Anda di halaman 1dari 12

Peran Flavonoid Sebagai Antioksidan

Alami Pada Daun Kelor

Untuk memenuhi tugas makalah mata kuliah Kimia Dasar yang dibina
oleh Dr.Ir. Elfi Anis Saati, M.P

OLEH:
ERISA YULIS MAULINA (201810220311122)
ANDALUSIA TRISNA SALSABILA (201810220311123)
GUSTY PRIMANDA AWWAL M. (201810220311124)

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG


FAKULTAS PERTANIAN PETERNAKAN
ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN
TAHUN 2018/2019
Daftar Isi

BAB I ...................................................................................................................... 3
1.1. Latar Belakang ......................................................................................... 3
1.2. Rumusan Masalah .................................................................................... 3
1.3. Tujuan ....................................................................................................... 3
BAB II ..................................................................................................................... 4
2.1. Morfologi dan Taksonomi Daun Kelor .................................................... 4
2.2. Potensi Daun Kelor sebagai Antioksidan Alami ...................................... 5
2.3. Kadar Flavonoid dalam Daun Kelor......................................................... 7
2.4. Kapasitas Antioksidan dalam Daun Kelor ............................................... 8
BAB III ................................................................................................................. 10
3.1. Kesimpulan ................................................................................................. 10
3.2. Saran ....................................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 11

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Tanaman Kelor (Moringa oleifera) merupakan salah satu jenis tanaman yang
memiliki banyak manfaat yaitu pada bunga kelor, daun kelor, buah/biji kelor.
Daun kelor adalah salah satu bagian dari tanaman kelor yang telah banyak
diteliti kandungan gizi dan kegunaannya. Daun kelor sangat kaya akan nutrisi,
diantaranya kalsium, besi, protein, vitamin A, vitamin B dan vitamin C (Misra
& Misra, 2014; Oluduro, 2012; Ramachandran et al., 1980). Salah satu senyawa
yang terkandung dari daun kelor adalah senyawa flavonoid. Kadar lavonoid
pada daun kelor mampu berperan dalam menangkap radikal bebas atau
berfungsi sebagai antioksidan alami. Sedangkan kapasitsas antioksidan
memungkinkan untuk menangkap atau menetralkan radikal bebas terkait
dengan gugus OH fenolik sehingga dapat memperbaiki keadaan jaringan yang
rusak dengan kata lain proses inflamasi dapat terhambat.
Keyword : Daun Kelor, flavonoid, kadar flavonoid, kapasitas antioksidan

1.2.Rumusan Masalah
1. Apakah daun kelor dapat berperan sebagai antioksidan?
2. Bagaimana kadar flavonoid dalam daun kelor?
3. Bagaimana kapasitas antioksidan dalam daun kelor?

1.3.Tujuan
1. Untuk mengetahui peran daun kelor sebagai antioksidan.
2. Untuk mengetahui kadar flavonoid dalam daun kelor.
3. Untuk mengetahui kapasitas antioksidan dalam daun kelor.

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Morfologi dan Taksonomi Daun Kelor


Kelor (Moringa oleifera Lamk.) merupakan tanaman yang
berasal dari dataran sepanjang sub Himalaya yaitu India, Pakistan,
Bangladesh, dan Afghanistan. Kelor termasuk jenis tumbuhan perdu
berumur panjang berupa semak atau pohon dengan ketinggian 7-12 meter.
Batangnya berkayu (lignosus), tegak, berwarna putih kotor, berkulit tipis
dan mudah patah. Cabangnya jarang dengan arah percabangan tegak atau
miring serta cenderung tumbuh lurus dan memanjang (Tilong, 2012).
Daun kelor (Gambar 1.) berbentuk bulat telur, bersirip tak
sempurna, beranak daun gasal, tersususun majemuk dalam satu tangkai,
dan hanya sebesar ujung jari. Helaian daun kelor berwarna hijau, ujung
daun tumpul, pangkal daun membulat, tepi daun rata, susunan pertulangan
menyirip serta memiliki ukuran 1-2 cm (Yulianti, 2008). Bunga kelor
muncul di ketiak daun, beraroma khas dan berwarna putih kekuning-
kuningan. Buah kelor berbentuk segitiga, dengan panjang sekitar 20-60 cm
dan berwarna hijau. Kelor berakar tunggang, berwarna putih, berbentuk
seperti lobak, berbau tajam dan berasa pedas (Tilong, 2012).

Gambar 1. Daun, bunga, dan buah kelor (Hsu dkk., 2006)

4
Penanaman kelor di Indonesia tersebar di seluruh daerah, mulai
dari Aceh hingga Meurauke. Oleh karena itu, tanaman kelor dikenal
berbagai daerah, seperti murong (Aceh), munggai (Sumatera Barat), kilor
(Lampung), kelor (Jawa Barat dan Jawa Tengah), marongghi (Madura),
kiloro (Bugis), parongge (Bima), kawona (Sumba), dan kelo (Ternate)
(Mardiana, 2013). Menurut Tilong (2012), kedudukan taksonomi tanaman
kelor seperti tercantum pada Tabel 1.

Tabel 1. Kedudukan Taksonomi Tanaman Kelor


Kerajaan Plantae
Sub kerajaan Tracheobionta
Superdivisi Spermatophyta
Divisi Magnoliophyta
Kelas Magnoloipsida
Subkelas Dilleniidae
Bangsa Capparales
Suku Moringaceae
Genus Moringa
Spesies Moringa oleifera Lamk.
Sumber: Tilong (2012)

2.2. Potensi Daun Kelor sebagai Antioksidan Alami


Tanaman kelor mangandung 539 senyawa yang dikenal dalam
pengobatan tradisional Afrika dan India yaitu bertindak sebagai stimulan
jantung dan peredaran darah, antitumor, antipiretik, antiepilepsi,
antiinflamasi, diuretik, antihipertensi, menurunkan kolesterol, antioksidan,
antidiabetik, antibakteri, dan antijamur (Toripah dkk., 2014). Daun kelor
sebagai sumber antioksidan alami yang baik karena kandungan berbagai
jenis senyawa antioksidan pada daun kelor seperti asam askorbat,
flavonoid, fenolik, dan karotenoid. Tingginya konsentrasi asam askorbat,

5
zat estrogen dan β-sitosterol, besi, kalium, fosfor, tembaga, vitamin A, B,
C yang membuat daun kelor memiliki banyak manfaat bagi kesehatan.
Kandungan kimia asam amino yang terdapat pada daun kelor berbentuk
asam aspartat, asam glutamat, alanin, valin, leusin, isoleusin, histidin,
arginin, triptofan, sistein, dan metionin (Makkar dan Becker, 1996).
Daun kelor mengandung flavonoid yang berfungsi sebagai
antioksidan yang mampu menjaga terjadinya oksidasi sel tubuh. Flavonoid
secara umum terdapat hampir pada semua tumbuhan yang terikat pada gula
sebagai glikosida dan aglikon. Flavonoid dapat berfungsi sebagai
antimikrobia, antivirus, antioksidan, antihipertensi, dan mengobati
gangguan fungsi hati. Flavonoid bersifat bakteriostatik dalam menghambat
pertumbuhan bakteri (Binawati dan Amilah, 2013). Golongan flavonoid
mempunyai cincin piran yang menghubungkan rantai tiga karbon dengan
salah satu dari cincin benzena (Robinson, 1995).
Menurut Sudirman (2014), flavonoid mempunyai kemampuan
berinteraksi dengan DNA bakteri dan menghambat fungsi membran
sitoplasma bakteri dengan mengurangi fluiditas dari membran dalam dan
membran luar sel bakteri. Hal tersebut menyebabkan kerusakan
permeabilitas dinding sel bakteri dan membran sel tidak berfungsi lagi,
termasuk untuk perlekatan dengan substrat. Hasil interaksi tersebut
menyebabkan terjadinya kerusakan permeabilitas dinding sel bakteri,
mikrosom, dan lisosom. Ion hidroksil secara kimia menyebabkan
perubahan komponen organik dan transport nutrisi, sehingga menimbulkan
efek toksis terhadap sel bakteri. Struktur umum flavonoid dapat dilihat
pada Gambar 2.

Gambar 2. Struktur umum flavonoid (Sudirman, 2014)

6
2.3. Kadar Flavonoid dalam Daun Kelor
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Haeria dkk. (2018),
bahwa dari hasil skrining fitokimia, ekstrak etanol kulit batang kelor
mengandung senyawa steroid, flavonoid, alkaloid, fenolat, dan tanin.
Kandungan kimia flavonoid, Steroid, alkaloid dan fenolik memiliki fungsi
sebagai antidiabetik, antioksidan, antikanker, antiseptik dan antiinflamasi
(Ikalinus, 2015). Adapun hasil rendamen dari ekstrak etanol kulit batang
kelor yaitu 7,3689 gram dengan % rendamen sebanyak 1,1 %.

Tabel 2. Kadar Flavonoid dalam Daun Kelor


Replikasi Berat Absorbansi Kadar
Sample flavonoid
(gram) (mgQE/g
ekstrak)
I 0,01004 0,482 21,73
II 0,01001 0,431 19,48
III 0,01005 0,429 19,32
Rata-rata 20,17
Sumber : Hareria.dkk (2018)

Selanjutnya dilakukan uji kuantitatif untuk menentukan kadar


flavonoid total pada sampel digunakan kuarsetin sebagai larutan standar.
Langkah awal yang perlu dilakukan adalah menentukan panjang
gelombang maksimum dengan pengukuran larutan standar kuersetin 20
ppm pada panjang gelombang 400-450 61 nm dan pada penelitian ini
diperoleh panjang gelombang maksimum 435 nm.
Pada pengukuran kadar flavonoid total diperoleh nilai absorbansi
larutan standar kuarsetin yaitu y = 0,022x + 0,0026 dengan koefisien
determinasi (R2) yang diperoleh sebesar 0,994 dan koefisien korelasi (r)
adalah 0,997.

7
Hal yang sama juga dilakukan untuk pengukuran absorbansi sampel
ekstrak etanol kulit batang kelor (Moringa oleifera L) yang dibuat
sebanyak 3 replikasi untuk keperluan akurasi data. Dimana larutan sampel
ditambahkan 1 mL aluminium klorida (AlCl3) yang dapat membentuk
kompleks, sehingga terjadi pergeseran panjang gelombang ke arah visible
(tampak) yang ditandai dengan larutan menghasilkan warna yang lebih
kuning. Kemudian ditambahkan 1 mL kalium asetat untuk
mempertahankan panjang gelombang pada daerah visible (tampak).
Sehingga dari hasil penelitian ini diperoleh kadar flavonoid total ekstrak
etanol kulit batang kelor (Moringa oleifera L) sebesar 20,17 mg QE/g
Ekstrak. (Hareria,dkk : 2018)

2.4. Kapasitas Antioksidan dalam Daun Kelor


Salah satu metode yang dapat digunakan untuk mengukur kapasitas
antioksidan dalam daun kelor adalah dengan metode DPPH. Seperti yang
dilakukan Hareria dalam jurnal penelitian Penentuan Kadar Flavonoid Dan
Kapasitas Antioksidan Ekstrak Etanol Kulit Batang Kelor (Moringa
Oleifera L) Dengan Metode Dpph, Cuprac Dan Frap (2018), metode
DPPH merupakan metode serapan 1,1-difenil-1-pikrihidrazil, yang
sederhana, cepat, mudah dan menggunakan sampel dalam jumlah yang
sedikit dengan waktu yang singkat. Selain itu, metode ini akurat dan
praktis.
Metode DPPH ini memberikan serapan kuat pada panjang
gelombang maksimum 517 nm dengan warna violet gelap. Penangkap
radikal bebas menyebabkan elektron menjadi berpasangan yang kemudian
menyebabkan penghilangan warna yang sebanding dengan jumlah
elektron yang diambil. Radikal bebas DPPH dapat menangkap atom
hidrogen dari komponen aktif ekstrak yang dicampur kemudian bereaksi
menjadi bentuk tereduksinya. (Hareria,dkk : 2018)

8
Pengukuran kapsitas antioksidan dengan metode DPPH ditandai
dengan perubahan warna setelah inkubasi. Proses inkubasi pada penelitian
ini dilakukan selama 30 menit, tujuannya untuk mempercepat reaksi antara
radikal DPPH dengan sampel yang bertindak sebagai antioksidan.
Perubahan warna ini terjadi pada ekstrak kulit batang kelor (Moringa
oleifera) dan trolox sebagai pembanding dimana ekstrak kulit batang kelor
(Moringa oleifera) mengalami perubahan warna yang tidak signifikan
setelah diinkubasi. Perubahan tersebut mengindikasikan bahwa ekstrak
kulit batang kelor (Moringa oleifera) hanya mendonorkan atom H-nya
dalam jumlah yang sedikit. Pengurangan intensitas warna
mengindikasikan kemampuan antioksidan untuk menangkal radikal bebas.
(Hareria,dkk : 2018)
Hasil uji kapasitas antioksidan dengan metode DPPH yaitu untuk
replikasi 1 hasil Yang didapatkan yaitu 19,41 mg Tr/g Ekstrak, replikasi 2
sebesar 22,504 mg Tr/g Ekstrak dan untuk replikasi 3 yaitu 21,02 mg Tr/g
Ekstrak sehingga hasil rata-rata untuk kapasitas antioksidan metode DPPH
yaitu 20,978 mg Tr/g Ekstrak Hasil menunjukkan bahwa semakin besar
kapasitas maka semakin besar pula kemampuan sampel sebagai
antioksidan. (Hareria,dkk : 2018)

Tabel 3. Kapasitas Antioksidan Metode DPPH


Replikasi Berat Sample Absorbansi Kapasitas
(gram) Antioksidan
(mgTr/g ekstrak)
I 0,0106 0,542 19,41
II 0,0102 0,599 22,50
III 0,0107 0,588 21,02
Rata-rata 20,97
Sumber : Hareria,dkk (2018)

9
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Daun kelor sangat berpotensi sebagai antioksidan alami karena mendangung zat
flavonoid. Zat ini mampu berperan sebagai antioksidan tubuh. Dengan
menggunakan metode skrining fitokimia, dapat diketahui bahwa kadar zat
flavonoid dalam daun kelor rata-rata sebesar 20,17 mg QE/g Ekstrak. Sedangkan
kapasitas Antioksidan dalam daun kelor dapat diidentifikasi dengan menggunakan
metode DPPH, yang kemudian diketahui bahwa kapasistanya sebesar 20,978 mg Tr/g
Ekstrak.

3.2. Saran
Untuk mengidentifikasi kapasitas antioksidan dalam daun kelor, dapat
menggunakan metode lain selai DPPH. Pebahasan lebih lanjut, dapat
memungkinkan untuk menelaah lebih jauh tentang metode lainnya dalam
mengidentifikasi kapasitas antioksidan dalam daun kelor.

10
DAFTAR PUSTAKA

Binawati, D.K. dan Amilah, S. “Effect of cheri leaf (Muntingia Calabura L.)
bionsecticides extract towards mortality of worm soil (Agrotisipsilon) and
armyworm (Spodoptera exiqua) on plant leek (Allium fistolum).” (2013):
51-57.

Haeria, Nurshalati Tahar, Munadiah. “Penentuan Kadar Flavonoid dan Kapasitas


Antioksidan Ekstrak Etanol Kulit Batang Kelor (Moringa oliefera L)
Dengan Metode DPPH,Cuprac dan FRAP.” Jurnal Penelitian 6 (2018).

Harbone, J.B. Metode Fitokimia : Penuntun Cara Modern Menganalisi Tumbuhan.


Bandung: ITP Press, 1987.

Makkar, H.P.S. dan Becker, K. Nutritional value an antinutritional components of


whole and ethamol extracted Moringa Oleifera leaves. 63 (1-4). Ani Feed
SciTechnol , 1996. 21-24.

Mardiana, L. Daun Ajaib Tumpas Penyakit. Penebar Swadaya, Jakarta, 2012.

Robinson, T. Kandungan Senyawa Organik Tumbuhan Tinggi. Bandung: ITB


Press, 1995.

Sudirman, T.A. “Uji Efektifitas Ekstrak Daun Salam (Eugenia polyantha) Terhadap
Pertumbuhan Staphylococus aureus Secara In Vitro.” Jurnal Ilmiah
Farmasi (2014).

Tilong, A.D. “Ternyata, Kelor Penakluk Diabetes.” DIVA Press, Yogyakarta, 2012.

Toripah, SS., Abijulu, J., dan Wehantouw, F. “Aktivitas antioksidan dan kandungan
total felonik daun kelor.” Jurnal Ilmiah Farmasi (2014): 3(4):37-43.

Yulianti, R. Pembuatan Minuman Jelly Daun Kelor (Moringa oleifera Lamk.)


sebagai sumber Vitamin C dan Beta Karoten. 2008. 2 Desember 2018.
<http//:respiratory.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/3166/A2008_Rik
a%20Yulianti.pdf.>.

11
12

Anda mungkin juga menyukai