Anda di halaman 1dari 38

LAPORAN PRAKTIKUM FARMASI BAHAN ALAM

FORMULASI SEDIAAN KAPSUL EKSTRAK BUAH MENGKUDU


(Morinda Citrifolia Fructus) SEBAGAI ANTIDIABETES

Praktikum: Senin, 0700-1000


Kelompok: 3
Anggota:
Jimmy Chan Wei Kit 260110132003
Vivian Lee Mun Chee 260110132010
Jasdeep Kaur Gill 260110132013
Muhamad Nazreen Mohd Taha 260110132015
Nur Faizah Hamir 260110132016
Siti Nur Zaharah Mohd Yunos 260110132019
Rita Suzyanti Ibrahim 260110132021
LABORATORIUM FARMASI BAHAN ALAM
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS PADJADJARAN
JATINANGOR
2015

DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI

BAB I TINJAUAN UMUM SIMPLISIA DAN SENYAWA AKTIF


1.1 Deskripsi Umum
1.2 Analisis Farmakognosi
1.3 Skrining Fitokimia
1.4 Uraian Senyawa Aktif

1
2
6
7

BAB II TINJAUAN FARMAKOLOGI


2.1 Khasiat Empirik dan Hasil Penelitian
2.2 Uji Aktivitas
2.3 Uji Toksisitas Akut, Subkronik dan Kronik
2.4 Dosis dan Alasan Pemilihannya
2.5 Peringatan dan Perhatian

9
10
12
13
16

BAB III PENGEMBANGAN FORMULA


3.1 Contoh Sediaan yang Beredar di Pasaran
3.2 Pra Formulasi
3.3 Formulasi, Metode dan Pembuatan Sediaan
3.4 Pengemasan dan Penyimpanan Sediaan Akhir

17
17
19
20

BAB IV PENGUJIAN MUTU SERTA METODE ANALISIS


4.1 Struktur Molekul dan Dasar Analisis Zat Aktif
4.2 Metode Analisis yang Diusulkan
4.3 Prosedur Analisis Bahan Baku, Bahan Ruahan, dan Obat Jadi
4.4 Pengujian Stabilitas Obat Jadi

21
22
24
26

BAB V REGULASI/PERUNDANG-UNDANGAN
5.1 Registrasi Obat Jadi
5.2 Penandaan Sesuai Undang-Undang
5.3 Distribusi Obat Jadi

28
28
31

BAB VI INFORMASI OBAT JADI


6.1 Kemasan Sediaan
6.2 Etiket dan Brosur

32
33

DAFTAR PUSTAKA

34

BAB 1
TINJAUAN UMUM SIMPLISIA DAN SENYAWA AKTIF

1.1
1.1.1

Deskripsi Umum
Deskripsi
Mengkudu (Morinda citrifolia) termasuk jenis kopi-kopian.Mengkudu
dapat tumbuh di dataran rendah sampai pada ketinggian tanah 1500meter
diatas permukaan laut.Mengkudu merupakan tumbuhan asli dari
Indonesia.Tumbuhan ini mempunyai batang tidak terlalu besar dengan
tinggi pohon 3-8 m.Daunnya bersusun berhadapan, panjang daun 20-40
cm dan lebar 7-15 cm.Bunganya berbentuk bungan bongkol yang kecilkecil dan berwarna putih.Buahnya berwarna hijau mengkilap dan
berwujud buah buni berbentuk lonjongdengan variasi trotol-trotol.Bijinya
banyak dan kecil-kecil terdapat dalam dagingbuah. Pada umumnya
tumbuhan mengkudu berkembang biak secara liar di hutanhutan atau
dipelihara orang pinggiran-pinggiran kebun rumah(Ditjen POM, 1989).

1.1.2

Monografi Tanaman
1.1.2.1 Klasifikasi Tanaman
Kingdom
Filum
Subfilum
Divisi
Famili
Genus
Spesies

: Plantae
: Angiospermae
: Dicotyledonae
: Lignosae
: Rubiaceae
: Morinda
: Morinda citrifolia
(Ditjen POM, 1989).

1.1.2.2 Morfologi Tanaman


Mengkudu termasuk jenis tanaman yang rendah dan umumnya
memiliki banyak cabang dengan ketinggian pohon sekitar 3 8
meter di atas permukaan tanah serta tumbuh secara liar di hutan
hutan, tegalan, pinggir sungai dan di pekarangan. Mengkudu dapat
1

tumbuh di berbagai tipe lahan dan iklim pada ketinggian tempat


dataran rendah sampai 1,500 m diatas permukaan laut dengan curah
hujan 1,500 3,500 mm/tahun, pH tanah 5 7, suhu 22 30C dan
kelembapan 50 70% (Rukmana, 2002). Buah mengkudu memiliki
bentuk bulat sampat lonjong, panjang 10cm, berwarna kehijauan
tetapi menjelang masak menjadi putih kekuningan (Djauhariya,
2001). Daun mengkudu merupakan daun tunggal berwarna hijau
kekuningan, bersilang hadapan, ujung meruncing dan bertepi rata
dengan ukuran panjang 10 40cm dan lebar 15 17cm. Bunga
mengkudu berwarna putih, berbau harum dan mempunyai mahkota
berbentuk terompet(Ditjen POM, 1989).
1.1.2.3 Habitat Tanaman
Tumbuh

liar

di

tepi

pantai

dan

ditanam

di

seluruh

Nusantara.Tumbuhan ini dapat tumbuh pada lahan dengan


ketinggian 1-1500 m dpl(Ditjen POM, 1989).
1.2

Analisis Farmakognosi
1.2.1
Makroskopik
Pemeriksaan makroskopik dilakukan dengan mengamati sifat
morfologi luar simplisia berupa irisan buah, berwarna cokelat,
berbau khas, rasa sedikit pahit, dengan ketebalan 1 cm, diameter
3-5 cm, dengan tonjolan-tonjolan biji (Ditjen POM, 1989).

1.2.2

Mikroskopik
Pemeriksaan mikroskopik dilakukan terhadap serbuk simplisa buah
mengkudu.Serbuk simplisia ditaburkan di atas kaca objek yang telah

ditetesi dengan larutan kloralhidrat dan ditutup dengan kaca penutup,


kemudian diamati di bawah mikroskop.Fragmen pengenal adalah testa,
serabut, epikarp, dan endokarp (Ditjen POM, 1989).
Serbuk: Berwarna hitam kecoklatan.

1.3

Skrining Fitokimia
Skrining fitokimia simplisia dilakukan untuk mengetahui

secara kualitatif senyawa-senyawa yang terkandung dalam suatu


simplisia.Hasilskrining fitokimia dari simplisia buah mengkudu

diperoleh

yaitu

simplisiamengandung

alkaloid,

flavonoid,

glikosida, glikosida antrakinon, saponin, dantriterpenoid. Saponin


yang

terkandung

dalam

mengkudu

merupakan

salah

satusenyawa yang memacu pembentukan kolagen, yaitu protein


struktur

yangberperan

dalam

proses

penyembuhan

luka

(Suratman, dkk., 1996). Saponinjuga mempunyai kemampuan


sebagai pembersih sehingga efektif untuk penyembuh luka
terbuka (luka bakar) (Robinson, 1995).

1.4

Uraian Senyawa Aktif


Senyawa kimia dalam tanaman terdiri dari dua bagian, yaitu senyawa

metabolit primer atau yang disebut dengan senyawa bermolekul besar dan
senyawa metabolit sekunder atau yang disebut dengan senyawa bermolekul kecil

(Sirait, 2007).Senyawa metabolit sekunder yang terkandung dalam tanaman


mengkudu diantaranya adalah alkaloid dan antrakuinon yang berfungsi sebagai
antibakteri dan anti kanker (Rukmana, 2002).
Senyawa antrakuinon, alkaloid dan glikosida terdapat hampir pada semua
bagian tanaman mengkudu terutama bagian daun dan buahnya yang berfungsi
untuk mengobati masalah pencernaan dan gangguan jantung. Senyawa aktif
tersebut bersifat bakterisidal pada bakteri Staphylococcus yang menyebabkan
infeksi pada jantung dan Shigella yang memyebabkan disentri, selain itu juga
dapat mematikan bakteri penyebab infeksi diantaranya Salmonella sp, E. coli dan
Bacillus sp. (Solomon, 2002).
Alkaloid adalah senyawa metabolisme sekunder terbesar dalam tumbuhan
yang mengandung atom nitrogen basa sebagai gabungan dari sistem heterosiklik
(Sirait, 2007).Senyawa alkaloid sering digunakan dalam bidang 5 pengobatan
yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri gram positif dan gram negatif
(Karou, 2006).Senyawa alkaloid dapat mengganggu terbentuknya jembatan
seberang silang komponen penyusun peptidoglikan pada sel bakteri, sehingga
lapisan dinding sel tidak terbentuk secara utuh dan menyebabkan kematian sel
(Robinson, 1995).
Senyawa metabolit sekunder lainnya dari daun mengkudu adalah
saponin.Saponin merupakan glikosida sterol berdasarkan ketidaklarutannya dalam
air dan tidak beracun terhadap hewan (Robinson, 1995).Kerja saponin dalam
menghambat fungsi membran sel bakteri dengan merusak permeabilitas membran
sel yang mengakibatkan dinding sel bakteri lisis (Cheeke, 2001).Saponin dapat
menimbulkan busa seperti sabun apabila dikocok dalam air ataupun saat ekstraksi,
sehingga dapat membersihkan materi yang menempel pada dinding usus
(Harbone,

1987).

Saponin

memiliki

kemampuan

untuk

meningkatkan

permeabilitas membran sel usus, sehingga akan memudahkan molekul besar


terserap dalam tubuh dan terjadi peningkatan nutrient yang dideposit oleh tubuh
serta berpengaruh terhadap pertambahan bobot badan (Francis et al, 2002).
Antrakuinon merupakan golongan dari senyawa glikosida termasuk
turunan kuinon yang biasanya terkandung dalam jumlah yang sedikit dalam

bagian tanaman (Sirait, 2007). Antrakuinon merupakan senyawa kristal bertitik


leleh tinggi, larut dalam pelarut organik dan basa (Robinson, 1995). Turunan
kuinon ini efektif dalam menghambat bakteri gram negatif dengan menghambat
sintesis DNA bakteri, sehingga tidak terjadi replikasi DNA bakteri dan bakteri
tidak dapat terbentuk secara utuh (Siswandono dan Soekardjo, 1995).

BAB 2
TINJAUAN FARMAKOLOGI
2.1 Khasiat Empirik dan Hasil Penelitian
2.1.1 Khasiat Empirik
Mengkudu memiliki khasiat-khasiat lain yang belum dibuktikan
secara medis, namun secara empiris telah banyak orang yang mengalami
perbaikan dan peningkatan kesehatan setelah mengonsumsi sari buahnya.
Beberapa problem kesehatan yang dapat diatasi dengan menggunakan
Mengkudu:
1. Sistem pencernaan: Perut kembung, luka pada usus halus, radang
lambung, muntah-muntah dan keracunan makanan
2. Sistem pernapasan: Batuk,bronchitis, sakit tenggorokan, TBC, kolera,
demam pada bayi, sinusitis, asma
3. Sistem kardiovaskular: Kolesterol tinggi, penebalan otot jantung,
meningkatkan transportasi oksigen di dalam sel.
4. Penyakit kulit: Luka bakar, luka, kudis, bisul, selulit, cacing kulit,
ketombe, kurap, dan radang pada kulit, borok pada kulit, dan masalahmasalah pada kulit lainnya.
5. Mulut dan tenggorokan: Radang tenggorokan, gusi berdarah, batuk,
sariawan, sakit gigi.
6. Gangguan menstruasi: Sindrom pramenstruasi, siklus haid yang tidak
teratur, nyeri pada waktu haid.
7. Awet muda: Sari buah Mengkudu dapat digunakan sebagai tonik untuk
mengatasi keriput akibat proses penuaan.
8. Penyakit-penyakit dalam tubuh: Diabetis, hepatitis kronis, sakit pinggul,
sakit kepala, gangguan fungsi ginjal, kencing batu, ganguan pada hormon
tiroid.
9. Defisiensi daya tahan tubuh: Penyakit virus Epstein-Barr, candidiasis
kronis, penyakit akibat infeksi virus HIV, kekurangan tenaga (AES=altered
energy syndrome)
2.1.2 Hasil Penelitian

Riset ilmiah menunjukkan bahwa konstituen-konstituen di dalam buah


Mengkudu memilikikhasiat untuk merangsang respon pembentukan kekebalan
tubuh, membersihkan darah, mengaturfungsi sel, regenerasi sel rusak dan
menghambat pertumbuhan tumor. Fitokimia (zat-zat kimia alami yang
terdapat pada tumbuh-tumbuhan) memiliki khasiat untuk pencegahan penyakit
dan kaya akan kandungan antioksidan. Mengkudu memiliki spektrum
fitokimia yang sangat luas, beberapa diantaranya hanya terdapat di dalam
Mengkudu. Fitokimia-fitokimia tersebut bersinergisatu dengan yang lain
untuk menghasilkan khasiat penyembuhan yang mengagumkan.
Pada tahun 1992, Dr. Isabella Abbott, profesor botani dari Universitas
Hawaii mengatakan bahwa Mengkudu semakin banyak digunakan orang
untuk mengatasi diabetes, kanker, tekanan darah tinggi dan banyak penyakit
lainnya
(Isabella,1992)
2.2 Uji Aktivitas
Penelitian ini bertujuan untuk menguji aktivitas antidiabetes ekstrak buah
mengkudu dengan metode toleransi glukosa dan diabetes imbasan-aloksan.
Percobaan
Bahan
Ekstrak etanol kering buah mengkudu, glukosa, glibenklamid, aloksan, kit uji
glukosa (Human), glukotest (Roche), air suling, etanol 70%.
Alat
Alat timbang tikus dan mencit, alat suntik oral tikus dan mencit, spektrofotometer
(Clinicon 4010 Mannheim GMBH), tabung sampel mikro, sentrifuge, mikropipet,
mixer.
Hewan percobaan

10

Tikus putih jantan galur Wistar dari Laboratorium Perhewanan Departemen


Farmasi ITB, mencit jantan Balb/c dengan berat badan 22 - 35 g dari PT Biofarma
Bandung.
Metode percobaan
Pembuatan ekstrak kering dan sediaan uji
Irisan buah mengkudu yang telah dikeringkan diekstraksi dengan etanol
95%.kemudian ekstraknya dikisatkan dengan alat penguap vakum putar. Sediaan
uji dibuat dengan mensuspensikan ekstrak kering dalam air suling untuk
mendapatkan dosis 500 dan 1000 mg/kg bb
Uji antidiabetes dengan metode toleransi glukosa
Hewan percobaan yang telah dikelompokkan secara acak diambil cuplikan darahnya

(T = 0) untuk penentuan kadar glukosa awal, kelompok uji diberi sediaan

uji secara oral, kelompok kontrol diberi air suling dan kelompok pembanding
diberi glibenklamid. Setelah 30 menit kemudian, semua hewan percobaan diberi
larutan glukosa secara oral.Setiap 30 menit cuplikan darah diambil dari masingmasing hewan percobaan. Setelah darah dalam tabung sampel mikro disentrifuga,
kadar glukosa dalam serumnya ditentukan secara uji kolorimetri dengan metode
enzima-tik GOD-PAP .
Uji antidiabetes pada mencit diabetes imbasan aloksan
Hewan setelah disuntik dengan aloksan secara intravena dipelihara selama satu
minggu untuk melihat kembali ke keadaan glukosa serum normal. Hewan percobaan yang telah dikelompokkan secara acak cuplikan darahnya diambil (T = 0).
Hewan kelompok uji diberi sediaan uji, kelompok pembanding diberi glibenklamid, sedangkan kelompok kontrol diberi air suling selama tujuh hari berturutturut. Semua hewan diberi makan dan minum ad-libitum. Pada hari ke-1,
dilakukan pengambilan serum untuk penentuan kadar glukosa serum pada
pemberian tunggal. Cuplikan darah yang diambil pada hari ke-4 sebelum diberi
sediaan uji digunakan untuk penentuan kadar glukosa serum pada pemberian
11

berulang (3 hari). Pada hari ke-8, serum diambil untuk penentuan kadar glukosa
serum setelah pemberian sediaan uji 7 hari berturut-turut. Kadar glukosa serum
ditentukan secara uji kolori-metri dengan metode enzimatik GOD-PAP (pada
panjang gelombang 546 nm)
(Yulinah,2004)
So simpulannya ? Dosis mana yang aktivitas antidiabetesnya paling baik?
2.3 Uji Toksisitas
Pada umumnya metode uji toksisitas dapat dibagi menjadi 2 golongan yaitu,uji
toksisitas yang dirancang untuk mengevaluasi seluruh efek umum suatu
senyawa,dan uji yang dirancang untuk mengevaluasi secara rinci tipe toksisitas
spesifik(Hayes, 2001).
2.3.1 Uji Toksisitas Akut
Uji Toksisitas akut dilakukan dengan memberi senyawa yang sedang
diujisebanyak satu kali atau beberapa kali dalam jangka waktu 24 jam,
kemudian diamatiselama 14 hari. Penelitian ini dirancang untuk menentukan
dosis letal median (LD50),selain juga dapat menunjukkan organ sasaran yang
mungkin dirusak dan efek toksikspesifiknya, serta memberikan petunjuk
tentang dosis yang sebaiknya digunakandalam pengujian yang lebih lama.
Senyawa yang mempunyai toksisitas akut yang rendah, tidak
diperlukanpenentuan (LD50) secara tepat, cukup informasi bahwa dosis yang
cukup besarmenyebabkan hanya sedikit kematian, atau bahkan tidak
menyebabkan kematian(EPA,1988). Pandangan ini diterima oleh Joint
FAO/WHO Expert Committee onFood Additives (WHO, 1966).

2.3.2 Uji Toksisitas Subkronis

12

Uji toksisitas subkronis dilakukan untuk mengevaluasi efek senyawa,


apabiladiberikan kepada hewan uji secara berulang-ulang. Biasanya diberikan
senyawa ujisetiap hari selama kurang lebih 10% dari masa hidup hewan, yaitu
3 bulan untuk tikusdan 1-2 tahun untuk anjing.
Uji toksisitas sub kronis menyangkut evaluasi seluruh hewan
untukmengetahui efek patologi kasar dan efek histologi. Uji ini dapat
menghasilkaninformasi toksisitas zat uji yang berkaitan dengan organ
sasaran, efek pada organ itu,dan hubungan dosis efek dan dosis
respons.Informasi tersebut dapat memberipetunjuk jenis penelitian khusus
lainnya yang perlu dilakukan.
2.3.3 Uji Toksisitas Kronis
Uji toksisitas kronis dilakukan dengan memberikan senyawa uji
berulangulangselama masa hidup hewan uji atau sebagian besar masa
hidupnya, misalnya 18bulan untuk mencit, 24 bulan untuk tikus, dan 7-10
tahun untuk anjing dan monyet.Pada uji toksisitas kronis ini dilakukan
evaluasi patologi lengkap (WHO, 1966).
2.4 Dosis dan Alasan Pemilihannya
Ada beberapa dosis yang dianjurkan dalam mengonsumsi sari buah
Mengkudu yang dikaitkan dengan kondisi kesehatan pemakai.
Tabel di bawah ini menjelaskan dosis konsumsi sari buah bagi orang yang
secara umum berada dalam kondisi sehat atau tidak sedang mengalami penyakit
serius.Tujuan konsumsi lebih ditekankan untuk menjaga kesehatan, meningkatkan
stamina tubuh, dan memperkuat daya tahan tubuh terhadap serangan penyakit.
Dosis berikut adalah untuk kategori usia dewasa, yang berusia di atas 16 tahun.
Waktu

Bulan I

Bulan I - Seterusnya

Sebelum makan pagi

25 ml

25 ml

13

Sebelum makan malam

25 ml

25 ml

Sedangkan untuk mereka yang belum 16 tahun, berikut dosis yang dianjurkan.
Waktu

Bulan I

Bulan I - Seterusnya

Sebelum makan pagi

25 ml

25 ml

Sebelum makan malam

25 ml

Tabel di bawah ini menerangkan dosis mengonsumsi bagi para penderita penyakit
kronis. Beberapa jenis penyakit kronis adalah sebagai berikut: alergi kronis,
arthritis (radang sendi), asma, bronkhitis, depresi, lupus, neuralgia, nyeri/sakit,
sinusitis, fibromyalgia, penyakit-penyakit degeneratif misalnya stroke, tekanan
darah tinggi, gangguan jantung, kolesterol tinggi, dan kegemukan.

Waktu

Bulan I - Seterusnya

Pagi (setelah bangun tidur)

25 ml

14

Sore

25 ml

Malam (sebelum tidur)

25 ml

Dosis konsumsi sari buah Mengkudu untuk para penderita penyakit serius dapat
dilihat pada Tabel di bawah ini. Jenis-jenis penyakit serius, diantaranya adalah:
ketagihan (adiksi) terhadap alkohol atau obat-obatan yang mengandung zat
adiktif, kecelakan serius, turunnya daya tahan/kekebalan tubuh (misalnya : AIDS),
kanker, penyakit-penyakit yang meradang, nyeri yang menahun.
Waktu

Bulan I - Seterusnya

Pagi (setelah bangun tidur)

25 ml

Sebelum makan siang

25 ml

Sore

25 ml

Malam

25 ml
(Maria,2015).

Penjelasan diatas itu untuk dosis buat sari buah (jus) kalau untuk ekstrak berapa?
You need to search it again

2.5 Peringatan dan Perhatian

15

Berikut beberapa hal tambahan yang perlu diperhatikan sewaktu


mengonsumsi jus Mengkudu: batas waktu yang diberikan tidak menjadi patokan
(tergantung pada kondisi/perubahan yang dialami); silakan mengurangi dosis yang
diminum bila merasakan peningkatan kesehatan; boleh menambah dosis konsumsi
bila dosis yang disarankan belum menunjukkan reaksi positif (Maria, 2015).

16

BAB 3
PENGEMBANGAN FORMULA
3.1 Contoh Sediaan yang Beredar di Pasaran
Nama dagang : Pacego
Produser

: Borobudur Herbal Industri

Kandungan

: Morindae Fructus Extract

3.2 Pra Formulasi


Dalam pengobatan tradisional, mengkudu digunakan untuk obat batuk,
radang amandel, sariawan, tekanan darah tinggi, beri-beri, melancarkan kencing,
radang ginjal, radang empedu, radang usus, sembelit, limpa, lever, kencing manis,
cacingan, cacar air, sakit pinggang, sakit perut, masuk angin, dan kegemukan
(Wijayakusuma, 1992).
Produk olahan buah mengkudu tidak hanya berbentuk jus atau sari buah
saja, tetapi juga berupa serbuk buah tanpa biji, serbuk atau kopi biji dan dikemas
dalam kapsul yang banyak dijual di pasar tradisional di Jawa Tengah.Untuk sari
buah, proses pengolahan yang banyak dilakukan meliputi penyimpanan buah
mengkudu dikombinasikan dengan pengepresan atau hanya pengepresan saja.
Bahan baku yang disimpan terlebih dahulu menghasilkan produk olahan yang
lebih disukai karena memberikan aroma yang khas dan biasanya tanpa ada
perlakuan panas dalam pengawetannya. Selama penyimpanan akan terjadi proses
fermentasi yang akan menguraikan komponen asam penyebab aroma yang tidak
menyenangkan (Hardoko, 2003)
Beberapa jenis senyawa fitokimia dalam buah mengkudu adalah terpen,
acubin, lasperuloside, alizarin, zat-zat antrakuinon, asam askorbat, asam kaproat,
asam

kaprilat,

zat-zat

skopoletin,

damnakantal,

17

dan

alkaloid

(Antara,

2001).Senyawa turunan antrakuinon dalam mengkudu antara lain adalah


morindin, morindon dan alizarin, sedangkan alkaloidnya antara lain xeronin dan
proxeronin (prekursor xeronin). Xeronin merupakan alkaloid yang dibutuhkan
tubuh manusia untuk mengaktifkan enzim serta mengatur dan membentuk struktur
protein (Solomon 1998).
Tingkat kematangan buah.Buah dengan tingkat kematangan yang berbeda
mempunyai kandungan bahan aktif dan khasiat yang berbeda pula.Buah
mengkudu mentah (hijau, mengkal, tekstur masih keras) biasanya dibuat jus untuk
menanggulangi masalah pencernaan dan demam yang disertai muntah-muntah
(Antara, 2001).Buah yang ranum dapat menyembuhkan lidah berdarah, sakit
pinggang, beriberi, dan diabetes (Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan
1987).
Sediaan ini memiliki efek sebagai atidiabetes karena Morindae fructus
mengandungi senyawa metabolit seunder yaitu proxeroni yang memiliki efek
menekan kadar gula darah karena zat ini mampu memperbaiki sel beta pancreas.
Ketika pancreas diperbaiki, maka tubuh mamp memproduksi insulin lebih banyak.
Berdasarkan jurnal penelitian efek antidiabetes ekstrak buah Mengkudu
terhadap mencit, dosis 500mg/kg BB dan 1000 mg/ kg BB memberikan efek yang
bermakna terhadap penurunan kadar gula darah. Setela dikonversi ke dalam dosis
manusia, didapatkan dosis yang memberikan efek kepada manusia adalah 110,8
mg/kgBB atau dosis lazimnya 7758mg/70kg BB (sitasi), perhitungannya salah
500 mg/kg BB divided 1000 0,5 mg/g x 20 = 10 mg/20 gr (dosis absolut
mencit) so, dikali factor konversi ke manusia 387,9 = 3879 mg/70 kg BB (if
one capsul is 500 mg extract, so nanti kamu makan 6 kapsul sehari) . Coba
cari jurnal yang dosisnya lebih kecil ya :)
Penambahan etanol pada formulasi adalah sebagai pengencer untuk ekstrak
Morindae fructus ketika akan dicampurkan atau dikeringkan dengan Saccharum
lactis. Penambahan etanol ini hanya sedikit dan tidak berpengarih pada

18

perhitungan sediaan, karena nantinya etano ini jumlahnya sangat sedikit dan nanti
akan menguap.

3.3 Formulasi, Metode dan Pembuatan Sediaan


3.3.1 Formulasi sediaan kapsul Morindae Fructus
Formulasi yang digunakan untuk pembuatan sediaan kapsul Morindae
Fructus sebagai obat antidiabetes:
R/

Ekstrak kental Morindae Fructus

250mg

Saccharum Lactis

450mg

Etanol

qs

3.3.2 Metode dan Pembuatan Sediaan kapsul Morindae Fructus


a. Penyiapan bahan baku
Penyiapan bahan baku buah Mengkudu meliputi pengumpulan,
penyortiran, pencucian dan permotongan Morindae Fructus.
b. Ekstraksi simplisia Morindae Fructus
Prosedur ekstraksi yang digunakan adalah maserasi. Langkahlangkah yang dilakukan terlebih dahulu 800,41gram simplisia Morinda
citrifolia fructus yang telah dipotong kecil dimasukkan ke dalam
maserator yang telah dilapis dengan kapas, kemudian ditambah pelarut
etanol 96% secukupnya dan dibiarkan selama kira-kira 10 menit agar
proses pembasahan simplisia berlangsung, kemudian ditambahkan pelarut
yang sama sampai selurug potongan terendam, yaitu sekitar 5500ml.
didiamkan selama 3x24jam sambal sesekali diaduk. Ekstrak cair yang
ditampung dalam penampung. Ekstrak cair tersebut akan dugunakan
sebagian untuk parameter ekstrak cair. Parameter ekstrak cair meliput
organoleptik ekstrak, penetapan pH, pola dinnamolisis, dan pola

19

kromatografi lapis tipis.Ekstrak kental juga disisakan untuk pengjian


parameter ekstrak kental. Parameter ekstrak kental meliputi rendemen
ekstrak, organoleptic ekstrak, bobot jenis ekstrak, kadar air ekstrak, kadar
minyak atsiri, kadar sari larut air, dan kadar sari latur etanol.
c. Pengentalan ekstrak cair ekstrak Morindae Fructus
Volume ekstrak cair yang diperoleh kemudian diukur dan
dipekatkan dengan rotavapor sampai diperoleh ekstrak kental.
d. Perhitungan dan penimbangan
Formulasi ini menghasilkan kapsul sebanyak 60 buah.Setiap kapsul
mengandung 250mg ekstrak Morindae Fructus.Penggunaan adalah 2 kali
sehari setiap makan 1 kapsul.Jadi senyawa ekstrak yang perlu digunakan
adalah sebanyak 15 gram untuk 60 sediaan kapsul.
e. Proses pembuatan kapsul ekstrak Morindae Fructus
Mortil

dilapis

terlebih

dahulu

dengan

saccharum

lactis

secukupnya.Kemudian ekstrak kental ditimbang sebanyak 15 gram lalu


ditambahkan etanol 96% secukuonya dan digerus.Ke dalam mortie
ditambahkan saccharum lactis sebanyak 27 gram kemudian digerus sampai
campuran tersebut homogen dan kering.Kemudian disiapkan kapsul
kosong no. 0.Kapsul yang sudah berisi serbuk ekstrak kering direkatkan
kemudian dibersihkan dan dikemaskan.
3.4 Pengemasan dan Penyimpanan Sediaan Akhir
Sediaan kapsul yang telah dibuat dimasukkkan ke dalam wadah, diberi
etiket, dan brosur kemudian ditempatkan di dalam wadah yang tertutuprapat.
Wadah untuk sediaan kapsul morindae fructus harus wadah tertutup rapat karena
sifat dari ekstrak tersebut adalah higroskopis, sangat tidak stabil bila terkena
udara.

20

BAB 4
PENGUJIAN MUTU SERTA METODE ANALISIS
4.1 Struktur Molekul dan Dasar Analisis Zat Aktif

Proxeronine dalam buah Noni merupakan bahan baku alkaloid Xeronine


dalam tubuh. Fungsi alkaloid tersebut adalah untuk membuka pori-pori sel,
sehingga kemudian nutrisi dapat lebih mudah masuk ke dalam sel. Selain nutrisi,
melebarnya pori-pori sel tersebut juga dapat semakin memudahkan sekresi atau
pengeluaran racun dari dalam tubuh, sehingga tubuh akan menjadi lebih sehat.
Proses sederhana tersebut sebenarnya sudah dapat menjelaskan khasiat
buah Noni sebagai obat untuk penyakit gula darah. Sel-sel yang tadinya
mengalami gangguan atau kerusakan (sel beta pankreas) akan dapat kembali
dioptimalkan fungsinya dengan revitalisasi dan regenerasi yang dipicu oleh
adanya alkaloid Xeronine di dalam tubuh. Hal ini juga berdampak positif pada
sensitifitas sel terhadap insulin yang tadinya menurun, sehingga kemudian
efeknya tampak jelas pada kadar gula darah penderita yang kembali stabil.
(Wijayakusuma, 1996)

21

4.2 Metode Analisis yang Diusulkan untuk Bahan Baku dan Eksipien
1. Metode Analisis Bahan Baku
1. Metode Identifikasi Bahan Baku dengan Kromatografi Lapis
Tipis
Prinsip: Pemisahan zat terlarut dalam system yang terdiri
dari dua fase yaitu fase diam dan fase gerak. Pemisahan
didasarkan pada adsorpsi, partisi atau kombinasi kedua efek
yang tergantung dari jenis zat penyangga, cara pembuatan

dan jenis pelarut yang digunakan.


Alasan pemilihan metode: Kromatografi Lapis Tipis
merupakan

metode

yang

dapat

diandalkan,

mudah

pelaksanaannya dan tidak destruktif terhadap sampel


Penafsiran hasil: pengamatan bercak dan Rf dari hasil
kromatografi dibandingkan dengan literature.

2. Metode Penetapan Kadar Bahan Baku dengan Kromatografi


Cair Kinergi Tinggi
Prinsip: KCKT (Kromatografi Cair Kinergi Tinggi) adalah
sebuah instrumen yang menggunakan prinsip kromatografi
(pemisahan) dengan menggunakan fase gerak cair yang
dialirkan melalui kolom yang merupakan fase diam menuju
ke detektordengan bantuan pompa. Sampel dimasukkan ke
dalam kolom akan keluar atas dasar kepolaran yang
berbeda, sehingga akan mempengaruhi kekuatan interaksi
antara senyawa terhadap fase

diam. Senyawa-senyawa

yang kurang kuat interaksinya dengan fase diam akan keluar


terlebih dahulu, dan sebaliknya senyawa yang berinteraksi

kuat dengan fase diam akan keluar lebih lama.


Alat: Instrumen KCKT
Penafsiran hasil: Pengukuran luas da tinggi pucak yang
terekam dalam kromatografi

3. Metode Penetapan Kadar Bahan Baku dengan Kromatografi


Gas

22

Prinsip: Kromatografi gas adalah prosedur pemisahan zat


yang dapat menguap dan mengalami proses migrasi
differensial dinamis dan sistem yang terdiri dari fase gerak
gas dan fase diam cairan yang dilapiskan pada penyangga
padat inert atau pase diam padatan. Zat yang diinjeksikan
akan mudah meguap dalam kolom selanjutnya fase gerak
akan membawa zat tersebut melalui fase diam sehingga
akan terdistribusi diantara dua fase dan menunjukkan
perbedaan mobilitas berdasarkan perbedaan tekanan uap
pada suhu kolom. Penentuan kuantitas zat didasarkan pada
pengukuran luas atau tinggi puncak yang terekam dalam

kromatogram (Depkes RI, 1995)


Alat: Instrumen GC-MS
Penafsira hasil: Pengukuran luas dan tinggi pucak yang
terekam dalam kromatogram

2. Metode Analisis Untuk Bahan Tambahan


1. Sacharum lactis
Campurkan 20 mg dengan 40mg resorsinol P, tambahkan 10
tetes asam sulfat p, dan panaskan campuran dalam tangas cair
yang sesuai pada suu 200oC selama 3 menit. Diamkan hingga
dingin, tambahkan 10ml air dan natrium hidroksida1N berlebih
cairan berfluorensasi hijau. (Depkes RI, 1995)
2. Etanol
Pada 5ml larutan (1 dalam 10) tambahkan 1ml natrium
hidroksida 1N dan perlahan-lahan (setelah 3 menit) tambahkan
2ml iodium 0.1N timbul bai iodoform dan terbentuk dan
terbentuk endapan kuning dalam waktu 30 menit.(Depkes RI,
1995)
4.3 Prosedur Analisis Bahan Baku, Bahan Ruahan, dan Obat Jadi
4.3.1. Prosedur analisis iIdentifikasi bahan baku serbuk buah mengkudu
dengan menggunakan KLT (Depkes RI,1995)
1. Timbang 300mg serbuk.

23

2. Campur dengan 5 ml methanol P, panaskan dalam penangas


air selama dua menit dinginkan, saring.
3. Cuci endapan dengan methanol P hingga diperoleh 5ml
filtrate
4. Pada titik pertama dan kedua pada lempeng KLT totolkan
40 ul filtrate dan titik ketiga totolkan zat warna iiLP 5 ul
5. Elusi dengan fase gerak yaitu n-heksan : etil asetat (7:3)
dengan jarak rambat 15 cm.
6. Keringkan lempeng di udara selama 10 menit.
7. Amati sinar biasa dan UV 366nm.
4.3.2. Prosedur analisis penetapan kadar kapsul buah mengkudu dengan
menggunakan KCKT.
1. Ambil sebanyak 20 kapsul , haluskan dengan blender atau
digerus.
2. Pisahkan dengan penyaringan bagian tablet inti dan
penyalutnya
3. Timbang sejumlah tertentu masa ini kapsul,ekstraksi
dengan airdeionasi disertai pengocokan dengan shaker
disaring saring.
4. Ambil filtrat, kemudian dilakukan pengenceran dengan
melarutkan filtrat ke dalam labu ukur 100 mL, kemudian
dilarutkan kembali didalam labu ukur 10 mL, dan tentukan
kadarnya dengan instrument KCKT.
5. Kondisi yang digunakan dalm proses KCKT yaitu:
Fase gerak yang digunakan yaitu berupa methanol:air
(50:50)
Kecepatan aliran 0.8 mL/min
Suhu 30oC
Detektor UV @ 240
Kolom Pinnacle II C 18 (150 mm x 4,6 mm)
4.3.3. Prosedur analisis penetapan kadar kapsul buah mengkudu dengan
menggunakan kromatografi gas.
1. Ambil sebanyak 20 kapsul , haluskan dengan blender atau
dogerus.
2. Pisahkan dengan penyaringan bagian kapsul dan inti

24

3. Timbang sejumlah tertentu masa tablet inti, ekstraksi


dengan etanol 70% disertai pengocokan dengan shaker,
saring.
4. Ambil filtrate dan tentukan kadarnya dengan instrument
GC-MS.
4.3.4. Masalah yang mungkin terjadi pada saat pelakasanaan metode
analisis
Identifikasi bahan baku dengan menggunakan metode KLT
mungkin dapat menyebabkan pergeseran nilai Rf yang cukup
signifikan apabila preperasi sampel yang dilakukan kurang dapat
menarik komponen senyawa aktif dari tumbuhan.
Proses analisis pada produk jadi (sedian kapsul) dapat dipersulit
dengan adanya eksipien sehingga mungkin akan mempersulit
proses preparasi sampel yang menyebabkan perbedaan spectrum
maupun kromatogram yang dihasilkan.

4.4 Pengujian Stabilitas Obat Jadi


Tidak ditemukan data stabilitas di beberapa literature seperti USP,
International Pharmacopeia, PDR, Clarkes, FI IV maupun pustaka lainnya.
Akan tetapi untuk mendapatkan data stabilitas zat aktif dapat dilakukan uji
stabilitas, antara lain:
1. Uji stabilitas yang dilakukan sesuai dengan zona iklim dan persyaratan
yang berlaku di Negara masing-masing. Indonesia dan Asean termasuk
dalam zona iklim IV
2. Uji stabilitas Real Time. Untuk uji stabilitas real time dilakukan pada
kondisi penyimpanan 30oC 2oC / RH 75% 5%, waktu minimum uji
stabilitas selama 12 bulan dan jumlah bets minimal sebanyak 3 bets.
3. Uji stabilitas dipercepat. Untuk uji stabilitas dipercepat dilakukan pada
kondisi penyimpanan 40oC 2oC / RH 75% 5%, waktu minimum uni
stabilitas selama 6 bulan dan jumlah bets minimal sebanyak 3 bets

25

(ASEAN, 2005). Untuk mendapatkan data stabilitas zat aktif dapat


dilakukan uji stabilitas.
4. Uji stabilitas terdiri dari uji stabilitas zat aktif dan sediaan, untuk
pengujian stabilitas zat aktif dilakukan apabila tidak terdapat

data

stabilitas pustaka. Padahal data stabilitas diperlukan untuk registrasi obat


dan untuk menjamin kualitas dan keamanan obat.

Tipe Uji Stabilitas


Dipercepat

Kondisi Penyimpanan
Interval Waktu Uji
Climatic Chamber pada suhu Bulan 0,1,3,6

Real Time

40oC 2oC / RH 75% 5%


Climatic Chamber pada suhu Bulan 0,3,6,9,12,18,24
30oC 2oC / RH 75% 5%,

Uji stabilitas berguna untuk mendapatkan data kinetika orde reaksi, untuk
selanjutnya dapat ditentukan pula data kecepatan peguraian zat aktif tersebut.
Penentuan uji stabilitas zat aktif dipercepat berguna dalam penentuan waktu
daluarsa, usia guna dan membantu dalam preformulasi sediaan. Selanjutnya
sediaan yang telah dibuat di uji pula stabilitasnya yaitu stabilitas dipercepat pada
suhu 40oC 2oC dengan RH 75% 5%.

26

BAB 5
REGULASI/PERUNDANG-UNDANGAN
5.1 Registrasi Obat Jadi
Menurut Permenkes RI No. 246/Menkes/Per/V/1990 tentang izin usaha
Industri Obat Tradisional dan Pendaftaran Obat Tradisional pasal 3 menyebutkan
bahwa obat tradisional yang diproduksi, diedarkan di wilayah Indonesia maupun
ekspor terlebih dahulu didaftarkan sebagai persetujuan Menteri dan Menteri
melimpahkan wewenang pemberian izin usaha dan persetujuan pendaftaran obat
tradisional pada Direktur Jeneral.
Obat tradisional yang akan didaftarkan harus memenuhi persyaratan:
a. Secara empiric terbukti aman dan bermanfaat untuk kegunaan manusia.
b. Bahan obat tradisional dan produksi yang digunakan memenuhi
pensyaratan yang ditetapkan.
c. Tidak mengandung bahan kimia sintetik atau hasil isolasi yang berkhasiat
sebagai obat.
d. Tidak mengandung bahan yang tergolong obat keras atau narkotika.
Berdasarkan peraturan kepala BPOM RI Nomor: HK.00.05.41.1384 tentang
Kriteria Dan Tata Laksana Pendaftaran Obat Tradisional , Obat Herbal Terstandar
adalah sediaan obat bahan alam yang telah dibuktikan khasiat dan keamanannya
secara ilmiah dengan uji praklinik dan bahan bakunya telah di standarisasi. Kapsul
buah mengkudu dapat didaftarkan mengikut kategori pendaftaran obat baru
kategori 4 yaitu pendaftaran obat herbal terstandar.Pendaftarannya dilakukan
dalam dua tahap yaitu pra penilaian dan penilaian.
5.2 Penandaan Sesuai Undang-Undang
Peraturan kepala BPOM RI Nomor: HK.00.05.4.2411 tentang ketentuan
pokok pengelompokan dan penandaan obat bahan alam Indonesia menyebutkan
bahwa kriteria dari obat-obat herbal terstandar yaitu:

27

a. Klaim khasiat dibuktikan berdasarkan penelitian secara ilmiah/pra klinik


serta
b. Telah dilakukan standarisasi terhadap bahan baku yang digunakan
Kapsul buah mengkudu termasuk kedalam golongan Obat Herbal
Terstandar karena telah memenuhi kedua persyaratan tersebut.
5.2.1 Aturan penandaan pada wadah, leaflet atau brosur.
Obat herbal terstandar sebagaimana dimaksud pasal 1 keputusa kepala
BPOM RI Nomor: HK.00.05.4.2411 butir b harus mencantumkan logo dan
tulisan OBAT HERBAL TERSTANDAR penandaan yang harus diberikan
pada wadah, pembungkus dan brosur sediaan kapsul buah mengkudu adalah
sebagai berikut

Gambar logo obat herbal terstandar


5.2.2 Nomor registrasi
Nomor registrasi kapsul buah mengkudu adalah TR 151313451
Keterangan:
TR: obat tradisional lokal
15: tahun mulai produk tersebut terdaftar di BPOM
1: Obat ini diproduksi oleh pabrik farmasi
3: menunjukkan obat sediaan kapsul
1345: menunjukkan nomor urut jenis produk yang terdaftar

28

1: menunjukkan jenis kemasan terakhir


5.2.3 Nomor Batch
Menurut surat Dirjen POM No 13650/D/SE/73, penomoran batch
diserahkan pada perusahaan masing-masing. Nomor batch produk kapsul
buah mengkudu adalah 0915011.
Keterangan:
09: produk diproduksi pada bulan September
15: produk diproduksi pada tahun 2015
01: bentuk sediaan kapsul
1: nomor urut pembuatan
Menurut Permenkes RI No. 246/Menkes/Per/V/1990 tentang Izin Usaha
Industri Obat Tradisional Dan Pendaftaran Obat Tradisional pasal 34, penandaan
yang tercantum pada pembungkus, wadah, etiket atau brosur harus berisi
informasi tentang:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.

Nama obat tradisional atau nama dagang;


Komposisi;
Bobot , isi atau jumlah tiap wadah;
Dosis pemakaian;
Khasiat atau kegunaan;
Kontra indikasi (bila ada);
Kedaluwarsa;
Nomor pendaftaran;
Nomor kode produksi;
Nama industri atau alamat sekurang-kurangnya nama kota dan kata

INDONESIA;
k. Untuk Obat Tradisional Lisensi harus dicantumkan juga nama dan alamat
industri pemberi lisensi, sesuai yang disetujui pada pendaftaran.
5.3 Distribusi Obat Jadi

29

Sejauh ini belum ada regulasi yang mengatur distribusi obat herbal
terstandar, maka dengan kata lain kapsul buah mengkudu dapat disalurkan dari
industri pembuat melalui pedagang besar farmasi dan dapat langsung
didistribusikan kepada sebuah retailer obat, mulai dari apotek, toko obat berizin
sampai swalayan. Regulasi yang terkait dengan distribusi obat jadi adalah
Peraturan Pemerintah RI Nomor 72 tahun 1998 tentang pengamanan sediaan
farmasi dan alat kesehatan, dimana pasal 15 ayat 1 (b) disebutkan bahwa
penyaluran sediaan farmasi dan alatkesehatan hanya dapat dilakukan badan usaha
yang telah memiliki izin sebagai penyalur sesuai dengan peraturan perundangundangan yang berlaku untuk menylurkan sediaan farmasi yang berupa obat
tradisional dan obat kosmetik. Dalam hal ini semua retailer dapat menyalurkan
obat herbal terstandar.

30

BAB 6
INFORMASI OBAT JADI
6.1 Kemasan Sediaan

Logo obat herbal terstandarnya


mana?

31

6.2 Etiket dan Brosur

32

DAFTAR PUSTAKA
WHO, 1966. The transformation of Noni, a traditional polynesian medicine
(Morinda Citrifolia, Rubiaceae Available at
http://link.springer.com/article/10.1007/BF02860792[Diakses pada tanggal
24 September 2015].
Antara, N.T., H.G. Pohan, dan Subagja. 2001. Pengaruh tingkat kematangan dan
proses terhadap karakteristik sari buah mengkudu. Warta IHP/J. of AgroBased Industry 18(1 2): 2531.
Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan. 1987. Tumbuhan berguna
Indonesia. Jilid III. Terjemahan dari K. Heyne. Badan Litbang Kehutanan,
Jakarta.
Cheeke, R. P. 2001. Saponis : Suprising Benefits of Desert Plants. Available on
http://www.perfectwaters.net/saponin.html/.[Diakses pada tanggal 24
September 2015].
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1995, Farmakope Indonesia. Edisi IV.
Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan, Jakarta
Ditjen POM. (1989). Materia Medika Indonesia. Jilid V. Departemen Kesehatan
RI. Jakarta.
Djauhariya, E. 2003.Mengkudu Tanaman Obat Potensial. Balai Penelitian
Tanaman Obat dan Rempah. Perkembangan Teknologi TRO XV (1): 2023.
Elin Yulinah, Andreanus A. Soemardji, Endang Kumolosasi, Maria Immaculata
Iwo, Joseph Iskendiarso Sigit, Suwendar ,2004 Unit Bidang Ilmu
Farmakologi-Toksikologi Departemen Farmasi FMIPA ITB Bandung, Jl.
Ganesa 10 Bandung 40132http://dokumen.tips/documents/uji-aktivitasanti-diabetes-ekstrak-etanol-buah-mengkudu-morinda-citrifolia-l.html
Francis, G., et al. 2002. The biological Action of Saponin in Animal System. J.
Nut. British 88: 587 605.

33

Harbone.1987. Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisis


Tumbuhan. Bandung: Institut Teknologi Bandung.
Hardoko, A. Parhusip, dan I.P. Kusuma. 2003. Mempelajari karakteristik sari buah
mengkudu (Morinda citrifolia Linn.) yang dihasilkan melalui fermentasi.
Jurnal Teknologi Industri Pertanian XIV(2): 144153.
Hayes,2001. UJI TOKSISITAS SUBKRONIS KOMBINASI EKSTRAK
ETANOL BUAH MENGKUDU (Morinda citrifolia
Linn.)http://pustaka.unpad.ac.id/wpcontent/uploads/2009/02/uji_toksisitas_subkronis.pdf
Isabella,1992. Mengkudu, dari Universitas Hawaii
http://dokumen.tips/documents/artikel-mengkudu.html
Karou, D. 2006. Antbacterial Activity of Alkaloids from Sida Acuta African, J of
Biotechnology 5(2): 195 200.
Maria,2015.Deherba.cara konsumsi mengkudu.
https://www.deherba.com/cara-konsumsi-mengkudu.html
Robinson, T. 1995. Kandungan Organik Tumbuhan Tingkat Tinggi. Bandung:
Institut Teknologi Bandung.
Rukmana, R. 2002. Mengkudu Budidaya dan Prospek Agribisnis, Yogyakarta
Kanisius.
Sirait, M. 2007. Penuntun Fitokimia dalam Farmasi. Bandung: Institut Teknologi
Bandung.
Siswandono dan B. Soekardjo, 1995.Kimia Medisinal. Surabaya. Universitas
Airlangga Press.
Solomon, N. 1998.Noni. Natures Amazing Healer. Woodland Publ. Pleasant
Grove, Utah, USA.

34

Solomon, N. 2002.Tahitian Noni Juice.Available on


http://www.noni888.com.html/. [Diakses pada tanggal 24 September 2015]
Wijayakusuma, H., Dalimartha, S., dan Wirian, A., 1996, Tanaman Berkhasiat
Obat di Indonesia, Jilid ke-4, Pustaka Kartini, Jakarta.

35

Anda mungkin juga menyukai