Anda di halaman 1dari 26

KONSEP ALIRAN FLUIDA YANG BERKAITAN DENGAN

ALIRAN FLUIDA DALAM PIPA

HUKUM KEKEKALAN MASSA

A. Hukum kekekalan massa


Hukum kekekalan massa atau dikenal juga sebagai hukum Lomonosov-Lavoisier
adalah suatu hukum yang menyatakan massa dari suatu sistem tertutup akan konstan meskipun
terjadi berbagai macam proses di dalam sistem tersebut (dalam sistem tertutup Massa zat
sebelum dan sesudah reaksi adalah sama (tetap/konstan). Pernyataan yang umum digunakan
untuk menyatakan hukum kekekalan massa adalah massa dapat berubah bentuk tetapi tidak dapat
diciptakan atau dimusnahkan. Untuk suatu proses kimiawi di dalam suatu sistem tertutup, massa
dari reaktan harus sama dengan massa produk.

Hukum kekekalan massa digunakan secara luas dalam bidang-bidang seperti kimia,
teknik kimia, mekanika, dan dinamika fluida. Berdasarkan ilmu relativitas spesial, kekekalan
massa adalah pernyataan dari kekekalan energi. Massa partikel yang tetap dalam suatu sistem
ekuivalen dengan energi momentum pusatnya. Pada beberapa peristiwa radiasi, dikatakan bahwa
terlihat adanya perubahan massa menjadi energi. Hal ini terjadi ketika suatu benda berubah
menjadi energi kinetik/energi potensial dan sebaliknya. Karena massa dan energi berhubungan,
dalam suatu sistem yang mendapat/mengeluarkan energi, massa dalam jumlah yang sangat
sedikit akan tercipta/hilang dari sistem. Namun, dalam hampir seluruh peristiwa yang melibatkan
perubahan energi, hukum kekekalan massa dapat digunakan karena massa yang berubah
sangatlah sedikit.

B. Sejarah Hukum Kekekalan Massa


Hukum kekekalan massa diformulasikan oleh Antoine Lavoisier pada tahun 1789. Oleh
karena hasilnya ini, ia sering disebut sebagai bapak kimia modern. Sebelumnya, Mikhail
Lomonosov (1748) juga telah mengajukan ide yang serupa dan telah membuktikannya dalam
eksperimen. Sebelumnya, kekekalan massa sulit dimengerti karena adanya gaya buoyan(gaya
apung) atmosfer bumi. Setelah gaya ini dapat dimengerti, hukum kekekalan massa menjadi kunci
penting dalam mengubah alkemi menjadi kimia modern. Ketika ilmuwan memahami bahwa
senyawa tidak pernah hilang ketika diukur, mereka mulai melakukan studi kuantitatif
transformasi senyawa. Studi ini membawa kepada ide bahwa semua proses dan transformasi
kimia berlangsung dalam jumlah massa tiap elemen tetap.

C. Rumus hukum kekentalan massa


Hukum kekekalan massa menyatakan bahwa massa suatu sistem adalah kekal dan tidak
berubah. Hal ini menunjukkan bahwa dalam aliran steady, aliran massa yang memasuki dan
meninggalkan volume kendali (control volume) adalah sama:
ρAv = konstan
atau
γAv = konstan (dalam satuan berat)
dengan:
ρ = massa jenis (kg/m3)
γ = berat jenis ( N/m3)
A = luas penampang (m2)
v = kecepatan rata-rata fluida pada penampang tersebut (m/s)
Persamaan di atas sering disebut juga persamaan kontinuitas. Untuk aliran incompressible (tak
termampatkan), maka laju aliran massa persamaan di atas dapat disederhanakan menjadi (White,
1994):
Q = Av = konstan
dengan:
Q = debit (m3/s)
A = luas penampang (m2)
v = kecepatan rata-rata fluida pada penampang tersebut (m/s)

D. Penyimpangan
Penyimpangan hukum kekekalan massa dapat terjadi pada sistem terbuka dengan proses
yang melibatkan perubahan energi yang sangat signifikan seperti reaksi nuklir. Salah satu contoh
reaksi nuklir yang dapat diamati adalah reaksi pelepasan energi dalam jumlah besar pada
bintang. Hubungan antara massa dan energi yang berubah dijelaskan oleh Albert Einstein dengan
persamaan E = m.c2. E merupakan jumlah energi yang terlibat, m merupakan jumlah massa yang
terlibat dan c merupakan konstanta kecepatan cahaya. Namun, perlu diperhatikan bahwa pada
sistem tertutup, karena energi tidak keluar dari sistem, massa dari sistem tidak akan berubah.

E. Kekekalan massa vs. penyimpangan


Ketika energi seperti panas atau cahaya diijinkan masuk ke dalam atau keluar dari sistem,
asumsi hukum kekekalan massa tetap dapat digunakan. Hal ini disebabkan massa yang berubah
karena adanya perubahan energi sangatlah sedikit. Sebagai contoh adalah perubahan yang terjadi
pada peristiwa meledaknya TNT. Satu gram TNT akan melepaskan 4,16 kJ energi ketika
diledakkan. Namun, energi yang terdapat dalam satu gram TNT adalah sebesar 90 TJ (kira-kira
20 miliar kali lebih banyak). Dari contoh ini dapat terlihat bahwa massa yang akan hilang karena
keluarnya energi dari sistem akan jauh lebih kecil (dan bahkan tidak terukur) dari jumlah energi
yang tersimpan dalam massa materi.

F. Contoh hukum kekekalan massa


Hukum kekekalan massa berlaku pada reaksi kimia, di mana massa pereaksi harus sama
dengan massa produk. Hukum kekekalan massa dapat terlihat pada reaksi pembentukan hidrogen
dan oksigen dari air. Bila hidrogen dan oksigen dibentuk dari 36 g air, maka bila reaksi
berlangsung hingga seluruh air habis, akan diperoleh massa campuran produk hidrogen dan
oksigen sebesar 36 g. Bila reaksi masih menyisakan air, maka massa campuran hidrogen,
oksigen dan air yang tidak bereaksi tetap sebesar 36 g.
Air -> Hidrogen + Oksigen (+ Air)
(36 g) (36 g)

2. PENGERTIAN DAN TEORI HUKUM KEKEKALAN ENERGI

Hukum Kekekalan Energi adalah hukum yang menyatakan bahwa energi itu kekal
(tetap), artinya energi tidak dapat dimusnahkan ataupun diciptakan, energi hanya bisa diubah dari
satu bentuk energi ke bentuk yang lain. Penemu dari Hukum Kekekalan Energi adalah James
Prescott Joule, yaitu seorang ilmuan dari Inggris yang lahir pada tanggal 24 Desember 1818 dan
meninggal pada tanggal 11 Oktober 1889. Ketika itu Hukum Kekekalan Energi merupakan
hukum pertama dalam termodinamika. Berdasarkan hukum ini, terdapat 3 bentuk energi yaitu
Energi Mekanik, Energi Kinetik dan Energi Potensial.

BESARAN – BESARAN PADA HUKUM KEKEKALAN ENERGI

1. Massa (m)

Massa adalah salah satu besaran dalam fisika yang menggambarkan jumlah materi dalam
suatu objek. Massa didapatkan dari jumlah kombinasi total atom, kecepatan atom, dan jenis atom
penyusun suatu objek. Dalam penggunaannya, massa sering disamakan dengan berat, tetapi
secara ilmiah keduanya berbeda, berat adalah nilai yang didapatkan oleh interaksi massa dengan
medan gravitasi setempat. Artinya berat benda dapat berubah-ubah sesuai gravitasinya, tetapi
massa benda akan tetap dimanapun benda itu berada. Satuan Internasional untuk massa adalah
kilogram (kg). Simbol yang digunakan untuk melambangkan massa adalah m (huruf kecil).

2. Kecepatan (v)

Kecepatan adalah salah satu besaran dalam fisika yang menunjukkan seberapa cepat
sebuah benda berpindah dari suatu tempat ke tempat lainnya. Satuan internasional yang
digunakan untuk kecepatan adalah meter per sekon (m/s), tetapi dalam kehidupan sehari-hari di
Indonesia, pasti kita lebih sering memakai satuan kilometer per jam (km/jam), sedangkan di
amerika lebih sering dipakai mil per ja, (mil/jam). Kecepatan dapat diperoleh dari perkalian
antara jarak yang ditempuh dengan waktu tempuh. Simbol dari kecepatan adalah v (huruf kecil).

3. Percepatan Gravitasi (g)

Percepatan Gravitasi adalah percepatan yang diperoleh dari perubahan kecepatan benda
akibat adanya gaya gravitasi atau gaya tarik menarik antara benda-benda yang memiliki massa.
Dalam Sistem Satuan Internasional, satuan dari percepatan gravitasi adalah m/s2. Nilai yang
biasa digunakan untuk percepatan gravitasi bumi standar adalah 9,8 m/s2 atau dibulatkan
menjadi 10 m/s2.

4. Ketinggian (h)

Ketinggian adalah posisi benda dari permukaan. Pada prinsipnya ketinggian sama dengan
jarak, bedanya jarak dihitung secara horizontal, sedangkan ketinggian dihitung secara vertikal.
Satuan Internasional untuk ketinggian adalah meter (m). Simbol yang digunakan untuk
melambangkan ketinggian adalah h (huruf kecil)

BENTUK ENERGI DAN RUMUSNYA DALAM HUKUM KEKEKALAN ENERGI

1. Energi Kinetik

Energi kinetik merupakan usaha yang dibutuhkan untuk menggerakkan sebuah benda
dengan massa tertentu dari keadaan diam hingga mencapai kecepatan tertentu. Jadi, Energi
Kinetik adalah energi yang dimiliki sebuah benda karena pergerakannya. Kata “kinetik” itu
sendiri berasal dari bahasa Yunani, yaitu “kinesis” yang artinya gerak. Secara umum terdapat
dua jenis energi kinetik, yaitu : Energi Kinetik Translasi, yaitu energi yang dimiliki oleh benda
yang mengalami gerak lurus (lintasannya berupa garis lurus).

Energi Kinetik Rotasi, yaitu energi yang dimiliki oleh benda yang berotasi (lintasannya berupa
lingkaran).
2. Energi Potensial

Energi Potensial adalah energi yang dimiliki benda karena posisi (ketinggian) benda
tersebut. Ada beberapa hal yang mempengaruhi energi potensial dari sebuah benda, tetapi tiga
hal yang paling utama adalah massa benda tersebut, gaya gravitasi dan ketinggian benda
tersebut.

3. Energi Mekanik

Energi mekanik adalah energi yang berhubungan dengan gerak dan posisi dari sebuah
benda. Oleh karena itu energi mekanik merupakan energi yang didapatkan dari penjumlahan
energi kinetik dan energi potensial dalam melakukan suatu usaha. Contoh energi mekanik adalah
ketika kita memukul paku dengan sebuah palu, nah palu itu akan kita angkat sehingga posisinya
lebih tinggi (energi potensial), kemudian kita gerakan ke arah paku dengan kecepatan tertentu
(energi kinetik), kemudian saat paku dan palu bersentuhan, paku akan terdorong (energi
mekanik) dan tujuan kita tercapai.
CONTOH SOAL DAN PEMBAHASAN HUKUM KEKEKALAN ENERGI

Sebuah benda jatuh bebas dari ketinggian 20 m. Jika percepatan gravitasi bumi adalah 10 m/s2.
Berapa kecepatan benda ketika berada pada ketinggian 15 m ?

Pembahasan :

Diketahui :

h1 = 20 m

h2 = 15 m

v1 = 0 (karena benda jatuh bebas, bukan dilempar)

g = 10 m/s2

Ditanya

v2 ?

Jawab :

Em1 = Em2

Ek1 + Ep1 = Ek2 + Ep2

(½ m.v12 + m.g.h1) = (½ m.v22 + m.g.h2)

(1/2m.02 + m.10.20) = (1/2m.v22 + m.10.15)

Karena massa (m) benda sama, maka m dapat dicoret satu sama lain, sehingga
(½.02 + 10.20) = (1/2.v22 + 10.15)

200 = ½ v22 + 150

½ v22 = 200 – 150

½ v22 = 50

v22 = 50 x 2

v22 = 100

v2 = 10

Secara matematis rumus hukum kekekalan energi dapat dituliskan sebagai berikut.

ΔEsistem=ΣT

ΔEsistem=ΣT

dimana EsistemEsistem adalah total energi dari sistem (energi dalam, potensial dan kinetik) dan
TT (transfer) adalah jumlah energi yang ditransfer melewati batas sistem. Energi yang ditransfer
dapat berupa usaha (W), kalor (Q), gelombang mekanik (TGMTGM), transfer zat (TZTZ),
transmisi listrik (TLTL) dan radiasi elektromagnetik (TRETRE). Dengan demikian persamaan
(1) dapat dituliskan dalam versi lengkapnya menjadi sebagai berikut.

ΔK+ΔU+ΔEint=W+Q+TGM+TZ+TL+TRE

ΔK+ΔU+ΔEint=W+Q+TGM+TZ+TL+TRE
Persamaan (2) menggambarkan sebuah sistem yang tidak terisolasi dilihat dari sisi energi.
Kemudian persamaan (2) dapat disederhanakan sesuai kondisi yang ada. Misalkan sebuah benda
di lepaskan dari atas bidang miring kasar sepanjang dd dengan gaya gesek kinetis sebesar fkfk,
maka besar usaha oleh gaya gesek adalah

W=fk∙d=fkd×cos180=−fkdW=fk∙d=fkd×cos⁡180=−fkd.

Kondisi yang Melibatkan Gaya Non Konservatif

Jika diasumsikan tidak terjadi perubahan energi dalam pada benda (ada tapi sangat kecil) dan
tidak ada kalor serta mekanisme transfer energi lain yang terlibat maka persamaan (2) dapat
disederhanakan menjadi sebagai berikut.

ΔK+ΔU=−fkd

ΔK+ΔU=−fkd

dengan ΔK=Kf−KiΔK=Kf−Ki adalah perubahan energi kinetik dan ΔU=Uf−UiΔU=Uf−Ui


menyatakan perubahan energi potensial. Indeks ff untuk menyatakan kondisi akhir (final) dan ii
untuk kondisi awal (initial).

Kadang simbol K juga diganti dengan simbol EkEk dan simbol UU diganti dengan
Ep.Ep. Karena energi kinetik dan dan potensial merupakan energi mekanik, maka dapat
disimpulkan bahwa usaha gaya gesek atau gaya non konservatif mengakibatkan perubahan
energi mekanik sistem.

ΔEmekanik=−Wnon konservatif

ΔEmekanik=−Wnon konservatif
HUKUM KEKEKALAN MOMENTUM

Hukum kekekalan momentum menyatakan bahwa “jika tidak ada gaya luar yang
bekerja pada sistem, maka momentum total sesaat sebelum sama dengan momentum total
sesudah tumbukan”. ketika menggunakan persamaan ini, kita harus memerhatikan arah
kecepatan tiap benda.

Huygens, ilmuwan berkebangsaan belkita, melakukan eksperimen dengan menggunakan


bola-bola bilyar untuk menjelaskan hukum kekekalan momentum. Perhatikan uraian berikut.
Dua buah bola pada gambar diatas bergerak berlawanan arah saling mendekati. Bola pertama
massanya m1, bergerak dengan kecepatan v1. Sedangkan bola kedua massanya m2 bergerak
dengan kecepatan v2. Jika kedua bola berada pada lintasan yang sama dan lurus, maka pada
suatu saat kedua bola akan bertabrakan.

Dengan memperhatikan analisis gaya tumbukan bola pada gambar diatas ternyata sesuai
dengan pernyataan hukum III Newton. Kedua bola akan saling menekan dengan gaya F yang
sama besar, tetapi arahnya berlawanan. Akibat adanya gaya aksi dan reaksi dalam selang waktu
Δt tersebut, kedua bola akan saling melepaskan diri dengan kecepatan masing-masing sebesar v’1
dan v’2. Penurunan rumus secara umum dapat dilakukan dengan meninjau gaya interaksi saat
terjadi tumbukan berdasarkan hukum III Newton.
Faksi = – Freaksi

F1 = – F2

Impuls yang terjadi selama interval waktu Δt adalah F1 Δt = -F2 Δt . kita ketahui bahwa I = F Δt
= Δp , maka persamaannya menjadi seperti berikut.

Δp1 = – Δp2
m1v1 – m1v’1 = -(m2v2 – m2v’2)
m1v1 + m2v2 = m1v’1 + m2v’2
p1 + p2 = p’1 + p’2
Jumlah momentum awal = Jumlah momentum akhir

Keterangan:

p1, p2 : momentum benda 1 dan 2 sebelum tumbukan

p‘1, p’2 : momentum benda 1 dan 2 sesudah makanan

m1, m2 : massa benda 1 dan 2

v1, v2 : kecepatan benda 1 dan 2 sebelum tumbukan

v’1, v’2 : kecepatan benda 1 dan 2 sesudah tumbukan

Bunyi Hukum Kekakalan Momentum

Persamaan di atas dinamakan hukum kekekalan momentum. Hukum kekakalan


momentum menyatakan bahwa “jika tidak ada gaya luar yang bekerja pada sistem, maka
momentum total sesaat sebelum sama dengan momentum total sesudah tumbukan”. ketika
menggunakan persamaan ini, kita harus memerhatikan arah kecepatan tiap benda.

Contoh Aplikasi Hukum Kekekalan Momentum

Contoh aplikasi dari hukum kekekalan momentum adalah roket dan pistol. Pada Gambar
5.3 tampak sebuah pistol yang digantung pada seutas tali. Saat peluru ditembakkan ke kanan
dengan alat jarak jauh seperti remote, senapan akan tertolak ke kiri. Percepatan yang diterima
oleh pistol ini berasal dari gaya reaksi peluru pada pistol (hukum III Newton).
Contoh aplikasi yang lain adalah pada sistem roket. Percepatan roket diperoleh dengan
cara yang mirip dengan bagaimana senapan memperoleh percepatan. Percepatan roket berasal
dari tolakan gas yang disemburkan roket. Tiap molekul gas dapat dianggap sebagai peluru kecil
yang ditembakkan roket. Jika gaya gravitasi diabaikan, maka peristiwa peluncuran roket
memenuhi hukum kekekalan momentum.

Mula-mula sistem roket diam, sehingga momentumnya nol. Sesudah gas menyembur
keluar dari ekor roket, momentum sistem tetap. Artinya momentum sebelum dan sesudah gas
keluar sama. Berdasarkan hukum kekekalan momentum, besarnya kelajuan roket tergantung
banyaknya bahan bakar yang digunakan dan besar kelajuan semburan gas. Hal inilah yang
menyebabkan wahana roket dibuat bertahap banyak.

Penerapan hukum kekekalan momentum linearPenerapan hukum kekekalan momentum linear pada roket

Hukum kekekalan momentum diterapkan pada proses tumbukan semua jenis, dimana prinsip
impuls mendasari proses tumbukan dua benda, yaitu I1 = -I2.

Jika dua benda A dan B dengan massa masing-masing MA dan MB serta kecepatannya masing-masing
VA dan VB saling bertumbukan, maka :
MA VA + MB VB = MA VA + MB VB

VA dan VB = kecepatan benda A dan B pada saat tumbukan

VA dan VB = kecepatan benda A den B setelah tumbukan.

Dalam penyelesaian soal, searah vektor ke kanan dianggap positif, sedangkan ke kiri dianggap negatif.

Dua benda yang bertumbukan akan memenuhi tiga keadaan/sifat ditinjau dari keelastisannya,

a. Elastisitas Sempurna : e = 1

e = (- VA’ – VB’)/(VA – VB)

e = koefisien restitusi.

Disini berlaku hukum kokokalan energi den kokekalan momentum.

b. Elastisitas Sebagian: 0 < e < 1

Disini hanya berlaku hukum kekekalan momentum. Khusus untuk benda yang jatuh ke tanah den
memantul ke atas lagi maka koefisien restitusinya adalah:

e = h’/h

h = tinggi benda mula-mula

h’ = tinggi pantulan benda

c. Tidak Elastisitas: e = 0

Setelah tumbukan, benda melakukan gerak yang sama dengan satu kecepatan v’,

MA VA + MB VB = (MA + MB) v’

Disini hanya berlaku hukum kekekalan momentum

d. Elastisitas Khusus Dalam Zat Padat

Zat adalah suatu materi yang sifat-sifatnya sama di seluruh bagian, dengan kata lain, massa
terdistribusi secara merata. Jika suatu bahan (materi) berupa zat padat mendapat beban luar, seperti
tarikan, lenturan, puntiran, tekanan, maka bahan tersebut akan mengalami perubahan bentuk tergantung
pada jenis bahan dan besarnya pembebanan. Benda yang mampu kembali ke bentuk semula, setelah
diberikan pembebanan disebut benda bersifat elastis.

Suatu benda mempunyai batas elastis. Bila batas elastis ini dilampaui maka benda akan
mengalami perubahan bentuk tetap, disebut juga benda bersifat plastis.
Misalkan benda A dan B masing-masing mempunyai massa mA dan mB dan masing-masing bergerak
segaris dengn kecepatan vA dan vB sedangkan vA > vB. Setelah tumbukan kecepatan benda berubah
menjadi vA’ dan vB’. Bila FBA adalah gaya dari A yang dipakai untuk menumbuk B dan FAB gaya dari
B yang dipakai untuk menumbuk A, maka menurut hukum III Newton :

Jumlah momentum dari A dan B sebelum dan sesudah tumbukan adalah sama/tetap. Hukum ini disebut
sebagai HUKUM KEKEKALAN MOMENTUM LINIER.

TUMBUKAN.

Pada setiap jenis tumbukan berlaku hukum kekekalan momentum tetapi tidak selalu berlaku
hukum kekekalan energi mekanik. Sebab disini sebagian energi mungkin diubah menjadi panas akibat
tumbukan atau terjadi perubahan bentuk :

-Macam tumbukan yaitu :

1. Tumbukan elastis sempurna

yaitu tumbukan yang tak mengalami perubahan energi.

Koefisien restitusi e = 1

2. Tumbukan elastis sebagian

yaitu tumbukan yang tidak berlaku hukum kekekalan energi mekanik sebab ada sebagian energi
yang diubah dalam bentuk lain, misalnya panas.Koefisien restitusi 0 < style=”font-weight: bold;”>

3. Tumbukan tidak elastis

yaitu tumbukan yang tidak berlaku hukum kekekalan energi mekanik dan kedua benda setelah
tumbukan melekat dan bergerak bersama-sama.

Koefisien restitusi e = 0

Besarnya koefisien restitusi (e) untuk semua jenis tumbukan berlaku :

Tumbukan yang terjadi jika bola dijatuhkan dari ketinggian h meter dari atas lanmtai. Kecepatan bola
waktu menumbuk lantai dapat dicari dengan persamaan Setiap benda yang bergerak mempunyai
momentum.

Momentum juga dinamakan jumlah gerak yang besarnya berbanding lurus dengan massa dan
kecepatan benda.

Suatu benda yang bermassa m bekerja gaya F yang konstan, maka setelah waktu Δt benda
tersebut bergerak dengan kecepatan :

vt = vo + a . Δt
vt = vo + . Δt

F . Δt = m . vt – m.vo

Besaran F. Δt disebut : IMPULS sedangkan besarnya m.v yaitu hasil kali massa dengan kecepatan disebut
: MOMENTUM

m.vt = momentum benda pada saat kecepatan vt

m.vo = momentum benda pada saat kecepatan vo

4. Definisi Orifice Meter

Orifice meter adalah alat ukur yang menggunakan orifice plate sebagai komponen utama dalam
pengukuran natural gas. Orifice Plate dapat di definisikan sebagai logam berbentuk lempengan tipis
dengan lubang sirkular yang konsentrik dengan internal diameter dari meter tube ketika terpasang.

Orifice meter dapat digunakan dalam berbagai pengukuran, baik yang berkaitan dengan proses maupun
bukan proses. Orifice meter merupakan salah satu alat yang banyak digunakan dalam industri minyak dan
gas (migas). Orifice dikelompokkan kedalam kelas flowmeter yang biasa disebut dengan differential
pressure meter atau biasa juga disebut dengan “head meter”.

Orifice di dalam pipa ditunjukkan dengan manometer untuk mengukur penurunan tekanan differensial
dari fluida yang dihasilkan oleh orifice.
Gambar 1. Orifice meter

2. Prinsip Kerja

Prinsip kerja dari orifice meter pada dasarnya tergantung pada perbedaan tekanan yang dihasilkan
oleh orifice plate. Dengan adanya tekanan cekikan (throttle pressure) oleh orifice plate sehingga
menyebabkan kecepatan fluida yang melalui orifice meningkat dan tekanannya berkurang. Pada mulanya
aliran gas alam yang melewati pipa kemudian melewati straightening vanes, yang berfungsi membuat
putaran dari aliran gas tersebut lebih beraturan yang kemudian menyebabkan aliran gas tersebut
membentur orifice sehingga terjadi perbedaan tekanan antara aliran aliran sebelum melewati orifice yang
kita sebut dengan upstream dan setelah melewati orifice yang kita sebut dengan downstream.
Gambar 2. System orifice meter

Pada proses pengukuran dibuat sebuah lubang dengan ukuran dan penempatan tertentu sesuai standar
pada meter tube/ holding device disebut dengan pressure taps dengan fungsi sebagai letak sambungan
device transmitter yang akan mengukur parameter tertentu sesuai fungsi transmitter tersebut. Transmitter
tersebut akan mengkonversi besaran parameter tersebut kedalam sinyal analog elektrik. Sinyal elektrik
tersebut masuk ke flow computer kemudian diolah kedalam bentuk parameter volume rate Q dengan
menggunakan persamaan yang sudah terprogram didalam flow computer yang sesuai dengan standar
perhitungan flow dengan menggunakan orifice meter yang diatur dalam standar American Gas
Association (AGA 3 dan AGA 8). Perhatikan gambar di bawah ini yang menjelaskan skema orifice meter
dengan lebih jelas.
Gambar 3. Skema orifice meter

3. Komponen Orifice Meter dan Fungsinya

Pada umumnya, suatu sistem pengukuran flow orifice meter terbagi atas tiga bagian umum, yaitu antara
lain primary element, secondary element dan tertiery element.

2.3.1 Primary Component

Primary component merupakan komponen-komponen yang berhubungan langsung dengan aliran


gas. Dimana komponen-komponen tersebut berfungsi mengkondisikan aliran sehingga bisa di ukur oleh
secondary component. Primary element terdiri atas :

a. meter tube

b. holding device

c. orifice plate

d. pressure tap

e. straightening vanes.
Gambar 4. Primary element pada orifice meter

a. Meter tube

Meter tube adalah suatu pipa lurus dengan panjang tertentu yang digabungkan dengan orifice
sehingga menghasilkan aliran upstream dan downstream pada pipa tersebut setelah dilalui aliran fluida.
Meter tube berbeda dengan pipa proses pada umumnya dikarenakan pada meter tube, panjang, kekasaran
dan kelurusan pipa sangat diperhatikan. Begitu juga karena nilai beta ratio yang merupakan perbandingan
diameter orifice dengan diameter meter tube, memiliki skala maksimal beta ratio 0,75. Namun, untuk
mencegah pengoperasian mendekati batas maksimum maka nilai beta ratio yang digunakan adalah sekitar
0,6. Nilai beta ratio minimal adalah sebesar 0,2. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan sebelum
melakukan pemasangan meter tube yaitu :

1. Roughness (kekasaran) dari meter tube menjadi faktor yang harus diperhatikan dikarenakan aliran
fluida dalam meter tube sebaiknya tidak mengalami gesekan dengan dinding meter tube. untuk meter tube
dengan diameter ≤ 12 in maka Permukaan roughness (Ra) harus berada diantara 34 sampai 250 μin.
Sedangkan untuk meter tube dengan diameter ≥ 12 in, maka roughness nya harus berada antara 34 sampai
500 μin.

2. Macam-macam meter tube dengan nilai beda ratio ß = 0.75. Berikut ada beberapa macam meter
tube, yaitu :

• Meter tube dengan vanes (dipisahkan dengan regulator/ closed valve)

• Meter tube tanpa vanes

• Meter tube dengan vanes (Dua elbow, dengan sambungan)

• Meter tube dengan vanes (Dua elbow tanpa sambungan)

• Meter tube tanpa vanes (Dua elbow dengan salah satu sambungan panjangnya lebih dari 10Di)

• Meter tube tanpa vanes dengan reduce dan expanders


Untuk menentukan ukuran dari meter tube, maka perlu memperhatikan beberapa hal di bawah ini :

• Maksimum flow

• Minimum flow

• Kondisi awal pengukuran

• Densitas relative

• Temperature gas yang mengalir

• Tekanan

• Perbandingan antara diameter lubang orifice (d) dengan diameter meter tube (D) yang disebut
beta ratio (β).

Pemasangan meter tube dipengaruhi juga dengan posisi pemasangannnya. Diusahakan meter tube
dipasang dalam keadaan selurus mungkin. Meter tube dapat dipasang dengan arah vertikal maupun arah
horizontal. Namun, meter tube pada umumnya dipasang secara horizontal untuk fluida gas dengan tujuan
agar laju aliran gas tidak terhambat. Selain faktor posisi, faktor bypass dari meter tube juga perlu
diperhatikan. Bypass dari meter tube diperlukan jika pada orifice plate ingin dilakukan pergantian, maka
fluida yang mengalir ke meter tube di bypass-kan dengan memanfaatkan orifice fitting dengan dual
chamber, Sehingga pergantian orifice plate tidak perlu dengan melakukan shutdown area disekitar orifice
meter. Diameter tube juga di berikan pemasangan trap yang berfungsi untuk menampung kandungan
liquid dalam gas basah sehingga tidak mempengaruhi aliran gas natural saat melalui orifice plate.

b. Plate Holder

Plate holder adalah alat yang digunakan sebagai penahan dari posisi orifice plate. Merupakan kesatuan
alat yang terangkai bersama dengan meter tube untuk menahan orifice plate agar posisinya tegak lurus
dan konsentris terhadap aliran fluida. Plate holder terbagi atas:

1. Orifice flange

• Orifice flange digunakan sebagai penyambung dari meter tube ke meter tube lainnya. Namun,
pada pengukuran custody transfer, orifice flange tidak digunakan. Orifice flange secara umum terbagi atas
dua tipe, yaitu welding neck dan slip on. Akan tetapi, penggunaan tipe welding neck lebih dipilih
ketimbang slip on karena welding neck hanya membutuhkan pengelasan sekali saja dan pressure tap dapat
ditempatkan pada dinding pipa. Ukuran minimum dari orifice flange sebesar 4 inci.
2. Orifice fitting

• Orifice fitting terbagi atas dua jenis, yaitu orifice fitting single chamber dan dual chamber. Tipe
single chamber hanya memiliki satu ruangan dimana dalam proses penggantian atau pengecekan orifice
maka harus dengan menghentikan aliran fluida yang mengalir pada meter tube atau jika pemasangannya
menggunakan bypass maka dengan melewatkan fluida melalui bypass tersebut. Sedangkan pada tipe dual
chamber memiliki dua ruang yang memungkinkan user untuk mengganti atau melakukan pengecekan
orifice plate tanpa harus menghentikan aliran fluida pada meter tube.

c. Orifice Plates

Orifice plate merupakan tipe head flowmeter yang paling sederhana untuk mendeteksi flow. Orifice plate
adalah pelat datar dengan ketebalan sebesar 1/16 - 1/4 inci dengan lubang yang didesain dengan dimensi
khusus yang membentuk penghalang terhadap natural gas yang melalui meter tube sehingga
menyebabkan perbedaan tekanan antara tekanan sebelum dan sesudah melewati orifice tersebut. Terdapat
tiga jenis orifice yang digunakan, yaitu concentric orifice, eccentric dan segmental. Pemilihan jenis orifice
sangat tergantung dari fluida yang akan melewatinya. concentric orifice digunakan untuk fluida yang
ideal, tidak mengandung fasa lain dan untuk fluida seperti gas. Sedangkan eccentric dan segmental
biasanya digunakan pada fluida yang tercampur dengan massa aliran yang besar, biasanya digunakan
pada fluida yang tidak ideal.

Gambar 9. Jenis-jenis orifice plate

Orifice plate yang biasanya digunakan dan paling efisien dalam pengukuran gas adalah jenis konsentris,
karena ukuran dari meter tube-nya yang relative kecil.

Besar diameter dari orifice plate sangat diperhatikan dikarenakan orifice plate merupakan pusat
dari primary element. Toleransi dari diameter orifice plate terhadap beta ratio diusahakan sekecil
mungkin. Berikut merupakan tabel toleransi dari diameter orifice
d. Pressure Taps

Pressure taps merupakan suatu lubang dengan ukuran tertentu yang berada pada dinding meter
tube atau plate holder. Digunakan sebagai tempat untuk menempatkan device seperti pressure transmitter
pada bagian upstream/ downstream pada meter tube. Untuk orifice meter dengan menggunakan flange
taps, lubang tap ditempatkan pada bagian upsteram dan downstream yang berada dengan jarak 1 inci dari
orifice plate. Diameter lubang pressure tap sebesar 2 inci dan untuk pipa yang berukuran lebih besar
memiliki diameter tidak kurang dari ¼ inci dan tidak boleh melebihi nilai pada tabel dibawah ini.

Ada beberapa macam penempatan pada pressure taps, yaitu :


• Flange Taps

• Corner Taps

• Vena Contracta

• Radius Taps

• Pipe Taps

e. Straightening Vanes

Straightening vanes adalah suatu alat yang biasanya berbentuk beberapa pipa silinder kecil yang
direkatkan bersama dan membentuk suatu pola tertentu. Pemasangan straightning vanes pada sisi
upstream dari meter tube harus dengan sangat hati- hati untuk mengurangi putaran tekanan yang tak
beraturan dari fluida ketika akan melewati orifice plate.

Gambar 11. dimensi dari straigtening vanes dari berbagai arah

2.3.2 Secondary Element

Secondary element adalah komponen-komponen yang berfungsi sebagai alat ukur/ transmitter
pada sistem orifice meter yang terhubung langsung dengan primary component. Secondary element
biasanya disebut dengan “meter”. Komponen ini akan mengubah besaran seperti differential pressure
menjadi sinyal elektrik yang nantinya diolah ke flow computing (tertiery element). Namun, ada juga
transmitter yang mampu bekerja sebagai flow computing, sehingga hasil volume flow rate langsung dapat
diketahui dari transmitter tersebut. Secondary element terdiri dari :

a. Differential pressure transmitter

Merupakan sebuah sensor yang mendeteksi perbedaan tekanan antara upstream dan downstream
yang kemudian mentransmisikan ke flow computer berupa signal digital.

Gambar 12. Differential pressure transmitter

b. Pressure transmitter

Merupakan sebuah transmitter yang mendeteksi tekanan statis dari fluida yang kemudian
dikonversi menjadi satuan arus listrik (4-20 mA) dan dihubungkan dengan salah satu pressure taps, yang
kemudian ditransmisikan ke flow computer.

Gambar 13. Pressure transmitter

c. Temperature transmitter

Merupakan komponen dengan sensor yang mendeteksi perubahan temperature dan kemudian
dikonversi menjadi satuan arus (4-20 mA). Sensor ini berfungsi untuk mengukur temperature yang lewat
dari fluida untuk kemudian ditransmisikan ke flow computer. Transmitter ini menggunakan sensor RTD
(Resistance Temperature Detector), RTD tersebut dibungkus langsung dengan thermowheel agar tidak
bersentuhan langsung dengan fluida. Ini dilakukan untuk menghindari kerusakan RTD. Sedangkan RTD
sendiri adalah sensor yang nilai tahanannya berubah-ubah secara linier sesuai dengan perubahan suhu.
d. Gagelines

Komponen ini berupa sebuah tube yang menghubungkan antara pressure taps dengan transmitter
(chart recorder). Gage lines ini berukuran kecil, antara 1/4 – 1/2 inchi dan yang kebanyakan dipakai
adalah 3/8 inchi. Bahan dari gage lines ini harus berkualitas, tidak mudah korosi ataupun memiliki
hambatan gesek yang tinggi sehingga tidak mengura ngi keakurasian pembacaan flow yang terbaca pada
transmitter. Ukuran panjang dari gage line harus diusahakan sependek mungkin, untuk menghindari error
dan posisinya harus memiliki slope yang relative kecil terhadap sumbu horizontal.

e. Chart recorder.

Komponen ini berfungsi untuk mencatat tekanan absolute, perbedaan tekanan dan temperature, sebagai
backup dari hasil pengukuran flow computer. Alat ini juga digunakan untuk memonitoring keakuratan
dari meter flow. Chart recorder untuk temperature dan pressure adalah sistem yang terpisah. Chart
recorder pada umumnya berbentuk lingkaran dengan diameter 2 inchi dan tipe yang biasa digunakan
dalam industri gas adalah tipe uniform scale dan square root chart. Prinsip kerja dari chart recorder adalah
mengubah besaran fisis ke gerakan mekanik yang nantinya mekanik ini secara otomatis akan
“menggambar” di kertas. Untuk setiap besaran fisis yang diukur tinta yang digunakan berbeda, dimana
merah untuk differential pressure ,biru atau hitam untuk tekanan statis dan merah biasanya untuk suhu.

Gambar 14. Chat recorder

2.3.3 Tertiery Element

Tertiery element adalah komponen akhir dari sistem orifice meter yang bekerja sebagai pengolah/
penghitung parameter yang dideteksi oleh transmitter menjadi volume flow rate. Flow computer
merupakan mesin komputer yang digunakan sebagai alat perhitungan flow rate dari suatu fluida.

2.4 Aplikasi Orifice Meter


• Orifice meter digunakan pada pengukuran flow berdasarkan beda tekan. Di dalam dunia industri
pengukuran flow sangatlah penting dan kritikal. Pengukuran flow yang paling banyak dijumpai antara
lain: pengukuran flow steam, flow air, flow natural gas, flow raw material, dll.

• Orifice plate digunakan untuk pengukuran kontinyu cairan di dalam pipa.

• Dalam lingkungan alat, orifice plate digunakan untuk mengontrol aliran batuan selanjutnya dalam
bendungan banjir.

• Orifice plate juga digunakan dalam beberapa sistem sungai-sungai kecil untuk mengukur aliran
sungai melewati gorong-gorong atau saluran.

Anda mungkin juga menyukai