Anda di halaman 1dari 52

Kompleks Lantanida

Gd dan Tc sebagai
agen Bio-Imaging
Disusun Oleh:
Bagaskoro Tuwalaid (G4501202021)
Nabiila Rahmani (G4501202010)

Dosen:
Dr. rer. nat. Noviyan Darmawan
1

Bioimaging
Bioimaging adalah proses non-invasif untuk memvisualisasikan aktivitas
biologis dalam periode tertentu dan membantu melaporkan struktur 3D
nya. Medical imaging merupakan pengambilan gambar dari bagian tubuh
manusia yang digunakan untuk keperluan medis.

Teknologi bioimaging/pencitraan mempunyai peran penting dalam diagnosis


penyakit secara dini tanpa pembedahan, salah satunya yaitu Magnetic
Resonance Imaging (MRI) (Giorgio and Stefano 2018).
2

Magnetic Resonance
MRI (Magnetic Resonance Imaging) merupakan alat diagnostik
untuk memeriksa dan mendeteksi tubuh menggunakan medan
magnet besar, gelombang frekuensi radio, tanpa operasi, tanpa Imaging (MRI)
penggunaan sinar X, ataupun bahan radioaktif sehingga lebih aman
(Hanson, 2009).

Namun interpretasi atau pembacaan citra MRI


membutuhkan waktu yang lama dan masih
membutuhkan suatu contrast agen untuk
meningkatkan kontras visual antara jaringan
normal dan berpenyakit atau untuk
menunjukkan kerusakan organ-organ
3

Prinsip MRI

inti-inti hidrogen
Tubuh pasien (sinyinti hidrogen akan
tubuh akan searah dan signal frekuensi radio menyerap energi dari
diposisikan dalam
berotasi mengelilingi dipancarkan melalui frekuensi radio tersebut
medan magnet yang
arah/vektor medan tubuh dan mengubah arah
kuat (beresonansi) (sinyal T2)
magnet

ditangkap oleh antena Inti kembali ke posisi


dan kemudian Pancaran signal
semula, melepaskan
diproses komputer Menghasilkan sinyal frekuensi radio
energy yang diserap
dalam bentuk dihentikan
(sinyal T1)
radiograf
4

Prinsip MRI
Prinsip dasar dari MRI yaitu inti atom yang bergetar
dalam medan magnet.

Pada keadaan normal, proton (atom hidrogen dalam


tubuh) akan berada dalam arah atau letak yang acak.
Namun saat diberikan medan magnet maka proton akan
menempatkan diri pada kutub medan magnet. Kemudian
akan dikirimkan frekuensi radio yang akan menyebabkan
vibrasi proton. Energi yang dilepeaskan oleh proton saat
frekuensi radio dihentikan akan direkam dan
direkontruksi menjadi gambaran jaringan.
5

Magnetic Resonance
Imaging (MRI)
Contras agent merupakan substansi kimia yang dimasukkan ke
dalam tubuh untuk melihat anatomi dan fungsi dari daerah
yang dicitrakan dengan tujuan untuk memperjelas perbedaan
antara berbagai jaringan yang berbeda atau antara jaringan
yang normal dengan jaringan abnormal dengan mengubah
waktu relaksasi. Salah satu senyawa pengontras yang sering
digunakan pada alat MRI adalah Gadolinium dan Teknesium.
6

Gadolinium
Gadolinium Berwarna putih keperakan, berkilau
seperti logam dan mudah ditempa. Pada suhu
kamar mengkristal dalam bentuk heksagonal atau
bentuk alfa dengan kerangka tertutup. Pada
pemanasan 1235 C, alfa-gadolinium berubah Gadolinium relatif stabil di udara kering, tapi mudah

menjadi bentuk beta yang memiliki struktur kubus kusam di udara lembab dan membentuk lapisan oksida

berpusat badan (Tonyet. al,1998). yang menempel dengan lemah. Beraksi lambat dengan
air dan mudah larut dalam asam encer (Elsner, 2010).
7

Gadolinium
Secara struktural, zat kontras yang mengandung
gadolinium dapat dibagi menjadi dua kelompok
berdasarkan jenis ligannya yaitu kelompok
struktur linear dan makrosiklik. Struktur linier
Struktur linear kompleks Gd dapat terbuka atau dapat
memiliki ligan molekul organik memanjang yang
terputus ikatannya dan mengikat ion logam lain
membungkus ion. Struktur makrosiklik
didalam tubuh seperti logam zink sehingga membentuk
membentuk struktur ligan seperti sangkar dengan
kompleks yang berbahaya bagi tubuh. Akan tetapi
ion yang terperangkap dalam rongga tengah yang
struktur makrosiklik sangat susah untuk berikatakan
telah dibentuk sebelumnya.
dengan logam lain karena adanya atom nitrogen yang
deket dan menjaga ion Gd sehingga memperlambat
proses disosiasi.
8

Gadolinium

Struktur Linear
Struktur Makrosiklik
9

Agen Kontras Gd
• Gd (III) bersifat paramagnetik yang sangat kuat dengan 7 elektron tidak
berpasangan pada orbital f.
• Paramagnetik adalah sifat intrinsik dari bahan tertentu yang menjadi magnet
sementara ketika ditempatkan di medan magnet eksternal.
• Dalam keadaan terionisasi, Gd(III) menyumbangkan elektron 6s² dan 5d¹
untuk ikatan, sementara kulit elektron 4f tetap utuh. Oleh karena itu, momen
magnetik kuat dari Gd dapat dipertahankan bahkan ketika dikelat ke ligan
seperti DTPA dalam formulasi zat kontras.
• Gd(III) memiliki sifat yang stabil dalam bentuk kompleks sehingga aman
ketika dimasukkan ke dalam jaringan.
10

Agen Kontras Gd
Suatu agen kontras harus memiliki relaksifitas yang tinggi yaitu kemampuan dasar
setiap agen untuk mengurangi T1 dan T2. Sifat paramagnetik yang sangat kuat dari
ion Gd3+ membuat agen kontras Gd3+ dapat mempengaruhi dua tingkat relaksasi
yaitu relaksasi T1 dan T2. Ketika komplek Gd3+ dilarutkan dalam jaringan maka
ion Gd3+ akan bertindak sebagai magnet lokal mikroskopis yang kuat, dan ketika
proton air berada cukup dekat (yaitu, ≈0.1–1 nm), proton akan "merasakan"
momen magnetis yang besar dan akan terjadi relaks secara instan, kemudian
dengan cepat bertukar tempat dengan molekul air lain yang tidak relaks, sehingga
memengaruhi waktu relaksasi rata-rata di voxel (kumpulan volume air di jaringan).
11

Agen Kontras Gd

Waktu relaksasi merupakan waktu yang dibutuhkan untuk kembali ke keadaan kesetimbangan dari proton hidrogen
yang bergerak. Waktu relaksasi berbeda antara jaringan abnormal dan jaringan normal. Waktu relaksasi proton hidrogen
bergerak dalam jaringan dicapai melalui interaksi lokal dengan molekul dan atom tetangganya. Ada dua waktu
relaksasi, T1 dan T2, yang mempengaruhi intensitas sinyal gambar. Waktu relaksasi T1, (relaksasi longitudinal) adalah
waktu untuk 63% proton hidrogen yang bergerak untuk kembali ke keadaan kesetimbangan normalnya. Waktu relaksasi
T2 (relaksasi tranversal) adalah waktu untuk 63% proton hidrogen yang bergerak keluar dari presesi atau berkurang
karena reaksi dengan proton hidrogen di dekatnya.
12

Agen Kontras Gd
Agen kontras gadolinium menyebabkan
relaksasi T1 dan T2 di jaringan yang menjadi
target. Hal tersebut merupakan hasil dari
interaksi dipolar antara inti air (dalam jaringan)
dan spin elektron di pusat logam. Fenomena
tersebut dikenal sebagai inner sphere
relaxation dan outer sphere relaxation.
13

Agen Kontras Gd
Pada inner sphere relaxation, molekul air mendekati Pertukaran kimiawi yang cepat, dalam ukuran mikro

pusat komplesk Gd menghasilkan interaksi dipol- hingga nanodetik, antara molekul air yang terikat pada

dipol yang kuat. Agen kontras Gd(III) biasanya ion Gd3+ dan molekul air dalam cairan curah (tidak

memiliki 9 situs pengikatan akan tetapi hanya satu terikat Gd) membentuk mekanisme katalitik

situs saja yang dapat berikatan dengan proton atau menggunakan situs koordinasi kompleks logam untuk

molekul air. T1 dari proton air yang terikat dengan Gd mengendurkan proton pada jutaan molekul air per

berukuran sekitar satu mikrodetik, dibandingkan detik, masing-masing terikat pada ion Gd hanya

dengan T1-nya dalam cairan curah (tidak terikat Gd) sebentar untuk terjadi relaksasi. Hal ini menyebabkan

sekitar satu detik. perubahan waktu relaksasi proton air rata-rata dalam
cairan jaringan.
14

Agen Kontras Gd
Pada outer sphere relaxation, interaksi yang
dihasilkan yaitu interaksi dipolar akan tetapi lebih
lemah dibandingkan pada inner sphere relaxation
karena jarak antara molekul air dengan pusat Gd(III)
Outer sphere relaxation terjadi melalui difusi translasi
lebih jauh. Molekul air hanya berada pada permukaan
dan rotasi antara ion Gd3+ dan molekul air yang berada
senyawa kompleks.
dalam keadaan tidak terikat. Efek Outer sphere kurang
efektif daripada efek inner sphere dalam menginduksi
peningkatan relaksasi proton per ion logam-berbasis
molekul air karena proton air lebih jauh dari ion logam.
15

Agen Kontras Gd
16

Agen Kontras Gd
17

Agen Kontras Gd

Gd-DTPA yang merupakan salah satu komplek dari logam Gd


yang secara luas telah digunakan di berbagai negara di dunia. Hal
ini dikarenakan selain senyawa komplek tersebut memiliki
kestabilan komplek yang tinggi, aman dan juga memberikan
beberapa efek samping yang ringan. Dalam kompleks Gd3+ dan
DTPA5− ion gadolinium berkoordinasi 9, dikelilingi oleh 3 atom
nitrogen dan 5 atom oksigen dari gugus karboksilat. Situs
koordinasi kesembilan ditempati oleh molekul air. Molekul air
ini labil dan bertukar dengan cepat dengan molekul air di sekitar
kompleks gadolinium
18

Efek Agen Kontras Gd

 Agen kontras gadolinium memiliki insiden yang sangat rendah (<2,5%) dari efek samping akut.
Hampir semua reaksi ini dapat dicirikan sebagai sangat ringan, yang paling umum adalah mual,
muntah, sakit kepala, dan pusing.
 Reaksi kronis yang paling terkenal terhadap kontras gadolinium adalah Nephrogenic Systemic
Fibrosis (NSF) biasanya terjadi pada pasien dengan insufisiensi ginjal kronis.
 Akumulasi Gd pada jaringan dapat menghasilkan perubahan sinyal MRI dan berpotensial
menyebabkan penyakit symptoms.
19

Teknesium-99m
Radioisotop Tc-99m merupakan anak luruh dari radioisotop Mo-99.
Radioisotop teknesium-99m merupakan radioisotop dengan waktu
paruh yang pendek yaitu 6 jam. Teknesium memiliki beberapa
bilangan oksidasi dari +1 sampai dengan +7. Radioisotop ini
merupakan radioisotop metastabil, meluruh melalui isomeric
transition (IT) menjadi radioisotop Tc-99 yang memiliki waktu paruh
sangat panjang yaitu 212 ribu tahun.
20

Agen Kontras Tc-99m


Alasan utama penggunaan 99mTc adalah sifat nuklirnya yang ideal dan metode
pasokannya yang mudah melalui sistem generator komersial. Teknesium-99m dapat
dengan mudah dideteksi di dalam tubuh oleh peralatan medis karena ia memancarkan
sinar gamma 140,5 keV (panjang gelombang ini hampir sama dengan yang dipancarkan
oleh peralatan diagnostik sinar-X konvensional), dan waktu paruh untuk emisi gamma
adalah enam jam ( artinya 94% itu meluruh menjadi 99Tc dalam 24 jam).

Tc-99m dapat dikelat menjadi senyawa yang berbeda untuk membuat radiofarmasi
spesifik dan mengoptimalkan pencitraan fungsional berbagai struktur tubuh
21

Agen Kontras Tc-99m


Ada beberapa kompleks Tc-99m yang dapat masuk kedalam sel melalui proses difusi pasif, kemudian Tc-
99m akan memancarkan sinar gamma yang akan menandakan objek yang ditandai.

Ilustrasi mekanisme Tc-99m sebagai radionukliotida


22

Agen Kontras Tc-99m


Berikut beberapa contoh senyawa kompleks Tc-99m yang digunakan sebagai bio-imaging.
23

1
Riset Ilmiah Gadolinium
sebagai Agen Kontras
Bioimaging (2019)
24

Pendahuluan

Penggunaan Penemuan Gd
GBCA Linear Hiperintensitas
berulang dalam otak

GBCA makrosiklik diduga memiliki stabilitas yang lebih tinggi dalam tubuh dibandingkan dengan GBCA linear,
sehingga diharapkan mampu mencegah hiperintensitas dan keberadaannya dalam otak. Tujuan penelitian adalah untuk
menyelidiki perubahan intensitas sinyal MRI pada kasus jangka panjang GBCA linear dan makrosiklik, juga keberadaan
Gadolinium di otak tikus selama periode 1 tahun setelah dilakukan beberapa injeksi agen kontras berbasis Gadolinium
(GBCA) linear dan makrosiklik.
25

Metode

Disiapkan tikus (sebagai


Dilakukan injeksi GBCA
bahan percobaan), 6 dan saline pada tikus Dilakukan MRI pada Dilakukan analisis kadar
masing-masing jenis minggu ke 5, 26, dan 52 Gd pada otak : cerebellum,
macam GBCA (3 jenis sebanyak 8 kali dengan setelah dilakukan injeksi cerebrum, dan brainstem
linear dan 3 jenis dosis 1,8 mmol/kg berat terakhir. menggunakan ICP-MS
badan
makrosiklik), dan 1 saline
26

Metode
Digunakan 6 jenis GBCA, yaitu 3 GBCA linear dan 3
GBCA makrosiklik.

GBCA linear yang digunakan yaitu:


1. Gadopentetate dimeglumine
2. Gadobenate dimeglumine
3. Gadodiamide

GBCA makrosiklik yang digunakan yaitu:


1. Gadoteridol
2. Gadoterate meglumine *struktur lainnya dapat dilihat pada slide 8
3. Gadobutrol
27

Hasil Penelitian

Saline

GBCA
Makrosiklik
GBCA Linear

Gambar diatas merupakan hasil pindai MRI pada minggu ke 5, 26, dan 52 terhadap 7 jenis agen kontras. Pada GBCA
linear ditemukan peningkatan intensitas sinyal yang ditunjukkan oleh panah putih. Sedangkan pada GBCA makrosiklik
tidak ditemukan adanya peningkatan intensitas sinyal.
28

Hasil Penelitian
Berikut adalah hasil pengukuran kuantitatif rasio SI
(intensitas sinyal) pada DCN* (Deep Cerebellar Nuclei)-
ke-batang otak. Hasil menunjukkan bahwa intensitas
sinyal dari 3 jenis GBCA makrosiklik tidak berbeda
secara signifikan dengan agen kontrol (saline) sedangkan
3 jenis GBCA linear menunjukkan data yang signifikan,
dan terjadi hiperintensitas. Intensitas terbesar dihasilkan
oleh Gadodiamine dengan nilai rata-rata 1,37, kemudian
gadopentetate dan gadobenate menunjukkan hasil yang
sama yaitu 1,36. Gadobutrol sebesar 1,27, gadoteridol
dan gadoterate sebesar 1,28, sedangkan saline sebesar *Deep Cerebellar Nuclei (DCN) : satu satunya saluran keluaran dari otak kecil
1,27
29

Hasil Penelitian
Cerebellum Cerebrum Brainstem

Gadodiamide 3,38 2,68 0,92

Gadopentetate 2,13 5,17 0,78

Gadobenate 1,91 4,56 0,59

Gadobutrol 0,08 - 0,05

Gadoterate 0,04 - 0,03

Gadoteridol 0,07 - 0,03

Saline 0,01 0,01 0,01

Gambar diatas adalah grafik hasil pengukuran konsentrasi GBCA di dalam 3 lokasi dalam otak, yaitu cerebellum
(otak kecil), cerebrum (otak besar), dan brainstem (batang otak). Konsentrasi GBCA terbesar pada cerebellum
adalah gadodiamide (3,38 nmol/g), pada cerebrum adalah gadopentetate (5,17 nmol/g), dan pada brainstem adalah
gadopentetate (0,78 nmol/g)
30

Hasil Penelitian
Hasil analisis dengan laser ablation ICP-MS
menunjukkan distribusi gadolinium pada otak
tikus. Dapat dilihat bahwa GBCA linear
ditemukan keberadaannya di dalam otak dengan
konsentrasi tinggi ditandai dengan warna jingga
kemerahan. Sedangkan GBCA makrosiklik
menunjukkan hasil yang mirip dengan agen
kontrol saline.

*Panah putih menunjukkan lokasi DCN.


31

Hasil Penelitian
Berikut adalah analisis eliminasi GBCA pada minggu ke
26 dan 52. dilakukan perbandingan antara konsentrasi
GBCA minggu ke 5-26, dan juga minggu ke 5-52. Secara
keseluruhan, eliminasi paling baik dihasilkan oleh
gadoterate dengan pengurangan sebesar 92% pada
cerebellum, 94% pada cerebrum, dan 90% pada
brainstem. Sedangkan eliminasi paling buruk dihasilkan
oleh gadobenate yaitu pengurangan 12% pada minggu ke
26 namun konsentrasinya bertambah hingga 3% pada
minggu ke 52. begitu pula pada cerebrum, konsentrasi
menurun sebesar 12% kemudian naik sampai 21% pada
minggu ke 52.
32

Kesimpulan

GBCA linear menghasilkan nilai intensitas sinyal, konsetrasi, dan laju eliminasi yang signifikan terhadap
agen kontrol saline. Sedangkan GBCA makrosiklik menghasilkan nilai yang tidak berbeda nyata dengan
agen kontrol saline, sehingga dapat disimpulkan bahwa GBCA makrosiklik memiliki stabilitas yang lebih
baik dan baik untuk menggantikan GBCA linear sebagai agen kontras MRI pada tubuh manusia.
33

2
Riset Ilmiah Gadolinium
sebagai Agen Kontras
Bioimaging (2020)
34

Pendahuluan
Prosedur Fontan, prosedur bedah paliatif yang
digunakan pada pasien dengan jantung ventrikel
tunggal, telah mendapatkan pengakuan luas
sejak diperkenalkan pada tahun 1968. Kemajuan
terbaru dalam manajemen bedah dan pasca
operasi telah memungkinkan sebagian besar
pasien Fontan untuk bertahan hidup hingga
dewasa. Oleh karena itu, diagnosis dan Komplikasi nonkardiak kritis jangka panjang dari
pengobatan komplikasi jangka panjang dari prosedur Fontan adalah Fontan-associated liver disease
prosedur ini menjadi semakin penting. (FALD). FALD memiliki gejala klinis berupa fibrosis
hati, sirosis, asites, disfungsi sintetik, karsinoma
hepatoseluler (HCC), dan hipertensi portal. Salah satu
cara untuk mendeteksi masalah pada prosedur Fontan
adalah dengan melakukan biopsi hati, namun tindakan
ini memiliki beberapa efek samping bagi pasien.
35

Pendahuluan
Gadolinium ethoxybenzyldiethylenetriaminepenta
acetic acid (Gd-EOB-DTPA), merupakan agen
kontras magnetic resonance imaging (MRI) khusus
hepatobilier yang berperan sebagai agen kontras
ekstraseluler. Agen ini dapat digunakan untuk
mengamati masalah pada prosedur Fontan dengan Gd-EOB-DTPA
mendeteksi disfungsi hati. Setelah memasuki
hepatosit, ia diekskresikan ke sistem empedu. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
Penurunan atau keterlambatan sinyal hati pada MRI mendeskripsikan karakteristik pencitraan hati pada
dengan Gd-EOB-DTPA (EOB-MRI) dapat EOB-MRI hati dan untuk memperjelas hubungan
diartikan sebagai kondisi disfungsi hati.
antara kelainan pencitraan hati dan parameter klinis
pasca operasi pada pasien muda segera setelah
prosedur Fontan.
36

Hasil Penelitian
Hubungan antara kelainan hati dan prosedur Fontan

Schwartz et al menemukan adanya


fibrosis portal sebanyak 61 % dan
fibrosois sinusoidal sebanyak 78 % pada
pasien meninggal dalam waktu 1 tahun
setelah prosedur Fontan Pentingnya dilakukan deteksi awal
komplikasi akibat prosedur Fontan
dengan mengamati kerusakan hati
Johnson et al juga menemukan adanya
fibrosis portal sebanyak 30% dan fibrosis
sinusoidal sebanyak 65% pada pasien
yang meninggal 35 hari setelah operasi
Fontan

*fibrosis = fibrosis hati. Salah satu jenis hepatitis atau radang yang terjadi pada hati
37

Hasil Penelitian Berikut adalah hasil pencitraan dengan EOB-MRI. Hasil pencitraan
dapat dibagi menjadi 4 tingkat, yaitu tingkat 1 (normal), tingkat 2
(segmental), tingkat 3 (regional), dan tingkat 4 (menyebar):
• Gambar a (tingkat 1) merupakan kondisi liver yang normal
dimana sinyal terpancar secara homogen dengan intensitas yang
tinggi, tepi hati yang tajam, dan tidak ada pelebaran vena hati.
• Gambar b (tingkat 2) menunjukkan penurunan sinyal segmental
parenkim hati di daerah sekitar perfusi vena hati, yang
menandakan penurunan sinyal yang ringan.
• Gambar c (tingkat 3) menunjukkan penurunan sinyal pada lobar
atau difus pada empat irisan atau kurang. Kedua gambar
tersebut berasal dari pasien yang sama. Panel kiri menunjukkan
penurunan sinyal ringan dalam pencitraan, sedangkan panel
kanan menunjukkan sinyal normal di bagian yang berbeda.
38

Hasil Penelitian

Gambar disamping menunjukkan penurunan sinyal difus pada hati


(tingkat 4). pencitraan mosaik parenkim hati melibatkan area perfusi
vena hati dengan pola pencitraan spesifik yang ditandai dengan sinyal
heterogen “seperti katak bertelur”, yang dihasilkan dari pencitraan
parenkim hati yang buruk, terutama di sekitar vena hati. Penyebab
Hasil pencitraan tingkat 4 inilah yang menjadi bukti
munculnya pola katak bertelur adalah karena terdapat kemacetan pada
terkuat bahwa pasien mengalami FALD
vena hati. Mekanismenya sebagai berikut:
39

Hasil Penelitian
Peningkatan CVP
Peningkatan tekanan menyebabkan stasis aliran
darah vena kava Terjadi penyumbatan darah dari vena portal ke
Prosedur Fontan
inferior dan vena hati vena sentral, yang
hepatik mengakibatkan kongesti
sinusoidal dan iskemia.

Terdapat perbedaan
Terbentuk pola katak intensitas antara vena Intensitas sinyal pada
bertelur hepatik dan selubung vena hepatik rendah
Glisson

*CVP : Tekanan vena sentral


40

Hasil Penelitian Peneliti membandingkan irisan transversal dari resonansi magnetik EOB (EOB-MRI)
dan gambar ultrasonografi abdomen hati pada tingkat hipokondria. Penulis menemukan
ketidaksesuaian di antara mereka. Gambar EOB-MRI mengungkapkan penurunan
sinyal difus di hati dengan pola mosaik parenkim (gambar atas bawah, panel kiri); hasil
pencitraan yang tidak homogen di tepi tumpul permukaan; dan area perfusi vena portal
dengan kontras mencolok dan spot dengan intensitas tinggi yang menyebar (gambar
atas, panel kiri), yang menunjukkan ekskresi agen kontras atau kolestasis dalam waktu
lama. Sebaliknya, kami hanya menemukan pengasaran parenkim hati dengan
pencitraan daerah yang sesuai dengan ultrasonografi perut yang telah dilakukan pada
hari yang sama (Gambar. a, b , panel kanan).

Perbandingan hasil EOB-MRI dan EOB-MRI memberikan hasil yang lebih baik dan sesuai dengan data dari
USG abdominal pada liver
peneliti terdahulu.
41

Kesimpulan

Sebagai kesimpulan, kami menjelaskan kegunaan EOB-MRI pada pasien setelah prosedur Fontan.
Teknik non-invasif ini berpotensi menjadi metode yang dapat digunakan untuk mendeteksi FALD tahap
awal. Tidak ada biomarker andal yang dapat digunakan untuk menilai fungsi hati pada populasi Fontan.
Oleh karena itu, penilaian pencitraan dari arsitektur hati akan menjadi modalitas yang dapat diandalkan
42

3
Riset Ilmiah Teknesium
sebagai Agen Kontras
Bioimaging (2018)
43

Pendahuluan
Kanker menjadi masalah kesehatan Dalam beberapa tahun terakhir,

utama, dan kebanyakan orang yang di nanopartikel sangat luas digunakan dalam

diagnosis dengan kanker setiap tahun banyak bidang. Luas permukaannya yang

akhirnya meninggal. Karena besar dan keragaman kimia permukaan nya

pertumbuhan kanker yang pesat, menjadikan nanopartikel sangat bermanfaat.

pengobatan nuklir dikembangkan untuk Salah satunya di bidang pencitraan untuk

deteksi dini dan pencegahan kanker. mendeteksi kanker.

Teknik pencitraan kanker non invasif yang


merevolusi paradigma diagnostik saat ini,
seperti single-photon emission computed
tomography (SPECT) dan positron emission
tomography (PET), digunakan untuk
mendeteksi proses biologis dengan melibatkan
radiotracer sensitivitas tinggi
44

Pendahuluan
• Glutamin sebagai asam amino nonesensial memainkan banyak peran dalam
metabolisme. Baru-baru ini, peneliti menemukan fungsi glutamin sebagai agen
diagnostik secara selektif ke lokasi tumor.
• Dendrimer adalah pembawa yang sangat ideal dalam pencitraan medis nuklir,
berkat polidispersitasnya yang rendah, bentuk bola tiga dimensi, dan
cabangnya yang banyak.
• Dendrimer anionik adalah pembawa yang baik karena sifat biokompatibilitas,
biodegredabilitas, kelarutan air yang tinggi, kemampuan asam sitrat untuk
membentuk kompleks dengan Tc, ketersediaan bahan baku, dan biaya rendah.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menyintesis nanokonjugasi


dendrimer anionik (konjugasi dengan glutamin) dengan radiolabeling
bebas kelator dengan technetium-99m dan menargetkan kanker.
45

Metode

Uji In vitro
apoptosis/necrosis

Pengukuran massa
molar konjugat dan
Sintesis dendrimer Radiolabeling dengan
karakterisasi senyawa
dan konjugasi Tc dan analisis
dengan FTIR, H- Uji stabilitas serum
glutamin kemurnian radiokimia
NMR, C-NMR, dan
LC-MS

Uji In vivo SPECT imaging


46

Hasil Penelitian
A. Sintesis Dendrimer konjugasi Glutamin

2. Spektrum LC-MS dendrimer konjugasi glutamin

1. Jalur pembentukan dendrimer konjugasi glutamin


47

Hasil Penelitian
C. Uji Stabilitas serum

B. Uji In Vitro Apoptosis/necrosis

Uji in vitro apoptosis/necrosis menggunakan sel A549. Pada Studi stabilitas in vitro hingga 24 jam memastikan bahwa

akhir pengujian (dengan konsentrasi sel A549 sebesar 5,5 mg / kompleks radiolabel ditemukan cukup stabil dalam serum manusia
dan PBS. Menariknya, studi sitotoksisitas menunjukkan bahwa
mL yang bersifat non toxic), jumlah nekrosis dan apoptosis
tidak ada toksisitas yang diamati pada dosis tertinggi (13,5 mg /
berada dalam nilai yang rendah.
mL) baik pada sel kanker maupun sel normal.
48

Hasil Penelitian
D. Uji in vivo SPECT imaging

Untuk mengevaluasi penyerapan nanokonjugat


berlabel radiolabel dalam tumor, scan SPECT
tikus diperoleh pada titik waktu yang berbeda
setelah menyuntikkan 3,7 MBq radiotracer. Panah
menunjukkan lokasi tumor. (A= anterior , B=
posterior) E. Studi Biodistribusi

Studi biodistribusi menunjukkan bahwa radioaktivitas lebih tinggi di ginjal. Hebatnya, hasil
menunjukkan bahwa tidak ada radioaktivitas yang signifikan yang diamati di tiroid, perut, dan
sumsum tulang, yang menunjukkan stabilitas tinggi nanokonjugat 99mTc seperti yang ditunjukkan
dalam uji stabilitas serum. Selain itu, serapan tingkat rendah di tiroid dan perut menunjukkan bahwa
pertechnetate bebas secara kuantitatif dapat diabaikan dan proses pelabelan dilakukan dengan
sempurna. Dengan membandingkan serapan radiotracer pada tumor dan jaringan sekitarnya,
radioaktivitas yang lebih tinggi pada tumor menunjukkan bahwa glutamin secara khusus
menargetkan radiotracer di lokasi tumor
49

Kesimpulan

Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini menunjukkan bahwa PEG dendrimer-G2 berbasis asam sitrat
berhasil disintesis dengan karakteristik yang sesuai untuk aplikasi in vivo. Radiolabeling dendrimer bebas
chelator dengan 99mTc dilakukan dengan hasil tinggi dan kompleks stabil. Studi biodistribusi menunjukkan
serapan yang lebih tinggi di jaringan tumor dibandingkan dengan organ lain. Hasil ini menunjukkan potensi
dari struktur nano radiolabel Tc dalam pengembangan pencitraan tumor SPECT.
Daftar Pustaka 50
Awaludin R. 2011. Radioisotop Teknesium-99mdan kegunaannya. Buletin Alara. 13(2): 61-65.
Coey JMD, Skumryev V, Gallagher K. 1999. Is gadolinium really ferromagnetic?. Nature. 401: 35-36.
Dilworth JR, Parrots SJ. 1998. The biomedical chemistry of technetium and rhenium. Chemical Society Reviews.
27. 43-55.
Giorgio A dan Stefano ND. 2018. Effective Utilization of MRI in the Diagnosis and Management of Multiple
Sclerosis. Neurologic Clinics Journal 36: 27–34. doi:10.1016/j.ncl.2017.08.013
Ghoreishi SM, Ali K, Omid S, Leila B, Pardis M, Sayed SM, Ahmad BR, Mehdi SA. 2018. Technetium-99m
Chelator-free Radiolabeling of Specific Glutamine Tumor Imaging Nanoprobe: In Vitro and In Vivo
Evaluations. International Journal of Nanomedicine 2018: 13 4671-4683.
Hanson LG, 2009, Introduction to Magnetic Resonance Imaging Techniques, Danish Research Centre for
Magnetic Resonance (DRCMR), Copenhagen University Hospital Hvidovre.
Josh G, Thomas F, Janina B, Jessica L, Volker N, Hubertus P. 2019. Long-term Excretion of Gadolinium-based
Contrast Agent: Linear versus Macrocyclic Agents in an Experimental Rat Model. Radiology
2019;00:1-9. doi:10.1148/radiol.2018180135
Luis MDL, Martins AF, Pinho MC, Rofsky NM, Sherry AD. 2015. Basic MR relaxation mechanisms and contrast
agent design. Review. 42(3): 545-565.
Nakajima K, Mitsuru S, Shinitsu H, et al. 2020. Visual Liver Assessment Using Gd-EOB-DPTA-enhanced
Magnetic Resonance Imaging of Patients in the early Post fontan Period. Natureresearch 2020:
10:4909. doi:10.1038/s41598-020-61618-7.
Yueniwati Y. 2014. Prosedur Pemeriksaan Radiologi untuk Mendeteksi Kelainan dan Cedera Tulang Belakang.
Malang (ID): UB Press.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai