Anda di halaman 1dari 49

BAB I

PENDAHULUAN
I.1. LATAR BELAKANG
Kerja Praktek (KP) merupakan suatu kegiatan yang
dilaksanakan mahasiswa di suatu instansi dalam rangka menerapkan
ilmu pengetahuanyang bersifat teori yang diperoleh di perkuliahan
agar mahasiswa memperoleh gambaran yang komprehensif praktek
kerja pada bidang ilmu yang dipelajari. Diadakannya kegiatan ini
karena sistem pembelajaran yang ada di Jurusan Kimia FMIPA
UNJANI mengacu pada pendidikan yang berbasis pada
lapangan/bidang pekerjaan yang diharapkan setelah lulus, mahasiswa
dapat terjun langsung ke industri berbasis kimia atau lembagalembaga penelitian. Pelaksanaan kegiatan ini disesuaikan dengan
kurikulum akademik yang berlaku di Jurusan Kimia FMIPA
UNJANI yang diharapkan dapat mengenal lebih jauh mengenai
dunia industri/instansi.
I.2. TUJUAN
Tujuan pelaksanaaan KP :
1. Menerapkan
dan
mengembangkan
pengetahuan
dan
keterampilan yang telah diperoleh.
2. Membentuk mahasiswa yang terampil, mampu bekerjasama,
mampu beradaptasi dan bersosialisasi dengan dunia industri atau
instansi/ lembaga penelitian.
3. Memahami suasana dan kondisi objektif lapangan kerja.
4. Meningkatkan
wawasan
mengenai
industri
atau
instansi/lembaga penelitian.
5. Membangun jejaring kerja dengan pihak pengguna lulusan
Jurusan Kimia Unjani.
6. Sebagai wahana memperoleh umpan balik untuk peningkatan
kualitas penyelengaraan pendidikan sesuai kebutuhan dunia
kerja.

I.3. MANFAAT
Setelah 1 bulan melaksanakan Kerja Praktek, manfaat yang
didapat di antaranya:
1. Mahasiswa menjadi lebih dapat memahami teori yang didapat di
kampus karena dapat terjun langsung prakteknya di lapangan.
2. Mahasiswa juga lebih siap menghadapi persaingan dunia kerja
karena sudah pernah mengalami pada saat Kerja Praktek.
3. Menambah ikatan kerjasama dengan industri.
I.4. BATASAN MASALAH
Adapun batasan masalah pada kerja praktek yang dilakukan
adalah INDENTIFIKASI SENYAWA TANIN DARI SAMPEL
GAMBIR DAN KALIANDRA

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
II.1.GAMBIR (Uncaria gambier Roxb)
Uncaria gambier Roxb. termasuk dalam familia Rubiaceae.
Ciri-ciri umum dari familia Rubiaceae adalah sebagai berikut :
merupakan tanaman perdu dengan tinggi 1-3 cm. Umumnya tumbuh
memanjat pada pohon atau semak yang ada di sekitarnya dengan
bantuan alat pengait. Batang tegak, berkayu, bulat, percabangan
simplodial dan berwarna cokelat pucat. Daun tunggal berbentuk
lonjong. Letak berhadapan, tepi bergerigi, pangkal bulat, ujung
meruncing, panjang 8-13 cm, lebar 4-7 cm, dan berwarna hijau.
Bunga majemuk berbentuk lonceng, muncul di ketiak daun, panjang
5 cm. Mahkota bunga berjumlah 5 helai, berbentuk lonjong dan
berwarna ungu. Buah berbentuk bulat telur, panjang sekitar 1,5 cm
dan berwarna hitam (Utami et al., 2008).
Sedangkan tangkai dari daun tidak berambut, panjang 0,5-0,8
cm, pertulangan primer pada permukaan daun sebelah bawah
menonjol. Lobus dari mahkota krem keputihan, daun pelindung tidak
berambut, langset. Buah kapsul, sempit dan panjang, terbagi menjadi
2 belahan. Biji banyak, kecil, halus, berbentuk jarum dan bersayap,
panjang 0,4 cm, dan berwarna kuning (BPOM RI, 2007).
Simplisianya umumnya berbentuk kubus tidak beraturan atau
agak silindrik pendek, kadang-kadang bercampur dengan bagian
yang remuk, tebal 2 cm sampai 3 cm, ringan, mudah patah dan
berliang renik-renik. Warna permukaan luar cokelat muda sampai
cokelat tua kemerahan atau kehitaman, warna permukaan yang baru
dipatahkan cokelat muda sampai cokelat kekuningan, kadang-kadang
terihat garis-garis yang lebih gelap (BPOM RI, 2007). Nama
Simplisianya adalah Terra Japonica, Gele catechu, Gambir
(Dalimarta., 2003)
Teknik pengolahan gambir yang berkembang di Indonesia dapat
dikelompokkan menjadi tiga, yaitu pengolahan gambir cara rakyat,
cara Cina, dan cara Eropa. Pada pengolahan gambir cara rakyat,
daun dipisahkan dari ranting. Selanjutnya, daun dicelupkan selama
1-1,50 jam dalam air mendidih dan setiap 0,50 jam dibalik. Daun
kemudian dikempa dan dimasak kembali selama 0,50 jam dan
ekstrak gambir yang diperoleh diendapkan selama 12 jam. Padatan
hasil ekstraksi dipisahkan dan ditiriskan, kemudian dicetak dan

dikeringkan dengan dijemur atau dipanaskan di atas bara api


(Zamarel dan Risfaheri, 1991).
Gambir antara lain digunakan sebagai zat pewarna industri
tekstil, ramuan makan sirih, ramuan obat, penyamak kulit, dan
ramuan cat. Menurut Nasrun et al. (1997), gambir dapat
menghambat pertumbuhan jamur Phytophthora cinnamomi dan
cukup berpotensi sebagai antibakteri dan antijamur (Yuliani et al.,
1999).
II.1.1 Taksonomi Gambir
A. Klasifikasi
Klasifikasi dari gambir (Uncaria gambier Roxb.) menurut
(Haryanto., 2009).

Kerajaan/Kingdom
Divisio
Sub diviso
Kelas/Class
Bangsa/Ordo
Suku/Family
Marga/Genus
Jenis/Species
Sinonim

Gambar 1. Daun Gambir


: Plantarum
: Spermatophyta
: Angiospermae
: Dicotyledonae
: Rubiales
: Rubiaceae
: Uncaria
: Uncaria gambier Roxb.
: Ourouparia gambir Roxb
Nauclea gambir

B. Nama lain gambir


Nama lain dari gambir (Uncaria gambier Roxb.) menurut (Sirait
et al., 1989).
Sumatera
: gambe, gani, kacu, sontang, gambee ,gambie,
gambu, gimber, pengilom, sepelet.
Jawa
: santun, ghambhir.

Kalimantan
Nusa Tenggara
Maluku

: kelare, abi, gamer, kambim, sori.


: tagambe, gambele, gamelo, gambi, gambe,
ngambiri, gata, gaber.
: kampir, kambir, ngambir, gaamer, gabi, tagabere,
gagabere, gabere, gambe

II.1.2 Morfologi Gambir


Berasal dari Sumatera dan Kalimantan. Merupakan tanaman
perdu dengan tinggi 1-3 cm. umumnya tumbuh memanjat pada
pohon atau semak yang ada di sekitarnya dengan bantuan alat
pengait. Batang tegak, berkayu, bulat, percabangan simplodial dan
berwarna cokelat pucat. Daun tunggal berbentuk lonjong, letak
berhadapan, tepi bergerigi, pangkal bulat, ujung meruncing, panjang
8-13 cm, lebar 4-7 cm, dan berwarna hijau. Bunga majemuk
berbentuk lonceng, muncul di ketiak daun, panjang 5 cm. Mahkota
bunga berjumlah 5 helai, berbentuk lonjong dan berwarna ungu.
Buah berbentuk bulat telur, panjang sekitar 1,5 cm dan berwarna
hitam (Utami et al., 2008).
II.1.3 Asal dan Tempat Tumbuh
Tanaman gambir ini merupakan tanaman perdu yang berasal
dari daerah Sumatera dan Kalimantan. Tumbuhan ini tumbuh liar di
hutan dan di tempat-tempat lain yang tingginya 200-900 m dari
permukaan laut, tanahnya agak miring dan cukup mendapat sinar
matahari. Di daerah Sumatera dan Kalimantan, tanaman gambir ini
umunya ditanam orang di kebun-kebun (Mardisiswodjo et al., 1968).
Gambir tumbuh pada area terbuka di dalam hutan, kawasan
hutan yang lembab, area terbuka bekas perladangan atau pinggir
hutan (BPOM RI, 2007).
II.1.4 Kandungan Kimia
Kandungan kimia dari gambir (Uncaria gambir Roxb.) adalah
katekin, kuersetin, tannin, lendir, lemak, dan malam. Gambir
memiliki sifat khas pahit dan kelat (Utami et al., 2008). Kandungan
katekin ini digunakan sebagai salah satu parameter mutu gambir.
Selain katekin terdapat juga proantosianidin yaitu : gambiriin A1,
gambiriin A2, gambiriin A3, gambiriin B1, gambiriin B2, gambiriin
B3, dan gambiriin C. kandungan lainnya adalah epikatekin, epigallokatekin, asam tanat dan alkaloida. Adanya alkaloida ini dapat

membedakan produk gambir pale catechu dari Uncaria gambier


dengan black catechu yang diproduksi Acacia catechu. Beberapa
alkaloida dari gambir yang dikenal sebagai gambir fluoresen
diantaranya adalah dihidrogambirtanin, gambirdin, gambirtanin,
gambirin, isogambirin, auroparin, dan oksogambirtanin. Namun
kandungan utama gambir adalah katekin. (BPOM RI, 2007).
II.1.5 Khasiat atau kegunaan
Gambir berkhasiat sebagai astringen. Dan gambir juga
bermanfaat untuk mengobati disentri, luka bakar (obat luar), luka
(obat luar), sariawan mulut (obat kumur), dan suara parau (obat
kumur) (Utami et al., 2008). Uncaria gambier Roxb. merupakan
salah satu tanaman penghasil getah (alkaloid) yang mengandung
senyawa kimia berupa katekin, tannin, flouresin, kuersetin, lendir,
lemak dan lilin. Sampai saat ini produk gambir hanya dimanfaatkan
secara terbatas untuk menyirih, bahan campuran cat, pencelup
tekstil, obat-obatan, kosmetika dan bahan antiseptik. Senyawa (+)katekin, tanin, dan kuersetin bersifat antimikroba dan antioksidan. Di
samping itu, (+)- katekin, tanin dan kuersetin juga bersifat toksik
terhadap serangga, selain itu senyawa kuersetin dan tanin juga
mampu berperan sebagai nematisidal (Idris., 2007).
II.2.KALIANDRA (Calliandra calothyrsus)

Gambar 2. Tubuhan Kaliandra (Calliandra calothyrsus)


Kaliandra merupakan jenis yang unik dalam familinya karena
penggunaannya yang luas secara internasional sebagai pohon
serbaguna untuk wanatani. Jenis ini secara alami terdapat di Meksiko
dan Amerika Tengah. Pada tahun 1936 benih tanaman ini dikirimkan
dari Guatemala Selatan ke Jawa, dari Jawa jenis ini kemudian
diperkenalkan ke berbagai pulau lainnya di Indonesia (Benih, 2011).

Tanaman ini berbunga sepanjang tahun pada sebaran


alaminya, tetapi masa puncak pembungaannya terjadi antara bulan
Juli dan Maret. Musim berbunga jenis ini sangat bervariasi antara
daerah satu dengan daerah lainnya, bergantung pada jumlah curah
hujan dan persebarannya (Macqueen, 1996).
II.2.1 Klasifikasi Tanaman Kaliandra
Tanaman kaliandra memiliki klasifikasi sebagai berikut :
Kingdom
: Plantae
Divisi
: Spermatophyta
Sub-divisi
: Angiospermae
Kelas
: Magnoliopsida
Ordo
: Fabales
Famili
: Fabaceae
Genus
: Calliandra
Spesies
: Calliandra
calothyrsus 7
II.2.2 Morfologi Kaliandra
C. calothyrsus adalah pohon kecil bercabang yang tumbuh
mencapai tinggi maksimum 12 m dan diameter batang maksimum 20
cm. Batangnya berwarna coklat kemerahan, dan pucuk batang
cenderung bergerigi. Sistem perakarannya terdiri dari beberapa akar
tunggang dengan akar yang lebih halus yang jumlahnya sangat
banyak dan memanjang sampai ke luar permukaan tanah. Jika di
dalam tanah terdapat rhizobia dan mikoriza, akan terbentuk asosiasi
antara cendawan dengan bintil-bintil akar (Macqueen, 1996).
Kaliandra tumbuh alami di sepanjang bantaran sungai, dengan
cepat akan menempati areal yang vegetasinya terganggu misalnya,
tepi-tepi jalan. Jenis ini terdapat di daerah yang curah hujannya
berkisar antara 1000-4000 mm, meskipun populasi tertentu terdapat
di daerah yang curah hujan tahunannya hanya 800 mm.
C. calothyrsus terdapat di daerah yang musim kemaraunya
berlangsung selama 2 sampai 4 bulan dengan curah hujan kurang
dari 50 mm per bulan. Namun pernah ada spesimen yang ditemukan
di daerah yang musim kemaraunya mencapai 6 bulan. Jenis ini
tumbuh di daerah dengan suhu minimum tahunan 18-22 C dan tidak
tahan terhadap tanah yang drainasenya buruk serta tergenang secara
teratur (Benih, 2011).

Tanaman Kaliandra dapat memroduksi bunga pada tahun


pertama, bahkan ada yang mulai berbunga umur 4 bulan. Namun
demikian pembuahan baru didapatkan pada tahun kedua. Pada
habitat aslinya, bunga diproduksi terutama pada akhir musim
penghujan dan awal musim kering sedangkan buah berkembang pada
musim kering. Produksi buah jenis ini umumnya cukup melimpah
setiap tahunnya pada kondisi yang memadai, meskipun ada variasi
dengan sebagian pohon yang berbuah terbatas. C. calothyrsus dapat
berbunga sepanjang tahun, namun biasanya mengalami masa puncak
berbunga tiga bulan sebelum awal musim kemarau. Kuncup bunga
berada dalam tandan bunga dan mekar dari pangkal ke arah
ujungnya. Masing-masing bunga biasanya mekar sekitar pukul
16.00, dan tetap mekar hanya selama semalam saja, dan esok harinya
akan layu. Setiap tandan bunga dapat berbunga selama 90-120 hari.
C. calothyrsus bersifat andromonecious, yaitu menghasilkan bunga
jantan, bunga betina, atau berkelamin ganda. Bunga jantan tidak
memiliki bagian yang dimiliki oleh bunga betina (ovari, stile atau
tangkai putik, dan stigma atau kepala putik) dan tidak pernah
menghasilkan buah. Setelah bunga dibuahi, buah yang matang dan
biji akan berkembang selama sekitar 90 hari. Tanaman ini selalu
menghasilkan bunga yang lebih banyak dari pada buahnya. Nisbah
antara buah dan bunga umumnya terjadi 1:20.
Benih dari Kaliandra pada umumnya akan terbentuk apabila
terjadi penyerbukan. C. calothyrsus kawin antar individu secara acak
tetapi juga melakukan penyerbukan sendiri. Penyerbukan pada
Kaliandra dilakukan oleh kelelawar (Chiroptera) dan ngengat
(Sphingidae). Budidaya Kaliandra (Calliandra calothyrsus) untuk
Tanaman Sumber Energi Kaliandra toleran terhadap penyerbukan
sendiri yang menyebabkan keragaman genetik yang rendah. Di
sebaran alaminya, Kaliandra ditemukan dalam populasi kecil (30-60
individu pohon per populasi seringkali ditemukan).
Dibandingkan jenis-jenis pohon serbaguna lainnya, seperti
Leucaena spp. atau Gliricidia sepium, C. calothyrsus menghasilkan
benih lebih sedikit, baik di tempat tumbuh aslinya maupun di
tempat-tempat di mana jenis ini ditanam sebagai jenis eksotis.
Namun demikian jenis ini bisa dikembangkan secara vegetatif
dengan cangkok, sehingga menguntungkan untuk perbanyakan klon
dari jenis unggul. Selain itu, saat ini, dengan tersedianya pemupukan

khusus untuk buah dan bunga untuk memperbanyak benih


diharapkan bisa mengatasi persoalan ini.
Di Jawa, bunga dan buah dilaporkan tersedia sepanjang tahun,
tapi puncaknya ada pada musim kemarau. Buah masak setelah
berwarna coklat. Biji dapat diekstraksi dengan cara menganginkan
atau meletakkan di bawah matahari sampai 2-3 jam agar buah
memecah dengan sendirinya sehingga biji mudah diambil. Biji dapat
disimpan di lemari pendingin sampai 2-3 tahun dalam keadaan
kering.
II.2.3 Kandungan Kimia Kalindra
Kaliandra banyak dimanfaatkan sebagai pakan ternak dan juga
berpotensi sebagai obat herbal. Bagi kebanyakan masyarakat
terutama di Indonesia, obat herbal cukup penting. Selain lebih
mudah diperoleh dan relatif murah, obat herbal juga dapat diperoleh
tanpa resep dokter (Pudjarwoto dkk., 1992). Tanaman kaliandra telah
diketahui mengandung senyawa kimia yang terdiri dari saponin,
glikosida, steroid, asam lemak, alkaloid, polifenol, antrakuina, 2hidroksi-4-metoksi asam benzoat, asam galat, metil galat, myricitrin,
quercitrin, myricetin 3-O--D- 4C1-lukopiranosida, afzelin,
isoquercitrin, myrecitin 3-O-(6 -O-galloyl)- Dglukopiranosida,
myricitrin 2 -O-galat , quercitrin 2 -Ogalat, afzelin 2 -Ogalat,
1,2,3,4,6-penta-O-galloyl--D-4C1- glukopiranosida, myrictrin 2 , 3
-di-Ogalat, quercetin 3-O-metil eter, asam kafeat, asam betulinat,
glikosida digital (Onyeama et al., 2012; Moharram et al., 2006; Hua,
2012).
Di Peru, akar, kulit kayu, daun, dan bunga di buat menjadi
jamu dan dimanfaatkan untuk mengobati arthritis dan rematik,
pembersihan darah, kanker rahim, dan pilek (Taylor, 2013).
Kaliandra juga dapat mempengaruhi aktivitas mikroba. Ekstrak akar
dan daun Calliandra portoricensis dapat bermanfaat di bidang
farmakologi sebagai analgesic dan antikonvulsan (Ofusori and
Adejuwon, 2011).
II.3.TANIN
Tanin atau lebih dikenal dengan asam tanat, biasanya
mengandung 10% H2O. Struktur kimia tanin adalah kompleks dan
tidak sama. Asam tanat tersusun 5-10 residu ester galat, sehingga

galotanin sebagai salah satu senyawa turunan tanin dikenal dengan


nama asam tanat. Beberapa struktur senyawa tanin adalah sebagai
berikut.

Gambar 3. Asam Tanat Gambar 4. Katekin Gambar 5.Asam Galat


Senyawa tanin adalah senyawa astringent yang memiliki rasa
pahit dari gugus polifenolnya yang dapat mengikat dan
mengendapkan atau menyusutkan protein. Zat astringent dari tanin
menyebabkan rasa kering dan puckery (kerutan) di dalam mulut
setelah mengkonsumsi teh pekat, anggur merah atau buah yang
mentah. Dekstruksi atau modifikasi tanin selama ini berperan
penting dalam pengawet kayu, adsorben logam berat, obat-obatan,
antimikroba dll. Tanin merupakan senyawa phenol yang larut dalam
air dan memiliki berat molekul antara 500 dan 3000 Da. Tannin
diklasifikasikan menjadi hydrolyzable tannin dan condensed tannins
(proanthocyanidins).
Hydrolyzable Tannins
Struktur molekul hydrolyzable tanin di tengah-tengahnya
memiliki gugus karbohidrat (biasanya D-glukosa), merupakan
hidroksil dari karbohidrat atau phenolic esterified seperti asam gallat
(dalam gallotannins) atau asam ellagat (dalam ellagitannins).
Hydrolyzable tannin yang dihidrolisis oleh asam lemah atau basa
lemah menghasilkan karbohidrat dan asam phenolik. Contoh
gallotannins adalah ester asam gallic glukosa dalam asam tanin
(C76H52O46), ditemukan dalam daun dan kulit di banyak spesies
tanaman (Gambar 6)

10

Gambar 6. Struktur gallotannins


Condensed Tannins
Condensed tannins dikenal sebagai proanthocyanidins
merupakan polimer yang terdiri dari 2 sampai 50 (atau lebih) unit
flavonoid yang bergabung dengan ikatan karbon-karbon, yang tidak
rentan terhadap hidrolisis. Tannin terkondensasi adalah produk
polimerisasi flavan-3-ols dan flavan-3,4-diol atau campuran dari dua
polimer, yang disebut sebagai ''flavans" (Salunkhe, Chavan, &
Kadan, 1989; Sanderson et al., 2001 ).

11

Gambar 7. Struktur catechin dan procyanidin


Walaupun tanin hidrolisasi dan sebagian besar tanin kondensasi
larut dalam air, sangat banyak tannin kondensasi yang tidak larut
dalam air.
II.3.1 Sifat-sifat Tannin Tumbuhan
Menurut Browning (1966) sifat utama tanin tumbuhtumbuhan tergantung pada gugusan phenolik-OH yang terkandung
dalam tanin, dan sifat tersebut secara garis besar dapat diuraikan
sebagai berikut:

12

A. Sifat Kimia Tanin


1. Tanin memiliki sifat umum, yaitu memiliki gugus phenol
dan bersifat koloid, sehingga jika terlarut dalam air bersifat
koloid dan asam lemah.
2. Umumnya tanin dapat larut dalam air. Kelarutannya besar
dan akan meningkat apabila dilarutkan dalam air panas.
Begitu juga tannin akan larut dalam pelarut organik seperti
metanol, etanol, aseton dan pelarut organik lainnya.
3. Tanin akan terurai menjadi pyrogallol, pyrocatechol dan
phloroglucinol bila dipanaskan sampai suhu 2100F-2150F
(98,890C-101,670C)
4. Tanin dapat dihidrolisa oleh asam, basa, dan enzim.
5. Ikatan kimia yang terjadi antara tanin-protein atau polimerpolimer lainnyaterdiri dari ikatan hidrogen, ikatan ionik,
dan ikatan kovalen.
B. Sifat Fisik Tanin
1. Umumnya tanin mempunyai berat molekul tinggi dan
cenderung mudah dioksidasi menjadi suatu polimer,
sebagian besar tanin bentuknya amorf dan tidak mempunyai
titik leleh.
2. Tannin berwarna putih kekuning-kuningan sampai coklat
terang, tergantung dari sumber tanin tersebut.
3. Tannin berbentuk serbuk atau berlapis-lapis seperti kulit
kerang, berbau khas dan mempunyai rasa sepat (astrigent).
4. Warna tanin akan menjadi gelap apabila terkena cahaya
langsung atau dibiarkan di udara terbuka.
5. Tannin mempunyai sifat atau daya bakterostatik, fungistatik
dan merupakan racun.
II.3.2 Proses Pemisahan Tanin
Tanin dapat diekstrak dengan menggunakan campuran pelarut
atau pelarut tunggal. Tanin biasanya diekstrak dari kayu dan kulit
kayu pada jenis-jenis pohon tertentu, untuk tujuan penelitian dalam
menentukan struktur kimia, kualitas dan kuantitasnya serta
pemanfaatannya. Umumnya tanin diekstrak dengan menggunakan
pelarut air, karena lebih murah dengan hasil yang relatif cukup
tinggi, tetapi tidak menjamin jumlah senyawa polifenol yang ada
dalam bahan tanin tersebut (Hathway, 1962).

13

Browning (1966) menjelaskan bahwa untuk memperoleh


ekstrak dengan kualitas dan kuantitas yang tinggi, maka umumnya
digunakan etanol atau aseton dengan perbandingan volume air yang
sebanding. Adapun tahapan persiapan dan ekstraksi yang perlu
dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Tahap persiapan bahan dan pelarut
2. Tahap pembuatan serbuk bahan dengan ukuran yang tepat sesuai
keperluan ekstraksi
3. Tahap ekstraksi
4. Tahap pemekatan larutan ekstrak
Proses ekstraksi dapat dilakukan secara tunggal atau bertahap
sesuai kepentingan dan tujuan ekstraksi yang ingin dicapai. Salah
satu proses ekstraksi yang biasa dilakukan adalah dengan
menggunakan beberapa unit autoclave yang terbuat dari stainless
stell atau tembaga (karena tanin dapat mengkompleks ion logam
berat/ion Fe3+), dimana masingmasing autoclave secara berkelompok
dengan menggunakan aliran counter current.
II.3.3 Pemanfaatan Tanin
A. Sebagai Adsorbent Logam Berat
Beberapa penelitian terakhir tanin yang telah dimodifikasi dapat
menjadi adsorben logam berat, misalnya biosorpsi Pb (II) dengan
modifikasi resin quebracho tanin (QTR) (Yurtsever dan Sengil,
2008). Adsorben berbasis tannin alami dengan proses gelification
dari ekstrak kulit Quebracho. Produk yang dihasilkan, Tanin
Quebracho Gel (QTG) telah diuji sebagai adsorben pewarna kationik
dengan Metilena Blue (MB) (Martin et al, 2009). Biosorpsi Cu (II)
dari suatu larutan oleh resin tanin valonia (Ayhan et al. 2008).
Adsorben yang disiapkan dari barberry tanin (BT) diimmobilisasi
serat kolagen, yang ditemukan efektif untuk menghapus Hg (II) dari
larutan (Huanga et al. 2009).
B. Sebagai Antimikroba
Tanin bertindak seperti asam ringan berdasarkan banyak gugusOH fenolik. Asam tannic adalah bentuk yang paling sederhana
hydrolysable tanin. Tanin kualitas tinggi mengandung 65-76% asam
tannic. Salah satu sifat yang paling penting dari tanin dan asam
tannic adalah kemampuannya untuk membentuk kompleks chelat
dengan ion logam. Kompleks logam- tanin dan asam tannic kini

14

digunakan dalam celupan dan penyamakan tekstil tertentu. Meskipun


asam tanin dapat berfungsi sebagai agen antimikroba alami, tetapi
tidak aktif terhadap spektrum yang luas dari jamur dan bakteri
(Salunkhe et al. 1989; Sanderson et al. 2001).
Data Higazy ( 2009) mengungkapkan bahwa kain goni
ditreatment membentuk asam tannic- kompleks logam menunjukkan
peningkatan sifat anti-mikroba dibandingkan dengan sampel yang
diperlakukan dengan asam tannic atau ion logam secara terpisah dan
pada konsentrasi yang sama. Hasil juga menunjukkan bahwa sifat
antibakteri dan antijamur dari kain rami yang ditreatment dengan
asam tanin-kompleks logam mengikuti urutan:
tannic acid-Zn > tannic acid-Zr > tannic acid-Ag
Keawetan kain rami yang ditreatment dengan asam tannic
kompleks logam sangat tinggi dibandingkan dengan keawetan kain
rami yang ditreatment dengan chitosan-logam kompleks pada tipe
ion logam yang sama.
Keawetan kain rami setelah ditreatment dengan asam tanninkompleks logam tergantung pada jenis ion logam yang digunakan
dalam complexation dengan urutan:
tannic acid-Zn > tannic acid-Ag > tannic acid-Zr

15

Gambar 8. Formation of tannic acidmetal ion complex


Penelitian lain yang telah dilakukan (Iwan, 2002 untuk
efektifitas bahan pengawet tanin dari kulit kayu akasia (Acacia sp),
terhadap rayap kayu kering (cryptotermes cynocephalus light) yang
menyerang hampir semua jenis kayu yang tidak diawetkan kecuali
beberapa jenis kayu yang memiliki keawetan alami. Pengujian

16

tersebut diperoleh hasil bahwa bahan pengawet kayu dengan


menggunakan tanin dapat meningkatkan ketahanan kayu terhadap
serangan rayap kayu kering.
C. Sebagai Plywood Adhesive
Fortifikasi dari tanin sulfit dari kulit kayu Acacia mangium
dengan phenolformaldehyde dapat digunakan sebagai plywood
adhesive (Hoonga, 2009). Tanin dapat dijumpai pada hampir semua
jenis tumbuhan hijau di seluruh dunia baik tumbuhan tingkat tinggi
maupun tingkat rendah dengan kadar dan kualitas yang berbedabeda. Di Indonesia sumber tanin antara lain diperoleh dari jenis
bakau-bakauan atau jenis-jenis dari Hutan Tanaman Industri seperti
akasia (Acacia sp), ekaliptus (Eucalyptus sp), pinus (Pinus sp) dan
sebagainya. Tanin adalah polifenol alami yang selama ini banyak
digunakan sebagai bahan perekat eksterior, yang terutama terdapat
pada bagian kulit kayu.
II.3.4 Tanin dalam Tanaman
Tanaman teh (Camellia sinensis) merupakan tanaman yang
memiliki kandungan tanin alami yang tinggi. Daun teh yang
direndam dalam air panas akan memiliki rasa khas yang menjadi ciri
dari tanin. Hal ini disebabkan oleh catechin dan flavonoid, yang
dikategorikan sebagai tanin oleh ahli biologi, dan kimia.
Tanin (terutama tanin kondensasi) ditemukan dalam anggur,
terutama anggur merah. Tangkai tandan buah anggur juga
mengandung tanin. Tanin diekstrak dari buah anggur, yang
merupakan polimer dari monomer proanthocyanidin. Delima
mengandung beragam tanin, terutama hydrolysable tanin. Paling
banyak dari buah delima disebut punicalagins tanin. Punicalagins
memiliki berat molekul 1038 dan merupakan molekul terbesar yang
ditemukan utuh dalam plasma tikus dan ternyata tidak menunjukkan
efek toksik pada tikus yang diberi 6% diet punicalagins selama 37
hari (Cerda, 2003). Punicalagins juga ditemukan komponen utama
yang bersifat antioksidan dalam jus delima yang bermanfaat bagi
kesehatan (Gill, 2000).
Beberapa kesemek sangat tinggi zat astringentnya biasanya
tidak dimakan ketika buah belum sangat matang (khususnya Korea,
Amerika, dan Hachiya atau Jepang). Hal ini disebabkan oleh
tingginya tingkat tanin, dan jika dimakan oleh manusia (dan banyak

17

hewan lain), mulut akan menjadi benar-benar kering, tetapi kelenjar


air liur akan terus mengeluarkan air liur yang tidak dapat
mempengaruhi tanin makanan. Areca catechu juga mengandung
tannin yang berkontribusi terhadap sifat antibakteri.
Sebagian besar kelompok buah berries seperti cranberries,
strawberries dan blueberries mengandung antara tanin hidrolisasi dan
tanin kondensasi. Kacang-kacangan yang dapat dikonsumsi mentah
seperti hazelnut, walnut dan pecan mengandung tanin dalam jumlah
yang tinggi. Kacang almond memiliki kandungan tanin yang lebih
rendah. Konsentrasi tanin dalam ekstrak kasar kacang ini tidak
secara langsung menunjukkan bahwa ada hubungan yang sama untuk
sebagian kecil tanin terkondensasi. Kacang-kacangan tanpa
cangkang memiliki kandungan tanin sangat rendah. Biji-bijian yang
mengandung konsentrasi tinggi seperti tanin, harus diproses sebelum
dapat dikonsumsi dengan aman.
Tannin dari kayu mesquite, cherry, dan oak yang digunakan
dalam proses pengasapan, akan ikut terbawa pada permukaan ikan
asap dan daging (meskipun asap dari kayu ceri dapat menjadi racun
bagi manusia). Meskipun buah jeruk sendiri tidak mengandung tanin,
jus berwarna oranye sering mengandung pewarna makanan dengan
tanin. Jus apel, jus anggur dan jus berry memiliki kandungan tannin
yang tinggi.
Kadang-kadang bahkan tanin ditambahkan ke dalam jus dan
ciders untuk menciptakan rasa. Cengkeh, tarragon, jinten, thyme,
vanili, dan kayu manis semuanya mengandung tanin. Kebanyakan
kacang-kacangan mengandung tanin.
II.3.5 Toksisitas
Senyawa tanin apabila dikonsumsi dalam jumlah berlebihan
akan menghambat penyerapan mineral misalnya besi. Hal ini karena
sifat tanin adalah chelators ion logam. Tanin digunakan untuk
mengendapkan protein, yang menghambat dalam penyerapan gizi
Tanaman sumber tanin hanya mengurangi bioavailabilitas zat besi,
yang dikenal sebagai non-heme. Asam Tannic tidak mempengaruhi
penyerapan mineral lain seperti seng, tembaga, dan mangan.
BAB III
PELAKSANAAN KEGIATAN

18

III.1. GAMBARAN INSTANSI


III.1.1Sejarah PT Sinkona Indonesia Lestari
PT. SIL adalah sebuah perusahaan yang dimiliki oleh 2 (dua)
perusahaan BUMN yaitu PT. Kimia Farma (Persero) Tbk and PT.
Perkebunan Nusantara VIII (Persero). Perusahaan ini berdiri sejak
tanggal 25 Oktober 1986 dan diresmikan pada tanggal 31 Agustus
1991 oleh Menteri Pertanian RI dan Menteri Kesehatan RI dengan
nama Pabrik PT Sinkona Indonesia Lestari, yang bergerak di bidang
industri kina yang menghasilkan garam kina dan turunannya.
Pabrik PT. SIL memiliki area sekitar 5 hektar berlokasi di
pegunungan Tangkuban Perahu dikelilingi oleh perkebunan teh milik
PT. Perkebunan Nusantara VIII, beralamat di Jalan Raya Ciater KM
171, Kabupaten Subang, Jawa Barat.
Secara resmi PT Sinkona Indonesia Lestari pada tahun 1994
mendapatkan FDA Approval sebagai syarat pemasaran produk keluar
negeri. Tahun 1995 PT Sinkona Indonesia Lestari dapat berkembang
dan berproduksi secara maksimal menjual produk ke luar negeri
dengan kapasitas produksi meningkat setiap tahunnya yaitu sebesar
30 ton.
PT SIL saat ini difasilitasi oleh peralatan yang memenuhi
standar cGMP dan persyaratan lainnya dalam rangka menjamin
kestabilan kualitas produk yang dihasilkan.
III.1.2Visi dan Misi
PT.Sinkona Indonesia Lestari memiliki visi yaitu menjadi
industri kina terkemuka di dunia, berwawasan lingkungan dan
memuaskan stakeholders.
Adapun misi dari PT Sinkona Indonesia Lestari adalah :
1.
Mengembangkan bisnis kina di pasar Internasional dengan
perluasan pasar dan peningkatan daya saing melalui inovasi,
peningkatan efisiensi serta tetap menghasilkan produk yang
memuaskan pelanggan.
2.
Memberikan keuntungan bagi para pemegang saham,
meningkatkan kesejahteraan bagi karyawan dan memuaskan
stakeholders lainnya.
3.
Mencegah tercemarnya lingkungan oleh limbah industri
kina.

19

III.1.3Fungsi dan Peran Perusahaan


PT Sinkona Indonesia Lestari memiliki fungsi utama yaitu
sebagai perusahaan yang memproduksi bermacam macam garam
kina, kinidin, dan derivatnya untuk pasar ekspor bagi banyak industri
obat-obatan, minuman, dan industri kimia.
Adapun peran PT Sinkona Indonesia Lestari dapat dilihat dari
kebijakan operasional dalam upaya mewujudkan komitmen terhadap
mutu, keamanan pangan, keamanan lingkungan, keselamatan dan
kesehatan kerja. Perusahaan berperan sebagai pemenuhan terhadap
kebutuhan dan harapan pelanggan dengan menghasilkan produk
yang bermutu, meningkatkan produktivitas, memastikan pemenuhan
terhadap persyaratan, peraturan, dan undang undang yang relevan,
meningkatkan kompetensi sumber daya manusia, menciptakan
lingkungan dan tempat kerja yang nyaman, menciptakan seluruh
bahan dan sistem produksi yang bersih dan halal. Selain itu
perusahaan juga melakukan upaya peningkatan kuliatas sumber daya
manusia bagi tenaga kerja farmasi dan profesi lainnya melalui
sosialisasi, pembinaan, dan pelatihan agar semua pihak mampu
memahami dan melaksanakan peran peruhasaan.
III.1.4Struktur Organisasi
Struktur Organisasi PT Sinkona Indonesia Lestari dibuat
berdasarkan surat keputusan SKEP Direksi Nomor SKEP018/C/IV/2016 yang diresmikan pada tanggal 7 April 2016 sebagai
berikut Komisaris Utama, Komisaris, Direktur Utama, Direktur.
Kemudian dibagi menjadi beberapa departemen yang bertanggung
jawab langsung kepada Direktur Utama yaitu Departemen Satuan
Pengawasan Intern (SPI), Departemen Keuangan (KEU),
Departemen SDM dan Umum (SDU), Departemen Pengadaan
(PAD), Departemen Pengendalian Produksi dan Persediaan (PPP),
Departemen Produksi (PRO), Departemen Quality Assurance dan
Quality Control (QAC), dan Departemen Pemasaran (SAR).
(Gambar 9)

20

Gambar 9. Struktur organisasi PT. Sinkona Indonesia Lestari


Adapun tugas dan fungsi masing masing Departemen PT.
Sinkona Indonesia Lestari adalah :
1. Departemen Satuan Pengawasan Intern (SPI)
Menyelenggarakan dan melaksanakan tugas di bidang
pengawasan fungsional dan pengendalian atas kegiatan
kegiatan unit kerja serta melakukan analisis terhadap kegiatan
operasional dan keuangan perusahaan. Selain itu juga
melaksanakan fungsi monitoring terhadap kepatuhan dan
manajemen resiko.
2. Departemen Keuangan (KEU)
Menyelenggarakan tugas di bidang penatausahaan keuangan,
perpajakan, pertanggungan asuransi dan sistem akuntansi
perusahaan.
3. Departemen SDM dan Umum (SDU)
Meyelenggarakan dan melaksanakan tugas di bidang SDM,
Umum, Kesejahteraan Pegawai, Humas dan Kesekretariatan.
4. Departemen Pengadaan (PAD)
Menyelenggarakan dan melaksanakan tugas di bidang
pengadaan bahan baku dan pembantu baik lokal maupun impor
serta pengadaan barang dan jasa.

21

5.

6.
7.

8.

Departemen Pengendalian Produksi dan Persediaan (PPP)


Meyelenggarakan dan melaksanakan tugas di bidang
perencanaan & pengendalian produksi dan pengelolaan
persediaan barang bahan. Selain itu juga mengembangkan sistim
informasi berbasis teknologi terintegrasi.
Departemen Produksi (PRO)
Menyelenggarakan dan melaksanakan tugas di bidang ekstraksi
kulit kina, pengolahan kina, dan di bidang teknik / maintenance.
Departemen Produksi, Departemen Quality Assurance dan
Quality Control (QAC)
Menyelenggarakan dan melaksanakan tugas di bidang
penjaminan mutu, pengendalian kualitas, penelitian dan
pengembangan serta pemeliharaan & pengembangan sistem
manajemen. Selain itu juga melaksanakan fungsi riset dan
pengembangan.
Departemen Pemasaran (SAR)
Menyelenggarakan dan melaksanakan tugas di bidang
pemasaran ekspor maupun lokal.

III.1.5Laboratorium Riset dan Pengembangan (Risbang)


Unit Riset dan Pengembangan merupakan salah satu unit
dalam Departemen Quality Assurance & Quality Control yang
bekerja dengan sistem melaksanakan pusat study berdasarkan
penelitian baru atau hasil analisis yang telah ada dan dikembangkan
melalui study pustaka dan permintaan klien.
Pelaksanaan dari Unit Riset dan Pengembangan di awali
dengan telaah pustaka dari berbagai macam sumber. Kemudian oleh
pihak Unit Riset dan Pengembangan dilakukan analisis kembali
untuk memastikan perkembangan analisis tersebut dapat digunakan
dengan metode baru. Sebelum dilakukan produksi, Unit Riset dan
Pengembangan membuat standar operasional produksi sebagai
proses dalam melaksanakan produksi seperti mencari informasi dan
study literatur, membuat prosedur kerja, melakukan analisis dalam
skala Laboratorium sebagai percobaan awal, melaksanakan analisis
dalam skala pilot, melaksanakan analisis dalam skala semi produksi
dan melaksanakan analisis dalam skala besar melalui produksi
industri sebelum produk dipasarkan kepada konsumen.

22

Selain itu, Unit Riset dan Perkembangan mencoba membuat


penelitian baru atau penelitian alternatif melalui metode kerja yang
telah ada sebagai metode perkembangan.
III.2. PAPARAN KEGIATAN
Kerja Praktek dilaksanakan di Laboratorium Riset dan
Pengembangan (Risbang) PT. Sinkona Indonesia Lestari. Adapun
waktu Pelaksanaan pada tanggal 8 juni 2015 9 Juni 2015, setiap
hari Senin sampai Jumat mulai pukul 07.00 16.00 WIB. Kegiatan
yang dilakukan di laboratorium ini yaitu identifikasi senyawa tanin
dalam gambir dan kaliandra dengan prosedur sebagai berikut :
A. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan :
1. Neraca analitik
12. Corong Buchner
2. Spatula
13. Pompa Vacum
3. Gelas kimia
14. Seperangkat
Alat
4. Magnetic Stirer
Destilasi
5. Tabung reaksi
15. Alat pengukur kadar
6. Gelas ukur
air
7. Statif
16. Labu Ukur
8. Oven
17. Pipet tetes
9. Gelas arloji
18. Corong Gelas
10. Batang Pengaduk
19. Termometer
11. Mortar dan Alu
20. Spektrofotometer

23

21.
22. Bahan yang digunakan :
1. Serbuk gambir
2. Daun kaliandra kering
3. Aquades
4. Etanol
5. FeCl3
6. Gelatin
7. Folin
8. Asam Tanat
9. Na2CO3
23.
24.
25.
B. Prosedur Percobaan
1. GAMBIR
26.
Ekstraksi dilakukan dengan perbandingan berat
bahan dengan volume pelarut 1:20 ( b/v ). Variabel proses yang
digunakan pada penelitian ini yaitu variasi komposisi pelarut
etanol air (1:1).
Disiapkan sampel gambir dan diukur kadar airnya.
Ditimbang sampel gambir sebanyak 20 gram.
Ditambahkan sebanyak 400 mL campuran etanol:air 1:1.
Larutan diaduk dan dipanaskan pada suhu 80 0C selama 2
jam.
Ekstrak disaring dan dipisahkan dari ampasnya dengan
corong Buchner dalam keadaan hangat.
Residu yang dihasilkan diekstrak kembali dengan pelarut
yang sama dilakukan 2 kali.
Filtrat yang dihasilkan dipekatkan dengan proses destilasi
untuk memisahkan ekstrak dari pelarutnya.
Ekstrak pekat dikeringkan dalam oven pada suhu 60-700C.
2. KALIANDRA
27.
Ekstraksi dilakukan dengan perbandingan berat
bahan dengan volume pelarut 1:20 ( b/v ). Variabel proses yang
digunakan pada penelitian ini yaitu variasi komposisi pelarut
etanol air (1:1).
Sampel daun kaliandra dikeringkan dalam oven.

Sampel daun kering dihaluskan.


Serbuk diukur kadar airnya.
Sampel kaliandra ditimbang sebanyak 20 gram.
Ditambahkan sebanyak 400 mL campuran etanol : air 1 : 1.
Larutan diaduk dan dipanaskan pada suhu 80 0C selama 2
jam.
Ekstrak disaring dan dipisahkan dari ampasnya dengan
corong buchner dalam keadaan hangat.
Residu yang dihasilkan diekstrak kembali dengan pelarut
yang sama dilakukan 2 kali.
Filtrat yang dihasilkan dipekatkan dengan proses destilasi
untuk memisahkan ekstrak dari pelarutnya.
Ekstrak pekat dikeringkan dalam oven pada suhu 60-700C.
C. Uji kualitatif
1. Uji dengan FeCl3
Serbuk sampel dimasukkan kedalam tabung reaksi dan
ditambahkan 5 mL air.
Larutan kemudian ditambahkan beberapa tetes FeCl3.
Diamati perubahan warnanya ( adanya tanin ditandai
dengan larutan hijau kehitaman ).
2. Uji dengan gelatin
28. Serbuk sampel dimasukkan dalam tabung reaksi
dan ditambahkan gelatin. Adanya tanin ditunjukkan dengan
adanya endapan
29.
D. Uji kuantitatif
30.
Pengujian kuantitatif tanin dilakukan dengan
metode analisis umum fenolik yaitu metode folin + ciocalteu
( Chaovanalikit dan Wrolstad, 2014 ), selanjutnya dianalisa
dengan Spektrofotometer Visibel ( Sinar Tampak ).
1. Pembuatan larutan standar
31. Sebanyak 0,1 gram asam tanat ditimbang kemudian
dilarutkan dengan aquades dalam gelas kimia.
Selanjutnya dimasukkan dalam labu ukur 1000 mL dan
ditambah aquades sampai tanda batas. Larutan tersebut
dijadikan sebagai larutan induk 100 ppm dan dari larutan

tersebut dibuat larutan standar dengan konsentrasi


20,40,60,80,100 ppm.
2. Pembuatan reagen folin 1N.
32. Reagen folin 2,5 N diambil sebanyak 20 mL dengan
menggunakan gelas ukur, dimasukkan dalam labu ukur
50 mL kemudian ditambahkan aquades sampai tanda
batas. Reagen folin tersebut dimasukkan kedalam botol
gelap agar tidak terkena cahaya langsung.
3. Pembuatan larutan Na2CO3 20 % (b/v).
33. Pembuatan larutan Na2CO3 20 % dilakukan dengan cara
menimbang 10 gram Na2CO3 kemudian dilarutkan
dengan aquades dalam gelas kimia. Setelah semua larut
sempurna dimasukkan kedalam labu ukur 50 mL dan
ditanda bataskan.
34.
4. Analisa kadar tanin.
35. Analisa kadar tanin mengacu pada Chaovanalikit dan
Wrolstad. Larutan standar dari masing-masing
konsentrasi diambil sebanyak 0,5 mL, ditambahkan
dengan 7,5 mL aquades selanjutnya dicampur dengan 0,5
mL reagen folin. Campuran dibiarkan 5 menit
kemudian ditambah dengan 1,5 mL Na 2CO3 20 % dan
diletakkan ditempat yang tidak terkena cahaya 30 menit
untuk proses homogenasi. Setelah itu dilakukan
pengukuran dengan spektrofotometer sinar tampak pada
panjang gelombang 755 nm. Hasil pembacaan absorbansi
yang diperoleh digunakan untuk pembuatan kurva
kalibrasi standar terhadap konsentrasi dari larutan standar
asam tanat. Sampel yang akan diukur absorbansinya
dilakukan langkah yang sama seperti pada larutan standar.
36.
III.3. JADWAL KEGIATAN

37.

38. Tabel 1. Jadwal kegiatan kerja praktek


39.
40.
41.
42.
43.
44.
45.
46.
47.
48.
49. BAB IV
50. HASIL DAN PEMBAHASAN
51.
52.
Tanin atau lebih dikenal dengan asam tanat,
biasanya mengandung 10% H2O. Struktur kimia tanin adalah
kompleks dan tidak sama. Asam tanat tersusun 5-10 residu ester
galat, sehingga galotanin sebagai salah satu senyawa turunan tanin
dikenal dengan nama asam tanat. Beberapa struktur senyawa tanin
adalah sebagai berikut.

53.

55.
56.

57.
58.

54.
59. Gambar 10. Asam
Gambar 11. Katekin
Gambar 12.
60.
Tanat
Asam
Galat
61.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kandungan tanin
dalam sampel gambir dan kaliandra. Menurut Utami et al., 2008,
Kandungan kimia dari gambir (Uncaria gambir Roxb.) adalah
katekin, kuersetin, tanin, lendir, lemak, dan malam. Gambir memiliki
sifat khas pahit dan kelat. Tannin diperoleh dengan cara ekstraksi
dengan pelarut air dan etanol karena tannin dapat larut dalam pelarut
tersebut. Tanin merupakan senyawa yang sangat penting
penggunaannya dalam bidang kesehatan dan bidang industri.
(Endang suryadi,1984: 3).
62.Isolasi tanin dalam gambir ini dilakukan dengan metode
maserasi dan ekstraksi dengan menggunakan pelarut etanol air.
Menurut Depkes RI, 2000, Metode maserasi dipilih karena dapat
memisahkan zat-zat aktif yang terdapat dalam serbuk gambir secara
sempurna sehingga diperoleh senyawa-senyawa yang terkandung
didalam tanaman, selain itu penggunaan metode ini didasarkan pada
keuntungan yang diberikan yaitu dari segi efisiensi waktu,
pengerjaan dan peralatan sederhana.
63.Menurut Adnan, 2010, pemilihan pelarut etanol didasarkan
karena etanol memiliki beberapa keuntungan, antara lain dapat
melarutkan senyawa organik dalam tumbuhan baik yang bersifat
polar maupun nonpolar. Disamping itu, etanol mempunyai harga

relatif murah dan mudah diperoleh. Menurut Sulastri 2009,


presentasi rata- rata kadar tanin dalam pelarut etanol lebih tinggi
dibandingkan dengan air.
64.Sebelum sampel gambir diekstraksi, sampel gambir diukur
kadar air yang bertujuan untuk memberikan batasan minimal atau
rentan tentang besarnya kandungan air didalam bahan. Kadar air
rata-rata ekstrak gambir kering adalah 16 % dan 15,61 % ,memenuhi
persyaratan SNI 01-3391-1994 yaitu maksimal 17%.
65.Berdasarkan pada Tabel 2, 3 dan 4 sampel gambir di isolasi
dengan cara melarutkan sampel dalam pelarut dengan perbandingan
1 : 20 (20 gram: 800 ml). Pelarut yang digunakan merupakan etanol
air dengan perbandingan 1: 1 (400 ml : 400 ml). Masing masing
sampel kemudian di ekstraksi pada suhu 800C selma 2 jam.
Pemilihan suhu 800C terbukti kurang efektif, karena pada penelitian
ini volume ekstrak yang dihasilkan akan berkurang banyak, hal ini
karena etanol menguap pada suhu 70 0C sehingga hasil ekstraksi
sampel kurang maksimal. Ekstraksi ini dikakukan 3 kali dari setiap
sampel sehingga diperoleh jumlah filtrat gambir percobaan 1 = 455
ml, percobaan 2 = 645 ml, percobaan 3 = 358 ml.
66.Masing masing filtrat kemudian didestilasi untuk
memisahkan alkohol yang masing-masing ada dalam campuran.
Menurut Auliani, 2011, proses destilasi adalah memisahkan etanol
dari campuran etanol air. Untuk larutan yang terdiri dari komponen
komponen yang berbeda nyata suhu didihnya, destilasi merupakan
cara yang paling mudah dioperasikan dan juga merupakan cara
pemisahan yang secara thermal adalah efisien. Pada tekanan
atmosfir, air mendidih pada 100 0 C dan etanol mendidih pada sekitar
770 C.
67.Filtrat pekat kemudian disaring dengan corong buchner
untuk diambil dan dikeringkan dalam oven. Filtrat hasil penyaringan
kemudian disaring lagi untuk mengambil residu yang ikut terbawa
dalam filtrat karena saat penyaringan pertama filtrat yang dihasilkan
masih berwarna coklat tua dan saat didiamkan beberapa malam
didapat endapan didasar filtrat. Filtrat pekat kemudian dikeringkan di
dalam oven. Filtrat yang sudah kering kemudian digerus untuk
memperkecil ukuran serbuknya kemudian ditimbang dan didapat
serbuk tanin kering percobaan 1 = 6,01 gram, percobaan 2 = 8,34
gram dan percobaan 3 = 14,36 gram.

68.Masing - masing serbuk tanin kemudian diukur kadar


airnya, adapun kadar air percobaan 1 = 7,05 %, percobaan 2 = 2,445
% dan percobaan 3 = 5,39 %.
69.Analisis kualitatif tanin (tabel 8) dilakukan dengan
menggunakan uji FeCl3 dan uji gelatin. Uji FeCl3, pada pengujian ini
serbuk tanin dilarutkan dalam air dingin dan air panas untuk
mengetahui kelarutannya, didapat hasil bahwa kelarutan tanin dalam
air panas lebih tinggi dibanding dengan kelarutannya pada larutan
dingin. Larutan kemudian dimasukkan tabung reaksi dan
ditambahakan beberapa tetes larutan FeCl3. Adanya tanin ditandai
dengan perubahan warna sampel dari coklat tua menjadi hijau
kehitaman. FeCl3 merupakan sumber atom pusat dan senyawa tanin
merupakan ligan yang membutuhkan atom pusat untuk membentuk
kompleks yang stabil sehingga terbentuklah kompleks antara atom
pusat Fe3+ dan ligan senyawa tanin yang menjadikan warna endapan
dan larutan berwarna hijau kehitaman.
70.Uji kedua yaitu uji gelatin, gelatin adalah suatu protein,
berdasarkan sifat tanin bahwa gelatin dapat menggumpalkan protein,
adanya endapan putih menunjukan adanya tanin (Robinson 1995).
Hasil tersebut sesuai yang dinyatakan dengan (Robinson 1995)
bahwa ekstrak ketika di tambahkan dengan gelatin menununjukkan
hasil yang positif dengan terbentuknya endapan putih. Dari
pengujian serbuk tanin yang ditambahkan dengan gelatin didapat
endapan putih pada semua sampel.
71.Berdasarkan perhitungan rendemen dalam penelitian ini
masing masing adalah serbuk percobaan 1, rendemennya = 30, 05
%, serbuk percobaan 2, rendemennya = 41,16 %, serbuk percobaan
3, rendemennya = 71,8 %. Perbedaan nilai rendemen ini dipengaruhi
oleh suhu ekstraksi dibawah 100oC, jenis pelarut yang digunakan
seperti air dan etanol, penyaringan filtrat, ukuran partikel, dan lama
ekstraksi.
72.
73.
74. BAB V
75. PENUTUP
76.
V.1. KESIMPULAN
77. Berdasarkan penelitian yang diakukan dapat disimpulkan
bahwa

1.

Dari uji kualitatif yang telah dilakukan sampel gambir


terbukti positif mengandung tanin yang ditandai dengan uji
FeCl3 menghasilkan larutan hijau kehitaman dan uji gelatin
menghasilkan endapan putih.
2. Rendemen gambir yang diperoleh dari pegujian secara
triplo yaitu :
a. Percobaan 1 , rendemennya = 30, 05 %
b. Percobaan 2 , rendemennya = 41,16 %
c. Percobaan 3 , rendemennya = 71,8 %
78.
V.2. SARAN
79.
Untuk penelitian selanjutnya disarankan dilakukan
uji kuantitatif kadar tanin dan jenis tanin yang dihasilkan dengan
berbagai metode yang lebih efektif dan efisien .
80.
81.
82.
83.
84.
85.
86.
87.
88.
89.
90.
91.
92.
93.
94.
95.
96.
97.
98.
99. DAFTAR PUSTAKA
100.
1. BPOM RI. 2007. Acuan Sediaan Herbal Volume ketiga Edisi
Pertama. Jakarta : Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan
Makanan.

2.
3.
4.
5.

6.

7.
8.
9.
10.

11.

12.
13.
14.

Dalimarta, S. 2003. Atlas Tanaman Obat Indonesia Jilid 3.


Jakarta : Puspaswara, Anggota Ikapi.
Hagerman AE, 2002, Tannin Chemistry, Department of
Chemistry and Biochemistry, Miami University, Oxford, USA.
Haryanto, S. 2009. Ensiklopedia Tanaman Obat Indonesia.
Yogya : Palmall
Higazy A, Hashem M, ElShafei A, Shaker N, Hady MA, 2009,
Development of antimicrobial jute fabrics via in situ formation
of cellulosetannic acidmetal ion complex, Carbohydrate
Polymers (2010).
Hoonga YB, Paridaha MT, Luqmanb CA, Kohc MP, Lohd YF,
2009, Fortification of sulfited tannin from the bark of Acacia
mangium with phenolformaldehyde for use as plywood
adhesive, Industrial Crops and Products 30 (2009) 416421.
Idris, H. 2007. Pemakaian Fungisida Gambir Terhadap Penyakit
Bercak Fusarium sp pada Daun Serai Wangi. Jurnal Ilmu-ilmu
Pertanian Indonesia Edisi Khusus No 3 Hal 379-385
Iwan R, 2002, TANNIN, Fakultas Pertanian Jurusan Ilmu
Kehutanan, Universitas Sumatera Utara.
Mardisiswojo, S dan H. Rajakmangunsudarso. 1968. Cabe
Puyang Warisan Nenek Moyang Cetakan ke 2. Jakarta : Depkes
RI.
Ofusori, D.A. and A.O. Adejuwon 2011. Histopathological
Studies of Acute and Chronic Effects of Calliandra portorinencis
Leaf Extract on the Stomach and Pancreas of Adult Swiss
Albino Mice. Asian Pacific Journal of Tropical Biomedicine.
182-185.
Onyeama, H.P., H.A., Ibekwe, P.Y., Ofemile, A., Peter, M.S.,
Ahmed, and P.O., Nwagbo. 2012. Screening and Acute Toxicity
Studies of Calliandra portoricensis (ERI AGBO In Igbo) Used
in the Treatment of Snake Bite in South Eastern Nigeria. Vom
Journal ofmVeterinary Science. 9:17-24.
Pudjarwoto, T., C.H. Simanjuntak, dan I.P. Nur. 1992. Daya
Antimikroba Obat Tradisional Diare terhadap Beberapa Jenis
Bakteri Enteropatogen. Cermin Kedokteran. 76(1): 45-47.
Robinson, T. 1995. Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi.
Bandung: ITB
Sanchez-Martna J, Gonzalez-Velascob M, Beltrn-HerediaaJ,
Gragera-Carvajala 1J, Salguero-Fernandeza J., 2009, Novel

tannin-based adsorbent in removing cationic dye (Methylene


Blue) from aqueous solution. Kinetics and equilibrium studies,
15. Sirait, M., E. Loho., R. B. Sutrisno., S. Prawirosujanto., M. B.
Lesmono., B. Poerwodhiredjo., B. Dzulkarnain., B. Wahyudi.,
Abisono dan A. Hidir. 1989. Materia Medika Indonesia.
Jakarta : Dirjen POM.
16. Utami, P., Novi. W., Nina. W., Dewi. D., Agung. S., Tinton D. P.,
Hadi. I., Lukito. A.M., Ugt dan IwanS. 2008. Buku Pintar
Tanaman Obat 431 Jenis Tanaman Penggempur Aneka
Penyakit. Jakarta : PT. Agromedia Pustaka
17. Yurtsever M, Sengil IA, 2008, Biosorption of Pb(II) ions by
modified quebracho tannin resin, Journal of Hazardous
Materials 163 (2009) 5864.
101.
102.
103.
104.
105.
106.
107.
108.
109.
110.
111.
112.
113.
114.
115.
116.
117.
118.
119. LAMPIRAN
120.
121.PERCOBAAN 1. GAMBIR
122. 123.
H
124.
Perlakuan
125.
Hasil
N
ari,
o
Tanggal
126.127.
R 129.
preparasi sampel 130.
20 gram sampel

abu,
128.
2 133.
pengukuran
4 juni
kadar air secara duplo
2015

136. 137.
K 139.
ekstraksi 1
143.
- sampel gambir
2
amis ,
+
etanol
:
138.
2 147.
aquades ( 1:1 ) 400 ml
5 juni
2015
151.
diaduk,dipanaskan 800C
155.
- disaring

158. 159.
J 161.
ekstraksi 2
165.
- endapan 1
3
umat,
+
etanol
:
160.
2 169.
aquades ( 1:1 ) 400 ml
6 juni
173.
2015
diaduk,dipanaskan 800C
177.
- disaring

180. 181.
S 183.
ekstraksi 3
187.
- endapan 2
4
enin ,
+164 ml mlq
182.
2 191.
destilasi
9 juni
195.
+236 ml etanol :
2015
aquades (1 : 1)
199.
diaduk,dipanaskan 800C
203.
- disaring

208.

pemekatan

gambir
134.
16 %
135.
15,61%
140.
144.
148.
dengan
%
152.

- kadar air 1 =
- kadar air 2 =

padatan coklat
larutan coklat
kadar etanol 47
larutan coklat

156.
ml
157.
162.
166.
170.

- filtrat 1 = 129

174.

larutan coklat

178.
ml
179.
184.
188.
192.

- filtrat 2 = 153

196.

larutan coklat

200.

larutan coklat

204.
ml
205.
209.

- filtrat 3 : 173

- endapan 1
endapan coklat
larutan coklat

- endapan 2
endapan coklat
larutan coklat

- endapan 3
volume filtrat =

filtrat 1,2, 3
212.
- didestilasi

222.

226.

455 ml
213.
ekstrak pekat
berwarna
coklat
kehitaman
216.
- pengeringan
217.
berat : 6,01
ekstrak pekat
gram
218.
warna : coklat
kehitaman
219.
kadar air : 7, 05
%
220.Tabel 2. Proses isolasi sampel gambir percobaan 1
221.PERCOBAAN 2. GAMBIR
223.
224.Perlakuan
225.Hasil
H
227.
Ju

229.preparasi
sampel

228.
26

237.ekstraksi 1
241.sampel
gambir
245.+ etanol :
aquades ( 1:1 )
400 ml
249.diaduk,
dipanaskan
800C

230.sampel
:
padatan
gambir
231.warna
:
coklat tua
232.berat : 20,04
gram
233.kadar air 1 =
16 %
234.kadar air 1 =
15,61 %
238.
242.padatan
coklat
246.larutan coklat
dengan kadar
etanol 47 %
250.larutan coklat

253.- disaring

256.

257.
Se

260.ekstraksi 2
264.- endapan 1

258.
29

268.+ 152 ml mlq


destilasi
272.+ 248 ml
alkohol :
aquades ( 1:1 )
276.- diaduk,
dipanaskan
800C
280.- disaring

259.
20

283.

305.

284.
Se

286.ekstraksi 3
290.- endapan 2

285.
30

294.+ alkohol :
aquades (1 : 1)
400 ml
298.- diaduk,
dipanaskan
800C
302.- disaring

306.
Ra
307.
01

308.pemekatan
filtrat 1,2, 3
312.- didestilasi

254.- filtrat 1 =
184 ml
255.- endapan 1
261.
265.endapan
coklat
269.larutan coklat
273.larutan coklat

277.larutan coklat
281.- filtrat 2 =
198 ml
282.- endapan 2
287.
291.endapan
coklat
295.larutan coklat

299.larutan coklat
303.- filtrat 3 :
263 ml
304.- endapan 3
309.volume filtrat
= 645 ml
313.ekstrak pekat
berwarna
coklat
kehitaman

314.

323.

327.

315.
K

317.pengeringan
ekstrak pekat

318.berat : 8,34
gram
319.warna :
316.
coklat
02
kehitaman
320.kadar air : 2,
445 %
321.Tabel 3. Proses isolasi sampel gambir percobaan 2
322.PERCOBAAN 3 .GAMBIR
324.
325.Perlakuan
326.Hasil
H
328.
Se

330.preparasi
sampel

329.
30

337.ekstraksi 1
341.sampel
gambir
345.+ etanol :
aquades ( 1:1 )
400 ml
349.diaduk,dipanas
kan 800C
353.- disaring

356.

357.

359.ekstraksi 2
363.- endapan 1

331.sampel
:
padatan
gambir
332.berat : 20,00
gram
333.kadar air 1 =
16 %
334.kadar air 2 =
15,61 %
338.
342.padatan
coklat
346.larutan coklat
dengan kadar
etanol 47 %
350.larutan coklat

354.- filtrat 1 =
130 ml
355.- endapan 1
360.
364.endapan

R
358.
01

382.

383.
K

367.+ 240 ml mlq


destilasi
371.+ 160 ml
etanol :
aquades ( 1:1 )
375.- diaduk,
dipanaskan
800C
379.- disaring

384.ekstraksi 3
388.- endapan 2
392.+300 ml mlq
destilasi
396.+100 ml etanol
: aquades (1 :
1)
400.- diaduk,
dipanaskan
800C
404.- disaring

409.- pemekatan
filtrat 1,2, 3
413.- didestilasi

417.- pengeringan
ekstrak

coklat
368.larutan coklat
372.larutan coklat

376.larutan coklat

380.- filtrat 2 = 67
ml
381.- endapan 2
385.
389.endapan
coklat
393.larutan coklat
397.larutan coklat

401.larutan coklat

405.- filtrat 3 =
161 ml
406.- endapan 3
410.volume filtrat
= 358 ml
414.ekstrak pekat
berwarna
coklat
kehitaman
418.berat : 14,36
gram
419.warna
:

423.

427.

coklat
kehitaman
420.kadar air
5,39 %
421.Tabel 4. Proses isolasi sampel gambir percobaan 3
422.PERCOBAAN 1. KALIANDRA
424.
425.Perlakuan
426.Hasil
H
428.
R
429.
01

430.sampel
kaliandra
434.+ 500 ml
etanol
438.+ 500 ml
aquades
442.- diaduk dan
dipanaskan
800C selama 2
jam
446.- disaring

451.endapan 1
455.+ 500 ml
etanol
459.+ 500 ml
aquades
463.- diaduk dan
dipanaskan
800C selama 2
jam
467.- disaring

472.endapan 2

431.berat = 100,02
gram
435.larutan hijau
439.larutan hijau
443.larutan hijau

447.- filtrat = 500


ml (hijau tua)
448.- endapan 1
452.
456.larutan hijau
460.larutan hijau
464.larutan hijau

468.- filtrat = 750


ml (hijau tua)
469.- endapan 2
473.

476.+ 450 mlq


etanol
480.+ 100 ml
etanol
484.+ 350 ml
aquades
488.- diaduk dan
dipanaskan
800C selama 2
jam
492.- disaring

477.larutan hijau

513.sampel
kaliandra
517.+ 500 ml
etanol
521.+ 500 ml
aquades
525.- diaduk dan
dipanaskan
800C selama

514.berat = 100,04
gram
518.larutan hijau

481.larutan hijau
485.larutan hijau
489.larutan hijau

493.- filtrat = 550


ml (hijau tua)
494.- endapan 3
495.Tabel 5. Proses isolasi sampel kaliandra percobaan 1
496.
497.
498.
499.
500.
501.
502.
503.
504.
505.PERCOBAAN 2 . KALIANDRA
506.
507.
508.Perlakuan
509.Hasil
H
510.

511.
K
512.
20

522.larutan hijau
526.larutan hijau

2 jam
529.- disaring

532.

533.
Ju

534.endapan 1
538.+ 310 ml
etanol
542.+ 490 mlq
etanol
546.+ 200 ml
aquades
550.- diaduk dan
dipanaskan
800C selama
2 jam
554.- disaring

559.endapan 2
563.+ 500 ml
etanol
567.+ 500 ml
aquades
571.- diaduk dan
dipanaskan
800C selama
2 jam
575.- disaring

530.- filtrat = 600


ml (hijau tua)
531.- endapan 1
535.
539.larutan hijau
543.larutan hijau
547.larutan hijau
551.larutan hijau

555.- filtrat = 657


ml (hijau tua)
556.- endapan 2
560.larutan hijau
564.larutan hijau
568.larutan hijau
572.larutan hijau

576.- filtrat = 600


ml (hijau tua)
577.- endapan 3
578.Tabel 6. Proses isolasi sampel kaliandra percobaan 2
579.
580.
581.
582.
583.

584.
585.
586.
587.
589.

590.
H

593.

594.
Ju
595.
03
596.
20

620.

621.
Se
622.
06

588.PERCOBAAN 3. KALIANDRA
591.Perlakuan
592.Hasil

597.sampel
kaliandra
601.+ 685 ml mlq
etanol
605.+ 165 ml
etanol
609.+ 150 ml
aquades
613.- diaduk dan
dipanaskan
800C selama
2 jam
617.- disaring

623.endapan 1
627.+ 500 ml
etanol
631.+ 500 ml
aquades
635.- diaduk dan
dipanaskan
800C selama
2 jam
639.- disaring

644.endapan 2

598.berat = 100,08
gram
602.larutan hijau
606.larutan hijau
610.larutan hijau
614.larutan hijau

618.- filtrat = 600


ml (hijau tua)
619.- endapan 1
624.
628.larutan hijau
632.larutan hijau
636.larutan hijau

640.- filtrat = 683


ml (hijau tua)
641.- endapan 2
645.

648.+ 250 ml mlq


etanol
652.+ 195 ml
etanol
656.+ 555 ml
aquades
660.- diaduk dan
dipanaskan
800C selama
2 jam
664.- disaring

649.larutan hijau
653.larutan hijau
657.larutan hijau
661.larutan hijau

665.- filtrat = 760


ml (hijau tua)
666.- endapan 3
667.Tabel 7. Proses isolasi sampel kaliandra percobaan 3
668.
669.
670.
671.
672.
673.
674.
675.
676.UJI KUALITATIF
677.
680.Kelaruta
682.
681. U
n dalam
j
U
air
i
686.
687.
678.
679.
2
7
S
W
F
e
C
l
3

690.

691.
P

692.
C

693.
K

694.
K

695.H
i
j
a

698.
A
699.

u
k
e
h
i
t
a
m
a
n
696.U
j
i

700.

701.
P

702.
C

703.
L

704.
L

p
o
s
i
t
i
f
697.(
+
)
705.H
i
j
a
u
k
e
h

708.
A

i
t
a
m
a
n
706.U
j
i

709.

710.
P

711.
C

712.
L

713.
L

p
o
s
i
t
i
f
707.(
+
)
714.H
i
j
a
u
k
e
h
i
t
a
m
a

717.
A

n
715.U
j
i
p
o
s
i
t
i
f
716.(
+
)
718.Tabel 8. Hasil uji kualitatif tanin
719.
1.

720.PERHITUNGAN
Rendemen sampel gambir
a. Percobaan 1

bobot ekstrak
rendemen=
x 100
721.
bobot simplisa
722.
723.

b.

Percobaan 2
724.

rendemen=

725.

6,01 gram
x 100
20 gram

30, 05 %
bobot ekstrak
x 100
bobot simplisa

8,34 gram
x 100
20,04 gram

726.
c.

Percobaan 3
727.

rendemen=

728.
729.

41, 16

bobot ekstrak
x 100
bobot simplisa

14,36 gram
x 100
20,00 gram

71,8

730.

GAMBAR
PRAKTIKUM

731.

732.

733.
Gambar 13.Penimbangan sampel
sampel
734.

Gambar 14. Ekstraksi

735.

736.
Gambar 15. Filtrat hasil ekstraksi
Penyaringan ekstrak
737.

Gambar 16.

738.

739.

Gambar 17. Tanin digerus


Gambar 18. Uji tanin dengan
FeCl3
740.

741.
742.

743.

Gambar 19. Uji tanin dengan gelatin

Anda mungkin juga menyukai