Proteos, yang berarti utama atau

yang di dahulukan. Kata ini diperkenalkan oleh seorang ahli kimia Belanda,

Gerardus Mulder (1802-1880), karena ia berpendapat bahwa protein adalah

zat yang paling penting dalam setiap organisme.Protein adalah senyawa organik yang

molekulnya sangat besar dan susunannya sangat kompleks serta merupakan polimer

dari alfa asam-asam amino. Jadi sebenarnya protein bukan merupakan zat tunggal,

serta molekulnya sederhana, tetapi masih merupakan asam amino. Oleh

karena protein tersusun atas asam-asam amino, maka susunan kimia mengandung

unsur-unsur seperti terdapat pada asam-asam amino penyusunnya yaitu C, H,O, N

dan kadang-kadang mengandung unsur-unsur lain, seperti misalnya S, P,Fe, atau

Mg.

Protein adalah bagian dari semua sel hidup dan merupakan bagian terbesar

tubuh sesudah air. Seperlima bagian tubuh adalah protein, separuhnya ada

didalam otot, seperlima didalam tulang dan tulang rawan, sepersepuluh

didalam kulit, dan selebihnya didalam jaringan lain dan cairan tubuh. Semua

enzim, berbagai hormon, pengangkut zat-zat gizi dan darah, matriks interseluler dan

sebagainya protein. Disamping itu asam amino yang membentuk protein bertindak

sebagai prekursor sebagian besar koenzim, hormon, asam nukleat, dan molekul-molekul yang

esensial untuk kehidupan. Protein mempunyai fungsi khas yang tidak dapat digantikan

oleh zat gizi lain, yaitu membangun serta memelihara sel-sel dan jaringan tubuh.

Protein adalah salah satu bio-makro molekul yang penting perananya dalam
makhluk hidup. Fungsi dari protein itu sendiri secara garis besar dapat dibagi ke

dalam dua kelompok besar, yaitu sebagai bahan struktural dan sebagai mesin yang

bekerja pada tingkat molekularr belakang, protein dapat dilasifikasikan beberapa jenis

bahkan dapat diidentifikasi berdasarkan daya larutnya, dalam makalah ini penulis

akan mencoba menjabarkan beberapa persoalan terkait protein yang akan

dijabarkan pada rumusan masalah dibawah ini:

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, dapat dirumuskan tujuan penulisan

artikel ini adalah untuk membahas masalah-masalah gizi yang rentan terjadi pada

ibu hamil.

Antara lain mahasiswa harus mampu:

1. Mengetahui pengertian atau definisi protein

2. Mengetahui fungsi protein

3. Mengetahui dan memahami struktur kimia protein

4. Mengetahui dan memahami jenis-jenis protein

5. Mengetahui dan memahami sumber protein

6. Mengetahui dan memahami pengklasifikasian protein

C. Metode Penulisan

Metode yang digunakan dalam makalah ini menggunakan metode studi

literatur pada jurnal baik dalam negeri maupun luar negri.


BAB II

PEMBAHASAN

A. LANDASAN TEORI

1. Definisi Protein

Protein adalah zat makanan berupa asam-asam amino yang berfungsi

sebagai pembangun dan pengatur bagi tubuh. Protein mengandung unsur karbon,

hidrogen, oksigen dan nitrogen yang tidak dimiliki oleh lemak atau karbohidrat.

Molekul protein juga mengandung posfor, belerang serta beberapa protein

memiliki unsur logam seperti besi dan tembaga (BudProtein adalah zat makanan

berupa asam-asam amino yang berfungsi sebagai pembangun dan pengatur bagi

tubuh. Protein mengandung unsur karbon, hidrogen, oksigen dan nitrogen yang

tidak dimiliki oleh lemak atau karbohidrat. Molekul protein juga mengandung

posfor, belerang serta beberapa protein memiliki unsur logam seperti besi dan

tembaga (Budianto, 2009). Protein berasal dari bahasa yunani yaitu proteos,

artinya yang utama atau yang di dahulukan. Protein ditemukan oleh ahli kimia

Belanda, Geraldus Mulder (1802–1880).

Protein terdiri atas rantai-rantai asam amino (20 jenis asam amino) yang

terikat satu sama lain dalam ikatan peptida. Dari dua puluh macam asam amino,

tubuh orang dewasa membutuhkan delapan jenis asam amino esensial yaitu lisin,

leusin, isoleusin, valin, triptofan, fenilalanin, metionin, treonin, sedangkan untuk

anak-anak yang sedang tumbuh, ditambahkan dua jenis lagi yaitu histidin dan

arginin. Adapun contoh asam amino non esensial yaitu prolin, serin, tirosin,
sistein, glisin, asam glutamat, alanin, asam aspartat, aspargin, ornitin (Irianto dan

Waluyo, 2004).

Komposisi rata-rata unsur kimia yang terdapat dalam protein adalah

karbon 55%, hidrogen 7%, oksigen 23%, nitrogen 16%, sulfur 1% dan kurang

dari 1% fosfor. Unsur nitrogen adalah unsur utama protein, karena terdapat di

dalam semua protein akan tetapi tidak terdapat pada karbohidrat dan lemak.

Molekul protein lebih kompleks daripada karbohidrat dan lemak dalam hal berat

molekul dan keanekaragaman unit-unit asam amino yang membentuknya

(Almatsier, 1989).

Protein bagi tubuh berfungsi untuk perbaikan semua jaringan di dalam

tubuh termasuk darah, enzim, hormon, kulit, rambut, dan kuku. Protein

pembentukan hormon untuk pertumbuhan dan mengganti jaringan yang aus,

perkembangan seks dan metabolisme. Protein juga berguna untuk melindungi

supaya keseimbangan asam dan basa di dalam darah dan jaringan terpelihara,

selain itu juga mengatur keseimbangan air di dalam tubuh.

2. Fungsi Protein

Protein mempunyai fungsi bermacam-macam bagi tubuh, yaitu sebagai

enzim, zat pengatur pergerakan, pertahanan tubuh, dan alat pengangkut. Sebagai

zat-zat pengatur, protein mengatur proses-proses metabolisme dalam bentuk

enzim dan hormon. Proses metabolik (reaksi biokimiawi) diatur dan

dilangsungkan atas pengaturan enzim, sedangkan aktivitas enzim diatur lagi oleh

hormon, agar terjadi hubungan yang harmonis antara proses metabolisme yang

satu dengan yang lain (Sediaoetama, 2008).


Menurut Almatsier (2009:96–97) fungsi protein adalah sebagai berikut:

1. Pertumbuhan dan pemeliharaan jaringan dan sel-sel tubuh.

2. Pembentukan ikatan-ikatan esensial tubuh, hormon-hormon seperti tiroid,

insulin, dan epinerfin adalah protein, demikian pula berbagai enzim.

3. Mengatur keseimbangan air, cairan-cairan tubuh terdapat dalam tiga

kompartemen: intraseluler (di dalam sel), ekstraseluler/ interselular (di luar

sel), intravaskular (di dalam pembuluh darah).

4. Memelihara netralitas tubuh, protein tubuh bertindak sebagai buffer, yaitu

bereaksi dengan asam basa untuk pH pada taraf konstan.

5. Pembentukan anti bodi, kemampuan tubuh untuk memerangi infeksi

bergantung pada kemampuan tubuh memproduksi anti bodi.

6. Mengangkut zat-zat gizi dari saluran cerna ke dalam darah, dari darah ke

jaringan-jaringan, dan melalui membran sel ke dalam sel-sel.

7. Sebagai sumber energi, protein ekivalen dengan karbohidrat karena

menghasilkan 4 kalori/g protein.

3. Struktur Kimia Protein

Struktur protein mengacu pada susunan/urutan linier dari konstituen asam

amino yang secara kovalen dihubungkan melalui ikatan peptida. Susunan

tersebut merupakan suatu rangkaian unik dari asam amino yang menentukan sifat

dasar dari berbagai protein dan secara umum menentukan bentuk struktur

sekunder dan tersier (Winarno, 1991).

Struktur sekunder protein adalah rantai polipeptida yang berlipat-lipat

dan merupakan bentuk tiga dimensi dengan cabang-cabang rantai polipeptidanya


tersusun saling berdekatan. Protein terbentuk oleh adanya ikatan hidrogen antar

asam amino dalam rantai sehingga strukturnya tidak lurus, melainkan bentuk zig

zag dengan gugus R mencuat ke atas dan ke bawah.

4. Jenis-jenis Protein

1. Berdasarkan sumbernya protein dibagi menjadi dua jenis, yaitu (Budianto,

2009):

a. Protein hewani. Protein hewani adalah protein yang berasal dari hewan,

dimana hewan yang memakan tumbuhan mengubah protein nabati

menjadi protein hewani. Contoh daging sapi, daging ayam, susu, udang,

telur, belut, ikan gabus dan lain-lain.

b. Protein nabati. Protein nabati adalah protein yang berasal dari tumbuh-

tumbuhan. Contoh jagung, kacang kedelai, kacang hijau, dan jenis

kacang-kacangan lainnya yang mengandung protein tinggi.

2. Berdasarkan bentuknya, protein dibagi menjadi dua jenis, yaitu:

a. Protein fibriler (skleroprotein), yaitu protein yang berbentuk serabut.

Protein ini tidak larut dalam pelarut-pelarut encer, baik larutan garam,

asam basa ataupun alkohol. Contohnya kolagen yang terdapat pada tulang

rawan, miosin pada otot, keratin pada rambut, dan fibrin pada gumpalan

darah.

b. Protein globuler atau steroprotein, yaitu protein yang berbentuk bola.

Protein ini larut dalam larutan garam dan asam encer, juga lebih mudah

berubah di bawah pengaruh suhu, konsentrasi garam, pelarut asam dan


basa dibandingkan protein fibriler. Protein ini mudah terdenaturasi, yaitu

susunan

5. Sumber Protein

Pengelompokan Protein dapat dibedakan menurut sumbernya yaitu :

1. Protein Hewani yaitu sumber protein yang berasal dari hewan. Contohnya:

Daging, ikan, ayam, udang, susu dll.

2. Protein Nabati yaitu sumber protein yang berasal dari tumbuhan.

Contohnya : suku polong – polongan, kentang, tempe, tahu, dll.

6. Klasifikasi Protein

1. Penggolongan protein dibedakan menjadi beberapa macam, antara lain:

a. Berdasarkan Struktur Molekulnya

Protein yang tersusun dari rantai asam amino akan memiliki berbagai

macam struktur khas pada masing-masing protein. Karena protein disusun

oleh asam amino yang berbeda secara kimiawinya, maka suatu protein akan

terangkai melalui ikatan peptida dan bahkan terkadang dihubungkan oleh

ikatan sulfida. Selanjutnya protein bisa mengalami pelipatan-pelipatan

membentuk struktur yang bermacam-macam. Adapun struktur protein

meliputi struktur primer, struktur sekunder, struktur tersier, dan struktur

kuartener :

1. Struktur Primer

Merupakan struktur yang sederhana dengan urutan-urutan asam

amino yang tersusun secara linear yang mirip seperti tatanan huruf dalam

sebuah kata dan tidak terjadi percabangan rantai. Struktur primer


terbentuk melalui ikatan antara gugus α–amino dengan gugus α–

karboksil. Ikatan tersebut dinamakan ikatan peptida atau ikatan amida

(Berg et al., 2006; Lodish et al., 2003). Struktur ini dapat menentukan

urutan suatu asam amino dari suatu polipeptida (Voet & Judith, 2009).

2. Struktur Sekunder

Merupakan kombinasi antara struktur primer yang


linear distabilkan oleh ikatan hidrogen antara gugus =CO dan =NH di
sepanjang tulang belakang polipeptida. Salah satu contoh struktur
sekunder adalah α-heliks dan β-pleated. Struktur ini memiliki segmen-
segmen dalam polipeptida yang terlilit atau terlipat secara berulang.
(Campbell et al., 2009; Conn, 2008).`
Struktur α-heliks terbentuk antara masing-masing atom oksigen

karbonil pada suatu ikatan peptida dengan hidrogen yang melekat ke

gugus amida pada suatu ikatan peptida empat residu asam amino di

sepanjang rantai polipeptida (Murray et al, 2009). Pada struktur

sekunder β-pleated terbentuk melalui ikatan hidrogen antara daerah

linear rantai polipeptida.

3. Struktur Tersier

Struktur tersier dari suatu protein adalah lapisan yang tumpang

tindih di atas pola struktur sekunder yang terdiri atas pemutarbalikan tak

beraturan dari ikatan antara rantai samping (gugus R) berbagai asam

amino. Struktur ini merupakan konformasi tiga dimensi yang mengacu

pada hubungan spasial antar struktur sekunder. Struktur ini distabilkan

oleh empat macam ikatan, yakni ikatan hidrogen, ikatan ionik, ikatan

kovalen, dan ikatan hidrofobik. Dalam struktur ini, ikatan hidrofobik


sangat penting bagi protein. Asam amino yang memiliki sifat hidrofobik

akan berikatan di bagian dalam protein globuler yang tidak berikatan

dengan air, sementara asam amino yang bersifat hodrofilik secara umum

akan berada di sisi permukaan luar yang berikatan dengan air di

sekelilingnya (Murray et al, 2009; Lehninger et al, 2004).

4. Struktur Kuartener

Adalah gambaran dari pengaturan sub-unit atau promoter protein

dalam ruang. Struktur ini memiliki dua atau lebih dari sub-unit protein

dengan struktur tersier yang akan membentuk protein kompleks yang

fungsional. ikatan yang berperan dalam struktur ini adalah ikatan

nonkovalen, yakni interaksi elektrostatis, hidrogen, dan hidrofobik.

Protein dengan struktur kuarterner sering disebut juga dengan protein

multimerik. Jika protein yang tersusun dari dua sub-unit disebut dengan

protein dimerik dan jika tersusun dari empat sub-unit disebut dengan

protein tetramerik (Lodish et al., 2003; Murray et al, 2009).

b. Berdasarkan Bentuk dan Sifat Fisik:

1. Protein globular

Terdiri dari polipeptida yang bergabung satu sama lain (berlipat

rapat) membentuk bulat padat. Misalnya enzim, albumin, globulin,

protamin. Protein ini larut dalam air, asam, basa, dan etanol.

2. Protein serabut (fibrous protein)

Terdiri dari peptida berantai panjang dan berupa serat-serat yang

tersusun memanjang, dan memberikan peran struktural atau pelindung.


Misalnya fibroin pada sutera dan keratin pada rambut dan bulu domba.

Protein ini tidak larut dalam air, asam, basa, maupun etanol.

c. Berdasarkan Fungsi Biologi

Tabel 1. Fungsi dari protein secara terperinci adalah sebagai berikut :

Fungsi Jenis Contoh


Katalitik Enzim Katalase pepsin
Struktural Protein struktural Kolagen, elastin, keratin
Motil (mekanik) Protein kontraktil Aktin, Myosin
Penyimpanan Protein angkutan Kasein (susu), ovalbumin (telur), feritin (penyimpan
besi)
Pengangkutan Protein angkutan Albumin serum (asam lemak) hemoglobin (oksigen)
Pengatur Protein hormon Insulin
enzim pengatur Fosfofruktokinasa

Perlindungan Antibodi Imun globulin


Protein Trombin, fibrinogen
penggumpal
Tanggap toksik Protein toksin Toksin bisa ular, toksin bakteri (bortulisme, difteri)

d. Berdasarkan Daya Larutnya

a. Albumin. Larut air dan terkoagulasi oleh panas, mengendap dengan

garam konsentrasi tinggi. Misalnya albumin telur dan albumin serum.

b. Globulin Glutelin. Tidak larut dalam larutan netral, larut asam dan

basa encer. Glutenin (gandum), orizenin (padi).

c. Gliadin (prolamin). Larut etanol 70-80%, tidak larut air dan etanol

100%. Gliadin/gandum, zein/jagung.

d. Histon. Bersifat basa, cenderung berikatan dengan asam nukleat di

dalam sel. Globin bereaksi dengan heme (senyawa asam menjadi

hemoglobin). Tidak larut air, garam encer dan pekat (jenuh 30-50%).

Misalnya globulin serum dan globulin telur.


e. Protamin. Larut dalam air dan bersifat basa, dapat berikatan dengan

asam nukleat menjadi nukleoprotamin (sperma ikan). Contohnya

salmin.

e. Protein Majemuk

Protein majemuk adalah protein yang mengandung senyawa bukan

hanya protein. Di antaranya adalah sebagai berikut :

a. Fosfoprotein, yaitu protein yang mengandung fosfor. Misalnya kasein

pada susu, dan vitelin pada kuning telur.

b. Kromoprotein yaitu protein berpigmen. Misalnya asam askorbat

oksidase mengandung Cu.

c. Protein Koenzim. Misalnya NAD+, FMN, FAD dan NADP+.

d. Lipoprotein, yaitu protein yang mengandung asam lemak, lesitin.

e. Metaloprotein, yaitu protein yang mengandung unsur-unsur anorganik

(Fe, Co, Mn, Zn, Cu, Mg dsb).

f. Glikoprotein, yaitu protein yang mengandung gugus prostetik

karbohidrat. Misalnya musin (pada air liur), oskomukoid (pada

tulang).

g. Nukleoprotein yaitu antara protein dan asam nukleat berhubungan

(berikatan valensi sekunder). Misalnya pada jasad renik.

h. molekulnya berubah diikuti dengan perubahan sifat fisik dan

fisiologiknya seperti yang dialami oleh enzim dan hormon.


B. Kajian Penelitian Yang Relevan

1. Jurnal Internasional

Dextran-protamine dilapisi berstruktur nano operator lipid sebagai

mucus- penetrasi nano partikel untuk obat lipofilik Ana Beloqui, María

Ángeles Solinís, Anne des Rieux, Véronique Préat, Alicia Rodríguez-Gascón,

16 April 2014. Tujuan utama dari penelitian ini adalah (i) untuk mengevaluasi

efek lapisan lendir pada pembawa lipid berstruktur nano (SQV-NLCs) yang

mengandung saquinavir dan (ii) untuk mengevaluasi sifat muko penetrasi dari

dekstran-protamin (Dex-Prot) melapisi NLC sesuai dengan peningkatan

permeabilitas SQV. Tiga formulasi NLC berbeda berbeda pada ukuran partikel

dan konten surfaktan diperoleh dan dilapisi dengan Dex-kompleks Prot.

Permeabilitas SQV kemudian dievaluasi melintasi sel-sel Caco-2 (model

enterocyte-like) dan sel-sel Caco-2 / HT29-MTX (model lendir). Dalam lapisan

tunggal Caco-2, Dex-Prot-NLC meningkat hingga 9 kali lipat permeabilitas

SQV dibandingkan dengan nano partikel yang tidak dilapisi. Dalam Caco-2 /

monolayers HT29-MTX, Dex-Prot-NLCS menghadirkan muatan permukaan

dekat dengan netralitas secara signifikan peningkatan permeabilitas SQV. Oleh

karena itu, Dex-Prot kompleks coating adalah strategi yang menjanjikan untuk

memastikan sukses nano partikel lendir-penetrasi, dan dengan demikian,

merupakan yang efisien nano partikel pengiriman oral. Untuk pengetahuan

kita, ini adalah pertamakalinya bahwa Dex-Prot coating telah digambarkan

sebagai nano partikel muco-peningkat penetrasi melintasi penghalang lendir

usus.
2. Jurnal Nasional

Inhibin B Menghambat Ekspresi Molekul Protamine P2 Di Dalam

Kepala Spermatozoa Tikus (Rattus norvegicus) Inhibition of Inhibin B on

Protamine P2 Molecule Expression in Head of Rat (Rattus norvegicus) Sperm 1

2 3 4 Aulanni'am, Muslim Akmal, M. Aris Widodo, Sutiman B. Sumitro, dan

Basuki B. Purnomo Program Kedokteran Hewan Universitas Brawijaya,

Malang. Penelitiannya bertujuan mengetahui efek inhibin B terhadap ekspresi

protamine P2 di dalam kepala spermatozoa pada kauda epididimis. Penelitian

ini menggunakan 24 ekor tikus jantan berumur 4 bulan yang dikelompokkan

secara acak ke dalam 4 kelompok (KO, KI, KII, dan KIII), setiap kelompok

terdiri atas 6 ekor tikus. Kelompok KO merupakan kelompok kontrol hanya

diinjeksi dengan PBS. Kelompok KI, KII, dan KIII diinjeksi dengan inhibin B

dengan dosis masing-masing adalah 25, 50, dan 100 pg/ekor. Tikus diinjeksi

sebanyak 5 kali secara intra peritoneal dengan interval waktu pemberian 12 hari

selama 48 hari. Injeksi pertama, inhibin B dicampur dengan 0,05 ml PBS dan

0,05 ml CFA. Injeksi kedua hingga kelima, inhibin B dicampur dengan 0,05 ml

PBS dan 0,05 ml IFA. Pada hari ke-6 setelah injeksi inhibin B terakhir, hewan

coba dikorbankan secara dislocatio cervicalis lalu jaringan kauda epididimis

dikoleksi dan difiksasi dengan paraformaldehid 4%. Setelah melalui proses

dehidrasi, jaringan blok di dalam parafin dipotong dengan ketebalan 6 mikron

dan diwarnai secara imunohistokimia dengan menggunakan antibodi anti

protamine P2. Pengamatan secara imunohistokimia menunjukkan adanya

ekspresi protamine P2 di dalam kepala spermatozoa pada semua kelompok


perlakuan. Akan tetapi, seiring dengan penambahan dosis inhibin B

menyebabkan terjadinya penurunan tingkat ekspresi protamine P2 di dalam

kepala spermatozoa pada kauda epididimis. Hasil penelitian menunjukkan

bahwa injeksi inhibin B dengan dosis 100 pg/ekor menurunkan secara nyata

jumlah ekspresi protamine P2 di dalam kepala spermatozoa pada epididimis

(P<0,05) dibanding KO.


BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Protein adalah zat makanan berupa asam-asam amino yang berfungsi

sebagai pembangun dan pengatur bagi tubuh. Protein mengandung unsur karbon,

hidrogen, oksigen dan nitrogen yang tidak dimiliki oleh lemak atau karbohidrat.

Protein juga berguna untuk melindungi supaya keseimbangan asam dan basa di

dalam darah dan jaringan terpelihara, selain itu juga mengatur keseimbangan air

di dalam tubuh.

Struktur protein mengacu pada susunan/urutan linier dari konstituen asam

amino yang secara kovalen dihubungkan melalui ikatan peptida. Susunan

tersebut merupakan suatu rangkaian unik dari asam amino yang menentukan sifat

dasar dari berbagai protein dan secara umum menentukan bentuk struktur

sekunder dan tersier (Winarno, 1991). Berdasarkan sumbernya protein dibagi

menjadi dua jenis, yaitu (Budianto, 2009) protein hewani dan protein nabati

sedangkan berdasarkan bentuknya, protein dibagi menjadi dua jenis, protein

fibriler, protein globuler atau steroprotein, penggolongan protein dibedakan

menjadi beberapa macam baik berdasarkan struktur molekulnya, berdasarkan

bentuk dan sifat fisik, berdasarkan fungsi biologi, dan berdasarkan daya

larutnya.
DAFTAR PUSTAKA

Budianto A K. 2009. Pangan, Gizi, dan Pembangunan Manusia Indonesia: Dasar-


Dasar Ilmu Gizi. Malang: UMM Press.

Irianto K dan Waluyo K. 2004. Gizi dan Pola Hidup Sehat. Bandung: Yrama
Widya.

Almatsier S. 1989. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia.

Sediaoetama AD. 2008. Ilmu Gizi untuk Mahasiswa dan Profesi di Indonesia Jilid
I. Jakarta: Dian Rakyat.

Winarno F.G. 1991. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Anda mungkin juga menyukai