Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA BAHAN ALAM

BATANG MIKANIA MICRANTHA

DOSEN PENGAMPUH :

1.Santi Perawati M.Farm.Apt

2.Lili Andriani, M. Si

KELOMPOK 9 ( SHIFT 2 4 B )

1. Vina Shalsabina 1748201125

2. Vika Nur Oktavia 1748201124

3. Unra Mahari Putra 1748201122

PROGRAM STUDI FARMASI

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HARAPAN IBU JAMBI

TAHUN AJARAN 2019

1
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ................................................................................................2

BAB I PENDAHULUAN.............................................................................3

1.1 Latar Belakang..........................................................................................3


1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................5
1.3 Tinjauan Pustaka.......................................................................................5
1.4 Manfaat.....................................................................................................7

BAB II LANDASAN TEORI......................................................................5

2.1 Definisi......................................................................................................8
2.2 Taksonomi.................................................................................................8
2.3 Morfologi..................................................................................................8
2.4 Kandungan Kimia.....................................................................................9
2.5 Pembuatan Simplisia.................................................................................9

BAB III METODE KERJA......................................................................8

3.1 Alat dan Bahan.........................................................................................8

3.2 Metode Kerja ...........................................................................................8

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.................................................10

3.1 Hasil.......................................................................................................10
3.2 Pembahasan ..........................................................................................11

BAB V PENUTUP...................................................................................13

5.1 Kesimpulan.............................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................14

LAMPIRAN ...............................................................................................15

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LatarBelakang

Gulma menyebabkan gangguan dan menimbulkan kerugian bagi tanaman


budidaya dalam menyerap unsur-unsur hara dan air dari dalam tanah dan
penerimaan cahaya untuk fotosintesis. Pengendalian gulma pada lahan
perkebunan atau pertanian telah dilakukan dengan cara mekanik, kultur teknik
dan kimiawi menggunakan herbisida sintetik. Pengendalian secara mekanik dan
kultur teknik memerlukan waktu yang lama, tenaga dan biaya yang besar,
sehingga kurang efektif. Pengendalian secara kimiawi berpotensi merusak
lingkungan, menyebabkan gulma menjadi resisten dan membentuk residu yang
dapat meracuni tanaman. Salah satu bahan alam yang dapat dijadikan alternatif
dalam pengendalian gulma adalah pemanfaatan alelokimia yang sifatnya aman
karena mudah terurai dalam tanah sehingga tidak meninggalkan residu.
Alelokimia memberikan efek merusak melalui mekanisme alelopati yaitu
pelepasan senyawa-senyawa alelokimia dari organ tumbuhan yang bersifat
menghambat pertumbuhan tumbuhan di sekitarnya.(Dapas,C 2014)
Sembung rambat (Mikania micrantha) merupakan Gulma sebagai tumbuhan
yang tumbuh pada waktu, tempat dan kondisi yang tidak diinginkan manusia
dapat mengganggu tanaman budidaya. Gulma mengganggu tanaman
budidaya tidak hanya dalam bentuk persaingan tetapi juga salah satu
gulma yang dapat mengurangi pertumbuhan dan produktivitas beberapa tanaman
budidaya. Kehilangan hasi lakibat invasi M. micrantha misalnya pada
tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis) dapat mencapai 20%, pada
tanaman karet (Heveamenghambat pertumbuhan dan metabolisme suatu
tanaman akibat pelepasan zat-zat kimia yang dikeluarkan dari gulma tersebut.
Keberadaan gulma saat ini masih menjadi permasalahan utama pada
bidang pertanian maupun perkebunan karena menurunkan kuantitas (brasiliensis)

3
mencapai (Triticu aestivum) 27-29% serta pada yang tanaman gandum mencapai
28%. Sifat invasi yang kuat dari gulma ini menjadikan sembung rambat sulit
dikendalikan .Serta kualitas produksi tanaman budidaya sehingga perlu
dikendalikan M.micrantha memiliki senyawa alelokimia berupa fenol, flavonoid
dan terpenoid. Senyawa tersebut menghambat pertumbuhan tumbuhan lain
sehingga dapat dimanfaatkan sebagai bioherbisida. Berdasarkan penelitian
Pebriyani, daun M. micrantha dapat mengendalikan gulma menggunakan
herbisida sintetis saat ini lebih banyak diminati karena efektivitasnya yang cepat
terlihat, tetapi penggunaan herbisida sintetis dalam jangka waktu yang panjang
akan mempengaruhi kondisi tanah dan menyebabkan pencemaran lingkungan.
(Dapas,C 2014).
Dimasa kini, pengobatan alami luka menggunakan bahan semakin
berkembang dan popular. Salah satu obat luka alami yang telah dikenal dan
digunakan didusun Nyapa Indah, Berau, Kalimantan Timur adalah Akar Bulou
(Mikania micrantha Kunth). Tumbuhan Akar Bulou (Mmicrantha Kunth)
merupakan jenis tanaman gulma yang dapat tumbuh dengan mudah dan menyebar
cepat. Oleh karena itu, ketersediaannya sangat melimpah sehingga dengan mudah
masyarakat dapat mamanfaatkannya sebagai penyembuh Luka. Berdasarkan
informasi dari pengobat tradisional warga dusun Nyapa Indah, untuk mengobati
luka, daun Akar Bulou diambil sekitar 7 atau 9 lembar dan diasapi. Setelah agak
layu ditempelkan kebagian yang luka. Jumlah daun yang digunakan harus ganjil
dan menyesuaikan dengan ukuran luka yang ada.(Matawali,A 2016)

4
1.2 Rumusan Masalah

1).Senyawa kimia apa saja yang terkandung dalam tanaman Mikania Micrantha?

2). Bagaimana cara memperoleh ekstrak dari tanaman Mikania Micrantha?

3). Apa saja manfaat yang dapat di peroleh dari tanaman Mikania Micrantha?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui metode yang digunakan untuk ekstraksi batang sembung


rambat (mikania micrantha).
2. Untuk mengetahui cara skrining fitokimia batang sembung rambat (mikania
micrantha).
3. Untuk mengetahui senyawa metabolit sekunder yang terkandung dalam
batang sembung rambat (mikania micrantha).

1.4 Manfaat
Praktikan dapat mengetahui kandungan dari senyawa metabolit sekunder
dalam tanaman Sembung Rambat (Mikania Micrantha), mampu memberikan
informasi tentang taksonomi maupun morfologi dari batang sembung rambat dan
dapat mengetahui manfaat dari tanaman tersebut.

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Mikania micrantha Kunth atau dikenal dengan nama Sembung Rambat,
merupakan salah satu spesies dari famili Asteraceae, dimana tumbuhan ini telah
digunakan sebagai obat tradisional, seperti mengobati gigitan serangga atau
sengatan kalajengking, untuk mengobati penyakit kulit seperti ruam dan gatal-
gatal kulit. (Li et al, 2013)
2.2 Taksonomi

Gambar 2.1 Tanaman Sembung Rambat


Sumber : (Li et al, 2013)
Kingdom : Plantae
Super Divisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopisida
Sub Kelas : Asteridae
Ordo : Asterales
Famili : Asteraceae
Genus : Mikania
Spesies : Mikania Micrantha
2.3 Morfologi
Nama umum dari sembung rambat adalah American rope, Chinese creeper
dan mile a minute weed. Sembung rambat juga dikenal dengan nama lokal seperti

6
American vally, silk vally, kaipu vally, dhritharastra pachadi Kerala dan India,
cheroma, ulam tikus di Malaysia, sembung rambat di Indonesia.
Batang Mikania micrantha tumbuh menjalar berwarna hijau muda, bercabang
dan ditumbuhi rambut-rambut halus. Panjang batang dapat mencapai 3-6 m. Pada
tiap ruas terdapat dua helai daun yang saling berhadapan, tunas baru dan bunga.
Helai daun berbentuk segitiga menyerupai hati dengan panjang daun 4-13 cm dan
lebar daun 2-9 cm. Permukaan daun menyerupai mangkok dengan tepi daun
bergerigi. Bunga tumbuh berwarna putih, berukuran kecil dengan panjang 4.5-6
mm, dan tumbuh dari ketiak daun atau pada ujung tunas. Biji dihasilkan dalam
jumlah besar, berwarna coklat kehitaman dengan panjang 2 mm. Selain itu,
daunnya dapat digunakan untuk mengobati sakit perut, sakit kuning, ditempatkan
di bak air hangat untuk wanita setelah persalinan, demam, rematik, dan penyakit
pernafasan (Chetia, Upadhyaya, & Bora, 2014). Tumbuhan ini juga memiliki
khasiat diantaranya sebagai antitumor, sitotoksik, analgesik, antiinflamasi,
antiproliferatif, dan phytotoxic (Lallianchhunga et al, 2016).
2.4 Kandungan kimia
Mengandung zat aktif dalam bentuk metabolit sekunder diantaranya yaitu
saponin, flavonoid, steroid, tannin, dan terpenoid. Senyawa metabolit sekunder
yang berperan sebagai antibakteri yaitu flavonoid dan tanin.
2.5 Pembuatan simplisia
1. Siapkan bahan (batang sembung rambat) sebanyak 2 kg.

2. Lalu bersihkan batang tersebut dari tanah ataupun akar.

7
3. Lakukan pencucian dengan air.
4. Ukuran batang diperkecil
5. Kemudian dikeringkan,diletakkan diatas alumunium foil ataupun koran

6. Penjemuran hanya diangin-anginkan saja, lakukan selama 2-3 hari, hingga


batang tidak mengandung air lagi. Setelah itu kemas simplisia.

8
BAB III

METODE PENELITIAN

3.3 Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian dilakukan dirumah dan dilaboraturim praktikum Biologi STIKes HI
Jambi. Pengambil sampel Sembung Rambat (Mikania Micrantha) didaerah sekitar
Tehok.
3.4 Metode yang dilakukan
a) Ekstraksi dingin (Maserasi)
b) Fraksinasi
3.5 Alat dan Bahan
a) Alat
 Rotary evaporator
 Alumunium foil
 Timbangan
 Corong pemisah
 Gunting
 Telenan
 Sudip
 Corong
 Gelas beker
 Botol gelap
 Vial
 Water bath
 Cawan penguap
 Batang pengaduk
 KCV
 KLT
 Lampu uv

9
b) Bahan
 Simplisia batang sembung rambat (Caulis Mikania Micrantha)
 Etanol 96%
 Etanol 70%
 Aquadest, ekstrak sembung rambat
 n-heksana
 Etil asetat
 n-butanol
 Pereaksi mayer
 HCl 2N pekat
 Kloroform
 Asam sulfat pekat
 FeCl 1%
 Pereaksi Dragendorff
 Pereaksi liberman burchard
 KOH 5%
 Gelatin 1%
 Vanilin 10%
 Serbuk Mg
 Silika
3.6 Pembuatan ekstrak

Proses maserasi :

1. Siapkan simplisia kering , aquadest, etanol, aquadest dan wadah untuk


tempat perendaman simplisia
2. Simplisa kering yang sudah diperkecil ukuran dimasukkan kedalam wadah
gelap.
3. Masukkan aquadest dan etanol yang sudah diencerkan sebelumnya ke dalam
wadah gelap yang berisi simplisia tersebut

10
4. Pastikan simplisa terendam sempurna
5. Tutup wadah menggunakan alumunium foil
6. Simpan ditempat yang tidak terpapar cahaya dan kering selama kurang lebih
2 hari
7. Setelah 2 hari, pisahkan antara larutan dan simplisia, peras terlebih dahulu
simplisianya kemudian saring
8. Larutan tersebut selanjutnya dikentalkan dengan alat rotary evaporator
selama 3 jam
9. Setelah dirotary, langkah selanjutnya dipanaskan di waterbath sampai
terbentuk ekstrak kental.
10. Ekstrak tersebut akan digunakan pada proses fraksinasi.

Proses Fraksinasi :

1. Siapkan ekstrak dari batang Mikania Micrantha, berat ektrak total 18,06
gram, dibagi dua kemudian ekstrak ditimbang sebanyak 10 gram didalam
cawan penguap.
2. Ekstrak kental sebanyak 10 gram dilarutkan dengan aquadest panas 100ml
didalam botol, kemudian kocok searah sampai ekstrak larut dengan air
panas tersebut.
3. Setelah larut, tambahkan pelarut n-Heksana dalam botol yang berisi ektrak
dan aquadest panas dengan perbandingan 1:1, kocok searah sampai larut.
jangan sampai ada busa.
4. Tutup botol dilobangi dengan paku steroform, kemudian botol
ditelungkupkan didalam gelas beker, tunggu sampai terbentuk endapan (2
fase). Setelah terbentuk endapan, paku yang ada di tutup botol dibuka,
kemudian pisahkan fase bawah. Fase atas dipisahkan dalam botol yang
berbeda.
5. Fase bawah di ukur , kemudian di larutkan kembali dengan pelarut n-
Heksana 1:1. dikocok kembali, lalu ditelungkupkan sampai terbentuk 2 fase,
ulangi pengerjaan ini sampai fase atas berwarna bening.

11
6. Sisa fase bawah dari pelarut diatas, dilarutkan kembali dengan pelarut Etil
Asetat dengan perbandingan 1:1. Dengan pengerjaan yang sama, ulangi
sampai fase atas berwarna bening.
7. Sisa fase bawah dari pelarut Etil Asetat dilarutkan dengan pelarut n-Butanol
dengan perbandingan 1:1. Dengan pengerjaan yang sama, ulangi sampai
fase atas berwarna bening.
8. Fase atas dari setiap pelarut n-heksana, etil asetat, dan n-butanol di rotary
dan di waterbath hingga didapatkan ektrak kental dari masing-masing
pelarut.
9. Ekstrak kental yang didapatkan dimasukkan kedalam vial, kemudian vial
dilapiskan dengan alumunium foil.

Proses Kromotografi Cair Vakum (KCV) :

1. Ekstrak hasil fraksinasi di timbang sebanyak 1gr ekstrak dan 15 gr silika.


Kemudian di campur hingga rata.
2. Siapkan 12 pelarut dengan masing-masing pembanding.
3. Silika yang telah digabung dengan ekstrak di tambah dengan pelarut N-
heksan, kemudian di waterbath hingga menjadi serbuk.
4. Kemudian siapkan alat KCV dan masukkan kertas saring ke dalam tabung
KCV tersebut
5. Lalu masukkan ekstrak yang sudah menjadi serbuk tersebut kedalam kolom,
tutup lagi menggunakan kertas saring
6. Masukkan masing-masing pelarut tersebut ke dalam kolom sampai ke 12
pelarut tersebut habis
7. Setelah itu masukkan hasil larutan tersebut ke dalam botol bening
8. Kemudian dilihat warna larutan yang sama dan kemudian digabungkan
menjadi satu larutan yang sama
9. Selanjutnya, larutan yang sama warnanya tersebut di rotary agar menjadi
kental
10. Lalu ekstrak tersebut di waterbath sampai terbentuk ekstrak yang kental

12
Proses Kromatografi Lapis Tipis (KLT) Preparatif :

1. Siapakan ekstrak kental yang merupakan hasil KCV


2. Siapkan kertas silika G60 yang sudah dipotong sesuai ukuran
3. Beri batas menggunakan penggaris dan pensil di kertas silika tersebut
secara tipis
4. Oleskan ekstrak pada batas garis bawah secara merata
5. Siapakan pelarut etil asetat dan n-heksana dengan perbandingan 1:1
yang kemudian dimasukkan kedalam chamber
6. Masukkan kertas silika tadi kedalam chamber jangan sampai
mengenai tanda batas
7. Tunggu beberapa saat sampai larutan tersebut sampai pada batas atas
atau sampai senyawa tersebut terpisah
8. Kemudian dicek menggunakan sinar UV 254 dan UV 366 agar
terlihat perbedaan senyawa secara bergantian lalu di beri tanda menggunakan
pensil
9. Lalu di ukur panjang Rf nya menggunakan penggaris. Selanjutnya
bagian yang sudah di beri tanda tersebut di kerok menggunakan spatel secara
hati-hati
10.

13
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil

No Bahan Hasil Gambar

 1 Simplisia   berat ak h ir
Rendemen (%)=  x100
berat awal
%

800 gr
x 100% = 40 %
2000 gr
 
 2. Ekstrak bobot akhir
  x 100%
simplisia bobot awal

18,06 gr
x100% = 2,25 %
800 gr
     
3. Ekstrak + bobot awal
 x100%
pelarut n- bobot akhir
Heksana
10,2 gr
x 100% = 40,2 %
25,3 gr
 
4. Ekstrak  + 10,2 gr
 x100% = 79,6 %
pelarut Etil 12,8 gr
Asetat
 
Tabel 1: Data perhitungan rendemen

Ket : Perhitungan rendemen dari ekstrak sembung rambat

No Golongan senyawa Hasil (+/-) Gambar


 1.  Alkaloid : 1.) terjadinya kekeruhan,  
1.) Pereaksi endapan hitam (-)
mayer 2.) endapan jingga coklat (+)
2.) Pereaksi

14
Dragendorff

 Warna Hijau – kehitaman


 2.  Polifenolat
(-)

3.  Tanin  (-) warna jingga

 4.  Flavonoid  Warna kuning kemerahan (+)


 

 5. Monoterpenoid  Warna Hijau muda (+)


 

6.  Steroid  Warna Hijau (+)

 7.  Kuinon  Warna kuning (+)

 Terbentuknya busa, Tinggi


8.  Saponin
busa 2cm
 
Tabel 2 : Data skrining fitokimia

15
Ket : Batang sembung rambat memiliki senyawa metabolit sekunder

4.2 Pembahasan

Pada praktikum kali ini dilakukan pengujian adanya senyawa metabolit


sekunder pada tanaman Mikania Micrantha. Untuk mengetahui adanya senyawa
metabolit sekunder dilakukan nya pengerjaan pada Batang Sembung rambat
dicuci bersih dengan air yang mengalir tujuan untuk menghilangkan kotoran yang
melekat pada batang. Batang dikering anginkan untuk mengurangi kadar air yang
ada pada batang. Pengecilan ukuran dengan gunting bertujuan untuk
memperbesar luas permukaan simplisia, sehingga lebih mudah dalam
mengekstrak metabolit sekunder dari dalam batang (Wati et al, 2017). Pembuatan
ekstrak dilakukan dengan metode maserasi atau perendaman dengan
menggunakan pelarut organik dengan tujuan agar pelarut yang digunakan dalam
proses maserasi akan masuk ke dalam sel tanaman melewati dinding sel karena
adanya perbedaan konsentrasi antara larutan di dalam dengan di luar sel melalui
proses difusi yang menyebabkan terjadinya pemecahan dinding sel dan membran
sel sehingga senyawa metabolit sekunder yang terdapat di dalam sel akan terlarut
dalam pelarut organik (Rahmi et al., 2016).

Dari proses maserasi simplisia Batang Sembung Rambat didapatkan


rendemen sebesar 40%. Serbuk simplisia diekstraksi dengan menggunakan etanol
70%. Dari penapisan fitokimia, metabolit sekunder yang terkandung dalam
ekstrak Batang Sembung Rambat yaitu terkandung Alkaloid, Flavonoid, Steroid,
Monoterpenoid,Kuinon dan Saponin.

Pada hasil skrining fitokimia ekstrak Batang Sembung Rambat adanya


golongan senyawa Alkaloid pada pereaksi dragendorff, akan tetapi pada pereaksi
mayer hasil yang diinginkan negatif. Hal tersebut dikarenakan adanya kesalahan
praktikan ataupun reagen yang digunakan.

Golongan senyawa polifenolat dan tanin hasil yang didapatkan negatif ,hal ini
disebabkan karena kesalahan praktikkan maupun reagen yang digunakan, pada

16
senyawa polifenolat hasilnya negatif karena batang sembung rambat tidak
mengandung senyawa tersebut.

Pada golongan senyawa Flavonoid hasil yang didapatkan positif, warna yang
didapatkan kuning kemerahan, hal tersebut sesuai dengan literatur yang didapat.

Pada batang sembung rambat dilakukan pada skrining fitokimia didapatkan


hasil positif dari setiap senyawa Steroid, Monoterpenoid, Kuinon dan Saponin.
Hasil positif didapatkan karena reagen sesuai, dan menurut literatur terkandung
senyawa tersebut. (Harapan, Jambi, Tarmizi, No, & Baru, 2018)

Pada percobaan KCV di dapatkan hasil berupa larutan yang berbeda-beda


warna, dan hasil ekstrak kental dari KCV. Sedangkan dari hasil KLT dari sinar
UV 254 dan 366 diperoleh 2 bercak dengan nilai Rf sebesar 1,4 dan 0,93. Fungsi
mencari Rf pada percobaan tersebut sebagai pembanding jarak yang ditempuh
komponen dengan jarak yang ditempuh eluen.

17
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Dapat disimpulkan bahwa Batang sembung rambat mengandung senyawa


metabolit sekunder yaitu, Alkaloid, flavonoid,steroid, monoterpenoid,kuinon dan
saponin. Dan pada uji KLT preparatif terdapat dua senyawa yang berbeda.

18
DAFTAR PUSTAKA

Chetia, J., Upadhyaya, S., & Bora, D. K. 2014. Research Article Screening of
Phytochemicals, Antioxidant and Antimicrobial Activity of Some Tea Garden
Weeds of Tinsukia, Assam., 26(33), 193–196.

Dapas, C. C., Koleangan, H. S. J., & Sangi, M. 2014. Analisis Senyawa Metabolit
Sekunder dan Uji Toksisitas Ekstrak Batang Bawang Laut ( Proiphys
amboinensis ( L .), 3(2), 144–148

Polakitan, I. R., Leman, M. A., & Fatimawali. 2017. Uji Daya Hambat Ekstrak Daun
Sembung Rambat ( Mikania micrantha ) Terhadap Pertumbuhan
Streptococcus mutans. PHARMACON Jurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT
Vol. 6 No. 1, 6(1), 1–8.

Matawali, A., Chin, L. P., & Gansau, J. A. 2016. Antibacterial and Phytochemical
Investigations of Mikania micrantha H.B.K. (Asteraceae) From Sabah,
Malaysia, Transactions on Science and Technology. 3(1-2), 244 - 250.

Perawati,S. Andriani,L. Pratiwi,P (2018). Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Daun


Sembung Rambat ( Mikania micrantha Kunth ). 3(2), 40–45.
https://doi.org/10.22437/chp.v3i2.5554

Li, Y., Li, J., Li, Y., Wang, X., & Cao, A. 2013. Antimicrobial Constituents of the
Leaves of Mikania, 8(10).

Lallianchhunga, M. ., Ali, M. A., Lalchhandama, C., Lalmuanthanga, C., & Devi, L.

I. 2016. Antioxidant Activity of Methanolic Extract of Mikania Micrantha

Leaves. World Journal of Pharmaceutical Research, 5(4), 879–886.

19
LAMPIRAN

Ket : tumbuhan yang telah diambil (batang sembung rambat)

Ket : bahan yang sudah dibersihkan

Ket : simplisia yang dikeringkan

Ket : alat rotary evaporator

Ket : hasil ekstrak

20
Ket : hasil ektrak simplisia

Ket : hasil ekstrak dari fraksinasi dengan pelarut etil asetat

Ket : hasil ekstrak dari fraksinasi dengan pelarut n-butanol

Ket : senyawa golongan kuinon

Ket : senyawa golongan alkaloid

Ket : senyawa golongan polifenolat

21
Ket : senyawa golongan tanin

Ket : senyawa golongan steroid

Ket : fase atas fraksinasi pelarut n-butanol

Ket : pengendapan pelarut etil asetat

Ket : fraksinasi dengan pelarut n-heksana, etil astetat, n-butanol

22
Ket : hasil pegabungan ekstrak dengan silika di waterbath

Ket : silika yang seperti serbuk dimasukan ke dalam kolom kcv

Ket : masukan pelarut kedalam kolom yang sudah berisi silika

Ket : keluarkan pelarut yang telah di kcv, kemudian masukkan kedalam botol

23
Ket :pelarut setelah selesai naik ke atas

Ket : sinar uv di bawah lampu 366 dan 254

24

Anda mungkin juga menyukai