Anda di halaman 1dari 24

-

Mini Riset
IDENTIVIKASI METABOLIT SEKUNDER

(Syzygium polyanthum Wight)

OLEH :
1. Chandra Syah Kirana Gajah Manik (4183220002)
2. Ofy Asyma Matondang (4182220004)
3. Norma Yunita (4181220022)
4. Roza Ulfayanti Siregar (4182220017)
5. Niel Yikwa (4185020003)

PROGRAM STUDI BIOLOGI NON-KEPENDIDIKAN


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN
2019
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI 2

BAB I PENDAHULUAN………………………….…..………………......3

1.1 Latar Belakang….………………………………………………... 3

1.2 Rumusan Masalah………………………….…………………….. 5

1.3 Batasan masalah………………………………………………….. 5

1.4 Tujuan……………………………………………………………. 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA…………………..…….…………...……6

2.1 Daun Salam………………………………….….…………………...… 6

2.2 Klasifikasi Daun salam……………………….….…………………..…7

2.3 Kegunaan Tanaman…………………………….….……..……….…....9

2.4 Ekstrak…………………………………………..…….…….…….… .10

BAB III METODE PENELITIAN………………………………. .…….11

3.1 Waktu dan Tempat…………………………….…...…….……11

3.2 Alat dan Bahan……………………………………….………..11

3.3 Prosedur Kerja…………………………….…… .….………...11

BAB IV HASIL PENELITIAN………………………………………….12

BAB V PENUTUP………………………………………………….…….12
5.1 kesimpulan………………………………………………………..….12

5.2 saran………………………………………………………………..…12

DAFTAR PUSTAKA…………………………….………….…………13
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Daun salam merupakan tumbuhan yang mudah hidup di dataran rendah


maupun tinggi. Tanaman ini dapat hidup tanpa perlakuan khusus. Daun salam
biasanya digunakan sebagai penyedap rasa pada makanan. Daun salam tingginya
mencapai 25 m. Daunnya yang rimbun, berbentuk lonjong/bulat telur, berujung
runcing bila diremas mengeluarkan bau harum. Daun salam mengandung zat-zat
bahan warna, zat samak dan minyak atsiri yang bersifat antibakteri. Zat tannin
yang terkandung bersifat menciutkan (Hermanto,2013).

Daun salam juga bermanfaat untuk mengatasi diare, diabetes, kudis atau gatal
dan lambung lemah. Efektifitas antimikroba yang ditunjukkan ekstrak daun salam
memiliki zat aktif dalam menghambat pertumbuhan bakteri berupa tannin,
flavonoid dan minyak atsiri, yang mana ketiga zat tersebut merupakan komposisi
kimia yang terkandung dalam ekstrak daun salam. Daun salam biasanya hanya
digunakan sebagai bahan tambahan pada saat memasak dan kurang efektif dalam
pemanfaatannya ( Sudirman, 2014).

Kebutuhan akan senyaawa-senyawa baru yang berhasiat dari waktu ke waktu


semakin besar sehingga usaha-usaha untuk mendapatkan senyawa tersebut terus
menerus dilakukan. Metabolit sekunder yang umum duiisolasi dan memiliki
Bioaktifitas dapat dibagi atas 7 kelompok yaitu: alkaloid, steroid, flavonoid,
fenolik, saponin, kumarin dan quinon. Sel tumbuhan memiliki membrane plasma
yang memisahkan sel dengan lingkungannya dan diperkuat dengan dinding sel
berupa selulosa.

Membran memiliki permiabilitas yang tinggi terhadap senyawa yang larut


dalam lipid, sangat mudah larut dan mudah rusak dengan pelarut organic seperti
eter, keton, ester sedang methanol., glkol dan air mudah melakukan penetrasi ini
tekanan dalam sel makin besar sehingga sel akan pecah dan selruh isi sitosol akan
terlarut dalam pelarut sehingga metabolit sekunder dapat diidentifikasi dan
dipisahkan menurut fisik dan kimianya (Hermanto, 2014).

1.2 Rumusan Masalah

berdasarkan identifikasi masalah diatas, maka yang menjadi rumusan


masalah dalam penelitian ini ialah:

1.2.1 Bagaimana hasil uji spesifik dari ekstrak etanol daun salam
1.2.2 Apakah aspek kimia dari Syzygium polyanthum Wight
1.3 Batasan Masalah
Penelitian ini dibatasi pada uji Alkaloid, Flavonoid, safonin.
1.4 Tujuan
Adapun tujuan penelitian ini berupa:
1.4.1 Mengetahui hasil uji spesifik dan non spesifik dari ekstrak
etanolDaun salam.
1.4.2 Mengetahui aspek kimia dari Syzygium polyanthum Wight.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Metabolit Sekunder

Metabolit sekunder adalah senyawa-senyawa kimia yang dihasilkan oleh


proses metabolism sekunder. Senyawa-senyawa kimia sebagai hasil metabolism
sekunder biasanya memiliki bioksifitas yang dapat berfungsi sebagai pelindung
bagi tumbuhan dan dapat di manfaatkan manusia sebagai obat-obatan yang
dikenal sebagai obat tradisional, zat warna, zat racun dan sebagainya.

Kebutuhan akan senyaawa-senyawa baru yang berhasiat dari waktu ke


waktu semakin besar sehingga usaha-usaha untuk mendapatkan senyawa tersebut
terus menerus dilakukan. Metabolit sekunder yang umum duiisolasi dan memiliki
Bioaktifitas dapat dibagi atas 7 kelompok yaitu: alkaloid, steroid, flavonoid,
fenolik, saponin, kumarin dan quinon. Sel tumbuhan memiliki membrane plasma
yang memisahkan sel dengan lingkungannya dan diperkuat dengan dinding sel
berupa selulosa.

Membran memiliki permiabilitas yang tinggi terhadap senyawa yang larut


dalam lipid, sangat mudah larut dan mudah rusak dengan pelarut organic seperti
eter, keton, ester sedang methanol., glkol dan air mudah melakukan penetrasi ini
tekanan dalam sel makin besar sehingga sel akan pecah dan selruh isi sitosol akan
terlarut dalam pelarut sehingga metabolit sekunder dapat diidentifikasi dan
dipisahkan menurut fisik dan kimianya. Untuk identifukasi larutan metabolic
sekunder dalam tumbuhan atau bahan hayati lainnya dapat dibuat berdasarkan
sifat, dan reaksi khas suatu metabolit sekunder dengan pereaksi tertentu.

2.2 Daun Salam

Salam adalah nama pohon penghasil daun rempah yang digunakan dalam
masakan nusantara.
2.2.1 Nama Daerah

Daun salam memiliki banyak nama lain di daerah, diantaranya adalah


Sumatera : meselangan, ubar serai (Melayu), Jawa : salam, gowok (Sunda), salam,
manting (Jawa), salam (Madura), Kangean : kastolam. Nama asing daun salam
yaitu salam leaf dan sinonimnya Eugenia polyantha Wight (Dalimartha, 2000).

2.2.2 Deskripsi Tanaman

Tinggi pohon mencapai 25 m, batang bulat, permukaan licin, bertajuk rimbun


dan berakar tunggang. Daun tunggal, letak berhadapan, panjang tangkai daun 0,5-
1 cm. Helaian daun berbentuk lonjong sampai elips atau bundar telur sungsang,
ujung meruncing, pangkal runcing, tepi rata pertulangan menyirip, permukaan
atas licin berwarna hijau tua, permukaan bawah berwarna hijau muda, panjang 5-
15 cm, lebar 3-8 cm, jika diremas berbau harum. Bunga majemuk tersusun dalam
malai yang keluar dari ujung ranting, berwarna putih, baunya harum. Biji bulat,
diameter sekitar 1 cm berwarna cokelat.Buahnya buah buni, bulat diameter 8-9
mm,buah muda berwarna hijau, setelah masak menjadi merah gelap, rasanya agak
sepat (Dalimartha, 2000).

2.2.3 Tempat Tumbuh

Salam menyebar di Asia Tenggara, mulai dari Burma, Indocina, Thailand,


Semenanjung Malaya, Sumatera, Kalimantan, dan Jawa. Salam tumbuh liar di
hutan dan pegunungan, atau ditanam di pekarangan dan sekitar rumah. Pohon ini
dapat ditemukan didaerah dataran rendah sampai ketinggian 1.400 m dpl
(Dalimartha, 2000).

2.2.4 Kandungan Kimia Tumbuhan

Tanaman salam (Syzygium polyanthum Wight) mengandung banyak


senyawa. Menurut Hariana (2008) antara lain minyak atsiri, tanin, flavonoid.
Anggota famili Myrtaeae memiliki sifat rasa kelat, wangi, dan astringen (Enda,
2009). Bagian tanaman salam yang paling banyak dimanfaatkan adalah bagian
daunnya. Daun salam mengandung tanin, minyak atsiri (salamol dan eugenol),
flavonoid (Kuersetin, Kuersitrin, mirsetin dan mirsitrin), seskuiterpen,
triterpenoid, fenol, steroid, sitral, lakton, saponin, dan karbohidrat.

Daun salam oleh Badan POM ditetapkan sebagai salah satu dari sembilan
tanaman obat unggulan yang telah diteliti atau diuji secara klinis untuk
menanggulangi masalah kesehatan tertentu. Kandungan tanaman salam lainnya
adalah saponin,triterpenoid, flavonoid, polifenol, alkaloid, tanin dan minyak atsiri
yang terdiri dari sesquiterpen, lakton dan fenol. Uji fitokimia dari daun salam
menunjukkan adanya beberapa senyawa metabolit sekunder yaitu flavonoid,
fenolik, dan kumarin (Hermansyah, 2008).

2.3 Klasifikasi Daun Salam

Secara ilmiah, tanaman salam diklasifikasikan sebagai berikut :

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Sub Divisi : Angiospermae

Kelas : Magnoliopsida

Ordo : Myrtales

Famili : Myrtaceae

Genus : Syzygium

Spesies : Syzygium polyanthum

(http://Academia.ac.id)

2.4 Kegunaan Tanaman


Daun salam umumnya digunakan sebagai rempah pengharum masakan di
sejumlah negeri di Asia Tenggara, baik untuk masakan daging, ikan, sayur mayur,
maupun nasi. Daun dicampur dalam keadaan utuh, kering ataupun segar dan turut
dimasak hingga masakan tersebut matang. Dari segi kesehatan, daun salam efektif
menurunkan kadar gula darah, menurunkan tekanan darah, menurunkan kadar
kolesterol darah, menurunkan kadar asam urat, mengobati sakit maag (gastritis),
gatal-gatal (pruritis), kudis (scabies), dan eksim (Enda, 2009). Hasil penelitian
yang dilakukan menunjukkan bahwa ekstrak etanolik 30% daun salam
memberikan aktivitas antidiare pada hewan. Daun salam mempunyai kandungan
kimia yaitu tanin, flavonoid, dan minyak atsiri 0,05 % yang terdiri dari eugenol
dan sitral ( Winarto, 2004).

Minyak atsiri atau dikenal orang dengan nama minyak ateris atau minyak
terbang (essential oil) dihasilkan oleh tanaman tertentu. Mekanis metoksisitas
fenol dalam minyak atsiri menyebabkan denaturasi protein pada dinding sel
kuman dengan membentuk struktur tersier protein dengan ikatan nonspesifik atau
ikatan disulfida. Minyak atsiri mengandung sitral dan eugenol yang berfungsi
sebagai anestetik dan antiseptik. Antiseptik adalah obat yang meniadakan atau
mencegah keadaan sepsis, zat ini dapat membunuh atau mencegah pertumbuhan
mikroorganisme. Eugenol adalah sebuah senyawa kimia aromatik, berbau, sedikit
larut dalam air dan larut pada pelarut organik. Bidang medis sering menggunakan
eugenol (Ganiswara, 1995).

Selain minyak atsiri terdapat kandungan tanin. Tanin, tannic acid atau
gallotanic acid dapat ditemukan pada berbagai macam tanaman. Tanin telah
terbukti mempunyai efektifitas antioksidan dan menghambat pertumbuhan tumor.
Tanin menyebabkan denaturasi protein dengan membentuk kompleks protein.
Pembentukan kompleks protein melalui kekuatan nonspesifik seperti ikatan
hidrogen dan efek hidrofobik sebagaimana pembentukan ikatan kovalen,
menginaktifkan adhesi kuman, menstimulasi sel-sel fagosit yang berperan dalam
respon imun selular (Soebowo, 1993).

Flavonoid adalah senyawa yang terdapat pada sebagian besar


tumbuhtumbuhan. Sebagian besar tumbuhan obat mengandung flavonoid. Pada
tumbuhan, flavonoid tidak hanya berperan sebagai pigmen yang memberi warna
pada bunga dan daunnya saja, namun juga sangat penting bagi pertumbuhan,
perkembangan dan pertahanan tumbuhan. Misalnya sebagai enzim inhibitor,
prekusor bahan toksik, melindungi tumbuhan. Beberapa penelitian terakhir
menunjukan bahwa flavonoid dapat memiliki efek antimikroba, antiinflamasi,
merangsang pembentukan kolagen, melindungi pembuluh darah, antioksidan dan
antikarsinogenik (Sabir, 2003).

Flavonoid sebagai antibakterial dapat menekan pertumbuhan bakteri yang


mengkontaminasi luka sehingga infeksi dapat dihindarkan. flavonoid bekerja
dengan menghambat perkembangan mikroorganisme karena mampu membentuk
senyawa kompleks dengan protein melalui ikatan hidrogen. Mekanisme kerjanya
dengan mendenaturasikan molekul-molekul protein dan asam nukleat yang
menyebabkan koagulasi dan pembekuan protein yang akhirnya akan terjadi
gangguan metabolisme dan fungsi fisiologis bakteri. Jika metabolisme bakteri
terganggu maka kebutuhan energi tidak tercukupi sehingga mengakibatkan
rusaknya sel bakteri secara permanen yang pada akhirnya menyebabkan kematian
bakteri (Adrianto, 2012).

2.5 Ekstrak

Menurut buku Farmakope Indonesia Edisi 4, disebutkan bahwa ekstrak


adalah sediaan kental yang diperoleh dengan mengekstraksi senyawa aktif dari
simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang sesuai,
kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang
tersisa diperlakukan sedemikian hingga memenuhi baku yang telah ditetapkan.
Sebagian besar ekstrak dibuat dengan mengekstraksi bahan baku obat secara
perkolasi. Seluruh perkolat biasanya dipekatkan secara destilasi dengan
pengurangan tekanan, agar bahan sesedikit mungkin terkena panas (Rudhi, 2000).
Ekstrak cair adalah sediaan dari simplisia nabati yang mengandung etanol
sebagai pelarut atau sebagai pengawet. Jika tidak dinyatakan lain pada
masingmasing monografi tiap ml ekstrak mengandung senyawaaktif dari 1 gr
simplisia yang memenuhi syarat. Ekstrak cair yang cenderung membentuk
endapan dapat didiamkan dan disaring atau bagian yang bening dienap tuangkan
(dekantasi). Infus adalah sediaan cair yang dibuat dengan cara mengekstraksi
simplisia nabati dengan air pada suhu 90oC selama 15 menit. Simplisia dicampur
dengan derajat halus yang sesuai dalam panci dengan air secukupnya, lalu
dipanaskan di atas tangas air selama 15 menit terhitung mulai suhu mencapai
90oC sambil sesekali diaduk. Diserkai selagi panas melalui kain flanel, lalu
ditambahkan air panas secukupnya melalui ampas hingga diperoleh volume infus
yang dikehendaki (jika dikatakan lain, dibuat infus 10%) (Sari, 2000).
Lingkungan tempat tumbuh tanaman sangat mempengaruhi kualitas dan
keamanan bahan baku ekstrak dan produk akhir yang dihasilkan. Umumnya
tanaman liar heterogen dari berbagai aspek misalnya kandungan metabolitnya
secara kuantitatif (bahkan kualitatif yakni beberapa senyawa tidak terdeteksi),
kemungkinan adanya pencemar dan kontaminan yang berasal dari air dan tanah
yang tidak terkontrol. Tanaman budidaya mungkin lebih bisa dikontrol berbagai
aspek yang mengurangi mutu. Keseragaman genetik juga mempengaruhi kualitas
dan kuantitas metabolit sekunder yang dihasilkan. Senyawa kimia dalam ekstrak
ditinjau dari asalnya dapat dibedakan menjadi 4 kelompok yaitu (Rudhi, 2000) :
2.5.1. Senyawa kandungan asli dari tumbuhan asal .
2.5.2. Senyawa hasil dari perubahan senyawa asli.
2.5.3 Senyawa kontaminasi
2.5.4 Senyawa hasil interaksi kontaminasi dengan senyawa asli atau
senyawa perubahan.

2.6 Faktor yang mempengaruhi mutu ekstrak


Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi mutu ekstrak. Faktorfaktor
itu diantaranya:
2.6.1Faktor biologi
Mutu ekstrak dipengaruhi oleh bahan asal yaitu tumbuhan obatnya dan
khusus dipandang dari segi biologi. Faktor biologi, baik untuk bahan dari
tumbuhan obat hasil budidaya (kultivar) ataupun dari tumbuhan liar (wild crop)
yang meliputi beberapa hal yaitu:
2.6.1.1 Identitas jenis (spesies)
Jenis tumbuhan dari sudut keragaman hayati dapat dikonfirmasi sampai
informasi genetik sebagai faktor internal untuk validasi jenis (spesies).
2.6.1.2 Lokasi tumbuhan asal
Lokasi berarti faktor eksternal, yaitu lingkungan (tanah dan atmosfer)
dimana tumbuhan berinteraksi berupa energi (cuaca, temperatur, cahaya) dan
materi (air, senyawa organik dan anorganik).
2.6.1.3 Periode pemanenan hasil tumbuhan
Faktor ini merupakan dimensi waktu dari proses kehidupan tumbuhan
terutama metabolisme sehingga menentukan senyawa kandungan. Kapan senyawa
kandungan mencapai kadar optimal dari proses biosintesis dan sebaliknya kapan
senyawa tersebut dikonversi atau dibiotransformasi ataupun dibiodegradasi
menjadi senyawa lain. Menurut Saifudin dkk (2011), pemanenan sebaiknya
dilakukan pada saat tanaman mengandung kadar metabolit tertinggi. Untuk itu
perlu diperhatikan musim panen, kematangan organ terpilih dan siklus biosintesis
harian. Hal itu perlu didasarkan pada penelitian ilmiah terkait, setidaknya dengan
penelusuran pustaka yang relevan.

2.6.1.4 Penyimpanan Bahan Tumbuhan


Merupakan faktor eksternal yang dapat diatur karena dapat berpengaruh
pada stabilitas bahan serta adanya kontaminasi (biotik dan abiotik). Menurut
Saifudin dkk (2011), penyimpanan yang baik adalah penyimpanan yang
menghindarkan dari kontaminasi dan menjaga stabilitas ekstrak serta metabolit
yang dikandung. Keberadaan lembab.
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat

Penelitian ini berlangsung selama 14 hari yang dimulai pada22 april sampai
6 Mei 2019 yang dilaksanakan pada laboratorium Biokimia Fakultas Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam Metode yang digunakan adalah:

3.2 Alat dan Bahan

3.2.1 Alat

Alat yang akan digunakan antara lain: toples kaca, mesin penggiling,
timbangan analitik, gelas ukur, batang pengaduk, rotary evaporator, corong
pisah, cawan porselen, lemari es dan oven.

3.2.2 Bahan

Bahan yang akan digunakan antara lain daun salam dan etanol.

3.3 Prosedur Kerja

3.2.1 Persiapan Alat

Sebelum memulai percobaan terlebih dahulu alat dan media yang akan
digunakan disterilisasikan menggunakan autoklaf.

3.3.2 persiapan Daun Salam


3.3.2.1 Menyiapkan daun salam sebanyak 1 kg.
3.3.2.2 Kemudian keringkan daun salam di bawah terik matahari hingga
benar-benar kering.
3.3.2.3 Blender atau haluskan daun salam yang sudah kering hingga halus
(berbentuk serbuk).
3.3.2.4 Rendam bubuk daun salam kedalam etanol dengan perbandingan
1:2 selama 3×24 jam.
3.3.2.5 Kemudian keringkan atau uap-uapkan hingga mendapatkan ekstrak
kental dari etanol yang digunakan.

3.2.3 Pembuatan ekstrak etanol 70% daun salam

Ekstraksi dilakukan dengan cara maserasi yaitu dengan memasukkan 1 kg


serbuk kering simplisia kedalam botol (maserator) kemudian ditambahkan etanol
70% kedalam botol sampai seluruh simplisia terendam, botol ditutup rapat.
Rendam selama 6 jam pertama sambil sesekalidiaduk agar zat aktif yang terdapat
padasimplisia terlarut, kemudian didiamkan selama 18 jam. Dipisahkan maserat
dengan menggunakan kertas saring, ulangi proses penyaringan sekurang-
kurangnya dua kali dengan jenis dan jumlah pelarut yangsama. Maserat yang
diperoleh dipekatkan menggunakan vakum rotary evaporator pada suhu ± 50ºC
hingga kental. Ekstrak kental kemudian dikeringkan dalam oven pada suhu 40ºC
untuk menghilangkan sisa pelarut agar didapatkan ekstrak kental yang bebas
etanol.
BAB IV
HASIL PENELITIAN

4.1 Tabel hasil penelitian

No Nama Uji metabolisme Sekunder


Bahan Alkaloid Flavonoid Saponin

1 Daun - - +
jambu biji

2 Daun + ++ +
jarak

3 Daun +++ +++ +


sidaguri

4 Daun + + -
Bayam
Duri

5 Daun +++ +++ +++


Salam

6 Daun + + +
Pandan

Keterangan :
- = Tidak ada
+ = sedikit
++ = Banyak
+++ = Sangat banyak
4.2 Pembahasan Tambahan

1. Senyawa metabolisme sekunder


Senyawa metabolit sekunder merupakan senyawa kimia yang umumnya
mempunyai kemampuan biokatifitas dan digunakan sebagai pelindung tumbuhan
dari gangguan hama penyakit untuk tumbuhan tersebut atau lingkungan

2. kelompok produk metabolisme sekunder dari tanaman


Alkaloid menurut Winterstein dan Trier didefinisikan sebagai senyawa yang
bersifat basa, mengandung atom nitrogen yang berasal dari tumbuhan dan hewan.
Alkaloid seringkali beracun bagi manusia dan banyak yang mempunyai kegiatan
fisiologi yang menonjol, jika digunakan secara luas dalam bidang pengobatan.
Alkaloid biasanya tidak bewarna, seringkali bersifat optis aktif, kebanyakan
berbentuk kristal hanya sedikit yang berbentuk cairan (misalnya nikotina) pada
suhu kamar (Rizal, 2011).
Senyawa-senyawa flavonoid ini bertanggung jawab terhadap zat warna ungu,
merah, biru dan sebagian zat warna kuning dalam tumbuhan. senyawa ini terbuat
dari gula sederhana dan memiliki cincin benzena, hidrogen, dan oksigen dalam
struktur kimianya. Senyawa golongan fenol adalah golongan senyawa dengan
struktur aromatik dengan mengandung gugus OH pada rantai aromatik. Jadi pada
fenolgugus OH langsung terikat pada inti benzene. Contohnya asam fenolat,
kumarina, lignin, flavonoid, dan tannin.
Golongan terpenoid senyawa ini dapat dipisahkan dari tumbuhan sumbernya
melalui destilasi uap atau secara ekstraksi dan dikenal dengan nama minyak atsiri.
Beberapa contoh minyak atsiri, misalnya minyak yang diperoleh dari cengkeh,
bunga mawar, serai (sitronela), cukaliptus, pepermint, kamfe, sedar (tumbuhan
cedrus) dan terpentin. Senyaea organik bahan alam golongan minyak atsiri sangat
banyak digunakan dalam industri wangi – wangian (perfumery). Terpenoid
mengandung karbon dan hidrogen serta disintesis melalui jalur metabolisme asam
mevalonat. Contoh dari terpenoid yaitu monoterpena, seskuiterepena, diterpena,
triterpena, dan polimer terpena.

3. Fungsi utama produk metabolisme sekunder tumbuhan


1. Mempertahnkan diri
2. Berkompetisi dengan tanaman lain
3. Sebagai bahan yang bermanfaat bagi manusia
4. Bahan sabun , parfum dan lain-lain
4. Guna identifikasi senyawa metabolisme sekunder tanaman
Gunanya iyalah untuk mengetahiu kandungan yang terdapat pada tanaman
tersebut sehingga dapat digunakan atau diubah menjadi hal yang bermanfaat
seperti sabun, farfum dan bahan yang berfungsi untuk memudahkan pekerjaan
manusia termasuk itu obat-obatan.
1. Uji flavonoid
Nama Sebelum Sesudah Penjelasan Tabel
Kelompok
Kelompok
1

Kelompok
2

Kelompok
3
Kelompok
4

Kelompok
5

Kelompok
6

2. Uji Saponin
Nama Sebelum Sesudah Penjelasan Tabel
Kelompok
Kelompok
1

Kelompok
2

Kelompok
3
Kelompok
4

Kelompok
5

Kelompok
6

3. Uji Fenolik

Nama Sebelum Sesudah Penjelasan Tabel


Kelompok
Kelompok 1

Kelompok 2

Kelompok 3
Kelompok 4

Kelompok 5

Kelompok 6
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Kesimpulan dalam makalah ini adalah

1. Tumbuhan salam ( Syzygium polyanthum ) merupakan tumbuhan yang


berbentuk pahon, termasuk dalam genus syzygium dan famili
Mirataceae,sinonim (Eegenia polyantha Wight).Bentuk pohon
berukuran sedang mencapai tinggi 30 m dan gemang 60 cm . Pepangan
kulit batang berwaran cokalat abu- abu , memeca dan dan bersisik.
2. Kandungan kimia yang terdapat dalam tanaman daun salam
( syzygium polyanthum ( Wigh) Walp), yaitu minyak atsiri sitral
dengan eugenol , tanin flovanoid .
3. Aspek farmakologi yang terdapat dalam tanaman daun salam
syzygium polyanthum ( wight) walp , yaitu antioksidan, kolesterol ,
anti jamur, asam urat dan sebagai pembersih gigi.

5.2 saran
Saran penulisan adalah dapat melakukan tugas mini riset lebih lanjut
kandungan senyawa dalam ( syzygium polyanthum ( wight) walp , bisa
menemukan efek farmakologis yang baru . Serta tanaman ( syzygium
poliyanthum ( Wight) . Walp bisa terus di gunakan sebagai obat trdisional
yang efektif.
DAFTAR PUSTAKA
Agoes,A. 2010. Tanaman Obat Indinesia 2. Jakarta: Selemba Media
Chusniatun,H. 2016. Pemanfaatan daun salam sebagai obat herbaldan rempah
penyedap makanan..JPP. (19)2 : 110-118.
Dalimartha,S. 2008. Herbal untuk pengobatan. Jakarta: Penebar Swadaya.
Handayani, T. 2013. Khasiat ampuh akar-batang-daun. Bandung: Infra Pustaka
Mardiana. 2013. Daun ajaib tumpas penyakit. Jakarta: Penebar Swadaya.
Tim dosen biokimia unimed. 2019. BIOKIMIA. Medan: UNIMED

Anda mungkin juga menyukai